13
59 FMS Financial Management Studies Financing structure and bankruptcy risk in sharia commercial banks in Indonesia Ruri Anggoro 1 , Aimatul Yumna 2 1,2 Universitas Negeri Padang, Padang, Indonesia ARTICLE INFO ABSTRAK Received 13 April 2021 Accepted 25 May 2021 Published 30 June 2021 The objective of examine the effect of the proportion level of profit-loss sharing financing to murabahah financing to the Islamic bank insolvency risk. Insolvency risk is measured by the Zscore method The samples of this study are 9 Islamic banks that consistently published annual reports for OJK in the period 2011-2018. The data was analyzed using multiple linear regression models. The result shows that the proportion level of profit-loss sharing financing to the non-profit-loss sharing financing has no significant influence on Islamic bank's insolvency risk. Kata Kunci: murabahah, bagi hasil, bank syariah, pembiayaan DOI:10.24036/jkmb.xxxxxxxx ABSTRACT Keywords: murabahah, profit loss sharing, Islamic bank, financing The objective of examine the effect of the proportion level of profit-loss sharing financing to murabahah financing to the Islamic bank insolvency risk. Insolvency risk is measured by Zscore method The samples of this study are 9 Islamic banks that consistenly published annual reports for OJK in the period 2011-2018. The data was analyzed using multiple linier regression model. The result show that the proportion level of profit-loss sharing financing to the non profit-loss sharing financing has no significant influence on islamic bank’s insolvency risk. How to cite: Anggoro, R & Yumna, A. (2021). Financing Structure And Bankruptcy Risk In Sharia Commercial Banks In Indonesia. Financial Management Studies, Vol (No), xx-xx. DOI: https://doi. org/10.24036/fms.xxxxxxxx This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. ©2020 by author. * Corresponding author: [email protected] PENDAHULUAN Perkembangan Bank Syariah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir jika dilihat dari total pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Umum Syariah namun disisi lain karakter ekspansif bank- bank syariah tersebut menimbulkan konsekuensi pembiayaan bermasalah ( non performing finance atau NPF) BUS di akhir tahun 2014 yang ikut meningkat. Kondisi NPF berada pada kisaran yang tidak stabil ini, menuntut BUS harus memperhatikan kehati-hatian lebih (Rahmaniah dan Wibowo, 2015). Jasa pembiayaan yang ditawarkan oleh perbankan Islam dikemas dalam produk-produk yang ada di dalam Bank Syariah, diantaranya yaitu pembiayaan dengan prinsip jual beli, bagi hasil, dan Financial Management Studies Vol 1 (2) 2021: 59-71 Financial Management Studies http://jkmk.ppj.unp.ac.id/index.php/fms ISSN: xxxx-xxxx; e-ISSN: xxxx-xxxx

Financing structure and bankruptcy risk in sharia

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Financing structure and bankruptcy risk in sharia

59

FMS Financial

Management

Studies

Financing structure and bankruptcy risk in sharia commercial banks in Indonesia

Ruri Anggoro1, Aimatul Yumna2

1,2 Universitas Negeri Padang, Padang, Indonesia

ARTICLE INFO ABSTRAK

Received 13 April 2021

Accepted 25 May 2021

Published 30 June 2021

The objective of examine the effect of the proportion level of profit-loss sharing

financing to murabahah financing to the Islamic bank insolvency risk. Insolvency

risk is measured by the Zscore method The samples of this study are 9 Islamic

banks that consistently published annual reports for OJK in the period 2011-2018.

The data was analyzed using multiple linear regression models. The result shows

that the proportion level of profit-loss sharing financing to the non-profit-loss

sharing financing has no significant influence on Islamic bank's insolvency risk.

Kata Kunci:

murabahah, bagi hasil, bank

syariah, pembiayaan

DOI:10.24036/jkmb.xxxxxxxx ABSTRACT

Keywords:

murabahah, profit loss sharing,

Islamic bank, financing

The objective of examine the effect of the proportion level of profit-loss

sharing financing to murabahah financing to the Islamic bank insolvency

risk. Insolvency risk is measured by Zscore method The samples of this

study are 9 Islamic banks that consistenly published annual reports for OJK

in the period 2011-2018. The data was analyzed using multiple linier

regression model. The result show that the proportion level of profit-loss

sharing financing to the non profit-loss sharing financing has no

significant influence on islamic bank’s insolvency risk.

How to cite: Anggoro, R & Yumna, A. (2021). Financing Structure And Bankruptcy Risk In Sharia Commercial Banks In Indonesia. Financial

Management Studies, Vol (No), xx-xx. DOI: https://doi. org/10.24036/fms.xxxxxxxx

This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and

reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. ©2020 by author.

* Corresponding author: [email protected]

PENDAHULUAN

Perkembangan Bank Syariah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir jika dilihat dari

total pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Umum Syariah namun disisi lain karakter ekspansif bank-

bank syariah tersebut menimbulkan konsekuensi pembiayaan bermasalah (non performing finance atau

NPF) BUS di akhir tahun 2014 yang ikut meningkat. Kondisi NPF berada pada kisaran yang tidak stabil

ini, menuntut BUS harus memperhatikan kehati-hatian lebih (Rahmaniah dan Wibowo, 2015).

Jasa pembiayaan yang ditawarkan oleh perbankan Islam dikemas dalam produk-produk yang

ada di dalam Bank Syariah, diantaranya yaitu pembiayaan dengan prinsip jual beli, bagi hasil, dan

Financial Management Studies Vol 1 (2) 2021: 59-71

Financial Management Studies

http://jkmk.ppj.unp.ac.id/index.php/fms

ISSN: xxxx-xxxx; e-ISSN: xxxx-xxxx

Page 2: Financing structure and bankruptcy risk in sharia

Anggoro, R & Yumna, A./ Financial Management Studies Vol 1 (2), 2021, 59-71

60

sewa. Berdasarkan UU BI Nomor. 21 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 25, Pembiayaan dengan prinsip jual beli

yaitu dalam bentukmurabahah. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yaitu dalam bentuk mudharabah

dan musyarakah (IJ Saputra, 2016). Dalam pembiayaan Bank Umum Syariah salah satunya diterapkan

sistem Profit Loss Sharing (PLS) atau bagi hasil yang terdiri dari pembiayaan Mudharabah dan

Musyarakah.Sistem pembiayaan bagi hasil merupakan cara pembagian profit dan kerugian perusahaan

yang dijalankan sehingga Bank Umum Syariah sangat transparan dalam melaporkan informasi

kinerjanya (Foza, 2016). Altaee et al (2013) mengatakan pembiayaan PLS yang disaluirkan Bank dapat

menimbulkan risiko karena risiko tidaak dibebankan kepada nasabah.

Produk keuangan Syariah yang paling populer adalah Murabahah yang memberikan kontribusi

hampir 70%-80% dari semua transaksi bank Syariah (Sinathrya et al, 2019). Murabahah adalah kontrak

berbasis penjualan di mana pembeli (peminjam) memberikan informasi yang diperlukan kepada bank

mengenai persyaratan pembeliannya. Bank kemudian membeli produk dan menjualnya kepada

pembeli dengan margin keuntungan. Risiko kredit timbul ketika pelanggan gagal untuk menghormati

kewajiban pembayaran pada saat pengiriman produk (Karim dan Archer, 2013). Pembiayaan

murabahah biasanya menimbulkan risiko yang terkait dengan risiko (1) barang, (2) nasabah dan (3)

sistim pembayaran (Rivai, 2008:152). Misal penolakan atau pembatalan pesanan, penundaan

pembayaraan dan lain-lain.

Sedangkan pembiayaan dengan skema PLS memiliki risiko yang cukup tinggi, pada

pembiayaan Mudharabah. profit usaha secara mudharabah dibagi sesuai kontrak yang telah disepakati,

namun jika mengalami kerugian ditanggung oleh pemodal, selama kerugian bukan karena kesalahan

pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka

pengelola usaha harus bertanggung jawab karena kerugian tersebut (Antonio, 2001). Ada pula risiko

mudharabah yang dikatakan Samsudin et al (2003) yang relatif tinggi yaitu: (1) Side streaming;

penyalahgunaan dana. (2) sengaja lali dan membuatn kesalahan. (3) moral hazard, nasabah tidak jujur

dan menyembunyikan keuntungan. (4) informasi pengelola yang didapat oleh bank sangat terbatas.

Ada hal-hal yang tidak diketahui oleh bank. Inilah yang disebut dengan asymmetric information.

Dalam teorinya, risiko pembiayaan bagi hasil lebih tinggi dari pembiayaan jual beli yang dapat

menjadi risiko pembiayaan yang kemudian dapat mempengaruhi risiko kebangkrutan. Dalam

penelitian lain pandangan risiko kredit berdasarkan pendapat oleh Khan dan Ahmad (2001), mereka

mengasumsikan bahwa para bankir menganggap memiliki risiko kredit yang lebih tinggi dalam

produk pembiayaan syariah dalam pembiayaan berbasis PLS atau bagi hasil.

Penelitian tentang risiko kebangkrutan dari Rajhi dan Hassairi (2013) menemukan bahwa

bagian pinjaman yang lebih tinggi dalam struktur aset berkontribusi meningkatkan kebangkrutan bank

di negara-negara MENA dan memiliki hubungan negatif dengan z-score, namun porsi pinjaman yang

tinggi menurunkuan tingkat insolvensi bank untuk bank-bank besar di negara Asia Tenggara, hasil

penelitianya juga mengatakan bahwa risiko kredit untuk bank syariah kecil di Indonesia.Altaee et al

(2013)dalam penelitianya mengatakan bahwa semua aspek ekonomi mikro (rasio keragaman

pendapatan, rasio biaya, dan total aset) memiliki dampak negatif terhadap z-score kecuali pinjaman

terhadap total aktiva yang berarti positif terhadap z-score. Abedifar et al (2013) Rahman (2010) dan

Khan et al (2013) juga menyatakan hal yang sama. Selanjutnya penelitian oleh Foza (2015) hasil

penelitianya mengatakan bahwa fee based income, cost inefficiency and loan asset ratio mempengaruhi

risiko kebangkrutan bank syariah secara posisitf dan signifikan, namun size tidak berpengaruh. Tapi

dalam kenyataanya risiko kebangkrutan yang dihadapi Bank Umum Syariah di Indonesia cukup

tinggi. Hal ini dapat diprediksi menggunakan metode Altman, yaitudengan melakukan perhitungan

nilai Zscore (Foza, 2015).

Penelitian terdahulu yang berfokus pada risiko yang dilakukan oleh Salman Syed Ali (2004)

mengatakan bahwa struktur pembiayaan seperti Jual Beli, dan Bagi Hasil maupun Sewa memiliki

hubungan dengan Risiko Liquiditas. Penelitian lain yang dilakukan oleh Titi et al (2019) Mengatakan

bahwa pembiayaan mudharabah dan musyarakah memiliki dampak terhadap tingkat risiko kredit.

Namun penelitian mengenai risiko kebangkrutan mungkin masih sedikit ditemui, oleh karenanya

Page 3: Financing structure and bankruptcy risk in sharia

Anggoro, R & Yumna, A./ Financial Management Studies Vol 1 (2), 2021, 59-71

61

penelitian ini tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang pengaruh struktur pembiayaan terhadap

risiko kebangkrutan.

KAJIAN LITERATUR

Kebangkrutan merupakan kegagalan operasi perusahaan menghasilkan laba. Kebangkrutan yang

dimaksudkan sebagai kegagalan perusahaan didefinisikan dalam beberapa pengertian yaitu

(F.Brigham et al., 2001) : (1) kegagalan ekonomi, (2) kegagalan keuangan. Kebangkrutan dapat

dianalisis dan diramalkan menggunakan persamaan diskriminan yang dikenal dengan Altman Z-Score

Altman Z-score

Analisis kebangkrutan altman Z-Score merupakan perhitungan yang dapat digunakan untuk

memprediksi tingkat kebangkrutan suatu perusahaan dengan cara menghitung rasio keuangan yang

dikombinasikan dalam suatu persamaan diskriminan. Di negara-negara berkembang investasi pada

pasar obligasi sudah mulai berkembang dan meluas Agar penerbit obligasi dapat memperkirakan

kebangkrutan, maka Altman memodifikasi modelnya pada 1995. Altman memodifikasi model yaitu

variabel perputaran aset agar efek industri dapat di minimalisir (X5) yaitu mengeliminasinya yang

isinya rasio penjualan terhadap total aset. kemudian, pada rasio X4 Altman juga mengubah pembilang,

yaitu nilaipasar ekuitas diganti dengan nilai buku ekuitas, tdengan tujuan EM Z-score perusahaan

tidak go public juga dapat menggunakan model ini. pada tahun 2002 Altman juga memakai model ini

saat meneliti perusahaan non-manufaktur di Amerika Serikat untuk melihat tingkat kesehatan

perusahaan khususnya keuangan perusahaan. Model yang biasa dikenal dengan sebutan Altman’s

Emerging Market Z-Score model atau EM Z‟-Score (Haery, 2017) yaitu:

Z‟=6.56(X1) + 3.26(X2) + 6.72(X3) + 1.05(X4)

Dimana:

X1 : Working Capital to Total Assets

X2 : Retained Earning to Total assets

X3 : EBIT to Total Assets

X4 : Book Value of Equity to Total Liabilities

Dengan demikian akan diperoleh nilai Zscore, ketentuan yang berlaku adalah:

a. Jika Z < 1,88 maka termasuk dalam kategori perusahaan tidak sehat atau bangkrut.

b. Jika 1,88< Z < 2,99 maka termasuk kondisi kritis rawan atau grey area.

c. Jika Z > 2,99 maka termasuk perusahaan sehat.

Pembiayaan di Bank Syariah

pembiayaan merupakan pendanaan diberikan yang oleh lembaga keuangan kepada pihak lain

yaitu lebaga lain atau perorangan yang diwajibkan melunasi pembiayaan dalam jangka waktu yang

sudah disepakati dengan menyertakan imbalan ujrah atau bagi hasil. Terdapat beberapa jenis

pembiayaan di Bank Syariah, diantaranya yaitu pembiayaan dengan prinsip pembagian hasil &

pembiayaan dengan prinsip jual beli

Pembiayaan Bagi Hasil

Berdasarkan U BI No. 21 Tahun 2008 perbankan syariah, pembiayaan bagi hasil terdiri atas

pembiayaan Mudharabah dan pembiayaan Musyarakah. semua pembiayaan ini memiliki prinsip yang

hampir sama secara definisi yaitu menggunakan prinsip bagi hasil dari kerjasama oleh pihak bank

dengan nasabah (IJ Saputra, 2016). Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan menanamkan modal

oleh bank kepada nasabah yang menjadi pengelola dana untuk membuat usaha serta pembagian hasil

usaha ditentukan berdasar ketentuan atau porsi bagi hasil yang telah ditetapkan sebelumnya.

Usahanya harus sesuai ketentuan syariah (Ikatan Bankir Indonesia, 2015). Sedangkan pembiayaan

Page 4: Financing structure and bankruptcy risk in sharia

Anggoro, R & Yumna, A./ Financial Management Studies Vol 1 (2), 2021, 59-71

62

Musyarakah adalah pemilik modal yang sepakat untuk menggabungkan dananya dalam usaha

tertentu, serta pembagian keuntungan di antara pemilik modal berdasarkan ketentuan yang telah

disepakati (Muhammad, 2005).

Pembiayaan Jual Beli

Berdasarkan pada Undang-Undang Bank Indonesia No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan

syariah, pembiayaan Jual Beli terdiri dari salah satunya yaitu pembiayaan murabahah.Produk

keuangan Syariah yang paling populer adalah Murabahah yang memberikan kontribusi hampir 70%-

80% dari semua transaksi bank Syariah (Sinathrya et al, 2019). Murabahah adalah kontrak berbasis

penjualan di mana pembeli (peminjam) memberikan informasi yang diperlukan kepada bank

mengenai persyaratan pembeliannya. Bank kemudian membeli produk dan menjualnya kepada

pembeli dengan margin keuntungan.

Pengaruh Pembiayaan Terhadap Risiko Kebangkrutan

Pembiayaan murabahah dan bagi hasil memiliki risiko yang berbeda. Risiko kredit dari

pembiayaan murabahah timbul ketika pelanggan gagal untuk menghormati kewajiban pembayaran

pada saat pengiriman produk (Karim dan Archer, 2013). Risiko pembiayaan murabahah yang sering

terjadi adalah risiko yang terkait dengan (1) barang, (2) nasabah dan (3) sistim pembayaran (Rivai,

2008:152). Misal penolakan atau pembatalan pesanan, penundaan pembayaraan dan lain-lain.

Sedangkan pembiayaan dengan skema PLS memiliki risiko yang cukup tinggi, pada

pembiayaan Mudharabah. profit usaha secara mudharabah dibagikan sesuai kontrak yang disepakati,

sedangkan jika rugi yang menaggung adalah pemilik modal, apabila kerugian bukan karena kelalaian

pengelola. Namun jika kerugian disebabkan kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka pengelola

harrus bertanggung jawab(Antonio, 2001). Ada pula risiko mudharabah yang dikatakan Samsudin dkk

(2003) yaitu sebagai berikut: (1) Side Streaming; penyalahgunaan dana oleh nasbah. (2) kelalaian dan

kesalahan yang disengaja.(3) moral hazard, nasabah menyembunyikan keuntungan dan tidak jujur. (4)

informasi yang diperolah bank terbatas karena perusahaan dikendalikan oleh pengelola. Inilah yang

disebut dengan asymmetric information.

Dalam terorinya pembiayaan bagi hasil juga memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan

dengan pembiayaan jual beli dan berpotensi meningkatkan risiko kredit, likuiditas dan kebangkrutan

yang dialami perbankan(Khan dan Ahmad,2001). Sehingga ketika perbankan meningkatkan

pembiayaan bagi hasilnya, maka risiko kebangkrutan yang dialaminya juga akan meningkat. Sehingga

penelitian inimenyusun hipotesa bahwa penggunaan proporsi bagi hasil yang lebih tinggi

dibandingkan jual beli di perbankan syariah berpengaruh terhadap peningkatan risiko kebangkrutan.

H1 : Peningkatan proporsi pembiayaan dengan prinsip bagi hasil terhadap pembiayaan

dengan prinsip jual beli berpengaruh signifikan terhadap peningkatan risiko kebangkrutan

METODE

Risiko Kebangkrutan

(z score) (Y)

𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑔𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙

𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐽𝑢𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑖

(X1)

- Total pembiayaan

- Persentase nilai NPF

- Total Aset

(Variabel kontrol)

H1

Page 5: Financing structure and bankruptcy risk in sharia

Anggoro, R & Yumna, A./ Financial Management Studies Vol 1 (2), 2021, 59-71

63

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kausatif karena bertujuan untuk menguji variabel yang

berpengaruh terhadap variabel dependen (hubungan kausalitas). Penelitian ini dilakukan untuk

menguji pengaruh profitabilitas, leverage dan kepemilikan manajerial terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial. Penelitian kausatif merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah

berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih (Indriantoro & Supomo, 2002).

Data

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian

ini adalah perusahaan yang terindeks dalam indeks SRI-KEHATI yang terdafatar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) dari tahun 2014 sampai 2018. Dalam penelitian ini jumlah popolasi sebanyak 25

perusahaan.

Perusahan yang termasuk pada indeks SRI-KEHATI, perusahaan yang termasuk selama 7

tahun berturut-turur selama rentang waktu 2012-2018 terdapat 15 perusahaan yang terdaftar di indeks

SRI-KEHATI termasuk sampel dalam penelitian ini.

Defenisi Operasional dan pengukuran variabel

Variabel terikat(Y)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan tanggung jawab social. Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah tingkat pengungkapan CSR pada Laporan Tahunan perusahaan. Kategori

pengungkapan sosial yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi Global Report Initiative (GRI)

versi standard yang telah disesuaikan dengan pelaksanaan CSR di Indonesia.

CSRDI = ∑𝑛𝑗

∑𝑋𝑖𝑗

Profitabilitas(X1)

Profitabilitas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau profit dalam

upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Pada profitabilitas mengunakan rasio Return On Asset

(ROA).ROA merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari asset

yang tersedia(Subramanyam.2010). Berikut rumus dari ROA

ROA = Laba Bersih Setelah Pajak

Total Asset

Leverage(X2)

Menurut Subramanyam (2010) Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan

tergantung pada kreditur dalam membiayai asset perusahaan. Skala pengukuran untuk leverage

adalah rasio. Leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio hutang terhadap modal

sendiri. Pada levarage mengunakan rasio debt to equity rasio(DER).Berikut rumus DER

DER = Total Hutang

Total ekuitas

Kepemilikan Manajerial(X3)

Kepemilikan manajerial menunjukan komposisi dari pemegang saham dalam dewan direksi,

Kepemilikan ini akan mencerminkan struktur kepemilikan modal dan harus memegang peranan

dalam penetapan jumlah pengeluaran CSR.Kepemilikan Manajerial. Kepemilikan manajerial juga

dapat di artikan denganjumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham

perusahaan yang dikelola. Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial diukur dengan

persentase jumlah lembar saham yang dimiliki oleh pihak manajemen (Dewi, 2008).

Page 6: Financing structure and bankruptcy risk in sharia

Anggoro, R & Yumna, A./ Financial Management Studies Vol 1 (2), 2021, 59-71

64

Variabel Kontrol Ukuran perusahaan(Z1)

Ukuran perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan

sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan yang dibuat. Secara umum perusahaan besar

akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini karena perusahaan

besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Secara teoritis

perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan

pertanggungjawaban sosial. Variabel ukuran perusahaan dapat di ukur mengunakan Ln total asset

(Riantani, 2015).

Variabel Kontrol Umur perusahaan(Z2)

Umur perusahaan mengambarkan berapa perusahaan tersebut telah berdiri. Umur perusahaan umur

perusahaan diperkirakan memiliki hubungan positif dengan kualitas ungkapan sukarela. Alasan yang

mendasari adalah bahwa perusahaan yang berumur lebih tua memiliki pengalaman lebih banyak

dalam mempublikasikan pengungkapan informasi sosial, sehingga terdapat pengaruh positif antara

umur perusahaan dengan kelengkapan pengungkapan tanggung jawab sosial perusaan (Nasir, 2013).

Teknik Analisis Data

Analisis ini untuk meneliti besarnya pengaruh dari variabel dependen (Y) yaitu Pengungkapan

Tanggung Jawab Sosial di pengaruhi oleh variable independen (X) profitabilitas, leverage dan

kepemilikan manajerial. Adapun rumusnya adalah:

CSR= a + β1PRO1 + β2LEV2 + β3KM3 + e

Keterangan:

CSR = Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

A = Konstanta

β1, β2, β3, = Koefisien regresi

PRO = Profitabilitas

LEV = Leverage

KM = Kepemilikan Manajerial

e = error

HASIL DAN PEMBAHASAN

Statistik deskriptif ini digunakan untuk memberikan gambaran nilai minimun, maximum, rata-rata

(mean), dan simpangan baku (standart deviasi) dari masing-masing variabel penelitian yaitu adalah

Risiko kebangkrutan (Z-Score), Proporsi pebiayaan bagi hasil terhadap jual beli serta variabel kontrol

yaitu total pembiayaan, persentase NPF, dan Total Asset yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan

periode 2011-2018. Hasil deskriptif dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Statistik Deskriptif dari Variabel Penelitian

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Proporsi Pembiayaan

(X1)

72 ,09 11,98 1,3151 2,03436

Risiko Kebangkrutan

(Y)

72 3,81 21,29 5,6161 2,10600

LnTotal Pembiayan 72 26,09 31,85 29,5548 1,39082

Persentase NPF 72 ,00 ,05 ,0247 ,01567

LnTotal Aset 72 27,19 32,22 29,9114 1,34495

Page 7: Financing structure and bankruptcy risk in sharia

Anggoro, R & Yumna, A./ Financial Management Studies Vol 1 (2), 2021, 59-71

65

Valid N (listwise) 72

Sumber : Hasil Olahan SPSS

Berdasarkan tabel 1, pada variabel (X1) TingkatProporsi Pembiayaan Bagi Hasil terhadap Jual

diketahui bahwa mean sebesar 1,3151 kali yang artinya rata-rata pembiayaan yang disalurkan dalam

skema Bagi Hasil lebih tinggi proporsinya terhadap pembiayaan jual beli . kemudian (Y) Nilai Risiko

Kebangkrutan (Z-score) diketahui mean sebesar 5,61 yang artinya Bank Umum Syariah secara rata-rata

terhindar dari risiko kebangkrutan karena nilainya berada > 2,99. sementara dari variabel kontrol Total

pembiayaan dengan Ln mean sebesar 29,5548. Persentase NPF dengan mean sebesar 2,47% artinya

masih dalam kondisi aman dari nilai rata-rata kredit macet yang diketahui.

Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas yaitu mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati

distribusi normal. Secara rinci hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 2. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 63

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,79480747

Most Extremes Differences

Absolute ,110

Positive ,110

Negative -,057

Kolmogorov-Smirnov Z ,873

Asymp. Sig. (2-tailed) ,431

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber : Hasil Olahan SPSS

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai Kolmogrov-Smirnov sebesar 0,873 dengan

signifikansi 0,431. Dari hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa data yang digunakan dalam

penelitian ini sudah terdistribusi normal karena nilai signifikansi dari uji normal untuk model ini lebih

besar dari 0,05 (0,431 > 0,05)

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk membuktikan atau menguji apakah pada tabel regresi linear

berganda ditemukan adanya hubungan linear atau korelasi antar satu variabel independen dengan

variabelindependen lainnya. Hasil uji multikolinearitas dapat diketahui pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Page 8: Financing structure and bankruptcy risk in sharia

Anggoro, R & Yumna, A./ Financial Management Studies Vol 1 (2), 2021, 59-71

66

Model Unstandardized

Coefficients

Standardi

zed

Coefficien

ts

T Sig. Collinearity

Statistics

B Std.

Error

Beta Toleran

ce

VIF

(Constant) 5,480 ,230 23,803 ,000

Proporsi_X1 ,231 ,217 ,131 1,063 ,292 ,994 1,006

LnNPF -14,538 6,320 -,284 -2,300 ,025 ,994 1,006

a. Dependent Variable: Y

Sumber : Hasil Olahan SPSS

Hasil pengolahan data yang disajikan alam Table 3 memperlihatkan bahwa variabel memliki nilai

tolerance lebih dari 0,10 dan VIF kurang dari 10, dan dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas

tidak ada multikolonieritas pada penelitiian ini..variabel Persentase NPF menjadi perwakilan variabel

prediktor pada variabel kontrol.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan varians residual dalam

model regresi dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam regresi, asumsi yang harus

di penuhi adalah bahwa varians residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tidak terdapat

pola tertentu. Gambar 1 menyajikan grafik scatterplot yang memperlihatkan apakah terdapat

heteroskedastisitas pada model regresi ini.

Gambar 3.Scatterplot Heteroskedastisitas

Berdasarkan gambar 3 terlihat bahwa titik-titik scatterplot menyebar secara acak dan tidak

membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedatisitas pada

model regresi.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujian untuk menunjukan ada atu tidaknya suatu korelasi antar resdiual pada

priode t dengan residual pada periode sebelumnya yakni (t-1) dalam model regresi.

Page 9: Financing structure and bankruptcy risk in sharia

Anggoro, R & Yumna, A./ Financial Management Studies Vol 1 (2), 2021, 59-71

67

Tabel 4. Hasil Uji Durbin-Watson

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1 ,136a ,018 ,004 2,10130 1,800

a. Predictors: (Constant), Proporsi pembiayaan (X1)

b. Dependent Variable: Y

Sumber : Hasil Olahan SPSS

Setelah dilakukan uji durbin-watson ditemukan bahwa nilainya yaitu 1,800, peneliti menggunakan

nilai signifikansi 5%, sampel yang digunakan sebanyak 72(n), dan variabel independen 1 (k=1), maka

dalam tabel Durbin-Watson akan diperoleh nilai dU sebesar 1,6457, dL sebesar 1,5895, 4-dL sebesar

2,4105 dan 4-dU sebesar 2,3543. Sehingga seseuai ketentuan dU<DW<4-dU atau1,6457 <1,800< 2,3543

maka dapat disimpulkan tidak terdapat nilai Autokorelasi.

Uji Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda adalah menganalisa hubungan antara satu variabel terkait dengan dua atau

lebih variabelbebas. Pada Tabel 5 merupakan hasil olahan regresi berganda.

Tabel 5. Hasil Uji Regresi Berganda

Coefficientsa

Model Unstandardize

d Coefficients

Standardized

Coefficients

T hitung Sig.

B Std.

Error

Beta

(Constant) 16,832 2,001 8,414 ,000

Proporsi pembiayaan

(X1) ,082 ,177 ,047 ,462 ,646

Total Pembiayaan 1,965 ,556 3,450 3,538 ,001

Persentase NPF -9,195 5,303 -,179 -1,734 ,088

Total Aset -2,320 ,577 -3,913 -4,019 ,000

a. Dependent Variable: Y

Sumber : Hasil Olahan SPSS 25

Berdasarkan hasil yang terdapat pada Tabel 5, maka dapat dirumuskan persamaan sebagai berikut:

Y = 16,832+ 0,082X + 1,965TP + (-9,195)NPF +( -2,320)TA + e

Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)

Analisis koefesien determinasi yang dilakukan unutk menganalisis seberapa besar nilai persentase

kontribusi variabel bebas dengan variabel terikat. dari hasil yang dihitung nilai koefesien determinasi

sebagai berikut :

Tabel 6. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 ,657a ,431 ,392 ,62358

a. Predictors: (Constant), LnTA, Proporsi_X1, LnNPF, LnTP

Page 10: Financing structure and bankruptcy risk in sharia

Anggoro, R & Yumna, A./ Financial Management Studies Vol 1 (2), 2021, 59-71

68

b. Dependent Variable: Y

Sumber : Hasil Olahan SPSS 25

Nilai koefesien determinasi adalah sebesar 0,392, hal itu berarti bahwa variasi perubahan Y

dipengaruhi oleh perubahan Proprorsi pembiayaan Bagi hasil (X1), variabel kontrol Total Pembiayaan,

Persentase NPF, dan Total Aset terhadap Nilai Risiko Kebangkrutan (Y) pada Bank Umum Syariah

yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dari tahun 2011-2018 sebesar 39,2%, sedangkan sisanya

sebesar 60,8% dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian ini.

Uji Parsial (Uji t)

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas dengan variabel

terikat secara parsial. Hasil Uji t dapat dilihat pada tabel 8 berikut:

Tabel 8. Uji t

Coefficientsa

Model Unstandardize

d Coefficients

Standardized

Coefficients

T hitung Sig.

B Std.

Error

Beta

(Constant) 16,832 2,001 8,414 ,000

Proporsi pembiayaan

(X1) ,082 ,177 ,047 ,462 ,646

Total Pembiayaan 1,965 ,556 3,450 3,538 ,001

Persentase NPF -9,195 5,303 -,179 -1,734 ,088

Total Aset -2,320 ,577 -3,913 -4,019 ,000

a. Dependent Variable: Y

Sumber : Hasil Olahan SPSS 25

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS seperti terlihat pada

Tabel 8 diatas, variabel Proporsi pembiayaan bagi hasil memiliki nilaithitung sebesar 0,462 dan nilai

signuifikansi sebesar 0,646. Standar pengambilan keputusan hipotesis diterima atau ditolak

berdasarkan pada besarnya nilai signifikansiu. Jika signifikansi lebih kecil atau sama dengan 0,05 (≤

0,05) maka hipotesis diterima. Hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar0,462 > 0,05, maka

dapat disimpulkan bahwa hipotesis (H1) yang berbunyi “Peningkatan proporsi pembiayaan dengan

prinsip bagi hasil terhadap jual beli berpengaruh signifikan terhadap peningkatan nilai risiko

kebangkrutan”, ditolak.

Selanjutnya untuk variabel kontrol Total Pembiayaan, Persentase NPF, dan Total aset yang

diuji didapati hasil bahwa variabel kontrol Total Pembiayaan berpengaruh positif dengan nilai

koefisien regresi 1,965. Untuk variabel kontrol Persentase NPF dan Total Aset berpengaruh negatif

dengan nilai koefisien regresi masing-masing sebesar -9,195 dan -2,320.

Variabel Total Pembiayaan bernilai positif mengimplikasikan bahwa perbankan dengan

semakin besar total pembiayaan akan meningkatkan nilai Z-score yang artinya adalah dapat

menghindarkan perbankan dari risiko kebangkrutan.Variabel Persentase NPF bernilai negatif

mengimplikasikan bahwa peningkatan nilai NPF dapat menurunkan nilai Z-score dan meningkatkan

risiko kebangkrutan bank.Variabel Total Aset juga bernilai negatif mengimplikasikan bahwa

peningkatan Total Aset dapat menurunkan nilai Z-score dan meningkatkan risiko kebangkrutan bank.

Pengaruh Tingkat Proporsi pembiayaan bagi hasil terhadap Risiko Kebagkrutan

Berdasarkan uji statistik dengan SPSSmenunjukkan bahwa variabel Proporsi Pembiayaan (X1)

secara parsial tidak berpengaruh pada Risiko kebangrkutan, hal ini ditunjukkan dengan nilai

probabilitas lebih besar dari 0,05 (0,646> 0,05) dengan hasil thitung positif dan diperkuat dengan

Page 11: Financing structure and bankruptcy risk in sharia

Anggoro, R & Yumna, A./ Financial Management Studies Vol 1 (2), 2021, 59-71

69

thitung< ttabelatau 0,462<1,999962. Pembiayaan Bagi hasil atau Profit loss sharing yaitu prinsip membagi

profit antara pihak bank dengan nasabah, sistem bagi hasil akan ditetapkan di akhir setelah nasabah

melakukan sebuah usaha untuk memperoleh keuntungan dengan ketentuan yang telah disepakati

sebelumnya (Slamet riyadi, 2014). Ada pula risiko yang terdapat dalam pembiayaan bagi hasilmenurut

Samsudin dkk (2003) relatif tinggi yaitu sebagai berikut: (1) Side streaming; penyalahgunaan dana oleh

nasabah, (2) kelalaian dan kesalahan yang secara sengaja, (3) moral hazard, keuntungan yang

disembunyikan oleh nasabah karena tidak jujur, dan (4) Ketika dana dikelola oleh pengelola, informasi

yang didapat oleh bank mengenai usaha sangat terbatas yang disebut asymmetric information.

Dalam teorinya pembiayaan bagi hasil memiliki risiko yang lebih besardari pembiayaan dengan

prinsip jual beli sehingga enjadi risiko pembiayaan (AA Rahman, 2012) yang kemudian dapat

mempengaruhi risiko kebangkrutan, lalu Khan dan Ahmad (2001), juga mengasumsikan bahwa para

bankir menganggap memiliki risiko kredit yang lebih tinggi dalam produk pembiayaan syariah dalam

pembiayaan berbasis PLS atau bagi hasil. Penelitian terdahulu oleh Rihab Grassa (2012) yang meneliti

pendapatan dari produk PLS dan dikaitkan dengan risiko insolvensi (kebangkrutan) yang lebih tinggi.

Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya tersebut dan berarti bahwa Proporsi

Pembiayaan dengan prinsip Bagi Hasil tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Risiko

Kebangkrutan perbankan yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), maka hipotesis (H1) ditolak,

artinya kondisi Pembiayaan Bagi hasil yang lebih besar dalam satu periode tidak secara langsung

memberikan pengaruh terhadap risiko kebangkrutan pada periode yang sama. Dalam penelitian ini,

risiko kebangkrutan lebih dapat dijelaskan oleh variabel kontrol, yaitu total pembiayaan, non-

performing financing (NPF) dan total asset. Semakin tinggi pembiayaan yang diberikan, dan semakin

tinggi nilai pembiayaan macet (NPF), dan semakin besar asset perusahaan akan meningkatkan risiko

pembiayaan. Selain itu berdasarkan nilai NPF Bank Syariah, nilai pembiayaan macet lebih besar terjadi

pada pembiayaan murabahah dibandingkan pembiayaan bagi hasil. Sehingga penelitian ini dapat

menyimpulkan bahwa meningkatnya proporsi pembiayaan bagi hasil dibandingkan pembiayaan

murabahah tidak mempengaruhi peningkatan risiko kebangkrutan di Bank Syariah pada periode 2011-

2018.

KESIMPULAN

Penelitian ini melihat pengaruh Tingkat Proporsi pembiayaan bagi hasil terhadap jual beli dengan Nilai

Risiko Kebangkrutan Bank Umum Syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan periode 2011-2018.

Penelitian ini menemukan bahwa Variabel proporsi pembiayaan bagihasil terhadap permbiayaan

jualbeli tidak berpengaruh dengan variabel risiko kebangkrutan pada Bank Umum Syariah yang

terdaftar di OJK tahun 2011-2018. Kondisi ini menunjukan bahwameningkatnya proporsi pembiayaan

bagi hasil terhadap pembiayaan jual beli tidak memberikan pengaruh terhadap risiko kebangkrutan

pada periode yang sama.

Dalam penelitian ini, risiko kebangkrutan lebih dapat dijelaskan oleh variabel kontrol, yaitu

total pembiayaan, non-performing financing (NPF) dan total asset. Semakin tinggi pembiayaan yang

disalurkan berpengaruh positif terhadap nilai Z-score dengan kata lain dapat menghindarkan dari

risiko kebangkrutan, sedangakan semakin tinggi nilai pembiayaan macet (NPF), dan semakin besar

asset perusahaan hasilnya berpengaruh negatif terhadap nilai Z-score dengan kata lain dapat

meningkatkan risiko kebangkrutan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan agar Bagi perbankan syariah dapat meningkatkan

pembiayaan dengan skema bagi hasil yang dinilai dapat lebih baik untuk mencapai tujuan

kemaslahatan syariah. Dimana selama ini pembiayaan bagi hasil yang lebih cenderung dihindari

karena dianggap memiliki risiko yang lebih tinggi. Namun hasil penelitian menyebutkan bahwa

meningkatnya proporsi pembiayaan bagi hasil tidak berpengaruh pada nilai risiko kebangkrutan, jadi

untuk selanjutnya diharapkan agar Bank Syariah lebih berkontribusi bagi pengembangan sektor riil

dan ekonomi masyarakat, sebaiknya lebih banyak menggunakan skema bagi hasil.

Page 12: Financing structure and bankruptcy risk in sharia

Anggoro, R & Yumna, A./ Financial Management Studies Vol 1 (2), 2021, 59-71

70

REFERENSI

Abrori, Hilman. 2015. “Analisis Perbandingan Risiko Kebangkrutan pada Bank Syariah Devisa dan Non Devisa

dengan menggunakan metode Altman Z-Score periode 2010-2012”. Skripsi. Semarang: Ekonomi Islam UIN

Walisongo

Abusarbeh, Muhammad T .2014. “Credit Risk and Profitability of Islamic Bank : Evidence from Indonesia”. Dalam

World Review of Business Reseach Vol 4 No 3 Issue Pp. 136 –147

Afandi, Muhammad Yazid. 2009. “Fiqh Muamalah”. Yogyakarta: Logung Pustaka

Al Kautsar, Sinathrya et al. 2019. “Pengaruh Konversi Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah Terhadap Risiko

Kebangkrutan Studi Kasus Pada Bank Aceh” dalam e-journal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 8.6

Ali, Salman Syed. 2004. ”Islamic Modes Of Finance and Associated Liquidity Risks”. Dalam Conference on monetary

sector in Iran: Structure, Performance & Challenging Issues

Almilia dan Herdiningtyas. 2005. “Analisis Rasio CAMEL terhadap prediksi kondisi bermaslah pada lembaga

perbankan periode 2000-2002” dalam jurnal Akuntansi dan keuangan, Vol. 7. November

Antonio, muhammad Syafi’i. 2001. “Bank Syariah Dari Teori ke Praktik”. Gema Insani Press. Jakarta.

Archer, S., & Karim, R.A.A. 2013. “Islamic Finance-The New Regulatory Challenge (2nd Edition)”. Singapore: John

Wiley & Sons.

Arifin, Zainul. 2003. “Dasar-Dasar Manjemen Bank Syariah”. Jakarta: Alvabet

Ascarya. 2008. ”Akad& Produk Bank Syariah”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Ascarya. 2011. ”Akad& Produk Bank Syariah”. Cetakan ketiga Jakarta: Rajawali pers

Brigham, Eugene dan Joel F. Houston. 2001. “Manajemen Keuangan”. Edisi kedelapan buku 2. Jakarta: Erlangga

Djamil, F. 2012. “Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah”. Sinar Grafika

Ferdinand, Augusty. 2014. “Metode Penelitian Manajemen” BP Universitas Diponegoro. Semarang

Hak, Nurul. 2011. “Ekonomi Islam Hukum Bisnis Syariah”. Yogyakarta: Teras

Hakim, Lukman. 2012. “Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam” Yogyakarta: Erlangga, hlm.116-117

Hasanatina, Foza Hadyu & Wisnu mawardi. 2016. “Analisis Risiko Kebangkrutan Bank Syariah dengan Metode

Zscore (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2008-2014) dalam Diponegoro Journal of

Management 5 (hlm. 269-278)

Hery. 2017. “Kajian Riset Akuntansi: Mengulas Berbagai Hasil Penelitian Terkini Dalam Bidang Akuntansi dan

Keuangan”. Jakarta: Grasindo.

Hulwati. 2009. “Ekonomi Islam Teori dan Praktiknya dalam Perdagangan Obligasi Syari‟ah di Pasar Modal

Indonesia dan Malaysia”. Jakarta: Ciputat Press Group, hlm. 76

Ikatan Bankir Indonesia. 2015. “Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah”. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Ilmi SM, Makhalul. 2002. “Teori dan Praktik Mikro Keuangan Syariah”. Yogyakarta: UII Press

Jayadi, Abdullah. 2011. “Beberapa Aspek Tentang Perbankan Syariah”. Yogyakarta: Mitra Pustaka

Kabir, Nurul., Worthington & Gupta, R. 2015. “Comparative Credit Risk in Islamic and Conventional Banks”

dalam Pasific-Basin finance Journal, vol. 34

Khan, Thariqullah dan Ahmad, Habib. 2001. “Risk Management: An Analysis of Issues in islamic Financial

Industry. Jeddah : Occasional Paper

Mahmudah. 2014. “Strategi Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakahpada KSU BMT UMJ” Skripsi UIN Syarif

Hidayatullah

Mastuti, Firda, Muhammad Saifi, dan Devi Farah Azizah. 2013. “Altman Z-score sebagai salah satu metode dalam

menganalisis estimasi kebangkrutan pada perusahaan plastik dan kemasan yang terdaftar di BEI periode

2010-2012. Dalam Jurnal Administrasi Bisnis

Minati, Agnes Anggun dkk. 2016. “Analisis Perbandingan Prediksi Kebangkrutan Bank Syariah dan Bank

Konvensional menggunakan Altman’s EM Z-score model” dalam Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Vol. 11

Muhammad. 2005. “Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah” Yogyakarta: UII Press, Hlm. 94

Oktarina, Eka. 2017. “Analisis Prediksi Kebangkrutan dengan Metode Altman Z-score pada PT. BRI Syariah.

Dalam Tugas Akhir FEB UIN Raden Fatah Palembang

Page 13: Financing structure and bankruptcy risk in sharia

Anggoro, R & Yumna, A./ Financial Management Studies Vol 1 (2), 2021, 59-71

71

Rahmaniah, Melan & Hendro wibowo. 2015. ”Analisis potensi terjadinya financial distress pada bank umum syariah

(BUS) di Indonesia” dalam Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah

Rajhi, W. dan Hassairi. 2013. “Islamic Banks and Financial Stability: A Comparative Empirical Analysis Between

Mena and Southeast Asian Countries”. Region Developpment vol. 37.

Samsudin, dkk, 2003, Paper Manajemen Risiko, Universitas Indonesia

Saputra, Dheni Mahardika dkk. 2015. “Analisis Risiko Pembiayaan Musyarakah Terhadap Pengembalian

Pembiayaan Nasabah (Studi Pada PT. BPR. Syariah Bumi Rinjani Probolinggo) dalam Jurnal Administrasi

Bisnis Volume 2

Saputra, Ismail Joyo. 2016. ”Penerapan Prinsip 5C pada produk pembiayaan ijarah di BPRS PNM Binama

Semarang dalam tesis UIN Walisongo

Sarasati, Annisa Galih (2017) “Perbandingan analisis kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (Studi kasus pada perusahaan sub sektor farmasi. Skripsi thesis, FE UMB

Soemitra, Andri. 2017. “Bank & Lembaga Keuangan Syariah”. Jakarta: Prenada Media

Statistik Perbankan Syariah

Urfawati. 2015. “Penerapan Metode Z-Score Altman dalam mengukur peluang kebangkrutan pada perusahaan

yang tergabung dalam indeks saham syariah di BEI periode 2011-2013

Wangsawidjaja. 2012. “Pembiayaan Bank Syariah”. Jakarta: Gramedia

Warninda, Titi Dewi dkk. 2019. “Do Mudharabah and Musharakah Financing impact Islamic Bank credit risk

differently?” dalam Research in International Business and Finance, Vol. 49