Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN ANTARA JOB DEMANDS DENGAN WORK
ENGAGEMENT PENYIDIK POLISI DI POLDA NTT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Sri Murdhaningsih Rahayu
NIM : 149114190
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
HUBUNGAN ANTARA JOB DEMANDS DENGAN WORK ENGAGEMENT
PADA PENYIDIK POLISI di POLDA NTT
Disusun Oleh :
Sri Murdhaningsih Rahayu
NIM: 149114190
Telah Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing Skripsi
Dr. Minta Istono, M.si Tanggal:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA JOB DEMANDS DENGAN WORK ENGAGEMENT PADA
PENYIDIK POLISI di POLDA NTT
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Sri Murdhaningsih Rahayu
NIM : 149114190
Telah dipertanggungjawabkan di depan Panitia Penguji
Pada tanggal: 18 Februari 2019
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji:
Nama Lengkap Tanda Tangan
Penguji I : Dr. Minta Istono, M.Si. ..............................
Penguji II : R. Landung E. Prihatmoko, M.Psi., Psi. ..............................
Penguji III : P. Henrietta P. D. A. D. S., S.Psi., M. A. ..............................
Yogyakarta,
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
Dr. Titik Kristiyani, M.Psi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam
segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan
syukur.
(Filipi 4 : 6)
There is no shortcut to perfection. All it takes is hard work and more hard work.
(Kim Jonghyun)
Rule number one is, don’t sweat the small stuff.
Rule number two is, it’s all small stuff
(Robert Eliot)
People are capable at any time in their lives, of doing what they dream of
(Paulo Coelho, The Alchemist)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada semua orang yang telah membantu saya dalam
penyusunan skripsi ini dalam bentuk doa, motivasi dan apapun:
Tuhan Yesus yang selalu setia memberikan pengharapan dan kekuatan untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Bapak dan Mama yang selalu menenangkan, memberikan semangat, dukungan, dan
selalu sabar menunggu hingga skripsi ini selesai dikerjakan.
Keluarga besar, sahabat, teman-teman, dan saudara-saudara yang selalu
mendukung dan memberi semangat sehingga skripsi ini dapat selesai dikerjakan.
Dosen Pembimbing, Bapak Dr. Minta Istono, M. Si. yang selalu membantu dalam
pengerjaan skripsi ini baik mengarahkan, membimbing, dan meluangkan waktu,
hingga dapat terselesaikannya skripsi ini.
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma sebagai tempat saya mendapatkan
ilmu dan juga mendapat berbagai pengalaman penting dalam hidup..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Februari 2019
Peneliti,
Sri Murdhaningsih Rahayu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
HUBUNGAN ANTARA JOB DEMANDS DENGAN WORK ENGAGEMENT
PADA PENYIDIK POLISI POLDA NTT
Sri Murdhaningsih Rahayu
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara job demands
dengan work engagement pada penyidik polisi. Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara job demands dan work
engagement pada penyidik polisi. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif
korelasional dengan menggunakan convenience sampling sebagai teknik
pengambilan sampel. Subjek dalam penelitian ini adalah 105 penyidik polisi dengan
minimal satu tahun masa kerja. Penelitian ini menggunakan skala Questionnaire for
the Experience and Evaluation of Work (QEEW) dan skala Utretch Work
Engagement Scale (UWES). Skala QEEW memiliki 14 item dengan koefisien
reliabilitas 0.890. Skala UWES memiliki 14 item dengan koefisien reliabilitas 0.902.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi
Spearman’s rho, hal tersebut disebabkan karena sebaran data kedua variabel bersifat
tidak normal. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai korelasi r = 0.338 dan nilai
signifikansi p = 0.00. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif,
lemah, dan signifikan antara job demands dengan work engagement pada penyidik
polisi. Artinya, semakin tinggi job demands maka work engagement penyidik polisi
akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah job demands maka work
engagement penyidik polisi akan semakin rendah.
.
Kata kunci : job demands, work engagement, penyidik polisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE CORRELATION BETWEEN JOB DEMANDS WITH WORK
ENGAGEMENT OF POLICE INVESTIGATOR IN POLDA NTT
Sri Murdhaningsih Rahayu
ABSTRACT
This research was conducted to find the correlation between job demands
and work engagement of police investigator. The hypothesis in this research was that
there was a negative correlation between job demands with work engagement of
police investigator. This research was a quantitative-correlation study and used
convenience sampling as a technique to determine the sample. The subject of this
research was 105 police investigators who have worked for more than a year. The
instruments that used in this research were Questionnaire for the Experience and
Evaluation of Work (QEEW) and Utretch Work Engagement Scale (UWES). The job
demands scale has 14 items with 0.890 reliability coefficient and the work
engagement scale has 14 items with 0.902 reliability coefficient. The data analysis
technique that used in this research was Spearman’s rho correlation test due to
abnormal data distribution of the two variables. The result of this research were r =
0.338 correlation value and p = 0.00 significance value. This result showed that
there was a low, positive, and significant correlation between job demands and work
engagement of police investigators. This meant the higher the score of job demands
the higher work engagement of police investigator. The contrary, the lower the score
of job demands the lower work engagement of police investigator.
Key words:job demands, work engagement, police investigator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma :
Nama : Sri Murdhaningsih Rahayu
Nomor Mahasiswa : 149114190
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah yang berjudul :
HUBUNGAN ANTARA JOB DEMANDS DENGAN WORK ENGAGEMENT
PADA PENYIDIK POLISI di POLDA NTT
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau di media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 11 Maret 2019
Yang menyatakan,
(Sri Murdhaningsih Rahayu)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
berkat dan penyertaan dalam proses pengerjaan skripsi ini dari awal hingga akhir.
Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini atas bantuan dan dukungan
dari banyak pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1. Tuhan Yesus yang selalu menyertai dan memberkati peneliti dalam setiap usaha
dan kerja untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M. Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma.
3. Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum, Ph. D. selaku Kepala Program Studi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Dr. Tjipto Susana selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan bimbingan dalam hal akademik kemahasiswaan.
5. Bapak Dr. Minta Istono, M. Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu
memberikan waktunya untuk membimbing dalam proses pengerjaan skripsi ini.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
yang telah memberi ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan.
7. Kepada Mr. van Veldhoven, Mr. Meijman dan Mr. Schaufeli yang telah
memberikan izin penggunaan skala kepada peneliti.
8. Seluruh subjek penelitian yang telah bersedia membantu penelitian dengan
mengisi skala penelitian yang disebarkan peneliti.
9. Bapak Sriyono dan Mama Ritha Sulabessy yang selalu mendoakan, memberikan
cinta dan dukungan.
10. Teman-teman yang sangat rajin menanyakan progres skripsi ini, Astrit, Angel,
Vall, Febri, dan Jennifer. Terimakasih banyak untuk dukungan dan semangat
yang diberikan, tanpa kalian progres skripsi ini akan jalan ditempat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
11. Teman-teman kelas D 2014 (Arin, Angel, Anggung, Arif, Ayek, Arya, Ayu,
Ana, Bram, Cakra, Carys, Chris, Dewa, Dwina, Ella, Fendy, Fiyo, Febri, Garnis,
Intan, Jennifer, Joste, Lyta, Leo, Maria, Mega, Mirna, Monik, Nadzar, Nungky,
Onel, Sekar, Sandri, Theo, Vanny, Yudis) yang telah bersama-sama melewati
berbagai pengalaman dengan peneliti selama masa perkuliahan.
12. Krist dan NCT yang kadang menjadi penyemangat dan juga penghambat dalam
proses pengerjaan skripsi ini.
Peneliti mengetahui bahwa skripsi ini masih belum sempurna, sehingga peneliti
menerima dan mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini dapat menjadi lebih
baik.Peneliti berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 18 Februari 2019
Peneliti,
Sri Murdhaningsih Rahayu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ..................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................ ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................... xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
BAB I .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 9
BAB II ................................................................................................................... 10
A. Work engagement ...................................................................................... 10
1. Definisi Work engagement ................................................................... 10
2. Dimensi Work engagement ................................................................... 12
3. Pengukuran Skala ................................................................................. 16
4. Faktor yang Mempengaruhi Work engagement ................................... 17
B. Job demands .............................................................................................. 21
1. Definisi Job demands ........................................................................... 21
2. Aspek Job demands .............................................................................. 22
3. Pengukuran Skala ................................................................................. 25
4. Dampak Job demands ........................................................................... 26
C. Penyidik Polisi .......................................................................................... 27
D. Dinamika Antara Job demands dengan Work engagement....................... 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
E. Kerangka Penelitian .................................................................................. 33
F. Hipotesis .................................................................................................... 33
BAB III ................................................................................................................. 34
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 34
B. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................................. 35
C. Definisi Operasional.................................................................................. 35
D. Subjek Penelitian ....................................................................................... 36
E. Metode dan Alat Pengambilan Data ......................................................... 36
F. Validitas dan Reliabilitas .......................................................................... 40
G. Metode Analisis Data ................................................................................ 45
BAB IV ................................................................................................................. 47
A. Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 47
B. Deskripsi Subjek Penelitian ...................................................................... 47
C. Deskripsi Data Penelitian .......................................................................... 48
D. Hasil Penelitian ......................................................................................... 49
1. Uji Asumsi .......................................................................................... 49
2. Uji Hipotesis ....................................................................................... 51
E. Pembahasan ............................................................................................... 52
BAB V ................................................................................................................... 55
A. Kesimpulan ............................................................................................... 55
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 55
C. Saran .......................................................................................................... 56
1. Bagi Instansi .................................................................................. 56
2. Bagi Peneliti Selanjutnya .............................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 58
LAMPIRAN .......................................................................................................... 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini, banyak perusahaan mulai menyadari pentingnya work
engagement pada karyawan untuk dapat tercapainya tujuan perusahaan. Menurut
Bakker, Schaufeli, Leiter, Taris (2008), perusahaan membutuhkan karyawan
yang engaged terhadap pekerjaannya. Karyawan yang engaged adalah karyawan
yang memiliki semangat, dedikasi, dan absorption pada pekerjaan yang mereka
lakukan. Karyawan yang engaged menunjukkan performansi kerja yang lebih
baik daripada karyawan yang tidak engaged karena karyawan tersebut memiliki
energi untuk bekerja yang besar (Bakker et al, 2008), antusias untuk terlibat
dalam pekerjaannya dan melakukan job demands pekerjaan dengan senang hati
(Coetzer & Rothmann, 2007), semangat dan dedikasi dalam bekerja, dimana
kedua hal tersebut dibutuhkan untuk memajukan dan meningkatkan produktivitas
dan efektivitas organisasi (Broeck, Cuyper, Luyckx, Witte, 2012).
Work engagement menjadi penting karena memberikan manfaat bagi
karyawan dan juga perusahaan (Maslach, dalam Saks, 2006). Manfaat bagi
karyawan adalah dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan, komitmen
organisasi, dan OCB (Saks, 2006). Selain itu, manfaat work engagement bagi
perusahaan yaitu meningkatkan produktivitas, keselamatan kerja, kepuasan
pelanggan, kesetiaan pelanggan, menurunkan tingkat turnover karyawan (Harter,
Schmidt, & Hayes, 2002), meningkatkan keuntungan perusahaan, kualitas kerja
yang tinggi, meningkatkan efisiensi kerja, mengurangi ketidakhadiran,
meminimalkan kecurangan dan kesalahan karyawan, mengurangi waktu yang
hilang akibat kecelakaan kerja, dan meminimalkan keluhan (Handoko, 2008).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Broeck et al (2012) mengemukakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
karyawan yang engaged akan menunjukkan semangat dan dedikasi dalam
bekerja, dan kedua hal tersebut dibutuhkan untuk memajukan dan meningkatkan
produktivitas dan efektivitas organisasi.
Berbagai manfaat bagi organisasi jika memiliki karyawan yang engaged
membuat perusahaan-perusahaan melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan
engagement karyawan, seperti yang dilakukan oleh P&G. Dilansir dari laman
swa.co,id, untuk menciptakan engagement pada karyawan, P&G selalu berusaha
untuk memenuhi kebutuhan karyawan. Kebutuhan karyawan berdasarkan
Employee Value Preposition (EVP) yang dilakukan oleh P&G memperoleh hasil
yaitu karyawan ingin dapat berkembang, dihargai, dan diakui oleh perusahaan
tanpa memandang gender, sehingga dilakukannya training untuk karyawan,
mengatur posisi managerial yang seimbang untuk karyawan wanita dan pria, juga
diberikan kesempatan untuk berbuat sesuatu bagi perusahaan. P&G membangun
pola compensation and benefit yang terukur dan kredibel untuk tetap menjaga
engagement karyawan.
Dilansir juga dari swa.co.id, perusahaan Telkomsel memberikan
penghargaan bagi karyawan yang potensial yang akan diberikan keuntungan
khusus dalam hal jenjang karir, posisi strategis, dan beasiswa di universitas
berbagai negara untuk karyawan agar lebih berkembang. Pola compensation and
benefit juga dilakukan oleh perusahaan Telkomsel dengan bentuk pay for person,
pay for position, dan pay for performance yaitu memberikan gaji, fasilitas, dan
berbagai asuransi bagi karyawan. Selain dua perusahaan tersebut, pemerintah
dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
nomor 13 tahun 2012 telah mengatur mengenai gaji karyawan atau pekerja agar
dapat memenuhi kebutuhan hidup layak dengan memberikan gaji sesuai upah
minimum provinsi (UMP) yang ditetapkan oleh gubernur. Selain itu, presiden
dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 74 tahun 2014 mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
memberlakukan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Prinsip dasar
tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) yang terdapat pada laman resmi
BPJS ketenagakerjaan juga memperhatikan kepuasan dan menjaga kepercayaan
karyawan atau pekerja. Pemberian reward berupa gaji, tunjangan, dan jaminan
terhadap hak-hak karyawan merupakan langkah tepat yang dilakukan oleh
perusahaan untuk meningkatkan engagement karyawan, hal tersebut didukung
dengan hasil survei yang dilakukan oleh Wyatt (2014) dan penelitian oleh
Kompaso dan Sridevi (2010) yang menyebutkan bahwa gaji berpengaruh dalam
meningkatkan engagement karyawan.
Banyak perusahaan telah melakukan usaha untuk meningkatkan engagement
karyawan, namun hasil survei mengenai work engagement yang dilakukan di
Indonesia menunjukkan bahwa masih banyak karyawan di Indonesia yang belum
engaged dengan pekerjaannya. Survei mengenai work engagement karyawan
dilakukan oleh organisasi Gallup. Hasil survei dari organisasi internasional yang
menyediakan jasa riset dan konsultasi strategis untuk berbagai organisasi besar di
dunia “Gallup” pada tahun 2011 dan 2012 menunjukkan bahwa 8% karyawan
termasuk dalam kategori fully engaged, 15% karyawan termasuk dalam kategori
actively disengaged, dan 77% karyawan termasuk dalam kategori not engaged
(Gallup, 2013). Pada tahun 2016, organisasi “Gallup” kembali melakukan survei,
dan hasil menunjukkan bahwa sebanyak 13% karyawan termasuk dalam kategori
fully engaged, 11% karyawan termasuk dalam kategori actively disengaged, dan
76% karyawan termasuk dalam kategori not engaged (PortalHR, 2016).
Berdasarkan hasil survei tersebut, diketahui bahwa peningkatan work
engagement karyawan terbilang lambat yaitu meningkat sebesar 5% dalam kurun
waktu 5 tahun, jika dibandingkan dengan banyaknya pemberitaan di media online
mengenai gencarnya usaha perusahaan untuk meningkatkan work engagement
karyawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Dengan berbagai usaha yang dilakukan oleh perusahaan, karyawan
seharusnya engaged dengan pekerjaannya, namun work engagement karyawan
hanya meningkat secara lambat. Fenomena ini membuat topik mengenai
engagement menjadi menarik untuk diteliti untuk mengetahui apa yang menjadi
penyebab lambatnya peningkatan work engagement pada karyawan meskipun
sudah banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan work engagement.
Menurut Schaufeli, Salanova, Gonzales-Roma, & Bakker (2002), work
engagement adalah perilaku yang menunjukkan keadaan positif terkait pekerjaan
yang ditandai dengan adanya vigor, dedication dan absorption. Schaufeli et al
(2002) menjelaskan vigor sebagai energi dan semangat saat bekerja, dedication
dijelaskan sebagai keterlibatan dan antusiasme saat bekerja, dan absorption
dijelaskan sebagai berkonsentrasi penuh dalam bekerja.
Work engagement dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor tersebut
diantaranya adalah usia (Schaufeli, Bakker, Salanova, 2006), jenis kelamin
(Schaufeli et al, 2006), gaji (Gayley, Hinden, & Roloson, 2014), career
management (Hoole & Hotz, 2016), personal resources (Bakker, Demerouti,
2008; Wingerden, Derks, Bakker, 2015), job demands (Sawang, 2011), social
support (Sierra, Castro, Zaragoza, 2016), leader-member exchange (Breevaart,
Bakker, Demerouti, Heuvel, 2015), dan job demands-resources (Broeck et al,
2012; Saari, Melin, Balabanova, Efendiev, 2017). Job demands dijelaskan
sebagai aspek fisik, psikologis, sosial, dan organisasi dari pekerjaan yang
membutuhkan ketahanan psikologis (kognitif dan emosional) maupun fisik untuk
dapat menyelesaikan tugas tersebut (Schaufeli dan Bakker, 2004).
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi work engagement tersebut,
peneliti memfokuskan penelitian pada hubungan antara job demands dengan
work engagement. Fokus tersebut dipilih karena terdapat perbedaan hasil
penelitian antara hubungan antara job demands dengan work engagement,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
sedangkan hubungan antara work engagement dengan faktor yang mempengaruhi
work engagement lainnya memiliki hubungan yang sama dalam banyak
penelitian.
Penelitian oleh Saari et al (2017) dan penelitian oleh Taipale, Selander,
Anttila, & Nätti (2011) menunjukkan bahwa job demands dan work engagement
berhubungan secara negatif. Hasil penelitian oleh Sawang (2011) menunjukkan
bahwa job demands dan work engagement memiliki hubungan kurvalinear, yaitu
work engagement karyawan dipengaruhi oleh optimal atau tidaknya job demands.
Job demands yang terlalu tinggi akan menurunkan work engagement, dan job
demands yang terlalu rendah juga akan menurunkan work engagement. Work
engagement tinggi jika job demands karyawan adalah optimal dan sesuai dengan
kemampuan karyawan. Dan hasil penelitian oleh Sierra et al (2016) menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara job demands dengan work engagement.
Perbedaan hasil penelitian tersebut terjadi karena adanya perbedaan pada
budaya organisasi dan perbedaan tingkat job demands. Karyawan yang terbiasa
memiliki otoritas terhadap pekerjaannya dan budaya organisasi tempatnya
bekerja yang tidak terlalu menekan, saat dihadapkan dengan job demands yang
terlalu menuntut akan membuat karyawan menjadi kesulitan untuk beradaptasi
dengan situasi pekerjaan baru tersebut. Hal ini akan membuat work engagement
yang sebelumnya baik karena memiliki otoritas terhadap pekerjaannya, menjadi
menurun karena job demands tersebut (Taipale et al, 2011 dan Saari et al, 2017).
Hasil penelitian oleh Sawang (2011) menunjukkan hasil yang berbeda karena
responden penelitian yaitu karyawan teknis dan manager bagian IT yang
bertugas untuk menyelesaikan masalah terkait IT maupun melakukan
pemrograman, saat dihadapkan dengan job demands akan membuat mereka
merasa tertantang untuk dapat menyelesaikannya dan dapat meningkatkan work
engagement, sedangkan jika mereka melakukan pekerjaan dengan kesulitan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
sama setiap harinya akan membuat mereka menjadi tidak engaged dengan
pekerjaannya.
Berbeda dengan dua hasil Sawang (2011), Sierra et al (2016) menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara job demands dengan work engagement.
Pekerjaan sebagai perawat diketahui memiliki job demands yang tinggi karena
mereka bekerja di rumah sakit dan harus mampu bekerja dalam situasi-situasi
yang tidak terduga, sehingga dengan ada atau tidak adanya job demands yang
menuntut, perawat akan engaged dengan pekerjaannya karena telah mengetahui
keadaan jika bekerja sebagai perawat, dan hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa ada variabel lain seperti social support yang berhubungan dan memiliki
pengaruh dengan work engagement pada perawat.
Seperti perawat, polisi juga diketahui memiliki job demands yang tinggi.
Terkadang penyidik polisi berhadapan dengan berbagai macam situasi saat
menghadapi kasus yang berbeda, namun disisi lain penyidik polisi memiliki
otoritas dalam menyelesaikan kasus yang ditanganinya. Berdasarkan hasil
wawancara singkat kepada salah satu Kepala Unit (Kanit) di Ditreskrim Polda
NTT, dikatakan bahwa kasus maupun laporan yang masuk akan ditangani dan
dikerjakan oleh polisi anggota ditreskrim sesuai dengan alur dan jangka waktu
yang telah diatur oleh undang-undang. Jika kasus sudah pada tahap penyidikan,
penyidik diberikan batas waktu untuk menyelesaikan kasus sesuai dengan tingkat
kesulitan kasus yang ditangani.
Penyidik memiliki tugas untuk melakukan pemeriksaan hingga
menyelesaikan berkas pemeriksaan untuk diberikan kepada penuntut umum.
Kanit tersebut juga menyebutkan bahwa yang sering ia lakukan adalah memantau
sudah sejauh mana pekerjaan yang penyidik lakukan mulai dari pemeriksaan
hingga penetapan agar tidak melebihi waktu pengerjaan yang seharusnya dan
membantu jika memang diperlukan. Berdasarkan hasil wawancara juga diketahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
bahwa pekerjaan penyidik akan menjadi berat jika banyak kasus yang perlu
diperiksa oleh penyidik polisi dalam waktu yang bersamaan, sehingga dalam
penelitian ini ingin diketahui bagaimana hubungan antara job demands dengan
work engagement pada penyidik polisi di Polda NTT.
Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai hubungan antara job demands
dengan work engagement, penelitian mengenai engagement kerap dilakukan
terhadap karyawan perusahaan, perawat, maupun akademisi. Sawang (2011) juga
menyebutkan bahwa penelitian yang dilakukannya terhadap pegawai IT tidak
dapat digeneralisasikan ke populasi lain dan penting bagi peneliti saat ini untuk
melakukan penelitian mengenai engagement pada populasi lain sehingga
penelitian mengenai hubungan antara job demands dengan work engagement ini
akan dilakukan pada penyidik polisi.
Job demands menjadi menarik sebagai variabel independen dalam penelitian
ini adalah karena Penyidik Ditreskrim sebagai responden dalam penelitian ini
memiliki tuntutan pekerjaan yang cukup berat. Penyidik Ditreskrim sebagai
unsur pelaksana dengan tugas pokok yaitu penyelidikan, penyidikan, dan
pengawasan penyidikan tindak pidana umum, termasuk fungsi identifikasi dan
laboratorium forensik lapangan memiliki job demands yang tinggi sehingga
penting bagi anggota penyidik polisi untuk memiliki work engagement. Agustian
(2012) menyebutkan bahwa work engagement tidak hanya penting pada
karyawan swasta, namun juga untuk perusahaan milik negara (BUMN), instansi
pemerintah, bahkan organisasi. Polri sebagai salah satu instansi pemerintah juga
menuntut anggotanya untuk memiliki work engagement (Noerant & Prihatsanti,
2017) karena anggota yang memiliki work engagement tinggi memiliki motivasi,
komitmen, merasa antusias, dan bersemangat saat bekerja yang akan mengurangi
kemungkinan munculnya dampak negatif job demands yang tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Instansi kepolisian memiliki sistem yang merupakan usaha-usaha untuk
mempertahankan dan meningkatkan engagement anggota penyidik polisi seperti
pemberian gaji, tunjangan, serta pengembangan karir yang mudah dan jelas
sehingga penyidik polisi diharapkan engaged dengan pekerjaannya bukan hanya
karena tuntutan dari instansi, namun juga karena adanya sistem kebijakan dari
instansi yang telah disebutkan, terlepas dari tinggi atau rendahnya job demands
penyidik polisi.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin melihat hubungan antara job
demands dengan work engagement pada anggota penyidik Ditreskrim Polda
NTT.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, rumusan masalah dari
penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara job demands dengan work
engagement pada anggota penyidik Ditreskrim Polda NTT.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara job
demands dengan work engagement pada anggota penyidik Ditreskrim Polda
NTT.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain adalah :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan
informasi di bidang Psikologi Industri dan Organisasi mengenai job
demands dan work engagement pada anggota penyidik polisi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada instansi kepolisian mengenai tingkat work engagement
penyidik polisi terkait dengan job demands penyidik polisi Ditreskrim
Polda NTT. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi
pertimbangan bagi instansi dalam memberikan job demands terkait
dengan usaha untuk meningkatkan work engagement penyidik polisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. WORK ENGAGEMENT
1. Definisi Work engagement
Konsep mengenai engagement pertama kali dikemukakan oleh
William Kahn dalan penelitiannya yang dipublikasikan dalam jurnal
Academy of Management Journal pada tahun 1990. Kahn (1990)
memperkenalkan konsep personal engagement yang didefinisikan
sebagai pemanfaatan diri karyawan dalam melakukan perannya saat
bekerja. Karyawan dikatakan memiliki personal engagement jika ia dapat
mengekspresikan aspek fisik, kognitif, dan emosional dalam dirinya
untuk kepentingan perannya dalam bekerja. Karyawan akan
menunjukkan kreativitasnya dalam bekerja, mengerahkan tenaga dan
fisiknya saat bekerja, dan juga akan memiliki relasi yang baik dengan
rekan kerjanya.
Karanika-Murray, Duncan, Pontes, dan Griffiths (2015) menyebutkan
bahwa karyawan yang telah membangun ikatan yang kuat dengan
perusahaan akan menghidupi tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan
tersebut dan berusaha mewujudkannya dengan cara engaged terhadap
pekerjaannya. Demerouti, dan Van den Heuvel (2015) menambahkan
bahwa karyawan yang memiliki engagement akan bersemangat dalam
bekerja, memiliki rasa bangga akan pekerjaannya, dan akan bekerja
dengan emosi yang positif sehingga akan berpengaruh pada performansi
kerja, komitmen, dan kesehatan karyawan.
Schaufeli (2013) menyebutkan bahwa work engagement dan employee
engagement adalah istilah yang dapat digunakan bergantian. Secara lebih
spesifik, work engagement menjelaskan mengenai hubungan karyawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dengan pekerjaannya, sedangkan employee engagement menjelaskan
mengenai hubungan karyawan dengan organisasi tempatnya bekerja
(Schaufeli, 2013).
Menurut Schaufeli et al (2002), work engagement adalah keadaan
pikiran yang positif dalam bekerja yang ditandai dengan adanya vigor
atau semangat dan energi saat bekerja, dedication yaitu keterlibatan dan
antusiasme saat bekerja, dan absorption yaitu konsentrasi penuh.
Maslach, Jackson, dan Leiter (1996, dalam Cole et al, 2011) juga
mengemukakan definisi mengenai work engagement yaitu semangat
kerja berupa dedikasi terhadap performansi kerja dan efektivitas kerja
yang ditunjukkan oleh karyawan. Maslach dan Leiter (2007) pernah
mengemukakan bahwa konsep engagement dan burnout saling
bertolakbelakang, namun pendapat tersebut ditolak oleh Schaufeli dan
Salanova (2011). Schaufeli dan Salanova (2011) menganggap bahwa
engagement merupakan konsep yang berdiri sendiri dan tidak bisa
dianggap bertolak belakang dengan konsep burnout karena skor total
yang rendah pada skala burnout tidak bisa menyimpulkan bahwa
karyawan tersebut engaged dengan pekerjaannya.
Definisi lain work engagement juga dikemukakan oleh Saks (2006).
Menurut Saks, work engagement adalah konstruk yang terdiri dari
komponen kognitif, emosi, dan perilaku yang diasosiasikan untuk
melakukan tugas dan pekerjaan. Secara umum, work engagement
dijelaskan sebagai keadaan psikologis karyawan yang memiliki
keinginan untuk berkontribusi terhadap kesuksesan perusahaan (Mercer
& Hewitt; 2015, dalam Schaufeli, 2013) dan keinginan karyawan untuk
terus menjadi bagian dari perusahaan tersebut (Hewitt; 2015 & Towers
Perrin; 2010, dalam Schaufeli, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Berdasarkan uraian mengenai teori dan definisi work engagement
tersebut, peneliti menyimpulkan definisi work engagement yaitu keadaan
keterikatan karyawan secara positif dengan pekerjaannya yang
ditunjukan dengan pengerahan energi dan semangat, konsentrasi, serta
terlibat aktif dalam pekerjaan.
2. Dimensi Work engagement
Dimensi-dimensi work engagement dikemukakan oleh beberapa tokoh
dari tahun ke tahun yaitu Kahn (1990), Maslach (1999), Rothbard (2001),
Schaufeli et al (2002), Harter, Schmidt, & Hayes (2002), dan dimensi
work engagement yang paling baru dikemukakan oleh Alfes, Truss,
Soane, Rees, & Gatenby (2010).
Pada awalnya, Kahn (1990) mengemukakan teori mengenai personal
engagement yaitu perilaku karyawan yang meninggalkan kehidupan
personal dan fokus dalam peran mereka sebagai karyawan di tempat
kerja. Pada tahun 2013, dalam meta analisis teori work engagement yang
dilakukan oleh Banihani, Syed, dan Lewis (2013), teori personal
engagement tersebut dikemukakan sebagai work engagement, dan
dikemukakan juga mengenai tiga dimensi work engagement yaitu :
a. Physical Engagement
Kahn (1990) menyatakan bahwa engagement menuntut level
kesiapan, energi, dan kekuatan yang lebih dari karyawan. Karyawan
yang engaged akan lebih sigap, bersemangat, dan berenergi dalam
mengerjakan pekerjaannya.
b. Cognitive Engagement
Cognitive engagement terkait dengan penggunaan kemampuan
karyawan dalam berpikir untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan.
Baik itu pekerjaannya sendiri maupun membantu pekerjaan rekan
kerjanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
c. Emotional Engagement
Terdapat pekerjaan-pekerjaan tertentu yang membutuhkan
karyawannya untuk engaged secara emosional dengan pekerjaannya
sehingga akan menghasilkan pekerjaan yang lebih baik.
Dimensi work engagement juga dikemukakan oleh Maslach (1999).
Mashlach berpendapat bahwa work engagement merupakan antetesis dari teori
burnout, sehingga dimensi work engagement yang dikemukakan oleh Mashlach
merupakan antitesis dari dimensi burnout. Dimensi work engagement yang
dikemukakan oleh Mashlach yaitu :
a. Energy
Energi adalah kekuatan atau kemampuan yang dikeluarkan
untuk dapat menyelesaikan tugas yang perlu dikerjakan. Karyawan
yang engaged adalah karyawan yang memiliki energi yang banyak
dan akan dikerahkan untuk melakukan pekerjaannya.
b. Involvement
Involvement adalah respon positif dari karyawan yaitu dengan
mengambil bagian dalam pekerjaan. Karyawan yang engaged adalah
karyawan yang selalu mengambil bagian dalam pekerjaan-pekerjaan
yang ditugaskan kepadanya. Semakin banyak karyawan mengambil
bagian dalam pekerjaannya menunjukkan bahwa semakin engaged
karyawan tersebut.
c. Efficacy
Efficacy yang dimaksud adalah perasaan mampu dan memiliki
kompetensi yang diperlukan dalam bekerja. Semakin tinggi efficacy
karyawan, menunjukkan bahwa semakin engaged karyawan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Tokoh lain yaitu Rothbard (2001) mengemukakan teori mengenai
work and family engagement yang dapat menjelaskan mengenai
engagement terhadap pekerjaan dan juga keluarga. Dua dimensi dari teori
tersebut adalah :
a. Attention
Atensi dijelaskan sebagai durasi waktu yang digunakan oleh
karyawan untuk fokus dan konsentrasi mengerjakan pekerjaannya.
Semakin besar atensi yang diberikan oleh karyawan untuk
pekerjaannya, menunjukkan bahwa semakin engaged karyawan
tersebut. Rothbard (2001) menjelaskan bahwa attention berkaitan
dengan kapasitas karyawan dalam bekerja.
b. Absorption
Absorption yang dimaksud adalah fokus karyawan yang intens
saat menyelesaikan pekerjaannya sehingga membuat karyawan
terkadang bekerja hingga lupa waktu. Semakin intens fokus
karyawan saat bekerja, menunjukkan bahwa semakin engaged
karyawan tersebut. Berbeda dengan attention, Rothbard (2001)
menyebutkan absorption sebagai motivasi yang dimiliki karyawan
untuk mengerjakan pekerjannya.
Harter, Schmidt, dan Hayes (2002) mengemukakan dua dimensi
work engagement berdasarkan teori personal engagement oleh Kahn
(1990). Dua dimensi tersebut adalah dimensi emosional yang dapat
terlihat dari koneksi secara emosional dengan karyawan lain, dan dimensi
kognitif. Karyawan akan engaged dengan pekerjaannya jika mereka
memahami dengan jelas apa yang diharapkan dari diri mereka dan apa
yang harus mereka kerjakan. Karyawan juga akan menjadi engaged jika
mereka merasa memiliki peran secara signifikan bagi pekerjaan dan juga
rekan kerja yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Dimensi work engagement yang paling populer dan paling sering
digunakan dalam penelitian adalah teori dan dimensi work engagement
yang dikemukakan oleh Schaufeli et al (2002), yaitu :
a. Semangat (Vigor)
Vigor dijelaskan sebagai level energi tinggi dan kemampuan
resiliansi yang ditunjukkan saat bekerja (Schaufeli, 2013). Vigor
ditunjukkan dengan kerelaan untuk memberikan usaha lebih saat
bekerja, dan menunjukkan kemampuan untuk menghadapi kesulitan
yang muncul saat bekerja.
b. Dedikasi (Dedication)
Dedication dijelaskan sebagai keterlibatan karyawan dalam
pekerjaannya. Karyawan yang memiliki dedication akan memiliki
antusias dan rasa tertantang saat bekerja, bangga terhadap
pekerjaannya, dan merasa pekerjaannya tersebut memiliki makna
dalam hidupnya.
c. Absorsi (Absorption)
Absorption merupakan keadaan karyawan yang menunjukkan
konsentrasi penuh saat bekerja. Karyawan yang memiliki absorption
tinggi akan berkonsentrasi tinggi saat bekerja, karyawan akan merasa
waktu berjalan dengan cepat saat ia bekerja. Karyawan dengan
absorption yang tinggi juga akan merasa sulit untuk berhenti dari
apa yang sedang dikerjakannya.
Dimensi terbaru dari work engagement dikemukakan oleh Alfes,
Truss, Soane, Rees, Gatenby (2010), yaitu :
a. Intellectual Engagement
Intellectual engagement dijelaskan sebagai pengerahan
konsentrasi saat bekerja, dan inovasi-inovasi yang dikembangkan
agar dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Karyawan dengan intellectual engagement selalu berusaha untuk
dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan selalu berusaha
untuk menjadi lebih baik.
b. Affective Engagement
Affective engagement berkaitan dengan perasaan positif yang
dirasakan saat menyelesaikan pekerjaan. Perasaan positif saat
bekerja, akan menghasilkan pekerjaan yang baik dan memuaskan,
baik untuk karyawan dan juga untuk perusahaan.
c. Social Engagement
Social engagement dijelaskan sebagai tindakan proaktif
karyawan yang dilakukan untuk berdiskusi dengan rekan kerja yang
lainnya dan membahas mengenai perkembangan-perkembangan
yang terjadi terkait dengan pekerjaan.
Berdasarkan dimensi-dimensi tersebut, dimensi work
engagement yang digunakan dalam penelitian ini adalah dimensi yang
dikemukakan oleh Schaufeli et al (2002). Dimensi tersebut digunakan
dengan pertimbangan karena banyak peneliti menganggap bahwa
dimensi ini telah mencakup dimensi-dimensi lain yang dikemukakan
oleh tokoh lain, selain itu juga dimensi yang dikemukakan oleh
Schaufeli et al (2002) merupakan dimensi yang paling populer
penggunaannya dewasa ini.
3. Pengukuran Skala UWES
Skala Utretch Work Engagement Scale (UWES-9) yang digunakan
dalam penelitian ini dibuat oleh Schaufeli, Bakker, dan Salanova (2006).
Schaufeli et al (2006) menyebutkan bahwa skala ini dibuat berdasarkan
teori work engagement yang dikemukakan oleh Schaufeli et al (2002)
yang terdiri dari tiga dimensi yaitu vigor, dedication, dan absorption.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Work engagement merupakan konstruk mulitidimensional. Sonnentag
(2003, dalam Schaufeli et al, 2006) menyebutkan bahwa konstruk work
engagement merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari tiga dimensi dan
sulit untuk dibedakan menjadi faktor yang terpisah, sehingga dalam
penggunaannya, work engagement responden dilihat berdasarkan skor
total dari jumlah keseluruhan item skala UWES. Reliabilitas skala
UWES-9 memiliki koefisien alpha cronbach sebesar 0.920 (Schaufeli et
al, 2006).
4. Faktor Yang Mempengaruhi Work engagement
Berdasarkan studi empirik dari berbagai jurnal mengenai work
engagement (Meijiman dan Mulder, 1998; Hobfoll, Johnson, Ennis,
Jackson, 2003; Schaufeli dan Bakker, 2004; Bakker dan Demerouti,
2007; Bakker dan Demerouti, 2008; Banihani, Syed, & Lewis, 2013;
Wingerden et al, 2015; Breevaart, Bakker, Demerouti, Heuvel, 2015;
Kim dan Kang, 2016), dapat diketahui beberapa faktor yang
mempengaruhi work engagement dan dapat juga diklasifikasikan menjadi
faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi work
engagement karyawan. Faktor-faktor yang mempengaruhi engagement
karyawan terhadap pekerjaannya adalah sebagai berikut :
A. Faktor Internal
a. Usia
Schaufeli dan Bakker (2004) dalam manual skala UWES
menyebutkan bahwa karyawan yang lebih tua akan lebih engaged
dalam pekerjaannya. Kim & Wang (2016) menjelaskan bahwa usia
memiliki hubungan signifikan dengan regulasi emosi dan identitas
karir, dimana keduanya berpengaruh pada meningkatnya resources.
Karyawan yang lebih tua memiliki resources yang lebih baik sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
akan mempengaruhi cara karyawan tersebut menghadapi job demands
dan membuat mereka menjadi lebih engaged.
b. Jenis kelamin
Schaufeli dan Bakker (2004) menyebutkan bahwa karyawan pria
menunjukkan skor total hasil skala UWES yang lebih tinggi
dibandingkan karyawan wanita. Banihani et al (2013) juga
mengemukakan bahwa karyawan pria lebih mudah engaged dengan
pekerjaannya daripada karyawan wanita. Hasil penelitian
mengemukakan bahwa karyawan wanita merasa tidak berharga dan
tidak begitu berguna dalam perusahaan karena organisasi lebih
menghargai karyawan pria dan merasa bahwa semua karyawan
seharusnya memiliki karakteristik seperti karyawan pria sehingga
karyawan pria lebih merasa berharga dan berguna dalam organisasi
dan menyebabkan mereka mudah engaged dengan pekerjaannya.
c. Personal Resources
Personal resources adalah evaluasi diri secara positif sehingga
terkait dengan kemampuan beradaptasi dan kemampuan untuk
mengontrol lingkungan disekitarnya terlebih saat menghadapi situasi
yang menantang (Hobfoll et al, 2003). Karyawan dengan personal
resources yang tinggi akan memiliki penghargaan diri yang positif
dan tujuan yang ingin dicapai yang jelas sehingga membuat karyawan
termotivasi untuk mencapai tujuan mereka dan menunjukkan
performansi kerja yang baik (Bakker & Demerouti, 2008). Wingerden
et al (2015) menjelaskan bahwa personal resources adalah hal yang
mendasari work engagement dan performansi kerja yang baik dari
karyawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
B. Faktor Eksternal
a. Gaji
Gaji adalah salah satu faktor yang mempengaruhi work
engagement karyawan. Karyawan yang bekerja dengan baik
mendapatkan gaji yang lebih besar dibandingkan karyawan yang
tidak bekerja dengan baik. Gaji dapat menarik, mempertahankan,
dan memotivasi karyawan agar bekerja dengan lebih baik karena
karyawan tertarik dengan perusahaan yang menghargai kemampuan
bekerja karyawannya (Towers Watsons, 2014).
b. Career Management
Managemen karir menjadi penting bagi karyawan terkait
dengan work engagement. Managemen karir bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan, pengetahuan, dan kompetensi karyawan
sehingga mereka dapat berkembang dan akan berpengaruh pada karir
mereka. Pengembangan karir yang baik dari perusahaan akan
membuat karyawan menjadi lebih produktif dan engaged dengan
pekerjaannya (Hoole & Hotz, 2016).
c. Job demands-Resources
Job demands-resources menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi work engagement. Dasar pikiran dari JD-R model
adalah dua proses psikologis yang mengambil peran terkait tekanan
pekerjaan dan juga motivasi (Bakker & Demerouti, 2007). Job
demands dipandang sebagai penyebab karyawan merasa tertekan
karena pekerjaan, sedangkan job resources dipandang dapat
memberikan motivasi kepada karyawan untuk dapat menyelesaikan
job demands.
Job demands adalah tuntutan terkait pekerjaan yang harus
dikerjakan oleh karyawan seperti pekerjaan yang terlalu banyak, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
bentuk dari job resources antara lain yaitu dukungan sosial dan
performance feedback. Dalam JD-R model, job resources berperan
untuk mengurangi dampak negatif dari job demands yang tinggi
seperti burnout (Bakker & Demerouti, 2007).
d. Job demands
Job demands dijelaskan sebagai aspek pekerjaan yaitu fisik,
psikologis, sosial, dan organisasi yang membutuhkan ketahanan fisik
dan kemampuan psikis (kognitif dan emosional). Bentuk dari job
demands dalam pekerjaan antara lain tekanan kerja yang tinggi,
lingkungan kerja yang kurang menyenangkan, maupun adanya
tuntutan emosional sebagai hasil dari interaksi dengan orang lain
(Bakker & Demerouti, 2007).
Job resources tidak selalu ada untuk mengurangi efek yang
ditimbulkan oleh job demands. Meijiman dan Mulder (1998, dalam
Bakker dan Demerouti, 2007) menjelaskan bahwa tidak semua job
demands selalu berdampak negatif, namun tetap memungkinkan
untuk menjadi stressor kepada karyawan jika job demands tersebut
membutuhkan usaha dan kemampuan yang lebih untuk dapat
menyelesaikannya.
e. Leader-member exchange
Teori mengenai LMX menyebutkan bahwa atasan dan
karyawan memiliki hubungan yang unik. Kualitas hubungan antara
atasan dan karyawan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku
bawahan (Breevaart et al, 2015). Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Breevaart et al (2015) mengemukakan bahwa memiliki
hubungan yang baik dengan pemimpin dapat mempengaruhi secara
positif work engagement dari karyawannya, yaitu meningkatkan job
resources dan rasa berharga pada diri karyawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
B. JOB DEMANDS
1. Definisi Job demands
Konsep job demands pertama kali dikemukakan oleh Karasek pada
tahun 1979 dalam Job demand-control model. Job demands didefinisikan
sebagai setiap tuntutan yang ada di lingkungan kerja dan berpotensi
menjadi stressor, seperti tuntutan beban kerja, dan job control
didefinisikan sebagai kesempatan untuk mengambil keputusan mengenai
bagaimana cara menyelesaikan tugas yang diemban. Karasek
menyebutkan bahwa job demands yang terlalu tinggi dan job control
yang rendah akan menimbulkan akibat negatif terhadap karyawan,
sedangkan job demands dan job control yang tinggi akan membuat
karyawan lebih berkembang dan merasakan job satisfaction.
Terkait dengan pendefinisian job demands dari Karasek, Demerouti,
Bakker, Nachreiner, dan Schaufeli (2001) mencoba melihat job demands
tidak sebagai stressor sehingga job demands dipadukan dengan job
resources dan menciptakan suatu konsep yaitu job demands-resources
model. JD-R model adalah kerangka teoritis yang membangun hubungan
antara job demands dengan job resources, yang menjelaskan bahwa job
resources bersifat sebagai motivator jika job demands terlalu tinggi
sehingga job demands yang tinggi akan membuat karyawan menjadi
bersemangat dan terhindar dari dampak negatif job demands karena
adanya job resources. Schaufeli dan Bakker (2004) menjelaskan job
demands secara lebih spesifik sebagai aspek fisik, psikologis, sosial, dan
organisasi dari pekerjaan yang membutuhkan ketahanan psikologis
(kognitif dan emosional) maupun fisik untuk dapat menyelesaikan tugas
tersebut. Menurut Schaufeli dan Bakker (2004), job demands tidak selalu
memberikan efek yang negatif, namun akan memberikan efek negatif
jika membutuhkan usaha yang terlalu besar dalam mengerjakan tugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
tersebut. Job demands yang tinggi dapat memberikan akibat negatif
untuk karyawan sehingga dibutuhkan job resources yang berfungsi untuk
mengurangi akibat negatif job demands, membantu kinerja karyawan
sehingga dapat menyelesaikan tugas yang harus diselesaikan, dan untuk
membantu karyawan berkembang dalam bekerja.
Sawang (2011) melihat job demands dari sudut pandang berbeda dan
menyatakan bahwa terdapat kemungkinan job demands dilihat sebagai
pekerjaan yang menantang karena dapat membuat karyawan dapat
menggunakan berbagai kemampuan yang dimilikinya dan membuat
karyawan merasa bahwa pekerjaan yang mereka lakukan memiliki
dampak bagi orang lain. Hal yang sama juga disampaikan oleh
Nahrgang, Morgeson, dan Hofmann (2011). Nahrgang et al (2011)
menjelaskan bahwa ada job demands yang dapat membuat karyawan
merasa tertantang. Job demands yang menantang membuat karyawan
secara tidak langsung menjadi berkembang, belajar mengenai hal baru,
dapat mencapai target yang telah ditetapkan, dan berlatih untuk bekerja
secara efektif.
Berdasarkan uraian mengenai job demands, peneliti menyimpulkan
job demands sebagai aspek pekerjaan yaitu fisik, psikologis, sosial, dan
organisasi yang membutuhkan ketahanan fisik dan psikis untuk dapat
menyelesaikan pekerjaan tersebut.
2. Aspek Job demands
Aspek-aspek job demands dikemukakan oleh beberapa tokoh, dan
terdapat beberapa aspek yang sama yang dikemukakan oleh tokoh yang
berbeda. Tokoh-tokoh tersebut yaitu Bakker dan Demerouti (2008),
Xanthopoulou, Bakker, Dollard, Demerouti, Schaufeli, Taris, Schreurs
(2007), Nahrgang et al (2010), dan de Jonge, Schaufeli, Shimazu,
Dormann (2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Aspek job demands yang dikemukakan oleh Bakker dan Demerouti
(2008), yaitu :
a. Workload
Workload adalah job demands yang berkaitan dengan
banyaknya pekerjaan yang perlu diselesaikan dalam waktu tertentu.
b. Emotional demands
Emotional demands adalah salah satu aspek yang terkait
dengan usaha yang dibutuhkan untuk menghadapi emosi yang
muncul saat melakukan pekerjaan, dan emosi yang diharapkan
muncul oleh organisasi.
c. Mental demands
Mental demands adalah salah yang berkaitan dengan proses
kerja otak dan pemrosesan informasi.
De Jonge et al (2010) mengemukakan dua aspek yang sama seperti
yang dikemukakan oleh Bakker dan Demerouti (2008) yaitu emotional
demands yang terkait dengan pekerjaan yang menuntut secara emosional
dan mental demands yang terkait dengan proses kerja otak dan menekan
dalam segi waktu. Aspek lainnya menurut de Jonge et al (2010) adalah
physical demands. Yang dimaksud dengan physical demands adalah
tuntutan pekerjaan yang membutuhkan tenaga dan perlu melakukan
aktivitas fisik seperti mengangkat barang, atau berdiri selama jangka
waktu tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Dalam penelitian oleh Xanthopoulou et al (2007) dengan responden
karyawan dari organisasi jasa home care, mengemukakan empat aspek
job demands, yaitu :
a. Workload
Aspek workload berkaitan dengan tuntutan tugas dan
pekerjaan yang harus diselesaikan dan juga usaha yang perlu
dikerahkan untuk dapat menyelesaikan tuntutan tugas tersebut.
b. Physical demands
Physical demands berkaitan dengan aktivitas fisik apa saja
yang perlu dilakukan oleh karyawan untuk dapat menyelesaikan
tuntutan pekerjaannya.
c. Emotional demands
Emotional demands berkaitan dengan sejauh mana beban kerja
dirasakan dan mempengaruhi karyawan secara emosional.
d. Patient harassment
Patient harassment berkaitan dengan perilaku agresif yang
diterima oleh karyawan dari pasien yang menyewa jasa mereka.
Nahrgang, et al (2010) mengemukakan beberapa aspek job demands
yang sama dengan yang dikemukakan oleh Xanthopoulou et al (2007)
yaitu aspek risks and hazards dengan aspek patient harassment yang
berkaitan dengan resiko yang mungkin dirasakan dari pekerjaan, dan
aspek physical demands yaitu tuntutan pekerjaan yang membutuhkan
usaha dan tenaga fisik. Aspek lain yang dikemukakan oleh Nahrgang et
al (2010) adalah aspek complexity yaitu tuntutan kerja yang bersifat
kognitif, pekerjaan yang kompleks dan ambigu.
Dalam penelitian ini, aspek job demands yang akan digunakan
sebagai dasar pengukuran job demands adalah aspek yang dikemukakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
oleh Bakker dan Demerouti (2008) yaitu workload, emotional demands,
dan mental demands. Aspek tersebut dipilih dengan pertimbangan karena
aspek tersebut yang sesuai dengan kegiatan-kegiatan pekerjaan
responden yaitu penyidik polisi.
3. Pengukuran Job Demands
Skala Questionnaire for the Experience and Evaluation of Work
(QEEW 2.0) yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dan
diperbaharui oleh Marc Van Veldhoven dan Theo Meijman pada tahun
2015. Skala QEEW 2.0 mewakili aspek-aspek dari job demands dan job
resources yang dikemukakan oleh Demerouti, Bakker, Nachreiner, &
Schaufeli pada tahun 2001 (Veldhoven, Laken, & Dijkstra, 2015).
Veldhoven et al (2015) juga menyebutkan bahwa skala QEEW pernah
digunakan oleh Bakker et al (2003) sebagai alat ukut untuk penelitiannya
terkait JD-R model.
Berdasarkan manual skala QEEW 2.0, skala ini merupakan konstruk
unidimensional. Hal ini berarti bahwa item-item dalam skala hanya
mengukur satu konstruk untuk diukur. Aspek job demands skala QEEW
2.0 yang digunakan untuk mengukur job demands dalam penelitian ini
adalah aspek pace and amount of work untuk mengukur aspek workload,
aspek emotional workload untuk menguur aspek emotional demands, dan
aspek mental workload untuk mengukur aspek mental demands.
Koefisien alpha cronbach masing-masing skala secara berurutan adalah
0.86, 0.80, dan 0.81. Skor item pada tiap aspek akan dihitung
berdasarkan rumus yang terdapat pada manual skala QEEW 2.0,
kemudian dijumlahkan skor dari masing-masing aspek untuk mengetahui
job demands secara keseluruhan dari responden.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
4. Dampak Job demands
Berdasarkan studi empirik dari berbagai jurnal yang berkaitan dengan
job demands (Bakker, Demerouti, Tarris, Schaufeli, Schreurs, 2003;
Schaufeli & Bakker, 2004; Maslach dan Leiter, 2007; Kristensen,
Christensen, Bjorner, Borg, 2004; Sawang, 2011; Nahrgang et al, 2010;
dan Bakker, Demerouti, Verbeke 2004), dapat diketahui berbagai
dampak yang akan dirasakan dari job demands. Dampak-dampak tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Exhaustion
Job demands yang terlalu menuntut dan juga terlalu banyak
membuat karyawan berusaha untuk tetap dapat menyelesaikannya.
Tekanan waktu maupun work overload yang dirasakan oleh
karyawan akan menguras banyak energi yang digunakan untuk
menyelesaikan tuntutan pekerjaannya (Bakker et al, 2003; Schaufeli
& Bakker, 2004).
b. Burnout
Maslach dan Leiter (2007) menjelaskan burnout sebagai
keadaan psikologis yang ditandai dengan exhaustion, cyniscism, dan
inefficacy di tempat kerja. Job demands yang terlalu menekan dan
kondisi karyawan yang rentan terhadap stress akan semakin
memperbesar kemungkinan terjadinya burnout pada karyawan.
c. Absenteeism
Absenteeism dijelaskan sebagai salah satu bentuk penarikan
diri dari lingkungan kerja. Dalam Maslach dan Leiter (2007),
burnout berhubungan dengan absenteeism. Akan timbul keinginan
untuk meninggalkan pekerjaan pada karyawan yang tengah
mengalami burnout disebabkan karena telah berkurangnya
komitmen dan kepuasan kerja terhadap pekerjaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
a. Stress
Job demands adalah sumber utama yang menyebabkan stress.
Job demands dapat menyebabkan karyawan menjadi stress karena
adanya ketidaksesuaian antara jumlah pekerjaan yang harus
diselesaikan dengan waktu yang disediakan untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut (Kristensen et al, 2004).
b. Work engagement
Job demands yang dilihat sebagai pekerjaan yang menantang
akan membuat karyawan termotivasi dalam bekerja (Sawang, 2011;
Nahrgang et al, 2010). Nahrgang et al (2010) menjelaskan bahwa job
demands yang menantang membuat karyawan secara tidak langsung
menjadi berkembang, belajar mengenai hal baru, dapat mencapai
target yang telah ditetapkan, berlatih untuk bekerja secara efektif,
dan dapat menyebabkan karyawan menjadi engaged dengan
pekerjaannya.
f. Job performance
Job demands yang tinggi memiliki pengaruh negatif terhadap
performansi kerja karyawan. Bakker et al (2004) menjelaskan bahwa
job demands yang tinggi membuat karyawan menjadi sulit untuk
mengalokasikan perhatian dan energi secara efisien sehingga akan
menyebabkan performansi kerja yang kurang baik.
C. PENYIDIK POLISI
Berdasarkan KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana)
pasal 1, penyidik polisi adalah pejabat polisi negara yang diberi wewenang
khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan. Penyidikan adalah
rangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari dan
mengumpulkan bukti untuk mengungkap mengenai tindak pidana yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
terjadi dan menemukan tersangkanya. Berdasarkan pasal 15 Perkapolri nomor
14 tahun 2012, kegiatan penyidikan secara bertahap dimulai dengan
penyelidikan, pengiriman SPDP (Surat Perintah Dimulainya Penyidikan),
upaya paksa, pemeriksaan, gelar perkara, penyelesaian berkas perkara,
penyerahan berkas perkara ke penuntut umum, penyerahan tersangka dan
barang bukti, penghentian penyidikan.
Terkait dengan tugas dan kewajiban yang perlu dilakukan, penyidik
polisi memiliki wewenang dalam pasal 7 ayat 1 di KUHAP yaitu untuk
melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pengambilan
sidik jari, memanggil orang untuk dperiksa sebagai saksi maupun tersangka,
mendatangkan ahli yang terkait dengan tindak pidana, maupun melakukan
penghentian penyidikan. Sebelum melakukan penyidikan, penyidik waji
membuat rencana penyidikan seperti pada pasal 17 Perkapolri nomor 14
tahun 2012 yang berisikan jumlah dan identitas penyidik, target penyidikan,
kegiatan yang akan dilakukan sesuai tahap penyidikan, karakteristik dan
anatomi perkara yang akan disidik, dan waktu penyelesaian penyidikan
berdasarkan bobot perkara, kebutuhan anggaran penyidikan, dan kelengkapan
administrasi penyidikan agar penyidikan menjadi efektif, efisien, dan
profesional. Penyidik harus bisa memperkirakan tindak pidana apa yang telah
dilakukan dan perundang-undangan apa yang telah dilanggar oleh tindak
pidana tersebut. Tingkat kesulitan penyidikan perkara yaitu mudah, sedang,
sulit, dan sangat sulit akan mempengaruhi waktu penyelesaian penyidikan,
yaitu 30 hari untuk perkara mudah, 60 hari untuk perkara sedang, 90 hari
untuk perkara sulit, dan 120 hari untuk perkara sangat sulit (Perkapolri no. 12
tahun 2009 pasal 31).
Untuk menyelesaikan satu kasus, banyak rangkaian kegiatan yang perlu
dilaksanakan oleh penyidik polisi sebelum akhirnya kasus tersebut
disidangkan. Penyidik polisi harus dapat mengatur waktunya dengan baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
agar penyidikan tidak melebihi batas waktu yang telah ditetapkan oleh
undang-undang dan tidak membebankan penyidik polisi saat mendekati batas
waktu. Seperti hasil wawancara yang pernah dilakukan pada salah satu Kanit
di Ditreskrim Polda NTT, dikatakan bahwa penyidik polisi dapat
menjadwalkan waktu rangkaian kegiatan penyidikan yang harus
dilakukannya, namun seluruh rangkaian pekerjaan tersebut harus selesai
dalam batas waktu yang telah ditentukan sesuai dengan tingkat kesulitannya.
Pekerjaan penyidik polisi akan semakin berat jika semakin banyak kasus
yang ditangani. Selain itu, penyidik polisi harus cermat dalam menentukan
perundang-undangan yang dilanggar dan bersikap proaktif untuk bertanya
kepada pemimpin jika mengalami kesulitan. Jika terdapat lebih dari 1 kasus
tindak pidana yang dilaporkan dalam waktu yang berdekatan, penyidik polisi
tentu harus melakukan rangkaian kegiatan tersebut seperti jumlah kasus yang
ditangani dalam waktu yang juga hampir bersamaan.
D. DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA JOB DEMANDS DENGAN WORK
ENGAGEMENT
Semua pekerjaan memiliki tuntutan kerja yang harus dikerjakan.
Tuntutan kerja setiap pekerjaan memiliki bentuk yang berbeda-beda dan
berbeda juga tingkat kesulitannya. Tuntutan pekerjaan tentu memiliki dampak
pada karyawan, terlebih jika pekerjaan yang harus diselesaikan terasa terlalu
menuntut. Seperti pekerjaan sebagai penyidik polisi, banyak tugas pokok
yang harus dapat diselesaikan karena hasil pekerjaan penyidik tidak hanya
memberikan kontribusi terhadap instansi, namun pekerjaan yang diselesaikan
oleh penyidik polisi juga berpengaruh pada pihak eksternal seperti
masyarakat. Penyidik polisi dalam menyelesaikan tugasnya berarti perlu
menyelesaikan rangkaian kegiatan penyidikan yang dimulai dari penyelidikan
hingga berakhir dengan penyerahan tersangka dan barang bukti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Job demands adalah bagian yang penting dari pekerjaan yaitu salah
satunya untuk memperjelas pekerjaan apa saja yang perlu dikerjakan oleh
karyawan, dan juga untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh
perusahaan. Job demands berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan secara fisik,
psikologis, dan sosial yang membutuhkan usaha secara fisik dan psikis untuk
dapat mengerjakannya. Job demands dapat menjadi hal yang positif maupun
negatif berdasarkan tinggi rendahnya job demands dan kemampuan karyawan
tersebut. Job demands yang tinggi dan melelahkan secara fisik dan psikis
sering memberikan dampak negatif pada performansi kerja dan sering
berakhir dengan burnout atau absenteeism, sedangkan job demands yang
tidak terlalu memberatkan membuat karyawan memiliki sifat yang positif
terkait pekerjaannya dan menunjukkan performansi kerja yang baik, yang
menandai bahwa adanya work engagement pada karyawan.
Job demands termasuk dalam salah satu faktor yang mempengaruhi
work engagement. Work engagement adalah perilaku yang menunjukkan
keadaan pikiran yang positif dalam bekerja yang ditandai dengan adanya
semangat dan energi, antusiasme dan keterlibatan, serta konsentrasi penuh
(Schaufeli et al, 2002). Karyawan yang mengetahui dengan jelas apa yang
harus dikerjakannya dan mengetahui bahwa ia memiliki peran dalam
tercapainya tujuan perusahaan dapat berpengaruh dalam meningkatkan work
engagement karyawan (Harter et al, 2002). Namun, dampak negatif akan
muncul apabila karyawan merasa job demands yang harus dilakukan
membutuhkan terlalu banyak usaha untuk dapat menyelesaikan pekerjaan
tersebut. Penyidik polisi diketahui memiliki job demands yang tinggi.
Terkadang penyidik polisi berhadapan dengan berbagai macam situasi saat
menghadapi berbagai kasus dengan tingkat kesulitan yang beragam, namun
disisi lain penyidik polisi memiliki otoritas dalam menyelesaikan kasus yang
ditanganinya, seperti memilih waktu dan mengatur jadwal untuk melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
rangkaian kegiatan penyidikan seperti melakukan pemeriksaan terhadap
saksi, tersangka, maupun ahli untuk dimintai keterangan terkait tindak pidana
tertentu, dan juga mengumpulkan bukti untuk melengkapi berkas
pemeriksaan. Penyidik polisi yang memiliki otoritas saat mengerjakan
pekerjaannya, kemudian mendapat tuntutan pekerjaan yang terlalu banyak
atau terlalu berat seperti menyelesaikan beberapa kasus dalam waktu yang
berdekatan, maupun menghadapi situasi yang sulit dapat membuat penyidik
menganggap job demands tersebut memberatkan dan memunculkan dampak
negatif job demands seperti exhaustion, burnout, absenteeism, stress, dan
performansi kerja yang buruk pada penyidik polisi. Dampak negatif job
demands tersebut merupakan hal-hal yang dihindari oleh instansi kepolisian,
karena tidak sesuai dengan harapan dan tuntutan dari instansi.
Work engagement memberikan banyak manfaat dalam dunia kerja, baik
itu untuk anggota maupun untuk instansi sehingga Agustian (2012)
menyebutkan bahwa penting bagi anggota polisi untuk memiliki work
engagement karena akan memberikan dampak positif bagi instansi dan juga
bagi pihak eksternal. Penyidik polisi dituntut untuk memiliki work
engagement karena anggota yang engaged memiliki motivasi, komitmen,
antusias, dan semangat saat bekerja (Noerant & Prihatsanti, 2017). Anggota
yang engaged akan tetap berpikir secara positif mengenai pekerjaannya, tetap
memiliki motivasi, antusiasme, dan semangat saat bekerja sehingga job
demands yang terlalu menuntut tidak dianggap sebagai beban yang
memberatkan yang akan mengakibatkan munculnya dampak negatif dari job
demands, namun tetap membuat anggota bekerja dengan keadaan pikiran
yang positif.
Penelitian yang dilakukan oleh Taipale et al (2011) dan Saari et al
(2017) menunjukkan bahwa job demands memiliki hubungan yang bersifat
negatif dengan work engagement. Job demands yang tinggi akan membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
work engagement menjadi rendah. Job demands yang menuntut dapat terjadi
dalam banyak situasi seperti tekanan kerja yang tinggi, lingkungan kerja yang
kurang menyenangkan, dan adanya tuntutan secara emosional dan kognitif
(Bakker & Demerouti, 2007). Situasi job demands yang menuntut bagi
penyidik polisi seperti banyaknya kasus yang diterima dan harus segera
diselesaikan, serta situasi tidak terprediksi seperti tertundanya salah satu
kegiatan dari rangkaian kegiatan penyidikan sehingga menghambat pekerjaan
akan membuat anggota menjadi kelelahan secara fisik dan mental sehingga
dapat menurunkan motivasi untuk bekerja dan menjadi malas-malasan untuk
dapat menyelesaikan job demands yang ada, dan akhirnya akan berujung
pada menurunnya work engagement anggota penyidik.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa penyidik polisi
dengan job demands yang dianggap terlalu memberatkan akan menyebabkan
penyidik polisi tidak mampu untuk memenuhi tuntutan kerja yang tinggi akan
menurunkan work engagement penyidik polisi tersebut. Job demands yang
terlalu memberatkan akan menyebabkan kelelahan secara fisik maupun
psikis, sehingga saat job demands tidak memberatkan dan tidak terlalu
menuntut, penyidik polisi dapat bekerja dengan tidak terburu-buru dan lebih
bersemangat serta termotivasi untuk menyelesaikan tuntutan pekerjaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
E. KERANGKA PENELITIAN
Kerangka penelitian hubungan antara job demands dengan work engagement
pada penyidik polisi adalah sebagai berikut :
Gambar 1
Kerangka Penelitian
F. HIPOTESIS
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara job
demands dengan work engagement. Job demands yang tinggi akan membuat
esponden menjadi disengaged. Sebaliknya, job demands yang rendah akan
membuat responden menjadi semakin engaged.
Job demands
Job demands Tinggi Job demands Rendah
Job demands Job demands Job demands Job demands
Job demands Rendah
Job demands
Job demands Tinggi Job demands Rendah
Job demands
Job demands Tinggi Job demands Rendah
Job demands
Tekanan kerja tinggi
Tuntutan emosional dan
kognitif
Lingkungan kerja kurang
menyenangkan
Time preassure
Tekanan kerja rendah
Tidak menuntut secara
emosional dan kognitif
Lingkungan kerja
menyenangkan
Tidak ada time preassure
Job demands Tinggi Job demands Rendah
Job demands
Tekanan kerja tinggi
Tuntutan emosional dan
kognitif
Lingkungan kerja kurang
menyenangkan
Time preassure
Tekanan kerja rendah
Tidak menuntut secara
emosional dan kognitif
Lingkungan kerja
menyenangkan
Tidak ada time preassure
Job demands Tinggi Job demands Rendah
Job demands
Tekanan kerja tinggi
Tuntutan emosional dan
kognitif
Lingkungan kerja kurang
menyenangkan
Time preassure
Tekanan kerja rendah
Tidak menuntut secara
emosional dan kognitif
Lingkungan kerja
menyenangkan
Tidak ada time preassure
Job demands Tinggi Job demands Rendah
Job demands
Exhaustion
Burnout
Absenteeism
Stress
Job Performance kurang
baik
Tekanan kerja tinggi
Tuntutan emosional dan
kognitif
Lingkungan kerja kurang
menyenangkan
Time preassure
Tekanan kerja rendah
Tidak menuntut secara
emosional dan kognitif
Lingkungan kerja
menyenangkan
Tidak ada time preassure
Job demands Tinggi Job demands Rendah
Job demands
Bersemangat
Berenergi
Konsentrasi dalam kerja
Terlibat dalam pekerjaan
Job performance baik
Exhaustion
Burnout
Absenteeism
Stress
Job Performance kurang
baik
Tekanan kerja tinggi
Tuntutan emosional dan
kognitif
Lingkungan kerja kurang
menyenangkan
Time preassure
Tekanan kerja rendah
Tidak menuntut secara
emosional dan kognitif
Lingkungan kerja
menyenangkan
Tidak ada time preassure
Job demands Tinggi Job demands Rendah
Job demands
Work engagement Rendah Work engagement Tinggi
Bersemangat
Berenergi
Konsentrasi dalam kerja
Terlibat dalam pekerjaan
Job performance baik
Exhaustion
Burnout
Absenteeism
Stress
Job Performance kurang
baik
Tekanan kerja tinggi
Tuntutan emosional dan kognitif
Lingkungan kerja kurang
menyenangkan
Time preassure
Tidak memiliki otoritas dalam
menyelesaikan pekerjaan
Tekanan kerja rendah
Tidak menuntut secara
emosional dan kognitif
Lingkungan kerja menyenangkan
Tidak ada time preassure
Memiliki otoritas untuk
menyelesaikan pekerjaan
Job demands Tinggi Job demands Rendah
Job demands
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif. Azwar
(2008) menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian dan menyandarkan kesimpulan
hasilnya pada kemungkinan kesalahan penolakan hipotesis nihil. Data yang
diperoleh dalam penelitian akan dianalisis menggunaka metode statistika dan
dapat diperoleh signifikansi perbedaan kelompok dan juga signifikansi
hubungan antar variabel. Creswell (2009; dalam Supratiknya, 2015) juga
menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif bertujuan untuk menguji teori
secara objektif yang dilakukan dengan menguji hubungan antar variabel
penelitian. Dalam penelitian ini, akan diuji hubungan antara variabel Job
demands dengan variabel Work engagement.
Penelitian ini juga akan dilakukan dengan menggunakan desain
penelitian survei. Supratiknya (2015) menjelaskan desain penelitian survei
adalah salah satu desain penelitian kuantitatif yang dilakukan dengan
mengumpulkan pendapat, sikap, dan tingkah laku sampel dari populasi
tertentu dan mengolahnya untuk mendapatkan deskripsi numerik, sehingga
hasil penelitian dapat digeneralisasikan terhadap populasi dari sampel
penelitian. Dalam penelitian ini, skala pengukuran dari variabel job demands
dan work engagement akan disebar kepada sampel dari populasi anggota
penyidik Polisi di Kupang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
B. IDENTIFIKASI VARIABEL
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah :
Variabel bebas : Job demands
Variable tergantung : Work engagement
C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
1. Work engagement
Work engagement adalah keadaan keterikatan karyawan secara
positif dengan pekerjaannya yang ditunjukan dengan pengerahan
energi dan semangat, konsentrasi, serta terlibat aktif dalam pekerjaan.
Work engagement diukur dengan menggunakan skala Utretch Work
engagement Scale (UWES-9) yang dibuat oleh Schaufeli, Bakker,
Salanova (2006) dengan jumlah 9 item Semakin tinggi skor
responden, menunjukkan bahwa semakin engaged responden tersebut.
Sebaliknya, semakin rendah skor responden menunjukkan bahwa
semakin disengaged responden tersebut.
2. Job demands
Job demands adalah aspek pekerjaan yaitu fisik, psikologis,
sosial, dan organisasi yang membutuhkan ketahanan fisik dan psikis
untuk dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut. Job demands diukur
dengan menggunakan modifikasi skala Questionnaire for the
Experience and Evaluation of Work (QEEW) yang terdiri dari aspek
workload, emotional demands, dan mental demands dengan jumlah
total item sebanyak 15 item. Semakin rendah skor responden,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
menunjukkan bahwa semakin sedikit tuntutan kerja yang perlu
diselesaikan responden. Sebaliknya, semakin tinggi skor responden
menunjukkan bahwa semakin banyak tuntutan kerja yang perlu
diselesaikan oleh responden.
D. SUBJEK PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini adalah penyidik polisi Direktorat Reserse
Kriminal yang bertugas sebagai penyidik selama minimal 1 tahun.
Diasumsikan bahwa work engagement penyidik yang telah bekerja selama 1
tahun telah dapat diukur karena telah merasakan job demands dan job
resources ditempatnya bekerja, dan telah memiliki sikap dan pemikiran
terkait dengan pekerjaannya tersebut. Schaufeli dan Consiglio (2016)
menjelaskan bahwa adanya job resources yang dirasakan ditempat kerja
dapat membangun dan menguatkan relasi antar rekan kerja, menumbuhkan
sense of belonging dan kepercayaan karyawan yang akan mempengaruhi rasa
tanggung jawab karyawan terhadap pekerjaannya, dan hal tersebut telah dapat
membuat karyawan engaged dengan pekerjaannyaa.
Teknik sampling dalam penelitian adalah teknik convenience sample,
yaitu sampel dipilih berdasarkan kemudahan dan ketersediaan untuk
mengaksesnya (Supratiknya; 2015).
E. METODE DAN ALAT PENGAMBILAN DATA
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara
menyebarkan skala penelitian kepada penyidik polisi. Penelitian akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
dilakukan dengan menyebarkan skala QEEW 2.0 (Questionnaire for the
Experience an d Evaluation of Work) yang mengukur variabel job demands
dan skala UWES-9 (Utretch Work engagement Scale) yang mengukur work
engagement.
Keseluruhan skala yang digunakan adalah bentuk skala likert. Dalam
Supratiknya (2014), jawaban subjek terhadap setiap pertanyaan merupakan
penilaian yang dapat menunjukkan mengenai sikap maupun taraf kepemilikan
subjek terhadap atribut psikologis tertentu. Skala likert dijelaskan sebagai
skala yang digunakan untuk mengukur pendapat, dan persepsi individu
mengenai suatu objek atau fenomena tertentu (Siregar; 2013). Skala likert
merupakan salah satu jenis skala pengukuran yang memiliki gradasi pilihan
dari sangat positif hingga sangat negatif (Sugiyono; 2010). Subjek diminta
untuk memberikan respon terhadap pernyataan terkait intensitas terjadinya
pernyataan tersebut sesuai dengan yang dialami oleh responden. Pada
penelitian ini, skala job demands terdiri dari empat pilihan jawaban, dan skala
work engagement terdiri dari enam pilihan jawaban.
1. Work engagement
Variabel work engagement diukur dengan menggunakan
modifikasi skala skala UWES-9 (Utretch Work engagement Scale)
dengan skala asli yang dibuat dan diperbaharui oleh Demerouti,
Bakker, Janssen, & Schaufeli (2006). Skala ini terdiri dari tiga
dimensi yaitu vigor, dedication, absorpsion dengan jumlah total item
sebanyak 9 item. Item-item dalam skala UWES bersifat favorable
dengan enam pilihan respon untuk dipilih responden yaitu Tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Pernah, Hampir tidak pernah, Jarang, Kadang-kadang, Sering, Sangat
Sering, dan Selalu, dengan skor pilihan jawaban secara berturut-turut adalah
0, 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adala
skala yang telah diterjemahkan oleh Lembaga Bahasa Universitas
Sanata Dharma dan dimodifikasi agar relevan dengan responden, dan
menambahkan lima item untuk menyesuaikan jumlah item pada tiap
indikator perilaku. 5 item tersebut adalah item skala nomor 3, 4, 8, 10,
dan 14. Pada skala UWES-9, dimensi vigor terdiri dari dua indikator
perilaku yaitu memiliki energi yang tinggi dan kerelaan untuk
memberikan usaha lebih saat bekerja, namun tidak terdapat item skala
yang termasuk dalam indikator perilaku memberikan usaha lebih saat
bekerja sehingga peneliti menambahkan item nomor 3 dan 4 agar ada
item yang dapat digunakan untuk mengukur indikator perilaku
tersebut dalam dimensi vigor.
Item skala nomor 8, 10, dan 14 ditambahkan dengan
pertimbangan bahwa bentuk dari indikator perilaku dapat dilihat dari
bentuk perilaku yang lainnya. Terkait dengan indikator perilaku
terinspirasi, inspirasi tidak hanya berdasarkan pekerjaan yang
dilakukan oleh responden, namun juga dapat dilatarbelakangi dari
pencapaian yang dilakukan oleh orang lain untuk perusahaan.
Indikator perilaku perasaan bangga terhadap pekerjaan, selain dapat
diketahui berdasarkan apa yang dirasakan oleh responden, dapat juga
diketahui dengan adanya keinginan untuk tetap bekerja sesuai dengan
pekerjaan saat ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Pada indikator perilaku berkonsentrasi penuh saat bekerja,
selain dapat diketahui berdasarkan apa yang dirasakan oleh
responden, dapat juga diketahui dari usaha responden untuk
menghilangkan hal-hal yang dapat mendistraksi responden tersebut.
Item-item tersebut ditambahkan agar responden tidak menunjukkan
hasil disengaged karena bentuk perilaku lain dari indikator perilaku
tidak terdapat pada item skala.
Skala work engagement digunakan untuk work engagement
penyidik polisi. Skor tinggi mengindikasikan bahwa engaged dengan
pekerjaannya, dan sebaliknya.
Tabel 3.1
Sebaran Item Skala Work engagement Sebelum Seleksi Item
No. Dimensi Nomor Item Jumlah Bobot
1
2
3.
Vigor
Dedication
Absorption
1, 2, 3*, 4*
5, 6, 7, 8*, 9, 10*
11, 12, 13, 14*
4
6
4
28,57 %
42,86 %
28,57 %
Jumlah Total 14 100%
Keterangan :
* = Item yang ditambahkan
2. Job demands
Variabel job demands diukur dengan menggunakan modifikasi
skala QEEW 2.0 (Questionnaire for the Experience and Evaluation of
Work) dengan skala asli yang dibuat dan diperbaharui oleh Marc van
Veldhoven dan Theo Meijman (2015). Skala ini terdiri dari tiga aspek
yaitu workload, emotional demands dan mental demands dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
jumlah total item sebanyak 15 item. Item-item dalam skala QEEW
bersifat favorable dan terdapat empat pilihan respon untuk dipilih
responden yaitu “Selalu” dengan skor 0, “Sering” dengan skor 1,
“Kadang-kadang” dengan skor 2, dan “Tidak pernah” dengan skor 3.
Skala job demands untuk mengetahui tuntutan kerja yang
dirasakan oleh penyidik polisi. Skor rendah mengindikasikan bahwa
subjek memiliki tuntutan kerja yang sedikit, sedangkan skor tinggi
mengindikasikan bahwa subjek memiliki tuntutan kerja yang banyak.
Tabel 3.2
Sebaran Item Skala Job demands Sebelum Seleksi Item
No. Aspek Item Jumlah Presentase
1
2
3.
Workload
Emotional demands
Mental demands
1, 2, 3, 4, 5, 6
7, 8, 9, 10, 11
12, 13, 14, 15
6
5
4
40 %
33.33%
26.67%
Jumlah Total 15 100%
F. VALIDITAS DAN RELIABILITAS
1. Validitas Alat Ukur
Validitas diartikan sebagai taraf sejauh mana bukti empiris maupun
teoritis mendukung atau membenarkan cara menafsirkan skor tes sesuai
dengan tujuan penggunaan tes (Supratiknya, 2014). Validitas merupakan
salah satu aspek esensial yang penting diperhatikan untuk dapat menilai
kualitas suatu tes sebagai alat ukur ukur. Validitas secara sederhana
dijelaskan sebagai sejauh mana suatu alat tes dapat mengukur atribut
psikologis yang hendak diukur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Terdapat tiga jenis validitas, yaitu validitas isi, validitas konstruk, dan
validitas yang berorientasi pada kriteria (Supratiknya, 2014). Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan jenis validitas isi. Validitas isi
dijelaskan sebagai taraf sejauh mana item-item dalam alat ukur
merupakan definisi operasional yang sesuai dengan konstruk psikologis
yang hendak diukur (Supratiknya, 2016). Validitas isi skala diukur
dengan menggunakan metode Indeks Validitas Isi (IVI) yang
dikemukakan oleh Lynn pada 1986 karena memberikan kemudahan
dalam perhitungan dan mudah untuk dipahami, metode ini juga
memberikan informasi mengenai validitas skala secara keseluruhan
maupun masing-masing itemnya (Supratiknya, 2016). Supratiknya
(2016) menyebutkan bahwa prosedur menghitung IVI terdiri dari 2
tahapan kegiatan, yaitu tahap pengembangan alat ukur dan tahap
penilaian kuantifikasi. Panel ahli untuk menilai IVI dalam penelitian ini
adalah dosen pembimbing dan beberapa mahasiswa yang sedang
mengerjakan skripsi.
a. Skala Work engagement
Berdasarkan hasil pengujian IVI skala Work engagement, IVI-
S yang diperoleh adalah sebesar 0.96.Skala dinyatakan relevan karena
nilai IVI-S lebih besar daripada 0.90 (Supratiknya, 2016).Tidak ada
item yang digugurkan dari skala ini, namun peneliti merevisi 3 item
skala sesuai dengan saran panel ahli.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
b. Skala Job demands
Berdasarkan hasil pengujian IVI pada skala Job demands, IVI-
S yang diperoleh adalah sebesar 0.95. skala dinyatakan relevan karena
nilai IVI-S yang lebih besar daripada 0.90 (Supratiknya, 2016). Tidak
ada item yang digugurkan dari skala ini, namun peneliti melakukan
revisi terhadap 4 item skala sesuai dengan saran panel ahli.
2. Diskriminasi Item
Diskriminasi item dilakukan agar item yang termasuk dalam skala
final dapat membentuk sebuah tes yang homogen dan memiliki daya
beda yang baik (Supratiknya, 2014). Untuk mengetahui daya beda item
dan untuk memperoleh skala yang baik dilakukan dengan menghitung
korelasi antara masing-masing skor item dengan skor total skala dan
proporsi subjek yang memilih jawaban (Supratiknya, 2014)
Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
korelasi Pearson product-moment, hal ini dilakukan karena item-item
dalam skala ini diberi skor berdasarkan interval (Azwar, 2002). Azwar
(2016) menyebutkan bahwa koefisien korelasi item total (rix) berada
dalam rentang 0 hingga 1, dan koefisien korelasi minimal adalah 0.30.
Jika koefisien korelasi yang diperoleh semakin mendekati 1, hal tersebut
menunjukkan bahwa semakin baik daya diskriminasi item. Begitupula
sebaliknya, jika koefisien korelasi yang diperoleh semakin mendekati 0,
hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tidak baik daya diskriminasi
item.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Uji coba skala dilakukan pada tanggal 4 Juni 2018 hingga 11 Juni
2018 terhadap 30 anggota penyidik Reskrim Polda NTT. Hasil uji coba
dianalisis dengan menggunakan IBM SPSS 21.
a. Skala Work engagement
Berdasarkan hasil uji coba skala item Work engagement,
semua item dinyatakan lolos seleksi. Nilai koefisien korelasi item
total semua item skala adalah di atas 0.30 (rix> 0.30).
Berikut adalah tabel skala work engagement setelah dilakukan seleksi
item:
Tabel 3.3
Sebaran Item Skala Work engagement Setelah Seleksi Item
No. Dimensi Nomor Item Jumlah Bobot
1.
2
3
Vigor
Dedication
Absorption
1, 2, 3, 4
5, 6, 7, 8, 9, 10
11, 12, 13, 14
4
6
4
28.57 %
42.86 %
28.57 %
Jumlah Total 14 100%
b. Skala Job demands
Berdasarkan hasil uji coba skala item Job demands, 1 dari 15
total item dinyatakan gugur karena nilai koefisien korelasi item total
adalah dibawah 0,30 (rix< 0.30). Sebanyak 1 item dari aspek
emotional demands dinyatakan gugur dengan nilai koefisien korelasi
item nomor 8 adalah 0.155.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Berikut adalah tabel skala job demands setelah dilakukan seleksi
item:
Tabel 3.4
Sebaran Item Skala Job demands Setelah Seleksi Item
No. Aspek Nomor Item Jumlah Bobot
1.
2.
3.
Workload
Emotional Demands
Mental Demands
1, 2, 3, 4, 5, 6
7, 8*, 9, 10, 11
12, 13, 14, 15
6
4
4
42.86 %
28.57 %
28.57 %
Jumlah Total 14 100 %
Keterangan :
* = item yang gugur
3. Reliabilitas Alat Ukur
Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan
hasil ukur (Azwar, 2002). Skala dapat dikatakan reliabel apabila skor
yang diperoleh responden menunjukkan hasil yang konsisten dari
waktu ke waktu. Azwar (2002) menyebutkan bahwa reliabilitas
dinyatakan dalam koefisien reliabilitas dengan angka yang berada
dalam rentang 0 sampai dengan 1. Semakin koefisien reliabilitas
mendekati 1, menunjukkan bahwa alat ukur tersebut semakin reliabel.
Supratiknya (2014) menyebutkan bahwa koefisien reliabilitas skala
yang dianggap memuaskan jika koefisien reliabilitas skala tersebut
≥ 0.700.
Koefisien reliabilitas skala work engagement adalah sebesar
0.902 dan koefisien reliabilitas skala job demands adalah sebesar
0.896.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
G. METODE ANALISIS DATA
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
penelitian yang dimiliki berasal dari populasi dengan sebaran
normal. Analisis statistik baru bisa dilakukan jika data memenuhi
asumsi normalitas sebaran (Santoso, 2010). Santoso (2010)
menyebutkan bahwa persebaran data dikatakan normal apabila
nilai p > 0.05. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik Kolmogorov-Smirnov yang dihitung dengan
menggunakan IBM SPSS 21.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan
variabel yang diteliti mengikuti garis lurus. Mengikuti garis lurus
yang dimaksud adalah peningkatan atau penurunan di suatu
variabel akan mempengaruhi variabel lainnya secara linear
(Santoso, 2010) Linear atau tidaknya hubungan antar variabel
ditandai dengan nilai sig. Jika nilai sig. < 0.05 maka dikatakan
hubungan antar variabel linear.
2. Uji hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik korelasi. Santoso (2010) menjelaskan bahwa
teknik korelasi adalah teknik analisis yang digunakan untuk melihat
kecenderungan pola dalam suatu variabel berdasarkan kecenderungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
pola variabel lain, apakah jika suatu variabel meningkat maka variabel
lain akan juga ikut meningkat, menurun, atau tidak menentu.
Teknik korelasi Product Moment Pearson akan digunakan jika
uji asumsi terpenuhi, dan teknik korelasi Spearman akan digunakan
jika uji asumsi tidak terpenuhi. Uji korelasi menghasilkan koefisian
yang bernilai -1 hingga +1. Koefisian korelasi yang semakin
mendekati 1 menunjukkan bahwa semakin kuat tingkat korelasi
antarvariabel tersebut, dan sebaliknya jika semakin mendekati 0
menunjukkan bahwa tingkat korelasi antar variabel semakin lemah.
Korelasi yang bernilai – mengindikasikan bahwa arah korelasi
berlawanan. Jika korelasi bernilai + mengindikasikan bahwa arah
korelasi searah.
Tabel 3.5
Kategori interpretasi koefisien korelasi (Siregar, 2017)
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.00 - 0.199 Sangat Lemah
0.20 – 0.399 Lemah
0.40 – 0.599 Cukup
0.60 – 0.799 Kuat
0.80 – 1.00 Sangat Kuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada tanggal 24 Juli 2018 hingga tanggal 31
Juli 2018. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan dua skala kepada
responden yaitu skala work engagement dan skala job demands. Peneliti
mengajukan permohonan izin kepada Biro Sumber Daya Manusia Polda
NTT di Kupang. Setelah mendapatkan izin untuk mengambil data, skala
diserahkan pada Wakil Direktur Reskrim Polda NTT dalam bentuk
hardcopy untuk disebarkan kepada anggota Reskrim.
Penelitian ini dilakukan kepada responden anggota Reskrim
sebanyak 120 orang. Tidak seluruh skala yang telah disebar digunakan
oleh peneliti karena sebanyak 8 skala tidak diisi lengkap oleh responden.
Peneliti juga melakukan eliminasi pada 7 skala yang cenderung akan
menjadi outlier. Kecenderungan outlier muncul karena ada subjek yang
mengisi skala dengan asal-asalan dan berpotensi untuk mengacaukan
pengukuran uji normalitas (Santoso, 2010). Data dari responden yang
dapat diuji oleh peneliti adalah data yang berasal dari 105 responden.
B. DESKRIPSI SUBJEK
Responden dalam penelitian ini adalah anggota Direktorat Reskrim
Polda NTT sejumlah 105 orang, dengan jumlah laki-laki sebanyak 73
orang (69.52%), dan jumlah perempuan sebanyak 32 orang (30.48%)
dengan rentang usia mulai dari 21 tahun hingga 56 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN
Berdasarkan data penelitian yang telah diperoleh, berikut adalah hasil
perhitungan mean empiri dan mean teoritik skala :
1. Work engagement
Jumlah item : 14
Nilai minimum : 14 x 0 = 0
Nilai maksimum : 14 x 6 = 74
Rentang nilai : 0 – 84
Jarak : 0 + 84 = 72
Mean teoritik : 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 +𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
2 =
0+84
2 = 42
2. Job demands
Jumlah item : 14
Nilai minimum : 14 x 0 = 0
Nilai maksimum : 14 x 3 = 42
Rentang nilai : 0 – 42
Jarak : 0 + 42 = 42
Mean teoritik : 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖𝑚𝑖𝑛 𝑖𝑚𝑢𝑚 +𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
2= 0+42
2 = 21
Tabel 4.1
Deskripsi Statistik Data Penelitian
Teoritis Empiris
N Min Max Mean Mean Sig
Work engagement 105 0 74 42 66.59 .000
Job demands 105 0 42 21 50.40 .000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Pada variabel Work engagement, hasil uji t menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0.000. Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan
signifikan antara mean empirik dan mean teoritik. Mean teoritik variabel
work engagement adalah 42 lebih kecil dibandingkan dengan mean
empirik yang sebesar 66.59. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui
bahwa tingkat work engagement pada responden adalah tinggi.
Pada variabel job demands, diketahui juga nilai signifikansi
sebesar 0.000 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan
antara mean teoritik dan mean empirik. Mean teoritik variabel job
demands adalah 21 lebih kecil dibandingkan dengan mean empirik yang
sebesar 50.400. berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa tingkat
job demands pada responden adalah tinggi.
D. HASIL PENELITIAN
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
penelitian yang dimiliki berasal dari populasi dengan sebaran
normal. Analisis statistik baru bisa dilakukan jika data memenuhi
asumsi normalitas sebaran (Santoso, 2010). Santoso (2010)
menyebutkan bahwa persebaran data dikatakan normal apabila
nilai p > 0.05. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik Kolmogorov-Smirnov yang dihitung dengan
menggunakan IBM SPSS 21.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Asymp.Sig.(2-tailed) N Keterangan
Work engagement 0.000 105 Tidak Normal
Job demands 0.000 105 Tidak Normal
Setelah dilakukan uji normalitas, dapat diketahui bahwa nilai
probabilitas (p) pada kedua variabel yaitu work engagement dan job
demands adalah sebesar 0.000. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebaran
data pada kedua variabel tersebut tidak normal karena p < 0.05.
b. Uji Linearitas
Uji Linearitas dilakukan dengan menggunakan teknik test
of linearity. Linear atau tidaknya hubungan antar variabel
ditandai dengan nilai p. Jika nilai sig. < 0.05 maka dikatakan
hubungan antar variabel linear.
Tabel 4.3
Hasil Uji Linearitas
ANOVA
Sig. Linearity Sig.Deviation from Linearity Keterangan
WE – JD 0.006 0.976 Linear
Berdasarkan hasil uji linearitas, dapat diketahui bahwa nilai sig.
linearity adalah 0.006. Hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara
variabel work engagement dan job demands bersifat linear karena sig.
linearity < 0.05.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
2. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini, digunakan teknik korelasi spearman untuk
melakukan perhitungan uji hipotesis. Teknik korelasi spearman
digunakan karena tidak terpenuhinya salah satu uji asumsi yaitu uji
normalitas pada variabel work engagement dan job demands. Kedua
variabel tersebut memiliki persebaran data tidak normal dengan nilai
p yaitu 0.000. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan
yang negatif dan signifikan antara Work engagement dengan Job
demands pada Penyidik Polisi Direktorat Reskrim di Polda NTT.
Tabel 4.4
Uji Hipotesis Hubungan Work engagement dengan Job demands
Variabel
Bebas
Variabel
Terikat
Koefisien
Korelasi
Sig Interpretasi
Job
demands
Work
engagement
0.338 0.000 Ada hubungan
positif dan
signifikan
Berdasarkan hasil uji hipotesis dan kriteria koefisien korelasi
(Siregar, 2017), dapat diketahui bahwa koefisien korelasi spearman’s rho
adalah sebesar 0.338 yang dapat diinterpretasikan bahwa kekuatan korelasi
antar variabel lemah, dan nilai signifikansi 1-tailed sebesar 0.000 (p <
0.05). Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang positif antara Work engagement dan Job demands pada
Penyidik Polisi Direktorat Reskrim di Polda NTT, dan hipotesis penelitian
ditolak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
E. PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan
signifikan antara Work engagement dengan Job demands pada anggota
Penyidik Polisi Reskrim Polda NTT (r=0.338; p=0.000). Hal tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi job demands yang dirasakan oleh
responden, berarti semakin tinggi pula work engagement responden
tersebut. Sebaliknya, jika semakin rendah job demands yang dirasakan
oleh responden, semakin rendah juga work engagement responden
tersebut.
Penelitian oleh Taipale (2011) dan Saari et al (2017) menunjukkan
hasil bahwa job demands berhubungan secara negatif dengan work
engagement. Artinya, jika job demands tinggi maka work engagement
akan menjadi rendah dan sebaliknya jika job demands rendah maka work
engagement akan tinggi. Penelitian sebelumnya oleh Bakker et at (2008)
juga menunjukkan bahwa job demands berkorelasi secara positif dengan
burnout, sedangkan job resources berkorelasi secara positif dengan work
engagement.
Pendapat lain mengenai hubungan antara job demands dengan
work engagement dikemukakan oleh Schaufeli dan Bakker (2004) yang
menjelaskan bahwa job demands memang akan memberikan efek negatif
jika job demands tersebut membutuhkan usaha yang terlalu besar dalam
mengerjakannya, dan juga job demands tidak selalu memberikan efek
yang negatif dan menyebabkan burnout.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Berdasarkan perbandingan mean empiris dan mean teoritis dari job
demands dan work engagement, mean empiris dua variabel tersebut
menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan mean teoritis,
sehingga dapat diketahui bahwa job demands dan work engagement pada
penyidik polisi di polda NTT adalah tinggi.
Dengan job demands yang tinggi dan penyidik polisi tetap
memiliki work engagement yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa job
demands yang diberikan kepada penyidik adalah job demands yang
optimal dan dianggap sebagai pekerjaan yang menantang. Job demands
yang optimal dan menantang bagi penyidik polisi bukan menyebabkan
menurunnya work engagement yang terjadi seperti hipotesis penelitian
namun yang terjadi adalah semakin meningkatnya work engagement.
Hasil penelitian ini dapat dijelaskan berdasarkan pernyataan
Sawang (2011) dan Nahrgang et al (2011) yang melihat job demands dari
sudut pandang berbeda. Sawang (2011) menyatakan bahwa terdapat
kemungkinan job demands dilihat sebagai pekerjaan yang menantang
karena dapat membuat karyawan dapat menggunakan berbagai
kemampuan yang dimilikinya dan membuat karyawan merasa bahwa
pekerjaan yang mereka lakukan memiliki dampak dan bermanfaat bagi
orang lain. Hasil penelitian oleh Sawang (2011) menunjukkan bahwa job
demands dan work engagement memiliki hubungan kurvalinear, yaitu job
demands yang terlalu banyak maupun terlalu sedikit akan membuat work
engagement karyawan menjadi rendah, sehingga dibutuhkan job demands
yang optimal agar dapat meningkatkan work engagement karyawan. Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
penelitian ini menunjukkan bahwa job demands yang tinggi pada penyidik
polisi menyebabkan tinggi work engagement. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa job demands dari responden adalah optimal sehingga job demands
yang tinggi tetap dapat meningkatkan work engagement penyidik polisi.
Nahrgang et al (2011) menjelaskan bahwa ada job demands yang
menantang membuat karyawan secara tidak langsung menjadi
berkembang, belajar mengenai hal baru, dapat mencapai target yang telah
ditetapkan, dan berlatih untuk bekerja secara efektif, dan akhirnya akan
membuat karyawan menjadi engaged dengan pekerjaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif dan
signifikan (r=0.338; p= 0.00) antara variabel job demands dan work
engagement anggota penyidik Kepolisian Ditreskrim Polda NTT. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin tinggi job demands yang dimiliki oleh
anggota penyidik polisi, akan semakin tinggi juga work engagement
anggota penyidik polisi. Dengan demikian, hipotesis penelitian yaitu ada
hubungan negatif dan signifikan antara job demands dengan work
engagement ditolak.
B. KETERBATASAN PENELITIAN
Keterbatasan dalam penelitian ilmiah ini adalah tidak dilakukannya
pengawasan dan pemberian instruksi pengisian kuesioner secara langsung
oleh peneliti kepada responden sehingga saat pengisian kuesioner ada
bagian penting yang terlewatkan oleh responden karena tidak diingatkan
oleh orang yang menyebarkan skala ini sehingga membuat beberapa skala
yang telah terkumpul menjadi tidak dapat digunakan karena kurangnya
kelengkapan data. Keterbatasan dalam penelitian ini juga adalah
kurangnya referensi mengenai penyidik polisi sehingga dalam menentukan
hipotesis penelitian didasarkan pada pemikiran peneliti mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
kesamaan karakteristik penyidik polisi dengan responden dari penelitian
lain. Selain itu, untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk
mendapatkan komposisi responden yang seimbang sehingga dapat
dianalisis mengenai pengaruh data demografis responden terhadap hasil
penelitian.
C. SARAN
1. Bagi Instansi Kepolisian
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa job demands
berkorelasi secara positif dan signifikan terhadap work engagement
anggota penyidik polisi. Anggota penyidik polisi memiliki work
engagement yang tinggi meskipun dengan job demands yang juga
tinggi. Hal tersebut disebabkan karena job demands penyidik polisi
yang optimal dan dianggap sebagai pekerjaan yang menantang
sehingga dapat meningkatkan work engagement. Sawang (2011)
menyebutkan bahwa tuntutan pekerjaan yang terlalu banyak
maupun terlalu sedikit akan menurunkan work engagement
anggota sehingga perlu diperhatikan level tuntutan pekerjaan yang
ditetapkan oleh instansi agar tetap pada level yang optimal dan
sesuai dengan kemampuan anggota penyidik polisi sehingga work
engagement anggota tetap tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Berdasarkan hasil penelitian, data yang diperoleh tidak
terdistribusi dengan normal sehingga menggunakan formula
korelasi Spearman. Menurut Arne Buthmann, salah satu penyebab
data tidak terdistribusi normal adalah karena terbatasnya data yang
memiliki jumlah nilai yang berbeda-beda, sehingga untuk
penelitian selanjutnya diharapkan memiliki responden yang lebih
banyak sehingga dapat memperoleh persebaran data yang normal
dan komposisi responden yang seimbang sehingga dapat
memperkaya hasil penelitian, dan hasil penelitian tersebut dapat
mewakili data work engagement yang lebih luas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, A. G. (2012, Maret 28). Employee Engagement dalam Budaya
Perusahaan. aryginanjaresq.wordpress.com. Diakses pada 26 September
2018, dari https;//aryginanjaresq.wordpress.com/2012/03/28/employee-
engagement-dalam-budaya-perusahaan
Alfes, K., Truss, K., Soane, E., Rees, C., & Gatenby, M. (2010).Creating an
Engaged Workforce.(CIPD Research Report). London: Chartered Institute
of Personnel and Development.
Azwar, S. (2002). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2016). Konstruksi Tes: Kemampuan Kognitif. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Bakker, A. & Demerouti, E. (2008). Towards a Model of Work engagement.
Journal of Career Development International, 13(3), 209-223. DOI:
10.1108/13620430810870476.
Bakker, A. B., Demerouti, E. (2007) The Job demands‐Resources Model: State of
The Art. Journal of Managerial Psychology, Vol. 22 Issue: 3, 309-328,
DOI: 10.1108/02683940710733115.
Bakker, A. B., Demerouti, E., & Verbeke, W. (2004).Using the job demands-
resources model to predict burnout and performance. Human Resource
Management, 43(1), 83–104. doi:10.1002/hrm.20004 .
Bakker, A. B., Demerouti, E., Taris, T. W., Schaufeli, W. B., & Schreurs, P. J. G.
(2003). A multigroup analysis of the job demands-resources model in four
home care organizations. International Journal of Stress Management,
10(1), 16–38. doi:10.1037/1072-5245.10.1.16
Bakker, A. B., Schaufeli, W. B., Leiter, M. P., & Taris, T. W. (2008). Work
engagement: An Emerging Concept in Occupational Health Psychology.
Journal Work & Stress, 22, No 3,187-300.
Banihani, M., Lewis, P., Syed, J. (2013). Is work engagement gendered?.Gender
in Management, 28(7). DOI: 10.1108/GM-01-2013-0005.
Breevaart, K., Bakker, A. B., Demerouti, E., & van den Heuvel, M. (2015).
Leader-Member Exchange, Work engagement, and Job Performance.
Journal of Managerial Psychology, 30(7), 754-770. DOI: 10.1108/JMP-
03-2013-0088.
Buthmann, A. Dealing With Non-Normal Data: Strategies and Tools.
isixsigma.com. Diakses pada 25 Januari 2019 dari,
https://www.isixsigma.com/tools-templates/normality/dealing-non-normal-
data-strategies-and-tools/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Coetzer, C., & Rothmann, S. (2007). Job demands, job resources, and work
engagement of employees in a manufacturing organization. Journal of
Southern African Business Review, 11 (1), 17-32.
Cole, M. S., Walter, F., Bedeian, A. G., O’Boyle, E. H. (2012). Job burnout and
employee engagement: A meta-analytic examination of construct
proliferation. Journal of Management, 38(5), 1550-1581. DOI:
10.1177/0149206311415252.
Consiglio, C., Borgogni, L., Di Tecco, C., & Schaufeli, W.B. (2016). What Makes
Employees Engaged With Their Work? The Role of Self-efficacy and
Employee’s Perception of Social Context Over Time. Career Development
International.21(2), pp.125-143. DOI;10.1108/CDI-03-2015-0045
De Jonge, J., Schaufeli, W.B., Shimazu, A., & Dormann, C. (2010). A
Longitudinal Test of the Demand-Control Model Using Specific Job
demands and Specific Job Control. International Journal of Behavioral
Medicine, 17, 125-133. DOI: 10.1007/s12529-010-9081-1.
Demerouti, E., Bakker, A., Nachreiner, F., & Schaufeli, W. B. (2001). The Job
demands-Resources Model of Burnout. Journal of Applied Psychology,
86(3), 499-512. DOI:10.1037/0021-9010.86.3.499.
Garcia-Sierra, R., Fernandez-Castro, J., Martinez-Zaragoza, F. (2016). Relationsip
between job demand and burnout in nurses: does it depend on work
engagement?. Journal of Nursing Management, 24(6), 1-9. DOI:
10.1111/jonm.12382.
Handoko, T. H. 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: BPFE Press.
Harter, J. K., Schmidt, F. L., Hayes, T. L. (2002). Bussiness-Unit-Level
Relationship Between Employee Satisfaction, Employee Engagement, and
Bussiness Outcomes: A Meta-Analysis. Journal of Applied Psychology,
87(2), 268-279. DOI: 10.1037//0021-9010.87.2.268.
Hobfoll, S. E., Johnson, R. J., Ennis, N., & Jackson, A. P. (2003). Resource loss,
resource gain, and emotional outcomes among inner city women. Journal
of Personality and Social Psychology, Vol 84(3), Mar 2003, 632-643.
Hoole, C. & Hotz, G. (2016). The impact of a total reward system of work
engagement. SA Journal of Industrial Psychology, 42(1).
DOI:10.4102/sajip.v42i1.1317.
Kahn, W. A. (1990). Psychological conditions of personal engagement and
disengagement at work. Academy of Management Journal, 33(4), 692-724.
Karanika-Murray, M., Duncan, N., Pontes, H. M., Griffiths, M. D. (2015).
Organizational identification, work engagement, and job satisfaction.
Journal of Managerial Psychology, 30(8), 1-17. DOI: 10.1108/JMP-11-
2013-0359.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Karasek, R. A. (1979). Job demands, Job Decision Latitude, and Mental Strain:
Implication for Job Redesign. Administrative Science Quarterly, 24(2),
285-308.
Kim, W., & Kang, S. W. (2016). Older and More Engaged: The Mediating Role
of Age-linked Resources on Work engagement. Human Resource
Management. DOI:10.1002/hrm.21802.
Kompaso, S. M., & Sridevi, M. S. (2010). Employee Engagement: The Key to
Improving Performance. International Journal of Bussiness and
Management, 5(12).DOI:10.5539/ijbm.v5n12p89
Kristensen, T.S., Bjorner, J. B., Christensen, K. B., & Borg, V. (2004). The
Distinction Between Work Pace and Working Hours in the Measurement
of Quantitative Demands at Work. Work & Stress, 18(4), 305-322.
DOI:10.1080/02678370412331314005.
Maslach, C. (1999). A multidimensional theory of burnout. Theories of
Organizational Stress, Chapter: A Multidimensional Theory of Burnout,
Publisher: Oxford University Press, Editors: C. L. Cooper, pp.68-85.
Maslach, C., Leiter, M. (2007). Burnout. Encyclopedia of Stress, Edition: 2nd,
Publisher: Elsevier, Editors: G. Fink, pp.358-362. DOI: 10.1016/B978-0-
12-800951-2.00044-3.
Meijman, T. F., & Mulder, G. (1998). Psychological aspects of workload. In P. J.
D. Drenth, H. Thierry, & C. J. de Wolff (Eds.), Handbook of work and
organizational psychology (2nd ed.). Handbook of work and
organizational: Work psychology (pp. 5-33). Hove, England: Psychology
Press/Erlbaum (UK) Taylor & Francis.
Nahrgang, J. D., Morgeson, F. P., Hofmann, D. A. (2010). Safety at Work: A
Meta-Analytic Investigation of the Link Between Job demands, Job
Resources, Burnout, Engagement, and Safety Outcomes. Journal of
Applied Psychology, 96(1), 71-94. DOI:10.1037/a0021484.
Noerant, S. O., & Prihatsanti, U. (2017). Hubungan Antara Iklim Organisasi
Dengan Work engagement Pada Anggota Sabhara Polda Jateng Semarang.
Jurnal Empati, 6(4), 354-361.
Portalhr. (2016, Mei 03). Gawat! Pekerja di Indonesia 80% Not Engaged, Lantas
Apa Solusinya?. Portalhr.com survei. Diakses pada 04 Maret 2018 dari,
https://portalhr.com/survei/gawat-pekerja-di-indonesia-80-not-engaged-
lantas-apa-solusinya/
Rachman, V. (2016, September 5). Cara Telkomsel Memanjakan Karyawan.
swa.co.id. Diakses 23 Agustus 2018, dari
https;//swa.co.id/swa/trends/management/cara-telkomsel-memanjakan-
karyawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Rothbard, N. P. (2001). Enriching or Depleting? The Dynamics of Engagement in
Work and Family Roles. Administrative Science Quarterly, 46(4),
655.doi:10.2307/3094827.
Saari, T., Melin, H., Balabanova, E., & Efendiev, A. (2017).The job demands and
resources as antecendents of work engagement Comparative research on
Finland and Russia. Baltic Journal of Management, 12(2), 240-254. DOI:
10.1108/BJM-05-2016-0112.
Saks, A. M. (2006). Antecedents and Consequences of Employee Engagement.
Journal of Managerial Psychology, 21(7), 600-619. DOI:
10.1108/02683940610690169
Santoso, A. 2010. Statistika untuk Psikologi dari Blog Menjadi Buku. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Sawang, S. (2011). Is there an inverted U-shaped relationship between job
demands and work engagement: The moderating role of social support?.
International Journal of Manpower, 33(2), 178-186. DOI:
10.1108/01437721211225426.
Schaufeli, W. B., Bakker, A. B. (2004). Job demands, job resources, and their
relationship with burnout and engagement: a multi-sample study. Journal
of Organizational Behavior, 25(3), 293-315. DOI: 10.1002/job.248.
Schaufeli, W. B., Bakker, A. B., Salanova, M. (2006). The Measurement of Work
engagement With a Short Questionnaire: A Cross-National Study. Journal
of Educational and Psychological Measurement, 66(4), 701-716. DOI:
10.1177/0013164405282471.
Schaufeli, W. B., Salanova, M., Gonzalez-Roma, V., & Bakker, A. B. (2002). The
Measurement of Engagement and Burnout: A Two Sample Confirmatory
Factor Analytic Approach. Journal of Happiness Studies, 3, 71-92.
Schaufeli, W., Salanova, M. (2011). Commentary Work engagement: On how to
better catch a slippery concept. European Journal of Work and
Organizational Psychology, 20(1), 39-46. DOI:
10.1080/1359432X.2010.515981.
Schaufeli, W.B. (2013). What is engagement? In C. Truss, K. Alfes, R. Delbridge,
A. Shantz, & E. Soane.(Eds.), Employee Engagement in Theory and
Practice. London: Routledge.
Siregar, S. (2017). Statistika Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Supratiknya, A. (2015) Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif Dalam
Psikologi. Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma.
Supratiknya, A. (2016) Kuantifikasi Validitas Isi dalam Asesmen Psikologis.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Suryadi, D. (2017, Oktober 21).Jurus P&G Pertahankan Talent.swa.co.id. Diakses
23 Agustus 2018, dari https://swa.co.id/swa/trends/management/jurus-pg-
pertahankan-talent
Taipale, S., Selander, K., Anttila, T., & Natti, J. (2011). Work engagement in
eight European countries. International Journal of Sociology and Social
Policy, 31(7/8), 486-504. DOI: 10.1108/01443331111149905.
Towers Watson. (2014). The 2014 Global Workface Study: Driving Engagement
Through a Consumer-Like Experience. TW-NA-2014-38306.
Towers Watson. (2014). Using Pay to Better Sustain Employee Engagement:
Attract, Retain, and Motivate Key Employees.
Van den Broeck, A., De Cuyper, N., Luyckx, K., De Witter, H. (2012).
Employees’ job demands-resources profiles, burnout, and work
engagement: A person-centered examination. Journal of Economic and
Industrial Democracy, 33(4), 691-706.
Van Wingerden, J., Derks, D., Bakker, A. B. (2015). The Impact of Personal
resources and Job Crafting Interventions on Work engagement and
Performance. Human Resources Management Journal, 56(1), 51-67. DOI:
10.1002/hrm.21758.
Xanthopoulo, D., Bakker, A. B., Dollard, M. F., Demerouti, E., Schaufeli, W. B.,
Taris, T.W., Schreurs, P.J.G. (2007). When Do Job demands Particularly
Predict Burnout?. Journal of Managerial Psychology, 22(8), 766-786.
DOI: 10.1108/02683940710837714.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
SKALA PENGUKURAN PSIKOLOGI
Disusun oleh :
Sri Murdhaningsih Rahayu
149114190
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Kepada
Yth.Bapak/Ibu/Saudara/i partisipan penelitian.
Dengan hormat,
Dengan ini saya :
Nama : Sri Murdhaningsih Rahayu
Kontak : 081338905546 <[email protected]>
Fakultas : Psikologi
Universitas : Sanata Dharma
Selanjutnya disebut peneliti.
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir atau skripsi, maka
Peneliti meminta kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk memberikan
tanggapan pada pernyataan-pernyataan dalam skala penelitian ini.Tidak
ada jawaban yang salah dan benar dalam skala tersebut. Tanggapan yang
Bapak/Ibu/Saudara/i sampaikan akan dijaga kerahasiaannya dan semua
informasi yang telah diberikan hanya akan digunakan untuk kepentingan
penelitian. Bapak/Ibu/Saudara/i berhak untuk memilih berpartisipasi atau
tidak berpartisipasi dalam penelitian ini tanpa ada konsekuensi apapun.
Peneliti mengucapkan terima kasih atas kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Peneliti,
Sri Murdhaningsih Rahayu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN PARTISIPAN PENELITIAN)
Nama :
Usia :
Jenis kelamin : L/P *(lingkari yang sesuai)
Masa kerja sebagai penyidik :
Jabatan di Reskrim :
Dengan ini, saya menyatakan bahwa saya mengisi skala ini tidak
dalam keadaan terpaksa dari pihak manapun, akan tetapi sukarela demi
membantu terlaksananya penelitian ini.
Semua jawaban yang saya berikan murni saya alami sendiri dan
bukan berdasarkan pandangan masyarakat pada umumnya.Saya juga
mengizinkan jawaban saya dipergunakan sebagai data untuk penelitian
ilmiah ini.
Kupang, 2018
Menyetujui,
……………………………….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
SKALA WORK ENGAGEMENT
PETUNJUK PENGISIAN SKALA
Berikut merupakan beberapa pernyataan tentang perasaan anda di tempat
kerja.Bacalah setiap pernyataan dengan seksama dan tentukan apabila anda
pernah merasakan hal sesuai pernyataan tersebut.Jika anda tidak pernah memiliki
perasaan tersebut, berikan tanda silang pada angka “0” (nol) yang terletak
disebelah pernyataan tersebut.Jika anda memiliki perasaan tersebut, tunjukkan
seberapa sering anda merasakannya dengan memberi tanda silang pada nomor-
nomor berikut (dari 1-6) yang paling menggambarkan seberapa sering anda
merasakannya.
0 : Tidak Pernah
1 : Hampir tidak pernah (Beberapa kali dalam
setahun)
2 : Jarang (Sebulan sekali)
3 : Kadang-kadang (Beberapa kali dalam sebulan)
4 : Sering (Seminggu sekali)
5 : Sangat sering (Beberapa kali
seminggu)
6 : Selalu (setiap hari)
PERNYATAAN 0 1 2 3 4 5 6
Saya merasa siap dan berenergi untuk
melakukan pekerjaan saya
Saya merasa bersemangat, berenergi dan
tidak mudah lelah saat bekerja.
Saya bersedia bekerja melebihi jam kerja
untuk menyelesaikan pekerjaan
Saya membantu rekan saya yang mengalami
kesulitan dengan pekerjaannya
Saya merasa antusias saat melakukan
pekerjaan saya
Saat bangun tidur di pagi hari saya merasa
ingin cepat pergi bekerja
Pekerjaan saya menginspirasi saya untuk
bekerja dengan baik dan menjadi lebih baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Pencapaian yang diperoleh instansi
menginspirasi saya untuk membuat
pencapaian yang lebih baik lagi
Saya bangga dengan pekerjaan yang saya
lakukan
Saya tidak berniat untuk pindah dari bidang
pekerjaan saya saat ini.
Saya merasa senang saat saya bekerja secara
terus menerus
Saat bekerja saya terbawa suasana hingga
lupa waktu
Saya berkonsentrasi penuh saat bekerja
Saat bekerja, saya menghindari hal-hal yang
dapat mengganggu konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
SKALA JOB DEMANDS
PETUNJUK PENGISIAN SKALA
Berikut merupakan beberapa pernyataan tentang pekerjaan anda.Jika
menurut anda penyataan tersebut sesuai dengan pekerjaan anda, berikan tanda
silang pada nomor-nomor berikut (dari 1-4) yang paling menggambakan seberapa
sering anda merasakannya.
1 : Selalu
2 : Sering
3 : Kadang-kadang
4 : Tidak Pernah
PERNYATAAN 1 2 3 4
Saya memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan
Saya harus bekerja ekstra untuk menyelesaikan pekerjaan saya
Saya harus menyelesaikan pekerjaan secara terburu-buru
Saya merasa bekerja lebih lambat dibandingkan rekan kerja saya
Saya mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan kecepatan
kerja yang dituntut
Saya mengalami kesulitan dengan adanya tekanan pekerjaan
Saya merasa pekerjaan saya menuntut secara emosional
Dalam pekerjaan, saya dihadapkan pada hal-hal yang mempengaruhi
saya secara pribadi
Saat bekerja, saya pernah berinteraksi dengan pihak yang sulit dihadapi
Pekerjaan saya membutuhkan keterampilan untuk meyakinkan orang
lain
Pekerjaan saya membuat saya berada dalam situasi yang tidak
menyenangkan secara emosional
Pekerjaan saya menuntut ketepatan kerja yang tinggi
Pekerjaan saya membutuhkan pemikiran yang berkelanjutan
Saya harus memberikan perhatian penuh pada pekerjaan saya
Pekerjaan saya membutuhkan kehati-hatian dalam bekerja
----TERIMA KASIH----
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
LAMPIRAN 1
Reliabilitas Item Skala Penelitian
1.1 Reliabilitas Item Skala Job demands Sebelum Diskriminasi Item
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
JD1 47.13 22.120 .529 . .885
JD2 47.23 24.185 .321 . .892
JD3 47.27 23.099 .490 . .886
JD4 47.00 21.862 .641 . .879
JD5 47.10 22.852 .510 . .885
JD6 46.83 23.523 .543 . .884
JD7 47.37 22.102 .763 . .875
JD8 47.70 25.183 .155 . .896
JD9 47.60 22.524 .411 . .893
JD10 47.40 23.283 .525 . .884
JD11 47.20 21.614 .772 . .873
JD12 46.97 22.309 .739 . .876
JD13 47.17 22.351 .707 . .877
JD14 47.27 22.892 .621 . .881
JD15 47.17 22.144 .754 . .875
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
1.2 Reliabilitas Item Skala Job demands Setelah Diskriminasi Item
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
JD1 31.23 21.357 .534 .892
JD2 31.33 23.471 .310 .899
JD3 31.37 22.378 .484 .893
JD4 31.10 21.128 .642 .886
JD5 31.20 22.097 .513 .892
JD6 30.93 22.754 .547 .890
JD7 31.47 21.361 .766 .881
JD9 31.70 21.734 .418 .900
JD10 31.50 22.466 .541 .890
JD11 31.30 20.838 .783 .880
JD12 31.07 21.582 .738 .883
JD13 31.27 21.651 .699 .884
JD14 31.37 22.171 .616 .887
JD15 31.27 21.444 .747 .882
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
1.3 Reliabilitas Item Skala Work engagement
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
WE1 64.83 123.868 .739 .893
WE2 65.27 120.961 .659 .893
WE3 65.87 122.602 .609 .895
WE4 65.47 120.878 .679 .893
WE5 65.13 122.326 .597 .895
WE6 65.77 119.909 .688 .892
WE7 64.87 119.154 .760 .890
WE8 65.10 118.783 .819 .888
WE9 64.73 123.651 .765 .892
WE10 65.77 119.082 .334 .918
WE11 65.33 118.368 .766 .889
WE12 66.47 120.395 .414 .907
WE13 65.23 116.806 .664 .892
WE14 65.37 120.516 .552 .897
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
LAMPIRAN 2
Reliabilitas Skala Penelitian
2.1 Reliabilitas Skala Job demands Sebelum Diskriminasi Item
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.890 15
2.2 Reliabilitas Skala Job demands Setelah Diskriminasi Item
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.896 14
2.3 Reliabilitas Skala Work engagement
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.902 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
LAMPIRAN 3
Hasil Uji-T
3.1 Uji-T variabel Job demands
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
JD 105 71.40 10.335 1.009
One-Sample Test
Test Value = 21
t Df Sig. (2-tailed) Mean Difference 95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
JD 49.969 104 .000 50.400 48.40 52.40
3.2 Uji-T variabel Work engagement
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
WE 105 66.59 6.908 .674
One-Sample Test
Test Value = 42
t Df Sig. (2-tailed) Mean Difference 95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
WE 36.474 104 .000 24.590 23.25 25.93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
LAMPIRAN 4
Hasil Uji Normalitas
4.1 Uji Normalits Job demands
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
JD .116 105 .001 .956 105 .001
4.2 Uji Normalitas Work engagement
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
WE .144 105 .000 .874 105 .000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
LAMPIRAN 5
Hasil Uji Linearitas
5.1 Uji Linearitas Job demands – Work engagement
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
WE * JD
Between
Groups
(Combined) 739.213 18 41.067 .836 .654
Linearity 385.037 1 385.037 7.839 .006
Deviation from
Linearity
354.176 17 20.834 .424 .976
Within Groups 4224.178 86 49.118
Total 4963.390 104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
LAMPIRAN 6
Hasil Uji Hipotesis
6.1 Uji Hipotesis antara Job demands dengan Work engagement
Correlations
WE JD
Spearman's rho
WE
Correlation Coefficient 1.000 .338**
Sig. (2-tailed) . .000
N 105 105
JD
Correlation Coefficient .338** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 105 105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI