9
PGM 2010, 33(1): 14-22 Hubunqan status gizi mikm denqan status gizi anak remaja SLTP Yuniar R, dkk HUBUNGAN STATUS ZAT GlZl MlKRO DENGAN STATUS GlZl PADA ANAK REMAJA SLTP (THE CORRELATION OF MICRONUTRIENT AND NUTRITIONAL STATUS AMONG JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS) Yuniar Rosrnalina 'dan Fitrah Ernawati ' ABSTRACT Rational: Good Nutritional status is the basic building block of human capital. To improve the quality of human resources, some attention must be given to the micronutrient and the nutritional status of our human resource. Junior high school students provide the pool of human capital for the future. According to a survey, the micronutrient and nutritional status of these children are still under the satisfactory level. Objectives: To find out the correlation between micronutient status and nutrirional status among junior high school students. Methods: Study design is a cross-sectional. The samples are junior high school at grade one-two and healthy. They were not menstruating and willing to parcipate in this study. Results: This study find out 27.6 % of junior high school were stunted, 6.7% were severely stunted. and 14.7% were underwight. We also find around 37% anemic. 30% were vitamin A deficient, and 41% had zinc deficiency. The average intake of iron, vitamin A and zinc were 40% 50% and 40% respectively, while the average of energy and protein intake were 60% of RDA. Conclucions: There is no correlation between micronutrient status and nutritional status among the students (height by agelage standart) [Penel Gizi Makan 2010, 33(1): 14-22] Keywords: micronutrient status, nutritional status, zinc status, junior high school PENDAHULUAN A nak sekolah merupakan sumber daya manusia (SDM) di masa depan sebagai generasi penerus bangsa yang potensinya dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Untuk mempersiapkan SDM yang tangguh, sehat dan produktif perlu perhatian sedini mungkin. Untuk mewujudkan harapan seperti itu masih banyak kendala yang harus diatasi. Beberapa hasil penelitian mengungkapkan sebagian anak sekolah masih mengalami berbagai gangguan gizi. Hasil RISKESDAS 2008 menunjukkan prevalensi status gizi anak sekolah (&I4 tahun) secara nasional dengan kategori kurus dan sangat kurus menurut indeks IMT menurut umur pada laki-laki sebesar 13,3% dan perempuan 10,9%.' Status gizi berdasarkan indeks IMT rnenurut umur menggambarkan kekurangan gizi pada saat ini Gangguan gizi selain disebabkan karena kekurangan zat gizi makro (energi dan protein), dapat juga disebabkan kurang zat gizi mikro (zat besi,vitamin A dan seng) atau kombinasi dari ketiganya. Saat ini status gizi secara antropometri lebih dikaitkan dengan asupan zat gizi makro (karbohidrat, kalori, protein dan lemak). Padahal peranan zat gizi makro tidak akan optimal tanpa kehadiran zat gizi mikro. Rata-rata konsumsi orang dewasa yang dianjurkan sebesar 2100 kalori per hari merupakan patokan global dengan asumsi di dalamnya tersedia zat gizi mikro yang memadai. Pada kenyataannya masih ditemukan kekurangan zat gizi mikro sepefti zat besi dan vitamin A di rnasyarakat. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) melaporkan prevalensi anemia pada anak sekolah dan remaja masih sebesar 3 6 , 5 ~ . ~ Dampak anemia pada kalangan pelajar sangat merugikan karena membuat lesu. lemah, semangat belajar menurun, rentan terhadap penyakit sehingga berakibat prestasi belajar menurun. I Puslitbang Gizi dan Makanan, Badan Litbang Kesehatan. Kemenkes RI

Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP

PGM 2010, 33(1): 14-22 Hubunqan status gizi mikm denqan status gizi anak remaja SLTP Yuniar R, dkk

HUBUNGAN STATUS ZAT GlZl MlKRO DENGAN STATUS GlZl PADA ANAK REMAJA SLTP

(THE CORRELATION OF MICRONUTRIENT AND NUTRITIONAL STATUS AMONG JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS)

Yuniar Rosrnalina 'dan Fitrah Ernawati '

ABSTRACT

Rational: Good Nutritional status is the basic building block of human capital. To improve the quality of human resources, some attention must be given to the micronutrient and the nutritional status of our human resource. Junior high school students provide the pool of human capital for the future. According to a survey, the micronutrient and nutritional status of these children are still under the satisfactory level. Objectives: To find out the correlation between micronutient status and nutrirional status among junior high school students. Methods: Study design is a cross-sectional. The samples are junior high school at grade one-two and healthy. They were not menstruating and willing to parcipate in this study. Results: This study find out 27.6 % of junior high school were stunted, 6.7% were severely stunted. and 14.7% were underwight. We also find around 37% anemic. 30% were vitamin A deficient, and 41% had zinc deficiency. The average intake of iron, vitamin A and zinc were 40% 50% and 40% respectively, while the average of energy and protein intake were 60% of RDA. Conclucions: There is no correlation between micronutrient status and nutritional status among the students (height by agelage standart) [Penel Gizi Makan 2010, 33(1): 14-22]

Keywords: micronutrient status, nutritional status, zinc status, junior high school

PENDAHULUAN

A nak sekolah merupakan sumber daya manusia (SDM) di masa depan sebagai generasi penerus bangsa

yang potensinya dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Untuk mempersiapkan SDM yang tangguh, sehat dan produktif perlu perhatian sedini mungkin. Untuk mewujudkan harapan seperti itu masih banyak kendala yang harus diatasi. Beberapa hasil penelitian mengungkapkan sebagian anak sekolah masih mengalami berbagai gangguan gizi.

Hasil RISKESDAS 2008 menunjukkan prevalensi status gizi anak sekolah (&I4 tahun) secara nasional dengan kategori kurus dan sangat kurus menurut indeks IMT menurut umur pada laki-laki sebesar 13,3% dan perempuan 10,9%.' Status gizi berdasarkan indeks IMT rnenurut umur menggambarkan kekurangan gizi pada saat ini

Gangguan gizi selain disebabkan karena kekurangan zat gizi makro (energi dan protein), dapat juga disebabkan kurang

zat gizi mikro (zat besi,vitamin A dan seng) atau kombinasi dari ketiganya.

Saat ini status gizi secara antropometri lebih dikaitkan dengan asupan zat gizi makro (karbohidrat, kalori, protein dan lemak). Padahal peranan zat gizi makro tidak akan optimal tanpa kehadiran zat gizi mikro. Rata-rata konsumsi orang dewasa yang dianjurkan sebesar 2100 kalori per hari merupakan patokan global dengan asumsi di dalamnya tersedia zat gizi mikro yang memadai. Pada kenyataannya masih ditemukan kekurangan zat gizi mikro sepefti zat besi dan vitamin A di rnasyarakat. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) melaporkan prevalensi anemia pada anak sekolah dan remaja masih sebesar 3 6 , 5 ~ . ~ Dampak anemia pada kalangan pelajar sangat merugikan karena membuat lesu. lemah, semangat belajar menurun, rentan terhadap penyakit sehingga berakibat prestasi belajar menurun.

I Puslitbang Gizi dan Makanan, Badan Litbang Kesehatan. Kemenkes RI

Page 2: Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP

PGM 2010.33(1): 14-22 Hubungan status gizimikro dengan status gizi anak remaja SLTP Yuniar R, dkk

~ e k u r a n ~ a n seng yang terjadi pada usia sekolah dapat berakibat gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan sel otak.

Kekurangan seng yang terjadi pada usia sekolah dapat berakibat gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan sel otak. Menurut Groff. 1998 defisiensi seng dapat menu~nkan kemampuan ekspresi gen dalam proses replikasi sel dan pertumbuhan t u ~ a n ~ . ~

Selain anemia dan defisiensi Zn ternyata pada anak sekolah ditemukan juga masalah defisiensi vitamin A. Menurut Wiryatmaji B. Kadar serum vitamin A <2! ugldl pada anak sekolah sebesar 24%. Menurut WHO bila prevalensi defisiensi vitamin A ( ~ 2 0 ugldl) lebih dari 15 termasuk masalah kesehatan masyarakat. Tulisan ini akan menyajikan hasil penelitian mutakhir mengenai profil status zat gizi mikro dan status gizi antropometri dan bagaimana hubungan status gizi keduanya pada anak remaja SLTP.

BAHANDANCARA

Desain dan lokasi Desain penelitian adalah "

Crossectional". Penelitian dilakukan di wilayah kabupaten Bogor dari bulan Juni sampai Agustus 2009.

Sampel penelitian Sampel penelitian adalah Murid SMP

kelas I dan II laki-laki dan perempuan yang memenuhi kriteria inklusi yaitu umur 11 - 15 tahun, sehat fisik dan klinis, tidak sedang menstruasi dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian

Besar sampel Besar sampel (N) dihitung dengan

rumus Lemeshow ( 2 0 0 0 ) . b e n g a n perkiraan prevalensi gizi kurang (stunting) sebesar 16% maka untuk memperoleh gambaran prevalensi diperlukan N sebesar 300 anak.

menggunakan kuesioner. Data klinis dikumpulkan dengan cara anamnesa dan pemeriksaan klinis oleh dokter. Berat badan menggunakan timbangan digital merk Seca dengan ketelitian 0, l kg. Sedangkan tinggi badan diukur dengan menggunakan "Microtois" dengan ketelitian 0.1 cm. lndikator status Gizi berdasarkan Tinggi Badan menurut Umur dan lndeks Massa Tubuh dihitung dari rasio Berat badan dengan Tinggi badan dikurang seratus kuadrat. lndikator dianalisis menggunakan standard WHO 2005. Analisis biokimia ( Hb) menggunakan metoda Cyanmethemoglobin. Analisa Vitamin A dengan HPLC dan analisis Zink menggunakan Atomic Absorbtion Spectrofotometer (AAS) dan konsumsi makanan dengan metoda recall 2x24 jam.'@

Manajemen dan analisis data Manajemen data meliputi kegiatan

editing, entri dan cleaning data sebelum dilakukan analisis. Editing mulai dilakukan oleh pewawacara semenjak data diperoleh dari jawaban responden. Analisis data ditujukan untuk mencapai tujuan penelitian. Data disajikan dalam bentuk rata-rata, simpang baku, sebaran, uji statistik yang digunakan adalah uji Chi- square.

Karakteristik Responden Tabel 1 memperlihatkan karakteristik

responden. Jumlah sampel terpilih keseluruhan 300 orang, sebagian besar (63,3%) adalah murid perempuan dengan rata-rata umur 13.0 i 0,3 tahun, sedangkan murid laki-laki 13,l + 0,4 tahun.

Hampir 80% ibu dari sampel adalah ibu Rumah Tangga dan urutan kedua adalah PNS, sebesar 6,0%. Sementara sebagian besar (27,1%) bapak bekerja sebagai buruh bangunan dan urutan kedua terbesar (254%) adalah pedaganglwiraswasta.

Jenis data dan cara pengumpulan data Data yang dikumpulkan meliputi:

identitas dan karakteristik sampel

Page 3: Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP

PGM 2010,33(1): 14-22 Hubungan status gizimikm dengan status gizi anak remaja SLTP Yuniar R, dkk

Tabel 1 Karakteristik Responden

Variabel N %

Jenis Kelamin

Laki- laki

Perempuan

Peke rjaan ibu

PNS,TNI,POLRI

Pegawai swasta

Buruh bangunan

Dagang

Tidak kerja/lRT

Lainnya

Pekerjaan Bapak

Tidak ke j a

PNS,TNI,POLRI

Pegawai Swasta

Buruh bangunan

Daganglwiraswasta

Petani

PenjahiVsopir.ojek

Lainnva

Tabel 2 memperlihatkan hasil perempuan. Baik murid laki-laki maupun penimbangan berat badan, pengukuran perempuan mempunyai rata-rata nilai IMT tinggi badan dan perhitungan lndeks Massa normal berdasarkan standar WHO (2005), Tubuh (IMT). Terlihat pada tabel di bawah yaitu masing-masing 17,l untuk laki-laki rata-rata tinggi badan dan berat badan dan 18.4 untuk perempuan. murid laki-laki sedikit lebih tinggi dari murid

Page 4: Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP

PGM 2010,33(1): 14-22 Hubungan status gizi mikm dengan status gizi anak remaja SLTP Yuniar R. dkk

Tabel 2 Hasil Pengukuran Antropometri

Variabel

Laki-laki Perempuan (n =110) (n =190) Total

Berat badan (kg)

Tinggi badan (cm) 149,6 f 9,2 148,8 f 5,8 149,l f 7,05

lndeks Masa Tubuh (IMT)(KgI m2) 17,l + 2,3 18.4 + 2,6 17,8 + 2,55

Status Gizi Standard deviasi (SD) dan pendek bila <-2 Status gizi ditentukan berdasarkan SD dan normal - lSD sampai + I SD. Anak

tinggi badan menurut umr (TBIU) dan dikatakan sangat kurus bila IMTlU c -3 SD. lndeks Masa Tubuh menurut Umur dan kurus bila IMTIU c -2SD dan normal >=- jenis kelamin (IMTIU). Menurut WHO 2005, 2SD sampai + 1 SD. anak dikatakan sangat pendek bila rata- Gambaran status gizi anak berdasarkan rata TBIU kurang dari -3 WHO, 2005 disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Penyebaran Status Gizi menurut TBIU dan IMTIU

Sangat TBlUJenis pendek Pendek Normal Total

kelamin n f%l n ("h) n ("h) n ("A)

Perempuan 12 ( 63) 47 (24,7) 131 (68,9) 190 (100,O)

Total 20 (6.7) 83 (27,6) 197 (65.7) 300 (1 00,O)

Jenis Sangat Kurus Normal Gemuk Total Keiamin Kurus

n (Oh) n (Oh) n (Oh) n ("h) n (%)

Laki-laki 19 (17.2) 90 (81,8) 1 (09) I10 (100.0)

Perempuan 1 (03) 25 (13,8) 163 (85,8) 1 (03) 190 (100,O)

Total 1 (03) 44 (14,7) 253 (84,3) 2 (0,7) 300 (100.0)

Dari Tabel 3, teriihat bahwa prosentase anak SLTP dengan kategori pendek dan sangat pendek untuk anak laki-laki sebesar 32,7% dan 7,2%, sedangkan pada anak perempuan sebesar 24.7% dan 6,3%. lndikator lain untuk melihat status gizi anak remaja adalah indeks masa tubuh menurut umur dan jenis kelamin (IMTIU). Dengan indicator tersebut ternyata persentase anak dengan kategori kurus dan pada anak laki-laki sebesar

17,2% dan anak perempuan sebesar 13.8%. Dibandingkan dengan angka nasional Riskesdas tahun 2008, hasil penelitian ini sedikit lebih tinggi.

Konsumsi Zat Gizi Gambar 1 memperlihatkan ..-I . ,

persentase konsumsi zat gizi terhadap ' ,..\

angka kecukupan gizi (% AKG) menurut jenis kelamin.

Page 5: Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP

PGM 2010. 33(1): 14-22 Hubuogan status gizi mikm dengan status gizi anak remaja SLTP Yuniar R, dkk

Gambar 1 Konsumsi Zat Gizi (% AKG) menurut Jenis Kelamin

Gambar 1 menunjukkan bahwa vitamin A dibawah 50% dan konsumsi seng konsumsi zat gizi makro khususnya energi hanya 30%. dan protein masih cukup rendah. Konsumsi energi maupun protein anak laki-laki Status Gizi Mikro maupun perempuan hanya mencapai Hasil pemeriksaan biokimia seperti sekitar 60%. Sedangkan konsumsi zat gizi kadar Hb, vitamin A (retinol) dan zinc mikro masih jauh dari angka kecukupan. disajikan pada Tabel 4. Konsumsi zat besi masih dibawah 30%.

Tabel 4 Rata-rata Kadar Hemoglobin, Retinol dan Zinc

Laki-laki Perempuan

Mikronutrien N Rata-rata + - N Rata-rata + P SD SD

Hb (gldl) 110 12.8 + 1,5 190 12,4 + 1 3 0.026

Retinol (ugldi) 69 25,O + 6.8 125 26.1 + 7 3 0.276

Zinc (ug1L) 65 0.68 + a15 134 0.76+ OJ4 0.000

Pada Tabel 4 terlihat rata-rata kadar menunjukkan perbedaan yang berkna (p Hb murid murid laki-laki lebih tinggi secara ~0.05) pgldl, dengan nilai kisaran 10,l bermakna (p= c0.05) dibandingkan dengan pgldl sampai 48.2 pgldl. Sebaran status zat murid perempuan, sebaliknya kadar serum gizi mikro (status Hb, retinol dan Zinc retinol dan zinc lebih tinggi dibandingkan dalam serum) menurut jenis kelamin dengan murid laki-laki, namun hasil analisis disajikan pada Tabel 5. menunjukkan hanya kadar zinc yang

Page 6: Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP

PGM 2010.33(1): 14-22 Hubungan status gizi mikm dengan status gizi anak remaja SLTP Yuniar R, dkk

Tabel 5 Penyebaran Murid SLTP menurut Status Zat Gizi Mikro dan Jenis Kelamin

Variabel Laki-laki Perempuan Total

n O h N O h N %

Status HB

Anemia (Hb < 12 gldl) 39 35,5 75 395 114 38,O

Tidak anemia (Hb > 12 gldl) 71 645 115 603 186 62,O

Status Vitamin A

Rendah ( < 20 pgldl) 20 29,O 36 28.8 56 28,9

Normal ( ~ 2 0 pgldl) 49 71 .O 89 71.2 139 71,l

Status Zinc

Rendah ( c 0.70 pglL) 45 52,9 40 29,9 85 38,8

Normal ( ,0,70 pgIL) 40 47,l 94 70,l 134 61.2

Menurut WHO seorang anak remaja (umur 13 - 15 tahun) dikatakan anemia bila kadar Hb el2 gldl. Berdasarkan kriteria tersebut, terlihat pada Tabel 5 persentase anemia sebesar 38.0%. bila dipisah murid laki-laki dan perempuan masing-masng sebesar 35.5% dan 39,5%. secara statistik tidak berbeda bermakna.

Status vitamin A dalam serum dikatakan rendah, bila kadar retinol serum c20 pgldl (WHO). Pada Tabel 5 , terlihat bahwa persentase kurang vitamin A (retinol) sebesar 28.9%, bila dipisah antara murid laki-laki dan perempuan, masing- masing sebesar 29, 0% dan 28.8%. secara statistik tidak berbeda bermakna.

Menurut Gibson, status zink dikatakan rendah bila kadar zink dalam

serum <0,70 pglL. Berdasarkan nilai batas tersebut, maka persentase murid dengan status zink rendah sebesar 38,8%. Bila dipisah antara laki-laki dan perempuan. masing-masing sebesar 52,9% dan 29.9%. secara statstik berbeda bermakna (P = 0.05)

Hubungan status zat gizi mikro dan status gizi (TBIU)

Tabel 6 memperlihatkan rata-rata kadar Hb, retinol dan zink menurut status gizi dengan indicator TBIU. Hubungan dengan indikator IMTIU tidak dianalisis karena proporsi murid yang menderita hanya 14,7%.

Tabel 6 Rata-rata Kadar Haemoglobin, Retinol dan Zinc Murid menurut Status Gizi

S t a t u s Gizi(TB1U)

Variabel Pendek dan sgt pendek Normal P

N Rata-rata f SD N Rata-rataf SD

Hb (gldl) 102 12,4i 1,34 197 12.7 * 1.35 0,059

Retinol (pgldl) 71 24.7 k 6.08 122 26.4 * 7,61 0,107

Zinc (ua/L) 79 0,68 k 0.16 139 0.74 * 0,14 0.042*

Page 7: Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP

PGM 2010,33(1): 14-Zi Hubungan sf& gizimikm dengan stahls gizi anak remaja SLTP Yuniar R, dkk

Tampak pada Tabel 6 rata-rata kadar dengan status gizi normal, masing-masing Hb, retinol dan zink anak SLTP dengan sebesar 0.68 f 0,161 pg/L dan 0.74 k status gizi kurang (pendek dan sangat 0.143 pglL. pendek) hampir sama dengan anak Untuk mengetahui adanya hubungan berstatus gizi normal. Akan tetapi murid antara status anemia, vitamin A (retinol) dengan status gizi kurang mempunyai dan zinc dengan status gizi dilakukan uji kadar zinc yang lebih rendah secara bivariat. Hasil uji statistic disajikan pada bermakna (p ~0.05) dari pada murid Tabel 7.

Tabel 7 Status Anemia, Vitamin A (Retinol) dan Zinc menurut Status Gizi

Variabel Status Gizi (TBIU) P

Kurang Normal

n N

Haemoglobin

Anemia (Hb c 12 gldl) 44 69 0,107

Tidak anemi (Hb >12 gldl) 58 128

Retinol

Rendah ( c 20 pgldl) 21 34 0,462

Normal ( 5 2 0 pgldl) 50 88

Zinc

Rendah ( c 0,70 pglL) 36 49 0.088

Normal ( 50,70 glL) 43 90

Terlihat pada Tabel 7, bahwa tidak ada kurus menurut IMTlU pada anak remaja ini hubungan antara status anemia, status sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan vitamin A dan zinc dengan status gizi. angka nasional (Riskesdas.2008).

Gambaran status zat gizi mikro untuk BAHASAN remaia SLTP menuniukkan bahwa

Dari Tabel 1, terlihat bahwa sebagian besar sampel berasal dari keiuarga menengah kebawah dengan mata pencaharian sebagian besar orang tua adalah buruh bangunan dan pedagang. Dengan mata pencaharian demikian diperkirakan mempunyai pendapatan yang relatif rendah

Persentase remaja SLTP dengan kategori pendek dan sangat pendek ternyata cukup tinggi (27,7%). Sedangkan persentase anak remaja dengan kategori kurus menurut IMTIU untuk laki-laki sebesar 17,7% dan perempuan 10.9% Data ini menggambarkan bahwa kekurangan gizi pada anak remaja sudah berlangsung lama (kronis). Menurut Basuni .A (2002) mengatakan bahwa status gizi anak sekolah sangat dipengaruhi status gizi saat balita. Angka prevalensi status gizi

p r e ~ & ? n ~ i anemia pads remaja SLTP masih cukup tinggi sebesar 393%. Dibandingkan dengan an ka SKRT (2004) belum banyak berubah? Demikian juga anak dengan kekurangan vitamin A masih cukup tinggi sebesar 29,9%. Menurut WHO, bila kekurangan vitamin A (c20 ugldl) lebih dari 15% termasuk masalah kesehatan masyarakat.

Prevalensi kurang zinc banyak terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan, masing-masing sebesar 59.9% dan 29,9%. Nampaknya kekurangan zinc juga sudah berlangsung lama, mungkin sejak balita. Menurut hasil penelitian Herman.S (2005) menunjukkan bahwa kekurangan zink pada anak balita cukup tinggi sebesar 40,0%.'~

Bila dikaitkan dengan dengan konsumsi zat gizi (Gambar I), khususnya

Page 8: Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP

PGM 2010,33(1): 14-22 Hubungan sfatus gizi mikm dengan status gizi anak remaja SLTP Yuniar R. dkk

konsumsi zinc terlihat bahwa konsumsi zinc dari makan sehari-hari untuk anak laki- laki maupun perempuan masih jauh dari kecukupan hanya 30,1%. Konsumsi energi dan protein yang hanya sekitar 60% dari Angka Kecukupan juga mempunyai kontribusi terhadap rendahnya asupan zat gizi mikro

KESIMPULAN

Dari data yang dikumpulkan dapat disimpulkan sebagai berikut :

Persentase anak remaja SLTP dengan kategori pendek dan sangat pendek masing-masing sebesar 27.6% dan 6,7%. Persentase anak remaja SLTP dengan kategori kurus dan sangat kurus masing-masing sebesar 14,7% dan 0,3%. Persentase anak SMP dengan kadar Hb rendah ( 4 2 g/DL) sebesar - -

37.5% 4. Persentase anak dengan status

vitamin A rendah(c20 ugldl) sebesar 28,9%

5. Persentase anak dengan status zinc rendah (<70 ug/L) sebesar 41,4%.

6. Konsumsi energi dan protein masih rendah (dibawah angka kecukupan gizi yang dianjurkan) yaitu 60%.

7. Konsumsi zat besi, vitamin A dan zink dari rnakanan sangat rendah masing-masing berkisar 24-29% AKG. 3946% AKG dan 29-30% AKG.

8. Tidak ada hubungan antara status status zat gizi mikro dengan status Gizi

SARAN

Mengingat persentase murid SMP yang termasuk kategori kurus, anemia dan kurang zinc anak SMP masih cukup tinggi perlu dilakukan suplementasi zat gizi makro maupun mikro secara terpadu. Sebaiknya program PMT AS perlu digalakkan kembali sebagai salah satu muatan dalam program UKS.

berpartisipasi sebagai sampel pada penelitian. Rasa terima kasih yang sama juga kami sampaikan kepada pihak Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional atas pembiayaan penelitian ini. Kepada Bapak Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Dramaga, Kabupaten Bogor dan lbu Kepala Sekolah SMP Negeri 6 Kota Bogor dan Bapak Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Fathusa'adah Kecamatan Cimahpar Kabupaten Bogor, tidak lupa kami ucapkan terima kasih atas izin yang diberikan kepada kami untuk melakukan penelitian di ketiga sekolah tersebut. Khusus kepada Bapak-Bapak dan lbu-lbu guru yang telah memberikan bantuan yang sangat berarti selama pelaksanaan penelitian di sekolah, kami ucapkan terima kasih. kami ucapkan rasa terima kasih yang mendalam. Mudah- mudahan hasil penelitian yang diperoleh dapat memberikan rnanfaat khususnya bagi dunia pendidikan.

Rasa terirna kasih vana sama iuaa . - kami sampaikan kepada pihak ~irekiorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional atas pembiayaan penelitian ini.

RUJUKAN

1. Badan Litbang Kesehatan, DepKes RI. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007-2008. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, 2008.

2. Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI, 2001.

3. Groff. J.L. and Sareen.S. Gropper. Advanced Nutrition and Human Metabolism. Third Ed. Wadsworth. 1998

4. Wiryatmadji dkk. Laporan Survai WFP'S Nutrition Rehabilitation. Programme in Madura, Lombok and West Timor. Jakarta WFP'S, 2007.

5. Alfred Sommer and Frances R. Davidson. Assessment and Control ~ ~

UCAPAN TERIMA KASlH of Vitamin A Deficiency: The Annecy Accord. Proceeding of the XX

Ucapan terima kasih seluruh siswa International Vitamin A Consultative SMP Negeri 1 Drarnaga Kabupaten Bogor, Group Meeting. American Society for SMP Negeri 6 Kota Bogor dan Madrasah Nutritional Sciences, 2002. Tsanawiyah Fathusa'adah Kecamatan Cimahpar Kabupaten Bogor yang telah ikut

Page 9: Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP

PGM 2010,33(1): 14-22 Hubungan status gin'mikm dengan status gizi anak remaja SLTP Yuniar R, dkk

6. Lemeshow et.al. Besar Sampel 8. Gibson, RS. Priciple of Nutrition Dalam Penelitian Kesehatan. Assessment. New York: New York Yogyakarta: Gadjah Mada University University Press, 1990. Press, 2000. 9. S u ~ a i Kesehatan Rumah Tangga

7. WHO. Technical Report Series. (SKRT). Jakarta: Badan Litbang Physical Status: The Use and Kesehatan De~kes RI. 2004. ~nter~retation of Anthrophometri. 10. Herman.Susilowati. Studi Masalah Report of a WHO Expert Committee. Gizi Mikro di Indonesia: Perhatian Geneva: WHO, 1995. Khusus ~ a d a Kurana Vitamin A

(KVA. ~ i e m i a , dan geng). 6og;r: Puslitbang Gizi dan Makanan. 2009.