23
Korespondensi berkenaan artikel ini dapat dialamatkan ke-email: [email protected] FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT DESA TANTAN KECAMATAN SEKERNAN KABUPATEN MUARO JAMBI Maizar Karim, Larlen dan Indriyani* FKIP Universitas Jambi ABSTRACT The result of the research shows that the function of the language found in the seloko of the marriage custom of Tantan Village of Sekernan Sub- district of Muaro Jambi Regency is the first of the Informational Function which include: custom kato or kato hukum, kato kias, maxim-petitih, and pantun. both expressive functions which include; proverbs, quiz words, pantun-rhymes and kato penyelo. all three aesthetic functions include; kias kias, apit-petitih, and pantun. all four directive functions include; pantun, kata kias, penyelo word, adat word and word of law, and adage-petitih. the five fatik functions that include; kato invite and kato penyelo. Hasil penelitian menunjukan bahwa Fungsi Bahasa yang ditemukan dalam seloko adat perkawinan masyarakat Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi adalah yang pertama Fungsi Informasional yang meliputi: kato adat atau kato undang, kato kias, pepatah-petitih, dan pantun. kedua fungsi ekspresif yang meliputi; pepatah-petitih, kata-kata kias, pantun-pantun dan kato penyelo. ketiga fungsi estetik meliputi; kato kias, pepatah-petitih, dan pantun. keempat fungsi direktif meliputi; pantun, kata kias, kata penyelo, kata adat dan kata undang, serta pepatah-petitih. kelima fungsi fatik yang meliputi; kato undang dan kato penyelo. Keywords ; Function Language, Seloko Customary Marriage Community of Tantan Village PENDAHULUAN Sastra Melayu Jambi merupakan bagian dari tradisi masyarakat Melayu Jambi yang terus menerus mempunyai nilai kegunaan dan masih dapat ditemukan di zaman modern pada saat ini. Sastra Melayu Jambi memiliki kedudukan penting di kalangan masyarakatnya, baik di masa lalu maupun di masa sekarang, karena Karya Sastra ini memperlihatkan gambaran yang baik dari masyarakat Melayu Jambi. Menurut Karim (2002:1) Sastra Daera Jambi adalah: Sastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat penuturnya sebagai alat komunikasi, baik oleh penduduk asli Melayu Jambi, maupun penduduk pendatang yang relatif sudah lama menetap di daerah Jambi.Bahasa ini termasuk ke dalam rumpun Bahasa Melayu.

FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN …repository.unja.ac.id/2210/1/artikel indri baru.pdfSastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa

  • Upload
    vohanh

  • View
    221

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN …repository.unja.ac.id/2210/1/artikel indri baru.pdfSastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa

Korespondensi berkenaan artikel ini dapat dialamatkan ke-email: [email protected]

FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN

MASYARAKAT DESA TANTAN KECAMATAN SEKERNAN

KABUPATEN MUARO JAMBI

Maizar Karim, Larlen dan Indriyani*

FKIP Universitas Jambi

ABSTRACT

The result of the research shows that the function of the language found in

the seloko of the marriage custom of Tantan Village of Sekernan Sub-

district of Muaro Jambi Regency is the first of the Informational Function

which include: custom kato or kato hukum, kato kias, maxim-petitih, and

pantun. both expressive functions which include; proverbs, quiz words,

pantun-rhymes and kato penyelo. all three aesthetic functions include; kias

kias, apit-petitih, and pantun. all four directive functions include; pantun,

kata kias, penyelo word, adat word and word of law, and adage-petitih. the

five fatik functions that include; kato invite and kato penyelo.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Fungsi Bahasa yang ditemukan dalam seloko adat perkawinan masyarakat Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi adalah yang pertama Fungsi Informasional yang meliputi: kato adat atau kato undang, kato kias, pepatah-petitih, dan pantun. kedua fungsi ekspresif yang meliputi; pepatah-petitih, kata-kata kias, pantun-pantun dan kato penyelo. ketiga fungsi estetik meliputi; kato kias, pepatah-petitih, dan pantun. keempat fungsi direktif meliputi; pantun, kata kias, kata penyelo, kata adat dan kata undang, serta pepatah-petitih. kelima fungsi fatik yang meliputi; kato undang dan kato penyelo. Keywords ; Function Language, Seloko Customary Marriage Community

of Tantan Village

PENDAHULUAN

Sastra Melayu Jambi merupakan bagian dari tradisi masyarakat

Melayu Jambi yang terus menerus mempunyai nilai kegunaan dan masih

dapat ditemukan di zaman modern pada saat ini. Sastra Melayu Jambi

memiliki kedudukan penting di kalangan masyarakatnya, baik di masa lalu

maupun di masa sekarang, karena Karya Sastra ini memperlihatkan

gambaran yang baik dari masyarakat Melayu Jambi.

Menurut Karim (2002:1) Sastra Daera Jambi adalah:

Sastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu

Jambi adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat penuturnya

sebagai alat komunikasi, baik oleh penduduk asli Melayu Jambi, maupun

penduduk pendatang yang relatif sudah lama menetap di daerah

Jambi.Bahasa ini termasuk ke dalam rumpun Bahasa Melayu.

Page 2: FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN …repository.unja.ac.id/2210/1/artikel indri baru.pdfSastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa

Fungsi Bahasa Dalam Seloko Adat Perkawinan Mastarakat Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.

Dalam berinteraksi antarmasyarakat adat maupun antarpemimpin

dengan masyarakat adatnya, masyarakat adat Melayu Jambi berpedoman

pada pepatah petitih dan seloko adat yang dijadikan pegangan dalam

melakukan interaksi sosial di tengah masyarakat. Karim (2002:1)

mengatakan bahwa: Seloko dalam sastra lisan daerah Jambi disebut

seluko, sloko, berasal dari Bahasa Sansakerta cloka, yaitu bentuk puisi

dalam Mahabrata dan Ramayana di India.Sajak-sajak dalam yang berupa

cloka dalam kitab itu amat sederhana, terdiri dari 4-8 suku kata, tidak

terlalu memperhatikan persajakan.Dalam Bahasa Melayu yang dinamakan

seloko itu ialah suatu sajak yang terdiri dari empat baris yang masing-

masing baris memiliki empat kata yang terdiri dari 8-11suku kata.

Seloko juga merupakan karya sastra Melayu Jambi yang

didalamnya terkandung Fungsi Bahasa yaitu hubungan antara suatu

unsur bahasa dengan unsur-unsur lain dalam konteks komunikasi yang

luas. Fungsi-fungsi tersebut yaitu: Fungsi Informasional, Fungsi Ekspresif,

Fungsi Direktif, Fungsi Estetik dan Fungsi Fatik.

Seloko adat slalu digunakan dalam setiap pelaksanaan acara adat

perkawinan seperti; 1.ngantar tando, 2.tunangan sekaligus nerimo adat

atau hantaran adat, 3.perkawinan atau akad nikah, 4.belarak penganten di

hari resepsi pernikahan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil keempat

upacara adat tersebut untuk dijadikan objek penelitian di Desa Tantan

Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi. Salah satu contoh seloko

yang sering digunakan masyarakat Desa Tantan dalam upacara adat

perkawinan adalah: “Bak aur dengan tebing,tebing sayang aur, aur

sayang tebing”.

Maksud dari seloko di atas adalah Bak aur dengan tebing, tebing

sayang aur, aur sayang tebing, mempunyai maksud bahwa aur dengan

tebing itu saling menguatkan, aur menguatkan tebing, tebing menguatkan

aur, sepertihalnya sebuah perkawinan harus saling menguatkan satu

degan yang lain.

Masyarakat Desa Tantan adalah salah satu masyarakat yang

memiliki dan memegang teguh adat istiadat yang diajarkan oleh orang tua

terdahulu, salah satunya adalah penuturan seloko adat. Dalam

pelaksanaan upacara adat perkawinan masyarakat Desa Tantan

Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi seloko adat biasanya

dituturkan oleh nenek mamak, tuo tengganai dan pemuko adat, penuturan

ini dilakukan pada setiap upacara adat di depan khalayak ramai.

Dipilihnya Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro

Jambi ini sebagai lokasi penelitian didasarkan pada bebrapa alasan, yaitu;

1.Masyarakat Desa Tantan masih menuturkan seloko adat dalam upacara

adat perkawinan, 2.Seloko yang terdapat di Desa Tantan masih kental

dengan adat Melayu Jambi, 3.Seloko adat di Desa Tantan perlu

Page 3: FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN …repository.unja.ac.id/2210/1/artikel indri baru.pdfSastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa

Indriyani

dilestarikan dan dijaga dengan baik karena merupakan warisan budaya

turun-temurun dari zaman dahulu.

Dipilihnya seloko adat perkawinan sebagai objek penelitian

dikarenakan peneliti ingin mengetahui secara mendalam tentang seloko

adat perkawinan, sekaligus bertujuan untuk melestarikan budaya lokal

sehingga seloko upacara adat perkawinan masyarakat Desa Tantan

Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi tidak hilang seiring dengan

perkembangan zaman yang semakin maju. Selain itu tujuan dipilihnya

seloko adat perkawinan ini agar para anak-anak muda tidak lupa pada

seloko yang merupakan tradisi budaya Melayu Jambi yaitu seloko adat

yang diucapkan pada setiap upacara adat, baik upacara adat perkawinan

maupun upacara adat lainya.

Dalam penelitian ini peneliti akan mengkaji fungsi Bahasa yang

terdapat dalam seloko adat perkawinan di Desa Tantan Kecamatan

Sekernan Kabupaten Muaro Jambi. Adapun fungsi tersebut menurut

Leech (1981) adalah: 1. Fungsi Informasional, 2. Fungsi Ekspresif, 3.

Fungsi Estetik, 4. Fungsi Direktif Dan 5. Fungsi Fatik. Dipilihnya fungsi

Bahasa karena mengandung informasi tentang sejarah kehidupan,

ekspresi pikiran, perasaan, sikap dan penalaman kemudian mengandung

nilai-nilai keindahan, pesan, nasihat dan ajaran tentang kehidupan. Oleh

karena itu seloko adat perkawinan di Desa Tantan Kecamatan Sekernan

Kabupaten Muaro Jambi penting dan menarik untuk dijadikan objek

penelitian.

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang fungsi Bahasa seloko adat

Melayu Jambi dengan judul “ Fungsi Bahasa Dalam Seloko Adat

Perkawinan Masyarakat Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten

Muaro Jambi”.

Batasan Masalah

Peneliti membatasi penelitian ini pada fungsi Bahasa dalam seloko

adat, khususya seloko adat perkawinan Masyarakat Desa Tantan

Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah Fungsi Bahasa apa saja

yang terdapat dalam seloko adat perkawinan masyarakat Desa Tantan

Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi?

Tujuan

Page 4: FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN …repository.unja.ac.id/2210/1/artikel indri baru.pdfSastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa

Fungsi Bahasa Dalam Seloko Adat Perkawinan Mastarakat Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Fungsi Bahasa yang

terdapat dalam seloko adat perkawinan masyarakat Desa Tantan

Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.

Manfaat

Peneliti tentang fungsi bahasa dalam seloko adat perkawinan masyarakat

Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi diharapkan

dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak baik manfaat teoretis

maupun manfaat praktis. Secara teoretis penelitian ini dapat bermanfaat

sebagai bahan penyumbang dan pengembangan ilmu bahasa khususnya

seloko adat perkawinan masyarakat Desa Tantan Kecamatan Sekernan

Kabupaten Muaro Jambi. Sedangkan manfaat praktis sebagai bahan

referensi bagi peneliti lain yang tertarik mengkaji seloko adat dalam kajian

lain dan sebagai bahan pembendaharaan pustaka atau sebagai

dokumentasi guna untuk mempertahankan budaya Melayu dalam seloko

adat perkawinan masyarakat Desa Tantan Kecamatan Sekernan

Kabupaten Muaro Jambi agar tidak terpengaruh oleh adat modern.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Seloko

Seloko merupakan bagian dari sastra lisan.Sastra lisan pada

hakikatnya tidak lepas dari ciri yang mewarnainya pada karya sastra

tersebut, yaitu ciri kedaerahannya yang bersifat tradisional, sebab

pertumbuhan sastra lisan berpangkal tolak dari kehidupan daerah. Oleh

karena itu menyebut karya sastra lisan dengan sendirinya yang dimaksud

adalah sastra lisan yang berciri kedaerahan atau dengan kata lain sastra

daerah lisan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jambi,

1979). Dalam buku Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi

Jambi (1979) menjelaskan sastra daerah lisan adalah karya sastra yang

lahir dengan mempergunakan bahasa daerah. Penyebaran dan pewarisan

secara lisan pada umumnya tidak diketahui siapa penciptanya. Oleh

karena itu, penyebaranya secara lisan dengan sendirinya tidak terlepas

dari kemungkinan adanya suatu variasi atau penyimpangannya didalam

penuturannya, meskipun diucapkan oleh penutur yang sama. Adanya

variasi atau penyimpangan penuturan mengakibatkan terciptanya variasi-

variasi baru pada data yang sama.

Bahasa

Bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan

manusia, yaitu sebagai alat komunikasi, tanpa adanya Bahasa kita tidak

dapat berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu Bahasa berfungsi

Page 5: FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN …repository.unja.ac.id/2210/1/artikel indri baru.pdfSastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa

Indriyani

sebahgai sarana untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan seseorang

kepada orang lain. Mengingat pentingnya Bahasa itu, baik Bahasa

Indonesia maupun Bahasa Daerah maka perlu diadakan pembinaan dan

pengembangan Bahasa tersebut. Setiap daerah mempunyai tutur dan

unsur Bahasa tersendiri. Di Indonesia terdapat 480 ragam Bahasa daerah,

salah satunya adalah Bahasa Melayu Jambi. Bahasa Melayu Jambi

memiliki kedudukan dan fungsi yang sama dengan Bahasa-bahasa

daerah lainnya. Bahasa daerah berfungsi sebagai 1. Lambang

kebanggaan daerah, 2. Lambang identitas daerah, 3. Sarana komunikasi

didalam keluarga dan masyarakat daerah,4. Pendukung kebudayaan

daerah. Chaer, (1995: 297).

Fungsi Bahasa

Hal yang berkaitan dengan fungsi bahasa dalam seloko

berpedoman pada fungsi-fungsi bahasa secara umum menurut konsep

Leech (1981) yang meliputi fungsi informasional (informasional function),

fungsi ekspresif (expressive function), fungsi direktif (directive function),

fungsi estetik (aesthetic function) dan fungsi fatik (phatic function).

Jenis-jenis fungsi Bahasa tersebut yang dapat diidentifikasi dalam

seloko dapat dijabarkan berikut ini.

Fungsi Informasional

Fungsi informasional, yaitu bahasa yang berfungsi sebagai alat

untuk menyampaikan informasi (Leech, 1977:47). Dalam seloko fungsi

informasional berkaitan dengan bentuknya sebagai karya sastra yang

dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi mengenai bagaimana

sejarah dan bagaimana masyarakat harus berprilaku dalam kehidupan

sehari-hari.

Fungsi Ekspresif

Fungsi ekspresif, dipakai untuk mengungkapkan perasaan dan

sikap penuturnya, misalnya kata-kata sumpah serapah dan kata-kata

seru.Jika dalam fungsi informasional yang dipentingkan makna

konseptual, dalam fungsi ekspresif yang dipentingkan makna afektif

(Leech, 1977:47).

Fungsi Estetik

Fungsi estetik yaitu penggunaan bahasa berkaitan dengan karya

seni (Leech, 1977:48).Misalnya pantun, dalam seloko mengemban fungsi

estetik karena kapasitasnya sebagai salah satu genre sastra, seloko tidak

terlepas dari sifat karya sastra yang mengandung nilai-nilai keindahan

(estetika). Karena sifat khas karya sastra yang mengandung nilai-nilai

Page 6: FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN …repository.unja.ac.id/2210/1/artikel indri baru.pdfSastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa

Fungsi Bahasa Dalam Seloko Adat Perkawinan Mastarakat Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.

keindahan, dengan sendirinya bait-bait dalam seloko mengemban fungsi

estetik.

Fungsi Direktif

Fungsi direktif, yaitu jika bahasa yang digunakan bertujuan untuk

mempengaruhi perilaku atau sikap orang lain. Contoh fungsi ini adalah

pada ujaran yang berupa perintah dan permohonan (Leech, 1977:48).

Fungsi Fatik

Fungsi fatik, yaitu fungsi bahasa yang digunakan untuk menjaga

hubungan sosial secara baik dan menjaga agar komunikasi tetap

berkesinambungan (Leech, 1977:48). Menurut Leech (1981) fungsi yang

terakhir ini berorientasi kepada saluran yang dipakai dalam komunikasi.

Saluran yang dimaksud adalah pengunaan bahasa untuk memelihara

kontak antara pembicara atau penutur dengan pendengar atau petutur

(Lihat Jacobson, dalam Allen dan Corder, 1973:53).

Upacara Adat Perkawinan Melayu Jambi

Perkawinan merupakan fase kehidupan manusia yang sangat

penting dan sakral.Dibandingkan dengan fase kehidupan lainnya, fase

perkawinan boleh dibilang terasa sangat spesial. Perhatian pihak-pihak

yang berkepentingan dengan acara tersebut tentu akan banyak tertuju

kepadanya, mulai dan dari memikirkan proses akan pernikahan,

persiapannya, upacara pada hari perkawinan, hingga setelah upacara

selesai digelar. Yang ikut memikirkan tidak saja calon pengantinnya saja,

baik laki-laki maupun perempuan, tetapi yang paling utama juga termasuk

orang tua dan keluarganya karena perkawinan mau tidak mau pasti

melibatkan mereka sebagai orang tua-tua yang dihormati.

Lamaran/Ngantar Tando

Sebelum diadakan acara lamaran/ngantar tando, biasanya akan

ada utusan dari pihak laki-laki yang akan bertanya, ataupun

bersilahturahmi ke keluarga perempuan. Utusan ini akan mencari tau

apakah anak perempuan yang dimaksud sudah di kundang orang atau

sudah ada yang melamar. Setelah itu baru akan dilakukan prosesi

lamaran. Adapun yang dihantarkan pihak laki-laki kepada pihak

perempuan sebagai tanda pengikat diantaranya pakaian perempuan

sepelulusan, sirih pinang senampan, cicin emas belah rotan. Penyerahan

hantaran ini merupakan pertanda bahwa pihak laki-laki telah resmi

melamar pihak perempuan.

Ulur Hantar Serah Terimo Adat/Ngantar Adat

Page 7: FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN …repository.unja.ac.id/2210/1/artikel indri baru.pdfSastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa

Indriyani

Setelah acara ngantar tando dilaksanakan, maka tibalah hari

berlanjut pada proses hantaran adat dimana proses ini telah disepakati

sebelumnya oleh kedua belah pihak. Sebelum pengisian dan pengantaran

adat, nenek mamak kedua belah pihak bermusyawarah untuk

membicarakan apa saja adat yang diisi, lembago yang dituang pada hari

pengantaran adat.Bukan besar atau kecilnya antaran, tetapi ditentukan

oleh kepatuhannya memenuhi dan melaksanakan tuntutan adat.

Perkawinan Atau Akad Nikah

Hari pelaksanaan akad nikah biasanya mendekati hari resepsi

pernikahan, berjarak sekitar satu minggu sebelum resepsi pernikahan.

Pada hari akad nikah ini sebelumnya telah disepakati nenek–mamak

kedua belah pihak. Maka dilakukanlah proses akad nikah tersebut yang

merupakan kewajiban hukum syara’. Sebelum akad nikah biasanya ada

beberapa pertanyaan dari nenek mamak kepada mempelai laki-laki

seperti; 1.masalah agama, 2.mengenai mas kawin yang di minta oleh

mempelai perempuan. Setelah melaksanakan akad nikah mempelai laki-

laki boleh langsung tinggal di rumah mertua atau ada tenggang waktu

untuk tinggal di rumah mertua, hal ini disesuaikan dengan ikat buat janji

semayo antara kedua belah pihak.

Resepsi Pernikahan/Penganten

Acara puncak dari suatu perkawinan orang Jambi, ialah pesta

perkawinan, sedekah penganten atau belarak penganten.Pada hari itu

ditampilkan hiburan, dipajang hiasan-hiasan dan lain sebagainya.

Adapun rangkaian upacara pada hari pernikahan tersebut adalah:

a. Menjemput Sekaligus Belarak Penganten

b. Penyambutan

c. Serah Terimo

d. Buka Lanse

e. Tunjuk Ajar Tegur Sapo

f. Iwa(Pengumuman Peresmian Pernikahan).

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif tidak berupa angka atau

Page 8: FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN …repository.unja.ac.id/2210/1/artikel indri baru.pdfSastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa

Fungsi Bahasa Dalam Seloko Adat Perkawinan Mastarakat Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.

koefisien tentang hubungan variabel, tetapi berupa data yang kata-kata

tertulis maupun lisan yang dihasilkan sesuai dengan fakta yang ditemukan

di lapangan berdasarkan kepada penomena yang diteliti.

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif. Sugiyono (2011: 29) “penelitian deskriptif adalah

sebuah penelitian yang bertujuan unutk memberikan atau menjabarkan

suatu keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan

prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual.

3.2 Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti pada penelitian ini, peneliti sebagai pengamat

penuh. Peneliti terlibat langsung dalam semua kegiatan baik itu kegiatan

observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti melakukan wawancara

langsung kepada narasumber terkait sebagai petutur seloko adat, peneliti

juga melakukan wawancara terhadap narasumber lain agar mendapatkan

data yang lebih akurat, lengkap dan bervariasi.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih adalah Desa Tantan Kecamatan

Sekernan Kabupaten Muaro Jambi. Dipilih Desa Tantan sebagai lokasi

penelitian dikarenakan peneliti merupakan penduduk asli desa tersebut

sehingga peneliti mengetahui adat yang dipakai didaerahnya. Selain itu,

Desa Tantan merupakan penduduk asli Jambi yang masih mengunakan

seloko adat yang berlaku di Provinsi Jambi.

3.4 Data Dan Sumber Data

Data penelitian ini adalah fungsi Bahasa dalam seloko adat

perkawinan masyarakat Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten

Muaro Jambi. Data ini diperoleh langsung dengan mewawancarai tuo

tengganai yang menuturkan seloko adat tersebut dalam upacara adat

perkawinan yang berlaku di Desa Tantan.

Sumber data penelitian ini adalah seloko adat perkawinan

masyarakat Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi

diperoleh dari informan yang biasanya berseloko dalam upacara adat

perkawinan di Desa Tantan. Agar data yang diperoleh dijamin

kesahihannya, maka peneliti memilih seseorang untuk dijadikan informan

yang benar-benar mengerti tentang seloko adat yang dituturkan di Desa

Tantan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian.Karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan

data. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah berikut ini:

3.5.1 Observasi

Sebelum dan pada saat penelitian berlangsung, peneliti melakukan

pengamatan dan berinteraksi langsung dengan penutur soloko adat

Page 9: FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN …repository.unja.ac.id/2210/1/artikel indri baru.pdfSastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa

Indriyani

masyarakat Desa Tantan. Observasi ini bertujuan untuk memudahkan

peneliti untuk mampu memahami konteks data dalam keseluruhan

konteks data dan situasi sosial, akan diperoleh pengalaman langsung

serta peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang

lain.

3.5.2 Wawancara Tak Berstruktur

Wawancara mendalam secara langsung dilakukan oleh peneliti

kepada informan guna mendapatkan data yang lebih jelas, baik itu data

yang berupa seloko maupun mengenai fungsi Bahasa yang terdapat

dalam seloko. Wawancara mendalam adalah teknik pengumpulan data

yang didasarkan pada percakapan secara intensif dengan tujuan untuk

mendapatkan berbagai informasi manyangkut masalah yang diajukan

dalam penelitian ini.

Menurut Sugiyono (2010: 233) wawancara mendalam atau

wawancara tak berstruktur merupakan “wawancara yang bebas dimana

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data”. Wawancara

dilakukan terhadap responden yang dianggap dapat membantu

memecahkan permasalahan dalam penelitian.

3.5.3 Catatan Lapangan

Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui data dari identitas penutur

seloko adat, dapat mengetahui tentang seloko adat yang belum lengkap

dituturkan oleh penutur seloko adat perkawinan dan mengetahui

mengenai pesan yang didapat oleh peneliti mengenai fungsi Bahasa apa

saja yang terdapat dalam seloko adat perkawinan masyarakat Desa

Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.

3.6 Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik baca markah, teknik baca markah yaitu melihat

langsung pemarkah yang diteliti. Teknik tersebut dikemukakan oleh

Sudaryanto (Yuza, 2010: 30) “Dalam suatu penelitian peneliti melihat

langsung pemarkahnya, maka teknik ini disebut dengan teknik baca

markah.

Teknik ini dilakukan dengan cara:

a. Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu hasil rekaman mengenai

seloko adat masyarakat Desa Tantan dipindahkan dalam bentuk teks

tertulis.

b. Setelah dipindahkan dalam bentuk teks tertulis, lalu teks tersebut

dibaca dengan cermat.

c. Tandai teks yang sesuai dengan fungsi Bahasa terkait mengenai

fungsi informasional, fungsi eksresif, fungsi direktif, fungsi estetik dan

fungsi fatik.

Page 10: FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN …repository.unja.ac.id/2210/1/artikel indri baru.pdfSastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa

Fungsi Bahasa Dalam Seloko Adat Perkawinan Mastarakat Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.

d. Penyajian data. Setelah data ditandai, kemudian disajikan dalam

bentuk tabulasi. Melalui tabulasi tersebut data dianalisis sesuai dengan

fungsi Bahasa dalam seloko adat perkawinan masyarakat Desa

Tantan terkait fungsi informasional, fungsi eksresif, fungsi direktif,

fungsi estetik dan fungsi fatik. Kemudian untuk mengetahui

kebenarannya dosen pembimbing memberikan tanda ceklis pada

setiap data yang mengandung fungsi informasional, fungsi eksresif,

fungsi direktif, fungsi estetik dan fungsi fatik.

e. Verivikasi, yaitu penarikan simpulan sementara, sesuai dengan hasil

analisis.

f. Hasil akhir, hasil akhir ini nantinya akan menjawab permasalahan

tentang fungsi Bahasa dalam seloko adat perkawinan masyarakat

Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kebupaten Muaro Jambi terkait

fungsi informasional, fungsi eksresif, fungsi direktif, fungsi estetik dan

fungsi fatik.

3.7 Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini bertujuan agar

hasil yang diperoleh benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.

Keabsahan hasil penelitian data diuji dengan teknik Trianguasi teori.

Sumber dan metode untuk menetapkan keabsahan data dengan cara

menguji data yang diperoleh, sesuai denganteori yang ada jiga

memanfaatkan intuisi keabsahan yang dimiliki oleh peneliti sebagai

penutur asli Bahasa Melayu. Untuk menjamin keabsahan data sesuai

dengan tujuan tenelitian, selanjutnya peneliti memastikan data penelitian

maka dilakukan pengecekan dengan teknik introspeksi.

Menurut Mahsun (2005: 101) “Metode introspeksi merupakan

metode penyediaan data dengan memanfaatkan intuisi kebahasaan

peneliti yang meneliti bahasa yang dikuasainya untuk menyediakan data

yang diperlukan bagi anlisis sesuai dengan tujuan penelitian”. Teknikini

digunakan sebagai teknik tambahan serta peneliti juga mengkonsultasikan

dengan dosen pembimbing yang sudah menguasai kajian penelitian ini.

METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Jenis Penilitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif.Pendekatan ini tergambar dari tujuan yang dirumuskan, metode

pengumpulan data dan data yang dikumpulkan berupa wacana, tuturan

atau kalimat.Penelitian ini menghendaki pengolahan data tanpa

perhitungan secara statistik.Penelitian kualitatifdapat diartikan sebagai

Page 11: FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN …repository.unja.ac.id/2210/1/artikel indri baru.pdfSastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa

Indriyani

“Penelitian yang tidak mengadakan perhitungan” (Moleong, 2009:3).Selain

itu penelitian kualitatif, yaitu “Penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati” Bodgan dan Taylor (Moleong, 2009:4).

Kehadiran Peneliti

Peneliti berperan sebagai pengamat partisipan.Untuk memeperoleh

data yang alamiah kehadiran peneliti sangat penting sekali dalam

penelitian ini, yang berfungsi sebagai instrumen dan pengumpul data dari

percakapan yang berlangsung.Kehadiran peneliti di lapangan bertujuan

untuk mengumpulkan data dari informan. Peneliti hadir di tengah-tengah

masyarakat pemakai bahasa untuk mendengarkan serta membuat catatan

lapangan dari informan untuk mendeskripsikan data yang bermuatan

implikatur percakapan menyuruh .

Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah tuturan implikatur percakapan

menyuruh pada orang dewasa dalam bahasa jawa di desa pulau

kerakap.Sedangkan sumber data penelitian ini adalah bersumber dari

informan masyarakat Pulau Kerakap yang bermuatan IP menyuruh.

Lolasi penelitian

Lokasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu di desa Pulau

Kerakap Kabupaten Bungo.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini peneliti menggunakan

teknik simak.Disebut metode simak karena memang berupa penyimakan

yang dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan

bahasa.Ini dapat disejajarkan dengan metode pengamatan atau

observasi. Teknik simak digunakan dengan cara menyimak percakapan

menyuruh dalam bahasa Jawa di Desa Pulau Kerakap dengan

menggunakan bahasa Jawa, baik itu berupa bahasa lisan maupun bahasa

tulisan.

Teknik dasar dari metode ini dinamakan dengan teknik

sadap.Sudaryanto (1993:133) menyatakan bahwa “Penyimakan atau

metode simak itu di wujudkan dengan penyadapan. Untuk mendapatkan

data pertama-tama peneliti harus menyadap pembicaraan seseorang

atau beberapa orang”. Dalam hal ini, peneliti menyadap percakapan

menyuruh antara penutur dan petutur yaitu implikatur percakapan

menyuruh pada orang dewasa dalam bahasa jawa di desa pulau kerakap

kabupaten bungo untuk mendapatkan wacana percakapan yang

mengandung implikatur.

Page 12: FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN …repository.unja.ac.id/2210/1/artikel indri baru.pdfSastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa

Fungsi Bahasa Dalam Seloko Adat Perkawinan Mastarakat Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis

pragmatik. Sejalan dengan penjelasan Wiryotinoyo (2010:34-35)

menyatakan bahwa “ analisis pragmatik perlu dilakukakan umtuk

memperoleh pemecahan masalah makna pada T yang bermuatan IP”

Analisis pragmatik di gunakan untuk menjawab masalah-masalah

penelitian antara lain bagaimana suatu pragmatis suruhan dan latar

penyebab terjadinya IP pada masyarakat Desa Pulau Kerakap. Data yang

telah diperoleh diidentifikasikan dan di klasifikasi untuk mendapatkan

deskripsi yang jelas, rinci dan memadai seluk-beluk IP menyuruh di bawah

ini terdapat percakapan yang menggunakan IP menyuruh.

Langkah- langkah yang dilakukan peneliti dalam menganalsis data

sebagai berikut :

1. Menterjemahkan data ke dalam bahasa indonesia, yaitu data yang

diperoleh di lapangan adalah data yang berupa ujaran dalam Bahasa

Jawa di Desa Pulau Kerakap.

2. Mengidentifikasi data setalah data diterjemahkan kedalam bahasa

indonesia, Selajutnya peneliti mengidentifikasi ujaran-ujaran yang

mengikuti kerja sama dan sopan santun dan implikasinnya dengan

menggunakan analisis pragmatis.

3. Meninterpretasi dan mengklasifikasikan data. Data yang telah

diidentifikasikan yang mengandung IP kemudian diinterpretasikan dan

diklasifikasikan.

4. Membuat kesimpulan dari hasil penelitian dan analisis tersebut. Dari

hasil ini nanti akan mengahsilakan IP suruhan dalam bahasa Jawa.

Pemeriksaan Keabsahaan Data

Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini bertujuan agar

hasil penelitian yang diperoleh benar-benar dapat

dipertanggungjawabkan.Keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan pengamatan dan triangulasi.Perpanjangan keikutsertaan berarti

peneliti tinggal di lapangan peneliti sampai kejenuhan pengumpulan data

tercapai Moleong (2008:327).Perpanjangan keikutsertaan juga merupakan

penyediaan rentang waktu yang memadai untuk mengambil peristiwa

komunikasi yang terjadi.Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah

mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara

berkesinambungan terhadap peristiwa komunikasi yang menonjol dalam

percakapan. Selanjutnya Moleong (2005:330) menyatakan bahwa

“Triangulasi adalah teknik pemerisaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”.

Page 13: FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN …repository.unja.ac.id/2210/1/artikel indri baru.pdfSastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa

Indriyani

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Fungsi Bahasa Dalam Seloko Adat Perkawinan Masyarakat Desa

Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi

Fungsi Bahasa yang terkandung dalam seloko adat perkawinan

masyarakat Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi

yaitu, (1) Fungsi Informasional, (2) Fungsi Ekspresif, (3) Fungsi Direktif,

(4) Fungsi Estetik, (5) Fungsi Fatik. Kelima fungsi Bahasa tersebut

terdapat dalam seloko adat perkawinan masyarakatdesa tantan

kecamatan sekernan kabupaten muaro jambi akan diuraikan satu persatu

sebagai berikut.

Fungsi Informasional

Fungsi ini mendeskripsikan bagaimana informasi pada seloko.

Seloko adat perkawinan Melayu Jambi, yang berbentuk kato adat atau

kato undang, kato kias, pepatah-petitih, dan pantun, menyimpan berbagai

informasi penting.

Kutipan (1)kato undang:

assalamuaaikum wr. wb. Wa’alaikumsalam wr.wb.

Ucapan salam dapat kita temukan informasi bahwa di kalangan

masyarakat Melayu telah menganut agama Islam. Ucapan-ucapan salam

demikian telah menjadi tradisi bagi umat Islam. Dengan demikian, hal

tersebut menginformasikan bahwa komunitas beracara ulur antar tersebut

memiliki karakter relegius Islam.

Kutipan (2) kato undang: datuk-datuk, nenek-mamak, tuo-tuo tengganai,

alim ulama, cerdik pandai.

Kata-kata tersebut menginformasikan bahwa pada acara tersebut

telah hadir orang-orang penting dari berbagai belah pihak. Di samping itu,

seloko tersebut tidak hanya menginformasikan kehadiran orang-orang

penting, tetapi juga menginformasikan bahwa hubungan antar mereka

begitu erat kekerabatannya.

Kutipan (3) kata-kata kias: Ibu-ibu nan bederau gelang di tangan dan

bersentok cincin di jari, bekain ujung serong, yang bersanggul lipat

pandan.

Kata-kata tersebut tidak hanya menginformasikan bahwa kaum ibu

sudah hadir, tetapi juga mereka menggunakan pakaian resmi, yang sesuai

dengan adat-istiadat. Di situ juga dapat ditangkap informasi yang

bermakna bahwa di kalangan komunitas Melayu, tidak ada diskrimanasi

antara kaum laki-laki dengan kaum perempuan.Sebagaimana yang

mempunyai kepentingan menghormati kaum laki-laki, juga menghormati

kaum perempuan.

Page 14: FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN …repository.unja.ac.id/2210/1/artikel indri baru.pdfSastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa

Fungsi Bahasa Dalam Seloko Adat Perkawinan Mastarakat Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.

Kutipan (4) Pada kata kias lain, seperti: kami susun jari nan sepuluh, kami

tundukkan kepalo yang satu, ampun-ampun kepado yangtuo-tuo, minta

maaf kepado yang banyak.

Memperlihatkan informasi bahwa rasa rendah hati, tidak sombong,

dan begitu mengagungkan tamu, adalah tabiat orang Melayu. Hal itu

tersajikan juga dalam kata kias kutipan (5): naik sudah di kunkung dahan,

turun sudah di pasung baner.

Artinya menginformasikan bahwa setelah berumah tangga seorang

istritelah terbatas dalam bergaul, tidak sebebas waktu gadis, karena ada

suami yang harus dihormati dan dilayani.

Kutipan (6) Pada pepatah-petih: Kok bejalan lah sampai ke batas, kok

berlayar lah sampai pulo ke pulau.

Mengisyaratkan bahwa para tamu sudah sampai di tujuannya.

Semua rombongan telah hadir. Begitu pula di pihak yang menunggu,

mereka juga menginformasikan dalam selokonya bahwa mereka sudah

siap menerima rombongan tamunya sesuai dengan adat dan tradisi

mereka, seperti terungkap dalam pepatah-petitih kutipan (7) tanggolah

kami tegakkan, kok lawang lah kami bukak, tikarlah kami bentang pulak.

Mempersilahkan tamu untuk masuk dengan isyarat bahwa tangga

sudah ditegakkan, pintu sudah dibuka, dan tikar sudah di bentang.

Kutipan (8) pantun:

Batang belimbing di tengah laman

Uratnyo menyuruk ke bawah rumah

Idak elok kito berunding di tengah laman

Elok kito naik ke atas rumah

Batang cempedak di tengah laman

Uratnyo susun betindih

Idak elok kito tegak di laman

Elok kito naik makan-makan sirih

Menginformasikan bahwa dalam membicarakan suatu

perungdingan hendaklah kita duduk di dalam rumah agar apa yang kita

bicarakan dapat tersampaikan dengan baik. Artinya dalam adat melayu

sopan santun sangatlah penting, menghormati tamu adalah kewajiban, hal

itu terlihat pada bait terahir pada pantun Idak elok kito tegak di laman,

Elok kito naik makan-makan sirih, saat ada orang yang bertamu kerumah

masyarakat melayu jambi menyugukan makanan atau minuman sebagai

tanda sopan santun kepada tamu. Sama halnya dengan pantun dalam

kutipan (9) berikut ini:

Sirih kuning dalam nampan

Semak jerami lah jadi sesap

Sesap la jadi rimbo pulo

Page 15: FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN …repository.unja.ac.id/2210/1/artikel indri baru.pdfSastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa

Indriyani

Sirih kami mohon di makan

Rokok kami silokan isap

Pangkal sembah permulaan kato.

Sirih kuning dalam nampan

Semak jerami lah jadi sesap

Sesap lah jadi rimbo rano

Sirih nenek mamak la kami makan

Tandonyo sembah la kami terimo.

Pantun tersebut menginformasikan bahwa sirih dan rokok

diibaratkan sebuah hidangan yang telah disediakan untuk menjamu para

tamu yang datang. Dan balasan pantun berikutnya Sirih nenek mamak la

kami makan, Tandonyo sembah la kami terimo.menjelaskan bahwa

hidangan yang disediakan telah di makan sebagai tanda hormat kepada

tamu yang datang.

Fungsi Ekspresif

Fungsi ekspresif termuat dalam seloko yang berupa pepatah-

petitih, kata-kata kias, pantun-pantun dan kato penyelo. Kutipan (10)

petatah-petitih: Kok tepian berpagar dengan baso, kok rumah berpagar

dengan adat, kok halaman bersapu dengan undang, ateh tutup bubungan

perak, bawah balareh sendi gading.

Seloko tersebut mengekspresikan bahwa suatu kaum itu memiliki

ketentuan-ketentuan yang berlaku. Meskipun, setiap orang memiliki

kebebasan, tetapi kebebasan itu ada batas-batas. Batas-batas tersebut

sudah diberi tanda bila ada pelanggaran, maka si pelanggar pasti akan

menerima sangsi dan akibat yang tidak dapat ditoleransi.

Kutipan (11) Dalam kato-kato penyelo: Manolah kami banyak iko...;

Iyo..yo...; Yo, bolehlah...; Oo..macam tu maksudnyo,

Memperlihatkan ekspresi spontan. Ekspresi ini cenderung

memperlihatkan rasa gembira, memberi semangat, dan menciptakan

keselarasan atau harmonisasi antara penutur dan petutur.

Kutipan (12) kata-kata kias:

semakin pandai semakin diaja, semakin tau semakin disapo. Sekecik-

keciknyo sematung dibelukar bilolah bebuah tuo namonyo.

Memperlihatkan ekspresi sikap yang harus dimiliki seseorang

bahwa semakin pandai orang tersebut hendaklah iya semakin diajar dan

semakin tau hendaklah semakin disapa, agar orang tersebut tidak

sombong dan membanggakan diri dengan kepandaiannya.

Kutipan (13) Kata kias:

Besar laut besar pulo gelombangnyo, surut air tentu kecik pulo riaknyo.

Page 16: FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN …repository.unja.ac.id/2210/1/artikel indri baru.pdfSastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa

Fungsi Bahasa Dalam Seloko Adat Perkawinan Mastarakat Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.

Mengekspresikan pemikiran bahwa dalam biduk rumah tangga

banyak tantangan yang harus dihadapi dan tanggung jawab yang harus

dijalankan. Pantang menyerah dalam menghadapi setiap masalah dalam

rumah tangga.

Dalam mengekspresikan pemikiran, perasaan, sikap, dan

keyakinan yang dimiliki, masyarakat melayu Jambi juga menggunakan

pantun agar lebih ekspresif, terkesan halus dan santun.

Kutipan (14) pantun:

Bukannyo kacang sembarang kacang

Kacang melilit kayu beduri,

Bukannyo datang sembarang datang

Gedang maksud didalam hati,

Bukannyo kacang sembarang kacang

Pucuk dirateh ramo-ramo,

Bukannyo datang sembarang datang

Datang menepati janji lamo.

Pantun tersebut mengekspresikan pikiran, perasaan, sikap, dan

keyakinan,seperti pada bait 3 dan 4 mengekspresikan pemikiran dan

perasaan yang tersirat didalam hati kemudian pada bait 7 dan 8

mengekspresikan sikap dan keyakinan untuk datang menepati janji yang

lama di ucapkan, karena janji adalah hutang yang wajib dibayar.

Hal tersebut juga tersirat dalam pantun berikut ini:

Kutipan(15)

Ilir ke Jambi bergalah mumpo

Mudik ke Tebo berentak satang,

Pado janji idak kan lupo

Entahlah nyawo yang idak sedang.

Mengekspresikan sikap tanggung jawab dalam menepati janji,

meskipun nyawa menjadi taruhannya.

Fungsi Estetik

Fungsi estetik atau keindahan pada seloko Terdapat dalamkato

kias,pepatah-petitih, dan pantun.

Kutipan (16) Pantun:

Jumadil awal namonyo bulan

Hari duo puluh masuk bilangan

Sedikit nazam abang sampaikan

Tolonng sambut dengan kerelaan

Kutipan (17) pantun:

Tabuh bebunyi orangpun azan

Awal subuh fajar sidiki

Page 17: FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN …repository.unja.ac.id/2210/1/artikel indri baru.pdfSastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa

Indriyani

Wahaijiwo belahan badan

Abang tibo dihadapan diri

Terlihat dari bunyi, kata-kata yang dipakai dalam setiap pantun

menggambarkan isi pikiran atau perasaan yang diucapkan dalam setiap

baris pantun. Melalui pantun tersebut, kita bisa merasakan perasaan apa

yang tersirat didalamnya, seperti bait pantun berikut: Sedikit nazam

abang sampaikan, Tolonng sambut dengan kerelaan. Pantun ini

menggambarkan bunyi nazam yang indah dan bait pantun berikut ini:

Wahai jiwo belahan badan, Abang tibo dihadapan diri, pantun ini

menggambarkan rayuan kepada mempelai perempuan sebagai tanda

cinta dari mempelai laki-laki. Mendengar bunyi yang menyerupai sesuatu

perkataan sering mengingatkan kita pada perkataan itu, dan tidak jarang

pula mengingatkan kita akan isi perkataan itu sekaligus.

Kutipan (18) pantun:

Elang terbang ditengah hari

Budak menabuh serunahnapiri

Datangnyo abang dek oooi aduhai kemari

Janji semayoyang ditepati

Terdapat unsur irama dalam pantun tersebut yang mengatur bunyi

sehingga menjadi lebih bermakna. Dalam dua baris di awal seloko yang

berupa pantun disediakan atau dibayangkan irama yang akan mengikat

pikiran atau perasaan yang hendak diucapakan dalam dua baris

berikutnya.Jadi, orang yang mendengar kedua baris yang pertama itu

dibuka hatinya untuk menerima apa yang hendak diucapkan padabaris

berikutnya.

Kutipan (19) Pantun:

Hari iko betepung tawar

Besok pagi barulah mandi

Jangan lamo tegak diluar

Silokan masuk belahan diri

Pantun tersebut mengisyaratkan balasan pantun diawal tadi,

artinya pendengar telah mengerti apa yang diiucapkan pada rayuan

pantun di atas dan menerima pujian tersebut dengan balasan pantun yang

menyanjung pula.

Kutipan (20) kato kias:

Jangan leko diujung tanjung meliat aek sedang ilir, jangan lengah dikebun

bungo nengok bungo sedang kembang,

Dilihat dari segi bahasanya seloko tersebut menggunakan kata

kiasan yang berbentuk keindahan yang diucapkan bukan makna yang

sebenarnya melainkan seumpamanya. Seloko ini juga tidak hanya

diucapkan pada acara perkawinan saja, tetapi orang tua juga

Page 18: FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN …repository.unja.ac.id/2210/1/artikel indri baru.pdfSastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa

Fungsi Bahasa Dalam Seloko Adat Perkawinan Mastarakat Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.

menggunakan seloko ini untuk menasehati anaknya yang mau menikah

untuk dijadikan pedoman kelak dalam berumah tangga.

Fungsi Direktif

Seloko adat perkawinan Melayu Jambi menyimpan fungsi

direktif.Sebuah seloko itu memuat berbagai arahan, panduan, atau

mungkin berupa perintah.Melalui seloko-seloko tersebut, para pemangku

adat juga menyampaikan pesan, nasihat, tunjuk ajar, nila kebenaran dan

larangan. Seloko tersebut terdapat dalam bentuk pantun, kata kias, kata

penyelo, kata adat dan kata undang, serta pepatah-petitih.

Kutipan (21) pantun

Cincang pelupuh kulit baru

Ramo-ramo dirumah tinggal

Lusuh-lusuh diperbaharui

Adat lamo jangan ditinggal.

Pantun tersebutberisikan panduan sekaligus perintah bahwa adat

adalah meninggalan nenek moyang, jika sudah lama berarti harus

diperbaharui dan jangan ditinggalkan.

Kutipan (22) kato kias:

Kok tepian berpagar dengan baso, kok rumah berpagar dengan adat, kok

halaman bersapu dengan undang.

Ungkapan tersebut memberi penekanan bahwa setiap tempat

memiliki aturan-aturan yang tegas yang harus diikuti. Aturan-aturan

tersebut berlaku untuk semua orang.Peraturan itu, ada yang bersumber

dari keagamaan, dari adat, dan dari kebiasaan-kebiasaan yang disepakati.

Bila terjadi pelanggaran-pelanggan, baik sengaja atau tidak disengaja,

akan berakibat tertentu. Akibat-akibat tersebut bisa saja menimpa yang

berbuat kesalahan, atau lingkungan dimana kesalahan itu terjadi.Justru

karena itu, ada ketegasan, ada fungsi direktif, yang harus dipatuhi, diikuti

oleh khalayak atau suatu kaum.

Kutipan (23)kato adat:

Idak elok becakap ditengah laman, berunding sepanjang jalan, dirumah

sajo kito beriyo beridak, apolagi dirumah lah menunggu pulo nenek

mamak tuo tengganai nan bakato dulu sepatah, nan bajalan dulu

selangkah, cencangnyo memutus makannyo menghabiskan.

Kato adat tersebut menunjukkan pantang larang, ada juga yang

berisi peringatan-peringatan agar membicarakan sesuatu hendaklah

dengan mempersilakan yang lebih tua untuk memutuskan hasil

musyawarah yang baik agar tidak ada kesalahpahaman dikemudian hari.

Kutipan (24) kato penyelo:

Macam namo nenek mamak,,,, tunggu dulu nenek mamak,,,idak nenek

mamak,,,, kalu macam itu,,,

Page 19: FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN …repository.unja.ac.id/2210/1/artikel indri baru.pdfSastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa

Indriyani

Kato penyelo ini menegaskan suatu pembicaraan, dalam fungsi

derektif kato penyelo ini memuat arahan kemana pembicaraan akan

dilanjutkan.

Kutipan (25) petatah-petitih:

Bekampuh lebar beuleh panjang, jangan bekampuh lebar cabik, beuleh

panjang putus.

Fungsi direktif yang bersifat larangan dan pantangan terdapat juga

dalam petatah-petitih seloko diatas yang menjelaskan bahwa jika sudah

menikah perangai sewaktu masih bujang atau gadis harus ditinggalkan.

Fungsi Fatik

Fungsi fatik yang paling dominan terdapat pada kato undang dan

kato penyelo. Kutipan (26) kato undang: Assalamualaikum Wr. Wb

Waalaikumsalam Wr. Wb,

Merupakan kata undang yang mengikat interaksi antara penutur

dengan petutur. Melalui medium salam, para pemangku adat tidak hanya

saling menyapa, tetapi juga mempererat hubungan antarkeduanya.

Melalui kata-kata seloko tersebut, mereka saling mendoakan, saling

menghormati, dan saling mengekspresikan akhlaqulkarimah. Hal ini tentu

akan dapat menciptakan suasana harmonis.

Kutipan (27) kato penyelo:

Manolah kami sebanyak iko,,,

Iyo... yo.... Yo bolehlah…

Oo..., macam tu maksudnyo,,,,

Silohkan Datuk-datuk segalonyo naik ke rumah,,,,

Elok jugo kami betanyo,,,,

kalu naik ke rumah Datuk-datuk,,,,

Ooo..., macam itu retinyo,,,

Kalu itu nan Datuk-datuk maksudkan,,,

sebenarnyo larang pantang itu idak ado,,,

memang kedatangan kami iko....

Hendak duo pantun seiring,,,

Macam iko Datuk-datuk,,,,

bak kato pepatah adat,,,

Nah, kalau kito semupakat,,,,

adopunrundingan kito,,,

Arti kato, lah sependapat kito tu,,,

Macam ikolah Datuk-datuk,,,,

Kata-kata penyelo tersebut memang fungsinya menjadi jembatan,

penyela, konjungsi, atau penghubung antara petutur dan penutur

sehingga tercipta komunikasi. Kata-kata ini biasanya hadir melekat pada

kata adat dan kata undang, pada pepatah-petitih, kata kias, dan pantun,

Page 20: FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN …repository.unja.ac.id/2210/1/artikel indri baru.pdfSastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa

Fungsi Bahasa Dalam Seloko Adat Perkawinan Mastarakat Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.

tetapi secara keseluruhan tidak menyatu dengan seloko-seloko yang

disebut bagian-bagian terakhir. Kata-kata penyelo ini cenderung

menggunakan kata-kata keseharian, tidak mengandung banyak makna

kias. Ungkapan ini cenderung bersifat harfiah.

Pembahasan

Bertolak dari hasil penelitian ditemukan beberapa fungsi Bahasa

dalam seloko adat perkawinan masyarakat Desa Tantan Kecamatan

Sekernan Kabupaten Muaro Jambi yang menggunakan kata kias,

pribahasa, dan pepatah. Pertama ditemukan pada kutipan (3) :Ibu-ibu nan

bederau gelang di tangan dan bersentok cincin di jari, bekain ujung

serong, yang bersanggul lipat pandan. Seloko tersebut menggunakan

bahasa kiasan untuk menyampaikan maksudnya. Kedua ditemukan pada

kutipan (4) kami susun jari nan sepuluh, kami tundukkan kepalo yang

satu, ampun-ampun kepado yang tuo-tuo, minta maaf kepado yang

banyak. Kata kiasan juga digunakan dalam seloko tersebut untuk

menggambarkan kebiasaan orang melayu dalam bersosialisasi antar

masyarakat. Ketiga ditemukan pada kutipan (5) naik sudah di kunkung

dahan, turun sudah di pasung baner. Terlihat dari bahasa seloko tersebut

menunjukkan keterbatas pergaulan seseorang setelah menikah. Keempat

ditemukan pada kutipan (7) tanggolah kami tegakkan, kok lawang lah

kami bukak, tikarlah kami bentang pulak. Kalimat tersebut menggunakan

pribahasa untuk menggambarkan maksud dan tujuannya. Kelima

ditemukan pada kutipan (10) Kok tepian berpagar dengan baso, kok

rumah berpagar dengan adat, kok halaman bersapu dengan undang, ateh

tutup bubungan perak, bawah balareh sendi gading. Dilihat dari segi

kalimatnya, seloko tersebut menggunakan majas perbandingan, yang

membandingkan antara atap dan perak kemudian lantai yang bersedikan

gading. Keenam ditemukan pada kutipan (13) Besar laut besar pulo

gelombangnyo, surut air tentu kecik pulo riaknyo.

Menggunakan majas persamaan dalam petatah petitih yang diucapkan.

Ketujuh ditemukanpada kutipan (20) Jangan leko diujung tanjung meliat

aek sedang ilir, jangan lengah dikebun bungo nengok bungo sedang

kembang, dilihat dari segi bahasanya seloko tersebut menggunakan

bahasa kiasan agar lebih mudah disampaikan dan kemudian dimengerti

oleh pendengar maupun pembaca. Kedelapan ditemukan pada Kutipan

(23) Idak elok becakap ditengah laman, berunding sepanjang jalan,

dirumah sajo kito beriyo beridak, apolagi dirumah lah menunggu pulo

nenek mamak tuo tengganai nan bakato dulu sepatah, nan bajalan dulu

selangkah, cencangnyo memutus makannyo menghabiskan. Seloko

tersebut disampaikan secara pribahasa dalam beberapa kalimat namun

maknanya hanya satu tujuan saja. Kesembilan ditemukan pada Kutipan

Page 21: FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN …repository.unja.ac.id/2210/1/artikel indri baru.pdfSastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa

Indriyani

(25) Bekampuh lebar beuleh panjang, jangan bekampuh lebar cabik,

beuleh panjang putus. Seloko tersebut menggunakan pribahasa yang

menegaskan bahwa jika sudah menikah perangai sewaktu masih bujang

atau gadis harus ditinggalkan.

PENUTUP

KESIMPULAN

Fungsi Bahasa yang terdapat dalam seloko adat perkawinan

masyarakat Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi,

dapat ditemukan Fungsi Informasional, Fungsi Ekspresif, Fungsi Estetik,

Fungsi Direktif, dan Fungsi Fatik. Seloko yang ditemukan dalam bentuk

Fungsi Informasional sebanyak Sembilan seloko, yaitu: (1) kato

undang, yang diucapkan pada setiap awal pembicaraan sebagai kata

pembuka acara. (2) kato undang, yang diucapkan untuk menghormati

tamu yang datang. (3) seloko yang diucapkan padaacara ulur hantar

serah terimo adat. (4) Seloko adat yang diucapkap pada acara ulur

hantar serah terimo penganten. (5) seloko adatpada acara tunjuk ajar

tegur sapo penganten (6) seloko yang diucapkan pada acara ulur

hantar serah terimo adat. (7) seloko yang diucapkan pada acara ulur

hantar serah terimo adat. (8) Pantun seloko yang diucapkap pada acara

ulur hantar serah terimo penganten. (9) Pantun seloko yang diucapkan

pada acara ulur hantar serah terimo adat. Seloko yang ditemukandalam

bentuk Fungsi Ekspresif sebanyak enam seloko, yaitu: (1) seloko yang

diucapkan pada acara ulur hantar serah terimo adat. (2) Kato penyelo

yang diucapkan untuk menyambung pembicaraan.(3) Seloko adat pada

acara tunjuk ajar tegur sapo penganten. (4) Seloko adat pada acara

tunjuk ajar tegur sapo penganten. (5) Pantun seloko yang diucapkan

pada acara ulur hantar serah terimo adat. (6) Pantun seloko yang

diucapkan pada acara ulur hantar serah terimo adat. Seloko yang

ditemukan dalam bentuk Fungsi Estetik sebanyak lima seloko, yaitu: (1)

ke lima Pantun adat tersebut terdapat pada acara buka lanse (5) Seloko

adat pada acara tunjuk ajar tegur sapo penganten. Seloko adat yang

ditemukan dalam bentuk Fungsi Direktif sebanyak lima seloko, yaitu (1)

Seloko yang diucapkan pada acara ulur hantar serah terimo adat. (2)

Ungkapan seloko pada acara serah terimo adat lembago. (3) Seloko

yang diucapkan pada acara ulur hantar serah terimo adat. (4) Kato

penyelo yang diucapkan untuk menyambung pembicaraan. (5) Seloko

adat pada acara tunjuk ajar tegur sapo penganten. Seloko adat yang

ditemukan dalam Fungsi Fatik sebanyak dua seloko, yaitu: (1) kato

undang, yang diucapkan pada setiap awal pembicaraan sebagai kata

Page 22: FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN …repository.unja.ac.id/2210/1/artikel indri baru.pdfSastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa

Fungsi Bahasa Dalam Seloko Adat Perkawinan Mastarakat Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.

pembuka acara. (2) Kato penyelo yang diucapkan untuk memperjelas

maksud dari pembicaraan.

Saran

Seloko merupakan salah satu bentuk sastra lisan yang perlu

dilestarikan, dijaga, dan dikembangkan serta dimanfaatkan keberadaanya

ditengah-tengah masyarakat. Dalam hal ini penulis meneliti seloko adat

perkawinan masyarakat Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten

Muaro Jambi tentang fungsi Bahasa yang berkaitan dengan fungsi

informasional, fungsi ekspresif, fungsi estetik, fungsi direktif dan fungsi

fatik. Maka dari itu penulis menyarankan beberapa hal berikut ini:

1) Agar diadakan penelitian lebih lanjut untuk menguji dan meneliti seloko

adat perkawinan masyarakat desa Tantan ini dari segi aspek yang

lebih mendalam dari aspek bentuk dan makna seloko adat perkawinan.

2) Kepada para pengajar seperti guru dan dosen, disarankan agar

penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengajaran sastra

baik oleh para dosen di perguruan tinggi maupun guru di sekolah

sebagai tambahan bahan ajar.

3) Agar ada penelitian lanjutan tehadap seloko adat perkawinan

masyarakat Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro

Jambi. Supaya sastra lisan seperti seloko ini terjaga kelestariannya.

4) Agar penelitian ini bisa menjadi sumbangan ilmu untuk peneliti lainnya,

dan menjadi ide baru bagi peneliti lain untuk mengkaji seloko dalam

bentuk kajian sastra yang lebih mendalam lagi.

DAFTARRUJUKAN

Departemen Pendidikan Dan Budaya. 2002. KBBI. Jakarta: Balai Pustaka.

Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan. 2011. Panduan Penulisan Skripsi.

Jambi: Universitas Jambi.

Karim, M. 2002. Sastra Melayu Puisi Melayu Jambi. Jambi: FKIP

Universitas Jambi.

Kridalaksana, H. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Lembaga Adat Provinsi Jambi. 2001. Sejarah Adat Jambi.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik, Jakarta: Penerbit

Page 23: FUNGSI BAHASA DALAM SELOKO ADAT PERKAWINAN …repository.unja.ac.id/2210/1/artikel indri baru.pdfSastra yang di sampaikan dengan bahasa Melayu Jambi.Bahasa Melayu Jambi adalah bahasa

Indriyani

Universitas Indonesia.

Mahsun, M.S. 2005. Metode Penelitian Bahasa (tahapan, srategi, metode

dan tekniknya). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Moleong, L.J., 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Somad, A.K., 2003. Bebas Berkarya Mengenal Adat Jambi Dalam

Perpektif Modern. Jambi: Dinas Pendidikan Muaro Jambi.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Tim Pokja. 2004. Iktisar Adat Melayu Kota Jambi. Jambi: Lembaga Adat

Tanah Pilih Pusako Betuah Kota Jambi.