8
GANGGUAN KELANCARAN BICARA “GAGAP” PADA ANAK Choiriyah Retna Sari Abstract: The trouble of speaking is one of intrude on spoken which is faced by children. The trouble of speaking it happened because of fisiology and psychology factors. One of them is called stammer or stuttering. Stammer is a trouble in speaking ability, its mean they can’t speak fluently and fastly. Stammer usually happen between 2-7 years old in 1 among 100 childrens. The characteristic of stammer likes repeating voice, word, sentence or a blocking which is spasmodic, spasme tonic can be appear from speech muscles like tongue, lips. The causing of stammer still clear yet, but worried social factors are considered have influenced it. To solve the problem generally it can be done by speech therapy by fluency-shaping program and psychology conseling to overcome social worried and others emotional problems and also the good attitude from parents, so that the childrens who has trouble in speaking or stammer will save and comfort in speaking. Kata kunci: Gangguan Bicara, Gagap, karakteristik dan penanganan. Pendahuluan Bahasa merupakan alat komunikasi utama dalam kehidupan manusia, karena tanpa bahasa kehidupan sosial antar individu yang membentuk kelompok masyarakat sulit untuk dibina. Karena dengan bahasa manusia mampu berkomunikasi dan bekerjasama (Kridalaksana: 2005:4). Dan para pakar linguistik deskriptif biasanya mendefinisikan bahasa sebagai “satu lambing bunyi yang bersifat arbitrer”, yang kemudian lazim ditembah dengan yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri.” (Chaer, 1994). Dari definisi diatas, dapat dilihat betapa bahasa memiliki fungsi yang besar dalam tindak interaksi antara manusia, dan juga sebagai salah satu alat komunikasi yang

GANGGUAN KELANCARAN BICARA pada anak.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GANGGUAN KELANCARAN BICARA pada anak.docx

GANGGUAN KELANCARAN BICARA “GAGAP” PADA ANAKChoiriyah Retna Sari

Abstract: The trouble of speaking is one of intrude on spoken which is faced by children. The trouble of speaking it happened because of fisiology and psychology factors. One of them is called stammer or stuttering. Stammer is a trouble in speaking ability, its mean they can’t speak fluently and fastly. Stammer usually happen between 2-7 years old in 1 among 100 childrens. The characteristic of stammer likes repeating voice, word, sentence or a blocking which is spasmodic, spasme tonic can be appear from speech muscles like tongue, lips. The causing of stammer still clear yet, but worried social factors are considered have influenced it. To solve the problem generally it can be done by speech therapy by fluency-shaping program and psychology conseling to overcome social worried and others emotional problems and also the good attitude from parents, so that the childrens who has trouble in speaking or stammer will save and comfort in speaking.

Kata kunci: Gangguan Bicara, Gagap, karakteristik dan penanganan.

 Pendahuluan

Bahasa merupakan alat komunikasi utama dalam kehidupan manusia, karena tanpa bahasa kehidupan sosial antar individu yang membentuk kelompok masyarakat sulit untuk dibina. Karena dengan bahasa manusia mampu berkomunikasi dan bekerjasama (Kridalaksana: 2005:4). Dan para pakar linguistik deskriptif biasanya mendefinisikan bahasa sebagai “satu lambing bunyi yang bersifat arbitrer”, yang kemudian lazim ditembah dengan yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri.” (Chaer, 1994).

Dari definisi diatas, dapat dilihat betapa bahasa memiliki fungsi yang besar dalam tindak interaksi antara manusia, dan juga sebagai salah satu alat komunikasi yang tanpa disadari oleh manusia asal muasal keberadaannya. Rohmania (2012:3-4) menyatakan pada hakikatnya bahasa adalah suatu kegiatan alamiah yang sama halnya dengan kegiatan bernapas yang kita tidak memikirkannya. Akan tetapi, nila kita pikirkan seandainya kita tidak berbahasa dan tidak melakukan tindak berbahasa , maka identitas kita sebagai “genus manusia’ (homosapiens) karena bahasa mencerminkan “kemanusiaan”. Yang paling membedakan kita dengan makhluk lain ialah bahwa kita mempunyai bahasa.

Selanjutnya, dalam berbahasa tentunya terdapat proses dalam mendapatkannya, baik disadari atau tidak oleh manusia. Pemerolehan bahasa lebih dipilih untuk bahasa ibu yang didapatkan oleh anak-anak yang dibuktikan dengan encode fonologi, karena encode yang lain seperti semantic dan gramatika berada didalam otak.

Menurut Darjowidjojo (2008:197-199) Bahasa dipelajari oleh tiap manusia secara berproses, yaitu sejak bayi antara usia 6-8 minggu anak mulai mendekut (cooing), merupakan bunyi-bunyi yang belum bisa diidentifikasi karena hanya menyerupai bunyi vokal dan konsonan; kemudian sekitar umur 6 bulan anak mulai mampu berceloteh (babbling) dengan menuturkan bunyi yang berupa suku kata; lalu pada umur sekitar 1 tahun anak mulai mampu menuturkan bunyi yang sudah bisa diidentifikasi sebagai kata meskipun belum lengkap, misalnya untuk kata ikan hanya akan dilafalkan dengan kan; perkembangan selanjutnya, anak akan mulai berujar dengan ujaran satu kata (one word utterance), menjelang umur dua tahun barulah anak mulai mampu berujar dengan ujaran dua kata (two word utterance); hingga pada

Page 2: GANGGUAN KELANCARAN BICARA pada anak.docx

sekitar umur 4-5 tahun anak akan mampu berkomunikasi dengan lancar. Kemampuan berujar anak dengan patokan-patokan di atas bersifat relatif karena perbedaan faktor biologi pada setiap manusia, namun urutan pemerolehan bahasa pada anak itu sama: dari dekutan (cooing), ke celotehan (babbling), ke ujaran satu kata (one word utterance), kemudian ke ujaran dua kata (two word utterance) (Lihat juga Steinberg, Dany, dkk, 2001).

Gangguan BicaraPenyebab yang menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi yang disebut dengan

gangguan berbahasa sangat banyak. Gangguan berbahasa dapat disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada alat artikulasi, bisa juga karena terjadinya kerusakan pada otak (http://repository.usu.ac.id/bitstream/pdf).

Menurut Shidarta (1984) dalam Chaer secara medis gangguan berbahasa itu dapat dibedakan atas tiga golongan, yaitu (1) gangguan berbicara, (2) gangguan berbahasa, (3) gangguan berpikir. Ketiga gangguan ini masih dapat diatasi kalau penderita gangguan itu mempunyai daya dengar yang normal, bila tidak tentu menjadi sukar atau sangat sukar (Chaer, 2009:148-149). Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, masalah suara, masalah kelancaran berbicara yang biasa disebut dengan gagap; afasia, yaitu kesulitan dalam menemukan dan menggunakan kata-kata, biasanya akibat gangguan pembuluh darah otak (stroke) dan juga luka-luka kepala karena kecelakaan(Cahyono, 1994: 263-264); serta keterlambatan dalam berbicara atau berbahasa.

Berbicara merupakan aktivitas motorik yang mengandung modalitas psikis. Oleh karena itu Chaer (2009:149) mengelompokkan gangguan bicara dalam dua kategori. Pertama gangguan mekanisme berbicara yang berimplikasi pada gangguan organic; dan kedua gangguan berbicara psikogenik. Selain itu ketidak mampuan berbahasa ada yang secara biologis, kognitif, dan psikogenik, dan linguistic (Indah, 2012:39)

Penulis mengkhususkan pembahasannya pada salah satu gangguan bicara secara psikogenik. Dimana gangguan secara psikogenik menurut Chaer (2009:152) sebenarnya tidak bisa disebut sebagai suatu gangguan berbicara. Mungkin lebih pada variasi cara berbicara yang normal, tetapi yang merupakan ungkapan dari gangguan dibidang mental. Modalitas mental yang terungkap oleh cara berbicara sebagian besar ditentukan oleh nada, intonasi, dan intensitas suara, lafal, dan pilihan kata. Ujaran yang berirama lancer atau tersendat-sendat dapat juga mencerminkan sikap mental si pembicara.

Chaplin dalam Kamus Lengkap Psikologi (2006:396) mengatakan penyakit psikogenik adalah satu penyakit fungsional yang tidak diketahui basis organiknya, karena itu, mungkin disebabkan oleh konflik atau tekanan atau stress emosional (http://repository.usu.ac.id/bitstream/pdf).

Salah satu kelainan berbahasa yang diakibatkan oleh faktor psikogenik adalah gagap yang umumnya lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada perempuan.

GANGGUAN KELANCARAN BERBICARA “GAGAP” DAN KARAKTERISTIKNYA

Gagap atau stuttering adalah berbicaa yang kacau karena sering tersendat-sendat, mendadak berhenti, lalu mengulang suku kata pertama, kata-kata berikutnya, dan setelah berhasil mengucapkan kata-kata itu kalimat dapat diselesaikan. Seringkali si pembicara tidak berhasil mengucapkan suku kata awal, hanya dengan susah payah berhasil mengucapkan konsonan atau vocal awalnya saja. Lalu dia memilih kata lain, dan berhasil menyelesaikan kalimat tersebut meskipun dengan susah payah juga. Dalam usahanya mengucapkan kata pertama yang barangkai gagal, si pembicara menampakkan letih dan rasa kecewanya (Chaer, 2009:153).

Page 3: GANGGUAN KELANCARAN BICARA pada anak.docx

Menurut Tri Gunardi, S.Psi., gagap merupakan suatu gangguan bicara dimana aliran bicara terganggu tanpa disadari dengan adanya pengulangan dan pemanjangan suara, suku kata, kata atau frasa, serta jeda atau hambatan tak disadari yang mengakibatkan gagalnya produksi suara. Kalau dalam komunikasi, gagap merupakan salah satu gangguan irama kelancaran (disritmia) dalam tatanan ujaran.

Gagap biasanya dimulai pada usia antara 2 dan 7 tahun dan terdapat pada sekitar 1 diantara 100 anak sebelum pubertas (APA,2000). Menurut Rohamnia (2012:116) Gangguan ini ditandai oleh satu dari beberapa karakteristik sebagai berikut: (1) Repitisi dari suara-suara dan suku kata, (2) Perpanjangan pada suara-suara tertentu, (3) Penyisipan suara-suara yang tidak tepat, (4) kata-kata yang terputus, seperti adanya ejda diantara kata-kata yang diucapkan, (5) Hambatan dalam berbicara, (6) Circumlucution (substitusi kata-kata alternative untuk menghindari kata-kata yang bermasalah), (7) Tampak adanya tekanan fisik ketika mengucapkan kata-kata, dan (8) Repitisi dari kata yang terdiri dari suku kata tunggal (misalnya, “S-s-saya senang bertemu Anda”).

Meskipun belum diketahui secara tuntas sebab-sebab tertentu dari terjadinya gangguan berbicara ini, tetapi beberapa beberapa hal dari factor fisik dan psikologi diaggap berperan (Indah, 2012:57). Faktor fisik kemungkinan berasal dari keturunan yang menyebabkan ketidaksempurnaan secara fisik, seperti gangguan pada syaraf bicara, gangguan alat bicara, keterbatasan lidah. Sedangkan faktor psikologis yaitu ketegangan yang berasal dari reaksi seseorang terhadap lingkungannya, di antaranya adalah stress mental karena sesuatu yang dirasakan, namun tidak mampu untuk dilakukan. Menurut beberapa penelitian, gagap lebih banyak disebabkan oleh faktor psikologis dibanding fisiologis. Trauma, ketakutan, kecemasan, dan kesedihan pada masa kecil bisa menyebabkan seseorang menjadi gagap sampai dewasa. Misalnya, anak yang kedua orang tuanya sering bertengkar, sehingga membuat anak takut, cemas, sedih, dan sering menangis. Cara bicara yang gagap ketika menangis bisa menjadi kebiasaan sampai ia dewasa (http://long life education.html).

Dulu gagap dianggap terjadi karena adanya pemaksaan untuk menggunakan tangan kanan pada anak-anak yang kidal. Namun, kini anggapan tersebut tidak dapat dipertahankan. Gagap termasuk disfasia ringan yang lebih sering terjadi pada kaum laki-laki daripada perempuan, dan lebih banyak terjadi pada golongan remaja daripada orang dewasa (Indah, 2012:57)

Berdasarkan berat dan ringannya gangguan, gagap terbagi menjadi tiga tipe yaitu: (1) Gagap Perkembangan: Gagap perkembangan biasa terjadi pada anak-anak usia 2-4 tahun dan remaja yang sedang memasuki masa pubertas, (2) Gagap Sementara/Gagap Ringan: Anak-anak usia 6-8 tahun sering mengalami gagap sementara, hal ini biasanya hanya berlangsung sebentar, (3) Gagap Menetap: Gagap ini dapat terjadi pada anak usia 3-8 tahun. Biasanya lebih banyak disebabkan oleh faktor kelainan fisiologis alat bicara dan akan terus berlangsung. Anak yang menderita gagap menetap, alternatif penanganannya adalah dengan melakukan terapi wicara (speech therapy) (http://long life education.html).

Page 4: GANGGUAN KELANCARAN BICARA pada anak.docx

PENANGANAN ANAK YANG MENGALAMI GAGAPPada dasarnya, dengan hasil dari beberapa penelitian, gagap muncul terutama pada

laki-laki dengan rasio sekitar 3:1. Gagap akan hilang pada 80% anak, umumnya sebelum usia 16 tahun. Sebanyak 60% kasus menunjukkan perbaikan tanpa penanganan (Greene dkk., 2005).

Menurut Drs Suripto SSpTh, terapis wicara RS Dr Oen Surakarta, beberapa hal yang perlu diwaspadai terkait dengan gagap adalah apabila orangtua melihat anaknya gagap yang disertai dengan kesulitan mengucapkannya secara fisik. Sebagai contoh, anak memperlihatkan kesulitan mengoordinasikan alat-alat bunyi (mulut atau lidah) sehingga tampak seperti tidak wajar, atau sering memukul anggota tubuhnya agar keluar kata-kata sebagaimana yang tadi telah disinggung di atas. Jika hal ini terjadi sebaiknya orangtua segera memeriksa anaknya ke terapis wicara. Pendekatan yang banyak digunakan oleh terapis wicara untuk menangani anak kecil yang gagap adalah program pelancaran bicara (fluency-shaping program). Dalam program ini, fokusnya adalah meningkatkan pengeluaran kata-kata yang lancar pada anak. Program tersebut dilakukan dengan tujuan agar anak berbicara satu suku kata atau kata dengan lambat dan rileks. Jumlah kata-kata ini kemudian pelan-pelan ditingkatkan sampai anak bisa bicara satu kalimat. Proses ini akan bermula dari beberapa minggu hingga beberapa bulan atau lebih. Metode ini akan efektif jika orangtua bisa mengikuti sesi terapi sehingga mereka bisa belajar menggunakan pendekatan yang sama di rumah.

Selain langkah di atas, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh orang tua yang dikutip dari sebuah artikel “Tips Mengatasi Gagap Pada Anak” yang menyatakan saran mengenai sikap yang dianjurkan atau tidak dianjurkan bagi orang tua dalam menghadapi anak yang menderita gagap, dengan tujuan agar tercipta suasana ‘nyaman’ yang dianggap akan membantu anak.

Sikap-sikap tersebut diantaranya: (1) Orang tua hendaknya tidak memerintahkan anak untuk selalu berbicara dengan tata bahasa yang benar. Biarkan anak untuk berbicara dengan nyaman dan menyenangkan, (2) Manfaatkan waktu makan bersama untuk melatih kelancaran berbicara anak. Hindari hal-hal lain yang mungkin mengganggu seperti televisi atau radio dan ciptakan suasana yang tenang di rumah, (3) Hendaknya tidak selalu mengkritik anak dengan ucapan seperti pelan-pelan saja atau semacamnya. Komentar semacam ini, walaupun diucapkan dengan niat baik, hanya akan membuat anak merasa semakin tertekan, (3) Jangan selalu menyuruh anak untuk berhati-hati dalam berbicara, biarkan anak berbicara dan mengucapkan kalimatnya sampai selesai, dan ijinkan anak untuk berhenti berbicara jika ia merasa tidak nyaman, (4) Jangan menyuruh anak untuk mengulangi kata-katanya, (5) Berbicaralah dengan pelan dan jelas kepada anak. Tataplah mata anak jika berbicara dengannya. Jangan melihat kearah lain dan hal yang tidak kalah penting adalah hendaknya orang tua tidak menunjukkan kekecewaan didepan anak, (6) Yang paling penting adalah: seringlah berlatih! Jadilah contoh yang baik bagi anak dengan selalu berbicara dengan jelas.

KESIMPULAN

Gagap merupakan salah satu gangguan berbicara selain afasia ataupun keterlambatan anak dalam berbicara. Secara garis besar, Gagap dapat didefinisikan sebagai gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. Gejalanya adalah Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata, atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir, dan laring.

Gangguan kelancaran berbicara ini tidak akan berlanjut sampai dewasa jika anak diterapi dengan baik dan segera, dan diberi dukungan dan motivasi dari lingkungan keluarga dan sekitarnya. kecuali jika penyebabnya adalah herediter (keturunan), ada kemungkinan

Page 5: GANGGUAN KELANCARAN BICARA pada anak.docx

agak sulit untuk dihilangkan. Gagap bisa disebabkan oleh faktor fisik maupun psikologis. Dan gagap lebih banyak disebabkan oleh faktor psikologis dibanding fisiologis, seperti trauma, ketakutan, kecemasan, dan kesedihan pada masa kecil bisa menyebabkan seseorang menjadi gagap sampai dewasa.

Mengenai penanganannya adalah dengan membawa anak penderita gagap ke ahli terapis wicara dengan mengikuti program pelancaran bicara (fluency-shaping program) dan memperlakukan anak tersebut dengan memperlakukan anak penderita gagap dengan sebaik-baiknya sebagimana yang telah dianjurkan di atas.

DAFTAR RUJUKAN

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.Anonim. 2012. http://harianjoglosemar.com/berita/atasi-gagap-dengan-program-

pelancaran-bicara-13556.html. Diakses pada 03 November 2012. Pukul 07.15 WIB.

Indah, Nur Rohmania. 2012. Gangguan Berbahasa Kajian Pengantar. Malang: UIN MALIKI-Press.

Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal – Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press.

Steinberg, Danny D. Dkk. 2001. Psycholinguistics: Language, Mind, and World. England: Longman.

Dardjowidjojo, Soenjono. 2008. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Zakiyah, Nita. 2012. http://niethazakia.blogspot.com/2012/10/gangguan-kelancaran-berbicara-gagap.html. Diakses pada hari Jumat Tanggal 7 Desember 2012. Pukul 09.15 WIB.

Greene B., Rathus. A, & Nevid S. 2005. Psikologi Abnormal Jilid 2. PT Gelora Aksara Pratama: Erlangga.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24440/5/Chapter%20I.pdf