Geopolitics,Geostrategy, and Nation State

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/7/2019 Geopolitics,Geostrategy, and Nation State

    1/4

    3rd paper of Geopolitics & Geostrategy

    Written by: Kurnia Sari NastitiSubmited: March,30,2010

    070810531

    Geopolitik, Geostrategi, dan Nation-State

    Fenomena munculnya nation-state pertama kali berkembang antara abad ketujuhbelas

    sampai abad kesembilanbelas setelah kekaisaran romawi suci (holy roman empire) runtuh.

    Pada masa-masa sebelumnya, khususnya pada abad pertengahan, hubungan antara wilayah

    satu dengan lainnya dilakukan bukan atas nama negara melainkan atas nama city-states atau

    polis. Bentuk-bentuk city-sates ini terutama banyak di jumpai di wilayah Yunani. Dan

    bentuk pemerintahan yang dipilih di sebagian besar wilayah Eropa pada waktu itu adalah

    bentuk kekaisaran atau kerajaan, yang mana memiliki kegemaran untuk memperluas

    wilayah dengan melakukan praktek kolonialisme ke wilayah tetangganya. Oleh karenanya,

    pada masa itu banyak terjadi perang perebutan wilayah antar kerajaan maupun antar dinasti

    yang pada akhirnya berujung pada perang berkepanjangan selama tiga puluh tahun (30 years

    war) yang melibatkan berbagai kerajaan dari latar belakang agama dan budaya yang berbeda-

    beda, salah satu yang terlibat di dalamnya adalah dinasti Hapsburk dan dinasti Bourbon.

    Peperangan perebutan wilayah selama tiga puluh tahun ini mengakibatkan kehancuran pada

    dinasti-dinasti yang secara power lemah dan mengakibatkan kerugian finansial yang parah

    pada dinasti-dinasti besar. Lama-kelamaan satu persatu dinasti atau keakaisaran ini runtuh,mulai dari keruntuhan Habsburg empire, Ottoman empire, dan juga Tsarist Russia. Thirty

    Years Warpun akhirnya berakhir dengan ditandai dibuatnya kesepakatan Wesphalia (Treaty

    of Westphalia) di tahun 1648 yang secara garis besar membentuk konsep legal tentang

    kedaulatan suatu wilayah yang berarti bahwa para penguasa atau kedaulatan-kedaulatan yang

    sah tidak akan mengakui pihak-pihak lain yang memiliki kedudukan yang sama secara

    internal dalam batas-batas kedaulatan wilayah yang sama.1 Keruntuhan kekaisaran Eropa dan

    adanya kesepakatan Westphalia menandai dimulainya babak baru dunia (new world order)

    yang kemudian mempengaruhi pola hubungan internasional. Hubungan yang semula

    didasarkan pada hubungan antarcity-states kini berubah menjadi antarnation-state.

    Menurut Graham Evans dalam Dictionary of International Relations, penggabungan

    kata nation dan states menjadi nation-states lebih tepatnya merujuk pada proses

    sentralisasi politik yang muncul pada abad kesembilanbelas yang dicirikan dengan adanya

    penggabungan (fusion) antara organisasi politik dengan kelompok sosial politik yang

    1 Watron, Adam. The Evolution of International Society. p.25

    1 | P a g e

  • 8/7/2019 Geopolitics,Geostrategy, and Nation State

    2/4

    3rd paper of Geopolitics & Geostrategy

    Written by: Kurnia Sari NastitiSubmited: March,30,2010

    070810531

    tergabung dalam suatu nation.2 Sedangkan istilah states sendiri merujuk pada teritorial

    yang memiliki batas-batas tertentu dimana di dalamnya terdapat sekelompok orang yang

    mendiami, ada ketetapan hukum, mata uang, dsb.3 Dan istilah nationmerujuk pada

    sekelompok orang yang mengakui adanya kesamaan di antara mereka, baik itu kesamaan

    bahasa, budaya, maupun latar belakang historis.4 Namun, yang perlu digarisbawahi adalah

    bahwa suatu nation dapat berdiri tanpa adanya states dan states tidak harus selalu

    memiliki kehomogenan nation atau dapat terdiri dari beberapa nation. Contoh

    nation tanpa state: Tibetians; Chechnyans; Palestinians; dan Sioux yang mendiami

    Amerika. Dan contoh state yang didiami oleh lebih dari satu nation misalnya Amerika

    yang penduduknya terdiri dari orang-orang Afrika, dan juga Inggris.

    State pada hakekatnya adalah spatial unit (unit tempat) dari permukaan bumi.5

    Sehingga dalam nation-state, kualitas spatial atau kualitas wilayah geografis yang ditempati

    manusia merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Karena, akan selalu terdapat

    keterkaitan antara manusia dengan lingkungannnya (the people and the environment), state

    dengan lingkungannya (the state and the environment, dan manusia dengan state (the people

    and the state). Sehingga state bertanggung jawab atas warisan geografis di negaranya

    dimana itu akan mempengaruhipowerdari state itu sendiri.

    Dan, secara keseluruhan, sejarah perubahan sistem politik dunia (mulai dari masih

    menggunakan sistem empire dimana hanya mengenal istilah city-states atau polis hingga

    akhirnya berkembang nation-states sebagaimana telah dijelaskan di atas) dan adanya

    pemahaman para aktor akan state sebagai spatial unit yang dapat mempengaruhi power

    dari suatu negara berimbas pada terjadinya pergeseran dan perubahan dalam aspek geopolitik

    dan geostrategi yang dijalankan oleh negara. Baik di era empires maupun era nation-states,

    pandangan Friedrich Ratzel sepenuhnya terbukti bahwa negara tak ubahnya menyerupaiorganisme yang terus tumbuh dan berkembang dan bahwasanya prinsipLebensraum yang

    menekankan bahwa the health of nation is reflected in the expanse of a states borders benar-

    benar terbukti dengan menjamurnya praktek-praktek kolonialisme di era 30 years warhingga

    akhir Perang Dingin yang menunjukkan bahwa negara harus berekspansi untuk tetap hidup.

    2 Evans,Graham. Dictionary of International Relations.p.344

    3 ,4 Griffiths, Martin. International Relations The Key Concepts. p.209

    5 Rennie,John.An Introduction to Political Geography.p.115

    2 | P a g e

  • 8/7/2019 Geopolitics,Geostrategy, and Nation State

    3/4

    3rd paper of Geopolitics & Geostrategy

    Written by: Kurnia Sari NastitiSubmited: March,30,2010

    070810531

    Dan, untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan ekspansi atau kolonialisasi ke

    wilayah lain, para aktor di era itu menerapkan prinsip geopolitik dan geostrategi yang

    dikemukakan oleh Alexander Nikolaievich Prokofiev de Seversky dan Alfred Thayer Mahan

    dimana untuk mencapai keberhasilan perang dibutuhkan keseimbangan kekuatan yang

    mampu mengendalikan faktor geografis yakni laut dan udara. Untuk itu geostrategi yang

    diterapkan adalah dengan mengoptimalkan kekuatan armada angkatan laut yang dilengkapi

    dengan kapal perang berlapis baja sebagaimana diungkapkan oleh Mahan dalam karyanya

    The Influence of Sea Power Upon History, 1660-1783 . Selain itu untuk menaklukan musuh

    yang datang melalui udara dibutuhkan strategi-strategi air bombardment sebagaimana

    dijelaskan oleh Seversky melalui karyanya Victory Through Air Power.

    Namun, seiring dengan berakhirnya Perang Dunia II dan menculnya gelombang

    dekolonisasi khususnya di Asia dan Afrika, geopolitik dan geostrategi yang diterapkan oleh

    negara-negara barat megalami pergeseran. Praktek kolonialisme mulai berkurang. Negara-

    negara barat memilih menggunakan taktikproxy war untuk menyebarkan pengaruhnya ke

    wilayah Asia dan Afrika. Untuk itu geopolitik dan geostrategi yang diterapkan pun berbeda

    dari yang sebelumnya. Pasca Perang Dunia II sampai akhir Perang Dingin, negara-negara

    Barat mulai menyadari kebenaran tulisan Immanuel Maurice Wallerstein tentang The

    Modern World-System yang muncul di tahun 1974, 1980 dan 1989 dan meyakini bahwa telah

    terjadi perubahan yang signifikan dalam tatanan dunia yang kemudian menyebabkan

    munculnya interdependensi antara negara-negara core, semi-periphery dan periphery.

    Sehingga kemudian negara-negara barat lebih memilih praktek imperialisme sebagai cara

    untuk melakukan ekspansi ke wilayah negara lain. Salah satu caranya adalah dengan

    melakukan perdagangan dengan mengutamakan negara-negara tetangga ataupun negara yang

    se-regional, yang mana secara geografis letaknya lebih dekat sehingga menghemat biaya

    pengiriman barang serta secara kultural masih memungkinkan adanya keterkaitan sehingga

    produksi yang mereka pasarkan lebih besar peluangnya untuk dapat diterima di pasaran.

    Kesimpulan dan Opini:

    Secara keseluruhan, perubahan sistem politik dunia dari sistem empires hingga menjadi

    sistem nation-state saat ini, dan adanya kesadaran para aktor akan pentingnya state sebagai

    3 | P a g e

    http://en.wikipedia.org/wiki/The_Influence_of_Sea_Power_upon_Historyhttp://en.wikipedia.org/wiki/The_Influence_of_Sea_Power_upon_Historyhttp://en.wikipedia.org/wiki/Victory_Through_Air_Powerhttp://en.wikipedia.org/wiki/The_Influence_of_Sea_Power_upon_Historyhttp://en.wikipedia.org/wiki/Victory_Through_Air_Power
  • 8/7/2019 Geopolitics,Geostrategy, and Nation State

    4/4

    3rd paper of Geopolitics & Geostrategy

    Written by: Kurnia Sari NastitiSubmited: March,30,2010

    070810531

    spatial unit yang mampu mempengaruhipowersuatu negara membawa implikasi nyata pada

    aspek geopolitik dan geostrategi yang diterapkan oleh masing-masing negara.

    Menurut saya, contoh nyata dapat dilihat dari strategi diplomasi yang dilakukan Yunani

    (tentunya dengan mempertimbangkan aspek geopolitik dan geostrategi). Saat masih

    menggunakan sistem polis, Yunani hanya mengirimkan perwakilan diplomatik (Heralds) ke

    wilayah-wilayah yang secara geografis letaknya tidak terlalu jauh dan sifat perwakilannya

    tidak menetap permanen di wilayah lain. Namun sejak berkembangnya sistem nation-state

    dan diakuinya kedaulatan suatu negara, serta seiring meningkatnya interdependensi antar-

    negara, misi diplomatik yang dilakukan oleh Yunani tidak terbatas pada wilayah yang dekat

    secara geografis. Yunani mulai memanfaatkan potensi wilayahnya yang dekat dengan Laut

    Tengah sebagai sarana untuk menjalin diplomasi dan misi perdagangan dengan negara-negara

    Timur Tengah dan sebagian negara Afrika tanpa perlu khawatir akan ekspansi bangsa lain

    karena adanya prinsipsovereignty.

    Referensi:

    Evans,Graham. (1998). Dictionary of International Relations. Oxford: Penguin Group.

    Griffiths, Martin. (2001).International Relation: The Key Concepts. London: Routledge.

    Watron, Adam. (1992). The Evolution of International Society. London: Routledge.

    Rennie, John. (1993).An Introduction to Political Geography. London: Routledge.

    4 | P a g e