17
Gerakan Gereja Metro di Amarasi Kupang NTT Tony Tampake Abstract Since decades ago numbers of new religious movements or new Christian denominations have increasingly emerged in Indonesia. The emergence of them has resulted in tension with some mainstream religious communities. They are seen as religious setcs and social deviation. Therefore sometimes they are in jeopardy. Government and society can not accept them as recognized religions. In East Nusa Tenggara Province there have been more than forty Christian denominations living together. One of these is Metro Seventh-Day Adventis Church. The denomination has emerged since 2006 affected by the problem of leadership and management among the Seventh-Day Adventis Church leaders in Kupang. This problem resulted in a conflict between church leaders in Kupang and ordinary peoples in Amarasi. The conflict provocated some Seventh-Day Adventis congregations in Amarasi to declared a new religious institution, called Metro Seventh- Day Adventis Church (Gereja Adven Hah ketujuh Metro) This article shows that the emergence of Metro Seventh-Day Adventis Church is a kind of sociological phenomena. In the name of their identity, numbers of ordinary people who are living in rural area have resisted domination of the church leaders in Kupang. Therefore, Metro Seventh-Day Adventis Church is not a sect in terms of theological notion but a social movement by a religious democratic society. Keywords: Religious Movement, Denomination. Pengantar Indonesia adalah masyarakat yang bhineka tunggal ika. Kenyataan sosial ini dikondisikan oleh ragam budaya, adat istiadat, bahasa, dan agama yang dimilikinya. Indonesia adalah juga sebuah kesatuan politik di dalam Negara Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena itu maka realitas kebhinekatunggalikaan harus dipahami secara dialektis, yaitu sebagai masyarakat multikulural dan satu kesatuan ideologis. Dari segi sosial keagamaan, realitas tersebut di atas harus dirawat secara arif dan bijaksana. Kebebasan beragama bagi setiap harus dibarengi dengan sikap rukun dan saling menghormati satu sama lain. Apabila hal tersebut dapat diwujudkan maka masyarakat akan terintegrasi kuat dan memiliki modal sosial untuk pembangunan kesejahteraan.

Gerakan Gereja Metro di Amarasi Kupang NTTrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5316/2/ART_Tony Tampake... · beribu-ribu orang yang percaya dengan ajarannya ... Mereka tinggal

  • Upload
    lynhu

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Gerakan Gereja Metro di Amarasi Kupang NTTrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5316/2/ART_Tony Tampake... · beribu-ribu orang yang percaya dengan ajarannya ... Mereka tinggal

Gerakan Gereja Metro di Amarasi Kupang NTT

Tony Tampake

Abstract

Since decades ago numbers of new religious movements or new Christian denominations have increasingly emerged in Indonesia. The emergence of them has resulted in tension with some mainstream religious communities. They are seen as religious setcs and social deviation. Therefore sometimes they are in jeopardy. Government and society can not accept them as recognized religions. In East Nusa Tenggara Province there have been more than forty Christian denominations living together. One of these is Metro Seventh-Day Adventis Church. The denomination has emerged since 2006 affected by the problem of leadership and management among the Seventh-Day Adventis Church leaders in Kupang. This problem resulted in a conflict between church leaders in Kupang and ordinary peoples in Amarasi. The conflict provocated some Seventh-Day Adventis congregations in Amarasi to declared a new religious institution, called Metro Seventh- Day Adventis Church (Gereja Adven Hah ketujuh Metro) This article shows that the emergence of Metro Seventh-Day Adventis Church is a kind of sociological phenomena. In the name of their identity, numbers of ordinary people who are living in rural area have resisted domination of the church leaders in Kupang. Therefore, Metro Seventh-Day Adventis Church is not a sect in terms of theological notion but a social movement by a religious democratic society.

Keywords: Religious Movement, Denomination.

Pengantar

Indonesia adalah masyarakat yang bhineka tunggal ika. Kenyataan sosial ini

dikondisikan oleh ragam budaya, adat istiadat, bahasa, dan agama yang dimilikinya.

Indonesia adalah juga sebuah kesatuan politik di dalam Negara Republik Indonesia

(NKRI). Oleh karena itu maka realitas kebhinekatunggalikaan harus dipahami secara

dialektis, yaitu sebagai masyarakat multikulural dan satu kesatuan ideologis.

Dari segi sosial keagamaan, realitas tersebut di atas harus dirawat secara arif

dan bijaksana. Kebebasan beragama bagi setiap harus dibarengi dengan sikap rukun

dan saling menghormati satu sama lain. Apabila hal tersebut dapat diwujudkan maka

masyarakat akan terintegrasi kuat dan memiliki modal sosial untuk pembangunan

kesejahteraan.

Page 2: Gerakan Gereja Metro di Amarasi Kupang NTTrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5316/2/ART_Tony Tampake... · beribu-ribu orang yang percaya dengan ajarannya ... Mereka tinggal

y^askita, Jurnal Studi Agama dan Masyarakat

Fenomena kebangkitan ragam gerakan keagamaan baru yang memisahkan diri

dari agama arus utama telah menjadi tantangan tersendiri terhadap kondisi ideal

tersebut di atas. Agama-agama arus utama memandang gerakan-gerakan keagamaan

baru sebagai ancaman terhadap keberadaan mereka, baik secara institusional maupun

doktrinal. Pada umunya agama-agama arus utama mengambil sikap intoleran terhadap

kelompok-kelompok yang disebut sempalan agama. Sementara kelompok-kelompok

sempalan justru semakin militan dalam gerakannya. Keadaan ini memicu konflik dalam

masyarakat dan mengakibatkan proses disintegrasi.

Di Propinsi Nusa Tenggara Timur, menurut data pada Kantor Wilayah

Kementerian Agama, terdapat empat puluh lima aliran agama Kristen. Dari jumlah itu,

dua puluh tiga di antaranya muncul pada dekade terakhir ini dan sedang menunggu

untuk didaftar secara resmi oleh pemerintah. Mereka adalah Gereja Kemenangan Iman

Indonesia, Saksi Yehova, Gereja Kristen Rasuli, Gereja Isa Almasih, Gereja Bethani,

Gereja Advent Metro Indonesia, Gereja Lutheran, Gereja Kristen Rahmani Indonesia,

Gereja Kristen Setia Indonesia, Gereja Ketulusan Hati, Gereja Kristen Sabu Oesao, Gereja

Huria Kristen Batak, Gereja Kristen Protestan Kehidupan Rohani, Gereja Kristen

Bersinar, Gereja Kristen Orthodox, Gereja Kristen Nusantara, Gereja Pekabaran Injil

Jalan Suci, Gereja Kristen Kemah Daud, Gereja Reformasi Tarus, Gereja Persekutuan

Kristen Alkitab Indonesia, Gereja Kristus Yesus, Gereja Anugerah Bethesda, dan Gereja

Injil Seutuh Internasional.

Kehadiran aliran-aliran tersebut dapat dilihat sebagai indikator proses

demokrasi di Indonesia pada umumnya dan di wilayah Nusa Tenggara Timur pada

khususnya. Masyarakat semakin mendapat ruang dan waktu untuk mengekspresikan

rasa dan karsa keagamaannya. Namun di pihak lain, kemunculan berbagai aliran ini

ternyata menimbulkan keresahan di dalam masyarakat. Keresahan ini tidak saja

berhubungan dengan klaim-klaim eksklusif, tetapi juga dengan cara-cara penyebaran

ajaran, cara-cara mendapatkan anggota baru, dan isu perpindahan umat dari satu aliran

ke aliran lain. Akibatnya harmoni sosial terganggu dan daya rekat sosial melemah.

Pemerintah dan lembaga-lembaga masyarakat telah berupaya untuk meredam

prasangka dan konflik yang disebabkan oleh kemunculan ragam gerakan keagamaan

baru. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menyediakan informasi yang objektif dan

66

Page 3: Gerakan Gereja Metro di Amarasi Kupang NTTrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5316/2/ART_Tony Tampake... · beribu-ribu orang yang percaya dengan ajarannya ... Mereka tinggal

Tony Tampake, "Gerakan Gereja Metro..."

imparsial tentang keberadaan mereka. Tulisan yang bersumber dari basil penelitian

yang dilakukan pada tahun 2011-2012 terhadap gerakan Gereja Adven Hari Ketujuh

Metro yang ada di Amarasi Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur ini

kiranya dapat menjadi satu sumber informasi yang dimaksudkan.

Sejarah Berdirinya Gereja Metro di Amarasi NTT

Keberadaan Gereja Adven Hari Ketujuh Metro di Amarasi Kupang NTT tidak

dapat dilepaskan dari sejarah munculnya aliran Adventis di Amerika pada pertengahan

abad ke-19 dan masuknya Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di Indonesia pada awal

abad ke-20. Sejarah gereja-gereja adven berawal dari peran William Muller (lahir 1782]

yang memperdalam pengetahuannya tentang isi Alkitab secara otodidak karena tidak

puas dengan rasionalisme di zamannya. la kemudian tertarik dengan kisah-kisah

nubuatan di dalam Alkitab dan membuat kesimpulan bahwa hari kiamat akan segera

tiba.1

Verkuyl mengatakan bahwa gempa bumi hebat yang melanda Portugal dan

berbagai bencana alam lain yang terjadi pada masa itu membuat orang-orang tertarik

dengan pandangan-pandangan Muller yang disebarkan melalui lembaran-lembaran

tulisan. Banyak orang yang terpengaruh dan menjadi pengikut ajaran Muller. Hal ini

menimbulkan konflik antara Muler dan pengikutnya dengan gereja-gereja resmi di

Amerika. Beberapa tahun kemudian pengaruh ajaran Muller merosot karena tahun yang

ditentukan olehnya sebagai akhir zaman, yaitu 1843, tidak terjadi apa-apa, padahal

beribu-ribu orang yang percaya dengan ajarannya telah meninggalkan pekerjaan,

rumah, keluarga, dan semua harta benda untuk menyambut kedatangan hari kiamat.

Mereka merasa tertipu oleh fantasi Muller dan berbalik menyerangnya.2

Setelah pengikut ajaran Muller merosot, munculah sepasang suami istri yang

bernama James dan Ellen Gould White Harmon. Mereka membangkitkan kembali

keyakinan bahwa hari kiamat sudah dekat dan dapat diperkirakan saatnya dengan

melakukan perhitungan yang cermat berdasarkan nubuat-nubuat di dalam Alkitab.

Gerakan yang dipimpin oleh suami istri White mendapat sambutan sebagian kecil

masyarakat Amerika, terutama mereka yang mengalami berbagai tekanan hidup di

1J. Verkyul, Geredja dan Bidat (Djakarta: Badan Penerbit Kristen, 1962], 83. 2 Verkuyl, Geredja dan Bidat, 84.

67

Page 4: Gerakan Gereja Metro di Amarasi Kupang NTTrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5316/2/ART_Tony Tampake... · beribu-ribu orang yang percaya dengan ajarannya ... Mereka tinggal

as kit a, Jurnal Studi Agama dan Masyarakat

dalam masyarakat. Suami istri White menambahkan satu ajaran lain di samping ajaran

tentang hari kiamat, yaitu ajaran tentang hari Sabat sebagai hari penyembahan.

Menurut mereka, hari yang benar untuk beribadah kepada Tuhan bukanlah hari

Minggu, tetapi hari Sabtu, sesuai dengan ajaran Alkitab tentang Sabat. Ajaran tentang

Sabat ini kian lama menjadi sentral di dalam gereja advent dan menjadi doktrin pokok

mereka.3

Emil H. Tambunan mencatat bahwa Gereja Advent masuk ke Indonesia padn

tanggal 31 desember 1899 melalui kedatangan keluarga Ralph Waldo Munson di

Padang pada akhir tahun itu. Mereka menumpang kapal Prince Hendriks yang berlayar

dari New York (USA) sejak tanggal 11 November 1899 dan tiba di di Pelabuhan

Emmahaven (Teluk Bayur sekarang) pada tanggal 31 Desember tahun yang sama.

Mereka diutus oleh Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di Michigan USA untuk menginjil

di antara orang-orang tionghoa di Hindia Belanda saat itu. Di Padang mereka memiliki

seorang rekan kerja yang bernama Tay Hong Siang, seorang Pendeta gereja Methodis

dari Singapura tetapi aslinya berasal dari Bukit Tinggi. Di Padang mereka membeli

sebidang tanah yang di atasnya berdiri dua rumah tua dan satu bangunan sekolah

dengan uang yang telah dikumpulkan oleh anggota gereja Advent di Michigan USA.

Mereka tinggal di rumah itu dan membuka sekolah Bahasa Inggris untuk anak-anak

keturunan tionghoa di Padang dan membuka kursus Bahasa Inggris bagi orang-orang

Belanda di sana. Sekolah ini menjadi media bagi mereka untuk menyampaikan ajaran-

ajaran gereja advent. Beberapa tahun kemudian gerakan ini meluas ke Sumatra Utara,

khususnya di daerah Tapanuli.4

Menurut informasi dari Bapak Semuel Tinenti, Sekretaris Desa Ponain dan tokoh

masyarakat setempat, gereja advent masuk ke Amarasi pada tahun 1967 melalui

kegiatan kebaktian-kebaktian kebangunan rohani (KKR) dan seminar-seminar iman

yang disponsori oleh Penginjil-Penginjil Gereja Advent dari luar NTT. Mereka masuk ke

Amarasi karena telah ada seorang tokoh masyarakat setempat yang masuk ke gereja

advent, yaitu Bapak Yulius Taebenu. Pengaruh tokoh tersebut terhadap keluarga dan

masyarakat di Amarasi menjadi salah satu faktor penentu berkembangnya aliran Gereja

Advent di sana.

3 Verkuyl, Geredja dan Bidat, 87. 4 Emil H. Tambunan, Gereja Masehi Advert Hari Ketujuh di Indonesia: Sejarah Perintisan (Jakarta:

Gereja Masehi Adven Hari Ketujuh Indonesia, 1999}, 2.

68

Page 5: Gerakan Gereja Metro di Amarasi Kupang NTTrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5316/2/ART_Tony Tampake... · beribu-ribu orang yang percaya dengan ajarannya ... Mereka tinggal

Tony Tampake, "Gerakan Gereja Metro..."

Orang-orang yang menjadi anggota jemaat GMAHK di Amarasi pada mulanya

adalah anggota jemaat Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT). Menurut Bapak Semuel,

Sekretaris Desa Ponain, arus perpindahan tersebut tidak menjadi masalah dan tidak

menimbulkan konflik dalam masyarakat pada waktu itu karena adanya kesadaran

masyarakat bahwa urusan kepercayaan dan keagamaan bersifat pribadi dan tidak dapat

dipaksakan. Selain itu kuatnya rasa kekeluargaan di antara warga masyarakat membuat

perpindahan keanggotaan gereja tidak menimbulkan perpecahan dan perselisihan di

dalam masyarakat.

Dari jemaat-jemaat GMAHK di Amarasi itu kemudian berdirilah Gereja Masehi

Advent Hari ketujuh Metro NTT melalui Deklarasi Ponain tanggal 8 Mei 2006. Pada hari

itu ada sembilan jemaat menyatakan diri berpisah atau keluar dari aliran/denominasi

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Daerah NTT dan mendirikan Gereja Masehi Advent

Hari Ketujuh Metro (GMAHK Metro) NTT, dengan pusatnya di desa Ponain Kec. Amarasi

Kab. Kupang. Kesembilan jemaat itu adalah jemaat Oeneke, jemaat Naikom, jemaat

Nekmese, Jemaat Foasa, Jemaat Sonraen, Jemaat Panite, Jemaat Oehani, Jemaat Bitan,

dan Jemaat Maimol.

Di dalam dokumen Deklarasi Ponain tertulis lima butir pemikiran yang menjadi

dasar mereka untuk menyatakan diri keluar atau berpisah dari GMAHK Daerah NTT

dan mendirikan GMAHK Metro NTT, yaitu:

a. Kebebasan beragama merupakan hak asasi setiap umat.

b. Pembentukan Gereja Advent Metro adalah sesuai dengan Peraturan Jemaat Gereja

Masehi Advent Hari Ketujuh se-dunia.

c. Segala bentuk pemaksaan dan tindakan otoriter dalam kepemimpinan gereja adalah

tidak sesuai dengan kehendakTuhan.

d. Persatuan dan kesatuan umat dalam kasih Kristus adalah merupakan kekuatan

gereja.

e. Penyelesaian masalah administrasi dengan GMAHK Daerah NTT akan dilakukan

secara rohani.

Berdasarkan pokok-pokok pikiran itu maka kesembilan jemaat tersebut menyatakan:

Senin tanggal 08 mei 2006, atas rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Metro Indonesia Nusa Tenggara Timur yang selanjutnya disingkat GMAHK-Metro NTT, kami deklarasikan resmi berdiri sebagai gereja yang terbuka bagi setiap umat yang ingin

69

Page 6: Gerakan Gereja Metro di Amarasi Kupang NTTrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5316/2/ART_Tony Tampake... · beribu-ribu orang yang percaya dengan ajarannya ... Mereka tinggal

"Waskita, )urnal Studi Agama dan Masyarakat

bergabung da\am barisan menuju ke Sorga, tanpa memandang suku,

kaum dan bahasa.

Sembilan orang yang menandatangani Deklarasi Ponain itu adalah Jefry Tokae

dari Jemaat Oeneke, R. Ch. Ataupah dari Jemaat Naikom, Abed Tneh dari Jemaat

Nekmese, Yohanes Kapitan dari Jemaat Foasa, Okto Nenoharan dari Jemaat Sonraen,

btraim Ayub ban Jemaat Pamte, ^aema "UaYvak dan jemaat Oebaal, Bauamtuau dari

Jemaat Bitan, dan J. Laalobang dari Jemaat Maimol. Deklarasi ini disaksikan oleh Pdr

Tommy Langitan, Ketua Umum GMAHK-M1 Jakarta dan Drs. Melkianus Adoe, Ketua

DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Berdasarkan wawancara dengan Bpk. Anton Runesi, Ketua Jemaat GMAHK

Metro NTT di Sonraen diperoleh informasi bahwa alasan-alasan kesembilan jemaat

tersebut untuk memisahkan diri dan membentuk GMAHK Metro NTT adalah:

a. Adanya kebijakan pemutasian dan penempatan pendeta di Sonraen oleh Pimpinan

GMAHK Daerah NTT yang tidak sesuai dengan aspirasi jemaat dan tidak melibatkan

jemaat.

b. Adanya proses pemilihan Pimpinan GMAHK NTT yang tidak transparan dan tidak

melibatkan jemaat-jemaat di luar kota Kupang.

Adanya tindakan penolakan terhadap para wakil atau utusan jemaat dari luar

kota Kupang dalam pertemuan GMAHK Daerah NTT di Kupang yang dilakukan oleh

pimpinan daerah GMAHK NTT.

Hal-hal tersebut di atas menimbulkan kekecewaan di kalangan jemaat dan

tokoh-tokoh jemaat GMAHK yang ada di Amarasi. Keadaan tersebut menimbulkan

keretakan dan ketegangan hubungan antara jemaat-jemaat GMAHK di Kecamatan

Amarasi dengan para pimpinan GMAHK yang ada di Kupang. Ketegangan ini terus

meningkat dan menimbulkan putusnya komunikasi dan dialog untuk menyelesaikan

masalah dan perbedaan di antara mereka. Pada akhirnya, jemaat-jemaat GMAHK yang

ada di kecamatan Amarasi Kab. Kupang mengambil keputusan untuk keluar dari

GMAHK dan mendirikan sebuah perkumpulan jemaat gereja Advent hari ketujuh yang

baru yang disebut GMAHK Metro NTT. Peristiwa inilah yang dideklarasikan pada

tanggal 8 Mei 2006 di Desa Ponain Kecamatan Amarasi.

70

Page 7: Gerakan Gereja Metro di Amarasi Kupang NTTrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5316/2/ART_Tony Tampake... · beribu-ribu orang yang percaya dengan ajarannya ... Mereka tinggal

Tony Tampake, "Gerakan Gereja Metro..."

Di pihak lain, menurut informasi dari Pimpinan GMAHK di Kupang bahwa pada

waktu itu, tokoh-tokoh jemaat GMAHK di Amarasi tidak mau bekerja sama dan

menerima kebijakan pimpinan gereja dan hanya memaksakan kehendak mereka sendiri

dan sudah terpengaruh oleh pimpinan GMAHK Metro Indonesia di Jakarta. Sedangkan

pimpinan gereja di Kupang memikirkan kepentingan gereja yang lebih luas sehingga

kebijakan mutasi dan penempatan pendeta serta seleksi calon pemimpin harus

dilaksanakan menurut mekanisme yang mereka telah tentukan.

Dari informasi-informasi tersebut dapat dikatakan bahwa latar belakang

berdirinya GMAHK Metro NTT bukan karena hal-hal yang menyangkut pokok-pokok

ajaran atau doktrinal, melainkan karena faktor yang bersifat organisasi internal dan

kepemimpinan. Hal ini diakui oleh tokoh-tokoh jemaat GMAHK Metro NTT maupun

oleh para pimpinan GMAHK di kota Kupang. Sekretaris Pimpinan Wilayah GMAHK di

Kota Kupang mengatakan bahwa pokok perselisihan bukanlah masalah ajaran akan

tetapi masalah pemahaman berorganisasi. Itulah sebabnya walaupun GMAHK Metro

NTT telah memisahkan diri dari GMAHK Daerah Kupang, tetapi pokok-pokok ajaran

imannya tetap sama.

Menurut Pdt. Absalom Runesi, dalam perkembangan selanjutnya terjadi

perbedaan pendapat di antara jemaat-jemaat GMAHK Metro NTT di Amarasi. Perbedaan

pendapat itu menyangkut keinginan untuk kembali bersatu dengan GMAHK sebagai

panggilan untuk menjaga persekutuan dan persatuan gereja-gereja Advent sedunia. Di

samping itu, ada beberapa jemaat GMAHK MI di Amarasi yang merasa sulit untuk

membangun rumah ibadahnya karena belum adanya pendaftaran secara resmi tentang

status keberadaan mereka sebagai salah satu aliran/denominasi di NTT. Itulah

sebabnya empat jemaat GMAHK Metro yang dulunya ikut menandatangani Deklarasi

Ponain menyatakan diri kembali bergabung dengan GMAHK Daerah NTT. Sampai

dengan tahun 2011 GMAHK Metro NTT di Amarasi tinggal menjadi tiga jemaat, yaitu

Jemaat Naikom, Jemaat Kuan Kavi, dan Jemaat Sonraen.

Keanggotaan Gereja dan Struktur Organisasi

Secara resmi aliran atau denominasi ini menyebut diri mereka sebagai Gereja

Masehi Advent Hari Ketujuh Metro NTT. Mereka bernaung di bawah badan hukum

71

Page 8: Gerakan Gereja Metro di Amarasi Kupang NTTrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5316/2/ART_Tony Tampake... · beribu-ribu orang yang percaya dengan ajarannya ... Mereka tinggal

"Wasftita, Jurnal Studi Agama dan Masyarakat

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Metro Indonesia di Jakarta. Keabsahan dan legalitas

aliran atau denominasi ini telah diakui oleh pemerintah sebagai sebuah organisasi

keagamaan melalui SK Menteri Hukum dan Ham RI Direktorat Jendral Administrasi

Hukum Umum No. C-53.HT. 01.03.TH.2006, tanggal 20 Oktober 2006 yang menetapkan

memberikan pengesahan akta pendirian Perkumpulan Gereja Masehi Advent Hari

Ketujuh Metro Indonesia. Pengesahan ini didasarkan pada akta notaris 20 Juni 2006

tentang Badan Hukum GMAHK Metro Indonesia. Dengan demikian sebagai sehunh

organisasi keagamaan dan kemasyarakatan, GMAHK Metro, baik yang di Jakarta

maupun di NTT telah diakui oleh Pemerintah.

Menurut Pdt. Absalom Runesi, S.Th yang melayani jemaat-jemaat GMAHK Metro

NTT di Ponain, masyarakat di sekitar telah menerima kehadiran mereka dan tidak

berkeberatan apabila rumah ibadah didirikan di sana. Sementara menurut Kepala Desa

Ponain, masyarakat Ponain dapat menerima kehadiran Gereja Metro berdasarkan

prinsip kebebasan beragama dan toleransi serta kerukunan. Keadaan ini memberi

peluang bagi jemaat-jemaat GMAHK Metro NTT di Amarasi untuk melakukan

konsolidasi dan penataan kelembagaan. Menurut data di jemaat-jemaat GMAHK Metro

di Amarasi, jumlah kepala keluarga mereka adalah enam puluh empat, dengan anggota

baptis sebanyak seratus tujuh puluh orang.

Menurut Struktur Organisasinya, GMAHK Metro NTT berada di bawah struktur

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Sedunia yang disebut General Conference yang

berpusat di Amerika serikat. Di bawah General Conference terdapat divisi-divisi dan

unit-unit. Divisi adalah aras yang meliputi beberapa negara di suatu kawasan,

sedangkan uni adalah aras di masing-masing negara. Dengan demikian Gereja Masehi

Advent Hari Ketujuh di Indonesia masuk dalan suatu uni. Aras uni dibagi lagi ke dalam

pengurus-pengurus daerah menurut wilayah provinsinya.

Pada aras jemaat, sruktur organisasi GMAHK Metro terdiri dari

pimpinan/majelis jemaat yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara. Majelis

jemaat ini membawahi beberapa departemen dan komisi pelayanan. Di setiap

departemen dan komisi ada pengurus atau kordinator yang bertanggung jawab dalam

melaksanakan program-program pelayanan kepada umat.

72

Page 9: Gerakan Gereja Metro di Amarasi Kupang NTTrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5316/2/ART_Tony Tampake... · beribu-ribu orang yang percaya dengan ajarannya ... Mereka tinggal

Tony Tampake, "Gerakan Gereja Metro..."

Azas, Pengakuan, Visi-Misi, dan Pokok-Pokok Ajaran

Anggaran Dasar GMAHK Metro Pasal 11 tentang Pengakuan Iman menyatakan

dengan tegas bahwa mereka mengakui Yesus Kristus (Isa Almasih) adalah Tuhan dan

Juruselamat manusia. Di dalam Anggaran Dasar GMAHK Metro pasal 12 tentang asas

dan dasar ditegaskan bahwa aliran/denominasi ini berasaskan Alkitab (Firman Tuhan),

Pancasila, dan Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945.

Sementara dalam pasal 4 ditegaskan bahwa visi aliran/denominasi ini adalah

terwujudnya satu umat yang diselamatkan dan akan masuk ke surga bila Yesus Kristus

(Isa Almasih) datang pada kali yang kedua. Pada pasal 5 ditegaskan bahwa misinya

adalah melaksanakan amanat Yesus Kristus sesuai dengan yang tertulis dalam Matius

28,19-20.5

Selain kepercayaan dasar tersebut, menurut Pdt. Absalom Runesi yang melayani

jemaat GMAHK Metro di Ponain bahwa GMAHK Metro tidak merayakan hari-hari besar

Kristen seperti yang dilakukan oleh denominasi lain. GMAHK Metro tidak merayakan

Natal pada setiap tanggal 25 Desember karena menurut mereka tanggal tersebut

bukanlah hari kelahiran Yesus. GMAHK Metro tidak melakukan peribadatan secara

berjemaat pada setiap hari Minggu, karena bagi mereka hari penyembahan yang

diamanatkan oleh Alkitab bukanlah hari Minggu melainkan hari Sabat, dalam hal ini

adalah hari Sabtu. Kepercayaan ini didasarkan pada petunjuk Alkitab bahwa enam hari

lamanya Tuhan bekerja menciptakan langit dan bumi serta segala isinya. Pada hari yang

ketujuh Tuhan berhenti bekerja dan menetapkan hari itu sebagai hari perhentian atau

Sabat agar umat dapat beristirahat dan menyembah Dia.

Kegiatan-kegiatan Ritual

Hal yang dimaksudkan dengan ritual di sini adalah kegiatan-kegiatan

peribadatan atau penyembahan yang dilakukan oleh umat secara berjemaat, baik di

gedung ibadah mereka maupun di rumah-rumah umat yang dilaksanakan secara

bergiliran. Secara rutin kegiatan keagamaan/ritual itu terdiri dari:

5 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Rob Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman

73

Page 10: Gerakan Gereja Metro di Amarasi Kupang NTTrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5316/2/ART_Tony Tampake... · beribu-ribu orang yang percaya dengan ajarannya ... Mereka tinggal

'Waskita, Jurnal Studi Agama dan Masyarakat

a. Kebaktian/ibadah Buka Sabat yang dilaksanakan setiap Jumat petang di rumah

ibadah dan dihadiri oleh seluruh umat serta dipimpin oleh pendeta jemaat atau

majelis jemaat.

b. Sekolah Sabat yang dilaksanakan setiap hari Sabtu pagi mulai jam 9 di rumah ibadah

dan dihadiri oleh seluruh umat. Kegiatan ini menjadi kesempatan untuk

menyampaikan dan menjelaskan pokok-pokok kepercayaan dasar kepada seluruh

umat.

c. Pelayanan Perorangan yang dilaksanakan setiap hari Sabtu siang setelah Sekolah

Sabat di rumah ibadah usai.

d. Khotbah Sabat yang dilaksanakan setiap hari Sabtu siang di rumah ibadah setelah

acara pelayanan perorangan. Khotbah Sabat ini diisi dengan doa, nyanyian,

pembacaan firman Tuhan dari Alkitab dan uraiannya oleh pendeta atau

pengkhotbah.

e. Kebaktian Rumah Tangga yang dilaksanakan setiap hari Minggu malam di rumah-

rumah anggota/umat secara bergilir. Kebaktian ini dipimpin oleh pendeta atau

majelis jemaat.

f. Kebaktian Tengah Pekan yang dilaksanakan setiap hari Rabu malam di rumah

ibadah dan yang dipimpin oleh pendeta atau majelis jemaat.

Selain kegiatan ritual yang bersifat rutin mingguan, terdapat juga kegiatan ritual yang

bersifat rutin berkala, yaitu:

a. Kebaktian Perjamuan Suci yang dilaksanakan tiga bulan sekali di rumah ibadat.

Perjamuan Suci ini dilakukan untuk merayakan hari kematian dan kebangkitan

Yesus Kristus sebagai hari pengorbanan dan penyelamatan Tuhan bagi umatNya. Di

dalam Perjamuan Suci ini umat menerima dan makan roti roti tidak beragi serta

minum anggur sebagai simbol penerimaan karunia pengampunan dosa dan

keselamatan yang telah dilakukan oleh Yesus Kristus lewat kematian dan

kebangkitanNya. Perjamuan Suci hanya boleh dipimpin oleh pendeta dan hanya

boleh diikuti oleh umat yang telah dibaptis.

b. Kebaktian Tahun Baru yang dilaksanakan setiap awal tahun (1 Januari) di rumah

ibadah dan yang dihadiri oleh semua anggota/umat dengan dipimpin oleh pendeta.

c. Kebaktian nikah yang dilaksanakan di rumah ibadah sesuai dengan permintaan

anggota/umat. Kebaktian nikah ini dipimpin oleh pendeta.

74

Page 11: Gerakan Gereja Metro di Amarasi Kupang NTTrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5316/2/ART_Tony Tampake... · beribu-ribu orang yang percaya dengan ajarannya ... Mereka tinggal

Tony Tampake, "Gerakan Gereja Metro..."

d. Kebaktian ucapan syukur keluarga yang berhubungan dengan peristiwa khusus

seperti hari ulang tahun dan yang dilaksanakan di rumah-rumah anggota/umat.

Ibadah ini dipimpin oleh pendeta atau majelis jemaat.

Pelayanan dan Keterlibatan Sosial

Menurut pengamatan dan basil wawancara dengan pendeta jemaat dan majelis

jemaat GMAHK Metro di Amarasi bahwa pelayanan dan keterlibatan sosial

kemasyarakatan sudah menjadi salah satu misi mereka. Namun karena situasi dan

kondisi jemaat yang masih baru berdiri maka pelayanan dan keterlibatan sosial

kemasyarakat tersebut belum dapat diprogramkan secara resmi. Mereka masih

mengutamakan konsolidasi internal, penataan kelembagaan dan pelayanan, serta

penyediaan fasilitas peribadatan, mengingat fasilitas yang ada masih bersifat

sementara.

Pada tingkat individu, GMAHK Metro mendorong umatnya untuk melaksanakan

tugas-tugas profesi di dalam masyarakat dengan sebaik-baiknya sebagai refleksi iman

mereka. GMAHK Metro mendukung program-program pemerintah daerah dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program-program pertanian,

peternakan, dan pendidikan.

Secara kelembagaan mereka belum memiliki program-program mandiri di

bidang hubungan dan kerja sama antar umat beragama atau antar aliran kekristenan

karena masih memprioritaskan program konsolidasi internal, pelembagaan kegiatan

pelayanan ritual, dan penyediaan fasilitas peribadatan. Akan tetapi, GMAHK terus

mendorong umatnya untuk membina dan mengembangkan sikap toleransi dan

kerukunan serta kerja sama dengan umat beragama lain di lingkungannya. Hal ini nyata

melalui keterlibatan dan partisipasi aktif umat GMAHK Metro NTT pada acara-acara

kemasyarakatan yang bersifat nasional maupun lokal.

Menurut camat Kecamatan Amarasi Selatan, pada awal berdirinya GMAHK Metro

di Sonraen, masyarakat diresahkan dan sempat timbul konflik di dalam masyarakat.

Tetapi dewasa ini keresahan dan konflik tersebut sudah dapat teratasi melalui dialog

antar pemimpin umat dan pemerintah setempat. Hal yang masih diharapkan sekali

75

Page 12: Gerakan Gereja Metro di Amarasi Kupang NTTrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5316/2/ART_Tony Tampake... · beribu-ribu orang yang percaya dengan ajarannya ... Mereka tinggal

'Wasfiita, Jurnal Studi Agama dan Masyarakat

adalah terbinanya kembali hubungan saling mengakui dan menerima antara GMAHK

Daerah NTT dengan GMAHK Metro NTT.

Analisis Sosial dan Teologis

Fakta menunjukan bahwa faktor utama yang menyebabkan berdirinya GMAHK

Metro NTT adalah ketidaksepahaman pihak jemaat-jemaat lokal di Amarasi dengan

pimpinan daerah di Kupang dalam hal kebijakan di bidang kepemimpinan dan

penempatan pendeta di aras jemaat. Berdasarkan otoritas dan pertimbangannya

sendiri, pimpinan GMAHK Daerah NTT di Kupang mengeluarkan Surat Keputusan

Pemutasian/Penempatan Pendeta di Jemaat Sonraen. Kebijakan pimpinan daerah ini

ternyata tidak sesuai dengan situasi dan kondisi permasalahan yang aktual di aras

jemaat lokal. Bagi jemaat, kebijakan dan keputusan pemutasian tersebut mengganggu

proses pembangunan gedung gereja yang memang cukup sulit diupayakan. Ini adala'

momentum pertama retaknya hubungan antara jemaat-jemaat lokal di Amarasi dengan

pimpinan daerah GMAHK daerah NTT di Kupang.

Keretakan hubungan tersebut menjadi lebih buruk pada saat dilaksanakannya

proses pemilihan pimpinan daerah GMAHK NTT. Menurut pimpinan daerah di Kota

Kupang, mekanisme penjaringan calon pimpinan daerah tidak melibatkan jemaat-

jemaat lokal. Sementara menurut pimpinan jemaat-jemaat lokal, mereka telah

disepelekan dan tidak dilibatkan dalam proses pemilihan tersebut. Pemahaman yang

berbeda tentang mekanisme pemilihan pimpinan ini menjadi pemicu perpecahan.

Secara antropologis ini merupakan perbedaan pemahaman dan perpecahan

antara mereka yang hidup di Pedesaan Amarasi yang memiliki kondisi kultural, sosial,

ekonomi, politik, dan tingkat pendidikan yang sederhana dibanding dengan mereka

yang tinggal di Kupang yang memiliki situasi masyarakat perkotaan. Di dalam konteks

empirik NTT kita dapat melihat kontrasnya situasi sosial, ekonomi, dan pendidikan

antara masyarakat pedesaan di Amarasi (rural) dengan masyarakat perkotaan di

Kupang (urban). Kondisi umum wilayah dan penduduk NTT menunjukan antara lain

bahwa mayoritas utama penduduk di Amarasi dan Amarasi Selatan, khususnya desa

Ponain dan Kelurahan Sonraen adalah penganut agama Kristen. Selain identitas

keagamaan itu, secara kultural mereka juga adalah penduduk ash tanah Timor yang

76

Page 13: Gerakan Gereja Metro di Amarasi Kupang NTTrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5316/2/ART_Tony Tampake... · beribu-ribu orang yang percaya dengan ajarannya ... Mereka tinggal

Tony Tampake, "Gerakan Gereja Metro..."

mewarisi hak-hak adat terhadap pengambilan kebijakan publik dan penguasaan

sumber-sumber daya di dalam masyarakat. Namun demikian karena kondisi wilayah

dan iklim yang relatif kering maka pada saat-saat tertentu mereka mengalami

kerawanan di bidang ekonomi, Selain itu, perkembangan infra struktur transportasi dan

ekonomi membuat mereka harus bersaing dengan kekuatan-kekuatan sosial, budaya,

ekonomi, dan politik yang datang dari luar. Kondisi ini membuat masyarakat lebih

waspada dan kritis terhadap kekuatan-kekuatan sosial politik dari luar yang mau

mengendalikan dan menguasai mereka.

Perspektif ini dapat menjelaskan mengapa terjadi pemisahan dan pendirian

sebuah aliran/denominasi baru, yaitu GMAHK Metro di Amarasi. Pemisahan dan

pendirian itu adalah sebuah tindakan resistensi kelompok-kelompok mayoritas

termarginal di Amarasi terhadap dominasi kelompok minoritas dan simbol-simbol

kekuasan global yang otoritatif dan represif. Manuel Castells menyebut tindakan seperti

ini sebagai bagian dari upaya kelompok-kelompok sosial keagamaan yang termarginal

untuk mengkonstruksi identitas mereka di tengah masyarakat yang semakin kompleks

dan global. Tindakan itu disebutnya resistance identity yang lahir dari aktor-aktor sosial

yang hidup di dalam kondisi dan posisi terdevaluasi atau terstigmatisasi oleh logika

dominasi yang dimiliki oleh lembaga keagamaan yang mapan di masyarakat

[legitimizing identity]. Bagi Castelss fenomena munculnya aliran/denominasi

keagamaan baru di masyarakat adalah bagian dari dinamika dan mekanisme sosial

masyarakat modern.6

Secara politis, gelombang demokrasi, reformasi politik, dan partisipasi publik

yang semakin terasa di negeri ini bergulung hingga di Amarasi dan membangkitkan

kesadaran serta kepercayaan diri kelompok-kelompok lokal dan mayoritas termarginal

untuk bangkit dan berpartisipasi secara aktif di dalam proses perubahan struktur sosial

di wilayahnya. Mekanisme sosiologis dan dinamika politik ini terjadi di dalam kasus

berdirinya GMAHK Metro NTT yang berpusat di Amarasi sebagai pecahan dari GMAHK

Daerah NTT yang berpusat di Kota Kupang.

Denominasi-denominasi Kristen yang berada di bawah payung gerakan

reformasi abad ke-15 menganut doktrin/ree inquiry, yaitu doktrin tentang status dan

6 Manuel Castells, The Power of Identity (Oxford UK: Blackwell Publishing, 2004), 7-9.

77

Page 14: Gerakan Gereja Metro di Amarasi Kupang NTTrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5316/2/ART_Tony Tampake... · beribu-ribu orang yang percaya dengan ajarannya ... Mereka tinggal

"Waskitd, Jurnal Studi Agama dan Masyarakat

peran yang sama bagi semua orang Kristen dalam menyelidiki isi Alkitab. Doktrin ini

berdasar pada nasihat-nasihat rasuli di dalam kitab-kitab Perjanjian Baru yang

menekankan kesetaraan di dalam membaca dan memahami teks kitab suci. Doktrin ini

memungkinkan kaum awam dan kelompok-kelompok lokal di dalam sebuah

aliran/denominasi untuk merumuskan sikap teologis mereka terhadap sebuah

kebijakan keagamaan yang dikeluarkan oleh para ulama. Kemunculan dan

perkembangan GMAHK Metro di NTT tidak dapat dilepaskan dari pengaruh doktrin

reformasi tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dari pernyataan seorang pemimpin jemaat

GMAHK Metro di Amarasi bahwa keberadaan mereka merupakan sebuah kritik dan

gerakan reformasi terhadap ide-ide dan praktek-praktek gereja yang elitis dan

otoritatif.

Secara teologis tidak ada perbedaan antara ajaran dan praktek ritual GMAHK

Metro di Amarasi dengan GMAHK Daerah NTT yang berpusat di Kota Kupang. Keduanya

berpegang pada Alkitab sebagai Firman Allah dan 28 Kepercayaan Dasar Kristiani

Alkitabiah.

Sosiologi agama menggunakan dua konsep untuk menjelaskan fenomena

keagamaan, yaitu konsep religi dan konsep agama.7 Filsafat Agama juga menyebutkan

adanya tiga elemen untuk menjelaskan fenomena keagamaan, yaitu elemen

institusional, elemen intelektual, dan elemen mystical.8 Berdasarkan konsep-konsep ini

kita dapat mengatakan bahwa apa yang terjadi dengan kasus berdirinya GMAHK Metro

sebagai pemisahan dari GMAHK Daerah NTT adalah menyangkut agama sebagai agama

atau sebagai sebuah institusi, bukan agama sebagai sebuah religi atau hal-hal yang

berhubungan dengan yang sakral. Demikian juga halnya dari segi elemen-elemen

keagamaannya, kasus berdirinya GMAHK Metro sebagai kelompok yang memisahkan

diri dari GMAHK Daerah NTT adalah menyangkut elemen yang pertama yaitu persoalan

kelembagaan. Umat Gereja Advent yang ada di Amarasi melihat dan merasakan bahwa

secara institusional/kelembagaan GMAHK daerah NTT telah gagal mewadahi

kepentingan-kepentingan lokal dan harapan-harapan serta aspirasi mereka. Mereka

mendirikan sebuah institusi/lembaga keagamaan yang baru yang dapat mewadahi

kepentingan dan harapan mereka. Karena itu sebagai sebuah religi GMAHK Metro

7 Nicholas Abercrombie (et.al.), KamusSosiologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 470-471. 8 Dorothee Soelle, The Silent Cry, Mysticism and Resistance (Hamburg: Fortress, 2001), 49.

78

Page 15: Gerakan Gereja Metro di Amarasi Kupang NTTrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5316/2/ART_Tony Tampake... · beribu-ribu orang yang percaya dengan ajarannya ... Mereka tinggal

Tony Tampake, "Gerakan Gereja Metro..."

bukanlah agama baru. Apa yang baru adalah GMAHK Metro sebagai agama atau institusi

yang mengatur kehidupan keagamaan manusia. Dengan kata lain, kemunculan GMAHK

Metro di NTT lebih bersifat sosial historis ketimbang teologis dogmatis. Dengan

memakai konsep perkembangan Gereja Kristen dari Ernst Troletsch9 maka dapat

dikatakan bahwa kehadiran GMAHK Metro di dalam sejarah sosial keagamaan

masyarakat NTT adalah bagian dari perkembangan sosiologis gereja-gereja advent itu

sendiri.

Pemilahan tersebut di atas penting untuk dilakukan demi menghindarkan

munculnya tuduhan ajaran sesat atau stigma kelompok sekte/bidat. Sikap curiga dan

menghakimi yang mengarah pada aksi-aksi kekerasan massa terhadap aliran-aliran

denominasi baru dapat dicegah dengan identifikasi di atas.

Di dalam masyarakat yang demokratis tidak berlaku dalil abad-abad

pertengahan yang berbunyi one king, one faith, one law. Asumsi-asumsi masyarakat pra-

demokrasi yang menganggap diversitas keagamaan sebagai distorsi tenunan sosial dan

ancaman serius bagi kerusuhan sosial tidak mendapat tempat lagi di dalam masyarakat

demokratis. Karena itu di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang demokratis

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, setiap warga negara dijamin kebebasannya

untuk beragama dan menjalankan agamanya dalam semangat toleransi, kerukunan,

dan kerja sama dengan umat beragama lain. Pluralitas keagamaan adalah sebuah

keniscayaan sosial masyarakat demokratis, sehingga masyarakat tidak mungkin

menghindarinya, kecuali merawatnya sehingga memberi kontribusi bagi kohesi dan

tenunan sosial (social fabric) di Indonesia. Demikian juga halnya, semua agama dan

semua aliran keagamaan mendapat kedudukan yang sama di hadapan pemerintah.

Secara ideal inilah konsep yang harus dipakai untuk membahas hubungan dan kerja

sama antara GMAHK Metro NTT dengan umat beragama lain dan dengan pemerintah.

Referensi historis yang alkitabiah juga menunjukan bahwa fenomena

aliran/denominasi yang bersifat sosiologis adalah bagian dari sejarah agama Kristen

sejak kemunculannya di zaman para rasul. Perbedaan konteks budaya dan intelektual

serta tantangan sosial politik agama Kristen akan mempengaruhi cara-cara orang

Kristen itu sendiri dalam memahami teks dan konteks kehendak Tuhan serta dalam

9 Ernst Troeltsch, The Social Teaching of the Christian Churches (Chicago & London: The University of Chicago Press, 1911), 181.

79

Page 16: Gerakan Gereja Metro di Amarasi Kupang NTTrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5316/2/ART_Tony Tampake... · beribu-ribu orang yang percaya dengan ajarannya ... Mereka tinggal

'Waskita, Jurnal Studi Agama dan Masyarakat

cara-cara mengorganisir aktivitas keagamaan mereka. Munculnya dua

aliran/denominasi GMAHK Metro di Amarasi sebagai pemekaran GMAHK Daerah NTT

di Kupang dapat dipandang secara sinopsis dengan kemunculan denominasi Kristen

Helenistik di Antiokhia sebagai pemekaran jemaat Kristen Yudaistik yang ada di

Yerusalem. Memang ada perbedaan di antara keduanya, tetapi perbedaan itu hanya

bersifat sosial dan kultural. Apa yang mempersatukan mereka adalah dasar

kepercayaan kepada Tuhan melalui Yesus Kristus.

Kesimpulan

Berdasarkan paparan dan analisis tersebut di atas maka dapat dibuat beberapa

kesimpulan, yaitu:

a. Di desa Ponain Kec. Amarasi dan di kelurahan Sonraen Kec. Amarasi Selatan

Kabupaten Kupang Provinsi NTT secara faktual telah berdiri sebuah

aliran/denominasi Kristen yang baru yang disebut Gereja Masehi Advent Hari

Ketujuh Metro NTT (GMAHK Metro NTT). Aliran/denominasi ini merupakan basil

pemisahan dari Gereja Masehi Advent hari Ketujuh Daerah NTT (GMAHK Daerah

NTT). GMAHK Metro NTT dideklarasikan pada tanggal 8 Mei 2006 di desa Ponain

Kec. Amarasi. Sebagai sebuah organisasi sosial kemasyarakat, GMAHK Metro NTT

berada di bawah Badan Hukum Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Metro Indonesia

yang berpusat di Jakarta.

b. Faktor-faktor yang menyebabkan lahirnya Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Metro

NTT (GMAHK Metro NTT) sebagai sebuah aliran/denominasi baru lebih bersifat

sosiologis antropologis. Oleh karena itu, GMAHK Metro NTT hanya dapat dipandang

sebagai sebuah aliran/denominasi baru di dalam konteks organisasi sosial

keagamaannya.

c. Terdapat kesamaan ajaran dan praktek ritual antara GMAHK Metro dengan GMAHK

Daerah NTT. Oleh karena itu secara teologis dogmatis, GMAHK Metro NTT bukanlah

sebuah agama atau aliran/denominasi baru.

80

Page 17: Gerakan Gereja Metro di Amarasi Kupang NTTrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5316/2/ART_Tony Tampake... · beribu-ribu orang yang percaya dengan ajarannya ... Mereka tinggal

Tony Tampake, "Gerakan Gereja Metro..."

Daftar Pustaka

. Beritakanlah Firman Allah llmu Kehidupan Sejati dan Abadi melalui 28 Kepercayaan Dasar Kristiani Aikitabiah. Bandung: Indonesia Publishing House, 2010.

Abercrombie, Nicholas, Stephen Hill, Bryan Turner. Kamus Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2010.

Agus, Bustanuddin. Agama dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa, 2006.

Aritonang, Jan. Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1995.

Azra, Azyumardi. Merawat Kemajemukan Merawat Indonesia. Yogyakarta: Kanisius, 2007.

Barker, Eillen. New Religious Movements. London: HMSO Bookshops, 1991.

Castells, Manuel. The Power of Identity. Oxford UK: Blackwell Publishing, 2004.

Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.

Furseth, Inger. An Introduction to Sociology of Religion. Burlington USA: Ashgate Publishing Company, 2006.

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Peraturan Jemaat GMAHK. Bandung: Indonesia Publishing House, 2005.

Hendropuspito. 1983. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius & BPK Gunung Mulia.

Mahyuzar, M. Atlas Tematik Kabupaten Kupang. Semarang: Penerbit Aneka llmu, 2010.

Mead, Frank S & Hill, Samuel S. Handbooks of Denominations. Nashville: Abingdon Press, 2008.

Soelle, Dorothee. The Silent Cry; Mysticism and Resistance. Hamburg: Augsburg Fortress, 2001.

Troeltsch, Ernst. The Social Teaching of the Christian Churches. Chicago & London: The University of Chicago Press, 1931.

Verkuyl, J. Geredja dan Bidat. Djakarta: Badan Penerbit Kristen, 1962.

81