20
Prof.Dr.Ir. Sunyoto Dip.HE, DEA, Ilmu Lingkungan, JTSL-UGM - 2011 1/20 ILMU LINGKUNGAN Oleh: Prof.Dr.Ir. Sunyoto Dip.HE, DEA A. PENDAHULUAN 1. Issue global Democracy Human Right Environmental 2. Terminology Secara etimologi Ernest Kackel (1869) mengakatan bahwa ekologi berasal dari oikos (rumah tangga) dan logos (ilmu) dan menurut beberapa penulis ecology adalah: De Bel Study of the total impact of man and other animals on the balance of nature William H. Matthews Ecology focuses the interrelationship between living organism and their environment Joseph van Vleck Ecology is the study of such communities and how each species takes to meet its own needs and contributes toward meeting and need of its neibourghs

Ilmu Lingkungan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Hand Out UGM

Citation preview

Page 1: Ilmu Lingkungan

Prof.Dr.Ir. Sunyoto Dip.HE, DEA, Ilmu Lingkungan, JTSL-UGM - 2011 1/20

ILMU LINGKUNGAN

Oleh: Prof.Dr.Ir. Sunyoto Dip.HE, DEA

A. PENDAHULUAN

1. Issue global

Democracy

Human Right

Environmental

2. Terminology

Secara etimologi Ernest Kackel (1869) mengakatan bahwa

ekologi berasal dari oikos (rumah tangga) dan logos (ilmu) dan

menurut beberapa penulis ecology adalah:

De Bel

Study of the total impact of man and other animals on the balance of nature William H. Matthews

Ecology focuses the interrelationship between living organism and their environment Joseph van Vleck

Ecology is the study of such communities and how each species takes to meet its own needs and contributes toward meeting and need of its neibourghs

Page 2: Ilmu Lingkungan

Prof.Dr.Ir. Sunyoto Dip.HE, DEA, Ilmu Lingkungan, JTSL-UGM - 2011 2/20

Amsyari (1981)

Ilmu yang mempelajari hubungan antara organisme dengan yang

lainnya dan antara organisme dengan lingkunggannya

Otto Soemarwoto (1981)

Ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup

dengan lingkungannya

Ecology : interaksi

3. Kamus Istilah

a. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua

benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk

manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelang-

sungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

makhluk hidup lain;

b. Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk

melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi

kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,

pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian

lingkungan hidup

c. Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan Hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan

lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses

pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan,

dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa

depan.

d. Ekosistem adalah tatanan unsure lingkungan hidup yang

merupakan kesatuan utuk menyeluruh dan saling

mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan,

stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.

Page 3: Ilmu Lingkungan

Prof.Dr.Ir. Sunyoto Dip.HE, DEA, Ilmu Lingkungan, JTSL-UGM - 2011 3/20

e. Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup adalah rangkaian

untuk memelihara kelang-sungan daya dukung dan daya

tampung lingkungan hidup

f. Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan

lingkungan hidup untuk mendu-kung perikehidupan manusia

dan makhluk hidup lainnya.

g. Pelestarian Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah

rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan

hidup terhadap tekanan perubahan dan/atau dampak

negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap

mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk

hidup lain.

h. Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah kemampuan

lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan atau

komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.

i. Pelestarian Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah

rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan

hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain

yang dibuang ke dalamnya.

y. Sumber Daya adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri

atas sumber daya manusia, sumber daya alam, baik hayati

maupun non hayati, dan sumber daya buatan.

k. Baku Mutu Lingkungan Hidup adalah ukuran batas atau

kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada

dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya

dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsure

lingkungan hidup,

l. Pencemaran Lingkungan Hidup adalah masuknya atau

dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau

komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan

manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat

Page 4: Ilmu Lingkungan

Prof.Dr.Ir. Sunyoto Dip.HE, DEA, Ilmu Lingkungan, JTSL-UGM - 2011 4/20

tertentu yang menyebabkan ling-kungan hidup tidak bisa

berfungsi lkagi dalam menunjang pembangunan

berkelanjutan,

m. Dampak Lingkungan Hidup adalah pengaruh perubahan pada

lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha

dan/atau kegiatan

n. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup adalah kajian

mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau

kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang

diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang

penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Sumber: UU.No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup.

4. Keadaan Lapangan

a. Asap kabut (1950 an)

b. Penyakit Minamata (1953)

c. The Silent Spring (1962)

d. Penyakit Minamata II (1964-1965)

e. Penyakit Minamata III (1973)

f. Kasus Fungisida (1970)

g. Waduk Aswan (1970)

h. Hama Wereng, Kasus Buyat) dll

Page 5: Ilmu Lingkungan

Prof.Dr.Ir. Sunyoto Dip.HE, DEA, Ilmu Lingkungan, JTSL-UGM - 2011 5/20

5. Embryo Kelembagaan Internasional

Wakil Swedia pada 28 Mei 1968

Dalam Strategy Pembangunan International bagi

Dasawarsa Pembangunan Dunia ke

Pada 5-16 Juni 1972 diadakan United Nation Confrerence

on the Human Environment di Stockholm ,

Pada 3 -14 Juni 1992 Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di

Rio de Janeiro

Pada 2002 di adakan KTT Rio + 10 di Johanesburg

6. PROTOKOL KYOTO

Mengurangi minimal 5% dari tingkat emisi 1990 ke 2008-20012

7. Konsep Lingkungan:

o egoisme etis

o humanisme

o etika vitalisme

o altruisme planeter non holistis

o altruisme planeter holistis = hamemayu hayuning bawono

Page 6: Ilmu Lingkungan

Prof.Dr.Ir. Sunyoto Dip.HE, DEA, Ilmu Lingkungan, JTSL-UGM - 2011 6/20

8. AMDAL

Geofisik-kimia (Abiotis)

Biotis (Biotis)

Sosekbudkesmas (Culture)

a. Usaha2yg diperkirakan berdampak penting adlh:

Pengubahan bentuk dan bentang alam

Eksploitasi sda terbarui maupun tak terbarui

Proses dan kegiatan yg merusak sda.

Proses dan kegiatan yg berdampak sosial dan budaya.

Proses dan kegiatan yg berdampak kawasan konservasi

sda dan atau cagar budaya.

Introduksi jenis tumbuhan , jenis hewan dan jasad

renik.

Pembuatan dan penggunaan bahan hayati maupun

nonhayati.

Penerapan teknologi

Kegiatan yg beresiko tinggi pd pertahanan negara.

b. Dampak penting ditentukan oleh:

Jumlah manusia yang terkena dampak

Luas wilayah penyebaran

Lama dampak berlangsung

Intensitas dampak

Banyaknya komponen lingkungan terkena dampak

Sifat kumulatif dampak

Reversibelitas dampak (terpulihkan atau tidak)

Page 7: Ilmu Lingkungan

Prof.Dr.Ir. Sunyoto Dip.HE, DEA, Ilmu Lingkungan, JTSL-UGM - 2011 7/20

c. Sifat kerusakan lingkungan (Emil Salim, 1993)

Perubahan lingkungan dimasa lampau lamban.

Kerusakan lingkungan bersifat global

Kerusakan lingkungan saat ini lwt batas generasi

Kerusakan lingkungan bersifat irreversible

Kerusakan lingkungan merambah ke sosekbudpol.

d. Sebab kerusakan lingkungan (Emil Salim, 1933)

1). Akibat pandangan ilmu ekonomi

Pandangan ekonomi klasik & koreksi Keynesian

Ilmu ekonomi mengabaikan suatu ekosistem

Kegagalan mekanisme pasar

Ilmu ekonomi mengedepankan kepentingan individu

Ilmu ekonomi mengabaikan komponen lingkungan dalam

perhitungan PNB.

2). Akibat pandangan manusia

Menempatkan manusia terpisah dari ekosistem

Kecenderungan manusia bersikap rasional

Teknologi yang mengabaikan lingkungan

Sifat pendewaan thd kehidupan serba materi

Kecenderungan more is prefered rather than less >

‘homo serrakus’.

Page 8: Ilmu Lingkungan

Prof.Dr.Ir. Sunyoto Dip.HE, DEA, Ilmu Lingkungan, JTSL-UGM - 2011

8/20

B. BERBAGAI DAMPAK PENTING PEMBANGUNAN

1. Bendung

a. Hulu

1). Banjir > di daerah hilir > tanggul banjir

2). Erosi samping

b. Hilir

1). Erosi pada kaki bendung

Rumus

Model test

2). Erosi dasar

2. Bendungan

o Hulu > longsoran tebing

o Hilir > erosi dasar

o Sosial budaya > bedol desa

Biotis > biodiversitas

3. Sabodam

Idem 2 & 3

Perubahan Aliran avalance

4. Saluran drainasi

o Memperkecil resapan air

o Banjir di hilir

Page 9: Ilmu Lingkungan

Prof.Dr.Ir. Sunyoto Dip.HE, DEA, Ilmu Lingkungan, JTSL-UGM - 2011

9/20

5. Tanggul banjir

a. Hulu

b. Hilir

c. Daerah genangan

d. Resiko luapan

6. Sudetan (Short cut) a. Hulu

b. Pada sudetan

c. Hilir

d. Bekas sungai

7. Jembatan

a. Erosi dasar

b. Erosi samping

8. Kaptering

a. Debit pengambilan lebih besar

b. Debit pengambilan lebih kecil

9. Eksploitasi air tanah

a. Intrusi air laut

b. Amblesan

c. Muka air tanah turun

d. Tampungan air tanah mengecil

e. Konsentrasi pencemaran

Page 10: Ilmu Lingkungan

Prof.Dr.Ir. Sunyoto Dip.HE, DEA, Ilmu Lingkungan, JTSL-UGM - 2011

10/20

10. Dermaga

a. Offshore current

b. Longshore current

11. Reklamasi pantai

a. Banjir di hulu

b. Erosi/Abrasi

12. Pusat Pembangkit Tenaga

a. Polusi/radiasi

b. Biota air

c. Sisa pembakaran/fly ash

13. Jalan (Tol)

a. Polusi

b. Masalah social

14. Industrial estate

a. Hujan asam

b. Debu

c. Polusi.

15. Hotel

Air

Limbah

Sosial

Page 11: Ilmu Lingkungan

Prof.Dr.Ir. Sunyoto Dip.HE, DEA, Ilmu Lingkungan, JTSL-UGM - 2011

11/20

16. Rumah sakit

Limbah BBB

Limbah cair & padat

17. Real estate

a. Penutupan infiltrasi

b. Kebutuhan air

c. Banjir

d. Limbah

18. Kampus

a. Air

b. Lalu lintas

c. Dinamika sosial

d. Banjir

19. Mall atau hypermarket

a. Transportasi

b. Persaingan pasar

20. Lapangan golf

a. Berkurangnya infiltrasi

b. Polusi

c. Air untuk pemeliharaan

Page 12: Ilmu Lingkungan

Prof.Dr.Ir. Sunyoto Dip.HE, DEA, Ilmu Lingkungan, JTSL-UGM - 2011

12/20

21. Bandar Udara

a. Berkurangnya infiltrasi

b. Banjir di hilir

c. kebisingan

22. Pelabuhan

a. Perubahan garis pantai

b. Sosial

23. Pertambangan Terbuka didarat

a. Berkurangnya daerah resapan

b. Sedimentasi

c. Perubahan bentang lahan

d. Polusi.

24. Pertambangan terbuka di perairan

a. Polusi air

b. Abrasi/sedimentasi

c. Biota

25. Pembukaan HPH

a. Hidro orologis

b. Biodiversitas

26. Quarry

a. Aliran air permukaan

b. Infiltrasi

c. Erosi

Page 13: Ilmu Lingkungan

Prof.Dr.Ir. Sunyoto Dip.HE, DEA, Ilmu Lingkungan, JTSL-UGM - 2011

13/20

27. Tambak Pantai

Mangrove

Kualitas Air

28. Tempat Pembuangan Akhir

Bau

Lindihan

Page 14: Ilmu Lingkungan

Prof.Dr.Ir. Sunyoto Dip.HE, DEA, Ilmu Lingkungan, JTSL-UGM - 2011

14/20

C. KOMPUTASI

1. Cerobong Asap

a. Konsentrasi debu

1). Menurut Taylor-Gauss:

22

2/100

exp00, z

s

zy UXV

HU

QX

C

Dengan:

C(X,0,0) : konsentrasi debu pada jarak X ( mg/m3)

Q : debit debu dari sumber (mg/s)

H : tinggi efektif cerobong (m)

Vs : terminal settling velocity (cm/s)

U : kecepatan angin (m/s)

X : jarak dari sumber (m)

y : deviasi horizontal (m)

z : deviasi vertical (m)

Page 15: Ilmu Lingkungan

Prof.Dr.Ir. Sunyoto Dip.HE, DEA, Ilmu Lingkungan, JTSL-UGM - 2011

15/20

Page 16: Ilmu Lingkungan

Prof.Dr.Ir. Sunyoto Dip.HE, DEA, Ilmu Lingkungan, JTSL-UGM - 2011

16/20

Page 17: Ilmu Lingkungan

Prof.Dr.Ir. Sunyoto Dip.HE, DEA, Ilmu Lingkungan, JTSL-UGM - 2011

17/20

CONTOH 1:

Pabrik Semen Gresik

Q = 0,05 % x 500.000 t/th

C(1000,0,0) = 3,448 mg/m3 > 0,260 mg/m3

CONTOH 2:

Q = 6416 mg/s

a) Konsentrasi (C) pada jarak 500 m

b) Konsentrasi (C) pada jarak 1000 m

c). Konsentrasi (C) pada jarak 2000 m

2). Menurut Pasquille-Gifford-Gauss:

22

21

exp21

exp,yzzy

YHU

QyxC

C(X,Y) : Konsentrai debu pada jarak X ( g/m3)

Q : debit emisi polutan (g/s)

H : tinggi efectif cerobong (m)

U : kecepatan angin (m/s)

X : jarak dari sumber (m)

Y : jarak dari garis searah angin (m)

y : deviasi horizontal (m)

z : deviasi vertical (m)

Page 18: Ilmu Lingkungan

Prof.Dr.Ir. Sunyoto Dip.HE, DEA, Ilmu Lingkungan, JTSL-UGM - 2011

18/20

Bila receptor searah angin atau Y = 0 maka formula menjadi:

2

21

exp,zzy

yxH

UQ

C

CONTOH 1:

Pusat pembangkit membakar 5,45 t/j batubara, H = 75 m,

= 44,9 μg/m3

b. Jarak dari Cerobong (Sunyoto, 1988)

Jarak konsentrasi dari cerobong menurut Sunyoto berdasar

Taylor-Gauss sbb:

50.0

2

0,0,

ln100

zyxz

s UCQ

HV

UX

CONTOH 1:

Q = 0,05 % x 500.000 t/th

X = 2.800 m

CONTOH 2:

Q = 6416 mg/s

X = 1610 m

Page 19: Ilmu Lingkungan

Prof.Dr.Ir. Sunyoto Dip.HE, DEA, Ilmu Lingkungan, JTSL-UGM - 2011

19/20

c. Tinggi Cerobong (Sunyoto, 1988)

Tinggi cerobong dapat dihitung dengan persamaan yang

diturunkan oleh Sunyoto berdasar Taylor-Gauss sbb:

50.0

2

00,,ln

100 zyxz

s

UCQ

UXV

H

CONTOH:

d. Tinggi Efectif Cerobong (H).

H = h + ∆h

H = Tinggi cerobong efectif

h = tinggi cerobong riil

∆h = kenaikan asap keatas

1). Menurut Holland’s Equation

sTTpd

UdV

h s 31086.250.1

2). Menurut Bryant

s

s

TT

UV

dh 140.1

Page 20: Ilmu Lingkungan

Prof.Dr.Ir. Sunyoto Dip.HE, DEA, Ilmu Lingkungan, JTSL-UGM - 2011

20/20

Dengan:

Vs = Kecepatan gas dari cerobong (m)

d = Diameter dalam cerobong (m)

U = Kecepatan angin (m/s)

P = Tekanan atmosphere (millibars)

∆T = Selisih Temp. gas dengan Temp. udara (K)

Ts = Temperatur gas dari cerobong (K)

CONTOH:

Cerobong dengan keadaan:

H = 203 m

H = 203 + 6,60 = 209,60 m

e. Terminal Settling (Vs)

2

18 pap

s dg

V

Dengan:

Vs = Terminal settling velocity (m/s)

g = garvitasi (m/s2)

ρp = densitas partikel (kg/m3)

ρa = densitas udara (abaut 1,2 kg/m3)

dp = diameter partikel (m)

μ = viskositas udara kg/m/s

(μ = 1,85.10-5 kg/m/s pada T = 27o C)

CONTOH:

Diameter partikel 50 μm, densitas partikel 2,2 kg/m3