12
HERMENEUTIKA SEBAGAI SISTEM INT~ERPRETASI PAUL RICOEUR DALAM MEMAHAMI TEKS- TEKS SENI Abdul Wachid B.S. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto Abstract Based on henneneutics' history, it is knDwn that Paul Ricoeur brings henneneutics into activities of interpreting and understanding texts (textual exegesis). According to Ricoeur, who is a professor of philosophy at Nanterre University, "BasicaIly the whole philosophy is an interpretation to interpretation." He agrees with Nietzsche that "Life itself is an interpretation. If there emerges plurality of meanings, interpretation is needed". To study the henneneutics ofinterpretation of Paul Ricoeur, we do not need to trace its root to the previous growth ofthis study. Richard E. Palmer even places Ricoeur's henneneutics separated from other previous similar studies, like the henneneutics of sacred-book interpretation theory, henneneutics of philology method, henneneutics of linguistic understanding, henneneutics of human science foundation (Geisteswissenschaften), and henneneutics of dasein phenomenology. Key words: henneneutics, interpretation and understanding of text A. Pendahuluan Kata "henneneutik" berasal dari bahasa Yunanihermeneuein yang berarti "menafsirkan", dan kata bendanya hermeneia yang berarti "penafsiran" atau "interpretasi", dan kata hermeneutes yang berarti interpreter (penafsir). Istilah Yunaniberkenaan dengankata "hennenuetik" ini dihubungkan dengan nama dewa Hennes, yaitu seorang utusan yang bertugas menyampaikan pesan-pesan Jupiter kepada umat manusia. Tugas Hennes menerjemahkan pesan-pesan dari dewa di Gunung Olympus itu ke dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh manusia. Fungsi Hermes menjadi penting sebab jika terjadi kesalah-pahaman dalam menginterpretasikan pesan dewa akibatnya akan fatal bagi umat manusia. Sejak itu Hennes menjadi simbol seorang duta yang ditugasi menginterpretasikan pesan, dan berhasil tidaknya tugas itu sepenuhnya tergantung bagaimana pesan tersebut disampaikan (Sumaryono, 1999:23-24). B. Konsep Dasar Hermenutika Gambaran umum dari pengertian "henneneutika" diungkapkan juga oleh Zygmunt Bauman, yakni "sebagai upaya menjelaskan dan menelusuri pesan dan pengertian dasar dari sebuah ucapan atau tulisan yang tidakjelas, kabur, remang- remang, dan kontradiktif, yang menimbulkan kebingungan bagi pendengar atau pembaca" (Faiz, 2003:22). Perkembangan Seni Kriya di Tengah Perubahan Masyarakat (I Ketut Sunarya) 210

HERMENEUTIKA SEBAGAI SISTEM INT~ERPRETASI PAUL RICOEUR ... · PAUL RICOEUR DALAM MEMAHAMI TEKS- TEKS SENI Abdul Wachid B.S. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto Abstract Based

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HERMENEUTIKA SEBAGAI SISTEM INT~ERPRETASI PAUL RICOEUR ... · PAUL RICOEUR DALAM MEMAHAMI TEKS- TEKS SENI Abdul Wachid B.S. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto Abstract Based

HERMENEUTIKA SEBAGAI SISTEM INT~ERPRETASIPAUL RICOEUR DALAM MEMAHAMI TEKS- TEKS SENI

Abdul Wachid B.S.

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto

AbstractBased on henneneutics' history, it is knDwn that Paul Ricoeur brings

henneneutics into activities of interpreting and understanding texts (textualexegesis). According to Ricoeur, who is a professor of philosophy at NanterreUniversity, "BasicaIly the whole philosophy is an interpretation tointerpretation." He agrees with Nietzsche that "Life itself is an interpretation. Ifthere emerges plurality of meanings, interpretation is needed".

To study the henneneutics ofinterpretation of Paul Ricoeur, we do notneed to trace its root to the previous growth ofthis study. Richard E. Palmer evenplaces Ricoeur's henneneutics separated from other previous similar studies,like the henneneutics of sacred-book interpretation theory, henneneutics ofphilology method, henneneutics of linguistic understanding, henneneutics ofhuman science foundation (Geisteswissenschaften), and henneneutics of daseinphenomenology.

Key words: henneneutics, interpretation and understanding of text

A. PendahuluanKata "henneneutik" berasal dari bahasa Yunanihermeneuein yang berarti

"menafsirkan", dan kata bendanya hermeneia yang berarti "penafsiran" atau"interpretasi", dan kata hermeneutes yang berarti interpreter (penafsir). IstilahYunaniberkenaan dengankata "hennenuetik" inidihubungkan dengan nama dewaHennes, yaitu seorang utusan yang bertugas menyampaikan pesan-pesan Jupiterkepada umat manusia. Tugas Hennes menerjemahkan pesan-pesan dari dewa diGunung Olympus ituke dalam bahasa yang dapatdimengerti oleh manusia. FungsiHermes menjadi penting sebab jika terjadi kesalah-pahaman dalammenginterpretasikan pesan dewa akibatnya akanfatal bagiumat manusia. Sejak ituHennes menjadi simbol seorang duta yang ditugasi menginterpretasikan pesan,dan berhasil tidaknya tugas itu sepenuhnya tergantung bagaimana pesan tersebutdisampaikan (Sumaryono, 1999:23-24).B. Konsep Dasar Hermenutika

Gambaran umum dari pengertian "henneneutika" diungkapkan juga olehZygmunt Bauman, yakni "sebagai upaya menjelaskan dan menelusuri pesan danpengertian dasar dari sebuah ucapan atau tulisan yang tidakjelas, kabur, remang-remang, dan kontradiktif, yang menimbulkan kebingungan bagi pendengar ataupembaca" (Faiz,2003:22).

Perkembangan Seni Kriya di Tengah Perubahan Masyarakat (I Ketut Sunarya)

210

Page 2: HERMENEUTIKA SEBAGAI SISTEM INT~ERPRETASI PAUL RICOEUR ... · PAUL RICOEUR DALAM MEMAHAMI TEKS- TEKS SENI Abdul Wachid B.S. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto Abstract Based

- - -------

211

Bwmglmtdarimi1o~Y\llu~njiW, ~ata "henneneutik" diartikan sebagai"proses mengubah sesuatuatau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti", terutamaproses ini melibatkan bahasa sebab bahasa merupakan mediasi paling sempumadalam proses (Palmer,2003:15).

Menurut Palmer (2003:15-36)bahwa mediasidan proses membawa pesan"agar dipahami" yang diasosiasikan dengan Dewa Hennes itu terkandung dalamtiga bentukmakna dasardari herme>neuein dan herme>neia.Tiga bentuk tersebutmenggunakan verba dariherme>neuein, sebagaiberikut.

Pertama, herme>neuein sebagai "to express" (mengungkapkan), "toassert" (menegaskan), atau "to say" (menyatakan), hal ini terkait dengan fungsi"pemberitahuan" dari Hennes.

Kedua, herme>neuein sebagai "to explain" (menjelaskan), interpretasisebagai penjelasan menekankan aspek pemahaman diskursif. Interpretasi lebihmenitikberatkan pada penjelasan daripada dimensi interpretasi ekspresif. Hal yangpaling esensial dari kata-kata bukanlah mengatakan sesuatu,menjelaskan sesuatu,merasionalisasikannya, membuatnya jelas. Seseorang dapat mengekspresikansituasi tanpa menjelaskannya, dan mengekspresikannya merupakan interpretasi,serta menjelaskannyajuga merupakan bentuk interpretasi.

Ketiga, herme>neuein sebagai "to translate". Pada dimensi ini "tointerpret" (menafsirkan) bennakna "to translate" (menerjemahkan) yangmerupakan bentuk khusus dari proses interpretatif dasar "membawa sesuatu untukdipahami". Dalam konteks ini, seseorang membawa apa yang asing, jauh dan takdapat dipahami ke dalam mediasi bahasa seseorang itu sendiri, seperti DewaHennes, penerjemah menjadi media antara satu dunia dengan dunia yang lain."Penerjemahan" membuat kita sadar akan cara bahwa kata-kata sebenamyamembentuk pandangan dunia, bahkan persepsi-persepsi kita; bahwa bahasaadalah perbendaharaan nyata dari pengalaman kultural, kita eksis di dalam danmelalui media ini,kita dapatmelihat melalui penglihatannya.

Dipilihnya penggunaan kata "henneneutika" merupakan bentuk singulardari bahasa Inggris, hermeneutics dengan hump "s", dalam transliterasi Indonesiadisertakan hurup "a" sehingga menjadi "henneneutika". Dengan memilih istilah"henneneutika", menurut Palmer (2003: vii), memiliki keuntungan antara lain:dapat menunjuk kepada bidang henneneutika secara umum; dan membedakanspesifikasi, misalnya henneneutik Hans-Georg Gadamer; di samping itu,membedakannya denganbentuk adjektif"hermeneutik" (hermeneutic tanpa hurup"s") atau "henneneutis" (hermeneutical). Oleh sebab itu, "hermeneutik"cenderung terdengar sebagaiadjektif, kecuali disertai "the ".

Kata "henneneutika" (hermeneutics) merupakan kata benda (noun), kataini mengandung tiga arti : (1) ilmu penafsiran, (2) ilmu untuk mengetahui maksud

Imaji, Vol.4, No.2, Agustus 2006 : 210 - 221

Page 3: HERMENEUTIKA SEBAGAI SISTEM INT~ERPRETASI PAUL RICOEUR ... · PAUL RICOEUR DALAM MEMAHAMI TEKS- TEKS SENI Abdul Wachid B.S. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto Abstract Based

212

yang terkandung dalam kata-kata dan ungkapan penulis, dan (3) penafsiran yangsecara khusus menunjukkepada penafsiran kitab suci (FakhruddinFaiz, 2003:21).

Namun, secara lebih aplikatif kata "hermeneutika" ini, menurut F. BudiHardiman, bisa didefinisikan dalam tiga hal yaitu : (1) mengungkapkan pikiranseseorang dalam kata-kata, menerjemahkan, dan bertindak sebagai penafsir; (2)usaha mengalihkan dan suatu bahasa asing yang maknanya tidak diketahui kedalam bahasa lain yang bisa dimengerti oleh pembaca; dan (3) pernindahanungkapan pikiran yang kurang jelas, diubah menjadi ungkapan yang jelas (viaFaiz, 2003:22).

Oleh sebab itu, "hermeneutika" selalu berurusan dengan tiga unsur dalamaktivitas penafsirannya, yaitu : (1) tanda, pesan atau teks yang menjadi sumberatau bahan dalam penafsiran yang diasosiasikan dengan pesan yang dibawa olehHermes; (2) perantara atau penafsir (Hermes); (3) penyampaian pesan itu olehsang Perantara agar bisa dipahami dan sampai kepada yang menerima (Faiz,2003:21).

Sebagai metode penafsiran, "hermeneutika" tidak saja berurusan denganteks yang dihadapi secara tertutup, melainkan penafsiran teks tersebut membukadiri terhadap teks-teks yang melingkupinya. Sejalan dengan pemahaman tersebut,Faiz (2003:11)menyebutnya sebagai "mempertimbangkan horison-horison yangmelingkupi teks tersebut", yakni horison teks, horison pengarang, dan horisonpembaca.Adapun alasanFaiz (2003:11-12)sebagaiberikut.

Dengan mempertimbangkan tiga horison tersebut diharapkan suatu upayapemahaman ataupun penafsiran menjadi kegiatan rekonstruksi dan reproduksimakna teks, yang di samping melacak bagaimana suatu teks itu dimuncuIkan olehpengarangnya, dan muatan apa yang masuk dan ingin dimasukkan oleh pengarangke dalam teks yang dibuatnya;juga berusaha melahirkan kembali makna tersebutsesuai dengan situasi dan kondisi saat teks tersebut dibaca atau dipahami. Dengankata lain, sebagai sebuah metode pena[siran, hermeneutika memperhatikan tigahal sebagai komponen pokok dalam upaya penafsiran, yaitu teks, konteks,kemudian melakukan upayakontekstualisasi.

Jika ditarik sejarah ke belakang, berangkat dan istilah yang diasumsikankepada dewa Hermes itu, dan merunut kepadajaman Yunaniklasik, pada masa ituAristoteles pun sudah berminat kepada penafsiran (interpretasi), dan ia pernahmengatakan dalam tulisannyaPeri Hermeneias (DeInterpretatione) bahwa:

"Kata-kata yang kita ucapkan adalah simbol dan pengalaman mental kita,dan kata-kata yang kita tulis adalah simbol dari kata-kata yang kita ucapkan itu.Sebagaimana seseorang tidak mempunyai kesamaan bahasa tulisan dengan oranglain, maka demikianpula ia tidak memiliki kesamaan bahasa ucapan dengan yanglain. Akan tetapi, pengalaman-pengalaman mentalnya yang disimbolkannya

Hermeneutika Sebagai Sistem Interpretasi (Abdul Wachid B.S.)

- - -

Page 4: HERMENEUTIKA SEBAGAI SISTEM INT~ERPRETASI PAUL RICOEUR ... · PAUL RICOEUR DALAM MEMAHAMI TEKS- TEKS SENI Abdul Wachid B.S. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto Abstract Based

---

- - -

213

~~w~r~1al\e~\1l\eitu'a~alah sarna untuk semua orani? seba~aimana pengalaman-pengalarnan imajinasi kita untuk menggarnbarkan sesuatu" (via Sumaryono,1999:24).

Sejarah mencatat bahwa istilah "hermeneutika" dalarnpengertian sebagai"ilmu tafsir" mulai muncul di abad ke-17, istilah ini dipaharni dalam duapengertian, yaitu hermeneutika sebagai seperangkat prinsip metodologispenafsiran, dan hermenutika sebagai penggalian filosofis dari sifat dan kondisiyang tidak bisa dibindarkan darikegiatan memahami (palmer, 2003:8).

Hermeneutika pada awal perkembangannya lebih sebagai gerakaneksegesis di kalangan gereja, kemudianberkembang menjadi "filsafat penafsiran"yang dikembangkan oleh ED.E. Schleiermacher. Ia dianggap sebagai "BapakHermeneutika Modem" sebabmembakukanhermeneutika menjadi metode umuminterpretasi yang tidak terbatas pada kitab suci dan sastra. Kemudian, WilhelmDilthey mengembangkan hermeneutika sebagai landasan bagi ilmu kemanusiaan(Geisteswissenschaften). Lalu, Hans-Georg Gadamer mengembangkanhermeneutika menjadi metode filsafat, terutama di dalam bukunya yang terkenalTruthand Method. Selanjutnya, hermeneutika lebibjauh dikembangkan oleh parafilosof seperti Paul Ricoeur, Jurgen Habermas, dan Jacques Derrida.Perkembangan dari hermeneutika ini merambah ke berbagai kajian keilmuan, danilmu yang terkait erat dengan kajian hermeneutika adalah ilmu sejarah, filsafat,hukum, kesusastraan, dan ilmupengetahuan tentang kemanusiaan.

Sekalipun hermeneutika mengalami perkembangan pesat sebagai "alatmenafsirkan" berbagai kajian keilmuan, namun demikian jasanya yang palingbesar ialah dalam bidang ilmu sejarah dan kritiks teks, khususnya kitab suci (Faiz,2003: II; Syarnsuddin,dkk.,2003:53).

Dalam perkembangannya, hermeneutika mengalami perubahan-perubahan, dan gambaran kronologis perkembangan pengertian dan pendifinisianhermeneutika dengan lengkap diungkapkan oleh Richard E. Palmer dalambukunya Hermeneutics Interpretation Theory in Schleirmacher, Dilthey,Heiddeger, and Gadamer (1969), yang diteIjemahkan oleh Musnur Hery menjadiHermeneutika Teori Baru mengenai Interpretasi (2003). Dalam buku tersebutPalmer (2003:33) membagi perkembangan hermeneutika menjadi enam kategori,yakni (I) hermeneutika sebagai teori penafsiran kitab suci, (2) hermeneutikasebagai metode filologi, (3) hermeneutika sebagai pemahaman linguistik, (4)hermeneutika sebagai fondasidari ilmu kemanusiaan (Geisteswissenschaften), (5)hermeneutika sebagai fenomenologidasein, dan (6) hermeneutika sebagai sisteminterpretasi.

Hal yang diungkapkan di depan hanyalah problem umum hermeneutika.Hal tersebut hanya dimaksudkan memberi gambaran singkat terhadap pengertian

Imaji, VolA, No.2, Agustus 2006 : 210 - 221

Page 5: HERMENEUTIKA SEBAGAI SISTEM INT~ERPRETASI PAUL RICOEUR ... · PAUL RICOEUR DALAM MEMAHAMI TEKS- TEKS SENI Abdul Wachid B.S. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto Abstract Based

214

dan konsep dasar henneneutika sehingga menjadi ancang-ancang pemahamantatkala mengurai henneneutika sebagai sistem interpretasi terhadapkesusastraan.C. Hermeneutika sebagai Sistem Interpretasi Paul Ricoeur

Dari kesejarahan henneneutika, Paul Ricoeur (lahir 1913 di Valence,Perancis Selatan) yang lebih mengarahkan hermeneutika ke dalam kegiatanpenafsiran dan pemahaman terhadap teks (textual exegesis). Menurut profesorfilsafat di Universitas Nanterre (perluasan dari Universitas Sorbonne) ini, "Padadasarnya keseluruhan filsafat itu adalah interpretasi terhadap interpretasi." PaulRicoeur sependapat dengan Nietzsche bahwa "Hidup itu sendiri adalahinterpretasi. Bila terdapat pluralitas makna, maka di situ interpretasi dibutuhkan"(Sumaryono, 1999:105;Pennata, 2003:376).

Untuk mengkaji henneneutika interpretasi Paul Ricoeur, tidak perlumelacak akamya kepada perkembangan hermeneutika sebelumnya. Karenanya,Palmer (2003:38-47) pun menempatkan posisi henneneutika Paul Ricoeursepenuhnya terpisah dari tokoh-tokoh hermeneutik yang dibahas sebelumnya,yaitu henneneutika teori penafsiran kitab suci, hermeneutika metode filologi,hermeneutika pemahaman linguistik, hermeneutika fondasi dari ilmukemanusiaan (Geisteswissenschaften), dan hermeneutika fenomenologidasein.

Dalam perspektif Paul Ricoeur, juga Emilio Betti yang mewakili tradisihermeneutika metodologis, dan keduanya tokoh hermeneutika kontemporer,"Hermeneutika adalah kajian untuk menyingkapkanmakna objektif dari teks-teksyang memilikijarak ruang dan waktu dari pembaca." Namun, sebagaimana Hans-Georg Gadamer yang mewakili tradisi hermeneutika filosofis, Paul Ricoeur jugamenganggap bahwa "seiring perjalanan waktu niat awal dari penulis sudah tidaklagi digunakan sebagai acuanutama dalam memahami teks" (Ricoeur,2003:203).

Melalui bukunya, De l'interpretation (1965), Paul Ricoeur mengatakanbahwa hermeneutika merupakan "teori mengenai aturan-aturan penafsiran, yaitupenafsiran terhadap teks tertentu, atau tanda, atau simbol, yang dianggap sebagaiteks". Menurutnya, "tugas utama hermeneutik ialah di satu pihak mencaridinamika internal yang mengatur struktural kerja di dalam sebuah teks, di lainpihak mencari daya yang dimiliki kerja teks ituuntuk memproyeksikan diri ke luardan memungkinkan 'hal'-nya teks itu muncul ke permukaan" (via Sumaryono,1999:105).

"Penafsiran terhadap teks tertentu, atau tanda, atau simbol, yang dianggapsebagai teks" ini menempatkan kita harus memahami "What is a text?" Dalamsebuah artikelnya, Paul Ricoeur mengatakan bahwa teks adalah "any discoursefixed by writing" (dalam Thomson, 1982:145). Dengan istilah "discourse" ini,Paul Ricoeur merujuk kepada bahasa sebagai event, yaitu bahasa yangmembicarakan tentang sesuatu, bahasa yang di saat ia digunakan untuk

Henneneutika Sebagai Sistem Interpretasi (Abdul Wachid B.S.)

Page 6: HERMENEUTIKA SEBAGAI SISTEM INT~ERPRETASI PAUL RICOEUR ... · PAUL RICOEUR DALAM MEMAHAMI TEKS- TEKS SENI Abdul Wachid B.S. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto Abstract Based

215

berkomunikasi. Sementara itu, teks mempakan sebuah korpus yang otonom, yang

dicirikan olehempat hal sebagaiberikut.1) Dalam sebuah teks makna yang terdapat pada "apa yang dikatakan (what is

said), terlepas dari proses pengungkapannya (the act of saying), sedangkandalam bahasa lisankedua proses itu tidak dapat dipisahkan...

2) Makna sebuah teks juga tidak lagi terikat kepada pembicara, sebagaimanabahasa lisan. Apa yang dimaksud teks tidak lagi terkait dengan apa yangawalnya dimaksudkanolehpenulisnya. Bukan berarti bahwa penulis tidak lagidiperlukan, ... akan tetapi, maksud penulis sudah terhalang oleh teks yangsudah membaku...

3) Karena tidak terikat pada sebuah sistem dialog, maka sebuah teks tidak lagiterikat kepada konteks semula (ostensive reference), ia tidak terikat padakonteks asli dari pembicaraan. Apa yang ditunjuk oleh teks, dengan demikianadalah dunia imajiner yang dibangun oleh teks itu sendiri, dalam dirinyasendirimaupun dalam hubungannya dengan teks-teks yang lain...

4) Teksjuga tidak lagi terikat kepada audiens awal, sebagaimana bahasa lisanterikat kepada pendengarya. Sebuah teks ditulis bukan untuk pembacatertentu, melainkan kepada siapa pun yang bisa membaca, dan tidak terbataspada mang dan waktu... Sebuah teks membangun hidupnya sendiri karenasebuahteks adalah sebuah monolog" (Ricoeurvia Permata, 2003:217-220).

Paul Ricoeur mengalamatkan penafsirankepada "tanda, atausimbol, yangdianggap sebagai teks". Yangdimaksudkan dalam hal ini adalah "interpretasi atasekspresi-ekspresi kehidupan yang ditentukan secara linguistik" (Ricoeur dalamJosef Bleicher, 2003:347). Hal itu sebab selumh aktivitas kehidupan manusiaberurusan dengan bahasa, bahkan semua bentuk seni yang ditampilkan secaravisual pun diinterpretasi dengan menggunakan bahasa. "Manusia pada dasamyamempakan bahasa, dan bahasa itu sendiri mempakan syarat utama bagipengalaman manusia," kata Paul Ricoeur(via Sumaryono, 1999:107).Karenanya,hermeneutik adalah cara bam 'bergaul' dengan bahasa. Oleh sebab itu, penafsirbertugas untuk mengurai keseluruhan rantai kehidupan dan sejarah yang bersifatlaten di dalambahasa.

"Bahasa dinyatakan dalam bentuk simbol, dan pengalaman juga dibacamelalui pemyataan atau ungkapan sirnbol-simbol" (Ricoeur via Sumaryono,1999:108). Oleh sebab itu pula, Paul Ricoeur memaknakan simbol secara lebihluas daripada para pengarang yang bertolak dari retorika Latin atau tradisi neo-Platonik, yang mereduksi sirnbolmenjadi analogi. Kata Paul Ricoeur :

"Saya mendifinisikan 'simbol' sebagai struktur penandaan yang didalamnya sebuah makna langsung, pokok atau literer menunjuk kepada, sebagaitambahan, makna lain yang tidak langsung, sekunder dan figuratif dan yang dapat

Imaji, Vo1.4, No.2, Agustus 2006 : 210 - 221

Page 7: HERMENEUTIKA SEBAGAI SISTEM INT~ERPRETASI PAUL RICOEUR ... · PAUL RICOEUR DALAM MEMAHAMI TEKS- TEKS SENI Abdul Wachid B.S. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto Abstract Based

216

dipahamihanya melalui yang pertama"Sekali lagi, "Setiap kata adalah sebuah simbol," tegas Paul Ricoeur (via

Sumaryono, 1999:106). Kata-kata penuh dengan makna, dan intensi yangtersembunyi. Tidak hanya kata-kata di dalam karya sastra, kata-kata di dalambahasa keseharian juga merupakan simbol-simbol sebab menggambarkan maknalain yang sifatnya tidak langsung, terkadang ada yang berupa bahasa kiasan, yangsemuanya itu hanya dapat dimengerti melalui simbol-simbol itu. Karenanya,simbol dan interpretasi merupakan konsep yang mempunyai pluralitas maknayang terkandung di dalam simbol atau kata-kata di dalam bahasa. Setiapinterpretasi adalah upaya untuk membongkar makna yang terselubung. Dalamkonteks karya sastra, setiap interpretasi ialah usaha membuka lipatan makna yangterkandung di dalam karya sastra. Oleh sebab itu, "Hermeneutika bertujuanmenghilangkan misteri yang terdapat dalam sebuah simbol dengan cara membukaselubung daya-daya yang belum diketahui dan tersembunyi di dalam simbol-simbol tersebut". Dengan begitu, "Hermeneutik membuka makna yangsesungguhnya sehingga dapat mengurangi keanekaan makna dari simbol-simbol,"kata Paul Ricoeur (dalamJosef Bleicher,2003:376).

Lalu, bagaimana interpretasi dilakukan? "Interpretasi", dalam perspektifPaul Ricoeur, "adalah karya pemikiran yang terdiri atas penguraian maknatersembunyi dari makna yang terlihat, pada tingkat makna yang tersirat di dalammakna literer". "Simbol dan interpretasi menjadi konsep yang saling berkaitan,interpretasi muncul di mana makna jamak berada, dan di dalam interpretasilahpluralitas makna termanifestasikan" (dalamJosef Bleicher,2003: 376).

Menurut Paul Ricoeur, interpretasi dilakukan dengan cara "pcrjuanganmelawan distansi kultural", yaitu penafsir harus mengambil jarak agar ia dapatmelakukan interpretasi dengan baik. Namun, yang dimaksudkan Paul Ricoeurdengan "distansi kultural" itu tidaklah steril dari "anggapan-anggapan". Disamping itu, yang dimaksudkan dengan "mengambil jarak terhadap peristiwasejarah dan budaya" tidak berarti seseorang bekerja dengan "tangan kosong" (viaE. Sumaryono, 1999:106).Posisi pembaca bekerja tidak dengan "tangan kosong"ini, seperti halnya posisi karya sastra itu sendiri yang tidak dicipta dalam keadaankekosongan budaya (A. Teuw, 1981:11). Akan tetapi, seorang pembaca ataupenafsir itu "masih membawa sesuatu yang oleh Heideger disebut vorhabe (apayang ia miliki), vorsicht (apa yang ia lihat), dan vorgrifJ(apa yang akan menjadikonsepnya kemudian). Hal itu artinya, seseorangdalam interpretasi tidaklah dapatmenghindarkan diri dari "prasangka" (via E. Sumaryono, 1999:107).

Memang, setiapkali kita membaca suatu teks, tidak dapat menghindar dari"prasangka" yang dipengaruhi oleh kultur masyarakat, tradisi yang hidup dariberbagai gagasan.Walaupunbegitu, menurut Paul Ricoeur, "sebuah teks harus kita

Henneneutika Sebagai Sistem Interpretasi (Abdul Wachid B.S.)

Page 8: HERMENEUTIKA SEBAGAI SISTEM INT~ERPRETASI PAUL RICOEUR ... · PAUL RICOEUR DALAM MEMAHAMI TEKS- TEKS SENI Abdul Wachid B.S. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto Abstract Based

- -- --

217

~f~jrkandalam bahasa ,anD tidakpemah tanra ren~andaian, dan diwamai dengansituasi kita sendiri dalam kerangka waktu yang khusus" (Ibid. :108). Karenanya,sebuah teks selalu berdiri di antara penjelasan struktural dan pemahamanhermeneutika, yang saling berhadapan. Penjelasan struktural bersifat objektif,sedangkan pemahamanhermeneutikamemberi kesankita subjektif.

Dikotomi antara objektivitas dan subjektivitas ini oleh Paul Ricoeurdiselesaikan dengan jalan "sistem bolak-balik", yakni penafsir melakukan"pembebasan teks" (dekontekstualisasi) dengan maksud untuk menjaga otonomiteks ketika penafsir melakukanpemahaman terhadap teks; dan melakukan langkahkembali ke konteks (rekontekstualisasi) untuk melihat latarbelakang terjadinyateks, atausemacamnya.

Dekontekstualisasimaupun rekontekstualisasi itubertumpu pada otonomiteks. Semantaraitu, otonomi teks ini ada tigamacam, yakni (1) intensi ataumaksudpengarang (teks), (2) situasi kultural dan kondisi sosial pengadaan teks (konteks),dan (3) untuk siapa teks itu dimaksudkan (kontekstualisasi) (Paul Ricoeur via E.Sumaryono, 1999:109; dan, Fakhrnddin Faiz, Cet.III, 2003:12). Atas dasarotonomi teks itu, maka kontekstua/isasi yang dimaksudkan bahwa materi teks"melepaskan diri" dari cakrawala yang terbatas dari pengarangnya. Selanjutnya,teks tersebut membuka diri terhadap kemungkinan dibaca dan ditafsiri secara luasoleh pembaca yang berbeda-beda, inilah yang dimaksudkan denganrekontekstua/isasi.

Dengan jalan "sistem bolak-balik" itu, seorang hermeneut hamsmelakukan pembacaan "dari dalam" teks tanpa masuk atau menempatkan diridalam teks tersebut, dan cara pemahamannya pun tidak dapat lepas dari kerangkakebudayaan dan sejarahnya sendiri. Karenanya, untuk dapat berhasil pembacaan"dari dalam" itu, menurnt Paul Ricoeur, "ia harns dapat menyingkirkan distansiyang asing, hams dapat mengatasi situasi dikotomis, serta harns dapatmemecahkan pertentangan tajam antara aspek-aspek subjektif dan objektif." Halini hanya dapat dilakukandengan cara "membuka diri terhadap teks, iniberarti kitamengijinkan teks memberikan kepercayaan kepada diri kita," kata Paul Ricoeur(via Sumaryono, 1999:110).Yang dimaksudkan dengan "membuka diri terhadapteks" ini adalah proses meringankan dan mempermudah isi teks dengan caramenghayatinya. Mengapademikian?Hal itudisebabkan bahwa :

"Dalam interpretasi terhadap teks, kita tidak perlu bersitegang danbersikap seakan-akan menghadapi teks yang beku, tetapi kita hams dapat'membaca ke dalam' teks itu. Kitajuga hams mempunyaikonsep-konsep yang kitaambil dari pengalaman-pengalaman kita sendiri yang tidak mungkin kitahindarkan keterlibatannya sebab konsep-konsep ini dapat kita ubah ataudisesuaikan tergantung pada kebutuhan teks. Namun, di sini kita juga masih

Imaji, Vol.4, No.2, Agustus 2006 : 210 - 221

Page 9: HERMENEUTIKA SEBAGAI SISTEM INT~ERPRETASI PAUL RICOEUR ... · PAUL RICOEUR DALAM MEMAHAMI TEKS- TEKS SENI Abdul Wachid B.S. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto Abstract Based

218

berkisar pada teks sekalipun dalam interpretasi kita juga membawa segalakekhususan mang dan waktu kita".

Cara-cara tersebut, sesungguhnya bemjung kepada tugas utamahermeneutika, yakni memahami teks. Pada umumnya, para hermeneutmembedakan antara pemahaman, penjelasan, dan interpretasi, namun sekaligusada sirkularitas antara ketiganya. Tentang sirkularitas ini, Paul Ricoeurmengatakan, "Engkau hams memahami untuk percaya, dan percaya untukmemahami." Namun, bum-bum Paul Ricoeurmenegaskan bahwa :

"lingkaran tersebut hanya semu saja sebab tidak ada satu pun hermeneutyang pada kenyataannya mau mendekatkan diri pada apa yang dikatakan oleh teksjika ia tidak menghayati sendiri suasana makna yang ia cari. Hermeneut hamsmenggumuli interpretasinya sendiri, ia hams mulai dengan pengertian yangseakan-akan 'masih mentah' sebab jika tidak demikian ia tidak akan mulaimelakukan interpretasi".

Bagaimana langkah-Iangkah pemahaman terhadap teks tersebut? Dalamperspektif Paul Ricoeur melalui bukunya The Interpretation Theory: Discourseand the Surplus of Meaning, langkah pemahaman itu ada tiga, yang berlangsungmulai dari "penghayatan terhadap simbol-simbol", sampai ke tingkat gagasantentang "berpikir dari simbol-simbol", selengkapnya berikut ini :1) langkah simbolikataupemahaman dari simbol-simbol;2) pemberian makna oleh simbolserta "penggalian" yang cermatatas makna;3) langkah filosofis, yaitu berpikir dengan menggunakan simbol sebagai titik-

tolaknya (Ricoeur,2003:162-164;Sumaryono, 1999:111;Faiz, 2003:36).Ketiga langkah tersebut erat hubungannya dengan langkah pemahaman

bahasa, yakni langkah semantik, refleksif, dan eksistensial atau ontologis.Langkah semantik mempakan pemahaman pada tingkat bahasa yang mumi;pemahaman refleksif setingkat lebih tinggi, mendekati ontologis; sedangkanpemahaman eksisitensial atau ontologis adalah pemahaman pada tingkatkeberadaan makna itu sendiri. Karenanya, Paul Ricoeur menegaskan bahwa"pemahaman itu pada dasamya 'cara berada' (mode of being) atau "cara menjadi".Namun, bagaimana pemyataan Paul Ricoeur ini dapat diterima sebabpemahamanhanya dapat terjadi pada tingkat pengetahuan, dan cara pemahaman selalumendapat bantuan daripengetahuan?

Tentang pendapat Paul Ricoeur bahwa "Pemahaman mempakan caraberada atau cara 'menjadi', dan bukan cara mengetahui atau cara memperolehpengetahuan" ini, Paul Ricoeur hanya ingin menyentakkan kesadaran kita bahwahermeneutik adalah sebuah metode yang sejajar dengan metode di dalam sains. Iatidak berkehendak memperlakukan metode hermeneutika ini dengan kaku danterstmktur sebagaimana terdapat di dalam ilmu ilmiah lainnya. Mengapa

Hermeneutika Sebagai Sistem Interpretasi (Abdul Wachid B.S.)

Page 10: HERMENEUTIKA SEBAGAI SISTEM INT~ERPRETASI PAUL RICOEUR ... · PAUL RICOEUR DALAM MEMAHAMI TEKS- TEKS SENI Abdul Wachid B.S. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto Abstract Based

- - - -- - - -

219

q~p1iki~J17BaOi Paul Ricoeur "Sebab remahaman adalah salah satu aspek'proyeksi Dasein' (proyeksi manusia seutuhya) dan keterbukaannya terhadapbeing." Dengan begitu, "Pertanyaan tentang kebenaran bukan lagi menjadipertanyaan tentang metode, melainkan pertanyaan tentang pengejawantahanbeing untuk being, yang eksistensinya terkandung di dalam pemahaman terhadapbeing". Hal itu sebab kita memahami manusia dari segala aspek yang ia miliki,manusia seutuhnya, manusia sebagai Dasein : sejarahnya, cara hidupnya, cita-citanya, gaya penampilan, keburukannya, serta segala sesuatu yang membuatnyamenjadi "khas". Oleh sebab itu, kita memahami manusia sebagaimana ia"menjadi" (via Sumaryono, 1999:111-112)

Dalam hal ini, hermeneutikatatkala "memahami" manusia dan hasil kerjabudayanya, termasuk di dalamnya kesusastraan, yakni dengan jalan melakukaninterpretasi. Namun, apakah setiap orang dapat mencapai pemahaman padatingkat tertinggi sebagaimana korespondensi satu lawan satu antara penafsir dansasarannya? "Pemahaman" tersebut, memang terlalu ideal, dan sulit dijangkauoleh ilmu-ilmu alamiah sekalipun. Ada perbedaan antara seorang pakar bidangsains dan seorang hermeneut dalam memahami sesuatu. Seorang pakar bidangsains berhenti pada kasus yang ia terangkan sebagai suatu fakta atauperistiwa, dania bergantung kepada diagram ilmiah untuk memberikan penjelasannya.Sementara itu, seorang hermeneut memahami sesuatu tanpa hams ada penjelasanyang terikat kepada diagram ilmiah tertentu sebab ia mempergunakan "metodeinterpretasi" (Sumaryono, 1999:111-112).

Bagaimana langkah pemahaman terhadap teks itu diimplemantasikankepada teks sastra? Dalam buku Paul Ricoeur lain, Rule of Mataphor (1977) (viaHadi W.M., 2004:90-92), ia menegaskan bahwa "setiap teks berbeda komponendan struktur bahasa atau semantiknya, oleh karena itu dalam memahami teksdiperlukan proses hermeneutik yang berbeda pula." Apalagi yang dihadapi adalahteks sastra, hermeneutik hams mampu membedakan antara bahasa puitik yangbersifat simbolik dan metaforikal, dengan bahasa diskursif non-sastra yang tidaksimbolik.

Perlakuan pemaknaan teks sastra berbeda dengan teks selainnya itudiakibatkan bahasa sastra memiliki kekhasan, yang ciri utamanya dapat dikenalisebagai berikut. Pertama, bahasa sastra dan uraian falsafah bersifat simbolik,puitik, dan konseptual. Di dalamnya berpadu makna dan kesadaran. Kita tidakdapat memberi makna referensial terhadap karya sastra dan falsafah sebagaimanadilakukan terhadap teks yang menggunakan bahasa penuturan biasa. Bahasasastra menyampaikan makna secara simbolik melalui citraan-citraan dan metaforayang dicerap oleh indra, sedangkan bahasa bukan sastra bemsaha menjauhkanbahasa atau kata-kata dari dunia makna yang luas. Kedua, dalam bahasa sastra

Imaji, Vo1.4, No.2, Agustus 2006 : 210 - 221

Page 11: HERMENEUTIKA SEBAGAI SISTEM INT~ERPRETASI PAUL RICOEUR ... · PAUL RICOEUR DALAM MEMAHAMI TEKS- TEKS SENI Abdul Wachid B.S. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto Abstract Based

220

pasangan rasa dankesadaran menghasilkan objek estetik yang terikatpada dirinya.Penandaan harus dilakukan, dan tanda harus diselami maknanya, tidak dapatdibaca secara sekilas lintas. Tanda dalam bahasa simbolik sastra mesti dipahamisebagai sesuatu yang mempunyai peran konotatif, metaforikal, dan sugestif.Ketiga, bahasa sastra berpeluang menerbitkan pengalaman fictional dan padahakikatnya lebih kuat dalam menggambarkan ekspresi kehidupan (via Abdul HadiW.M.,2004:90-92).

Dalam upaya interpretasi teks diperlukan proses hermeneutik yangberbeda itu, menurut Paul Ricoeur, prosedur hermeneutikanya secara garis-besardapat diringkas sebagaiberikut.1) Pertama, teks harus dibaca dengan kesungguhan, menggunakan symphatic

imagination (imajinasiyang penuh rasa simpati).2) Kedua, penta'wil mesti terlibat dalam analisis struktural mengenai maksud

penyajian teks, menentukan tanda-tanda (dilal) yang terdapat di dalarnnyasebelum dapat menyingkapmakna terdalam dan sebelummenentukan rujukanserta konteks dari tanda-tanda signifikan dalam teks. Barulah kemudianpenta'wil memberikanbeberapa pengandaian atauhipotesis.

3) Ketiga, penta'wil mesti melihat bahwa segala sesuatu yang berhubungandengan makna dan gagasan dalam teks itu merupakan pengalaman tentangkenyataan non-bahasa (HadiW.M.,2004:90-92).

D. PenutupAkhimya, apakah interpretasi mempunyai titik akhir?Paul Ricoeur (via E.

Sumaryono, 1999:113) menjawabnya bahwa "Interpretasi selalu bersifat open-ended sebab jika kita memperoleh titik akhir dari suatu interpretasi, hal ini berarti"pemerkosaan" terhadapinterpretasi".

DAFTARPUSTAKA

Faiz, Fakhruddin. 2002. Hermeneutika al-Qur'an. Yogyakarta: Qolam, Cet.III.Hadi W.M., Abdul. 2004. Hermeneutika, Estetika, dan Religiusitas. Yogyakarta:

Mahatari.

Palmer, Richard E. 2003. Hermeneutika, Teori Baru Mengenai Interpretasi, teIj.Musnur Hery. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Paul Ricoeur, dalam, John B. Thomson (Ed.). 1982. "Hermeneutics and theHuman Sciences, Essays on Language, Action and Interpretation.Cambridge: Cambridge University.

Permata, Ahmad Norma, dalam Paul Ricoeur. 2003. Filsafat Wacana, MembelahMakna dalam Anatomi Bahasa, Terj. Musnur Hery. Yogyakarta: Ircisod,Cet.II.

Henneneutika Sebagai Sistem Interpretasi (Abdul Wachid B.S.)

Page 12: HERMENEUTIKA SEBAGAI SISTEM INT~ERPRETASI PAUL RICOEUR ... · PAUL RICOEUR DALAM MEMAHAMI TEKS- TEKS SENI Abdul Wachid B.S. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto Abstract Based

-- --

221

Ricoeur, Paul. 2003. dalam Josef Bleicher, Hermeneutika Kontemporer, Terj.

AhmadNorma Permata.Yogyakarta:Fajar PustakaSumaryono, E. 1999. Hermeneutik, Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta:

Kanisius,1999.Teuw,A. 1981.TergantungpadaKata. Jakarta: PustakaJaya.

Imaji, Vol.4, No.2, Agustus 2006: 210 - 221