36
Submitted by: PT. Osana International Indonesia To : Directorate Coastal Management Directorate General of Marine Spatial Management Ministry of Marine Affairs and Fisheries Puri Imperium Office Plaza, Ground Fl., Unit G-6 Jl. Kuningan Madya Kav. 5-6, Jakarta 12980 Telephone: +62-21-831-2535 I Facsimile: +62-21-831-1531 Desember 2016 IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN PEMERINTAH DI KECAMATAN PULAU DERAWAN DAN KECAMATAN MARATUA (14 KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR PENERIMA BANTUAN PEMERINTAH TAHAP 1)

IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

Submitted by:

PT. Osana International Indonesia

To : Directorate Coastal Management Directorate General of Marine Spatial Management Ministry of Marine Affairs and Fisheries  

Puri Imperium Office Plaza, Ground Fl., Unit G-6 Jl. Kuningan Madya Kav. 5-6, Jakarta 12980

Telephone: +62-21-831-2535 I Facsimile: +62-21-831-1531

Desember 2016

IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN PEMERINTAH

DI KECAMATAN PULAU DERAWAN DAN KECAMATAN MARATUA

(14 KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR PENERIMA BANTUAN PEMERINTAH TAHAP 1)

Page 2: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

Penanggung Jawab :

Dra. Melva Nababan

Direktur Utama PT. Osana Internasional Indonesia

Tim penyusun :

Zulhamsyah Imran, S.Pi, MSi, PhD

Dr. Ir. Amiruddin Tahir, MSc

Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si

Muhammad Qustam Sahibuddin

Iriani, S.Pi.

Patrick Sullivan, MA

Azhar Ishaq, SPi.

Widaryanti, S.Pi, MM

Nur Simanjuntak

Mimin Kustini, SE

Page 3: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

KATA PENGANTAR

Kemiskinan merupakan isu global maupun nasional karena masih menjadi keprihatinan banyak pihak. Untuk keperluan perencanaan, monitoring, dan evaluasi berbagai program terkait penanggulangan kemiskinan diperlukan sejumlah indikator yang dapat menunjukkan status dan perkembangan penduduk miskin di Indonesia antar waktu, jumlah penduduk miskin, dan persentase penduduk miskin. Publikasi ini menyajikan pengukuran dan identifikasi kemiskinan 2016 bagi masyarakat penerima bantuan pemerintah di Kecamatan Pulau Derawan dan Kecamatan Maratua (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode pengukuran kemiskinan yang telah dilakukan oleh BPS. Metode pengukuran kemiskinan yang telah dilakukan oleh BPS antara lain menggunakan 14 kriteria kemiskinan BPS dan menggunakan garis kemiskinan. Pengukuran menggunakan garis kemiskinan menggunakan garis kemiskinan wilayah dalam hal ini digunakan garis kemiskinan Provinsi Kalimantan Timur (seperti yang dilakukan oleh Bank Dunia untuk mengukur kebutuhan minimum per kapita per bulan). Pengukuran menggunakan garis kemiskinan per keluarga juga dilakukan melalui membandingkan pendapatan/penghasilan per keluarga atau per rumah tangga dibandingkan Upah Minimum Kabupaten (seperti beberapa penelitian kemiskinan yang dilakukan oleh pihak lain). Pengukuran kemiskinan ini berdasarkan data survei kriteria sosial ekonomi, pendapatan dan pengeluaran pada 14 KMP yang menerima bantuan pemerintah dari JFPR ADB (Japan Fund for Poverty Reduction – Asian Development Bank). Pengukuran dan identifikasi kemiskinan ini berguna sebagai basis data bagi para anggota KMP sebelum menerima bantuan pemerintah dan mengukur efektifitas sejauh mana bantuan pemerintah berdampak bagi peningkatan kesejahteraan anggota KMP pada tahun berikutnya. Publikasi ini dapat terealisasi berkat kerjasama berbagai pihak mulai dari petugas pengumpulan data (TPD atau Tenaga Pendamping Desa), Comdev (Community Development) sampai para tim ahli yang mengevaluasi data, menulis dan menyusun publikasi ini. Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi diucapkan penghargaan tinggi dan terima kasih yang tulus.

Jakarta, Desember 2016 Direktur PT Osana Internasional

Dra. Melva Nababan

Page 4: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

DAFTAR ISI  

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR 1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2. Tujuan ...................................................................................................... 2 2. KAJIAN LITERATUR ..................................................................................... 3 2.1. Definisi Kemiskinan ................................................................................ 3 2.2. Pengukuran Kemiskinan ......................................................................... 3

2.3.1. Pendekatan Kebutuhan Dasar ...................................................... 4 2.3.2. Pendekatan Non Moneter BPS .................................................... 4 2.3.3. Pendekatan Bank Dunia (US$) .................................................... 4

3. METODE PENELITIAN ................................................................................. 6 3.1. Kriteria Kemiskinan BPS ........................................................................ 6 3.2. Pengukuran Garis Kemiskinan Daerah ................................................... 7 4. PROFIL RUMAH TANGGA MISKIN ANGGOTA KELOMPOK

MASYARAKAT PESISIR PENERIMA BANTUAN PEMERINTAH DI KABUPATEN BERAU .................................................................................... 9

4.1. Karakteristik Sosial Ekonomi .................................................................. 9 4.1.1. Pendidikan ................................................................................... 9 4.1.2. Kepemilikan tabungan dan/atau aset ........................................... 9

4.2. Karakteristik tempat tinggal .................................................................. 10 4.2.1. Luas Lantai ................................................................................ 10 4.2.2. Jenis lantai ................................................................................. 11 4.2.3. Jenis dinding .............................................................................. 12 4.2.4. Fasilitas Jamban (Fasilitas Buang Air Besar) ............................ 13 4.2.5. Sumber penerangan ................................................................... 14 4.2.6. Sumber air minum ..................................................................... 15

4.3. Konsumsi rumah tangga ........................................................................ 16 4.3.1. Bahan bakar untuk memasak ..................................................... 16 4.3.2. Konsumsi daging / susu / ayam ................................................. 17 4.3.3. Belanja pakaian baru ................................................................. 18 4.3.4. Konsumsi makan dalam sehari .................................................. 19 4.3.5. Pengobatan ................................................................................ 20 4.3.6. Sumber penghasilan ................................................................... 21

5. IDENTIFIKASI KEMISKINAN DAN PENDAPATAN .............................. 23 ANGGOTA KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR PENERIMA BANTUAN PEMERINTAH TAHAP 1 DI KABUPATEN BERAU ............ 23

5.1. Kecamatan Maratua ............................................................................... 23 5.2. Kecamatan Pulau Derawan ................................................................... 26 6. PENUTUP ...................................................................................................... 30

Page 5: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

DAFTAR TABEL Tabel 1 Kriteria Kemiskinan Rumah Tangga menurut BPS ......................................... 6 Tabel 2 Identifikasi tingkat kemiskinan anggota kelompok ......................................... 7 Tabel 3 Perbandingan pendapatan per bulan terhadap KHL atau UMR ....................... 7 Tabel 4 Tabel Garis Kemiskinan Provinsi Kalimantan Timur ..................................... 8 Tabel 5 Pendidikan anggota dari 14 KMP .................................................................... 9 Tabel 6 Kepemilikan tabungan dan/atau aset anggota dari 14 KMP ............................ 9 Tabel 7 Luas lantai tempat tinggal anggota dari 14 KMP ........................................... 10 Tabel 8 Jenis lantai tempat tinggal anggota dari 14 KMP .......................................... 11 Tabel 9 Dinding rumah tempat tinggal anggota dari 14 KMP .................................... 12 Tabel 10 Fasilitas jamban rumah tinggal anggota dari 14 KMP ................................... 13 Tabel 11 Sumber penerangan rumah tinggal anggota dari 14 KMP ............................. 14 Tabel 12 Sumber air bersih rumah tinggal anggota dari 14 KMP ................................. 15 Tabel 13 Bahan bakar memasak sehari-hari oleh anggota dari 14 KMP ...................... 16 Tabel 14 Kemampuan mengkonsumsi daging/susu/ayam rumah tangga oleh

anggota dari 14 KMP ..................................................................................... 17 Tabel 15 Belanja pakaian baru rumah tangga oleh anggota dari 14 KMP .................... 18 Tabel 16 Banyaknya makan pokok dalam sehari anggota dari 14 KMP ...................... 19 Tabel 17 Kesanggupan membayar biaya pengobatan di puskesmas atau poliklinik

oleh anggota dari 14 KMP ............................................................................ 20 Tabel 18 Sumber penghasilan kepala rumah tangga anggota dari 14 KMP ................. 21 Tabel 19 Kategori dan Skor Kemiskinan Keluarga anggota kelompok KMP di

Kecamatan Maratua ........................................................................................ 24 Tabel 20 Garis Kemiskinan anggota KMP di Kecamatan Maratua .............................. 25 Tabel 21 Kategori dan skor kemiskinan keluarga anggota KMP di Kecamatan

Pulau Derawan ............................................................................................... 27 Tabel 22 Garis Kemiskinan anggota KMP di Kecamatan Pulau Derawan ................... 28 Tabel 23 Tiga pengukuran kemiskinan di Kecamatan Pulau Derawan dan

Kecamatan Maratua ........................................................................................ 29

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kepemilikan tabungan dan/aset anggota dari 14 KMP ................................ 10 Gambar 2 Luas lantai tempat tinggal anggota dari 14 KMP ........................................ 11 Gambar 3 Luas lantai tempat tinggal anggota dari 14 KMP ........................................ 12 Gambar 4 Jenis dinding tempat tinggal anggota dari 14 KMP ..................................... 13 Gambar 5 Fasilitas jamban tempat tinggal anggota dari 14 KMP ................................ 14 Gambar 6 Sumber penerangan tempat tinggal anggota dari 14 KMP .......................... 15 Gambar 7 Sumber penerangan tempat tinggal anggota dari 14 KMP .......................... 16 Gambar 8 Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari oleh anggota ..... 17 Gambar 9 Kemampuan mengkonsumsi daging/susu/ayam dalam setahun oleh .......... 18 Gambar 10 Kemampuan membeli pakaian baru dalam setahun oleh anggota ............... 19 Gambar 11 Banyaknya makan pokok dalam sehari anggota dari 14 KMP .................... 20 Gambar 12 Kesanggupan membayar biaya pengobatan di puskesmas atau poliklinik .. 21 Gambar 13 Sumber penghasilan kepala rumah tangga anggota dari 14 KMP ............... 22 Gambar 14 Kriteria Kemiskinan di Kecamatan Pulau Derawan dan

Kecamatan Maratua ..................................................................................... 29

Page 6: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

1

 

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan bersifat

multidimensional karena sangat erat kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan baik sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan menjadi prioritas pembangunan untuk ditangani. Pada dasarnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan sudah dilakukan sejak awal kemerdekaan dengan berbagai macam strategi penanggulangan kemiskinan.

Pengurangan kemiskinan telah lama menjadi pusat perhatian dalam diskusi-diskusi kebijakan pada tingkat pemerintahan nasional maupun pada lembaga dan institusi internasional. Kakwani et al (2004) 1menyatakan bahwa tujuan terpenting dari pembangunan adalah pengurangan kemiskinan, yang mana hal ini dapat dicapai melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan atau dengan distribusi pendapatan yang lebih merata. Jadi, terdapat hubungan segitiga antara pertumbuhan ekonomi, ketidakmerataan pendapatan dan kemiskinan, dimana hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketidakmerataan pendapatan merupakan hubungan dua arah (Bourguignon, 2004)2.

Analisa hubungan segitiga antara ketiga hal tersebut diatas telah menjadi bahan perdebatan yang panjang dan sangat menarik diantara para peneliti dan ekonom, melalui penelitian-penelitian yang telah dilakukan untuk kepentingan teoritis keilmuwan. Sedang diantara para pembuat kebijakan, terutama sekali di negara-negara berkembang, fokus diskusi adalah pada pemilihan strategi pembangunan, yaitu antara mendahulukan pertumbuhan ekonomi atau melaksanakan dengan segera program strategi distribusi pendapatan yang lebih merata, dengan tetap fokus pada pengurangan kemiskinan.

Di Indonesia sendiri, sudah lama dilaksanakan program yang bertujuan untuk mengurangi ketidakmerataan pendapatan dan kemiskinan. Diantaranya adalah Kredit Usaha Tani (KUT), Instruksi Presiden (Inpres), dan Inpres Desa Tertinggal (IDT) serta yang paling kontroversial yaitu Bantuan Langsung Tunai (BLT). KUT adalah suatu skema pinjaman berbunga sangat rendah dan ditujukan untuk petani kecil. Inpres adalah bantuan dana dari pemerintah pusat untuk tingkatan pemerintahan yang lebih rendah dan ditujukan bagi proyek pembangunan infrastruktur secara fisik maupun sosial. Sedangkan untuk mempercepat upaya pengurangan jumlah penduduk miskin di desa-desa tertinggal, dilaksanakan program IDT.

Semua program-program yang diuraikan diatas pada akhirnya bertujuan untuk alokasi distribusi pendapatan yang lebih merata dan pengurangan kemiskinan, baik secara langsung dengan obyeknya adalah penduduk miskin, maupun tidak langsung melalui program pembangunan infrastruktur fisik dan sosial. Pertanyaannya adalah bagaimana peranan pertumbuhan ekonomi terhadap keberhasilan program-program sosial diatas. Secara teoritis pertumbuhan ekonomi adalah engine dari program-program pengurangan ketidakmerataan pendapatan dan kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi.

                                                            1 Kakwani, Nanak, Shahid Khandker, dan Hyun H. Son, 2004. “Pro-Poor Growth: Concepts and Measurement with Country Case Studies.” Working Paper No. 1, International Poverty Centre.

2 Bourguignon, François. 2004. “The Poverty-Growth-Inequality Triangle.” Paper presented at ICRIER, New Delhi, in Februari 2004.

Page 7: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

2

 

Kabupaten Berau memiliki destinasi pariwisata yang sangat terkenal bukan hanya nasional namun juga internasional yaitu Kecamatan Pulau Maratua dan Kecamatan Pulau Derawan. Walaupun cukup terkenal di mancanegara, namun masih banyak masyarakat pada kedua kecamatan tersebut yang masih miskin. Program ADB (Japan Fund for Poverty Reduction) melalui koordinasi Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia mencoba untuk meningkatkan pendapatan dan mengurangi jumlah kemiskinan di kedua kecamatan yang terletak di Kabupaten Berau. Peningkatan pendapatan dan pengurangan jumlah kemiskinan ini diformulasikan melalui Bantuan Pemerintah (BP) dengan membentuk kelompok masyarakat pesisir (KMP) dengan lebih meningkatkan peran perempuan sebagai pengambil keputusan.

1.2. Tujuan

Tujuan yang akan dicapai adalah identifikasi kemiskinan dan pendapatan anggota kelompok masyarakat pesisir yang dapat digunakan sebagai baseline kemiskinan kelompok. Baseline ini nantinya dapat digunakan sebagai data peningkatan pendapatan dan pengurangan kemiskinan anggota kelompok masyarakat pesisir yang memperoleh bantuan pemerintah.

Page 8: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

3

 

2. KAJIAN LITERATUR  

2.1. Definisi Kemiskinan

Kemiskinan secara asal penyebabnya terbagi menjadi 2 macam. Pertama adalah kemiskinan kultural, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor adat atau budaya suatu daerah tertentu yang membelenggu seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu sehingga membuatnya tetap melekat dengan kemiskinan. Kemiskinan seperti ini bisa dihilangkan atau bisa dikurangi dengan mengabaikan faktor-faktor yang menghalanginya untuk melakukan perubahan ke arah tingkat kehidupan yang lebih baik. Kedua adalah kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang terjadi sebagai akibat ketidakberdayaan seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu terhadap sistem atau tatanan sosial yang tidak adil, karenanya mereka berada pada posisi tawar yang sangat lemah dan tidak memiliki akses untuk mengembangkan dan membebaskan diri mereka sendiri dari perangkap kemiskinan atau dengan perkataan lain ”seseorang atau sekelompok masyarakat menjadi miskin karena mereka miskin”.

Secara konseptual, kemiskinan dapat dibedakan menurut kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut, dimana perbedaannya terletak pada standar penilaiannya. Standar penilaian kemiskinan relatif merupakan standar kehidupan yang ditentukan dan ditetapkan secara subyektif oleh masyarakat setempat dan bersifat lokal serta mereka yang berada dibawah standar penilaian tersebut dikategorikan sebagai miskin secara relatif. Sedangkan standar penilaian kemiskinan secara absolut merupakan standar kehidupan minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhaan dasar yang diperlukan, baik makanan maupun non makanan. Standar kehidupan minimum untuk memenuhi kebutuhan dasar ini disebut sebagai garis kemiskinan. 2.2. Pengukuran Kemiskinan

Salah satu aspek penting untuk mendukung Strategi Penanggulangan Kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat. Pengukuran kemiskinan yang dapat dipercaya dapat menjadi instrumen tangguh bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada kondisi hidup orang miskin. Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan kemiskinan antar waktu dan daerah, serta menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi mereka.

Berbeda dengan metode pengukuran kemiskinan yang selama ini berbasis pengeluaran atau konsumsi. Multidimentional Poverty Index (MPI) melihat struktur kemiskinan secara lebih luas bukan sekedar pengeluaran atau konsumsi tapi mendefiniskan secara multidimensi seperti keterbatasan akses terhadap pendidikan, kesehatan dan kualitas hidup. Konsep ini sebenarnya sudah diutarakan oleh Amartya Sen, yang menyebutkan bahwa kemiskinan itu harus dilihat dari berbagai dimensi seperti pendidikan, kesehatan, kualitas hidup, demokrasi dan kebebasan masyarakat terhadap akses ekonomi (BPS, 20163).

Menurut BPS (2016), selama ini, indikator secara global yang banyak digunakan dalam menghitung angka kemiskinan adalah melalui pendekatan moneter seperti garis kemiskinan dengan batas USD. 1,25 Purchasing Power Parity (PPP), USD. 1,5 PPP atau melalui pendekatan konsumsi dasar (basic need) yang digunakan di Indonesia.                                                             3 BPS. 2016. Penghitungan dan Analisis Kemiskinan Makro Indonesia. Peneribit BPS. Jakarta

Page 9: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

4

 

2.3. Kriteria Kemiskinan 2.3.1. Pendekatan Kebutuhan Dasar

Beberapa kelompok atau ahli telah mencoba merumuskan mengenai konsep kebutuhan dasar termasuk alat ukurnya. Konsep kebutuhan dasar yang dicakup adalah komponen kebutuhan dasar dan karakteristik kebutuhan dasar serta hubungan keduanya dengan garis kemiskinan. Informasi dari BPS (2016)4, bahwa rumusan komponen kebutuhan dasar menurut beberapa ahli antara lain adalah: 1. Menurut United Nations (1961), sebagaimana dikutip oleh Hendra Esmara

(1986:289), komponen kebutuhan dasar terdiri atas: kesehatan, bahan makanan dan gizi, pendidikan, kesempatan kerja dan kondisi pekerjaan, perumahan, sandang, rekreasi, jaminan sosial, dan kebebasan manusia.

2. Menurut United Nations Research Institute for Social Development (UNRISD) (1966), sebagaimana dikutip oleh Hendra Esmara (1986:289), komponen kebutuhan dasar terdiri atas: (i) kebutuhan fisik primer yang mencakup kebutuhan gizi, perumahan, dan kesehatan; (ii) kebutuhan kultural yang mencakup pendidikan, rekreasi dan ketenangan hidup; dan (iii) kebutuhan atas kelebihan pendapatan.

3. Menurut Ganguli dan Gupta (1976), sebagaimana dikutip oleh Hendra Esmara (1986:289), komponen kebutuhan dasar terdiri atas: gizi, perumahan, pelayanan kesehatan pengobatan, pendidikan, dan sandang.

4. Menurut Green (1978), sebagaimana dikutip oleh Thee Kian Wie (1981: 31), komponen kebutuhan dasar terdiri atas: (i) personal consumption items yang mencakup pangan, sandang, dan pemukiman; (ii) basic public services yang mencakup fasilitas kesehatan, pendidikan, saluran air minum, pengangkutan, dan kebudayaan.

5. Menurut Hendra Esmara (1986:320-321), komponen kebutuhan dasar primer untuk bangsa Indonesia mencakup pangan, sandang, perumahan, pendidikan, dan kesehatan.

2.3.2. Pendekatan Non Moneter BPS

Pada tahun 2000 BPS pernah melakukan Studi Penentuan Kriteria Penduduk Miskin (SPKPM 2000) untuk mengetahui karakteristik-karakteristik rumah tangga yang mampu mencirikan kemiskinan secara konseptual (pendekatan kebutuhan dasar/garis kemiskinan). Hal ini menjadi sangat penting karena pengukuran makro (basic needs approach) tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi individu rumah tangga/penduduk miskin di lapangan. Informasi ini berguna untuk penentuan sasaran rumah tangga program pengentasan kemiskinan (intervensi program).

Dari hasil SPKPM 2000 tersebut, diperoleh 8 variabel yang dianggap layak dan operasional untuk penentuan rumah tangga miskin di lapangan. Skor 1 mengacu kepada sifat-sifat yang mencirikan kemiskinan dan skor 0 mengacu kepada sifat-sifat yang mencirikan ketidakmiskinan. Namun pada tahun 2003, kriteria tersebut ditambahkan dari 8 kriteria menjadi 14 kriteria kemiskinan. 2.3.3. Pendekatan Bank Dunia (US$)

Untuk membandingkan kemiskinan antar negara, Bank Dunia menggunakan perkiraan konsumsi yang dikonversikan ke dollar Amerika dengan menggunakan paritas

                                                            4 4 BPS. 2016. Penghitungan dan Analisis Kemiskinan Makro Indonesia. Peneribit BPS. Jakarta

Page 10: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

5

 

(kesetaraan) daya beli (purhasing power parity, PPP) per hari, bukan dengan nilai tukar US$ resmi. Angka konversi PPP adalah banyaknya rupiah yang dikeluarkan untuk membeli sejumlah kebutuhan barang dan jasa dimana jumlah yang sama tersebut dapat dibeli sebesar US$ 1 di Amerika Serikat.

Bank Dunia menetapkan garis kemiskinan internasional sebesar 1,25 dollar AS per kapita per hari. Artinya, penduduk yang dianggap miskin di semua negara di dunia ini adalah penduduk yang memiliki pengeluaran kurang dari PPP US$ 1,25 per hari. Penentuan garis kemiskinan sebesar 1,25 dollar AS per kapita per hari didasarkan pada garis kemiskinan 75 negara (less-developed countries dan developing countries) yang dikumpulkan oleh Bank Dunia sepanjang tahun 1990—2005. Sebagian besar garis kemiskinan tersebut ditentukan dengan menggunakan metode penghitungan yang sama, yakni metode biaya pemenuhan kebutuhan dasar (basic need approach). Untuk menghitung garis kemiskinan internasional, Bank Dunia mengkonversi garis kemiskinan 75 negara tersebut yang dinyatakan dalam mata uang masing-masing negara ke dollar AS. Selanjutnya, dengan menggunakan teknik statistik tertentu, para peneliti Bank Dunia menemukan bahwa rata-rata garis kemiskinan untuk 15 negara termiskin (less-developed countries) adalah sebesar 38 dollar AS per kapita per bulan atau sekitar 1,25 dollar AS per kapita per hari. Berdasarkan temuan ini, Bank Dunia kemudian menetapkan bahwa garis kemiskinan internasional sebesar 1,25 dollar AS per kapita per hari. Garis kemiskinan sebesar 1,25 dollar AS per kapita per hari merupakan revisi atau penyempurnaan terhadap garis kemiskinan internasional yang digunakan Bank Dunia sebelumnya, yakni sebesar 1 dollar AS per kapita per hari.

 

Page 11: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

6

 

3. METODE PENELITIAN

3.1. Kriteria Kemiskinan BPS Untuk intervensi program‐program penanggulangan kemiskinan seperti Bantuan

Langsung Tunai (BLT), Program Jamkesmas, dan Program Keluarga Harapan (PKH) diperlukan data yang bersifat mikro. Dalam Bappenas (2010), BPS melakukan survei Pendataan Sosial Ekonomi Penduduk untuk mendapatkan data kemiskinan mikro, berupa direktori rumah tangga yang layak menerima BLT. Ada 14 indikator yang digunakan untuk menentukan rumah tangga miskin. Adapun kriteria atau indikator tersebut disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Kriteria Kemiskinan Rumah Tangga menurut BPS No Kriteria 1 Luas lantai tempat tinggal kurang dari 8 M2 per orang 2 Jenis lantai tempat tinggal tersebut terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan 3 Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbio/kayu berkualitas

rendah/tembikar tanpa plester4 Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5 Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6 Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindungi/ sungai/ air hujan. 7 Bahan masak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah. 8 Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ayam satu kali dalam seminggu. 9 Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10 Hanya sanggup makan sekali atau dua kali dalam sehari. 11 Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas atau poliklinik. 12 Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan jumlah lahan 0,5 ha,

buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp.600.000,- perbulan.

13 Pendidikan tertinggi dari kepala rumah tangga tidak sekolah/ tidak tamat SD/ SD/hanya SMP.

14 Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Identifikasi tingkat kemiskinan berdasarkan kriteria pada Tabel di atas

ditentukan sebagai berikut : 1. Terdapat 1-9 kriteria : rumah tangga ini tergolong hampir miskin (HM), 2. Terdapat 10-11 kriteria : rumah tangga ini indikator tergolong miskin (M) 3. Terdapat kriteria 12-14 : rumah tangga ini indikator yang menunjukkan sangat miskin (SM). Sehingga dalam penentuan tingkat kemiskinan anggota kelompok dapat menggunakan kriteria tersebut. Penilaian identifikasi kemiskinan anggota kelompok disajikan pada Tabel 2.

Page 12: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

7

 

Tabel 2 Identifikasi tingkat kemiskinan anggota kelompok

Kriteria Anggota 1

(1 = ya, 0 = tidak)

Anggota 2 (1 = ya,

0 = tidak)

Anggota 3 (1 = ya,

0 = tidak)

Anggota 4 (1 = ya,

0 = tidak)

Anggota 5 (1 = ya,

0 = tidak)

Anggota … (1 = ya,

0 = tidak) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Total Skor

Indikator miskin

3.2. Pengukuran Garis Kemiskinan Daerah

Selain kriteria kemiskinan dari BPS tersebut, dapat juga digunakan untuk mengukur kesejahteraan yaitu dari pendapatan per bulan dibandingkan dengan indikator KHL (Kebutuhan Hidup Layak) dan UMR (Upah Minimum Regional). Asumsi menggunakan KHL yang digunakan adalah indikator tersebut sudah merupakan hasil kajian untuk kebutuhan minimum seseorang dapat hidup layak. Indikator lain seperti UMR dapat digunakan untuk membandingkan tingkat pendapatan seseorang terhadap upah minimum regional. Perbandingan pendapatan per bulan terhadap KHL dan UMR disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Perbandingan pendapatan per bulan terhadap KHL atau UMR

No. Nama KMP Pendapatan/

bulan

Jumlah tanggungan

keluarga

% Pendapatan dan KHL

% Pendapatan dan UMR

1 2 3

dst Setelah pendapatan rumah tangga dan jumlah tanggungan (anggota keluarga)

diketahui maka dapat dilakukan pengukuran kemiskinan daerah. Garis kemiskinan daerah yang digunakan berdasarkan hasil Susenas bulan Maret 2016 oleh BPS (BPS, 2016). Garis kemiskinan Kabupaten Berau ini menggunakan data Provinsi Kalimantan Timur yang disajikan dalam Tabel 4.

Page 13: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

8

 

Tabel 4 Tabel Garis Kemiskinan Provinsi Kalimantan Timur

No Daerah Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)

1. Perkotaan 519.653 2. Pedesaan 495.975 3. Perkotaan + Pedesaan 511.205

Sumber : BPS (2016)5

                                                            5 BPS. 2016. Penghitungan dan Analisis Kemiskinan Makro Indonesia. Peneribit BPS. Jakarta

Page 14: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

9

 

4. PROFIL RUMAH TANGGA MISKIN ANGGOTA KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR PENERIMA BANTUAN

PEMERINTAH DI KABUPATEN BERAU

4.1. Karakteristik Sosial Ekonomi 4.1.1. Pendidikan

Salah satu indikator yang digunakan untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga adalah pendidikan masyarakat. Pendidikan merupakan salah satu peluang dalam meningkatkan penghasilan. Jika pendidikan masyarakat tinggi biasanya dapat bekerja pada sektor formal dengan jumlah penghasilan atau gaji di atas UMR yang diterima secara tetap setiap bulannya. Jika pendidikan masyarakat itu rendah maka masyarakat harus bekerja secara mandiri atau bekerja di sektor informal dengan penghasilan yang tidak menentu setiap bulannya. Berdasarkan kriteria BPS pendidikan tertinggi dari kepala rumah tangga tidak sekolah/ tidak tamat SD/ SD/hanya SMP pada 14 KMP sebanyak 34 orang atau 47,22 % sedangkan sisanya di atas SMP sebanyak 38 orang atau sebesar 52,78 % (Tabel 5).

Tabel 5 Pendidikan anggota dari 14 KMP No Pendidikan Jumlah (KK) Persentase 1. Pendidikan tertinggi dari kepala rumah tangga

tidak sekolah/ tidak tamat SD/ SD/hanya SMP. 34 47,22

2. Pendidikan tertinggi dari kepala rumah tangga lebih dari SMP.

38 52,78

4.1.2. Kepemilikan tabungan dan/atau aset

Anggota KMP yang memiliki tabungan/barang yang mudah dijual seperti sepeda motor, emas, perak, ternak, kapal motor atau yang lainnya lebih banyak dibandingkan anggota yang tidak memiliki tabungan (Gambar 1). Jumlah kepala keluarga yang telah memiliki tabungan 72,22% dan yang tidak memiliki tabungan 27,78% (Tabel 6). Tingginya kepala keluarga yang telah memiliki tabungan, menunjukkan bahwa tingginya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menabung untuk dapat digunakan pada saat kondisi terdesak. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga tersebut mempunyai perencanaan yang baik dalam menata kehidupan.

Tabel 6 Kepemilikan tabungan dan/atau aset anggota dari 14 KMP No Kepemilikan tabungan dan/atau aset Jumlah (KK) Persentase 1. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah

dijual dengan nilai minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. 

20 27,78

2. Memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. 

52 72,22

Page 15: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

10

 

 Gambar 1 Kepemilikan tabungan dan/aset anggota dari 14 KMP

4.2. Karakteristik tempat tinggal 4.2.1. Luas Lantai

Salah satu indikator perumahan yang digunakan untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga adalah keleluasaan pribadi (privacy) dalam tempat tinggal. Keleluasaan pribadi tercermin dari luas lantai rumah perkapita (m2). Menurut Kementerian Kesehatan, salah satu syarat rumah dikatakan sehat adalah luas lantai rumah per kapitanya minimal 8 m2 (BPS, 2001). Pada Tabel 7 menyajikan karakteristik rumah tangga miskin berdasarkan luas lantai perkapita.

Dilihat dari distribusi rumah tangga miskin menurut kategori luas lantai rumah per kapita yang disajikan pada Tabel 7 tampak bahwa persentase rumah tangga miskin yang menempati luas lantai per kapita ≤ 8 m2 (34,72 %) lebih rendah dibandingkan dengan kategori luas lantai per kapita > 8 m2 (65,28 persen). Angka ini mengindikasikan bahwa sebagian besar rumah tangga anggota KMP luas lantai rumah per kapitanya sudah memenuhi salah satu syarat rumah sehat (Gambar 2).

Tabel 7 Luas lantai tempat tinggal anggota dari 14 KMP No Luas lantai Jumlah (KK) Persentase

1. Kurang dari 8 m2 25 34,72 2. Lebih dari 8 m2 47 65,28

Page 16: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

11

 

 Gambar 2 Luas lantai tempat tinggal anggota dari 14 KMP

4.2.2. Jenis lantai

Tabel 8 menyajikan karakteristik rumah tangga anggota KMP berdasarkan jenis lantai rumah terluas. Head Count Index untuk jenis lantai bukan tanah sebesar 33,33 % dan untuk jenis lantai tanah sebesar 66,67 %. Angka ini mengindikasikan bahwa rumah tangga dengan jenis lantai tanah/bambu/kayu murahan cenderung lebih miskin dibandingkan dengan rumah yang jenis lantainya bukan tanah/bambu/kayu murahan. Tetapi perlu diketahui bahwa penggunaan jenis lantai tanah/bambu/kayu murahan di beberapa daerah merupakan bagian dari sosio-kultural masyarakat tersebut.

Tabel 8 Jenis lantai tempat tinggal anggota dari 14 KMP

No Jenis lantai Jumlah (KK) Persentase

1. Jenis lantai terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan

24 33,33

2. Jenis lantai selain terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan

48 66,67

Apabila dibandingkan antara kategori rumah tangga miskin dan tidak

miskin menurut jenis lantai rumah terluas, dari Gambar 3 terlihat jelas ada perbedaan yang cukup berarti. Persentase rumah tangga KMP yang menggunakan jenis lantai bukan tanah/bambu/kayu murahan terluas lebih tinggi.

Page 17: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

12

 

 Gambar 3 Luas lantai tempat tinggal anggota dari 14 KMP

4.2.3. Jenis dinding 

Berdasarkan jenis dinding rumah tempat tinggal, dari Tabel 9 terlihat bahwa Head Count Index untuk dinding rumah tempat tinggal terbuat dari bambu / rumbio / kayu berkualitas rendah / tembikar tanpa plester tercatat sebesar 29,17 %. Sedangkan persentase rumah tangga KMP yang menggunakan dinding rumah tempat tinggak selain terbuat dari bambu / rumbio / kayu berkualitas rendah / tembikar tanpa plester sebesar 70,83 %.

Gambar 4 juga menunjukkan adanya perbedaan distribusi persentase menurut jenis sebagian besar dinding rumah. Persentase KMP dengan dinding rumah tempat tempat tinggal tidak terbuat dari bambu/rumbio/kayu berkualitas rendah/tembikar tanpa plester lebih tinggi dibanding KMP yang menggunakan dinding rumah tempat tempat tinggal berbahan murah.

Tabel 9 Dinding rumah tempat tinggal anggota dari 14 KMP

No Dinding tempat tinggal Jumlah (KK) Persentase 1. Jenis dinding tempat tinggal

terbuat dari bambu / rumbio / kayu berkualitas rendah / tembikar tanpa plester

21 29,17

2. Jenis dinding tempat tinggal selain terbuat dari bambu / rumbio / kayu berkualitas rendah / tembikar tanpa plester

51 70,83

Page 18: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

13

 

 Gambar 4 Jenis dinding tempat tinggal anggota dari 14 KMP

4.2.4. Fasilitas Jamban (Fasilitas Buang Air Besar)

Ketersediaan jamban menjadi salah satu fasilitas rumah sehat yang sangat penting dalam mendukung pola hidup sehat. Di samping ada tidaknya jamban, indikator penggunaan fasilitas jamban juga penting yang dibedakan atas jamban sendiri, jamban bersama/komunal, dan jamban umum/tidak ada.

Dilihat dari distribusi rumah tangga miskin menurut ketersediaan dan penggunaan fasilitas tampak bahwa persentase rumah tangga anggota KMP yang menggunakan jamban sendiri tercatat sebesar 69,44 % dan yang menggunakan jamban bersama / komunal sebesar 30,56 % (Tabel 10). Tingginya persentase rumah tangga KMP yang menggunakan jamban umum atau tidak memiliki jamban di rumah sendiri mencerminkan rendahnya kemampuan ekonomi rumah tangga.

Tabel 10 Fasilitas jamban rumah tinggal anggota dari 14 KMP No Fasilitas Jamban Jumlah (KK) Persentase

1. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.

22 30,56

2. Memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.

50 69,44

Distribusi persentase rumah tangga anggota yang telah menggunakan jamban

sendiri masih jauh lebih besar dibanding pada rumah tangga anggota KMP yang menggunakan jamban komunal (Gambar 5). Indikasi tersebut menguatkan dugaan bahwa rumah tangga anggota KMP memiliki fasilitas dalam penyediaan fasilitas jamban sendiri sebagai salah satu fasilitas penting untuk dapat dikategorikan sebagai rumah sehat.

Page 19: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

14

 

 Gambar 5 Fasilitas jamban tempat tinggal anggota dari 14 KMP

4.2.5. Sumber penerangan

Indikator perumahan lainnya adalah jenis penerangan rumah yang dibedakan atas menggunakan listrik dan bukan listrik. Dari Tabel 11 dapat diketahui penggunaan listrik di rumah tempat tinggal anggota KMP. Persentase rumah tangga anggota yang sudah menggunakan listrik yaitu sebesar 86,11% dan tidak menggunakan listrik sebesar 13,89 %. Hal ini mengindikasikan bahwa persentase rumah tangga anggota KMP yang menggunakan sumber penerangan listrik lebih banyak dibandingkan rumah tangga anggota KMP yang tidak menggunakan listrik sebagai sumber penerangan (Gambar 6).

Tabel 11 Sumber penerangan rumah tinggal anggota dari 14 KMP No Sumber penerangan Jumlah (KK) Persentase

1. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 

10 13,89

2. Sumber penerangan rumah tangga telah menggunakan listrik. 

62 86,11

Page 20: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

15

 

 Gambar 6 Sumber penerangan tempat tinggal anggota dari 14 KMP

4.2.6. Sumber air minum

Ketersediaan fasilitas air bersih sebagai sumber air minum untuk kebutuhan sehari-hari rumah tangga merupakan indikator perumahan yang juga dapat mencirikan sehat tidaknya suatu rumah. Air bersih dalam uraian berikutnya didefinisikan air kemasan bermerk, air isi ulang, leding meteran, leding eceran, serta sumur bor/pompa, sumur terlindung, dan mata air terlindung dengan jarak ke tempat penampungan limbah / kotoran / tinja terdekat sejauh lebih dari 10 meter. Ketidaktersediaan air bersih di rumah tangga adalah salah satu indikasi dari kemiskinan (BPS, 2016)6.

Dilihat dari distribusi rumah anggota KMP menurut ketersediaan air bersih tampak bahwa persentase rumah tangga anggota KMP yang telah menikmati ketersediaan air bersih sebagai sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindungi/ sungai/ air hujan tercatat sebesar 69,44 %. Sedangkan persentase rumah tangga anggota KMP yang belum menikmati ketersediaan air bersih berasal dari sumur/ mata air tidak terlindungi/ sungai/ air hujan tercatat sebesar 30,56 % (Tabel 12).

Tabel 12 Sumber air bersih rumah tinggal anggota dari 14 KMP No Sumber Air Minum Jumlah (KK) Persentase 1. Sumber air minum berasal dari

sumur/ mata air tidak terlindungi/ sungai/ air hujan.

50 69,44

2. Sumber air minum tidak berasal dari sumur/ mata air tidak terlindungi/ sungai/ air hujan.

22 30,56

Distribusi persentase rumah tangga anggota KMP yang telah menikmati

ketersediaan air bersih sebagai sumber air minum berasal dari sumur / mata air tidak

                                                            6 BPS. 2016. Penghitungan dan Analisis Kemiskinan Makro Indonesia. Peneribit BPS. Jakarta

Page 21: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

16

 

terlindungi / sungai / air hujan lebih besar dibanding pada rumah tangga anggota KMP yang belum menikmati ketersediaan air bersih sebagai sumber air minum berasal dari sumur / mata air tidak terlindungi / sungai / air hujan (Gambar 7). Indikasi tersebut menguatkan dugaan bahwa sebagian besar rumah tangga anggota KMP memiliki kemudahan dalam ketersediaan air bersih sebagai salah satu fasilitas penting kategori rumah sehat sehingga sisanya perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga dapat ikut menikmati sumber air bersih.

 Gambar 7 Sumber penerangan tempat tinggal anggota dari 14 KMP

4.3. Konsumsi rumah tangga 4.3.1. Bahan bakar untuk memasak

Bahan bakar untuk memasak menjadi salah satu kriteria kemiskinan rumah tangga, dimana seseorang atau rumah tangga dianggap miskin bila dalam bahan bakar memasak, rumah tangga tersebut menggunakan arang atau kayu.

Dilihat dari distribusi rumah anggota KMP menurut bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari tampak bahwa persentase rumah tangga anggota KMP yang masih memasak menggunakan kayu bakar / arang / minyak tanah tercatat sebesar 37,50 %. Sedangkan persentase rumah tangga anggota KMP yang sudah tidak menggunakan kayu bakar / arang / minyak untuk memasak tercatat sebesar 62,50% (Tabel 13 dan Gambar 8).

Tabel 13 Bahan bakar memasak sehari-hari oleh anggota dari 14 KMP No Bahan bakar memasak sehari-hari Jumlah (KK) Persentase

1. Bahan masak sehari-hari adalah kayu bakar / arang / minyak tanah. 

27 37,50

2. Bahan masak sehari-hari bukan dari kayu bakar / arang / minyak tanah. 

45 62,50

Page 22: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

17

 

 Gambar 8 Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari oleh anggota

dari 14 KMP 4.3.2. Konsumsi daging / susu / ayam

Berdasarkan kriteria kemampuan mengkonsumsi daging/susu/ayam hanya sebanyak 2 kepala keluarga yang mengkonsumsi sumber protein hewani tersebut lebih dari 1 kali dalam seminggu (Tabel 14). Sedangkan keluarga lainnya (97,22%) dari seluruh keluarga yang menjadi anggota KMP hanya mampu mengkonsumsi daging/susu/ayam paling banyak sekali dalam seminggu, bahkan ada yang hanya mengkonsumsi satu kali dalam sebulan (Gambar 9). Rendahnya tingkat konsumsi daging/susu/ayam yang dilakukan oleh keluarga anggota KMP disebabkan karena mahalnya harga barang tersebut dan rendahnya ketersediaan di pasar yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Hal ini terjadi karena struktur wilayah yang berbentuk kepulauan, sumber protein yang tersedia dengan jumlah yang cukup besar adalah jenis ikan. Jadi, pemenuhan sumber protein hewani keluarga diperoleh dari jenis-jenis ikan yang merupakan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat di wilayah tersebut.

Tabel 14 Kemampuan mengkonsumsi daging/susu/ayam rumah tangga oleh anggota

dari 14 KMP No Membeli pakaian baru Jumlah (KK) Persentase 1. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu

kali dalam seminggu. 70 97,22

2. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam lebih dari satu kali dalam seminggu. 

2 2,78

Page 23: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

18

 

97,22%

2,78%

Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu. 

Gambar 9 Kemampuan mengkonsumsi daging/susu/ayam dalam setahun oleh anggota dari 14 KMP

4.3.3. Belanja pakaian baru

Berdasarkan kriteria belanja pakaian baru, sebagian besar keluarga anggota KMP hanya melakukan pembelian pakaian baru satu kali dalam satu tahun. Hanya sebanyak 6,94 % dari seluruh keluarga anggota KMP yang dapat membeli baju baru lebih dari satu stel dalam satu tahun (Tabel 15 dan Gambar 10). Pembelian baju baru biasanya dilakukan pada bulan puasa untuk menyambut datangnya hari raya lebaran yang merupakan hari kemenangan.

Tabel 15 Belanja pakaian baru rumah tangga oleh anggota dari 14 KMP No Membeli pakaian baru Jumlah (KK) Persentase 1. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam

setahun. 67 93,06

2. Membeli lebih dari satu stel pakaian baru dalam setahun. 

5 6,94

Page 24: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

19

 

93,06%

6,94%

Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

Membeli lebih dari satu stel pakaian baru dalam setahun. 

Gambar 10 Kemampuan membeli pakaian baru dalam setahun oleh anggota dari 14 KMP

4.3.4. Konsumsi makan dalam sehari Konsumsi bahan pokok merupakan salah satu kriteria kemiskinan rumah tangga, dimana seseorang atau rumah tangga masih dianggap miskin apabila hanya sanggup makan sekali atau paling banyak dua kali dalam sehari. Karena untuk memenuhi kebutuhan kehidupan seseorang disarankan untuk makan 3 kali dalam sehari. Distribusi rumah tangga KMP menurut banyaknya makan pokok dalam sehari tercatat bahwa 70,83% hanya sanggup makan sekali atau dua kali dalam sehari sedangkan sisanya sanggup makan lebih dari dua kali dalam sehari (Tabel 16 dan Gambar 11). Sesuai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan tentang kesehatan, dan semakin banyaknya jenis penyakit yang diderita oleh masyarakat, maka besarnya jumlah makan pokok tidak menjadi syarat terpenuhinya kebutuhan kesehatan seseorang. Tabel 16 Banyaknya makan pokok dalam sehari anggota dari 14 KMP

No Banyaknya makan pokok dalam sehari Jumlah (KK) Persentase 1. Hanya sanggup makan sekali atau dua kali

dalam sehari. 51 70,83

2. Sanggup makan lebih dari dua kali dalam sehari. 

21 29,17

Page 25: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

20

 

 Gambar 11 Banyaknya makan pokok dalam sehari anggota dari 14 KMP

4.3.5. Pengobatan

Kesanggupan membayar biaya pengobatan di puskesmas atau poliklinik pada saat menderita suatu penyakit merupakan salah satu kriteria kemiskinan rumah tangga, dimana seseorang dikatakan miskin apabila tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas atau poliklinik.

Rumah tangga anggota KMP sebagian besar sanggup untuk membayar biaya pengobatan di puskesmas ataupun poliklinik. Hanya sebanyak 20,83% rumah tangga anggota KMP yang tidak sanggup untuk membayar biaya pengobatan sendiri (Tabel 17 dan Gambar 12). Tingginya tingkat kesanggupan ini disebabkan oleh keterpaksaan, karena jika keluarga tidak sanggup membayar biaya pengobatan, maka tidak akan dapat pelayanan kesehatan dari puskesmas atau poliklinik tersebut. Ironinya, walaupun seseorang sanggup untuk membayar biaya pengobatan, belum tentu dapat pelayanan optimal dari penyedia layanan kesehatan tersebut. Tabel 17 Kesanggupan membayar biaya pengobatan di puskesmas atau poliklinik oleh

anggota dari 14 KMP No Sumber penghasilan kepala rumah tangga Jumlah (KK) Persentase 1. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di

puskesmas atau poliklinik.15 20,83

2. Sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas atau poliklinik.

57 79,17

Page 26: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

21

 

20,83%

79,17%

Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas atau  poliklinik.

Sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas atau poliklinik.

 Gambar 12 Kesanggupan membayar biaya pengobatan di puskesmas atau poliklinik

oleh anggota dari 14 KMP 4.3.6. Sumber penghasilan

Sumber penghasilan suatu rumah tangga menjadi salah satu kriteria kemiskinan, dimana suatu keluarga dikatakan miskin apabila penghasilan keluarga tersebut kurang dari Rp 600.000 per bulan atau hanya mempunyai lahan pertanian kurang dari 0,5 hektar. Sebagian besar masyarakat di wilayah Kepulauan Derawan menggantungkan hidupnya selain dari sektor pertanian, begitu juga dengan keluarga anggota KMP.

Dilihat dari distribusi rumah anggota KMP menurut sumber penghasilan kepala keluarga, sebanyak 75% kepala keluarga anggota KMP telah memiliki pendapatan lebih dari Rp 600.000 per bulan (Tabel 18 dan Gambar 13). Berdasarkan kriteria sumber penghasilan hanya 25% keluarga anggota KMP yang masuk dalam kategori miskin.

Tabel 18 Sumber penghasilan kepala rumah tangga anggota dari 14 KMP

No Sumber penghasilan kepala rumah tangga Jumlah (KK) Persentase 1. Sumber penghasilan kepala rumah tangga

adalah petani dengan jumlah lahan ≤ 0,5 ha atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp.600.000,- perbulan. 

18 25,00

2. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan jumlah lahan > 0,5 ha atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di atas Rp.600.000,- perbulan. 

54 75,00

Page 27: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

22

 

 Gambar 13 Sumber penghasilan kepala rumah tangga anggota dari 14 KMP

Page 28: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

23

 

5. IDENTIFIKASI KEMISKINAN DAN PENDAPATAN ANGGOTA KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR PENERIMA BANTUAN PEMERINTAH TAHAP 1 DI KABUPATEN BERAU

5.1. Kecamatan Maratua

Kelompok masyarakat pesisir yang mendapat bantuan dan telah dapat dilakukan analisis kemiskinan sebanyak 14 kelompok, dimana 8 kelompok terdapat di Kecamatan Maratua dan 6 kelompok di Kecamatan Pulau Derawan. Kelompok yang terdapat di Kecamatan Maratua antara lain kelompok Made in Maratua, Mella danakan 1, Hand of Maratua, Gurita, Matahari, Maratua Nikmat (Bohebukut), Wira Karya dan Bahaba Lestari. Berdasarkan kriteria kemiskinan BPS yang terdiri dari 14 kriteria dan membagi menjadi 3 kategori kemiskinan yaitu hampir miskin, miskin dan sangat miskin. Jika satu keluarga memenuhi kriteria miskin sebanyak 1-9, masuk dalam kategori hampir miskin, memenuhi kriteria sebanyak 10-11 masuk dalam kategori miskin dan memenuhi 12 kriteria atau lebih dikategorikan sangat miskin. Jumlah skor menunjukkan jumlah kriteria miskin yang terpenuhi oleh satu keluarga dibagi dengan total kriteria kemiskinan (14 kriteria). Semakin tinggi nilai skor menerangkan bahwa semakin banyak kriteria miskin yang terpenuhi oleh keluarga tersebut, sehingga semakin rendah kategori miskin.

Anggota kelompok Made In Maratua sebanyak 80% masuk dalam kategori hampir miskin dan sisanya dikategorikan sebagai keluarga miskin. Rata-rata kriteria miskin yang terpenuhi oleh seluruh keluarga dalam kelompok Made in Maratua adalah 6,8. Jadi secara umum anggota kelompok Made in Maratua dikategorikan sebagai masyarakat yang hampir miskin.

Sebanyak 80% keluarga anggota kelompok Mella Danakan 1 dikategorikan sebagai keluarga hampir miskin dan 20% lainnya keluarga sangat miskin. Rata-rata kriteria miskin yang tercakup dalam keluarga anggota kelompok ini adalah 7 kriteria. Sehingga secara bersamaan kelompok Mella Danakan 1 masuk dalam ketegori keluarga hampir miskin.

Seluruh keluarga anggota kelompok Hand of Maratua masuk dalam kategori hampir miskin. Rata-rata kriteria miskin yang terpenuhi oleh keluarga dalam kelompok tersebut adalah 4,75. Sehingga secara keseluruhan kelompok Hand of Maratua dikategorikan sebagai keluarga hampir miskin.

Keluarga anggota kelompok Gurita termasuk dalam kategori keluarga hampir miskin dengan rata-rata kriteria sebanyak 5,4 kriteria. Secara umum kelompok Gurita dikategorikan sebagai keluarga hampir miskin.

Sebanyak 60% keluarga anggota kelompok Matahari termasuk dalam kategori hampir miskin, 20% termasuk kategori miskin dan 20% termasuk kategori sangat miskin. Rata-rata kriteria miskin yang terpenuhi oleh seluruh keluarga anggota kelompok tersebut adalah 6,4. Sehingga kelompok Matahari ini termasuk dalam kategori hampir miskin.

Keluarga anggota kelompok Maratua Nikmat (Bohebukut) termasuk kategori keluarga hampir miskin dengan rata-rata kriteria 5,4. Sedangkan keluarga anggota kelompok Wira karya termasuk dalam kategori keluarga miskin, dengan rata-rata kriteria 9,8. Sebanyak 20% keluarga termasuk dalam kategori sangat miskin, 40% termasuk kategori miskin dan 40% lainnya termasuk dalam kategori hampir miskin. Secara keseluruhan kelompok Wira karya merupakan keluarga miskin.

Page 29: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

24

 

Sebanyak 80% keluarga anggota kelompok Bahaba Lestari termasuk dalam kategori hampir miskin dan sisanya termasuk kategori sangat miskin dengan memenuhi seluruh kriteria kemiskinan. Rata-rata kriteria miskin yang terpenuhi oleh seluruh anggota kelompok tersebut adalah 9,2. Nilai ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan kelompok ini termasuk dalam kategori keluarga miskin. Secara lengkap kategori dan skor setiap keluarga berdasarkan kelompok yang terdapat di Kecamatan Maratua disajikan pada Tabel 19. Tabel 19 Kategori dan Skor Kemiskinan Keluarga anggota kelompok KMP di

Kecamatan Maratua

Nama KMP / Desa

No Nama Kategori

Kemiskinan Skor

Pendapatan Rata-rata

Rumah Tangga per bulan

% UMR Kabupaten

Berau : 2.455.000

Made In Maratua (Desa Bohesilian)

1 Hedi Hampir Miskin 42,86 2.200.000 89,612 Waskito Hampir Miskin 42,86 2.200.000 89,61 3 Saimin Hampir Miskin 28,57 3.000.000 122,20 4 Widiyanto Miskin 71,43 2.000.000 81,47 5 Ruspandi Hampir Miskin 57,14 2.000.000 81,47

Mella Danakan 1 (Desa Bohesilian)

1 Sarawati Hampir Miskin 21,43 4.500.000 183,30 2 Rosmiani Hampir Miskin 57,14 1.800.000 73,32 3 Darwiah Sangat Miskin 85,71 1.500.000 61,10 4 Susnila Hampir Miskin 35,71 2.000.000 81,47 5 Meli Hampir Miskin 50,00 1.800.000 73,32

Hand of Maratua (Desa Payung-payung)

1 Ahmad Yani Hampir Miskin 21,43 3.500.000 142,57 2 Hepianzyah Hampir Miskin 42,86 2.100.000 85,54 3 Werdianto Hampir Miskin 35,71 2.600.000 105,91 4 Ali Norton Hampir Miskin 35,71 2.500.000 101,83 5 Kurniawansyah - - 2.200.000 89,61

Gurita (Desa Payung-payung)

1 Ropoinson Hampir Miskin 28,57 3.500.000 142,57 2 Saiin Hampir Miskin 64,29 2.300.000 93,69 3 Padliansyah Hampir Miskin 28,57 4.000.000 162,93 4 Mastan Hampir Miskin 35,71 2.600.000 105,91 5 Suwardi Hampir Miskin 35,71 2.600.000 105,91

Matahari (Desa Payung-payung)

1 Indra Wati Hampir Miskin 21,43 3.000.000 122,20 2 Asriani Sangat Miskin 85,71 1.500.000 61,10 3 Arizona Hampir Miskin 21,43 2.800.000 114,05 4 Nicki Hampir Miskin 21,43 2.400.000 97,76 5 Darna Wati Miskin 78,57 1.500.000 61,10

Maratua nikmat / Bohebukut (Desa Teluk Harapan)

1 Ergia Hampir Miskin 28,57 3.000.000 122,20 2 Tarsilah Hampir Miskin 64,29 2.300.000 93,69 3 Nadawati Hampir Miskin 14,29 3.500.000 142,57 4 Henni Wati Hampir Miskin 35,71 2.700.000 109,98 5 Marlina Hampir Miskin 50,00 2.800.000 114,05

Wira Karya (Desa Teluk Alulu)

1 Eka Pratiwi Hampir Miskin 57,14 2.000.000 81,47 2 Haytami Sangat Miskin 92,86 1.500.000 61,10 3 Irwan Hermawan Hampir Miskin 50,00 2.600.000 105,91 4 Tini ahmada Miskin 78,57 1.700.000 69,25 5 Edi Wiranata Miskin 71,43 2.000.000 81,47

Bahaba Lestari (Desa Teluk Alulu)

1 Suhanto Hampir Miskin 35,71 3.000.000 122,20 2 Dedi Damhudi Hampir Miskin 64,29 2.400.000 97,76 3 Doris Hampir Miskin 64,29 2.400.000 97,76 4 Marlianto Sangat Miskin 100,00 1.500.000 61,10 5 Bahruddin Hampir Miskin 64,29 2.500.000 101,83

Page 30: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

25

 

Rata-rata pendapatan per bulan keluarga anggota KMP di Kecamatan Maratua berselang antara Rp. 1.500.000 sampai dengan Rp. 4.500.000. Nilai rata-rata dari seluruh keluarga yang menjadi anggota KMP adalah Rp. 2.461.875. upah minimum Kabupaten Berau sebesar Rp. 2.455.000 per bulan. Secara rata-rata pendapatan keluarga anggota KMP di Kecamatan Maratua sedikit lebih tinggi (0,28%) dari nilai UMR Kabupaten Berau tahun 2016.

Setelah pendapatan rumah tangga per bulan anggota KMP di Kecamatan Maratua diketahui dalam Tabel 19 selanjutnya harus diketahui jumlah tanggungan (anggota keluarga) untuk pengukuran kemiskinan daerah berdasarkan garis kemiskinan Provinsi Kalimantan Timur per kapita per bulan. Garis kemiskinan daerah yang digunakan berdasarkan hasil Susenas bulan Maret 2016 oleh BPS berdasarkan perkotaan + pedesaan sebesar Rp.511.205,00 (BPS, 2016). Garis kemiskinan anggota KMP per kapita per bulan di Kecamatan Maratua disajikan dalam Tabel 20.

Tabel 20 Garis Kemiskinan anggota KMP di Kecamatan Maratua

Nama KMP / Desa No Nama Jumlah

Anggota Keluarga

Penghasilan kapita/bulan

(Rp/kapita/bulan)

Garis kemiskinan: Rp.511.205

Posisi Garis

Kemis- kinan

Made In Maratua (Desa Bohesilian)

1 Hedi 5 440.000 86,07 Bawah 2 Waskito 5 440.000 86,07 Bawah 3 Saimin 6 500.000 97,81 Bawah 4 Widiyanto 6 333.333 65,21 Bawah 5 Ruspandi 6 333.333 65,21 Bawah

Mella Danakan 1 (Desa Bohesilian)

1 Sarawati 4 1.125.000 220,07 Atas 2 Rosmiani 4 450.000 88,03 Bawah 3 Darwiah 7 214.286 41,92 Bawah 4 Susnila 4 500.000 97,81 Bawah 5 Meli 5 360.000 70,42 Bawah

Hand of Maratua (Desa Payung-payung)

1 Ahmad Yani 4 875.000 171,16 Atas 2 Hepianzyah 4 525.000 102,70 Atas 3 Werdianto 6 433.333 84,77 Bawah 4 Ali Norton 5 500.000 97,81 Bawah 5 Kurniawansyah 4 550.000 107,59 Atas

Gurita (Desa Payung-payung)

1 Ropoinson 4 875.000 171,16 Atas 2 Saiin 4 575.000 112,48 Atas 3 Padliansyah 4 1.000.000 195,62 Atas 4 Mastan 4 650.000 127,15 Atas 5 Suwardi 4 650.000 127,15 Atas

Matahari (Desa Payung-payung)

1 Indra Wati 4 750.000 146,71 Atas 2 Asriani 4 375.000 73,36 Bawah 3 Arizona 7 400.000 78,25 Bawah 4 Nicki 4 600.000 117,37 Atas 5 Darna Wati 4 375.000 73,36 Bawah

Maratua nikmat / Bohebukut (Desa Teluk Harapan)

1 Ergia 6 500.000 97,81 Bawah 2 Tarsilah 5 460.000 89,98 Bawah 3 Nadawati 4 875.000 171,16 Atas 4 Henni Wati 5 540.000 105,63 Atas 5 Marlina 8 350.000 68,47 Bawah

Wira Karya (Desa Teluk Alulu)

1 Eka Pratiwi 6 333.333 65,21 Bawah 2 Haytami 7 214.286 41,92 Bawah 3 Irwan

Hermawan6 433.333 84,77 Bawah

Page 31: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

26

 

Nama KMP / Desa No Nama Jumlah

Anggota Keluarga

Penghasilan kapita/bulan

(Rp/kapita/bulan)

Garis kemiskinan: Rp.511.205

Posisi Garis

Kemis- kinan

4 Tini ahmada 10 170.000 33,25 Bawah5 Edi Wiranata 6 333.333 65,21 Bawah

Bahaba Lestari (Desa Teluk Alulu)

1 Suhanto 7 428.571 83,84 Bawah 2 Dedi Damhudi 4 600.000 117,37 Atas 3 Doris 4 600.000 117,37 Atas 4 Marlianto 5 300.000 58,68 Bawah5 Bahruddin 4 625.000 122,26 Atas

Sumber : Data Primer Diolah (2016) Berdasarkan data pada Tabel 20, terdapat 16 orang atau 40 % anggota KMP yang posisinya berada di atas garis kemiskinan. Sisanya sebanyak 24 atau 60 % anggota KMP berada di bawah garis kemiskinan. Artinya, dominan anggota KMP masih perlu mendapatkan bantuan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, sedangkan yang berada di atas garis kemiskinan masih dapat terus ditingkatkan lebih tinggi lagi karena masih masuk kategori kemiskinan berdasarkan kriteria BPS dan kriteria UMK. 5.2. Kecamatan Pulau Derawan

Kajian analisis kemiskinan untuk kelompok masyarakat pesisir yang terdapat di Kecamatan Derawan terdiri dari kelompok Laut Biru, Tenggiri 1, Tenggiri 2, Pegat, Ikan Kakap dan Lahing Dalawan. Kategori kemiskinan mengacu pada kriteria kemiskinan yang diterbitkan BPS yaitu mengacu pada 14 kriteria. Kategori dibedakan menjadi 3 kelas yaitu kategori hampir miskin, miskin dan sangat miskin.

Sebagian besar keluarga yang menjadi anggota kelompok Laut Biru termasuk dalam kategori keluarga hampir miskin. Rata-rata kriteria kemiskinan yang terpenuhi oleh keluarga dalam kelompok ini adalah 7,4, sehingga kelompok ini dikategorikan keluarga hampir miskin.

Sebanyak 80% keluarga anggota kelompok Tenggiri 1 termasuk dalam kategori keluarga hampir miskin dan sisanya keluarga kategori miskin. Rata-rata kriteria kemiskinan yang terpenuhi oleh keluarga dalam kelompok ini adalah 4,6, sehingga secara keseluruhan anggota kelompok ini dikategorikan sebagai keluarga hampir miskin. Begitu juga dengan keluarga anggota kelompok Tenggiri 2, termasuk dalam kategori keluarga hampir miskin dengan rata-rata kriteria 5,4.

Seluruh keluarga yang menjadi anggota kelompok Pegat, Ikan Kakap dan Lahing Delawan termasuk dalam kategori keluarga hampir miskin. Rata-rata kriteria kemiskinan yang terpenuhi oleh anggota kelompok Pegat adalah 6,8, kelompok Ikan Kakap sebanyak 4 kriteria dan kelompok Lahing Dalawan sebanyak 4,4 kriteria. Jadi ketiga kelompok tersebut dikategorikan sebagai keluarga hampir miskin. Kategori dan skor kemiskinan keluarga anggota kelompok yang terdapat di Kecamatan Pulau Derawan disajikan pada Tabel 21.

Rata-rata pendapatan per bulan keluarga anggota KMP di Kecamatan Pulau Derawan berselang antara Rp. 1.500.000 sampai dengan Rp. 5.000.000. Nilai rata-rata dari seluruh keluarga yang menjadi anggota KMP adalah Rp. 2.855.417,-. Sedangkan, upah minimum Kabupaten Berau sebesar Rp.2.455.000,- per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa secara rata-rata pendapatan keluarga anggota KMP di Kecamatan

Page 32: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

27

 

Pulau Derawan lebih tinggi 16% dibandingkan dengan nilai UMR Kabupaten Berau tahun 2016.

Tabel 21 Kategori dan skor kemiskinan keluarga anggota KMP di Kecamatan Pulau Derawan

Nama KMP/ Desa

No Nama Kategori

Kemiskinan Skor

Pendapatan Rata-rata

Rumah Tangga per bulan

% UMR Kabupaten

Berau : 2.455.000

Laut Biru (Tanjung Batu

1 Nurida Hampir Miskin 64,29 2.100.000 85,542 Herwana Hampir Miskin 64,29 2.200.000 89,61 3 Murliani Miskin 78,57 1.500.000 61,10 4 Arbiani Hampir Miskin 35,71 3.000.000 122,20 5 Asniah Hampir Miskin 21,43 5.000.000 203,67 6 Nirba Miskin 71,43 2.200.000 89,617 Junaidah Hampir Miskin 42,86 3.400.000 138,498 Sardi Hampir Miskin 42,86 3.100.000 126,27

Tenggiri 2 (Desa Semanting)

1 Mashuda Hampir Miskin 28,57 3.000.000 122,20 2 Rahmatiah Hampir Miskin 28,57 3.000.000 122,20 3 Zuhainah Hampir Miskin 21,43 2.800.000 114,05 4 Nurmini Miskin 78,57 1.500.000 61,10 5 Sri wahyuni Hampir Miskin 7,14 5.000.000 203,67

Tenggiri 1 (Desa Semanting)

1 Saidah Hampir Miskin 64,29 2.000.000 81,47 2 Namrud Hampir Miskin 28,57 2.700.000 109,98 3 Kustaniah Hampir Miskin 28,57 2.600.000 105,91 4 Sadiah Hampir Miskin 14,29 3.500.000 142,57 5 Nuraini Hampir Miskin 57,14 2.000.000 81,47

Pegat (Desa Pegat)

1 Hj. Hasni Hampir Miskin 50,00 2.500.000 101,83 2 Siti Rohana Hampir Miskin 28,57 3.000.000 122,20 3 Andi Haslia Hampir Miskin 64,29 2.000.000 81,47 4 Ernawati Hampir Miskin 50,00 2.000.000 81,47 5 Agus Hampir Miskin 50,00 3.000.000 122,20

Ikan Kakap (Pulau Derawan)

1 Rawani Hampir Miskin 28,57 3.000.000 122,20 2 Dianti Hampir Miskin 21,43 1.600.000 65,17 3 Yusliani Hampir Miskin 57,14 2.000.000 81,47 4 Delsiah Hampir Miskin 14,29 4.200.000 171,08 5 Lidiya Hampir Miskin 21,43 1.700.000 69,25

Lahing Dalawan (Pulau Derawan)

1 Khasanul Arif Hampir Miskin 21,43 5.000.000 203,67 2 Yuliani Hampir Miskin 28,57 3.500.000 142,57 3 Yulianti Hampir Miskin 28,57 3.700.000 150,71 4 Ida Norsanti Hampir Miskin 21,43 4.800.000 195,52 5 Neni Hampir Miskin 57,14 1.500.000 61,10

Setelah pendapatan rumah tangga per bulan anggota KMP di Kecamatan Pulau

Derawan diketahui dalam Tabel 21 selanjutnya harus diketahui jumlah tanggungan (anggota keluarga) untuk pengukuran kemiskinan daerah berdasarkan garis kemiskinan Provinsi Kalimantan Timur per kapita per bulan. Garis kemiskinan daerah yang digunakan berdasarkan hasil Susenas bulan Maret 2016 oleh BPS berdasarkan perkotaan + pedesaan sebesar Rp. 511.205,- (BPS, 2016). Garis kemiskinan anggota KMP per kapita per bulan di Kecamatan Pulau Derawan disajikan dalam Tabel 22.

Page 33: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

28

 

Tabel 22 Garis Kemiskinan anggota KMP di Kecamatan Pulau Derawan

Nama KMP/ Desa

No Nama Jumlah

Anggota Keluarga

Penghasilan kapita/bulan

(Rp/kapita/bulan)

Garis kemiskinan: Rp.511.205

Posisi Garis

Kemis- kinan

Laut Biru (Tanjung Batu

1 Nurida 3 700.000 136,93 Atas 2 Herwana 4 550.000 107,59 Atas 3 Murliani 7 214.286 41,92 Bawah 4 Arbiani 7 428.571 83,84 Bawah5 Asniah 3 1.666.667 326,03 Atas 6 Nirba 4 550.000 107,59 Atas 7 Junaidah 5 680.000 133,02 Atas 8 Sardi 5 620.000 121,28 Atas

Tenggiri 2 (Desa Semanting)

1 Mashuda 4 750.000 146,71 Atas 2 Rahmatiah 4 750.000 146,71 Atas3 Zuhainah 4 700.000 136,93 Atas 4 Nurmini 3 500.000 97,81 Bawah 5 Sri wahyuni 5 1.000.000 195,62 Atas

Tenggiri 1 (Desa Semanting)

1 Saidah 5 400.000 78,25 Bawah 2 Namrud 4 675.000 132,04 Atas 3 Kustaniah 3 866.667 169,53 Atas4 Sadiah 7 500.000 97,81 Bawah 5 Nuraini 4 500.000 97,81 Bawah

Pegat (Desa Pegat)

1 Hj. Hasni - - -  - 2 Siti Rohana - - -  - 3 Andi Haslia - - -  - 4 Ernawati - - -  - 5 Agus - - -  -

Ikan Kakap (Pulau Derawan)

1 Rawani 5 600.000 117,37 Atas 2 Dianti 6 266.667 52,16 Bawah 3 Yusliani 5 400.000 78,25 Bawah 4 Delsiah 8 525.000 102,70 Atas 5 Lidiya 5 340.000 66,51 Bawah

Lahing Dalawan (Pulau Derawan)

1 Khasanul Arif 5 1.000.000 195,62 Atas 2 Yuliani 5 700.000 136,93 Atas 3 Yulianti 4 925.000 180,95 Atas 4 Ida Norsanti 4 1.200.000 234,74 Atas 5 Neni 4 375.000 73,36 Bawah

Sumber : Data Primer Diolah (2016) Berdasarkan data pada Tabel 22, terdapat 18 orang atau 64,29 % anggota KMP yang posisinya berada di atas garis kemiskinan. Sisanya sebanyak 10 orang atau 35,71 % anggota KMP berada di bawah garis kemiskinan. Artinya, pada Kecamatan Pulau Derawan sebagian besar anggota KMP sudah berada di atas garis kemiskinan sedangkan sisanya perlu mendapatkan bantuan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Anggota KMP di atas garis kemiskinan masih dapat terus ditingkatkan lebih tinggi lagi karena masih masuk kategori kemiskinan berdasarkan kriteria BPS dan kriteria UMK. Pada KMP di Desa Pegat sampai saat penyusunan laporan analisis identifikasi kemiskinan anggota KMP ini belum menyerahkan data, hal ini terjadi karena Desa Pegat yang cukup terisolir dari daratan sehingga harus melalui jalur laut. Biaya yang dibutuhkan untuk mencapai Desa Pegat juga sangat mahal karena harus mencarter speedboat, dimana untuk sekali perjalanan pulang pergi membutuhkan biaya

Page 34: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

29

 

1,5 juta rupiah. Jalur komunikasi ke Desa Pegat ini juga sangat sulit karena ketiadaan sinyal HP di desa ini.

Ketiga pengukuran kemiskinan yang telah dilakukan di Kecamatan Maratua dan Kecamatan Pulau Derawan tersebut dapat dikelompokkan pada Tabel 23. Tabel 23 menunjukkan bahwa rata-rata pengukuran kemiskinan di Kecamatan Pulau Derawan dan Kecamatan Maratua menunjukkan kriteria hampir miskin / di atas UMK / di atas GK dan kriteria miskin / sangat miskin / di bawah UMK / di bawah GK. Pada pengukuran kemiskinan di Kecamatan Pulau Derawan menunjukkan kriteria hampir miskin / di atas UMK / di atas GK sebanyak 71,93 % dan kriteria miskin / sangat miskin / di bawah UMK / di bawah GK sebanyak 28,07 %. Pada pengukuran kemiskinan di Kecamatan Maratua menunjukkan kriteria hampir miskin / di atas UMK / di atas GK sebanyak 54,83 % dan kriteria miskin / sangat miskin / di bawah UMK / di bawah GK sebanyak 45,17 %.

Tabel 23 Tiga pengukuran kemiskinan di Kecamatan Pulau Derawan dan Kecamatan Maratua

No Kriteria 14 Kriteria BPS (%)

Komparasi UMK (%)

Komparasi GK (%)

Rataan (%)

1 Kecamatan Pulau Derawan Hampir Miskin / di atas

UMK / di atas GK 90,91 60,61 64,29 71,93

Miskin / Sangat Miskin / di Bawah UMK / di bawah GK

9,09 39,39 35,71 28,07

2 Kecamatan Maratua Hampir Miskin / di atas

UMK / di atas GK 79,49 45,00 40,00 54,83

Miskin / Sangat Miskin / di Bawah UMK / di bawah GK

20,51 55,00 60,00 45,17

Sumber : Data diolah (2016)

Berdasarkan ketiga pengukuran kemiskinan tersebut menunjukkan Kecamatan Maratua memiliki tingkat kesejahteraan lebih rendah dibandingkan Kecamatan Pulau Derawan. Tingkat kerentanan ekonomi masyarakat lebih banyak ditemukan pada Kecamatan Maratua. Masyarakat pada kriteria hampir Miskin / di atas UMK / di atas GK baik pada Kecamatan Pulau Derawan maupun Kecamatan Maratua perlu lebih ditingkatkan kesejahteraannya. Selain itu, masyarakat pada kriteria hampir Miskin / di atas UMK / di atas GK ini diharapkan dapat menjadi penarik bagi masyarakat pada kriteria miskin / sangat miskin / di bawah UMK / di bawah GK agar dapat lebih bersemangat untuk melakukan usaha.

Kriteria Kemiskinan di Kecamatan Pulau

Derawan Kriteria Kemiskinan di Kecamatan Maratua

28.07

71.93

Hampir Miskin / di atas UMK / di atas GK

Miskin / Sangat Miskin / di Bawah UMK / di bawah GK

54.83

45.17

Hampir Miskin / di atas UMK / di atas GK

Miskin / Sangat Miskin / di Bawah UMK / di bawah GK

Gambar 14 Kriteria Kemiskinan di Kecamatan Pulau Derawan dan Kecamatan Maratua

Page 35: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

30

 

6. PENUTUP

Berdasarkan identifikasi 14 kriteria kemiskinan BPS yang dilakukan pada 14 KMP yang terdapat di Kabupaten Berau, menunjukkan bahwa Kabupaten Berau masuk dalam kategori hampir miskin dan miskin. Pada Kecamatan Pulau Derawan yang termasuk kategori hampir miskin sebanyak 90,91 % dan kategori miskin 9,09 %. Pada Kecamatan Maratua yang termasuk kategori hampir miskin sebanyak 79,49 %, termasuk kategori miskin 10,26 % dan termasuk kategori sangat miskin 10,26 %.

Selanjutnya adalah membandingkan data pendapatan dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK) dengan kategori di atas UMK (>100) dan di bawah UMK (≤100). Pada Kecamatan Pulau Derawan terdapat 60,61 % anggota KMP (20 KK) yang pendapatannya di atas UMK dan terdapat 39,39 % anggota KMP (13 KK) yang pendapatannya dibawah UMK. Pada Kecamatan Maratua terdapat 45 % anggota KMP (18 KK) yang pendapatannya di atas UMK dan terdapat 55 % anggota KMP (22 KK) yang pendapatannya dibawah UMK.

Identifikasi kemiskinan berdasarkan pengukuran kemiskinan menurut Bank Dunia, dapat diketahui dengan melihat pendapatan per kapita per orang per bulan (Rp/orang/bulan) yang akan dibandingkan dengan Garis Kemiskinan (GK) menurut BPS Provinsi Kalimantan Timur sebesar Rp. 511.205,00 per kapita/orang/bulan. Jika pendapatan per kapita per bulan anggota KMP di atas GK (>100) maka dikatakan bahwa pendapatan berada di atas Garis Kemiskinan dan sebaliknya jika di bawah GK (≤100) maka dikatakan bahwa pendapatan berada di bawah Garis Kemiskinan. Berdasarkan pengukuran kemiskinan garis kemiskinan ini, pada Kecamatan Pulau Derawan terdapat 64,29 % (18 orang anggota KMP) yang posisinya berada di atas garis kemiskinan, sedangkan sisanya sebanyak 35,71 % (10 orang anggota KMP) berada di bawah garis kemiskinan. Pada Kecamatan Maratua terdapat 40 % (16 orang anggota KMP) yang posisinya berada di atas garis kemiskinan, sedangkan sisanya sebanyak 60 % (24 orang anggota KMP) berada di bawah garis kemiskinan.

Berdasarkan ketiga pengukuran kemiskinan tersebut menunjukkan bahwa Kecamatan Maratua memiliki tingkat kesejahteraan lebih rendah dibandingkan Kecamatan Pulau Derawan. Masyarakat pada kriteria hampir miskin / di atas UMK / di atas GK ini diharapkan dapat menjadi penarik bagi masyarakat pada kriteria miskin / sangat miskin / di bawah UMK / di bawah GK agar dapat lebih bersemangat melakukan usaha  untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Page 36: IDENTIFIKASI KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN ... · (14 kelompok masyarakat pesisir penerima bantuan pemerintah tahap 1). Pengukuran kemiskinan ini dilakukan berdasarkan metode

 

31

 

DAFTAR PUSTAKA Bourguignon, François. 2004. “The Poverty-Growth-Inequality Triangle.” Paper

presented at ICRIER, New Delhi, in Februari 2004. BPS. 2016. Penghitungan dan Analisis Kemiskinan Makro Indonesia. Peneribit BPS.

Jakarta Kakwani, Nanak, Shahid Khandker, dan Hyun H. Son, 2004. “Pro-Poor Growth:

Concepts and Measurement with Country Case Studies.” Working Paper No. 1, International Poverty Centre.