Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HALAMAN JUDULPERENCANAAN STRATEGI PENINGKATAN KEUNGGULAN
BERSAING BERKELANJUTAN PADA BAGIAN PROCESS PLANTENGINEERING – PT. VALE INDONESIA TBK.
DESIGN OF STRATEGY TO INCREASE SUSTAINED COMPETITIVEADVANTAGES IN PROCESS PLANT ENGINEERING SECTION –
PT. VALE INDONESIA TBK.
ZAINUDDINP2100211576
MAGISTER MANAJEMENPROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2013
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PERENCANAAN STRATEGI PENINGKATAN KEUNGGULANBERSAING BERKELANJUTAN PADA BAGIAN PROCESS PLANT
ENGINEERING – PT. VALE INDONESIA TBK.
Disusun dan diajukan oleh
ZAINUDDINP2100211576
Menyetujui
Komisi Penasehat
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. H. Abd. Rahman Kadir, SE., M.Si Dr. Indryanti Sudirman, SE., M.Si
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji hanya milik Allah SWT. yang telah
mengaruniakan begitu banyak nikmat dan kemudahan kepada penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini dengan judul Perencanaan Strategi Peningkatan
Keunggulan Bersaing Berkelanjutan pada Bagian Process Plant Enginering PT.
Vale Indonesia Tbk.
Dengan segala keterbatasan kemampuan, penulis menyadari bahwa
tulisan ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hari, penulis menyampaikan
penghargaan, rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Kadir, SE., M.Si. selaku Ketua Komisi Penasehat
dan Ibu Dr. Indrianty Sudirman, SE., M.Si selaku Anggota Komisi Penasehat yang
dengan tulus, ikhlas dan penuh dedikasi meluangkan waktu, tenaga, pikiran
bahkan biaya untuk memberikan petunjuk dan arahan pada penulis.
Pada kesempatan yang sama, penulis juga menyampaikan ucapan terima
kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tua penulis: Bapak H. Syaril Lappa, Ibu Hj. Dina, Bapak H.
Ruddin (alm) dan Ibu Hj. Sitti Rudia yang lisannya tidak pernah letih
menyebut nama penulis dalam setiap untaian doanya serta selalu ada
untuk memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian tulisan
ini.
iv
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Mursalim selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin, para Asisten Direktur dan seluruh staf pengajar
Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
3. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Ali, SE., MS. Selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Univesitas Hasanuddin, para pembantu dekan, staf
pengajar dan seluruh karyawan Program Magister Manajemen Unhas.
4. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Kadir, SE., M.Si., sebagai Direktur
Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Hasanuddin.
5. Bapak Prof. Dr. H. Syamsul Alam, SE., M.Si. selaku Sekretaris Program
Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Hasanuddin.
6. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Ali, SE., MS., Bapak Prof. Dr. H. Djabir
Hamzah, MA dan Ibu Dr. Hj. Nurdjanah Hamid, SE., M.Agr. selaku
Anggota Tim Penguji.
7. Bapak H. Andi Suntoro sebagai General Manager Maintenance &
Utilities Department dan Bapak Slamet Suryanto sebagai General
Manager Maintenance System & Engineering PT. Vale Indonesia Tbk.
8. Seluruh jajaran direksi dan karyawan PT. Vale Indonesia Tbk. pada
umumnya dan Process Plant Engineering pada khususnya yang telah
menyediakan data dan informasi selama melaksanakan penelitian.
9. Bapak H. Hatta, Ibu Fauziah Arsyad (Ibu Susi), Bapak Abdul Rauf (Pak
Ical) dan semua staf administrasi Magister Manajemen Fakultas
v
Ekonomi Universitas Hasanuddin yang penuh dedikasi senantiasa
membantu perkuliahan penulis sampai terwujudnya tulisan ini.
10.Erni Afranisa Yani sebagai tenaga administrasi dan rekan-rekan
mahasiswa Magister Management Universitas Hasanuddin kelas
Sorowako yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tulisan
ini.
Rasa cinta dan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Istri Zulfah
Mahasita Ruddin, SET. serta anak-anakku tercinta Zahiyyah Taqiyyah dan
Zuhdiyyah Afifah untuk kesabaran dan pengertiannya atas jatah waktu keluarga
yang banyak berkurang selama penulis menjalani kuliah.
Terima kasih pula kepada kakanda Sardina, S.Sos, adinda Rahman dan dr.
Halim, S.Ked. serta rekan-rekan di Maintenance System & Engineering yang
selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.
Sebagai manusia biasa yang penuh keterbatasan, penulis menyadari
bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak sangat kami hargai. Harapan kami, semoga
tulisan ini bermanfaat bagi semua dan semoga Allah SWT. senantiasa
melimpahkan rahmat-Nya untuk kita semua. Amin.
Sorowako, Agustus 2013
Zainuddin
vi
ABSTRAK
ZAINUDDIN. Perencanaan Strategi Peningkatan Keunggulan BersaingBerkelanjutan pada Bagian Process Plant Engineering – PT. Vale Indonesia Tbk.(dibimbing oleh Abd. Rahman Kadir dan Indrianty Sudirman).
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian terhadap faktor SWOT
Process Plant Engineering PT. Vale Indonesia Tbk. serta merumuskan prioritas
strategi pengembangan yang tepat yang harus dilakukan oleh manajemen
Process Plant Engineering dalam menghadapi berbagai permasalahan untuk
mencapai visi dan misinya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kombinasi
yang dimulai dengan menganalisis faktor SWOT Process Plant Engineering
dilanjutkan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
yang merupakan model matematis untuk melakukan perbandingan kepentingan
atas faktor-faktor SWOT dan setiap alternatif strategi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pilihan strategi tertinggi adalah
menetapkan target proyek sesuai dengan kapasitas sumber daya dengan bobot
0,333, berikutnya strategi prioritas kedua adalah mengoptimalkan anggaran
proyek untuk membiayai biaya operasional dengan bobot 0,193, prioritas ketiga
adalah menetapkan rencana pengembangan staf dan organisasi dengan bobot
0,190, prioritas keempat adalah mengoptimalkan sumber daya internal untuk
meningkatkan pengetahuan staf melalui kegiatan knowledge sharing dengan
bobot 0,174 dan strategi kelima adalah mengadakan family gathering, publikasi
kinerja dan prestasi organisasi dan staf secara rutin dengan bobot 0,109.
Kata kunci: Strategi, SWOT, AHP
vii
ABSTRACT
ZAINUDDIN. Design of Strategy to Increase Sustained Competitive Advantages in
Process Plant Engineering – PT. Vale Indonesia Tbk. (supervised by Abd.
Rahman Kadir dan Indrianty Sudirman).
The aims of the study are to review SWOT factors of Process Plant
Engineering PT. Vale Indonesia Tbk. and to formulate prioritized development
strategies that have to be done by management of Process Plant Engineering in
addressing in order to achieve their vision and mission.
The method used in this study is a combination methods starting from a
SWOT factors analysis of Process Plant Engineering then using Analytical
Hierarchy Process (AHP) method, which is a mathematical model, to compare the
importance rating between SWOT factors and alternative strategies.
The results showed that the highest prioritized strategy is to set project
targets in accordance with the capacity of resources with weights 0.333, the
second prioritized strategy is to optimize the project budget to cover operating
costs with a weight of 0.193, the third priority is to establish a plan of staff and
organization development with 0.190 weights, the fourth prioritized strategy is to
optimize internal resources to improve staff knowledge through knowledge sharing
with weights 0.174 and fifth strategy is to arrange family gathering and publications
of organization’s and staff’s achievements regularly with 0.109 weights.
Keywords: Strategy, SWOT, AHP
viii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL IHALAMAN PENGESAHAN ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.KATA PENGANTAR IIIABSTRAK VIABSTRACT VIIDAFTAR ISI VIIIDAFTAR TABEL XDAFTAR GAMBAR XIDAFTAR LAMPIRAN XIIIDAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN XIVPENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1B. RUMUSAN MASALAH 5C. TUJUAN PENELITIAN 5D. MANFAAT PENELITIAN 6
BAB II 8TINJAUAN PUSTAKA 8
A. TINJAUAN UMUM TENTANG MANAJEMEN STRATEGIS 8B. KEUNGGULAN KOMPETITIF (COMPETITIVE ADVANTAGE) 39C. ANALISIS SWOT 41D. ANALISIS AHP 45
BAB III 56METODE PENELITIAN 56
A. DESAIN PENELITIAN 56B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 56C. POPULASI DAN TEKNIK SAMPEL 56D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 57E. TEKNIK ANALISIS DATA 58
BAB IV 63HASIL DAN PEMBAHASAN 63
ix
A. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 63B. DESKRIPSI RESPONDEN 70C. HASIL PENELITIAN 73D. PEMBAHASAN 82
BAB V 94KESIMPULAN DAN SARAN 94
A. KESIMPULAN 94B. SARAN 96
DAFTAR PUSTAKA 98LAMPIRAN 101
x
DAFTAR TABEL
nomor halaman
1. Jumlah kebutuhan tenaga kerja 2013 di Process Plant Engineering –mechanical civil 3
2. Perbandingan Pendekatan Model I/O, Resource-Based dan Gerilya(Kuncoro, 2006) 41
3. Matriks Analisis SWOT (Kuncoro, 2006 dan David, 1998) 44
4. Skala pengisian matriks perbandingan berpasangan (Saaty, 2008) 61
5. Komponen dan faktor-faktor SWOT strategi di PPE 74
6. Matriks SWOT untuk penentuan strategi di PPE 80
xi
DAFTAR GAMBAR
nomor halaman
1. Model Komprehensif Manajemen Strategis dari Fred David (David,2011) 15
2. Model Perumusan Strategi dari Cornelius A. deKluyver (Burtonshaw-Gunn, 2011) 18
3. Model Strategi Generik dari Michael E. Porter (Kuncoro, 2006) 21
4. Kerangka Kerja Analisis Perumusan Strategi (David, 2011) 38
5. Model pemetaan analisis SWOT 43
6. Bagan alir tahapan penelitian dengan kombinasi SWOT-AHP 59
7. Tahapan pembobotan dalam AHP 60
8. Representasi hirarki dari kombinasi SWOT-AHP (Osuna and Aranda,2007) 62
9. Luas kontrak karya PT. Vale Indonesia Tbk. 64
10. Aktivitas penambangan terbuka di PT. Vale Indonesia Tbk. 66
11. Kompleks fasilitas pemrosesan nikel di PT. Vale Indonesia Tbk. 68
12. Struktur organisasi Process Plant Engineering 70
13. Grafik lama bekerja responden di PT. Vale Indonesia Tbk. 71
14. Grafik lama berinteraksi responden dengan PPE 71
15. Grafik pendidikan terakhir responden 72
16. Grafik departemen tempat bekerja responden 72
17. Grafik jabatan responden saat ini 73
18. Struktur hirarki dari strategi PPE dengan kombinasi SWOT-AHP 75
19. Diagram tingkat bobot kepentingan faktor-faktor kekuatan PPE 76
xii
20. Diagram tingkat bobot kepentingan faktor-faktor kelemahan PPE 77
21. Diagram tingkat bobot kepentingan faktor-faktor peluang PPE 78
22. Diagram tingkat bobot kepentingan faktor-faktor ancaman PPE 79
23. Diagram tingkat bobot prioritas alternatif strategi PPE 81
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
nomor halaman
1. Permohonan izin penelitian 101
2. Memorandum hiring freeze 104
3. Hirarki hasil SWOT-AHP Process Plant Engineering 107
4. Data hasil analisa AHP Process Plant Engineering 110
5. Kuisioner SWOT-AHP Process Plant Engineering 134
xiv
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
1. AHP : Analytical Hierarchy Process
2. CEO : Chief Executive Officer
3. I/O : Industrial/Organization
4. JV : Joint Venture
5. LBO : Leverage Buyout
6. PPE : Process Plant Engineering
7. PTVI : PT. Vale Indonesia Tbk.
8. R&D : Research and Development
9. RBV : Resource-Based View
10.SWOT : Strength, Weakness, Opportunity, Threat
11.Sy : Strategy
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi berbasis keuntungan selalu dituntut untuk menghasilkan
keuntungan sebesar-besarnya dengan biaya sekecil-kecilnya. Organisasi-
organisasi yang mampu memenuhi tuntutan tersebut akan tetap bertahan
menjalankan fungsi organisasinya. Sebaliknya organisasi-organisasi yang tidak
mampu memenuhi tuntutan tersebut akan runtuh sejalan dengan besarnya
tuntutan tersebut. Seiring dengan meningkatnya tuntutan organisasi dalam
menghadapi tantangan organisasi maka sangat penting setiap organisasi memiliki
stategi yang tepat. Strategi ini akan membantu menentukan langkah-langkah
terbaik yang harus dilakukan untuk menjalankan organisasi seefektif dan seefisien
mungkin.
Organisasi perusahaan yang bergerak dalam bidang rekayasa keteknikan
(engineering) pun dituntut untuk memberikan pelayanan engineering sebaik
mungkin untuk mendukung bisnis perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
sebesar-besarnya dengan biaya sekecil-kecilnya. Dalam menjalankan fungsi
organisasi tersebut, dibutuhkan strategi yang tepat, terbarukan dan terencana
agar kinerja organisasi selalu meningkat sejalan dengan perubahan-perubahan
yang terjadi terhadap lingkungan organisasi, baik dari lingkungan internal maupun
dari eksternal organisasi.
2
Salah satu bagian yang memberikan pelayanan engineering di perusahaan
PT. Vale Indonesia Tbk. adalah Process Plant Engineering. Process Plant
Engineering PT. Vale Indonesia Tbk. adalah bagian yang berfokus pada
pelayanan jasa rekayasa teknik untuk menunjang proses pengolahan bijih nikel di
area Process Plant agar berlangsung dengan aman, efisien dan menghasilkan
produk nikel yang berkualitas.
Tugas pokok dari bagian Process Plant Engineering ini adalah memberikan
pelayanan jasa rekayasa teknik untuk menunjang proses pengolahan bijih nikel di
area Process Plant agar berlangsung dengan aman, efisien dan menghasilkan
produk nikel yang berkualitas. Layanan jasa rekayasa teknik tersebut dapat
dibedakan dalam tiga bagian utama yaitu:
a. Layanan jangka panjang dalam bentuk proyek-proyek kapital seperti
pemasangan fasilitas baru, peningkatan kapasitas peralatan produksi
dan proyek-proyek sejenis yang membutuhkan dana di atas USD
10,000 dan membutuhkan waktu penyelesaian 1 tahun atau lebih.
b. Layanan jangka menengah dalam bentuk proyek-proyek operasional
seperti modifikasi terhadap fasilitas yang ada saat ini untuk lebih
meningkatkan kinerja dan meningkatkan keamanan operasi serta
proyek-proyek sejenis yang membutuhkan dana di bawah USD 10,000
dan membutuhkan waktu penyelesaian kurang dari 1 tahun.
c. Layanan jangka pendek dalam bentuk bantuan teknis ataupun analisis
terhadap permasalahan yang terjadi pada suatu fasilitas produksi.
3
Berdasarkan data awal tahun 2013, jumlah proyek yang harus dikerjakan
oleh bagian Process Plant Engineering – Mechanical Civil dalam tahun 2013
adalah 62 proyek kapital, 80 proyek operasional dan 20% alokasi jam kerja untuk
layanan teknis di luar proyek kapital dan operasional tersebut.
Tabel 1: Jumlah kebutuhan tenaga kerja 2013 di Process PlantEngineering – mechanical civil
Mengacu ke target tersebut maka dikembangkan rencana kebutuhan
tenaga kerja engineering kemudian membandingkan dengan jumlah tenaga kerja
engineering yang tersedia tahun 2013 maka diketahui bahwa jumlah tenaga kerja
yang dibutuhkan untuk mencapai target 2013 masih kurang. Dari gambar-1 di
bawah menunjukkan jumlah mechanical engineer yang dibutuhkan untuk
4
memenuhi target 2013 masih kurang 2,7 orang (dibulatkan menjadi 3 orang),
jumlah civil engineer masih kurang 1,2 orang (dibulatkan menjadi 2 orang) dan
jumlah designer masih kurang 2,3 orang (dibulatkan menjadi 3 orang).
Di lain pihak, kebijakan perusahaan saat ini telah menetapkan untuk tidak
melakukan penambahan jumlah tenaga kerja sehubungan dengan strategi
optimalisasi biaya dan kondisi ekonomi dunia yang tidak menguntungkan.
Sementara target 2013 tersebut tetap harus dipenuhi.
Kendala lain yang dihadapi oleh bagian Process Plant Engineering dalam
menjalankan fungsi organisasi adalah adanya perubahan target di tahun berjalan.
Perubahan target tersebut dalam bentuk penambahan target proyek baru dan atau
perubahan proyek yang menjadi prioritas target di tahun berjalan. Perubahan ini
terjadi karena menyesuaikan perubahan kebutuhan operasi di lapangan.
Ancaman lainnya adalah berkembangnya industri-industri perusahaan lain
baik di dalam negeri maupun luar negeri yang membutuhkan tenaga kerja terampil
khususnya di bidang engineering yang berpotensi meningkatkan turn-over
karyawan di bagian Process Plant Engineering. Kondisi ini akan berpotensi
menghambat laju pencapaian target tahunan karena proses pemindahan
tanggung jawab pekerjaan dan kelebihan jam kerja.
Kondisi inilah yang menjadi latar belakang bagi peneliti untuk melakukan
kajian serta merumuskan strategi yang tepat dan terbarukan yang harus dilakukan
oleh manajemen Process Plant Engineering dalam menghadapi perubahan
kebijakan perusahaan, perkembangan industri perusahaan lain dan target yang
ditetapkan.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pertanyaan penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor internal apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan
dalam pengembangan strategi Process Plant Engineering?
2. Faktor-faktor eksternal apa saja yang menjadi peluang dan ancaman
dalam pengembangan strategi Process Plant Engineering?
3. Alternatif strategi apa saja yang sesuai untuk diterapkan berkaitan
dengan pengembangan strategi Process Plant Engineering?
4. Pilihan strategi apa yang paling sesuai untuk pengembangan Process
Plant Engineering dalam dalam mencapai tujuannya dengan
mengoptimalkan resource yang sudah ada?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Melakukan analisis strategi yang paling sesuai untuk pengembangan
Process Plant Engineering dalam menghadapi berbagai permasalahan untuk
mencapai tujuannya dengan menggunakan kombinasi metode SWOT dan AHP.
6
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menganalisa faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan
kelemahan dalam rangka penyusunan strategi pengembangan Process
Plant Engineering dalam mencapai tujuannya dengan mengoptimalkan
resource yang sudah ada.
b. Untuk menganalisa faktor-faktor eksternal yang menjadi kekuatan dan
kelemahan dalam rangka penyusunan strategi pengembangan Process
Plant Engineering dalam mencapai tujuannya dengan mengoptimalkan
resource yang sudah ada.
c. Untuk menyusun alternatif strategi yang sesuai dengan pengembangan
Process Plant Engineering dalam mencapai tujuannya dengan
mengoptimalkan resource yang sudah ada.
d. Untuk menentukan strategi yang paling sesuai dengan pengembangan
Process Plant Engineering dalam mencapai tujuannya dengan
mengoptimalkan resource yang sudah ada.
D. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan
di bidang manajemen strategi dan sebagai sebagai bahan acuan bagi
penelitian selanjutnya.
7
2. Menjadi masukan bagi pihak manajemen bagian Process Plant Engineering
guna mengembangkan kinerja bagian Process Plant Engineering dalam
mencapai tujuannya dengan mengoptimalkan resource yang sudah ada.
3. Menjadi masukan bagi pihak manajemen PT. Vale Indonesia Tbk. guna
mengembangkan kinerja bagian sejenis yang memiliki persamaan fungsi dan
masalah organisasi.
4. Menjadi pengalaman yang paling berharga bagi peneliti dalam menambah
wawasan berpikir dan melatih diri dalam meningkatkan kemampuan serta
keterampilan dalam meneliti, menggunakan cara berpikir yang obyektif, kritis
dan kemampuan analisis dalam mengkaji teori dan realitas yang ada di
lapangan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Manajemen Strategis
1. Pengertian Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos yang
diterjemahkan sebagai komandan militer pada jaman demokrasi Athena. Pada
awalnya kata ini dipergunakan untuk kepentingan militer saja tetapi kemudian
berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti strategi bisnis, olahraga
(misalnya sepak bola dan tenis), catur, ekonomi, pemasaran, perdagangan,
manajemen strategi dan lain-lain.
Pengertian strategi menurut Fred David dalam bukunya “Strategic
Management” adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi adalah
tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan
sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Strategi memiliki konsekuensi
yang multifungsi dan multidimensi serta perlu mempertimbangkan faktor-faktor
internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan
Menurut John A. Pearce II dan Richard B.R. dalam bukunya “Strategic
Managements”, strategi bagi para manajer adalah rencana berskala besar dengan
orientasi masa depan, guna berorientasi dengan kondisi persaingan untuk
mencapai tujuan perusahaan. Strategi mencerminkan pengetahuan perusahaan
mengenai bagaimana, kapan dan dimana perusahaan akan bersaing, dengan
9
siapa perusahaan sebaiknya bersaing dan untuk tujuan apa hendaknya
perusahaan bersaing.
Menurut Stephanie K. Marrus dalam Hardian (2013), strategi adalah suatu
proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan
jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana
agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Menurut Simon A. Burtonshaw-Gunn dalam bukunya “The Essential
Management Toolbox” menjelaskan bahwa kata strategi dan manajemen strategi
berhubungan dengan sejumlah tingkatan dalam organisasi. Tingkat strategi
terendah disebut strategi fungsional yang fokus pada aktivitas operasi sehari-hari
yang melibatkan organisasi. Tingkat strategi menengah disebut sebagai strategi
bisnis. Tingkat ini meliputi penyatuan strategi fungsional untuk unit bisnis tunggal
atau organisasi dengan konsentrasi taktik yang akan digunakan bisnis untuk
mengatasi ancaman dari pesaing dan kesempatan dengan pelanggan. Tingkat
strategi yang paling tinggi adalah strategi korporasi. Tingkat ini merujuk pada
strategi bisnis paling penting yang menjawab pertanyaan berkaitan dengan arena
dimana bisnis harus bersaing dan cara aktivitas organisasi berkontribusi terhadap
keunggulan bersaing dan aspirasi jangka panjangnya. Tingkat ini mencerminkan
misi, visi dan tujuan organisasi seperti yang ditunjukkan dalam rencana bisnisnya.
Menurut kamus Wikipedia, strategi adalah pendekatan secara keseluruhan
yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan dan eksekusi sebuah
aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat
koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang
10
sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam
pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih
sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kali
mencampuradukkan kedua kata tersebut. Perbedaan yang paling mudah antara
keduanya adalah saat kita memutuskan apa yang seharusnya kita kerjakan maka
kita memutuskan sebuah strategi. Sedangkan taktik adalah ketika memutuskan
bagaimana untuk mengerjakan sesuatu. Menurut Peter F. Drucker, strategi adalah
mengerjakan sesuatu yang benar sedangkan taktik adalah mengerjakan sesuatu
dengan benar.
2. Pengertian Manajemen Strategis
Menurut Fred David (2011), manajemen strategis (strategic management)
adalah seni dan ilmu untuk memformulasikan, mengimplementasikan, dan
mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat
mencapai tujuanya. Sesuai definisinya, manajemen strategis berfokus pada
proses penetapan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan
untuk mencapai sasaran, serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan
kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategis
mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis
untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Michael A. Hitt & R. Duane Ireland & Robert E. Hoskisson (2013),
manajemen strategis adalah proses untuk membantu organisasi dalam
11
mengidentifikasi apa yang ingin mereka capai, dan bagaimana seharusnya
mereka mencapai hasil yang bernilai. Besarnya peranan manajemen strategis
semakin banyak diakui pada masa-masa ini dibanding masa-masa sebelumnya.
Dalam perekonomian global yang memungkinkan pergerakan barang dan jasa
secara bebas di antara berbagai negara, perusahaan-perusahaan terus ditantang
untuk semakin kompetitif. Banyak dari perusahaan yang telah meningkatkan
tingkat kompetisinya ini menawarkan produk kepada konsumen dengan nilai yang
lebih tinggi, dan hal ini sering menghasilkan laba diatas rata-rata. Dengan
menggunakan manajemen strategis, perusahaan akhirnya dapat memahami
kekuatan bersaing dan mengembangkan keunggulan kompetitif berkelanjutan
secara sistematis dan konsisten.
Ketchen (2009) mendefinisikan manajemen strategis sebagai analisis,
keputusan, dan aksi yang dilakukan perusahaan untuk menciptakan dan
mempertahankan keunggulan kompetitif. Definisi ini menggambarkan dua elemen
utama manajemen strategis. Pertama, manajemen strategis dalam sebuah
perusahaan berkaitan dengan proses yang berjalan (ongoing processes): analisis,
keputusan, dan tindakan. Manajemen strategis berkaitan dengan bagaimana
manajemen menganalisis sasaran strategis (visi, misi, tujuan) serta kondisi
internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan. Selanjutnya, perusahaan harus
menciptakan keputusan strategis. Keputusan ini harus mampu menjawab dua
pertanyaan utama: (1) industri apa yang digeluti perusahaan dan (2) bagaimana
perusahaan harus bersaing di industri tersebut. Terakhir, tindakan diambil untuk
menjalankan keputusan tersebut. Tindakan yang perlu dilakukan akan mendorong
12
manajer untuk mengalokasikan sumber daya dan merancang organisasi untuk
mengubah rencana menjadi kenyataan. Elemen kedua, manajemen strategis
adalah studi tentang mengapa sebuah perusahaan mampu mengalahkan
perusahaan lainnya. Manajer perlu menentukan bagaimana perusahaan bisa
menciptakan keunggulan kompetitif yang tidak hanya unik dan berharga, tetapi
juga sulit ditiru atau dicari subtitusinya sehingga mampu bertahan lama.
Keunggulan kompetitif yang mampu bertahan lama biasanya didapatkan dengan
melakukan aktivitas berbeda dengan apa yang dilakukan pesaing, atau melakukan
aktivitas yang sama dengan cara yang berbeda.
Manajemen strategis merupakan aktivitas manajemen tertinggi yang
biasanya disusun oleh dewan direksi dan dilaksanakan oleh CEO serta tim
eksekutif organisasi tersebut. Manajemen strategis memberikan arahan
menyeluruh untuk perusahaan dan terkait erat dengan bidang perilaku organisasi.
Manajemen strategis berbicara tentang gambaran besar. Inti dari
manajemen strategis adalah mengidentifikasi tujuan organisasi, sumber dayanya,
dan bagaimana sumber daya yang ada tersebut dapat digunakan secara paling
efektif untuk memenuhi tujuan strategis. Manajemen strategis di saat ini harus
memberikan fondasi dasar atau pedoman untuk pengambilan keputusan dalam
organisasi. Ini adalah proses yang berkesinambungan dan terus-menerus.
Rencana strategis organisasi merupakan dokumen hidup yang selalu dikunjungi
dan kembali dikunjungi. Bahkan mungkin sampai perlu dianggap sebagaimana
suatu cairan karena sifatnya yang terus harus dimodifikasi. Seiring dengan adanya
13
informasi baru telah tersedia, dia harus digunakan untuk membuat penyesuaian
dan revisi.
3. Manfaat Manajemen Strategis
Menurut Fred David (2011), manfaat manajemen strategis adalah:
a. Membantu oganisasi membuat strategi yang lebih baik dengan
menggunakan pendekatan yang lebih sistematis, logis, rasional pada
pilihan strategis.
b. Merupakan sebuah proses bukan keputusan atau dokumen. Tujuan
utama dari proses adalah mencapai pengertian dan komitmen dari
semua manajer dan karyawan.
c. Proses menyediakan pemberdayaan individual. Pemberdayaan adalah
tindakan memperkuat pengertian karyawan mengenai efektivitas
dengan mendorong dan menghargai mereka untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan dan latihan inisiatif serta imajinasi.
d. Mendatangkan laba
e. Meningkatkan kesadaran ancaman eksternal
f. Pemahaman yang lebih baik mengenai strategi pesaing
g. Meningkatnya produktivitas karyawan
h. Berkurangnya penolakan terhadap perubahan
i. Pemahaman yang lebih jelas mengenai hubungan prestasi
penghargaan
14
Menurut Greenley, manfaat manajemen strategis adalah:
a. Memungkinkan untuk identifikasi, penentuan prioritas, dan eksploitasi
peluang.
b. Memberikan pandangan objektif atas masalah manajemen.
c. Merepresentasikan kerangka kerja untuk aktivitas kontrol dan koordinasi
yang lebih baik.
d. Meminimalkan efek dari kondisi dan perubahan yang jelek.
e. Memungkinkan agar keputusan besar dapat mendukung dengan lebih
baik tujuan yang telah ditetapkan.
f. Memungkinkan alokasi waktu dan sumber daya yang lebih efektif untuk
peluang yang telah terindentifikasi.
g. Memungkinkan alokasi sumber daya dan waktu yang lebih sedikit untuk
mengoreksi keputusan yang salah atau tidak terencana.
h. Menciptakan kerangka kerja untuk komunikasi internal diantara staf.
i. Membantu mengintegrasikan perilaku individu kedalam usaha bersama.
j. Memberikan dasar untuk mengklarifikasi tanggungjawab individu.
k. Mendorong pemikiran ke masa depan.
l. Menyediakan pendekatan kooperatif, terintegrasi, dan antusias untuk
menghadapi masalah dan peluang.
m. Mendorong terciptanya sikap positif akan perubahan.
n. Memberikan tingkat kedisiplinan dan formalitas kepada manajemen
suatu bisnis.
15
4. Model Proses Manajemen Strategis
Proses untuk merumuskan dan mengarahkan aktivitas manajemen
strategis merupakan cara yang digunakan oleh para perencana strategi untuk
menemukan sasaran, kebijakan dan kegiatan pengambilan keputusan. Untuk
membahas suatu perencanaan strategi hendaknya kita mengacu pada model
manajemen strategis.
Menurut Fred David (2011), proses manajemen strategis terdiri dari tiga
tahap yaitu formulasi strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi. Masing-
masing tahap terdiri dari subtahap seperti pada gambar di bawah:
Gambar 1: Model Komprehensif Manajemen Strategis dari Fred David(David, 2011)
1. Formulasi strategi
Tahapan ini mencakup mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi
peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan
dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang,
merumuskan alternatif strategi dan memilih strategi tertentu yang akan
dilaksanakan. Isu formalisasi strategi mencakup bisnis apa yang akan
dimasuki, bisnis apa yang harus ditinggalkan, bagaimana
mengalokasikan sumber daya, apakah harus melakukan ekspansi atau
diversifikasi bisnis, apakah harus memasuki pasar internasional, apakah
harus merger atau membentuk joint venture dan bagaimana
menghindari pengambilan secara paksa.
16
2. Implementasi strategi
Tahap ini mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan,
membuat kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasi sumber
daya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan.
Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya yang
mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif dan
mengarahkan usaha pemasaran, menyiapkan anggaran,
mengembangkan dan memberdayakan sistem informasi dan
menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja organisasi.
Implementasi berarti memobilisasi karyawan dan manajer untuk
menetapkan strategi yang telah diformulasikan menjadi tindakan. Sering
kali dianggap sebagai tahap yang paling rumit dalam manajemen
strategi karena membutuhkan disiplin pribadi, komitmen dan
pengorbanan. Suksesnya implementasi strategi terletak pada
kemampuan manajer untuk memotivasi karyawan, yang lebih tepat
disebut seni daripada ilmu. Strategi yang telah diformulasikan tetapi
tidak diimplementasikan tidak memiliki arti apapun.
3. Evaluasi strategi
Tahap ini adalah tahap final dalam manajemen strategis untuk
mengetahui kendala dan tingkat keberhasilan dari strategi yang
diimplementasikan. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa datang
karena faktor internal dan eksternal secara konstan berubah. Tiga
aktivitas dasar evaluasi strategis adalah (1) meninjau ulang faktor
17
eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi saat ini, (2) mengukur
kinerja dan (3) mengambil tindakan korektif. Evaluasi dibutuhkan karena
kesuksesan di hari esok selalu membawa masalah baru yang berbeda,
sedangkan perusahaan yang mudah puas diri kemungkinan besar
mengalami kegagalan.
Model perumusan strategi lainnya yang lain adalah model dari Cornelius A.
Kluyver. Pada model deKluyver, aktivitas dimulai mengevaluasi kinerja
organanisasi saat ini mencakup misi, sasaran, tujuan dan strateginya. Kemudian
manajemen menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja tersebut
meliputi faktor lingkungan, faktor industri dan faktor dari internal organisasi sendiri.
Selanjutnya, faktor-faktor tersebut dianalisa menggunakan pendekatan SWOT
untuk menentukan pilihan-pilihan strategi yang akan dijalankan oleh organisasi
baik itu dalam cakupan unit bisnis maupun strategi dalam cakupan korporasi.
Pilihan-pilihan strategi tersebut kemudian dievaluasi terhadap kebutuhan sumber
daya dan resiko/tingkat pengembalian. Setelah hal tersebut dilakukan maka
pilihan-pilihan strategi tersebut siap untuk diterapkan dalam organisasi. Dalam
penerapan strategi tersebut, tahapan perumusan strategi akan kembali ke tahap
awal yaitu evaluasi kinerja untuk mengetahui kinerja organisasi terhadap strategi
yang sudah dijalankan. Penyesuaian strategi perlu selalu dilakukan sesuai dengan
hasil evaluasi kinerja terlebih lagi jika faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
tersebut mengalami perubahan.
18
Gambar 2: Model Perumusan Strategi dari Cornelius A. deKluyver(Burtonshaw-Gunn, 2011)
5. Klasifikasi Strategi
Pada dasarnya setiap perusahaan mempunyai strategi dalam berusaha.
Namun mungkin saja terjadi seorang pimpinan perusahaan tidak menyadarinya.
Dalam mengkaji strategi perusahaan, perlu diketahui bahwa bentuk strategi akan
berbeda-beda antar-industri, antarperusahaan, dan bahkan antarsituasi. Namun,
19
ada sejumlah strategi yang sudah banyak diketahui umum dan dapat diterapkan
pada berbagai bentuk industri dan ukuran perusahaan. Strategi-strategi ini
dikelompokkan ke dalam strategi generik. Istilah strategi generik dikemukakan
oleh Porter. Pengertiannya adalah suatu pendekatan strategi perusahaan dalam
rangka mengungguli pesaing dalam industri sejenis. Dalam praktek, setelah
perusahaan mengetahui strategi generiknya, implementasi strategi akan
ditindaklanjuti dengan langkah penentuan strategi yang lebih operasional.
Berikut ini akan disajikan paparan awal tiga macam model strategi generik.
Pertama adalah model dari Wheelen dan Hunger, kedua dari Michael P. Porter,
dan ketiga dari Fred R. David.
a. Strategi Generik dari Wheelen dan Hunger
Untuk menjelaskan tentang strategi, Wheelen dan Hunger menggunakan
konsep dari General Electric. General Electric menyatakan bahwa pada prinsipnya
strategi generik dibagi atas tiga macam, yaitu strategi stabilitas (stability), ekspansi
(expansion), dan penciutan (retrenchment). Penjelasan ringkasnya seperti berikut.
1. Strategi stabilitas (stability). Pada prinsipnya, strategi ini menekankan
pada tidak bertambahnya produk, pasar, dan fungsi-fungsi perusahaan
lain, karena perusahaan berusaha untuk meningkatakan efisiensi di
segala bidang dalam rangka meningkatkan kinerja dan keuntungan.
Strategi ini risikonya relatif rendah dan biasanya dilakukan untuk produk
yang tengah berada pada posisi kedewasaan (mature).
2. Strategi ekspansi (expansion). Pada prinsipnya, strategi ini menekankan
pada penambahan/perluasan produk, pasar, dan fungsi-fungsi
20
perusahaan lainnya, sehingga aktivitas perusahaan meningkat. Tetapi,
selain keuntungan yang ingin diraih lebih besar, strategi ini juga
mengandung risiko kegagalan yang tidak kecil.
3. Strategi penciutan (retrenchment). Pada prinsipnya, strategi ini
dimaksudkan untuk melakukan pengurangan atas produk yang
dihasilkan atau pengurangan atas pasar maupun fungsi-fungsi dalam
perusahaan, khususnya yang mempunyai cashflow negatif. Strategi ini
biasanya diterapkan pada bisnis yang berada pada tahap menurun
(decline). Penciutan ini dapat terjadi karena sumber daya yang perlu
diciutkan itu lebih baik dikerahkan, misalnya, untuk usaha lain yang
sedang berkembang.
b. Strategi generik dari Michael R. Porter
Menurut Porter, jika perusahaan ingin meningkatkan usahanya dalam
persaingan yang semakin ketat, perusahaan harus memilih prinsip berbisnis, yaitu
produk dengan harga tinggi atau produk dengan biaya rendah, bukan kedua-
duanya. Berdasarkan prinsip ini, Porter menyatakan terdapat tiga strategi generik
yaitu strategi diferensiasi (differentiation), kepemimpinan biaya (cost leadership)
dan fokus (focus).
Model strategi generik dari Porter dapat digambarkan melalui dua sumbu X
dan Y seperti berikut ini.
21
Gambar 3: Model Strategi Generik dari Michael E. Porter (Kuncoro, 2006)
Catatan:
Sumbu mendatar (sumbu X) digunakan untuk dimensi-dimensi dalam keunggulan
persaingan perusahaan.
Sumbu vertikal (sumbu Y) digunakan untuk dimensi-dimensi dalam
tingkatan/lingkup persaingan perusahaan.
Penjelasan untuk ketiga macam strategi generik ini dipaparkan sebagai
berikut :
1. Strategi diferensiasi (differentiation). Strategi ini cirinya adalah bahwa
perusahaan mengambil keputusan untuk membangun persepsi pasar
potensial terhadap suatu produk/ jasa yang unggul agar tampak
berbeda dengan produk yang lain. Dengan demikian, diharapkan calon
konsumen mau membeli dengan harga mahal karena adanya
perbedaan itu.
2. Strategi kepemimpinan biaya (cost leadership). Cirinya adalah
perusahaan lebih memperhitungkan pesaing daripada pelanggan
dengan cara memfokuskan harga jual produk yang murah, sehingga
22
biaya produksi, promosi maupun riset dapat ditekan, bila perlu produk
yang dihasilkan hanya sekedar meniru produk dari perusahaan lain.
3. Strategi fokus (focus). Cirinya adalah perusahaan mengkonsentrasikan
pada pangsa pasar yang kecil untuk menghindar dari pesaing dengan
fokus pada biaya atau focus pada diferensiasi.
c. Strategi Generik dari Fred R. David
Menurut Fred R. David, pada prinsipnya strategi generik dapat
dikelompokkan atas empat kelompok strategi, yaitu :
1. Strategi integrasi vertikal (vertical integration strategy). Strategi ini
menghendaki agar perusahaan melakukan pengawasan lebih terhadap
distributor, pemasok, dan/atau para pesaingnya, misalnya melalui
merger, akuisisi atau membuat perusahaan sendiri.
2. Strategi intensif (intensive strategy). Strategi ini memerlukan usaha-
usaha yang intensif untuk meningkatkan posisi persaingan perusahaan
melalui produk yang ada.
3. Strategi diversifikasi (diversification strategy). Strategi ini dimaksudkan
untuk menambah produk-produk baru. Strategi ini makin kurang
populer, paling tidak ditinjau dari sisi tingginya tingkat kesulitan
manajemen dalam mengendalikan aktivitas perusahaan yang berbeda-
beda.
4. Strategi bertahan (defensive strategy). Strategi ini bermaksud agar
perusahaan melakukan tindakan-tindakan penyelamatan agar terlepas
23
dari kerugian yang lebih besar, yang pada ujung-ujungnya adalah
kebangkrutan
Secara garis besar, terdapat 4 kelompok strategi utama dengan 15 tipe
turunannya. Kelimabelas tipe strategi tersebut adalah sebagai berikut (Lihat David,
1998; Porter 1980 dan 1985):
1. Strategi integrasi (integration strategies)
Tiga jenis strategi, yaitu forward, backward dan horizontal seringkali
disebut sebagai strategi-strategi integrasi vertikal. Namun tidak jarang
yang dimaksud integrasi vertikal hanya integrasi forward dan backward
saja.
a. Strategi integrasi hilir (forward integration)
Integrasi ke hilir melibatkan upaya untuk memperoleh kepemilikan
(saham perusahaan) lebih besar atau meningkatkan kontrol
terhadap para distributor dan peritel. Salah satu bentuk/cara efektif
untuk melakukan strategi ini adalah waralaba (franchising). Begitu
banyak perusahaan berminat di bidang ini sebagai upaya untuk
mendistribusikan produknya (barang maupun jasa). Salah satu
alasan terbesar hadirnya bentuk waralaba ini adalah realita bahwa
model ini sebetulnya merupakan upaya untuk membagi biaya dan
peluang kepada banyak pihak. Perhatikan gejala bermunculannya
factory outlet yang merupakan salah satu bentuk strategi ini. Contoh
lain adalah perusahaan farmasi Kimia Farma dengan Apotik Kimia
Farma-nya dan perusahaan sepatu BATA dengan toko BATA-nya.
24
Perhatikan pula Coca Cola dengan perusahaan pembotolan di
berbagai negara serta keputusan untuk membeli perusahaan
fastfood.
b. Strategi integrasi hulu (backward integration)
Integrasi ke hulu merupakan suatu strategi yang mengupayakan
kepemilikan atau meningkatkan kontrol terhadap perusahaan
pemasok. Hal ini dibutuhkan karena baik produsen maupun peritel
selalu membeli bahan baku dari perusahaan pemasok. Strategi ini
menjadi menarik terutama ketika perusahaan pemasok yang saat ini
ada ternyata tidak dapat diandalkan (unreliable), terlalu mahal, atau
tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. Langkah ini dapat
disebut sebagai upaya mengamankan jalur pasokan perusahaan
terhadap kebutuhan dalam rangka proses produksinya. Contoh yang
menarik adalah Harian Jawa Pos yang mendirikan pabrik kertas
untuk menjamin ketersediaan pasokan kebutuhan bahan bakunya.
Perhatikan pula Gudang Garam yang memiliki pabrik kertas rokok di
Afrika.
Namun demikian, perlu pula dicermati munculnya kecenderungan
bahwa berbagai industri besar mulai melakukan aktivitas de-integrasi
(deintegration), yaitu melepas berbagai aktivitas yang seharusnya
menjadi bagian dari aktivitas perusahaan pemasok. Tidak tertutup
kemungkinan, sampai pada level tertentu, ternyata perusahaan
menemukan bahwa integrasi ke hulu bukan lagi solusi tepat untuk
25
unggul dalam persaingan, karena menjadi semakin membebani
keuangan perusahaan. Oleh karenanya, kecenderungan perusahaan
untuk melakukan outsourcing kemudian menjadi berkembang pesat.
Perhatikan kebijakan Sampoerna ketika melakukan outsourcing
produksi rokok kretek tangan kepada berbagai koperasi di Jawa
Tengah.
c. Strategi integrasi ke samping (horizontal integration)
Strategi integrasi ke samping merupakan strategi yang dilakukan
dalam bentuk membeli atau meningkatkan kontrol terhadap
perusahaan pesaing. Salah satu kecenderungan paling signifikan
dalam kompetisi perusahaan saat ini adalah meningkatnya upaya
untuk melakukan integrasi ke samping sebagai suatu strategi
pertumbuhan. Merjer, akusisi, dan pengambilalihan perusahaan
yang sedang bersaing memberikan peluang terjadinya skala
ekonomi (economies of scale) serta mendorong terjadinya transfer
sumber daya dan kompetensi perusahaan. Dalam artikelnya,
Kenneth Davidson (Davidson, 1987) mengungkap bahwa merjer di
antara perusahaan yang tidak bergerak di bidang yang sama
merupakan suatu kesalahan. Tetapi merjer yang terjadi pada
perusahaan yang sedang bersaing langsung (direct competitors)
memberikan peluang yang besar untuk menyatukan potensi agar
menjadi lebih efektif, efisien dan kompetitif. Contoh pelaksanaan
strategi integrasi horisontal adalah ketika toko obat Guardian
26
membeli Shop-in atau Indofood membeli SuperMie, dan ketika
beberapa bank membentuk Bank Mandiri.
2. Strategi intensif (intensive strategies)
Kelompok strategi ini disebut sebagai intensive strategies, karena
mensyaratkan berbagai upaya yang intensif untuk meningkatkan posisi
kompetitif perusahaan dengan produk yang ada. Kelompok strategi ini
meliputi tiga strategi, yaitu:
a. Penetrasi pasar (market penetration)
Strategi penetrasi pasar berusaha untuk meningkatkan pangsa
pasar untuk produk atau layanan yang ada saat ini di dalam pasar
yang ada saat ini melalui upaya-upaya pemasaran yang lebih besar.
Strategi ini umum diterapkan baik sendiri maupun sebagai kombinasi
dengan strategi lainnya. Termasuk di dalam penetrasi pasar adalah
meningkatan jumlah tenaga penjualan, peningkatan pembelanjaan
iklan, penawaran barang-barang promosi secara ekstensif (besar-
besaran), atau peningkatan upaya-upaya publisitas. Aktivitas
pemasaran dan promosi yang intensif dari A-Mild Sampoerna dan
berbagai perusahaan rokok lainnya merupakan contoh yang
menarik. Demikian juga dengan upaya McDonald untuk memberikan
berbagai cinderamata menarik maupun beberapa pabrik farmasi
yang meningkatkan jumlah detailer obat-nya.
b. Pengembangan pasar (market development)
27
Pengembangan pasar melibatkan upaya-upaya untuk mengenalkan
produk atau layanan yang ada saat ini kepada berbagai wilayah
geografis baru. Globalisasi dan iklim perkembangan pasar
internasional semakin kondusif untuk strategi ini. Hal ini dibutuhkan
karena tidak jarang persaingan yang demikian ketat pada suatu
pasar tertentu menyebabkan pengalihan perhatian kepada pasar
yang baru merupakan solusi agar perusahaan tidak tersingkir dari
arena bisnisnya.
Namun demikian, perlu dicermati bahwa pada wilayah-wilayah
tertentu masuknya pemain baru yang besar akan menimbulkan
pergesaran ekuilibrium persaingan bisnis yang ada. Oleh karenanya,
tidak jarang para pemain besar akan mengalami tantangan dari para
pemain lokal sehingga terpaksa harus melakukan berbagai konsesi
yang dapat diterima. Berbagai perusahaan ritel yang bergerak pada
skala grosir dan hypermarket, sering mengalami tantangan tersebut.
Makro, Alfa, Holland Bakery, Matahari dan berbagai perusahaan
lainnya, membuka gerai baru di berbagai lokasi merupakan contoh
penerapan strategi ini.
c. Pengembangan produk (product development)
Pengembangan produk yang berusaha meningkatkan penjualan
melalui perbaikan atau modifikasi produk atau layanan yang ada
saat ini. Biasanya strategi pengembangan produk tercermin pada
biaya penelitan dan pengembangan (Research and Development)
28
yang besar. Beberapa industri yang sangat didominasi oleh aktivitas
R&D adalah otomotif, komputer, dan farmasi. Pada industri yang
berbasis R&D seperti ini, setiap keterlambatan untuk meluncurkan
sesuatu yang baru akan berarti perusahaan tersebut berpeluang
kehilangan posisi kompetitifnya. Dan oleh karenanya, aktivitas R&D
menjadi tidak pernah berhenti untuk menghasilkan suatu perbaikan
yang terus-menerus (continuous improvement). Rinso dengan
berbagai variannya serta Pepsodent dengan berbagai variannya
merupakan contoh dari strategi ini. Juga munculnya berbagai
features baru pada produk Handphone, komputer, dan perusahaan
jasa seperti Telkom dengan Telkom Memo-nya merupakan contoh
yang menarik.
3. Strategi diversifikasi (diversification strategies)
Dari waktu ke waktu semakin sedikit perusahaan yang melakukan
diversifikasi usaha, justru karena kompleksitas persoalan yang
dimunculkan oleh strategi ini. Suatu kelompok usaha yang bergerak
pada sektor yang beragam tentunya sangatlah sulit dikelola. Pada
dekade 1960-an dan 1970-an, strategi diversifikasi menjadi populer
karena setiap perusahaan berusaha semaksimal mungkin agar tidak
tergantung hanya pada satu jenis usaha saja. Tetapi konsep pemikiran
tersebut mulai surut sejak dekade 1980-an. Pada prinsipnya
kecenderungan baru tersebut dimotori oleh keinginan untuk menjadi
29
lebih baik dan tidak bergerak terlalu jauh dari basis kompetensi utama
(core competence) setiap perusahaan.
Namun demikian, hal tersebut bukan berarti strategi diversifikasi sudah
benar-benar hilang. Masih cukup banyak pula perusahaan yang berhasil
dengan strategi ini, terutama bagi perusahaan yang bergerak di wilayah
bisnis yang mengalami kecenderungan menurun (decline), seperti
ketika Philip Morris, sebuah produsen rokok membeli Kraft General
Food, sebuah perusahaan makanan dalam kelompok Nestle. Hal ini
dilakukan karena konsumsi rokok semakin menurun akibat peningkatan
kesadaaran konsumen atas kesehatan dan bahaya rokok.
a. Strategi diversifikasi terkonsentrasi (concentric diversification)
Diversifikasi terkonsentrasi merupakan suatu strategi yang
menghasilkan produk atau layanan baru tetapi berhubungan/terkait
dengan yang telah ada. Contoh dari strategi ini adalah Harian
Kompas yang memunculkan berbagai suratkabar, tabloid, dan
majalah baru.
b. Strategi diversifikasi ke samping (horizontal diversification)
Jika suatu perusahaan menerapkan strategi yang menambah produk
atau layanan baru yang tidak berhubungan/terkait dengan yang telah
ada, tetapi ditujukan kepada pasar/ konsumen yang telah ada
disebut sebagai diversifikasi horizontal. Perhatikan Garuda
Indonesia Airways yang memiliki beberapa jaringan hotel di
Indonesia.
30
c. Strategi diversifikasi konglomerasi (conglomerate diversification)
Ketika suatu perusahaan menambah suatu produk atau layanan
baru yang tidak terkait/ berhubungan dengan yang sekarang ada,
maka strategi tersebut disebut sebagai diversifikasi konglomerat.
Pada beberapa kasus terjadi bahwa strategi ini dilakukan dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan melalui aktivitas memecah
perusahaan yang telah dibeli atau menjual kembali salah satu atau
lebih devisinya. Ketika Lippobank memutuskan untuk bergerak di
sektor properti atau ketika Bimantara memasuki sektor televisi
merupakan dua contoh strategi konglomerasi. Demikian pula
Maspion dengan Maspion Bank-nya.
4. Strategi bertahan (defensive strategies)
Pada prinsipnya, strategi difensif ditujukan untuk mempertahankan
eksistensi perusahaan dari semakin ketatnya persaingan bisnis dan
berbagai ketidakpastian eksternal yang sulit (terkadang tidak mungkin)
dikontrol dan diprediksi. Strategi difensif seringpula dikenal sebagai
survival strategy, yang cenderung terjadi dalam suasana krisis ekonomi.
a. Joint Venture
Joint Venture, biasa disingkat JV, merupakan strategi yang sangat
efensi. Strategi ini muncul ketika dua atau lebih perusahaan
membentuk suatu kerjasama atau konsorsium dalam rangka
memanfaatkan peluang yang ada secara bersama-sama. Strategi ini
masuk dalam kategori strategi efensive karena perusahaan yang
31
melakukan JV tidak berminat untuk bekerja/mengambil resiko
sendiri. Tidak jarang, pihak-pihak yang bermaksud melakukan
kerjasama tersebut membentuk suatu perusahaan baru dengan
tujuan menjalankan kerjasama yang dimaksud. JV bisa terjadi dalam
berbagai bentuk seperti R&D, jaringan dan sistem distribusi,
kesepakatan linsensi, kesepakatan produksi, juga upaya untuk
mengajukan penawaran bersama agar dapat memenangkan suatu
tender.
JV dan kesepakatan kerjasama banyak digunakan secara luas
karena kemampuannya untuk meningkatkan komunikasi dan
jaringan kerja, untuk melakukan operasi secara global, serta untuk
menurunkan resiko. Bahkan kesepakatan kerjasama antar
perusahaan yang sedang bersaing secara langsung juga terjadi.
Biasanya kesepakatan kerjasama ini merupakan jembatan untuk
mensinergikan keunggulan kempetitif di bidang masing-masing, baik
itu teknologi, distribusi, riset dasar, maupun kapasitas produksi.
Strategi ini begitu efensi di kelompok efensiv yang bersifat padat
modal (intensive capital) dan penuh resiko, seperti efensiv farmasi
dan efensiv. Berbagai kisah di balik strategi Microsoft memasuki
pasar Cina merupakan contoh penerapan strategi JV. Di bidang
media adalah hadirnya Harian Surya di Surabaya sebagai hasil JV
antara Kompas dan Pos Kota.
32
b. Strategi penciutan (retrenchment)
Strategi penciutan dilakukan ketika organisasi mengelompok kembali
melalui reduksi biaya dan aset dalam upaya membalikkan proses
penurunan penjualan dan laba perusahaan. Strategi ini terkadang
dikenal sebagai strategi turnaround atau reorganizational. Tujuan
dari strategi ini adalah untuk memperkokoh keunggulan yang
membedakan (distinctive competences) yang dimiliki perusahaan.
Pada masa strategi ini dijalankan, operasi perusahaan berjalan
dengan sumber daya (terutama dana) yang terbatas dan akan
berada pada kondisi penuh tekanan dari berbagai pihak seperti
pemilik saham, pegawai, dan media.
Strategi penciutan dapat berbentuk penjualan aset untuk
memperoleh dana tunai, pemangkasan lini produk (product line),
menutup bisnis yang kurang menguntungkan atau yang tidak
termasuk core competence perusahaan, otomasi proses,
pengurangan jumlah pegawai, dan penerapan sistem efensi
pengeluaran biaya. Pengurangan kapasitas produksi berbagai
perusahaan selama krisis moneter di Indonesia dapat diangkat
sebagai contoh. Demikian pula dengan kebijakan PHK maupun
pemulangan tenaga kerja asing demi menjaga keberlangsungan
bisnis selama krisis.
Yang perlu diperhatikan adalah keputusan untuk membangkrutkan
diri bisa juga hadir sebagai salah satu bentuk penerapan strategi
33
penciutan ini. Oleh karenanya perlu dicermati hubungan antar
perusahaan dalam satu kelompok usaha dan kesehatan keuangan
keseluruhan kelompok usaha tersebut dalam kaitan dengan strategi
pembangkrutan diri ini.
c. Strategi divestasi (divestiture)
Menjual sebuah divisi usaha atau bagian dari organisasi perusahaan
disebut sebagai strategi divestasi. Seringkali strategi divestasi
dilakukan dalam rangka memperoleh dana segar bagi kepentingan
investasi atau akuisisi efensive lebih lanjut atau di bidang lain yang
lebih prospektif. Divestasi bisa pula merupakan bagian dari
keseluruhan strategi penciutan untuk membersihkan/menyingkirkan
berbagai bisnis yang tidak menguntungkan, yang membutuhkan
terlalu banyak modal, atau bagian yang tidak sepenuhnya sesuai
dengan aktivitas perusahaan.
Strategi divestasi menjadi efensi ketika perusahaan berupaya
untuk kembali dalam core competence-nya serta mengurangi
kompleksitas diversifikasinya agar lebih terkelola dengan baik.
Keputusan PT HM Sampoerna untuk melepas berbagai bisnisnya
seperti perbankan, efensiv, dan transportasi (dalam rangka kembali
ke inti usahanya, rokok) sebelum krisis melanda Indonesia
merupakan suatu contoh strategi ini.
34
d. Strategi likuidasi (liquidation)
Strategi likuidasi dapat diidentifikasi ketika perusahaan melakukan
penjualan seluruh asetnya secara bagian per bagian untuk
menghasilkan dana tunai. Likuidasi biasanya dipahami sebagai
pengakuan atas kekalahan dan cenderung — secara emosional —
sulit dijalani. Namun demikian, bisa dimengerti bahwa lebih baik
menghentikan operasi daripada mengalami kerugian yang lebih
besar. Likuidasi berbagai bank di Indonesia merupakan contoh.
e. Strategi kombinasi (combination)
Strategi kombinasi adalah perpaduan antara dua atau lebih strategi
yang dijalankan secara simultan. Namun demikian, perlu
diperhatikan bahwa strategi kombinasi harus dioperasikan secara
sangat hati-hati karena jika terlalu dalam dalam membawa resiko
yang lebih besar. Tidak ada perusahaan yang dapat menerapkan
semua strategi secara bersamaan meskipun semuanya ditujukan
utnuk memberikan keuntungan pada perusahaan. Oleh karenanya,
di tengah sulitnya penentuan yang diambil, skala prioritas yang baik
dan tepat perlu dibangun. Hal ini dibutuhkan karena sumber daya
yang dimiliki perusahaan tentunya memiliki keterbatasan tertentu.
Prioritas sangat dibutuhkan, karena dalam penerapan strategi
kombinasi akan berarti pula terjadinya penyebaran sumber daya dan
kemampuan yang mungkin akan terbaca oleh efensive sehingga
35
mereka dapat mengambil langkah-langkah yang justru
membahayakan posisi perusahaan.
Dalam suatu perusahaan yang sangat terdiversifikasi, strategi
kombinasi seringkali diterapkan ketika divisi-divisi yang ada
menerapkan strategi berbeda. Demikian juga perusahaan yang
sedang berusaha untuk mempertahankan operasinya (struggle for
survival) biasanya menerapkan strategi kombinasi dari beberapa
strategi efensive secara simultan.
f. Strategi merjer dan akuisisi (merger and leveraged buyouts (LBO))
Akuisisi dan merjer merupakan dua cara yang secara umum
digunakan untuk menjalankan strategi. Suatu akuisisi terjadi ketika
sebuah perusahaan besar membeli suatu perusahaan yang
(biasanya) lebih kecil. Suatu merjer adalah tindakan ketika dua buah
atau lebih perusahaan yang efensiv berukuran sama menyatukan
diri dan membentuk perusahaan baru. Ketika akuisisi atau merjer
tidak diharapkan kedua belah pihak, maka tindakan tersebut disebut
sebagai pengambilalihan (takeover) atau pengambilalihan paksa
(hostile takeover).
Berbagai tindakan merjer, akuisisi, dan pengambilalihan sering pula
dijalankan sebagai strategi untuk menjadi yang paling besar dan
tangguh. Langkah ini banyak dilakukan di berbagai efensiv seperti
perbankan, asuransi, pertahanan, kesehatan, farmasi, makanan,
penerbangan, penerbitan, efensiv, ritel, keuangan, bioteknologi,
36
dan sebagainya. Beberapa efensi tentang perlunya merjer adalah:
untuk memperbaiki kapasitas utilisasi; untuk memaksimalkan
pemanfaatan kekuatan penjualan; mengurangi staf manajerial;
memperoleh skala ekonomi (economies of scale); untuk
memperkecil pengaruh trend musiman dalam penjualan; untuk
memperoleh akses baru kepada pemasok, distributor, kastemer,
produk, dan kreditor; untuk memperoleh teknologi baru; dan untuk
strategi pembayaran pajak.
Sementara itu, LBO adalah suatu keadaan di mana para seluruh
saham perusahaan dibeli oleh pihak manajemen perusahaan atau
oleh investor lain dengan memanfaatkan dana pinjaman. Selain
untuk menghindari pengambilalihan paksa, tindakan ini dilakukan
karena berbagai keputusan manajemen unit usaha tertentu tidak
sesuai dengan keseluruhan strategi korporasi atau unit tersebut
hendak dijual untuk memperoleh dana tunai, atau unit bisnis tersebut
sedang memperoleh tawaran harga yang atraktif. Sebuah LBO
mengubah perusahaan menjadi pribadi (private, tidak publik). Pada
saat ini aktivitas LBO menjadi bisnis yang menarik karena
perusahaan yang telah dibeli tersebut (biasanya setelah disehatkan)
dapat dijual kembali bagian per bagian untuk memperoleh
keuntungan yang lebih besar, bahkan terkadang dengan harga
premium. Bank yang bergerak di efens ini biasa disebut sebagai
merchant banking.
37
Namun demikian, perlu dicermati bahwa perusahaan yang dibeli
investor secara LBO harus lebih hati-hati. Kehati-hatian tersebut erat
kaitannya dengan peluang menjual kembali perusahaan tersebut
dengan harga premium atau menjadikan perusahaan tersebut
sebagai “sapi perahan” untuk membayar kembali utang yang
digunakan untuk LBO atau untuk membiayai kebutuhan dana segar
di bidang lainnya.
6. Analisis dan Pemilihan Strategi
Tujuan pemilihan strategi adalah untuk menjamin ketepatan pencapaian
sasaran. Suatu rancangan strategi dapat dipilih untuk menutup kesenjangan
dalam mencapai sasaran. Analisis dan pemilihan strategi mencoba untuk
menentukan alternatif tindakan yang dapat memungkinkan mencapai misi dan
tujuan organisasi dengan cara terbaik.
Penyusunan strategi tidak pernah memikirkan seluruh alternatif yang layak
dan dapat bermanfaat bagi organisasi karena tidak terbatasnya tindakan yang
mungkin dilakukan. Serangkaian alternatif strategi yang paling menarik yang dapat
dikelola harus dikembangkan. Manfaat, keterbatasan dan biaya dari strategi harus
ditentukan. Proses identifikasi dan evaluasi alternatif strategi harus lmelibatkan
unsur manajer dan karyawan yang sebelumnya mengembangkan pernyataan visi
dan misi organisasi.
Menurut Fred R. David (David, 1998), cara menentukan strategi utama
adalah dengan melakukan tiga tahapan kerangka kerja denga matriks sebagai
38
model analisisnya. Perangkat atau alat yang berbentuk matriks-matriks itu telah
sesuai dengan segala ukuran dan tipe organisasi perusahaan, sehingga alat
tersebut dapat dipakai unutk membantu para ahli strategi dalam mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan memilih startegi-strategi yang paling tepat.
Gambar 4: Kerangka Kerja Analisis Perumusan Strategi (David, 2011)
Tahap 1 dari kerangka kerja perumusan strategi kerja perumusan
startegi ini trdiri dari tiga macam matriks, yaitu EFE Matrix, IFE Matrix,
dan CP Matrix. Ketiga matrix ini disebut juga sebagai input stage,
karena ia bertugas menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan
untuk merumuskan strategi-strategi.
Tahap 2 disebut sebagai matching stage, berfokus pada pembangkitan
startegi-startegi alternatif yang dapat dilaksanakan melalui
penggabungan faktor eksternal dan internal yang utama. Teknik-teknik
apada tahap 2 ini mencakup TOWS/SWOT Matrix, SPACE Matrix, BCG
Matrix, IE Matrix, dan Grand Strategy Matrix.
Tahap 3 disebut sebagai decision stage, hanya terdiri dari suatu teknik
yaitu Quantitative Startegic Planning Matrix (QSPM). QSPM ini
39
menggunakan input informasi dari tahap 1 untuk mengevaluasikan
secara objektif strategi-strategi alternatif hasil dari tahap 2 yang dapat
diimplementasikan, sehingga ia memberikan sutu basis objektif bagi
pemilihan strategi-strategi yang paling tepat.
B. Keunggulan Kompetitif (Competitive Advantage)
Keunggulan kompetitif adalah sesuatu yang dimiliki oleh sebuah
perusahaan tetapi tidak dimiliki oleh perusahaan pesaing. Hal inilah yang
menjadikan sebuah perusahaan memperoleh kesuksesan jangka panjang dan
terjaminnya kelangsungan hidup perusahaan (Kuncoro, 2006).
Mendapatkan dan mempertahankan keunggulan kompetitif merupakan hal
dasar yang perlu dilakukan oleh manajemen perusahaan sehingga strategi yang
nantinya dirumuskan perusahaan memang berhasil membawa perusahaan
kepada kesuksesan.
Ada tiga alternatif model untuk mendapatkan keunggulan kompetitif
(Kuncoro, 2006), yaitu:
1. Model Organisasi-Industri (Industrial-Organization = I/O)
Model ini memfokuskan pada struktur industri atau daya tarik lingkungan
eksternal, bukan pada karakteristik internal perusahaan. Oleh karena
itu, untuk mendapatkan keunggulan kompetitif yang tepat, perusahaan
harus lebih memperdalam analisanya terhadap lingkungan eksternal.
Untuk mempertahankan keunggulan kompetitif harus selalu mengikuti
perkembangan lingkungan eksternal.
40
2. Model berbasis sumber daya (Resource-Based View = RBV)
Model ini memfokuskan pada pengembangan atau perolehan sumber
daya dan kapabilitas yang berharga serta sulit ditiru oleh pesaing.
Perusahaan harus memperdalam analisanya terhadap lingkungan
internal jika ingin mendapatkan keunggulan kompetitif. Begitu juga jika
ingin mempertahankannya, perusahaan harus memperkuat internal
perusahaan sehingga keunggulan kompetisi perusahaan tetap terjaga.
3. Model Gerilya (Geurilla)
Model ini lebih menekankan bahwa para pembuat keputusan strategi
memahami bahwa lingkungan eksternal begitu kacau dengan
perubahan yang begitu cepat dan radikal sehingga dapat mengganggu
keunggulan kompetitif yang tercipta. Oleh karena itu, model ini
mengajak pembuat keputusan untuk berfikir berapa lama keunggulan
kompetitif yang dimiliki perusahaan. Untuk mempertahankan
keunggulan kompetitifnya, perusahaan harus bisa memprediksi
perubahan-perubahan yang terjadi.
Pada tahap selanjutnya, keunggulan kompetisi ini akan menjadi value bagi
sebuah perusahaan. Bagi sebagian perusahaan, value ini akan dijadikan value
statement yang disebarluaskan kepada masyarakat dan juga sebagai dasar
perilaku bagi manajemen dan karyawan perusahaan. Value ini juga dapat
digunakan sebagai pemersatu perusahaan sekaligus bisa digunakan sebagai
daya jual perusahaan.
41
Tabel 2: Perbandingan Pendekatan Model I/O, Resource-Based danGerilya (Kuncoro, 2006)
I/O Resorce-Based Gerilya
KeunggulanKompetitif
Positioning dalam
industri
Memiliki aset dan
kapabilitas perusahaan
yang khas
Sementara
PenentuProfitabilitas
Karakteristik
industri; posisi
perusahan dalam
industri
Jenis, jumlah dan nature
sumber daya
perusahaan
Kemampuan untuk
berubah dan mengejutkan
pesaing dengan tindakan
stratejik
FokusLingkungan
Eksternal Internal Eksternal dan internal
PerhatianUtama
Persaingan Sumber daya
kompetensi
Situasi yang terus berubah
secara radikal
PilihanStrategik
Memilih industri
yang menarik; posisi
yang sesuai
Mengembangkan
sumber daya dan
kapabilitas yang khas
Menyesuaikan diri dengan
perubahan yang cepat dan
terjadi secara berulang;
mengejutkan pesaing
C. Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) adalah suatu
metode inventarisasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
kompetitivitas lingkungan yang didasarkan pada:
S = Strength atau Kekuatan (bagian dari faktor-faktor internal perusahaan)
W = Weakness atau Kelemahan (bagian dari faktor-faktor internal
perusahaan)
O = Opportunities atau Peluang (bagian dari faktor-faktor eksternal
perusahaan)
T = Thread atau Ancaman (bagian dari faktor-faktor eksternal perusahaan)
42
Kekuatan adalah efensiv atau faktor-faktor internal seperti teknologi yang
dimiliki perusahaan, misalnya sumberdaya manusia (karyawan dan manajemen),
sistem, maupun modal, yang mampu menjadikan perusahaan memiliki
keunggulan tertentu. Paling tidak, faktor tersebut menjadi penentu utama untuk
mempertahankan atau kalau bisa mengembangkan-kinerja perusahaan.
Kelemahan adalah faktor yang menyebabkan perusahaan tidak mampu
mengerjakan sesuatu yang ternyata dapat dikerjakan dengan baik dan atau lebih
murah oleh pesaingnya. Faktor ini dianalisis dapat menyebabkan penurunan
kinerja perusahaan.
Peluang dan Ancaman adalah faktor-faktor yang berasal dari luar
perusahaan, misalnya: ancaman dominan dalam efensiv, kekuatan dan
dorongan persaingan dalam efensiv, faktor penyebab perubahan aktivitas
pesaing, Faktor yang menentukan keberhasilan untuk bersaing dalam daya tarik
efensiv.
Untuk menginventarisasi empat faktor internal dan eksternal ini, maka
dapat digunakan matriks dalam pengelompokannya sebagai berikut:
43
Gambar 5: Model pemetaan analisis SWOT
Matriks SWOT juga merupakan sebuah alat pencocokan yang penting pada
tahap pencocokan (matching stage) pada tahapan perumusan strategi. Matriks ini
membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi:
a. Strategi SO ( kekuatan peluang)
SO memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik
keuntungan dari peluang eksternal. Jika perusahaan memiliki
kelemahan besar, maka perusahaan akan berjuang untuk mengatasinya
dan mengubahnya menjadi kekuatan.
b. Strategi WO (kelemahan-peluang)
WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara
mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Terkadang, peluang
muncul, tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang
menghalanginya memenfaatkan peluang tersebut.
44
c. Strategi ST (kekuatan-ancaman)
ST menggunakan kekuatan sebuah perusahaan untuk menghindari atau
mengurang dampak ancaman eksternal. Hal ini bukan berarti bahwa
suatu organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman secara
langsung di dalam lingkungan eksternal.
d. Strategi WT (kelemahan-ancaman)
SW merupakan teknik efensive yang diarahkan untuk mengurangi
kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal.
Di bawah ini diuraikan tentang posisi perusahaan berdasarkan matriks
SWOT dan kemungkinan-kemungkinan strategi yang dapat dipilih perusahaan.
Tabel 3: Matriks Analisis SWOT (Kuncoro, 2006 dan David, 1998)
KEKUATAN1.2.3.Dst
KELEMAHAN1.2.3.Dst
PELUANG1.2.3.Dst
Strategi SOGunakan semua kekuatanyang dimiliki untukmemanfaatkan peluang yangada.
STRATEGI EKSPANSI(Diversifikasi, Integrasi,Kombinasi)
Strategi WOAtasi semua kelemahandengan memanfaatkan semuapeluang yang ada.
STRATEGI KONSOLIDASI(Kooperatif, Berkembang,Kombinasi
ANCAMAN1.2.3.Dst
Strategi STGunakan semua kekuatanuntuk menghindar semuaancaman.
STRATEGI KONSOLIDASI(Kooperatif, Berkembang,Kombinasi)
Strategi WTTekan semua kelemahan dancegah semua ancaman.
STRATEGI LIKUIDASI(Bertahan/Difensif)
45
Terdapat delapan langkah dalam membentuk sebuah matriks SWOT:
1. Buat daftar peluang-peluang eksternal utama perusahaan
2. Buat daftar ancaman-ancaman eksternal utama perusahaan
3. Buat daftar kekuatan-kekuatan internal utama perusahaan
4. Buat daftar kelemahan-kelemahan internal utama perusahaan
5. Cocokkan kekuatan internal dan peluang eksternal dan catat hasilnya
pada sel strategi SO
6. Cocokkan kelemahan internal dan peluang eksternal dan catat hasilnya
pada sel strategi WO
7. Cocokkan kekuatan internal dan ancaman eksternal dan catat hasilnya
pada sel strategi ST
8. Cocokkan kelemahan internal dan ancaman eksternal dan catat
hasilnya pada sel strategi SO
D. Analisis AHP
1. Pengertian AHP (Analytical Hierarchy Process)
Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) merupakan salah satu metode
pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor logika, intuisi,
pengalaman, pengetahuan, emosi dan rasa dioptimasi dalam suatu proses yang
sistematis, serta mampu membandingkan secara berpasangan hal-hal yang tidak
dapat diraba maupun yang dapat diraba, data kuantitatif maupun yang kualitatif.
46
Metode AHP ini mulai dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli
matematika yang bekerja pada University of Pittsburgh di Amerika Serikat pada
awal tahin 1970-an. Pada perkembangannya, AHP dapat memecahkan masalah
kompleks atau tidak berkerangka dengan aspek atau kriteria yang cukup banyak.
Kompleksitas ini disebabkan oleh struktur masalah yang belum jelas,
ketidakpastian persepsi pengambilan keputusan, serta ketidakpastian tersedianya
atau bahkan tidak ada sama sekali data statistik yang akurat.
Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor
atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Menurut Saaty dalam
Syaifullah (2010), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah
permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level
pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan
seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu
masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang
kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan
tampak lebih terstruktur dan sistematis. AHP sering digunakan sebagai metode
pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan
sebagai berikut :
1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih,
sampai pada subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
47
3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan
keputusan.
2. Kelebihan dan Kelemahan AHP
Layaknya sebuah metode analisis, AHP pun memiliki kelebihan dan
kelemahan dalam sistem analisisnya. Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah :
1. Kesatuan (Unity)
AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi
suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami.
2. Kompleksitas (Complexity)
AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan
sistem dan pengintegrasian secara deduktif.
3. Saling ketergantungan (Inter Dependence)
AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas
dan tidak memerlukan hubungan linier.
4. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring)
AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan
elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level
berisi elemen yang serupa.
5. Pengukuran (Measurement)
AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan
prioritas.
48
6. Konsistensi (Consistency)
AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang
digunakan untuk menentukan prioritas.
7. Sintesis (Synthesis)
AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa
diinginkannya masing-masing alternatif.
8. Trade Off
AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem
sehingga orang mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan
mereka.
9. Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus)
AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi
menggabungkan hasil penilaian yang berbeda.
10.Pengulangan Proses (Process Repetition)
AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu
permasalahan dan mengembangkan penilaian serta pengertian mereka
melalui proses pengulangan.
Sedangkan kelemahan metode AHP adalah sebagai berikut:
1. Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini
berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan
subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli
tersebut memberikan penilaian yang keliru.
49
2. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara
statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model
yang terbentuk.
3. Tahapan AHP
Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut (Syaifullah,
2010) :
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita
pecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang
ada kita coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah
tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi
tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya.
2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama.
Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun
level hirarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok
untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan
menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang
berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin
diperlukan).
3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau
kriteria yang setingkat di atasnya.
50
Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat
untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin
dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu
menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan
pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda
dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan
dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan
menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah
kriteria dari level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian dari level
di bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya
E1,E2,E3,E4,E5.
4. Melakukan Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga
diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah,
dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan.
Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari
1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu
elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan
dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah
terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen.
Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan
elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan perbandingan
51
berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty bisa dilihat
di bawah.
1 = Kedua elemen sama pentingnya, dua elemen mempunyai pengaruh
yang sama besar.
3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang
lainnya, pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen
dibandingkan elemen yang lainnya.
5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, pengalaman
dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan
elemen yang lainnya.
7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya,
satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek.
9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya, bukti yang
mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat
penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.
2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang
berdekatan, nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2 pilihan
Kebalikan = Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding
dengan aktivitas j , maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding
dengan i
5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya.
Jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.
6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
52
7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan
yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas
elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan.
Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom
dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang
bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan
menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan
jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.
8. Memeriksa konsistensi hirarki.
Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index
konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati
sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid.
Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi
diharapkan kurang dari atau sama dengan 10%.
4. Prinsip Dasar dan Aksioma AHP
AHP didasarkan atas 3 prinsip dasar yaitu:
1. Dekomposisi
Dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi
bagian-bagian secara hierarki. Tujuan didefinisikan dari yang umum
sampai khusus. Dalam bentuk yang paling sederhana, struktur akan
dibandingkan ke dalam tujuan, kriteria dan level alternatif. Tiap
himpunan alternatif mungkin akan dibagi lebih jauh menjadi tingkatan
53
yang lebih detail, mencakup lebih banyak kriteria yang lain. Level paling
atas dari hirarki merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen. Level
berikutnya mungkin mengandung beberapa elemen, di mana elemen-
elemen tersebut bisa dibandingkan, memiliki kepentingan yang hampir
sama dan tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Jika
perbedaan terlalu besar harus dibuatkan level yang baru.
2. Perbandingan penilaian/pertimbangan (comparative judgments).
Dengan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari
semua elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan skala
kepentingan relatif dari elemen. Penilaian menghasilkan skala penilaian
yang berupa angka. Perbandingan berpasangan dalam bentuk matriks
jika dikombinasikan akan menghasilkan prioritas.
3. Sintesa Prioritas
Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan
prioritas dari kriteria bersangkutan di level atasnya dan
menambahkannya ke tiap elemen dalam level yang dipengaruhi kriteria.
Hasilnya berupa gabungan atau dikenal dengan prioritas global yang
kemudian digunakan untuk memboboti prioritas lokal dari elemen di
level terendah sesuai dengan kriterianya.
AHP didasarkan atas 3 aksioma utama yaitu :
1. Aksioma Resiprokal
Aksioma ini menyatakan jika PC (EA,EB) adalah sebuah perbandingan
berpasangan antara elemen A dan elemen B, dengan memperhitungkan
54
C sebagai elemen parent, menunjukkan berapa kali lebih banyak
properti yang dimiliki elemen A terhadap B, maka PC (EB,EA)= 1/ PC
(EA,EB). Misalnya jika A 5 kali lebih besar daripada B, maka B=1/5 A.
2. Aksioma Homogenitas
Aksioma ini menyatakan bahwa elemen yang dibandingkan tidak
berbeda terlalu jauh. Jika perbedaan terlalu besar, hasil yang
didapatkan mengandung nilai kesalahan yang tinggi. Ketika hirarki
dibangun, kita harus berusaha mengatur elemen-elemen agar elemen
tersebut tidak menghasilkan hasil dengan akurasi rendah dan
inkonsistensi tinggi.
3. Aksioma Ketergantungan
Aksioma ini menyatakan bahwa prioritas elemen dalam hirarki tidak
bergantung pada elemen level di bawahnya. Aksioma ini membuat kita
bisa menerapkan prinsip komposisi hirarki.
5. Aplikasi AHP
Beberapa contoh aplikasi AHP adalah sebagai berikut:
1. Membuat suatu set alternatif
2. Perencanaan
3. Menentukan prioritas
4. Memilih kebijakan terbaik setelah menemukan satu set alternatif
5. Alokasi sumber daya
6. Menentukan kebutuhan/persyaratan
55
7. Memprediksi outcome
8. Merancang sistem
9. Mengukur performa
10.Memastikan stabilitas sistem
11.Optimasi
12.Penyelesaian konflik
56
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif dengan
pendekatan studi kasus, yaitu suatu metode penelitian dimana hasil kesimpulan
hanya berlaku pada obyek kasus penelitian yaitu bagian Process Plant
Engineering.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di bagian Process Plant Engineering PT. Vale
Indonesia Tbk. Sorowako. Penelitian ini rencanya akan dilaksanakan dari bulan
April 2013 sampai data yang diperlukan sudah lengkap diperoleh.
C. Populasi dan Teknik Sampel
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, umumnya berupa orang,
obyek, transaksi atau kejadian, dimana peneliti mempelajari atau menjadikannya
obyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan bagian Process
Plant Engineering, pelanggan dan pihak-pihak yang terkait dengan fungsi bagian
Process Plant Engineering yang seluruhnya berjumlah 40 orang.
57
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang akan digunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah
dengan metode triangulasi yaitu dengan memadukan metode wawancara,
pengamatan (observasi) dan telaah dokumen.
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman wawancara. Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode
wawancara sekaligus bertindak sebagai pemimpin dalam proses wawancara. Dia
pula yang berhak menentukan materi yang akan diwawancarai serta kapan
dimulai dan diakhiri. Informan adalah orang yang diwawancarai yang diperkirakan
menguasai dan memahami data dan informasi serta fakta dari suatu objey
penelitian.
Metode observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data
yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan. Observasi berarti melihat dan mendengarkan apa yang dilakukan
dan diperbincangkan para informan dalam aktivitas keseharian terutama yang
berkaitan dengan objek penelitian.
Data sekunder diperoleh melalui telaah dokumen, yaitu suatu teknik
pengumpulan data dengan mencari data melalui dokumen-dokumen atau catatan-
catatan baik yang ada di PT. Vale Indonesia Tbk. ataupun dari lembaga/institusi
lain yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Selain itu juga dilakukan
58
dalam bentuk studi kepustakaan dengan cara membaca literature, jurnal, bahan
kuliah ataupun hasil penelitian lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
E. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini, data yang diperoleh akan dianalisis dengan tahapan-
tahapan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi faktor-faktor internal yang akan menjadi kekuatan dan
kelemahan untuk mengembangkan bagian Process Plant Engineering.
b. Mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang akan menjadi peluang dan
ancaman untuk mengembangkan bagian Process Plant Engineering.
c. Mengevaluasi faktor-faktor internal dan eksternal dengan menggunakan
analisis SWOT.
d. Menyusun diagram hirarki bobot prioritas SWOT untuk kepentingan AHP.
e. Menentukan alternatif-alternatif strategi.
f. Menghitung kepentingan relatif dari alternatif strategi terhadap faktor SWOT
dengan metode AHP.
g. Menentukan prioritas strategi dari hasil perhitungan AHP.
59
Gambar 6: Bagan alir tahapan penelitian dengan kombinasi SWOT-AHP
60
Tahapan pembobotan dalam AHP mengacu ke tahapan berikut:
Gambar 7: Tahapan pembobotan dalam AHP
Tahap 1: Penyusunan hirarki pembuatan keputusan/kuisioner
Uji AHP diawali dengan menyusun hirarki yaitu tujuan (goal), faktor, sub-
faktor dan sub-sub-faktor kemudian dijabarkan menjadi sebuah kuisioner yang
dalam penelitian ini dinamakan kuisioner dengan menggunakan skala Saaty.
Tahap 2 dan 3: Tabulasi data dan Geomean
Setelah proses pengisian kuisioner dalam model AHP, dilakukan tabulasi
data kemudian dilanjutkan dengan menghitung nilai rata-rata geometrik.
Tahap 4: Pembobotan kriteria (pairwise comparison)
Tiap kriteria akan dibandingkan secara berpasangan terhadap kriteria
lainnya berdasarkan hasil kuisioner yang telah menggunakan skala Saaty. Nilai
pembobotan ini akan diinput ke dalam program computer Expert Choice 9 untuk
proses pengolahan selanjutnya.
61
Tabel 4: Skala pengisian matriks perbandingan berpasangan (Saaty,2008)
PERBANDINGAN NILAI PERBANDINGAN NILAI
Bila A sama penting dengan B 1 Bila B sama penting dengan A 1
Bila A sedikit lebih penting dari B 3 Bila B sedikit lebih penting dari A 1/3
Bila A jelas lebih penting dari B 5 Bila B jelas lebih penting dari A 1/5
Bila A sangat jelas lebih penting dari
B7
Bila B sangat jelas lebih penting
dari A1/7
Bila A mutlak lebih penting dari B 9 Bila B mutlak lebih penting dari A 1/9
Nilai-nilai skala genap (2,4,6,8 atau ½, ¼, 1/6, 1/8) khususnya diberikan untuk nilai skala
pembanding yang nilainya berada di antara dua nilai pembanding ganjil berurutan.
Misalnya pada kasus A dibandingkan dengan B, nilai A sedikit lebih penting hingga jelas
lebih penting dibandingkan B, maka nilai skala pembanding yang diberikan antara 3 dan 5
yaitu 4, atau ¼ jika sebaliknya.
Tahap 5: Pengolahan data untuk mencari prioritas kriteria
Jawaban kuisioner akan diolah dengan metode AHP yang berbasis pada
program komputer Expert Choice 9. Program ini merupakan program siap pakai
yang disusun oleh Expert Choice Inc. Hasil pengolahan data akan menunjukkan
prioritas dari tiap kriteria.
Tahap 6: Rasio Inkonsistensi
Uji konsistensi perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat konsistensi dari
data yang digunakan. Menurut Goroner et al. (Goroner, Ali et al., 2012), batas
maksimum rasio inkonsistensi yang diperbolehkan adalah 0,1. Jika nilai rasio
inkonsistensi lebih besar dari 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada
matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten. Sehingga pengisian nilai-nilai pada
matriks berpasangan tersebut harus diulang. Formulasi perhitungan rasio
inkonsistensi pada penelitian ini tidak diulas karena program Expert Choice telah
62
menyediakan nilai rasio inkonsistensi tersebut sehingga secara cepat dan tepat
dapat digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan.
Kombinasi faktor SWOT-AHP adalah suatu penggunaan struktur hirarki
untuk proses perencanaan strategis berdasarkan studi SWOT, serta adanya
penggunaan teknik kuantitatif untuk memperkirakan nilai efisiensi strategi ideal
untuk masing-masing strategi yang diusulkan (Osuna and Aranda, 2007).
Struktur hirarki tersusun atas empat tingkat yaitu tingkat pertama adalah
tujuan yang harus dicapai, tingkat kedua adalah terdiri atas empat kelompok faktor
SWOT yaitu kekuatan (S), kelemahan (W), peluang (O) dan ancaman (T), tingkat
ketiga adalah sub-faktor yang termasuk dalam anggota dari empat kelompok dari
tingkat SWOT sebelumnya dan tingkat keempat adalah strategi yang akan
dievaluasi dan dibantingkan. Gambar representasi hirarki seperti terlihat pada
gambar di bawah.
Gambar 8: Representasi hirarki dari kombinasi SWOT-AHP (Osuna andAranda, 2007)
63
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
1. Profil Perusahaan
PT Vale Indonesia Tbk. adalah perusahaan yang berfokus pada
pertambangan dan pengolahan bijih nikel di dalam area kontrak karya (Sorowako
dan sekitarnya) dengan teknologi yang aman dan menghasilkan produk nikel yang
berkualitas tanpa merusak lingkungan dan potensi daerah yang sudah ada.
PT. Vale Indonesia, Tbk. sebelumnya lebih dikenal dengan PT.
International Nickel Indonesia Tbk. atau disingkat PT. INCO Tbk. yang merupakan
perusahaan penanaman modal asing (PMA) dari Vale Canada (sebelumnya
dikenal sebagai Inco Limited) yang mendapatkan izin usaha dari pemerintah
Indonesia untuk melakukan eksplorasi, kegiatan penambangan, pengolahan dan
produksi nikel dengan luas konsesi 190.000 hektar di Pulau Sulawesi dan
berpusat di Sorowako, Sulawesi Selatan. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 1968
yang perjanjian Kontrak Karyanya (KK) dilakukan dengan pemerintah Indonesia.
Perusahaan ini telah menandatangani perjanjian KK pertama dengan pemerintah
pada 27 Juli 1968. Lalu pada 15 Januari 1996, dilanjutkan penandatanganan
perjanjian modifikasi dan perpanjangan kontrak awal KK, yang berlaku mulai 1
April 2008 sampai 28 Desember 2025.
64
Gambar 9: Luas kontrak karya PT. Vale Indonesia Tbk.
Sejak bulan Pebruari 2012, PT. Inco Tbk. telah melakukan program
rebranding dengan mengubah nama dan logo menjadi PT. Vale Indonesia Tbk.
sebagai bagian dari salah satu anak perusahaan korporat Vale di Brasil, industri
tambang terkemuka yang ikut diperhitungkan di antara jajaran eksportir bahan
tambang yang lain. Perubahan nama dan logo juga diimbangi dengan perubahan
visi, misi dan nilai sebagai bagian dari semangat yang baru yang diadopsi dari visi,
misi dan nilai dari perusahaan korporat.
Adapun visi, misi dan nilai global dari PT. Vale Indonesia Tbk. adalah
sebagai berikut:
65
a. Visi PT. Vale Indonesia
Menjadi perusahaan sumber daya alam berskala global terbaik dalam
hal menciptakan nilai jangka panjang melalui kinerja yang unggul dan
kepedulian kepada kemanusiaan.
b. Misi PT. Vale Indonesia
Mengubah sumber daya alam menjadi kesejahteraan dan
pembangunan berkelanjutan.
c. Nilai-nilai PT. Vale Indonesia
1. Kehidupan adalah hal terpenting (Life matters most)
2. Menghargai karyawan kami (Value our people)
3. Menjaga planet kita (Prize our planet)
4. Lakukan hal yang benar (Do what is right)
5. Bersama-sama menjadi lebih baik (Improve together)
6. Mewujudkan tujuan (Make it happen)
Kegiatan utama operasional PT. Vale Indonesia mencakup kegiatan
penambangan dan pemrosesan.
2. Kegiatan Penambangan
Kegiatan ini dilakukan oleh departemen mining didahului dengan eksplorasi
dan pemetaan lokasi-lokasi dengan kadar bijih nikel yang relatif baik dan sesuai
untuk ditambang. Kemudian oleh tim operasional mining melakukan kegiatan
pengupasan dan penggalian lapisan terluar dari tanah untuk mencapai ke dalam
lapisan tanah dan bebatuan yang mengandung bijih nikel. Penambangan
66
semacam ini disebut dengan open pit mining atau penambangan terbuka.
Kegiatan penambangan terbuka dinilai memiliki keuntungan lebih mudah selain
risikonya lebih rendah dibandingan penambangan tertutup di dalam terowongan di
bawah tanah. Setelah bijih nikel diambil, kemudian disaring dengan ukuran
tertentu yang diterima di stasiun penyaringan (screening station) lalu kemudian
disalurkan ke penampungan basah (stock pile). Adapun perawatan dan
pemeliharaan peralatan berat utama dan penunjang penambangan juga dilakukan
di dalam bagian ini.
Gambar 10: Aktivitas penambangan terbuka di PT. Vale Indonesia Tbk.
3. Kegiatan Pemrosesan
Kegiatan pemrosesan ini dilakukan oleh departemen process plant
didahului dengan pengangkutan bijih nikel dari penampungan basah menuju ke
tiga fasilitas pengeringan (ore dryer) agar kadar air dalam bahan baku yang
mengandung bijih nikel mencapai 19-20%, lalu disimpan di gudang penyimpanan
67
yang disebut DOS (Dried Ore Storage). Dari gudang inilah kemudian bahan baku
akan mengalami tahap pemrosesan yang lebih mutakhir dan kompleks, yang
didahului dengan pemasokan bahan baku (ore) menuju ke lima fasilitas bejana
reduksi berputar (reduction kiln) dimana bahan baku akan dilanjutkan pemrosesan
pemanasan (penghilangan kadar air, bahkan kadar kristal air pun harus
ditiadakan) dan dilakukan reaksi pengikatan besi dan nikel dengan oksida dengan
pencampuran batu bara serta belerang. Keluar dari fasilitas ini, bahan baku
kemudian menjadi bahan setengah jadi yang disebut kalsin (calcine) yang akan
ditransportasikan melalui fasilitas CTS (Calcine Transfer System) menuju ke
empat fasilitas tungku peleburan listrik (electric furnace), di sini peleburan kalsin
dilakukan sampai pada titik lelehnya sekitar 1500-1700°C. Dengan perbedaan
berat jenis, material cair yang mengandung besi akan lebih ringan dan berada di
lapisan atas akan dibuang sementara material cair yang mengandung nikel akan
mengendap di dasar tungku untuk diproses lebih lanjut menuju ke tiga fasilitas
konverter. Di konverter, material cair akan diproses dengan penambahan silika
dan skrap untuk pememurnian, dan selanjutnya digranulasikan dengan menuang
logam nikel cair ke saluran air bertekanan. nikel granular yang dihasilkan
berbentuk seperti pasir halus dan disebut nickel matte tingkat menengah yang
mengandung rata-rata 78% nikel dan 20% belerang. Seluruh produksi Vale
Indonesia ini dikirim ke Jepang yang dilakukan di bawah kontrak jangka panjang.
Berapa pun hasilnya tetap akan diterima oleh Sumitomo Corp., sebuah
perusahaan logam dasar terbesar di Jepang untuk kembali dimurnikan sebagai
bahan dasar pembuatan baja tahan karat.
68
Gambar 11: Kompleks fasilitas pemrosesan nikel di PT. Vale Indonesia Tbk.
4. Profil Bagian Process Plant Engineering
Selain kedua departemen utama di atas, departemen lain di PT. Vale
Indonesia juga ada yang mengemban tugas sebagai departemen layanan dan
penunjang, seperti Maintenance & Utilities (MU), Operation Excellence (OE),
Engineering Technical Development System (ETDS), Human Resource &
Corporate Services (HRCS), External Relation dll.
Process Plant Engineering PT. Vale Indonesia Tbk. adalah bagian dari
departemen Maintenance & Utilities (MU) yang berfokus pada pelayanan jasa
rekayasa teknik untuk menunjang proses pengolahan bijih nikel di area process
plant Sorowako agar berlangsung dengan aman, efisien dan menghasilkan produk
nikel yang berkualitas.
69
Bagian ini menerjemahkan visi, misi dan nilai perusahaan dalam kerangka
kerja jangka pendek dan jangka panjang berbasis proyek-proyek operasional &
kapital serta dukungan teknis terhadap kelancaran kegiatan operasional &
peralatan fasilitas pabrik melalui sistem-sistem terpadu dalam pemenuhan
kelancaran produksi.
Adapun visi dan misi bagian Process Plant Engineering (PPE) sendiri
adalah sebagai berikut:
a. Visi PPE
Menjadi divisi rekayasa teknik terbaik di lingkup Vale Global yang
mampu menunjang proses produksi nikel melalui keunggulan kinerja
dan kepedulian terhadap manusia dan alam
b. Misi PPE
Memberikan jasa rekayasa teknik di area process plant dengan
keunggulan kualitas, waktu, ketelitian dan biaya yang efisien.
Tugas pokok dari bagian Process Plant Engineering ini adalah memberikan
pelayanan jasa rekayasa teknik untuk menunjang proses pengolahan bijih nikel di
area Process Plant agar berlangsung dengan aman, efisien dan menghasilkan
produk nikel yang berkualitas. Layanan jasa rekayasa teknik tersebut dapat
dibedakan dalam tiga bagian utama yaitu:
a. Layanan jangka panjang dalam bentuk proyek-proyek kapital seperti
pemasangan fasilitas baru, peningkatan kapasitas peralatan produksi
dan proyek-proyek sejenis yang membutuhkan dana di atas USD
10,000 dan membutuhkan waktu penyelesaian 1 tahun atau lebih.
70
b. Layanan jangka menengah dalam bentuk proyek-proyek operasional
seperti modifikasi terhadap fasilitas yang ada saat ini untuk lebih
meningkatkan kinerja dan meningkatkan keamanan operasi serta
proyek-proyek sejenis yang membutuhkan dana di bawah USD 10,000
dan membutuhkan waktu penyelesaian kurang dari 1 tahun.
c. Layanan jangka pendek dalam bentuk bantuan teknis ataupun analisis
terhadap permasalahan yang terjadi pada suatu fasilitas produksi.
Adapun struktur organisasi di bagian Process Plant Engineering secara
sederhana dapat dilihat pada bagan di bawah.
Gambar 12: Struktur organisasi Process Plant Engineering
B. Deskripsi Responden
Informan dalam penelitian ini dipilih secara purposive, yaitu disesuaikan
dengan tujuan penelitian. Responden yang diambil sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian yaitu terdiri dari karyawan Process Plant
71
Engineering, pelanggan dan pihak-pihak yang terkait dengan fungsi bagian
Process Plant Engineering yang seluruhnya berjumlah 40 orang.
Data-data responden terangkum dalam grafik-grafik di bawah ini.
Gambar 13: Grafik lama bekerja responden di PT. Vale Indonesia Tbk.
Gambar 14: Grafik lama berinteraksi responden dengan PPE
72
Gambar 15: Grafik pendidikan terakhir responden
Gambar 16: Grafik departemen tempat bekerja responden
73
Gambar 17: Grafik jabatan responden saat ini
C. Hasil Penelitian
1. Komponen dan Faktor-Faktor SWOT
Sesuai dengan tujuan penelitian dan berdasarkan penelusuran pustaka
maka faktor-faktor yang mempengaruhi strategi Process Plant Engineering
menggunakan analisis SWOT yang mencakup analisis lingkungan internal dan
lingkungan eksternal. Faktor internal yakni semua yang merupakan kekuatan
(strength) dan kelemahan (weakness) dalam organisasi PPE, sedangkan faktor
eksternal yakni semua yang menjadi peluang (opportunity) dan ancaman (threat).
Hasil dari wawancara mendalam dan diskusi dengan pihak manajemen
terhadap analisis faktor-faktor yang mempengaruhi strategi PPE dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
74
Tabel 5: Komponen dan faktor-faktor SWOT strategi di PPE
FaktorInternal
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
S1.Staf memiliki reputasi kuat.
S2.Pendapatan rata-rata tahunan
para staf cukup bersaing dengan
perusahaan sejenis.
S3.Wadah untuk mengaplikasikan
teknologi baru dan
mengembangkan diri secara
internal.
S4.Spesifikasi, standar dan aturan
sebagai referensi kerja cukup
lengkap.
W1. Pelatihan keteknikan dan
pengakuan keahlian teknik
minim.
W2. Koordinasi antar disiplin ilmu
kurang.
W3. Penilaian kinerja dipengaruhi
faktor subyektifitas.
W4. Tingginya potensi laju
pergantian (turnover) karyawan.
FaktorEksternal
Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat)
O1.Keterlibatan dalam proyek
besar.
O2.Penerapan teknologi baru.
O3.Penggunaan anggaran proyek
untuk biaya operasional.
O4.Potensi pengembangan
leadership.
T1. Harga nikel memburuk.
T2. Prioritas dan jumlah pekerjaan
mudah berubah.
T3. Jumlah proyek melebihi
kemampuan sumber daya.
T4. Banyak perusahaan lain
membutuhkan tenaga
berpengalaman.
T5. Penghargaan dan pelayanan buat
staf dan keluarga kurang
memuaskan.
2. Analisis AHP
Berdasarkan faktor-faktor SWOT di atas maka disusun hirarki AHP yang
mencakup faktor-faktor SWOT dan alternatif strategi seperti terlihat pada gambar
di bawah.
75
Gambar 18: Struktur hirarki dari strategi PPE dengan kombinasi SWOT-AHP
Struktur hirarki di atas merupakan dasar analisis penentuan perbandingan
kepentingan antar faktor SWOT dan alternatif strategi yang akan diolah dengan
menggunakan program expert choice v.9.
a. Faktor Kekuatan (Strength)
Dari hasil perhitungan analisis kinerja lingkungan internal dan perbandingan
tingkat kepentingan secara berpasangan antar faktor kekuatan dengan
menggunakan metode AHP maka dihasilkan bobot nilai seperti pada diagram di
bawah.
Dari hasil perhitungan AHP menggunakan program expert choice v.9
menunjukkan bahwa rasio inkonsistensi untuk analisis faktor kekuatan adalah
sebesar 0,05 berarti nilai perbandingan berpasangan yang digunakan konsisten
sehingga hasil perhitungan AHP dapat diterima.
76
Gambar 19: Diagram tingkat bobot kepentingan faktor-faktor kekuatan PPE
Dari diagram di atas menunjukkan bahwa faktor pendapatan rata-rata
tahunan para staf cukup bersaing dengan perusahaan sejenis merupakan
kekuatan (strength) Process Plant Engineering yang tertinggi dengan bobot 0,343,
kemudian diikuti oleh faktor staf memiliki reputasi kuat berbobot 0,243, wadah
untuk mengaplikasikan teknologi baru dan mengembangkan diri secara internal
berbobot 0,243 sedangkan faktor spesifikasi, standar dan aturan sebagai referensi
kerja cukup lengkap memiliki bobot terendah yaitu 0,172.
b. Faktor Kelemahan (Weakness)
Dari hasil perhitungan analisis kinerja lingkungan internal dan perbandingan
tingkat kepentingan secara berpasangan antar faktor kelemahan dengan
menggunakan metode AHP maka dihasilkan bobot nilai seperti pada diagram di
bawah.
77
Gambar 20: Diagram tingkat bobot kepentingan faktor-faktor kelemahanPPE
Dari hasil perhitungan AHP menggunakan program expert choice v.9
menunjukkan bahwa rasio inkonsistensi untuk analisis faktor kekuatan adalah
sebesar 0,02 berarti nilai perbandingan berpasangan yang digunakan konsisten
sehingga hasil perhitungan AHP dapat diterima.
Dari diagram di atas menunjukkan bahwa faktor pelatihan keteknikan dan
pengakuan keahlian teknik yang minim merupakan kelemahan (weakness)
Process Plant Engineering tertinggi dengan bobot 0,298, kemudian diikuti oleh
faktor tingginya potensi laju pergantian (turnover) karyawan memiliki bobot 0,246,
koordinasi antar disiplin ilmu kurang memiliki bobot 0,246 sedangkan faktor
penilaian kinerja dipengaruhi faktor subyektifitas memiliki bobot terendah yaitu
0,210.
78
c. Faktor Peluang (Opportunity)
Dari hasil perhitungan analisis kinerja lingkungan eksternal dan
perbandingan tingkat kepentingan secara berpasangan antar faktor peluang
dengan menggunakan metode AHP maka dihasilkan bobot nilai seperti pada
diagram di bawah.
Gambar 21: Diagram tingkat bobot kepentingan faktor-faktor peluang PPE
Dari hasil perhitungan AHP menggunakan program expert choice v.9
menunjukkan bahwa rasio inkonsistensi untuk analisis faktor kekuatan adalah
sebesar 0,05 berarti nilai perbandingan berpasangan yang digunakan konsisten
sehingga hasil perhitungan AHP dapat diterima.
Dari diagram di atas menunjukkan bahwa faktor kesempatan terlibat dalam
proyek besar adalah faktor peluang (opportunity) Process Plant Engineering yang
paling besar dengan bobot 0,372 kemudian diikuti oleh faktor potensi
pengembangan leadership dengan bobot 0,241 dan faktor penerapan teknologi
79
baru dengan bobot 0,234 sedangkan faktor penggunaan anggaran proyek untuk
membiayai belanja operasional memiliki bobot terendah yaitu 0,153.
d. Faktor Ancaman (Threat)
Dari hasil perhitungan analisis kinerja lingkungan eksternal dan
perbandingan tingkat kepentingan secara berpasangan antar faktor ancaman
dengan menggunakan metode AHP maka dihasilkan bobot nilai seperti pada
diagram di bawah.
Gambar 22: Diagram tingkat bobot kepentingan faktor-faktor ancaman PPE
Dari hasil perhitungan AHP menggunakan program expert choice v.9
menunjukkan bahwa rasio inkonsistensi untuk analisis faktor kekuatan adalah
sebesar 0,01 berarti nilai perbandingan berpasangan yang digunakan konsisten
sehingga hasil perhitungan AHP dapat diterima.
80
Dari diagram di atas menunjukkan bahwa faktor harga nikel yang
memburuk merupakan faktor ancaman (threat) Process Plant Engineering yang
paling besar dengan bobot 0,232 kemudian diikuti oleh faktor jumlah proyek
melebihi kemampuan sumber daya dengan bobot 0,198, banyak perusahaan lain
yang membutuhkan tenaga berpengalaman dengan bobot 0,198, penghargaan
dan pelayanan buat staf dan keluarga kurang memuaskan dengan bobot 0,198
sedangkan faktor prioritas dan jumlah pekerjaan mudah berubah memiliki bobot
terendah yaitu 0,175.
e. Penentuan Prioritas Strategi
Tabel 6: Matriks SWOT untuk penentuan strategi di PPE
KEKUATANS2. Pendapatan rata-rata tahunanpara staf cukup bersaing denganperusahaan sejenisS1. Staf memiliki reputasi kuat
KELEMAHANW1. Pelatihan keteknikan danpengakuan keahlian teknik minim.W4. Tingginya potensi lajupergantian (turnover) karyawan
PELUANGO1. Keterlibatandalam proyek besar.O4. Potensipengembanganleadership.
Sy1. Menetapkan target proyeksesuai kapasitas sumber daya.(S1, S2, O1, O2)
Sy3. Rutin mengadakan familygathering dan publikasi kinerjaorganisasi.(S1, S2, O1, O2)
Sy2. Optimalkan anggaran proyekuntuk biaya operasional.(W1, W4, O1, O4)
ANCAMANT1. Harga nikelmemburuk.T3. Jumlah proyekmelebihi kemampuansumber daya.
Sy1. Menetapkan target proyeksesuai kapasitas sumber daya.(S1, S2, T1, T3)
Sy5. Optimalkan sumber dayainternal melalui knowledge sharing.(S1, S2, T1, T3)
Sy1. Menetapkan target proyeksesuai kapasitas sumber daya.(S1, S2, T1, T3)
Sy4. Buat rencana pengembanganstaf dan organisasi.(W1, W4, T1, T3)
Arahan strategi yang dihasilkan untuk Process Plant Engineering terdiri dari
beberapa alternative strategi. Untuk menentukan prioritas strategi yang digunakan
oleh Process Plant Engineering dilakukan perhitungan AHP dari keterkaitan unsur-
81
unsur SWOT yang terdapat dalam suatu alternative strategi. Hasil bobot akhir
menentukan tingkat prioritas alternatif strategi.
Perhitungan analisis dengan metode AHP diperoleh hasil seperti terlihat
dalam diagram di bawah.
Gambar 23: Diagram tingkat bobot prioritas alternatif strategi PPE
Dari diagram tersebut menunjukkan bahwa strategi menetapkan target
proyek sesuai dengan kapasitas sumber daya merupakan pilihan strategi yang
tertinggi dengan bobot 0,333, kemudian diikuti oleh strategi mengoptimalkan
anggaran proyek untuk membiayai biaya operasional dengan bobot 0,193,
kemudian prioritas ketiga adalah menetapkan rencana pengembangan staf dan
organisasi dengan bobot 0,190, prioritas keempat adalah mengoptimalkan sumber
daya internal untuk meningkatkan pengetahuan staf melalui kegiatan knowledge
sharing dengan bobot 0,174 dan strategi kelima adalah mengadakan family
gathering, publikasi kinerja dan prestasi organisasi dan staf secara rutin dengan
bobot 0,109.
82
D. Pembahasan
1. Analisis Faktor Internal
a. Kekuatan (Strength)
S1. Staf memiliki reputasi kuat.
Process Plant Engineering memiliki staf yang memiliki latar belakang
prestasi akademis yang sangat baik dan berasal dari perguruan tinggi-perguruan
tinggi terbaik di berbagai daerah di Indonesia. Seleksi perekrutan staf cukup ketat
mencakup potensi akademik, kemampuan nalar, uji kecocokan perilaku, psikotes,
kemampuan menyampaikan gagasan dan mempengaruhi orang lain, wawancara
dan kunjungan lapangan. Para staf dilibatkan dengan pekerjaan-pekerjaan penting
di area Process Plant sejak awal dengan karakter pekerjaan yang sangat dinamis,
membutuhkan respon cepat, lingkungan kerja yang panas dan berdebu serta
membutuhkan kesadaran tinggi untuk selalu bertidak aman. Staf PPE dipercaya
untuk membantu menyelesaikan permasalahan operasi di Process Plant dan
dipercaya untuk menangani proyek-proyek besar di area Process Plant dimana
proyek sejenis sebelumnya dikerjakan oleh konsultan atau departemen
engineering di PT Vale Indonesia Tbk. Hal ini disebabkan karena respon yang
diberikan oleh PPE cepat, lokasi kantor sangat dekat dan mudah diakses oleh
pelanggan dari Process Plant, pengetahuan staf tentang permasalah teknis
khususnya di area Process Plant sangat bagus dan biaya proyek yang lebih
rendah jika dibandingkan jika dikerjakan oleh konsultan atau departemen
engineering.
83
S2. Pendapatan rata-rata tahunan para staf cukup bersaing dengan
perusahaan sejenis.
Berdasarkan informasi dari manajemen Process Plant Engineering bahwa
pendapatan rata-rata tahunan karyawan PT Vale Indonesia Tbk termasuk staf
PPE cukup bersaing dengan perusahaan sejenis. Pendapatan karyawan PTVI di
atas pendapatan perkapita Luwu Timur. Data tahun 2012 menunjukkan bahwa
pendapatan perkapita kabupaten Luwu Timur tahun 2010 adalah Rp 34,3 juta.
Pendapatan ini adalah pendapatan perkapita tertinggi di Sulawesi Selatan.
Pendapatan rata-rata tahunan staf yang tinggi ini meningkatkan loyalitas karyawan
untuk tetap fokus menjalankan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing
tanpa tergoda untuk berpindah ke perusahaan lain.
S3. Wadah untuk mengaplikasikan teknologi baru dan mengembangkan
diri secara internal.
Manajemen Process Plant Engineering sangat terbuka terhadap berbagai
inovasi baru. Hal ini ditunjukkan dari pengaplikasian teknologi-teknologi baru
dalam proyek-proyek yang ditangani oleh PPE seperti teknologi variable speed
turbo coupling atau variable speed drive untuk teknologi pengaturan kecepatan
mesin, controllogix untuk sistem pengaturan operasi peralatan produksi, aplikasi
program solid work dan fluent untuk membantu analisa teknik dan sebagainya.
Para staf PPE pun memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri baik
itu untuk pengetahuan teknis maupun pengetahuan dan pengalaman dalam
manajemen proyek.
84
S4. Spesifikasi, standar dan aturan sebagai referensi kerja cukup
lengkap.
PT Vale Indonesia Tbk. termasuk Process Plant Engineering saat ini telah
memiliki ratusan spesifikasi, standar dan aturan yang sudah disahkan untuk
dijadikan referensi dalam pekerjaan sehari-hari. Spesifikasi, standar dan aturan ini
mencakup materi teknis, seperti Mechanical Specification (MSP), Electrical
Specification (ESP), Civil Specification (CSP), Instrument Specification (ISP),
standar kerja rutin ataupun mengenai keselamatan kerja. Adanya hal ini sangat
memudahkan para staf PPE dalam mengerjakan tugas sehari-hari karena tidak
perlu lagi mencari atau mengembangkan spesifikasi baru untuk pekerjaan atau
proyek yang umum dilakukan.
b. Kelemahan (Weakness)
W1. Pelatihan keteknikan dan pengakuan keahlian teknik minim.
Dengan kondisi ekonomi saat ini yang kurang kondusif, pihak manajemen
PT. Vale Indonesia Tbk. memberlakukan pengetatan terhadap biaya operasional
seperti biaya lembur, pelatihan dan workshop. Pengakuan keahlian teknik di
lingkup PPE saat ini masih minim. Hal ini disebabkan karena anggaran untuk
sertifikasi keahlian teknik yang terbatas dan jam terbang beberapa staf yang
terbatas dalam beberapa hal seperti dalam hal manajemen proyek.
85
W2. Koordinasi antar disiplin ilmu kurang.
PPE terdiri dari empat disiplin ilmu yaitu mechanical, civil, electrical dan
automation. Sebagian besar proyek yang ditangani oleh PPE adalah proyek multi
disiplin yang melibatkan lebih dari satu disiplin ilmu. Dalam eksekusi proyek,
masih ditemukan koordinasi yang kurang baik antar disiplin ilmu yang
menyebabkan sinkronisasi pelaksanaan proyek terganggu.
W3. Penilaian kinerja dipengaruhi faktor subyektifitas.
Penilaian kinerja di PT. Vale Indonesia Tbk. sudah melalui skema balance
score card yang dikemas dalam bentuk target Annual Incentive Plan. Setiap
tahun, kinerja tiap karyawan akan dinilai dari pencapaian akhir tahun berdasarkan
target yang ditetapkan tiap awal tahun. Selain program tersebut, penilaian kinerja
khususnya untuk kebutuhan promosi karyawan harus melalui fase ekuilibrium
dimana tiap pihak yang terkait dengan PPE akan dimintai pendapat mengenai
kinerja staf yang akan dipromosi. Fase ekuilibrium ini berpotensi meningkatkan
faktor subyektifitas dalam penilaian kinerja staf.
W4. Tingginya potensi laju pergantian (turnover) karyawan.
Beberapa tahun terakhir, laju turnover staf PPE cukup tinggi. Hal ini
disebabkan karena kebutuhan tenaga ahli di dunia industri yang tinggi, kebijakan
perusahaan yang tidak transparan sehingga menimbulkan ketidakpuasan
karyawan dan pengalaman staf PPE yang sangat baik di dunia industri
merupakan incaran industri lain.
86
2. Analisis Faktor Eksternal
a. Peluang (Opportunity)
O1. Keterlibatan dalam proyek besar.
Saat ini PT. Vale Indonesia Tbk. sedang mempersiapkan proyek-proyek
besar untuk mendukung rencana pertumbuhan perusahaan. Proyek-proyek
tersebut akan menggunakan teknologi-teknologi baru dan membutuhkan sumber
daya manusia yang banyak. Hal ini adalah peluang besar bagi PPE untuk terlibat
dalam proyek besar untuk meningkatkan kemampuan para staf PPE dalam hal
pengetahuan teknik, pengalaman proyek besar dan manajemen proyek.
O2. Penerapan teknologi baru.
Saat ini, dunia industri dan teknologi semakin maju. Berbagai temuan dan
inovasi baru diciptakan untuk membantu pekerjaan manusia. Hal ini adalah
peluang bagi PPE untuk menerapkan teknologi baru dalam mengoptimalkan
fungsi dan pekerjaan engineering. Beberapa contoh teknologi baru yang bisa
diterapkan adalah program-program analisa teknik yang bisa membantu pekerjaan
para designer dan engineer seperti solid work, fluent, SAP dan sebagainya.
O3. Penggunaan anggaran proyek untuk biaya operasional.
Anggaran yang disiapkan untuk suatu proyek pada umumnya cukup besar
karena anggaran tersebut disiapkan dengan estimasi akan dikerjakan oleh
konsultan. Jika proyek tersebut dikerjakan oleh PPE maka sebagian anggaran
87
untuk konsultan tersebut bisa digunakan untuk membiayai biaya lembur, pelatihan
dan workshop buat staf PPE.
O4. Potensi pengembangan leadership.
Banyaknya proyek-proyek kapital yang direncanakan untuk dieksekusi
beberapa tahun ke depan adalah peluang bagi PPE untuk mengembangkan
kepemimpinan (leadership) para staf PPE. Keterlibatan staf PPE dalam proyek-
proyek besar tersebut bisa sebagai project manager, project engineer, design
engineer, designer ataupun quality control engineer. Setiap posisi ini akan melatih
jiwa kepemimpinan para staf khususnya dalam manajemen proyek. Dengan
meningkatnya kapabilitas staf dalam hal kepemimpinan maka peluang untuk
mengembangkan karir dalam hal manajerial akan terbuka.
b. Ancaman (Threat)
T1. Harga nikel memburuk.
Harga nikel yang memburuk merupakan ancaman buat PT. Vale Indonesia
Tbk pada umumnya dan PPE pada khususnya. Kondisi ini akan menyebabkan
pengetatan anggaran di setiap lini termasuk jumlah proyek yang berkurang dan
pengetatan rencana peningkatan pengetahuan teknik staf seperti pelatihan dan
workshop.
88
T2. Prioritas dan jumlah pekerjaan mudah berubah.
Kondisi lingkungan kerja di area Process Plant yang sangat dinamis dan
prioritas proyek yang tidak terencana menyebabkan prioritas dan jumlah
pekerjaan di PPE mudah berubah. Hal ini merupakan ancaman bagi PPE karena
perubahan prioritas dan jumlah pekerjaan di tengah jalan akan menyebabkan
ketidakefiensi waktu dan biaya yang sudah dikeluarkan. Perubahan proyek di
tengah jalan akan menyebabkan beberapa proyek yang sementara dikerjakan
terpaksa harus dibatalkan atau ditunda padahal waktu dan biaya untukp
mengerjakan proyek tersebut sudah dikelurkan. Hal ini juga akan menurunkan
tingkat pencapaian proyek yang berhasil direalisasi oleh PPE.
T3. Jumlah proyek melebihi kemampuan sumber daya.
Kondisi lingkungan kerja di area Process Plant yang sangat dinamis dan
cepat menyebabkan jumlah proyek yang diterima PPE lebih banyak dari
kemampuan sumber daya yang tersedia. Hal ini merupakan ancaman karena staf
PPE akan dipaksa untuk bekerja lebih efektif, lebih lama dan lebih cepat untuk
mencapai target proyek yang diberikan. Jika hal ini berlangsung rutin dan dalam
waktu yang lama maka akan meningkatkan potensi keletihan terhadap para staf
dan akhirnya bisa berpotensi tidak aman dalam bekerja dan demotivasi.
T4. Banyak perusahaan lain membutuhkan tenaga berpengalaman.
Dengan aturan pertambangan yang baru yang mewajibkan tiap pengusaha
untuk membangun fasilitas pengolahan bahan tambang di dalam negeri mulai
89
2014 maka memacu pengusaha untuk segera melakukan penambangan
semaksimal mungkin sebelum tahun 2014 dan mempersiapkan fasilitas
pengolahan bahan tambang. Untuk keperluan ini, dunia industri membutuhkan
tenaga berpengalaman untuk mempercepat target penambangan dan target
pembangunan fasilitas pengolahan bahan tambang dalam negeri. Sebagian besar
perusahaan tersebut berani menawarkan pendapatan lebih tinggi kepada tenaga
berpengalaman yang bersedia bergabung dengan perusahaan tersebut. Hal ini
merupakan ancaman bagi PPE karena PPE bisa kehilangan tenaga
berpengalaman yang merupakan aset berharga buat PPE.
T5. Penghargaan dan pelayanan buat staf dan keluarga kurang
memuaskan.
Penghargaan dan pelayanan buat staf dan keluarga staf dirasakan kurang
memuaskan, meliputi fasilitas pendidikan, perumahan dan kesehatan. Sebagian
besar staf memilih untuk menyekolahkan anak-anak mereka di luar Sorowako
setelah mereka menginjak bangku SMP atau SMU untuk mendapatkan fasilitas
pendidikan yang lebih baik. Pelayanan di area perumahan karyawan juga diangap
tidak memuaskan karena lambatnya respon yang diberikan oleh pihak perawatan
perumahan. Keluhan terhadap pelayanan kesehatan juga muncul karena
kurangnya fasilitas dokter ahli di Sorowako dan tidak memuaskannya pelayanan
yang diberikan oleh tim rumah sakit kepada staf dan keluarganya. Hal ini menjadi
ancaman bagi PPE karena dapat mempengaruhi kinerja staf dan memicu laju
turnover karyawan.
90
3. Analisis Prioritas Strategi
a. Prioritas strategi pertama: (Sy1) Menetapkan target proyek sesuai
dengan kapasitas sumber daya
Salah satu alternatif strategi untuk menggunakan kekuatan untuk meraih
semaksimal mungkin peluang yang ada adalah dengan menetapkan komitmen
target proyek yang akan diselesaikan di setiap awal tahun bersama para
pelanggan sesuai dengan kapasitas sumber daya yang tersedia. Strategi ini
merupakan strategi konsentrasi terhadap target yang disepakati agar ancaman
jumlah proyek yang lebih banyak dari sumber daya dapat dihilangkan melalui
pemanfaatan sumber daya yang optimal, meminimalkan ancaman harga nikel
yang memburuk karena strategi ini akan mengurangi waktu dan biaya yang
terbuang akibat perubahan proyek serta meningkatkan pencapaian jumlah proyek
yang terealisasi. Dengan kekuatan PPE terbesar yaitu pendapatan staf yang
cukup bersaing dan reputasi yang kuat, strategi ini dapat membantu manajemen
PPE untuk penetrasi keterlibatannya ke dalam proyek-proyek besar yang nantinya
akan memudahkan pencapaian peluang untuk mengembangkan kepemimpinan
para staf melalui keterlibatannya dalam mengatur proyek besar. Strategi ini
nantinya akan menciptakan efek manfaat berantai. Dengan keterlibatan PPE
dalam proyek besar akan mengatasi kelemahan PPE dalam hal pelatihan dan
pengakuan keahlian teknik yang minim. Keterlibatan dalam proyek besar akan
menambah pengetahuan, pengalaman dan jam terbang para staf dalam hal
teknis, manajemen dan bobot sertifikasi keahlian teknik. Hal-hal ini pun bisa
91
membantu mengatasi kelemahan PPE dalam hal tingginya potensi laju turnover
karyawan.
b. Prioritas strategi kedua: (Sy2) Mengoptimalkan anggaran proyek
untuk membiayai biaya operasional
Dengan kondisi ekonomi saat ini yang kurang kondusif, pihak manajemen
PT. Vale Indonesia Tbk. memberlakukan pengetatan terhadap biaya operasional
seperti biaya lembur, pelatihan dan workshop. Permasalahan ini bisa diatasi
dengan cara mengoptimalkan anggaran proyek untuk membiayai biaya
operasional. Anggaran yang disiapkan untuk suatu proyek pada umumnya cukup
besar karena anggaran tersebut disiapkan dengan estimasi akan dikerjakan oleh
konsultan. Jika proyek tersebut dikerjakan oleh PPE maka sebagian anggaran
untuk konsultan tersebut bisa digunakan untuk membiayai biaya lembur, pelatihan
dan workshop buat staf PPE. Strategi ini memanfaatkan peluang keterlibatan
dalam proyek besar untuk mengatasi kelemahan PPE dalam hal kurangnya
pelatihan dan pengakuan keahlian teknik serta tingginya potensi laju turnover
karyawan.
c. Prioritas strategi ketiga: (Sy4) Menetapkan rencana pengembangan
staf dan organisasi
Untuk menekan kelemahan PPE dalam hal kurangnya pelatihan dan
pengakuan keahlian teknik serta tingginya potensi laju turnover karyawan serta
meminimalkan ancaman PPE dalam hal harga nikel yang memburuk maka
alternatif strategi yang bisa dilakukan adalah membuat rencana pengembangan
92
organisasi seperti rencana anggaran operasional, rencana promosi karyawan
serta rencana pelatihan dan pengembangan karyawan agar kebutuhan untuk
rencana tersebut bisa disiapkan dan dianggarkan. Penetapan rencana ini perlu
dibarengi dengan sosialisasi yang jelas kepada pihak yang terkait dengan
rencana, impelementasi dan evaluasi rencana agar berjalan sesuai dengan yang
diinginkan.
d. Prioritas strategi keempat: (Sy5) Mengoptimalkan sumber daya
internal untuk meningkatkan pengetahuan staf melalui kegiatan
knowledge sharing
Kekuatan PPE dalam hal pendapatan staf yang cukup bersaing dan
reputasi yang kuat adalah modal besar untuk mengatasi kelemahan PPE dalam
hal kurangnya pelatihan teknik serta ancaman harga nikel yang memburuk dan
jumlah proyek lebih dari sumber daya yang tersedia. Strategi yang bisa dilakukan
untuk mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman tersebut dengan modal
kekuatan PPE adalah mengoptimalkan sumber daya internal PPE untuk
meningkatkan pengetahuan staf melalui kegiatan knowledge sharing. Strategi ini
adalah alternatif strategi biaya rendah untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan staf dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam
menyelesaikan proyek yang dikerjakan.
93
e. Prioritas strategi kelima: (Sy3) Mengadakan family gathering,
publikasi kinerja dan prestasi organisasi dan staf secara rutin.
Untuk mengatasi kelemahan PPE dalam hal tingginya potensi laju turnover
karyawan dan kurangnnya koordinasi antar disiplin ilmu maka alternatif strategi
yang bisa dilakukan adalah mengadakan family gathering secara rutin antar staf
PPE dan keluarganya. Strategi ini akan menjalin keharmonisan antar staf PPE
dan meningkatkan lingkungan kerja yang bersahabat untuk para staf dan
keluarganya. Sedangkan untuk memperkuat reputasi PPE agar bisa meraih
peluang untuk terlibat dalam proyek besar dan peluang untuk mengembangkan
kepemimpinan staf maka alternatif strategi yang bisa dilakukan adalah dengan
mempublikasikan prestasi dan kinerja organisasi dan staf secara rutin agar lebih
dikenal oleh departemen lain. Hal ini juga akan meningkatkan kepercayaan diri
dan loyalitas staf terhadap tugas dan tanggung jawabnya.
94
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap seluruh analisis
strategi maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Hasil perhitungan AHP terhadap analisis faktor lingkungan internal yang
menjadi kekuatan dan kelemahan dalam peningkatan keunggulan Process
Plant Engineering sebagai berikut:
Pendapatan rata-rata tahunan para staf cukup bersaing dengan
perusahaan sejenis merupakan kekuatan (strength) Process Plant
Engineering yang tertinggi dengan bobot 0,343, kemudian diikuti oleh faktor
staf memiliki reputasi kuat berbobot 0,243, wadah untuk mengaplikasikan
teknologi baru dan mengembangkan diri secara internal berbobot 0,243
sedangkan faktor spesifikasi, standar dan aturan sebagai referensi kerja
cukup lengkap memiliki bobot terendah yaitu 0,172.
Pelatihan keteknikan dan pengakuan keahlian teknik yang minim
merupakan kelemahan (weakness) Process Plant Engineering tertinggi
dengan bobot 0,298, kemudian diikuti oleh faktor tingginya potensi laju
pergantian (turnover) karyawan memiliki bobot 0,246, koordinasi antar
disiplin ilmu kurang memiliki bobot 0,246 sedangkan faktor penilaian kinerja
dipengaruhi faktor subyektifitas memiliki bobot terendah yaitu 0,210.
95
b. Hasil perhitungan AHP terhadap analisis faktor lingkungan eksternal yang
menjadi peluang dan ancaman dalam peningkatan keunggulan Process Plant
Engineering sebagai berikut:
Kesempatan terlibat dalam proyek besar adalah faktor peluang
(opportunity) Process Plant Engineering yang paling besar dengan bobot
0,372 kemudian diikuti oleh faktor potensi pengembangan leadership
dengan bobot 0,241 dan faktor penerapan teknologi baru dengan bobot
0,234 sedangkan faktor penggunaan anggaran proyek untuk membiayai
belanja operasional memiliki bobot terendah yaitu 0,153.
Harga nikel yang memburuk merupakan faktor ancaman (threat) Process
Plant Engineering yang paling besar dengan bobot 0,232 kemudian diikuti
oleh faktor jumlah proyek melebihi kemampuan sumber daya dengan bobot
0,198, banyak perusahaan lain yang membutuhkan tenaga berpengalaman
dengan bobot 0,198, penghargaan dan pelayanan buat staf dan keluarga
kurang memuaskan dengan bobot 0,198 sedangkan faktor prioritas dan
jumlah pekerjaan mudah berubah memiliki bobot terendah yaitu 0,175.
c. Hasil perhitungan AHP terhadap prioritas strategi untuk peningkatan
keunggulan Process Plant Engineering menunjukkan urutan strategi dari
tertinggi sebagai berikut:
menetapkan target proyek sesuai dengan kapasitas sumber daya
merupakan pilihan strategi yang tertinggi dengan bobot 0,333
mengoptimalkan anggaran proyek untuk membiayai biaya operasional
dengan bobot 0,193
96
menetapkan rencana pengembangan staf dan organisasi dengan bobot
0,190
mengoptimalkan sumber daya internal untuk meningkatkan
pengetahuan staf melalui kegiatan knowledge sharing dengan bobot
0,174
mengadakan family gathering, publikasi kinerja dan prestasi organisasi
dan staf secara rutin dengan bobot 0,109.
B. Saran
a. Diharapkan pihak manajemen Process Plant Engineering bekerja sama
dengan pihak pelanggan dapat menetapkan target proyek sesuai dengan
kapasitas sumber daya.
b. Diharapkan pihak manajemen Process Plant Engineering dapat
mengoptimalkan penggunaaan anggaran proyek untuk membiayai biaya
operasional, menetapkan rencana pengembangan staf dan organisasi dan
mengoptimalkan sumber daya internal untuk meningkatkan pengetahuan
staf melalui kegiatan knowledge sharing.
c. Diharapkan pihak manajemen Process Plant Engineering mampu
melakukan analisis strategi secara komprehensif dalam melakukan
evaluasi dan peningkatan keunggulan Process Plant Engineering di masa
yang akan datang.
d. Karena keterbatasan penelitian yang hanya menganalisa sampai pada
prioritas strategi maka diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk
97
melakukan analisis sampai pada tahap implementasi dan evaluasi dari
alternatif strategi ini.
98
DAFTAR PUSTAKA
Ankli, Robert E. 1992. Michael Porter’s Competitive Advantage and BusinessHistory. Business and Economic History 2nd Series Vol. 21.
Anonim, 2011. 10 Biggest Nickel Producers (Online).(http://metals.about.com/od/suppliersaz/tp/10-Biggest-Nickel-Producers.htm, diakses tanggal 04 Pebruari 2013)
Anonim, 2011. BPS: Pertumbuhan Ekonomi Lutim Tertinggi di Sulsel, (Online),(http://www.luwuraya.com/index.php/site/detailnews/1415/BPS:-Pertumbuhan-Ekonomi-Lutim-Tertinggi-di-Sulsel, diakses 18 Juli2013).
Anonim, 2012. Bisnis: Kontrak Karya Vale Indonesia Siap LakukanRenegosiasi Dengan Pusat (Online).(http://www.bisnis.com/articles/kontrak-karya-vale-indonesia-siap-lakukan-renegosiasidengan-pusat, diakses tanggal 04 Oktober 2012)
Anonim, 2012. Geologi Indonesia: Tektonisme Pulau Sulawesi daerahSoroako (Online).(http://geologi08.wordpress.com/2012/02/24/geologi-indonesia-tektonisme-pulau-sulawesidaerah-soroako, diakses tanggal 04Pebruari 2013)
Anonim, 2012. Profil Perusahaan PT. Vale Indonesia Tbk. (Online).(http://www.valeindonesia.co.id, diakses tanggal 04 Pebruari 2013)
Anonim, 2012. Vale Indonesia Intranet (Online). (http://pti-intranet2/PageHomeTabDL/MainPage.aspx, diakses tanggal 04Pebruari 2013)
Anonim, 2013. Strategi, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi, diakses14 April 2013).
Barney, Jay B. and Clark, Delwyn N. 2007. Resource-Based Theory: Creatingand Sustaining Competitive Advantage. Oxford University Press Inc.,New York.
Burthonshaw-Gunn, Simon. 2011. Alat dan Teknik Analisis Manajemen. PT.Indeks, Jakarta.
David, Fred R. 1998. Strategic Management. Prentice Hall, Philippines.
David, Fred R. 2011. Strategic Management: Concept & Cases 13th Edition.Prentice Hall, New Jersey.
99
Davidson, Kenneth. 1987. Do megamergers make sense? Journal of BusinessStrategy, 7, no. 3, Winter 1987.
deKluyver, Cornelius A. 2000. Strategic Thinking: An Executive Persepective.Pearson Inc., New Jersey.
Gorener, Ali et al. 2012. Application of Combined SWOT and AHP: A CaseStudy for a Manufacturing Firm. 8th International StrategicManagement Conference. Elsevier Ltd.
Hardian, Ruri. 2013. Analisis Strategi Pengembangan Rumah Sakit UmumHaji Provinsi Sulawesi Selatan dengan Kombinasi Metode SWOTdan Analytical Hierarchy Process. Universitas Hasanuddin,Makassar.
Hill, Charles W.L. and Jones, Gareth R. 2001. Strategic Management: AnIntegrated Approach 5th Edition. Houghton Mifflin Company.
Hitt, M.A., Ireland, R.D. and Hoskisson, R.E. 2013. Strategic Management:Competitiveness & Globalization: Concept and Cases 10th Edition.South Western, USA.
Hunger J. David and Wheelen Thomas L. 2001. Manajemen Strategic.Julianto Agung, Yogyakarta.
Ketchen Jr. D. et all. 2009. Strategy 2008-2009. McGraw-Hill, New York.
Kuncoro, Mudrajad. 2006. Strategi bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.Erlangga, Jakarta.
Lynch, Richard L. 2006. Corporate Strategy 4th Edition. Pearson EducationLimited, England.
Osuna, E.E. and Aranda A. 2007. Combining SWOT and AHP Techniques forStrategic Planning. ISAHP August 2007.
Porter, Michael A. 1980. Competitive Strategy: Techniques for AnalyzingIndustries and Competitors. The Free Press, New York.
Porter, Michael A. 1985. Competitive Advantage: Creating and SustainingSuperior Performance. The Free Press, New York.
Porter, Michael A. 1996. What is strategy? Harvard Business Review,November-December.
Saaty, T.L. 1980. The Analytic Hierarchy Process. McGraw Hill, New York.
100
Saaty, Thomas L. 2008. Decision Making with The Analytic Hierarchy Process.Int. J. Services Sciences Vol. 1 No. 1 pp. 83-98.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis Edisi 4 – Buku 2.Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Sekaran, Uma. 2007. Metodologi Penelitian untuk Bisnis Edisi 4 – Buku 1.Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Syaifullah. 2010. Pengenalan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process),(Online), (http://syaifullah08.files.wordpress.com, diakses 28 Juli2013).
101
LAMPIRAN
Lampiran 1. Permohonan izin penelitian
104
Lampiran 2. Memorandum hiring freeze
107
Lampiran 3. Hirarki hasil SWOT-AHP Process Plant Engineering
110
Lampiran 4. Data hasil analisa AHP Process Plant Engineering
134
Lampiran 5. Kuisioner SWOT-AHP Process Plant Engineering