9
IL ll, ,l ri ume LO t iodica 10 A Scien Vol fi 9, No c Pen mor1, Juni 20 EFEKTIVITAS BAKTERI ENDOFITTERHADAPPENEKANAN 1 - 8 PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI (Xanthomonas oryzaepv. oryzae) PADATANAMAN PADI Y. Suryadi, D.N. Susilowati, A. Akhdiya, danTriny S. Kadir RUMUS GELIGI BERUDU SEBAGAI KARAKTER IDENTIFIKASI: 9 - T6 STUDIKASUSPADABERUDU Hydrophylax chalconotus (Schlegel, 1837) DAN Duttaphrynus melanostictus (Schneider, 17 99) Rury Eprilurahman, Diyan Nurisnawati, danMammed Sagi SIPUT DAN SLUG (GASTROPODA: PULMONATA)YANG BERPOTENSI I7 - 25 SEBAGAI HAMA PADAPERTANIAN DI JAWA NovaMujiono STRUKTURANATOMI DAUN DAN UMBI LAPIS SERTA KANDUNGAN 27 - 34 S ENYAWA BI OAKTIF TURUNAN NAF TOKUINON BAWANG DAYAK (Eleutherine americana Merr.)PADA USIA DAN LOKASI TANAM BERBEDA Evi Mintowati Kuntorini , Issirep Sumardi, danL. Hartanto Nugroho KANDUNGAN CAPSAICIN DAN ANATOMI BUAH CABAI 35 - 42 MERAH BESAR (Capsicum annum L. var abrieviata Eingerhuth) DAN CABAI MERAH KERITING (Capsicum annum L. var.longum Sendt) DENGAN PERLAKUAN PUPUKURIN SAPI Andi Aisyah,L.Hartanto Nugroho,dan Issirep Sumardi Diterbitkan oleh: Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Bekerjasama dengan: BERKALA ILMIAH BIOLOGI Volume 9 Nomor 1 Halaman 1-42 Yogyakarta Juni 2010 ISSN 0853-7240

IL LO - repository civitas UGM 2010 Rumus Geligi Berudu.pdf · rumus geligi berudu sebagai karakter identifikasi: 9 - t6 STUDI KASUS PADABERUDU Hydrophylax chalconotus (Schlegel,

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ILl l ,, l

r i

ume

LO ti o d i c a

1 0

A S c i e n

Vol

f i

9, No

c P e n

mor 1, Juni 20

EFEKTIVITAS BAKTERI ENDOFIT TERHADAP PENEKANAN 1 - 8PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI (Xanthomonas oryzaepv. oryzae)PADATANAMAN PADIY. Suryadi, D.N. Susilowati, A. Akhdiya, dan Triny S. Kadir

RUMUS GELIGI BERUDU SEBAGAI KARAKTER IDENTIFIKASI: 9 - T6STUDI KASUS PADABERUDU Hydrophylax chalconotus (Schlegel, 1837)DAN Duttaphrynus melanostictus (Schneider, 17 99)Rury Eprilurahman, Diyan Nurisnawati, dan Mammed Sagi

SIPUT DAN SLUG (GASTROPODA: PULMONATA)YANG BERPOTENSI I7 - 25SEBAGAI HAMA PADA PERTANIAN DI JAWANova Mujiono

STRUKTURANATOMI DAUN DAN UMBI LAPIS SERTA KANDUNGAN 27 - 34S ENYAWA B I OAKTIF TURUNAN NAF TOKUINON B AWANG DAYAK(Eleutherine americana Merr.) PADA USIA DAN LOKASI TANAMBERBEDAEvi Mintowati Kuntorini , Issirep Sumardi, dan L. Hartanto Nugroho

KANDUNGAN CAPSAICIN DAN ANATOMI BUAH CABAI 35 - 42MERAH BESAR (Capsicum annum L. var abrieviata Eingerhuth) DANCABAI MERAH KERITING (Capsicum annum L. var. longum Sendt)DENGAN PERLAKUAN PUPUK URIN SAPIAndi Aisyah, L.Hartanto Nugroho,dan Issirep Sumardi

Diterbitkan oleh:

Fakultas BiologiUniversitas Gadjah Mada

Bekerjasama dengan:

BERKALA ILMIAHBIOLOGI Volume 9 Nomor 1 Halaman

1 - 4 2YogyakartaJun i 2010

ISSN0853-7240

RUMUS GELIGI BERUDU SEBAGAI KARAKTER IDENTIFIKASI:sruDl KASUS PADA BERUDU Hydrophylax chalconotus (schlegel, lg37) DAN

D uttap hryn us me lano stictrrs (Schneider, 17 99)

Rury Eprilurahmanr, Diyan Nurisnawati2, dan Mammed Sagi3

INTISARI

Eprilurahman, R., D. Nurisnawati, dan M. Sagi. Rumus geligi berudu sebagai karakter identifikasi: studi kasuspada berudu Hydrophylax chalconotus (Schlegel, 1837) dan Dattaphrynus mclanosticlas (Schneider, 1799). BerkalaIlmiah Biologi (9) 1:9-16.

Salah satu karakter morfologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi katak dan kodok (anuran) sampaike tingkat jenis adalah barisan geligi pada bagian mulut berudunya. Karakter tersebut telah banyak digunakan dandisertakan dalam buku panduan amfibi (terutama Ordo Anura), namun terkadang dalam satu spesies ditemui duarumus geligi yang berbeda. Hydrophylax chalconotus (Anura: Ranidae) dan Duttaphrynus melanostictus (Anura:Bufonidae) merupakan dua jenis anuran yang umum dijumpai di sekitar kita. Tujuan penelitian ini adalah wrtuk mengetahuiperkembangan rumus geligi berudu H. chalconotus dan D. melanostictus selama proses metamorfosis, sehinggadapat diketahui apakah perbedaan rumus geligi merupakan variasi dalam satu jenis atau sebagai hasil perubahan yangterjadi selama metamorfosis. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati perkembangan berudu H. chalconotus dan D.melanostictus dari beberapa tempat di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menggunakan lupatau mikroskop stereo. Morfologi pada masing-masing stage kemudian diambil gambarnya menggunakan kameradigital. Tahap perkembangan premetamorfosis (stage 17 - 35) ditetapkan berdasarkan Gosner ( I 960) sedangkan acuanrumus geligi berdasarkan Iskandar (1998). Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur geligipada H. chalconotusmulai dapat teramati pada stage 25 dan mengalami perubahan yang bervariasi sampai dengan stage 35. Sedangkansusunan geligipada D. melanostictus mulai dapat di amatipada stage 24 dengan rumus gigi yang tidak berubah sampaistage35 yaituI+1-I/III. Susunanlembarangeligiyangtumpangtindihditemukanpadasemuaindividumglai stage3y.Berdasarkan pengamatan tersebut diketahui bahwa perbedaan rumus geligi merupakan hasil perkembangan atau padastage-stage tertentu merupakan variasi dalam satu spesies. Oleh karena itu, identifikasi menggunakan rumus geligiharus mengacu juga pada tahap perkembangan berudu. Penelitian ini masih merupakan penelitian awal, sehinggadiperlukan penelitian yang lebih menyeluruh untuk spesies-spesies anggota Ordo Anura yang lain.Kata kunci; berudu, Hydrophylm chalconotus, Duttaphrynus melanostictus, rumus geligi

ABSTRACT

Eprilurahman, R., D. Nurisnawati, and M. SagL Tadpole's Lnbial Yooth Rowsformula (LTRF) as identilicationcharacter: case study on Hydrophllax chalconotus (Schlegel, 1837) and Duttaphrynus melanostictus (Schneider,1799) tadpoles, Berksla Ilmiah Biologi (9) 1: 9-16.

Character of anuran larvae (or lvtown as tadpoles) that can be used for identiJication is labial tooth rowformula (LTRF) from its mouthpart. This character wqs written and widely used in the amphibian field guides asidentification character into species. Sometimes, this could lead to misidentification due to dffirent formulaswithin one species. Hydrophttlax chalconotus (Anura: Ranidae) and Duttaphrynus melanostictus (Anura;Bufonidae) are common anurans species around the human activity orea such as garden, pool, and other habitats.This research was aimed at describing the development of labial tooth row formula (LTRF) of H. chalconotus andp; melanostictus during metamorphosis. Specimens were takenfrom several locations in Sleman Regency, YogtakartaSpecial Province. This research was done by collecting and rearing tadpoles from eggs into larvae. The obsemationwas conducted using stereo microscope. Premetamorphosis phase (stage 17-35) was determined based on Gosner(1960), while LTRF was determined based on Iskandar (1995). The LTRF development of each species was noted

r) Laboratorium Taksonomi Hewan, Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada2) Kelompok Studi Herpetologi, Fakultas Biologi Universitas Gadjah Madar) Laboratorium Embriologi dan Histologi Hewan, Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada

Berkala llmiqh Biologi, Volume 9, Nomor l, Juni 2010, hlm. 9-16

and recorded. Results show that Jirst LTRF of H.. chalconotus could be seenfrom stage 25 and gradually changedinto complac structure until stage 35. Meanwhile, first LTfuF of D. melanostictus could be shownfrorn the stage 24qnd remain unchanged until stage 35. Based on the observation, it can be concluded that the variation of LTRFwasthe result of development,and that some dffirences on same stages indicating variation within species. Thus, it isrecommended that identification using LTRF should also consider the stage of the tadpoles development. Thispreliminary researh should befollowed by similar research using dffirent species.

Kewords: tadpole, Hydrophltlax chalconotus. Duttaphrltnus melanostictus. labial tooth row formula &fRF)

PENDAHULUAN

Morfologi berudu Hydrophylax chalconotusdan Duttaphrynus melanostictus

Perkembangan taksonomi amfibi di dunia telahmengalami kemajuan yang sangat pesat. Beberapajenis amfibi mengalami perubahan namaberdasarkan temuan terbaru dari data molekulermaupun morfologi (Frost et a1.,2006). Penamaanjenis dalam penelitian ini mengikuti Frost et al.(2006) dan Iskandar (2006).

Hydrophylax chalconotus (Anura: Ranidae)biasa dikenal dengan nama kongkang kolam (dahulumemiliki nama ilmiah Rana chalconota) danDuttaphrynus melanostictus (Anra: Bufonidae)atau kodok buduk (dahulu memiliki nama ilrni ah Bufomelanostictus) merupakan jenis katak dan kodokyang nmum dijumpai di sekitar Yo gyakarta. Sebaranyang cukup luas tersebut menyebabkan penjumpaanH. chalconotus dan D. melanostictus di alammemiliki persentase yang cukup besar. Adakalanyapenjumpaan di alam adalah dalambentuk lawaatatfase berudu. Adanya perbedaan rumus geligi berudumenjadikannya berpotensi untuk salah teridentifi kasisebagai jenis lain. Penel i t ian mengenai per-kembangan rumus geligi pada berudu perludilakukan untuk mengatasi kekeliruan dalam prosesidentifikasi. Pada penelitian ini diambil kasusperkembangan geligi berudu H. chalconotus danD. melanostictus.

Secara umum kedua jenis Anura tersebuttersebar mul ai da/r datar an rendah hin gga ketinggiandi atas 1200 mdpl dengan preferensi habitat yaitu ditempat yang memiliki genangan air misalnya kolamikan (Iskandaa 1998). Di Provinsi Daerah IstimewaYogyakarta, menurut survei yang telah dilakukanoleh Eprilurahman dkk. (2006), H. chalconotusdapat ditemukan di Telaga Puteri, Telaga Muncar,Umbul Bebeng, Kali Kuning (Plunyon), Sungai rBlokan (Babarsari), Sungai Bedog (Sleman).Sedangkan D. melanostictus dapat dijumpai diTelaga Puteri, Kali Kuning (Plunyon), dan sebagian

1 0

besar di lingkungan hunian manusia. MenurutIskandar (1998), persebaran jenis ini di Pulau Jawamerata dari Jawa Barat hingga Jawa Timur,sedangkan di luar Pulau Jawa dapat ditemukan diSumatera Selatan, Lampung, dan Bali.

Menurut Ep nlw ahman dkk. Q00 6), berudu l{chalconotus berukuran 20-30 mm. Bagian kepalamemiliki pola wama keemasan yang melintang darisisi kiri tubuh hingga ke sisi kanan dengan bentukseperti bandana. Tubuh berwama coklat kehitamandengan bagian perut memiliki sepasang plat berbintildi sebelah kanan dan kiri. Usus dengan bentukbergelung dapat terlihat melalui kulit perut yangtransparan. Sirip ekor dengan panjang 1,5 kalipanjang tubuhnya.

Berudu D. melanostictus bentktnan 18-21,8mm. Biasanya ditemukan di daerah hunian manusiaseperti kolam dan genangan air. Tubuh dan otot ekorberwama hitam kelam dengan mata di bagian dor-sal. Sirip ekor berwama lebih terang. Bibir membulatke arah depan, Ekor tidak lebih dari 2 kali panjangtubuhnya (Eprilurahm an dkk' 2006).

Perkembangan berudu anura

Amphibia, khususnya Ordo Anura, rnemilikikarakter khas yang tidak dimiliki oleh organismeektoterm lainnya yaitu melakukan metamorfosissempurna. Pada fase perkembangan awal, beruduumumnya hidup di dalam air. Selama faseperkembangan awal itu, secara morfologi, bagianmulut berudu mengalami perubahan sedikit demisedikit hingga membentuk mulut yang sempumapada saat dewasa.

Karakter identifikasi makhluk hidup selaluberkembang setiap waktu. Teknik identifikasispesies Ordo Anura melalui morfologi berudunyasudah lama digunakan dan dikembangkan. Salahsatu bagian tubuh yang dapat dijadikan ciri pembedaantara spesies satu dengan spesies lainnya adalahstruktur geligi pada mulut berudu (Iskandar, 1998;Bonacci et a1.,2008). Selama ini beberapa bukupanduan lapangan (/ield guide) amfibi sudah

Eprilurahman, R., et al. - Rumus geligi berudu sebagai karakter identifikosi

menyertakan rumus struktur geligi berudu Anura.Namun rumus yang dibuat terkadang dapatmenyebabkan kerancuan karena adanya perbedaannrmus yang disajikan di dalambuku-buku tersebut.

Menurut Duellman & Trueb (1986), meta-morfosis dapat didefinisikan sebagai serangkaianperubahan postembrionik yang meliputi hansformasistruktural, fisiologis, biokimia, dan perilaku. Tigaperubahan utama yang terjadi selama metamorfosismeliputi;I . regresi struktur dan fungsi yang hanya penting

untukberudu,2, transformasi struktur berudu menjadi bentuk

yang sesuai saat dewasa, dan3. perkembangan struktur dan fungsi de novo

yang sangat penting saat dewasa.Etkin ( I 932) dalam Duellman & Trueb ( 1986)

membagi metamorfosis menjadi tiga tahapan yangbiasanya menjadi referensi bagi peneliti biologi, yaitu:1. premetamorfosis,dicirikanolehpertumbuhan

dan perkembanga yang pesat pada strukturberudu, namun bukan perubahan bentuksecara menyeluruh (metamorphic changes);

2. prometamorfosis, periode lanjutan daripertumbuhan berudu, terutama pada bagiantungkai, merupakan inisiasi dari perubahan-perubahan metamorfosis minor; dan

3. klirnaks, periode perubahan radikal yangmemuncak pada hilangnya karakter berudu;pada Anuran tahap ini dimulai ketika ekorberudu mulai mengalami regresi dan diakhiriketika ekor benar-benar hilang.Menurut Battelle (2002), premetamorfosis

merupakan periode embrionik dan pertumbuhan

Stape Deskripsi

t 7 Perhrmbuhan kuncup ekor (tailhudl:

l 8 Respon muskular, diferensiasiarchus branchialis-

19 Detak jantung, tumbuh caloninsane eksternal

20 Sirkulasi pada insang mulai ada

2 l Komea terlihat transparan,mulut mulai membuka

22"sirip" ekor mulai terlihattransparan dan mulai adasirkulasi pada ekonrva

23

Liparan operkular menutupibagian dasar insang, mulaitet'adi diferensiasi pada bagianmulut

awal pada berudu. Salah satu pertumbuhan yangterjadi pada periode ini adalah pertumbuhan /iz6bud (calon kaki). Pada periode prometamorfosisterjadi diferensiasi struktur kaki belakang. periodeakhir dari perkembangan ini adalah periode klimaksmetamorfosis. Beberapa proses yang terjadi padaperiode ini adalah pertumbuhan kaki depan danmenghilangnya ekor (apoptosis). Perubahan inter-nal secara drastis terjadi pada sistem organ,jaringan,juga pada level biokima terjadi selama periodeprometamorfosis dan klimaks metamorfosis.

Gosner (1960) membagi tahap-tahap per-kembangan berudu anuran, dalam hal ini mengguna-kan berudu Bufo valliceps, menjadi 46 stage.Dengan menggunakan definisi mengenai fasepremetamorfosis berdasarkan Etkin (1932) dalamDuellman & Trueb (1986), maka tahapanpremetamorfosis berlangsung pada stage 17 - 30.

Orton (1953) membagi tipe berudu anuranmenjadi 4 berdasarkan struktur spirakel dan mulut.Tipe I adalah kelompok Pipidae dan Rhinophrynidaeyang memiliki sepasang spirakel, mulut tanpakeratinasi dan memiliki barbel sebagai alat sensori.Tipe II adalah kelompok Mcrohylidae yang memilikispirakel tunggal di bagian tengah sebelah belakangtubuhnya, mulut tanpa keratinasi dan tidak memilikibarbel. Tipe III adalah kelompok Ascaphidae danDiscoglosidae yang memiliki spirakel di ventralbagian tengah. Sedangkan Tipe IV adalah kelompokanuran lainnya yang memiliki spirakel di sebelah kiribagian tubuhnya (Duellman & Trueb, 1986).

Sebagian besarberudu anuran adalah herbivor.Mereka menyaring materi dari air pada saatberenang. Selain itu dapat pula menyaring makanan

Tabel 1. Deskripsi perkembangan pada fase premetamorfosis (Gosner, 1960)

Stase Deskriosi

24 Lipatan operkular menutup padasisi kenan

25 Lipatan operkular menutup padasisi kiri. soirakulum terbentuk

26 Calon kaki belakang muncul,panianpnva <1/2 diametemva

27Perkembangan calon kakibelakang, panjanpya:diameternva

28Perkembangan calon kakibelakang, panjangnya > lxdiametemva

29Perkemb"ngan calon krkibelakang, panjangnya > l,5xdiametemva

30Perkembangan calon kakibelakang, panjangnya > 2xdiameternya

1 1

Berkala llmiah Biologi, Volume 9, Nomor l, Juni 2010, hlm' 9-16

dari bagian tumbuhan air (Duellman & Trueb, 1986;Pough et'a,!,:; t:990). Mereka memakan partikelnutrisi yang'tilrsuspensi dalam air atat menggoressubstrat di perairan untuk mendapatkan makanan'Kebiasaan makan yang khusus memerlukan bagianmulut dan sistem pencernaan yang spesifik' Mulutterdiri atas celah yang lebar (oral disc) denganpapila dan bagian tengah terdapat bangunan sepertiparuh yang keras. Sebagai herbivor, mereka juga

memiliki saluran intestinum yang panjang danbergelung (Duellman & Trueb, 1986). Menurut Zug(1993), posisi oral disc pada berudu ada duamacam yaitu: ventral horisontal (sucktorial,menghisap makanan dengan cara menggoressubstrat atau batuan di habitatnya) dan dorsalhorisontal (menyaring makanan di permukaan airyang tenang).

Variasi pada berudu anuran terutama terletakpada struktur mulut, insang dan struktur-strukturyang terkait dengannya, dan ekor. Bukaan mulutpada kebanyakan berudu anuran tersusun dari panrh(horny beak) atas dan bawah. Pada bagianpermukaan eksterior, di sebelah atas dan bawahparuh tersebut, terdapat baris-baris geligi labial.Jumlah dan panjang baris pada geligi labial inimerupakan karakter usia dan karakter spesies.Lebar dari masing-masing baris dapat lebih besaratau lebih kecil dari pada paruhnya. Di sekelilinggeligi dan paruh terdapat papila labial (Gilbert &Frieden, 1 98 1 ; Iskand ar, 1998; AItig, 2007).

Baris-baris geligi labial pada beberapa beruduanuran akan membentuk suafu formasi atau rumusgeligi. Rumus geligi ini menggambarkan lokasi danjumlah barisan geligi yang ada pada labial. Bilabarisan geligi menyambung maka ditulis denganangka romawi, sedangkan bila terputus ditulis denganangka arab biasa. Barisan geligi pada labial atasdan bawah dipisahkan oleh garis miring (/). Misalnyapada labial atas berudu anuran terdapat2bais geligi

yang menyambung dan 2bwis geligi yang terputussedangkan pada labial baw ah terdapat 3 baris.geligiyang terputus dan I baris geligi yang menyambungmaka rumus geligi untuk berudu anuran tersebutadalah Il+2-2/3 -3+I (Iskandar, 1 998).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiperkembangan rumus geligi berudu H. chalconotusdan D. melanostictzs selama fase premetamorfosisdan prometamorfosis. Selain itu, penelitian ini jugabertujuan untuk mengetahui apakah perbedaannrmus gigi merupakan keanekaragaman dalam satujenis atau sebagai hasil dari perubahan yang terjadiselama metamorfosis.

Kejelasan mengenai nrmus geligi selama faseperkembangan awal ini dapat menyelesaikanmasalah adanya perbedaan-perbedaan rumus geligipada spesimen berudu H. chalconotus dan D.melanostictus yang diperoleh dari lapangansehingga peneliti di bidang ini dapat menjadi semakinyakin akan hasil identifikasinya dan tidak terjadisalah identifikasi.

BAHAN DAN CARA KERJA

Berudu H. chalconotus yang digunakandalam penelitian ini merupakan hasil pemeliharaansejak telur yang diambil dari habitatnya di SungaiBoyong (lereng selatan Gunung Merapi) dankolamdi kebun selada dan tanaman hias "Checkly"

(Cangkringan, Sleman). Sementara berudu D.me I an o s t ic tus merupakan hasil pemeliharaan teluryang diambil dari habitatnyadi kolamkebun seladadan tanaman hias "Checkly" dan kolam rumah didaerah Hargobinangun, Pakem, Sleman.

Telur 11. chalconotus dan D. melanostictus(Gambar 2.) diambil dari habitatnya menggunakanjaring ikan. Pengambilan sampel dilakukanmenggunak an teknik purp os ive s ampl ing. Ciri tehxH. chalconotus adalah berwarna hitam-putih,

Labialtaoth

Horny boaks

l 2

Gambar l. Morfologi mulut berudu anuran (Altig et a1.,1998)

Eprilurahman, R., et al. - Rumus geligi bentdu sebagai kqrakter identifikasi

diletakkan dalam satu kelompok tunggal sepertiagar-agar dalam air yang tergenang. Ciri telur D.mel anos tic tus berbentuk untaian berlendir (Iskandar,1998). Telur-telur tersebut kemudian dipelihara diLaboratorium Taksonomi Hewan Fakultas BiologiUGM menggunakan baki plastik.

Perkembangan telur diamati setiap harimenggunakan mikroskop stereo sampai berudumencapai stage 23 berdasarkan Gosner (1960).Setelatr itu frekuensi pengamatan dikurangi menjadisetiap 3 hari sekali. Hal ini dilakukan mengingatperubahan yang terjadi tidak secepat pada fase-fase awal. Pengamatan dihentikan saat berudu telahmencapai stage 35.

Data yang diambil meliputi deskripsi bentukmulut dan rumus geligi dengan menggunakan aturanpenulisan berdasarkan Iskandar ( I 998).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan rumus geligi Hydrophylaxchalconotus (Schlegel, 1837)

Berdasarkan pengamatan yang telahdilakukan dapat dilihat bahwa struktur geligi padaberudu H. chalconotus mengalami perubahan.Rumus geligi pada fase premetamorfosis awalberbeda dengan fase pada premetamorfosis akhir.Perkembangan rumus struktur geligi pada beruduH. chalconotus dapat dilihat pada Tabel 2 danGambar 3.

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihatbahwa secara umum geligi pada berudu ,FLc hal c ono tus mulai dengan j elas terlihat p ada s tage25 awal. Kemudian p ada stage 25 terjadi perubahansusunan geligi secara gradual. Setelah memasukistage26,nrmus geligi sudah mulai stabil dan tidaklagi ditemukan adanya perubahan.

Perkembangan rumus geligi Duttaphrynusmelanostictzs (Schneidero 1799)

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukandapat dilihat bahwa struktur geligi pada berudu D.melanostictzs sejak awal fase premetamorfosishingga akhir masa premetamorfosis t idakmengalami perubahan. Rumus geligi dapat dilihatpada Tabel3 dan Gambar 4.

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihatbahwa secara umum rumus geligi pada beruduD.melanostictus tidak mengalami perubahan sejakawal terbentlk (stage 24) hingga akhir masapremetamorfosis (srage 35).

Metamorfosis merupakan suatu bagian darisiklus hidup katak. Selama masa metamorfosis inibanyak terjadi perubahan secara gradual pada tubuhkatak, morfologis maupun anatomis. Salah satuperubahan yang diamati pada penelitian ini adalahperubahan jumlah deret geligi pada saatpremetamorfosis dan prometamorfosis.

Pada berudu H.\chalconotzs susunan geligimulai dapat dilihat dengan jelas pada stage 25.Stage 25 merupakan fase perubahan susunan geligi.Pada fase ini secara bertahap ditemukan beberapaperubahan susunan geligi, sehingga berdasarkanperubahan ini stage 25 dapat dibagi lagi menjaditiga fase, yaitu stage 25 awal, stage 25 pertengahan,dan stage 25 akhir. Pembagian tersebut jugadidasarkan pada proses penutupan lipatan operkulardan terbenhrknya spirakulum (Gosner, 1960).

Pada stage 25 awal ditemukan rumus geligiH. chalconotus yaitu l/L-l+\. Bila stage rumusgeligi yang diperoleh dari stage ini dicocokkandengan buku panduan lapangan, rumus ini akansesuai dengan rumus geligi Hydrophylaxnicobariensls (Iskandar, 1998).

Gambar 2. Telur Hydrophylax chalconotus (a) dan Duttaphrynus melanostictus (b)

l 3

TabeL2. Perkembangan rumus struktur geligi pada berudu H. chalconotus

Berhala Ilmiah Biologi, Volume 9, Nomor 1, Juni 2010, hlm. 9-16

23

24

25 awal25 pertengahan

25 akhir26272829303 l3233

34

35

RumusMulut mulai terbentuk, nalnrm nunus geligi belum dapat

dilihat denganjelasMulut mulai terbentuk, namun nrmus geligi belum dapat

dilihat denganjelasvl-l+I

I+l - l/ l-1+I dau I+1-ll l- l+trt+2-2n-t+nI+3-3ll-l+III+3-3ll-l+trI+3-3l1-l+III+3-3ll-l+III+3-3ll-l+III+3-3ll-l+III+3-3ll-l+trI+3-3l1-l+III+3-3ll-l+IIr+4-4/l-l+nI+3-3lt-1+trl+4-4ll-l+[

rtage 25 pert6ngahsnl+1-1/1-1+l

stage 26l+3-3/1-1 +l

st6ge 25 p€rtengahanl+1-1/1-1+ll

T

slage 25 akhirf+?-#1-1+ll

il-re-mslage 25 awal

ll1-1+l

variasi stage 3#35l++41'l-1+l

Gambar 3. Susunan geligi pada berudu H. chalconotus selama tahap perkembangan

Tabel3. Perkembangan rumus struktur geligi pada berudu D. melanostictus

Rumus24 I+l-tnn25 I+l-lAtr26 I+l-l[II27 I+l-lnII28 I+1-1|III29 I+l-l/ttr30 I+1-1/[I ; overlap di deret anterior3l I+l-l[II; overlap di deret anterior32 I+l-llIII ; overlap di deret anterior33 I+l-lfiI ; overlap di deret anterior34 I+l-lfiI ; overlap di deret anterior35 I+l-lll[ : overlap di deret anterior

t 4

Eprilurahman, R., et al. - Rumus geligi berudu sebagai karakter identifikasi

ffrifGambar 4. Susunan geligi pada berudu D.

Kemudian pada pertengahan pertama stage25, di temukan perubahan rumus gel igi 1Lchalconotus menjadi I /1-1+II . Art inya adapenambahan satu baris geligi pada deret mandibula.Rumus ini bila dicocokkan dengan buku panduanlapangan maka akan sesuai dengan mmus geligi padaLimnonectes kuhlii dan Limnonectes macrodon(Ranidae) (Iskandar, I 998).

Selanjubrya pada pertengahan kedua s tage 25,ditemukan kembali adanya perubahan rumus geligiH. chalconoters menjadi I+1-l11-1+II. Hal tersebutberarti terjadi penambahan lagi pada deret anterior.Apabila dicocokkan dengan buku panduan lapangan,maka rumus tersebut akan sesuai dengan mmusgeligi pada Limnonectes microdiscus (Ranidae)(Iskandar, 1998).

Kemudian pada stage 25 akhir ditemukankembali adanya perubahan rumus geligi H.chalconotus menjadi l+2-2/ I-L+II. Hal tersebutberarti pada deret anterior terjadi penambahan satuderet geligi. Bila rumus ini dicocokkan dengan bukupanduan lapangan makatidak kita temukan berududengan rumus geligi tersebut (Iskandar, 1998).

Selanjutnya pada s tage 26 ditemukan adanyapenambahan satu deret geligi pada deret anteriorsehingga rumus geligi menj adi I+3 -3l 1 - I *II. Rumusgeligi ini terus ditemui padastage-stage selanjutnya.Hal tersebut berarti tidak ada penambahan jumlahderet geligi lagi selama premetamorfosis (padapenelitian ini hingga s t a ge 3 5).

Beberapa pengecualian ditemukan mulai s tage34, yaitu ditemukan pula berudu dengan rumus geligil+4- lI-I+lL Penemuan ini sangat jarang sekalisehingga dimungkinkan adanya anomali dalam satujenis. Dengan demikian dapat dikatakan bahwaperbedaan ini adalah bentuk variasi yang mungkinbersifat genetis atau dipengaruhi oleh faktor-faktorlingkungan.

Berdasarkan data yang disajikan dapat puladiketahui bahwa stage 25 pad,a H. chalconotusmerupakan stage atau tahapan penyempurnaan

sttga 30l+l-1 dtl

melanosticters selama tahap perkembangan

struktur geligi. Hal ini berdasarkan dari fakta bahwaperubahan gradual ditemukan pada stage inisedangkan p ada stage selanjutnya tidak ditemukanadanya perubahan jumlah deret geligi.

Rumus geligi yang diperoleh pada akhirpremetamorfosis ini bila dicocokkan denganIskandar (1998), satu-satunya buku panduanlapangan amfibi di Jawa danBali yang mencantum-kan rumus geligi sebagai karakter identifikasi danmerujuk pada spesies Rana chalconota (sekarang:H. chalconotus), maka akan didapatkan adanyaketidaksesuaian. Pada buku tersebut disebutkanbahwa nrmu$ geligi untuk H. chalconotus adalahI+3-3/III atdu l+4-4/Ill. Dapat dilihat bahwasusunan geligi pada deret posteriornya berbeda; IIIpada buku panduan lapangan dan I - I +II pada hasilpenelitian. Belum dapat dipastikan apa hal yangmembedakan kedua hasil tersebut.

Sementara itu dari pengamatan pada beruduD. melanostictus, diketahui bahwa rumus geligisudah rnulai dapat dilihat dengan jelas sejak stage24. P ada s t age tersebut diperoleh rumus geligi padaberudu D. melanost ictus adalah I+l-1II I I .Kemudian p ada stage-stage selanjutnya ditemukansusunan yang sama. Hal ini berarti bahwa pada D.melanostict r susunan geligi pada berudu sudahsempurna sejak pertama kali muncul.

Akan tetapi ada sedikit perbedaan yangditemukan pada stsge-stage menjelang akhirpremetamorfosis, yaitu susunan geligi pada deretgeligi anteriormenjadi semakin tumpang tindih atauoverlap. Susunan yang overlap ini menyebabkanderet geligi anterior secara sekilas akan tampakhanya terdiri dari beberapa deret saja. Hal ini akanmemungkinkan peneliti yang kurang cermat akanterjebak dan salah mengidentifikasi. Susunan yangoverlap sebagaimana disebutkan di atas mulaiditemukan pada stage 30.

Rumus geligi yang ditemukan pada berudu D.melanostictus dalam penelitian ini sesuai denganrumus yang dituliskan dalam buku panduan lapangan

1 5

Berkala llmiah Biologi, Volume 9, Nomor 1, Juni 2010, hlm. 9-16

(Iskandar, 1998) merujuk pada spesies D.

melanostictus. Akan tetapi pada buku tersebut

dituliskan bahwa nrmus yang samajuga dimiliki oleh

berudu Ingerophrynus biporcatus dan

Ingerophrynus parvus. Kerumitan ini masih

memerlukan pengkajian yang lebih lanjut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang telah

dilakukan dapat disimpulkan bahwa rumus geligi

pada berudu Hydrophylax chalconotus memiliki

var iasi yang lebih besar daripada berudu

Dutaphrynus melanostictus, terutama pada stage

25. Identifikasi menggunakan rumus geligi harus

mengacu jugapada tahap perkembangan berudu'

Saran

Penel i t ian ini merupakan penel i t ianpendahuluan. Untuk mengungkap perkembangan

rumus geligi berudu masih diperlukan penelitianyang lebih mendalam, terutama untuk per-

kembangan susunan geligi padajenis yang lain.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih diucapkan kepada Pemilik danstaf Kebun Selada dan Tanaman Hias "Checkly"

serta warga Desa Hargobinangun, Pakem, Slemanuntuk ijin dan bantuan yang diberikan selamapengambilan data. Drs. Tiijoko, M.Si selaku KepalaLaboratorium Taksonomi Hewan Fakultas B iolo gi

atas ijin dan dukungannya dalam menggunakanfasilitas laboratorium. Peneliti juga mendapatkanbantuan dari anggota Kelompok Studi Herpetologidalam melakukan pengambilan data.

PUSTAKA ACUAN

Altig, R., R.W. McDiarmid, K.A. Nichols, and P.C. Ustach. 1998. Tadpoles of the UnitedStates and Canada: ATutorial and Key. Con-temporary Herpetology Information Series1998 (2). http : // ww,t).pwrc.usgs. gov/tad-

pole/.28 Februari 2006Altig, R. 2007. APrimer For The Morphology of

Anuran Tadpoles. Herpetological Conser-vation and Biologt 2(l):71-74

Battelle. 2002. Revised Draft Detailed ReviewPaper for Amphibian Metamoqphosis Assay.

EPA contract number 68-W-01-023 WorkAssignment 2-20, TASK 4. Ohio.

Bonacci, A., E. Brunelli, E. Sperone, and S, Tripepi.2008. The oral apparatus oftadpoles of Ranadalmatina, Bombina variegata, Bufo brJb,and Bufo viridis (Anura). ZoologischerAnzeiger 247: 47-54

Duellman, WE., and L. Trueb. 1986, Biolog,, ofAmphibians. McGraw-hill book Company.New York.

Epri lurahman, R., A.F. Muharromi, dan S.Prihantono. 2006, Karakter morfologibeyudu Anura pada perairan tergenangdan mengalir di Daerah IstimewaYogyakarta. Peneli t ian Dosen Muda.Lernbaga Penelitian dan Pengabdian kepadaMasyarakat Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.

Frost, D.R., T. Grant, J. Faivovich, R.H. Bain, A.Haas, C.F.B. Haddad, R.O. De Sa, A.Channing, M. Wilkinson, S.C. Donnellan, C.J.Raxworthy, J.A. Campbell, B.L. Blotto, P.Moler, R.C. Drewes, R.A. Nussbaum, J.D.Lynch, D.M. Green, amd W.C. Wheeler.2006. The Amphibian Tree of Life. Bulletinof the AMNH no.297: L-371.

Gilbert, L.I., and E. Frieden (Editors.). 1981.Metamorphosis: A Problem in Developmen-tal Biology. Plenum Press. New York.

Gosner, K.L. 1960. A Simple Table for StagingAnuran Embryos and Larvae with Notes onIdentification. Herpetologica 16: 183-190

Iskandar, D.T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali .Puslitbang Biologi - LIPI. Bogor.

Iskandar, D.T. 2006. Checklist of Southeast Asianand New Guinean Amphibians. updated 10-10-2006.

Orton, G. L. 1953. The Systematics of VertebrateLarvae. Systematic Zoology 2: 63-75

Pough, F.H., J.B. Heiser, and W.M. McFarland.1990. Vertebrate Life, third edit ion.Macmillan Publishing Company. New York.

Zng, G. R. 1993. Herpetologt: An IntroductoryBiology of Amphibians and Reptiles. Aca-demic Press. San Diego Califomia.

t 6