Upload
doanthien
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ICONIS (International Conference on Islamic Studies)
Thema: Exploring the Moderation of Islam Within Indonesia Civilization
IAIN Madura, 27-28 Oktober 2018
The formation of the Student through the Tadarus Character of the Qur'an
in facing the Era of Disruption
by: Dr. Hindun*
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
[email protected] / [email protected]
Abstract
Al-Quran and As-Sunnah is a source of Islamis teachings which are both believed to be a
single truth and interpreted by her differently, as there seemed to be a change as is
characteristic of the existence of intellectual dynamism in Islam. Charge characters that
should always be attached to the personality of the students alredy should reflect the values
that are contained in it. No matter where students are and whenever the Koran read and
constantly can be a positive characteristic which spawns an atmosphere of comfort for
anyone.enc
Read the text in each paragraph for the sake of glorious before the lecture starts is one of the
efforts that are integrated into the syllabus or curriculum at Islamic Collage to form the
character of the students in facing the era of disruption. The development of science and
technology has freed a student from the association with the place when having to learn
something and when the world is getting integrated without restrictions as well as the
growing flow of information quickly, then College and university students are required to
actively prepare environmental change, both locally and globally. “Open eyes open the
Qur’an” into quotes or words that sounded pearls every day, so the digital age which can not
be separated with the gadgets, while delivering its own spaces specifically religious character
that is not eroded by the times.
Through observation, report “tadarus” per weekend and now the spread of this paper will
provide a description of the character are clearly the student through the “Tadarus of Qur’an”
in facing the Era of Disrupt. Qualitative research was chosen by the researcher because as
revealed by Creswell (2010:4), that qualitative research is a method to explore and
understand the meaning that comes from social issues or humanity.
Keyword: characters, Qur’an tadarus, Era of Disruption, quotes “Open Eyes Open Qur’an”
Pembentukan Karakter Mahasiswa melalui Tadarus Alqur’an
dalam Menghadapi Era Disrupsi*
by: Dr. Hindun**
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
[email protected] / [email protected]
Abstrak
Al-Qur’an dan Al-Sunnah merupakan sumber ajaran Islam yang keduanya diyakini
sebagai kebenaran tunggal dan ditafsirkan oleh penganutnya secara berbeda, seolah tampak
selalu terdapat perubahan sebagaimana ciri khas adanya dinamika intelektual dalam Islam.
Muatan karakter yang harus selalu melekat pada kepribadian mahasiswa sudah selayaknya
mencerminkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Di mana pun mahasiswa berada dan
kapan pun Alquran dibaca senantiasa bisa menjadi karakteristik positif yang menebarkan
suasana kenyamanan bagi siapa saja.
Membaca ayat demi ayat dalam setiap surat Alquran sebelum perkuliahan dimulai
merupakan salah satu upaya yang terintegrasi dalam silabus atau kurikulum di perguruan
tinggi Islam untuk membentuk karakter mahasiswa dalam menghadapi era disrupsi.
Perkembangan iptek telah membebaskan mahasiswa dari keterkaitan dengan tempat ketika
harus mempelajari sesuatu dan ketika dunia semakin terintegrasi tanpa sekat serta arus
informasi yang kian cepat, maka perguruan tinggi dan mahasiswa dituntut untuk aktif
mempersiapkan diri menghadapi perubahan lingkungan, baik lokal maupun global. “Buka
mata buka Qur’an” menjadi quotes atau kata mutiara yang didengungkan setiap hari,
sehingga era digital yang tidak bisa lepas dengan gadget, tetap memberikan ruang tersendiri
secara khusus bahwa karakter religi tidak tergerus oleh zaman.
Melalui observasi, report tadarus per pekan dan angket yang terdistribusikan, tulisan
ini akan memberikan deskripsi secara jelas tentang Pembentukan Karakter Mahasiswa
melalui Tadarus Alqur’an dalam Menghadapi Era Disrupsi. Dipilihnya penelitian kualitatif
oleh peneliti karena sebagaimana diungkap oleh Creswell (2010:4), bahwa penelitian
kualitatif merupakan metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang berasal dari
masalah sosial atau kemanusiaan.
Kata kunci:
karakter, tadarus Alqur’an, era disrupsi, quotes “Buka Mata Buka Qur’an”
*Makalah dipresentasikan pada kegiatan ICONIS (International Conference on Islamic Studies) yang
bertema: Exploring the Moderation of Islam Within Indonesia Civilization, di IAIN Madura, 27-28
Oktober 2018
**Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENDAHULUAN
Membentuk karakter bukanlah persoalan mudah. Seseorang bisa berubah dari tidak
santun menjadi santun atau dari kurang bertanggung jawab menjadi sangat bertanggung
jawab bahkan dari tidak bertanggung jawab menjadi pribadi yang bertanggung jawab, dari
tidak peduli menjadi peduli atau dari tidak disiplin menjadi disiplin, tentunya membutuhkan
proses. Suatu proses memerlukan waktu. Oleh karena itu, dibutuhkan aktivitas tertentu yang
didesign atau dikembangkan sehingga menjadi rutinitas atau kebiasaan positif yang dibangun
guna mewujudkan tujuan.
Tadarus atau membaca qur’an yang dilaksanakan secara terus-menerus dan setiap hari
merupakan aktivitas yang dipilih untuk membentuk karakter peserta didik (mahasiswa_
sebagai sasaran objek penelitian) ini. Bertemu dengan dosen dan bertatap muka pada setiap
perkuliahan yang diawali dengan tadarus menjadi aktivitas positif yang terintegrasi dalam
silabus atau kurikulum berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) untuk
melahirkan pribadi-pribadi dengan karakter yang unggul.
Karakter yang dimaksud tersebut biasa dikenal dalam istilah agama sebagai kepemilikan
terhadap akhlakul karimah atau akhlak mulia. Masyarakat era sebelum digital menyebutnya
dengan budi pekerti.
METODE
Metode kualitatif deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini akan menampilkan
hasil sebaran angket dengan beberapa kategori. Tiga klasifikasi deskripsi yang ditampilkan
akan terlihat dari butir pertanyaan yang dijawab oleh mahasiswa sebagai responden. Pertama
yakni karakter yang terbangun berupa goal setting, tanggung jawab (sense of responsibility),
disiplin, rasa memiliki (sense of belonging), dan keyakinan atau rasa percaya diri
(confidence). Kelima karakter tersebut diakhiri dengan penyebutan dalam bentuk persen.
Instrumen butir pertanyaan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
NO
Butir pertanyaan
Kategori karakter %
keyakinan atau rasa percaya diri (confidence)
rasa memiliki (sense of belonging)
disiplin tanggung jawab (sense of responsibility)
goal setting
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Ket.
No. 1, 2, 3 = keyakinan atau rasa percaya diri (confidence).
No. 4, 5 = rasa memiliki (sense of belonging)
No. 6, 7 = disiplin
No. 8,9,10,11 = tanggung jawab (sense of responsibility)
No. 12, 13 = Goal setting
Bagian kedua adalah klasifikasi sebagai wujud moral action terdiri dari kompetensi,
keinginan (will) dan kebiasaan (habit). Bagian ketiga sebagai deskripsi terakhir yaitu melihat
kekinian perilaku atau sikap mahasiswa yang berada di era disrupsi.
Pertanyaan-pertanyaan dalam angket yang mengarah pada bagian deskripsi yang
ketiga yakni dalam wujud kalimat (1) Saya membaca qur’an menggunakan..... (2) Jika suatu
hari saya bepergian ke luar negeri, maka saya..... (3) Jika tersedia pilihan, maka saya lebih
suka qur’an dalam bentuk .....
Ketiga butir pertanyaan itu mengarah kepada sebuah era yang setiap orang dituntut
untuk siap berubah tanpa pikir panjang atau dengan kata lain siap mengikuti perubahan
zaman dengan segala konsekuensinya dan mengerahkan segenap kompetensi yang dimiliki
untuk bisa seiring sejalan bersinergi pada area perubahan tersebut. Untuk itu, pilihan –pilihan
pada butir pertanyaan yang tiga tersebut lebih ditekankan pada keberadaan penggunaaan IT,
seperti adanya software dari hand phone, mengikuti rekaman dari CD, cukup mendengarkan
bacaan quran dari I-ped dan sebagainya.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini secara deskriptif kualitatif menyampaikan tentang karakter mahasiswa
yang terbangun melalui tadarus Alqur’an. Terdapat lima jenis karakter yang muncul melalui
sebaran angket yang dilakukan oleh peneliti. Kelima jenis karakter tersebut adalah berupa
goal setting, tanggung jawab (sense of responsibility), disiplin, rasa memiliki (sense of
belonging), dan keyakinan atau rasa percaya diri (confidence). Sebelum angket disebar, maka
perlu diketahui bahwa area penelitian ini dibatasi pada mahasiswa yang kuliah di Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki dua belas
jurusan. Peneliti mengambil tiga jurusan sebagai sampel yakni Jurusan Pendidikan Kimia,
Jurusan Manajemen Pendidikan dan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Berdasarkan random sampel yang mendapat distribusi angket, maka persentase dari
tiap kelas kelompok mahasiswa dapat dinyatakan, yakni kelas Pendidikan Kimia yang
berjumlah 28 mahasiswa dengan persentase karakter goal setting = 70,71 % + 93,57 %,
tanggung jawab (sense of responsibility)= 72,14 % + 94,28 % + 90,71% + 93,57 %, disiplin=
74,10 % + 90,17%, rasa memiliki (sense of belonging)= 87,14% + 82,14%, dan keyakinan
atau rasa percaya diri (confidence)= 71,07 % + 100 % + 66,78 %. Selanjutnya kelas
Manajemen Pendidikan dengan jumlah mahasiswa 39 orang, maka persentase karakter goal
setting = 88,46 % + 94,61 %, tanggung jawab (sense of responsibility)= 77,94 % + 100% +
87,69 % + 91,79 %, disiplin= 61,66 % + 91,66 %, rasa memiliki (sense of belonging)= 86,92
% + 98,71 %, dan keyakinan atau rasa percaya diri (confidence)= 77,17 % + 96,41 % + 93,84
%. Kemudian kelas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan jumlah mahasiswa 31
orang, maka persentase karakter goal setting = 78,70 % + 97,41 %, tanggung jawab (sense of
responsibility)= 77,58 % + 96,12 % + 96,77 % + 92, 25 %, disiplin= 66,12 % + 91, 29 %,
rasa memiliki (sense of belonging)= 88, 38 % + 92,25 %, dan keyakinan atau rasa percaya
diri (confidence)= 77, 74 % + 92, 25 % + 92,25 %.
PEMBAHASAN
Definisi tentang karakter banyak dikemukakan oleh para pakar pendidikan. Salah satu
definisi itu yakni, bahwa “karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh
individu”.1
Mengupas masalah karakter atau akhlakul karimah dalam penelitian, pasti menyentuh
pula para peneliti terdahulu yang juga telah banyak meneliti tentang hal itu. Di antara judul
penelitian sebelumnya yang pernah melakukan penelitian serupa yakni Khidmatul Mamluah
(tahun 2017) dengan judul “Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Bertokoh Dahlan Iskan
dan Pemanfaatannya sebagai Bahan Ajar Teks Novel”. Perbedaan tulisan ini dengan peneliti
terdahulu sangatlah jelas bahwa Khidmatul (Jurnal Dialektika, vol. 4 no. 1, Juni, 2017, hlm.
115, P-ISSN: 2407-506X) meneliti mengenai pendidikan karakter yang seolah tidak nyata
atau dalam wujud imajinatif, karena terdapat di dalam novel, sedangkan tulisan ini secara
konkret menyentuh sikap atau perilaku mahasiswa yang berada di lingkungan FITK UIN
Jakarta pada tiga jurusan yang dijadikan sampel. Selain itu, karakter yang dimunculkan
pengarang dalam novel sebagai objek penelitian tersebut ada sebelas, yakni karakter religius,
jujur, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat, gemar membaca, dan tanggung jawab.
Senada dengan penelitian dalam novel bertokoh Dahlan Iskan tersebut, maka Fitra
Youpika dan Darmiyati Zuchdi dari Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta
meneliti tentang “Nilai Pendidikan Karakter Cerita Rakyat Suku Pasemah Bengkulu dan
Relevansinya sebagai Materi Pembelajaran Sastra”. Hasilnya yaitu ditemukan nilai
pendidikan karakter yang terdapat dalam legenda, terdiri dari karakter pemberani, tanggung
jawab, peduli sosial, disiplin, rendah hati, dan religius.
Berbeda lagi dengan penelitian Dwiyanto Djoko Pranowo. Judul penelitian mengenai
pendidikan karakter adalah “Implementasi Pendidikan Karakter Kepedulian dan Kerjasama
pada Matakuliah Keterampilan Berbicara Bahasa Prancis dengan Metode Bermain Peran”.
Perbedaan yang terlihat dari penelitian Dwiyanto dengan tulisan ini yaitu bahwa karakter
yang diteliti oleh peneliti terdahulu hanya dua, yaitu karakter kepedulian dan kerjasama.
Metode yang dipakai pun berbeda. Sebagaimana judul Dwiyanto tentang implementasi, maka
PTK (Penelitian Tindakan Kelas) lah yang digunakannya di FBS Universitas Negeri
Yogyakarta. Adapun tulisan ini memakai kualitatif deskriptif untuk mengetahui karakter
mahasiswa yang terbangun melalui tadarus Alqur’an.
Sebagai pedoman hidup manusia, Alqur’an bagi pemeluk agama Islam mutlak
dijadikan rujukan agar setiap penganut agama itu berpegang teguh padanya. Qur’an yang
dibaca setiap hari oleh mahasiswa (muslimin dan muslimat), akan memberikan dampak
tersendiri bagi pembacanya. Dimulai dari masalah rasa yang hanya bisa diungkap oleh si
pembaca Alqur’an hingga dampak sikap atau perilaku bagi yang mengimani atau meyakini
segala hal yang termaktub di dalamnya. Oleh karena itu, aktivitas membaca Alqur’an di awal
perkuliahan merupakan bentuk aktivitas yang sengaja dibiasakan sebagai desaign untuk
pembentukan karakter mahasiswa, khususnya di lingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus sebagai integrasi ke-Islaman yang
menjadi ciri kampus berlabel /nomenklatur Islam.
1 Dorland’s Pocket Medical Dictionary . 1968, h. 126.
Dengan demikian, apabila banyak pendapat mengenai character building atau
pembentukan karakter, maka beragam temuan karakter dari berbagai fenomena di kehidupan
manusia akan tereksplor. Sebagaimana pendapat yang mengungkapkan bahwa, “ada tujuh
karakter dasar manusia yang dapat diteladani dari nama-nama Allah, yaitu: (1) jujur, (2)
tanggungjawab, (3) disiplin, (4) visioner, (5) adil. (6) peduli, dan (7) kerjasama.”2 Ketujuh
karakter itu tidak semuanya ada dalam diri manusia, meskipun tidak menutup kemungkinan
ada manusia yang memang memiliki ketujuh karakter tersebut.
Pembentukan karakter mahasiswa melalui kegiatan tadarus Alquran, sebagaimana
hasil penelitian ini mengungkap lima karakter. Salah satu teori tentang pengembangan nilai
karakter dikemukakan oleh Thomas Lickona; 1998, bahwa nilai-nilai karakter terdiri dari tiga
bagian yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral action.” Tulisan ini berfokus pada
“moral action” yang dijabarkan menjadi tiga klasifikasi sehingga tersebar dalam tujuh butir
pertanyaan khusus dalam angket yang didistribusikan kepada mahasiswa dari tiga jurusan
yang berbeda sebagai sampelnya.
Tindakan moral (moral action) berikut ini untuk melihat gambaran karakter mahasiswa
secara konkret yang juga disertai dengan observasi dalam bentuk laporan per pekan tentang
hasil tadarus mahasiswa. Moral action yang dimaksud terdiri dari: a.) Kompetensi
(competence); b.) Keinginan (will); dan c.) Kebiasaan (habit).
Hasil angket yang disebar oleh peneliti menunjukkan dalam persentasi, berupa empat
karakter unggul yang secara berurutan dimiliki oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta -yang rutin atau terus menerus melakukan
kegiatan “tadarus” ketika mengawali kegiatan perkuliahan- yaitu karakter sense of belonging
/ rasa memiliki dengan total 92,8 %, goal setting= 91,5 %, tanggung jawab= 90,6 %, rasa
percaya diri (confidence= 89,1 %, dan karakter disiplin= 82,1 %. Urutan pertama tersebut
“karakter rasa memiliki (sense of belonging)” mengindikasikan bahwa rasa memiliki terhadap
kampus atau kecintaan kepada alamamater menjadi modal dasar identitas mahasiswa
perguruan tinggi ini. Efek membaca Alqur’an menumbuhkan rasa kepemilikan yang tinggi
bagi mahasiswa dalam mengabarkan kepada dunia bahwa status sebagai mahasiswa Fakutas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi suatu kebanggaan.
Selanjutnya, karakter goal setting menunjukkan bahwa mahasiswa selalu mempunyai target
dalam pencarian wawasan keilmuannya juga jati diri yang sedang dalam proses pembentukan
kedewasaan akhir. Target menjadi sarjana, target menyelesaikan setiap tugas perkuliahan dan
target-target lainnya yang positif bagi kehidupan akademik mahasiswa yang bersangkutan.
Kemudian, karakter tanggung jawab menampilkan suatu profil yang memang sudah
seharusnya dimiliki bagi siapapun yang akan menuju pada tingkat kedewasaan tertentu.
Berikutnya, karakter rasa percaya diri yang bisa berpengaruh pada cara bertutur kata, cara
berpakaian atau berpenampilan dalam kelas atau dalam presentasi ketika diskusi di sebuah
forum. Terakhir adalah karakter disiplin yang menjadi takaran atau standar universal dalam
berbagai keperluan kehidupan, misalnya tepat waktu masuk kelas pada perkuliahan, tepat
waktu menyelesaikan studi S-1, tepat waktu sholat, tepat waktu mengumpulkan hasil tugas
kuliah, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil angket yang disebar itupun mendeskripsikan bahwa mahasiswa yang
memiliki persentasi tertinggi dari karakter-karakter unggul itu adalah mahasiswa jurusan
Manajemen Pendidikan. Karakter yang dimaksud yakni sense of belonging, goal setting, dan
confidence. Ketiga karakter yang terbangun dari kebiasaan membaca Alquran di awal
perkuliahan ini sangatlah mendukung sebuah zaman atau era yang disebut era disrupsi.
Memang harus ditonjolkan karakter-karakter tersebut, karena sangat dibutuhkan untuk
menyikapi suatu perubahan cepat yang terkadang perubahan itu tidak bisa diprediksi
2 Ari Ginanjar dalam Darmiyati Zuhdi,dkk. (2009)
sebelumnya, sebagaimana manusia memprediksi bahwa kalau ibu hamil harus sembilan
bulan, barulah melahirkan. Kenyataannya ada yang mengandung hanya 7 bulan dan sudah
melahirkan. Demikian pula perubahan cuaca yang dulu demikian mudah ditebak, misalnya
kalau memasuki Bulan September dan seterusnya, maka pastilah musim hujan. Kenyataannya
cuaca pun sudah menjadi ekstrim, sulit diprediksi. Di sinilah diperlukan karakter-karakter
unggul untuk menghadapi dan mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi.
SIMPULAN
Tadarus Alqur’an harus terus dilakukan secara berkesinambungan agar pembentukan karakter mahasiswa bisa terwujud sebagaimana yang diharapkan oleh para pengajar,
pendidik dan stake holders.
Karakter mahasiswa yang terbangun melalui tadarus Alqur’an adalah karakter
keyakinan atau rasa percaya diri (confidence), rasa memiliki (sense of belonging),
disiplin, tanggung jawab (sense of responsibility), dan goal setting.
Karakter unggul yang dimiliki oleh mahasiswa melalui tadarus Alqur’an yakni karakter disiplin (82,1 %=mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia), tanggung jawab
(90,6 %= mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia), rasa memiliki
(sense of belonging)=92,8 % berada pada karakter mahasiswa Jurusan Manajemen
Pendidikan, karakter rasa percaya diri (confidence)=89, 1 % berada pada mahasiswa
Jurusan Manajemen Pendidikan dan goal setting pun dimiliki oleh mahasiswa Jurusan
MP sebanyak= 91,5 %
BIBLIOGRAPHY
Creswell, John W. 2014. Penelitian Kualitatif dan Desain Riset; Memilih di antara Lima
Pendekatan (diterjemahkan dari judul “Qualitative Inquiry and Research Design; Choosing Among Five Approaches), Jakarta: Pustaka Pelajar. Edisi ke-3. Cetakan pertama.
David Elkind & Freddy Sweet. 2004. Caracter Education. New York : Oxford Dorland’s Pocket Medical Dictionary. 1968 Lickona, Thomas. 1998. Education for Charater: How Our Schools Can Teach Respect and
Responsibility. New York: Batam Books. Muslich, Masnur. 2013. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multi-Dimensional.
Jakarta: PT Bumi Aksara. Zuchdi, Darmiyati, dkk. 2013. Model Pendidikan Karakter: Terintegrasi dalam Pembelajaran
dan Pengembangan Kultur Sekolah. Yogyakarta: CV. Multi Pre-sindo MP. LAMPIRAN
Angket tentang “Membaca Qur’an” Bacalah pertanyaan-pertanyaan berikut ini, kemudian jawablah secara jujur! Beri tanda silang (x) dan isilah titik-titik yang tersedia! Nama : ................................................................... NIM : ...................................................................
NO Butir Pertanyaan tentang Pembentukan Karakter melalui tadarus Alqur’an
1. “Buka mata buka Qur’an” menjadi quotes atau kata mutiara yang.................
a. Harus melekat pada diri saya
b. Sudah saya tahu
c. Cukup diketahui
d. Baru didengar
e. Berat bagi saya untuk diterapkan 2. Dengan membiasakan diri membaca qur’an setiap hari, Saya jadi takut bicara
“bohong” pada teman, kakak/adik, orang tua, bahkan tetangga. a. Ya b. tidak
3. Membantu ibu “menyapu halaman rumah” atau “mencuci piring” atau “menjaga adik”, atau “memesankan ojol (ojek online)” menjadi hal yang menyenangkan bagi saya setelah “membaca qur’an setiap hari” jadi kebiasaan. a. Ya b. tidak
4. Jika ada orang lain atau seseorang yang berupaya untuk mengubah ayat dalam Alqur’an, maka sikap saya: a. Benci dan marah kepadanya b. Biasa saja c. Bukan urusan saya d. Terkejut
5. Dengan membiasakan diri membaca qur’an setiap hari, Saya jadi makin bangga
menjadi mahasiswa perguruan tinggi berlabel Islam (UIN Jakarta). a. Ya b. tidak
6. Membaca qur’an setiap hari, saya lakukan pada waktu:
a. Sehabis sholat subuh
b. Sehabis sholat maghrib
c. Sehabis sholat isya
d. Sehabis sholat tahajud
e. Kapan saja 7. Suasana tempat membaca qur’an yang asyik bagi saya yakni di:
a. Mushola b. Masjid c. Teras belakang rumah d. Teras depan rumah e. Kamar sendiri f. Ruang tamu keluarga
8. Bila satu hari tidak membaca qur’an, hal yang dirasakan: a. Gelisah b. Tidak nyaman c. Seperti ada sesuatu yang tertinggal d. Biasa saja e. Tidak berpengaruh apapun di hati
9. Dengan membiasakan diri membaca qur’an setiap hari, Saya jadi rajin sholat lima waktu. a. Ya b. Tidak
10. Dengan membiasakan diri membaca qur’an setiap hari, Saya jadi berupaya untuk menyelesaikan tugas-tugas dari dosen secara tepat waktu.
a. Ya b. tidak 11. Dengan membiasakan diri membaca qur’an setiap hari, Saya jadi merasa bersalah
apabila tidak belajar secara sungguh-sungguh dalam perkuliahan. a. Ya b. tidak
12. Punya target dalam membaca qur’an:
a. Tidak b. tidak 13. Dengan membiasakan diri membaca qur’an setiap hari, Saya jadi lebih bersemangat
untuk menyelesaikan studi S-1 dan meraih gelar sarjana. a. Ya b. tidak
Lampiran report baca qur’an oleh PJ= Fahrul Wafi dan Rizki Renaldi
( 2 org koordinator per kelas)