FINAL case vignette PIAN.docx

Embed Size (px)

Citation preview

-Tugas Biokimia-

CASE VIGNETTEIllustrative case DSM III Classification: Axis I, Attention deficit disorder with hyperactivity. A 5-Year-old boy was referred to a pediatrican by his teacher during his second week in kindergarten because he was difficult to control and showed signs of impulsivity and inattention: (1) he moved quickly from one activity to another, acted impulsively and sometimes too aggressively, was unable to wait his turn in games or group discussions, and generally needed a great deal of supervision. (2) he was easily distracted and had difficulty listening to what was being said to him or staying with school tasks or play activities.Although dismayed by her sons behavior in kindergarten, the mother said she expected such a problem, since he had also had problem in the several nursery schools he had attended. He was even hyper before he was born, she explained. sometimes I trought he was doing somersaults in there. After he was born, his engine was always running; he even squirmed a lot in his sleep.

Ilustrasi kasusKlasifikasi DSM - III: Aksis I, gangguan defisit perhatian dengan hiperaktivitas.Seorang anak laki-laki 5 tahun dirujuk ke seorang pediatrician oleh gurunya pada minggu kedua di sebuah TK karena kesulitan untuk dikontrol dan menunjukkan tanda impulsivitas dan tidak perhatian : (1) dia berpindah sangat cepat dari satu kegiatan ke kegiatan lain, bertindak impulsif dan kadang terlalu agresif, tidak bisa menunggu gilirannya saat bermain game atau diskusi kelompok, dan umumnya sangat harus selalu diawasi. (2) ia sangat mudah teralihkan dan kesulitan untuk mendengarkan apa yang dikatakan kepadanya atau fokus pada tugas sekolah maupun aktivitas bermain lainnya. Meski cemas akan perilaku anaknya di TK, ibunya berkata dirinya menduga hal itu akan terjadi mengingat si anak juga mengalami masalah yang sama di beberapa PAUD yang telah ia ikuti sebelumnya. "Dia bahkan hiper sebelum dia lahir, ibunya menjelaskan. Terkadang saya berpikir dia bergulat di dalam perut saya. Setelah ia lahir, dirinya selalu aktif energik; dia bahkan banyak menggeliat saat tidur"

GEJALA YANG DIDAPAT : Dia berpindah sangat cepat dari satu kegiatan ke kegiatan lain Bertindak impulsif dan kadang terlalu agresif Tidak bisa menunggu gilirannya saat bermain game atau diskusi kelompok, dan umumnya sangat harus selalu diawasi Dia sangat mudah teralihkan dan kesulitan untuk mendengarkan apa yang dikatakan kepadanya atau fokus pada tugas sekolah maupun aktivitas bermain lainnya "Dia bahkan hiper sebelum dia lahir", ibunya menjelaskan. "Terkadang saya berpikir dia bergulat di dalam perut saya. Setelah ia lahir, dirinya selalu aktif energik; dia bahkan banyak menggeliat saat tidur"KRITERIA DSM IV-TRA. Salah satu dari (1) atau (2):1. Terdapat minimal 6 (atau lebih) gejala-gejala inatensi berikut yang menetap dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 6 bulan sampai ke tingkat yang maladaptif dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak:a. Sering gagal untuk memberikan perhatian yang baik terhadap hal-hal yang rinci atau sering melakukan kesalahan yang tidak seharusnya/ceroboh terhadap pekerjaan sekolah, pekerjaan lain atau aktivitis-aktivitis lainnya.b. Seringkali mengalami kesulitan untuk mempertahankan perhatian dalam melakukan tugas tanggung jawabnya atau dalam kegiatan bermain.c. Seringkali tampak tidak mendengarkan (acuh) pada waktu diajak berbicarad. Seringkali tidak mampu mengikuti aturan atau instruksi dan gagal dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah, kegiatan sehari-hari atau pekerjaan di tempat kerja (tidak disebabkan oleh karena Gangguan Perilaku Menentang atau kesulitan untuk memahami instruksi).e. Seringkali mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan tugas tanggung jawabnya atau aktivitasnya.f. Seringkali menghindar, tidak suka atau menolak dalam kegiatan-kegiatan yang memerlukan konsentrasi yang lama seperti dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah.g. Seringkali kehilangan barang-barang yang perlu digunakan untuk kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitasnya (seperti mainan, pekerjaan sekolah, pensil, buku-buku, atau peralatan-peralatan lainnya).h. Mudah teralih perhatiannya oleh stimulus yang datang dari luar.i. Mudah lupa akan kegiatan yang dilakukan sehari-hari.2. Terdapat minimal 6 (atau lebih) gejala-gejala hiperaktivitas-impulsivitas berikut yang menetap dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 6 bulan sampai ke tingkat yang maladaptif dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak: Hiperaktivitasa. Seringkali tidak bisa duduk diam atau kaki-tangannya bergerak-gerak terus dengan gelisah.b. Seringkali tidak mampu duduk diam di kursinya di dalam kelas atau pada situasi dimana anak diharapkan duduk diam.c. Seringkali berlari-lari atau memanjat-manjat secara berlebihan pada situasi-situasi yang tidak sesuai atau pada situasi-situasi yang tidak sesuai atau pada situasi-situasi yang tidak seharusnya (misalnya pada remaja atau orang dewasa, mungkin dibatasi oleh perasaan kegelisahan yang subjektif).d. Seringkali mengalami kesulitan dalam bermain atau dalam kegiatan menyenangkan bersama yang memerlukan ketenangan.e. Seringkali bergerak atau sepertinya digerakkan oleh mesin.f. Seringkali berbicara berlebihan.Impulsivitasa. Seringkali memberikan jawaban sebelum pertanyaan selesai diajukan.b. Seringkali mengalami kesulitan dalam menunggu giliran .c. Seringkali menginterupsi atau mengintrusi orang lain (misalnya dalam bermain atau berbicara dengan orang di sekitarnya).B. Beberapa gejala-gejala hiperaktif-impulsif atau inatensi yang menyebabkan gangguan ini sudah timbul sebelum anak berusia 7 tahun.C. Gejala-gejala yang menyebabkan gangguan ini terjadi minimal pada 2 situasi / tempat yang berbeda (misalnya di sekolah atau tempat kerja dan di rumah).D. Ada bukti yang jelas bahwa gejala-gejala ini menimbulkan gangguan klinis yang signifikan di bidang sosial, akademik dan fungsi pekerjaan lainnya.E. Gejala-gejala tidak timbul secara eksklusif selama perjalanan penyakit Gangguan Perkembangan Pervasif, Skizofrenia, atau Gangguan Psikotik lainnya dan tidak dapat dijelaskan oleh gangguan mental lainnya (seperti gangguan mood, gangguan cemas, gangguan disosiatif, atau gangguan kepribadian)

MULTI AKSIAL DIAGNOSISAksis IGangguan Klinis Kondisi Lain Yang Menjadi Fokus Perhatian Klinis Aksis IIGangguan Kepribadian Retardasi MentalAksis IIIKondisi Medik Umum Aksis IVMasalah Psikososial dan Lingkungan Aksis VPenilaian Fungsi Secara Global

Pada Kasus iniAksis IGangguan pemusatan perhatian dan aktivitas Aksis IIKesan fungsi intelektual dalam taraf kecerdasan rata-rata Aksis IIITidak ada diagnosis Aksis IVTerdapat masalah di lingkugan sekolah dan rumah dalam proses pembelajaran Aksis VGAF = 51 gejala sedang (afek datar dan bicara tidak fokus, kesulitan dalam bersosial, pekerjaan atau fungsi sekolah (teman sedikit, masalah dengan teman sebaya atau teman sekerja).

Attention Defisit Hyperactivity Disorder (ADHD)

PENDAHULUANAttention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perilaku yang ditandai dengan inattention (gangguan pemusatan perhatian dan gangguan konsentrasi) , impulsif (berbuat dan berbicara tanpa memikirkan akibatnya), dan hiperaktif yang tidak sesuai dengan umurnya. Keadaan ini dijumpai pada 4-12% di antara anak sekolah dan sering ditemukan pada laki-lakiGejala ADHD harus terlihat di berbagai tempat yang berbeda, misalnya di rumah, di sekolah, di tempat rekreasi, dan lainnya. Gejala ADHD biasanya sedemikian beratnya sehingga tidak dapat ditoleransi oleh orang tua, guru, dan temannya. Akibat perilakunya yang agresif, impulsif, dan tidak mengikuti peraturan, sering kali mereka dijauhi oleh teman-temannya. Kondisi ini membuat mereka kehilangan rasa percaya diri, menarik diri, dan depresi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa 30-80% kasus ADHD menetap pada masa remaja, bahkan sampai dewasa. Bila menetap sampai remaja, dapat memunculkan masalah lain seperti kenakalan remaja, gangguan kepribadian anti-sosial, dan cenderung terlibat penyalahgunaan NAPZA. Orang dewasa dengan ADHD sering bertengkar dengan pimpinannya, sering pindah pekerjaan, dan dalam melaksanakan tugasnya seringkali terlihat tidak tekun.Diagnosis ADHD tidak dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium atau alat kedokteran, sekalipun wawancara terhadap orang tua merupakan hal penting. Selain itu, diperlukan laporan dari sekolah mengenai gangguan tingkah laku, kesulitan belajar, dan kurangnya prestasi akademis oleh gurunya.Penanganan ADHD perlu melibatkan berbagai disiplin ilmu dalam suatu tim kerja yang terdiri dari dokter spesialis anak, psikiater, dokter spesialis saraf, psikolog, pendidik, dan pekerja sosial. Penanganan ADHD memerlukan evaluasi jangka panjang dan berulang untuk dapat menilai keberhasilan terapi. Penanganan ADHD biasanya berupa terapi obat, terapi perilaku, dan perbaikan lingkungan.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) adalah kondisi kronis yang mempengaruhi jutaan anak dan seringkali tetap ada sampai dewasa. ADHD merupakan kombinasi beberapa masalah seperti kesulitan untuk menjaga perhatian, hiperaktivitas, dan perilaku impulsive. Anak dengan ADHD juga dapat memiliki rasa rendah diri, hubungan yang bermasalah, dan mendapat nilai yang jelek disekolah. Dulu ADHD disebut ADD (attention deficit disorder atau gangguan defisit atensi), tetapi sekarang ADHD karena menggambarkan kedua aspek kondisinya, yang itu inatensi dan perilaku hiiperaktif dan impulsif.4,5 Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas ditandai dengan rentang perhatian yang buruk yang tidak sesuai dengan perkembangan atau adanya gejala hiperaktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai dengan usia. Gejala ini harus ada paling sedikit 6 bulan dan terjadi pada usia sebelum 7 tahun dan gejala-gejala tersebut terdapat pada dua situasi atau lebih. 62.2. EpidemiologiBerdasarkan penelitian Saputro D dengan menggunakan instrumen Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorder IV (DSM-IV) didapati angka sebesar 2.2 % untuk tipe hiperaktif & impulsif, 5.3 % untuk tipe campuran hiperaktif-impulsif dan inatensi, serta 15.3 % untuk ADHD tipe inatensi. 1Di Amerika Serikat sedikitnya 4% remaja mengalami ADHD dan hal tersebut berhubungan dengan tingginya tingkat morbiditas psikiatri dan kerusakan fungsional. Oleh karena saat ini relatif baru kemunculan dari diagnosis ADHD pada remaja mengakibatkan masih terjadi Underdiagnosed dan Undertreated . Panduan diagnosis ADHD dari American Academy of Pediatrics hanya melingkupi anak yang berusia 6 sampai 12 tahun. Beberapa studi prevalensi ADHD pada anak sekitar 6%-9% telah diketahui bahwa 40% - 70% dari anak tersebut akan menunjukkan gejala berkelanjutan sampai dengan dewasa. Beberapa studi pada dewasa dengan perilaku penyalahgunaan zat menunjukkan bahwa 15% sampai dengan 25% diantaranya mempunyai ciri ADHD. Pada follow up jangka panjang beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang telah didiagnosis ADHD akan memiliki risiko gangguan kepribadian antisosial, penyalahgunaan obat dan depresi yang ditemukan pada fase remaja akhir atau awal masa dewasa. 9,10Morbiditas untuk ADHD sangat bervariasi. Jangkauan ini berdasarkan banyak faktor, termasuk wilayah tertentu dari defisit, respon lingkungan pasien dan interaksi dengan defisit, terapi yang diberikan, dan kehadiran kondisi hidup bersama. 8 ADHD lebih sering didiagnosis pada anak laki-laki dari pada anak perempuan. Sebagian perkiraan rentang rasio pria-wanita 3: 1 - 4: 1 pada populasi klinik. Namun, sampel berbasis masyarakat banyak menghasilkan rasio 2:1. Gangguan paling sering ditemukan pada anak laki-laki yang pertama. ADHD telah meningkat selama dekade terakhir, dan rasio pria-wanita telah mengalami penurunan, ini mungkin merupakan akibat dari peningkatan kesadaran akan gangguan ini. 2,8Laporan tentang insidensi ADHD di Amerika Serikat adalah bervariasi dari 2 20% anak-anak sekolah dasar. Di Inggris, insidensi dilaporkan lebih rendah dibandingkan di Amerika Serikat, kurang dari 1 %. Orang tua dari anak-anak dengan ADHD menunjukkan peningkatan insidensi hiperkinesis, sosiopati, gangguan penggunaan alkohol, dan gangguan konversi. 8,10 2.3. EtiologiPenyebab gangguan ini tidak diketahui, sebagian besar anak dengan ADHD tidak menunjukkan tanda-tanda cedera struktural yang besar pada sistem saraf pusat. Sebaliknya, sebagian besar anak dengan gangguan neurologis yang diketahui yang disebabkan oleh cedera otak tidak menunjukkan defisit-atensi dan hiperaktivitas. Walaupun tidak adanya dasar neurologis atau neurokimiawi spesifik untuk gangguan, gangguan dapat diperkirakan berhubungan dengan berbagai gangguan lain yang mempengaruhi fungsi otak, seperti gangguan belajar faktor penyumbang yang diajukan untuk ADHD adalah pemaparan toksin pada pranatal, prematuritas dan kerusakan mekanis pranatal pada sistem saraf janin. Penyedap makanan, zat pewarna, pengawetan, dan gula telah juga diperkirakan sebagai kemungkinan penyebab untuk perilaku hiperaktif. Tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan bahwa faktor-faktor tersebut menyebabkan gannguan defisit-atensi/hiperaktivitas. 2,9 Berikut akan dibahas mengenai faktor faktor yang mungkin berperan dalam terjadinya ADHD, yaitu:

a. Faktor genetikStudi molekular genetik telah mengungkapkan beberapa gen yang muncul untuk dihubungkan dengan ADHD karena efeknya pada reseptor dopamin, transportasi dopamin, dan dopamin beta-hidroksilase. 2 Mutasi gen pengkode neurotransmiter dan reseptor Dopamin (D2 dan D4) pada kromosom 11p memegang peranan terjadinya ADHD. Terdapat lima reseptor Dopamin yaitu D1, D2, D3, D4 dan D5, sedangkan yang berperan terhadap ADHD adalah reseptor D2 dan D4. Neurotransmiter dan reseptor Dopamin pada korteks lobus frontalis dan subkorteks (ganglia basalis) berperan terhadap sistem inhibisi dan memori, sehingga apabila ada gangguan akan terjadi gangguan inhibisi dan memori. Di samping Dopamin, gen pengkode sistem noradrenergik dan serotoninergik terkait dengan patofisiologi terjadinya ADHD. Dua Gen reseptor dopamin dan gen DAT telah diidentifikasi kemungkinan berperan dalam GPPH. Faktor neurologi terlihat berperan dalam onset GPPH. 1,7,8Penelitian oleh NIHM telah menunjukkan bahwa varian gen untuk catecho-O methyltransferase (COMT) berhubungan dengan berbagai tingkat aktivitas dopamin prefrontal. COMT memetabolisme dopamin. Orang-orang dengan dopamin / metabolisme varian cepat memiliki tedensi mengalami gangguan ini karena metabolisme cepat dari substrat menurunkan jumlah substrat yang tersedia secara biologis, orang-orang ini telah mengurangi aktivitas dopamin prefrontal. Pengurangan ini, pada gilirannya, mengganggu pengolahan informasi prefrontal.2 Beberapa penelitian genetik juga menemukan bahwa, saudara kandung dari anak dengan ADHD mempunyai resiko 5 7 kali lebih besar untuk mengalami gangguan serupa. Orang tua yang menderita ADHD mempunyai kemungkinan sekitar 50 % untuk menurunkan gangguan ini pada anak mereka.4 Bukti-bukti untuk dasar genetik untuk gangguan ini adalah lebih besarnya angka kesesuaian dalam kembar monozigotik dibandingkan kembar dizigotik.6

b. Cedera otak Telah lama diperkirakan bahwa beberapa anak yang terkena ADHD mendapatkan cedera otak yang minimal dan samar-samar pada sistem saraf pusatnya selama periode janin dan perinatalnya. Cedera otak mungkin disebabkan oleh: 2 Efek sirkulasi Toksik Metabolik Mekanik Efek lain yang merugikan Stress Kerusakkan fisik pada otak selama masa bayi yang disebabkan oleh infeksi, peradangan, dan trauma. Cedera otak yang minimal, samar-samar, dan subklinis mungkin bertanggung jawab untuk timbulnya gangguan belajar dan ADHD. 2Tomografi komputer (CT) kepala pada anak-anak dengan gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas tidak menunjukkan temuan yang konsisten. Penelitian dengan menggunakan tomografi emisi positron (PET; positron emission tomography) ditemukan penurunan aliran darah serebral dan kecepatan metabolisme di daerah lobus frontal anak-anak dengan gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas. Satu teori menyatakan bahwa lobus frontalis anak-anak dengan gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas tidak secara adekuat mengerjakan mekanisme inhibisinya pada struktur yang lebih rendah, yang menyebabkan disinhibisi. 6

c. Faktor neurokimiawiBanyak neurotransmiter telah dihubungkan dengan gejala defisit-atensi dan hiperaktivitas. Sebagian, temuan adalah berasal dari pemakaian banyak medikasi yang menimbulkan efek positif pada gangguan. Obat yang paling banyak diteliti dalam terapi gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas, stimulan, mempengaruhi dopamin maupun norepinerfin, yang menghasilkan hipotesis neurotransmiter yang menyatakan kemungkinan disfungsi pada sistem adrenergik dan dopaminergik.Stimulan meningkatkan katekolamin dengan mempermudah pelepasannya dan dengan menghambat ambilannya. Stimulan dan beberapa obat trisiklik, sebagai contoh, desipramine (Norpramine) menurunkan 3methoxy-4-hidroxyphenilglycol (MHPG) urin; yang merupakan metabolik dari noepinerfin, Clonidine (Catapres), suatu agonis norepinerfin, adalah berguna dalam mengobati hiperaktivitas. Obat lain yang menurunkan hiperaktivias adalah obat trisiklik dan inhibitor monoamin oksidase (MAOI). Secara keseluruhan, tidak ada bukti-bukti yang jelas yang melibatkan satu neurotransmiter tunggal dalam perkambangan gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas, tetapi banyak neurotransmiter mungkin terlibat dalam proses. 2

d. Struktur anatomiPemeriksaan CT-Scan kepala pada anak dengan ADHD tidak menunjukkan temuan yang bermakna, penelitian dengan menggunakan Positron Emission Tomography (PET) menemukan penurunan aliran darah serebral dan kecepatan metabolisme di daerah lobus frontralis pada anak dengan ADHD dibandingkan dengan kontrol.2Pemeriksaan brain imaging yang dilakukan pada anak dengan ADHD, didapatkan pengecilan volume otak yang bermakna pada korteks prefrontal dorsolateral, kaudatus, palidum, korpus kalosumdan serebelum.3 Rapport dkk dari National Institute of Mental Health melakukan penelitian pada anak dengan ADHD menggunakan MRI (Magnetic Resonance Imaging), menyatakan adanya pengecilan lobus perifrontal kanan, nucleus kaudatus kanan, globus palidus kanan, serta vermis (bagian dari serebelum) jika dibandingkan dengan anak tanpa ADHD. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu fungsi bagian bagian otak di atas adalah meregulasi fungsi perhatian seseorang. Lobus prefrontal dikenal sebagai bagian otak yang terlibat dalam proses editing perliaku, mengurangi distraktibilitas, membantu kesadaran diri dan waktu seseorang, sedangkan nukleus kaudatus dan globus palidus berperan dalam menghambat respons otomatik yang datang pada bagian otak, sehingga koordinasi rangsangan tersebut tetap optimal. Fungsi serebelum adalah mengatur keseimbangan. Meskipun demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab dari pengecilan lobus atau bagian otak tersebut.2\Otak manusia normalnya menjalani kecepatan pertumbuhan utama pada beberapa usia: 3 sampai 10 bulan, 2 sampai 4 tahun, 6 sampai 8 tahun, 10 sampai 12 tahun dan 14 sampai 16 tahun. Beberapa anak mengalami maturasi pertumbuhan secara berurutan dan menunjukkan gejala ADHD yang tampaknya sementara. Pada beberapa kasus temuan EEG menjadi normal dengan berjalannya waktu.2

e. Faktor psikososialAnak-anak dalam institusi seringkali overaktif dan memiliki rentan atensi yang buruk. Tanda tersebut dihasilkan dari pemutusan emosional yang lama, dan gejala menghilang jika faktor pemutus dihilangkan, seperti melalui adopsi atau penempatan di rumah penitipan. Kejadian fisik yang menimbulkan stress, suatu gangguan dalam keseimbangan keluarga, dan faktor yang menyebabkan kecemasan berperan dalam awal atau berlanjutnya ADHD. Faktor predisposisi mungkin termasuk temperamen anak, faktor genetik-familial, dan tuntutan sosial untuk mematuhi cara berkenalan dan bertindak yang rutin. Status sosio ekonomi tampaknya bukan merupakan faktor predisposisi. 2

2.4. Patofisiologi patofisiologi ADHD tidak jelas dan ada sejumlah teori yang saling bersaing. Penelitian pada anak-anak dengan ADHD telah menunjukkan pengurangan umum volume otak, tetapi dengan penurunan secara proporsional lebih besar volume sisi kiri korteks prefrontal. Temuan ini menunjukkan bahwa inti fitur ADHD kekurangan perhatian, hiperaktif, dan impulsif mungkin mencerminkan disfungsi lobus frontal, tapi otak lainnya terutama daerah serebelum juga telah terlibat. Neuroimaging studi di ADHD tidak selalu memberikan hasil yang konsisten dan pada 2008 hanya digunakan untuk tujuan diagnostik tidak penelitian. tahun 2005 diterbitkan review penelitian yang melibatkan neuroimaging, neuropsikologi genetika, dan garis-garis konvergen neurokimia menemukan bukti yang mengatakan bahwa empat daerah frontostriatal terhubung memainkan peran penting dalam patofisiologi ADHD: korteks prefrontal lateral, anterior dorsal Cinguli korteks, caudatus, dan putamen. 7,11Temuan dari studi neuropsikologi menunjukkan bahwa korteks frontal dan sirkuit yang menghubungkan ke ganglia basal sangat penting untuk fungsi eksekutif. Banyak temuan mendukung pandangan ini, termasuk yang dijelaskan di bawah ini. fungsi eksekutif adalah tugas utama dari lobus frontal. MRI korteks prefrontal kanan pada orang dengan ADHD menyebabkan aktivasi menurun selama tugas-tugas yang membutuhkan penghambatan respon motor direncanakan dan waktu respon motor ke isyarat sensorik. MRI pada penderita ADHD juga menyebabkan kegiatan di korteks prefrontal kanan kiri inferior menurun, dimana hal ini melibatkan waktu respon motorik ke isyarat sensorik. 10 Katekolamin adalah neurotransmiter utama dengan fungsi-lobus frontal. Katekolamin dikendalikan neurotransmission dopaminergik dan noradrenergik dan menjadi target utama untuk obat yang digunakan untuk mengobati ADHD. Sebuah studi selama 10 tahun oleh National Institute of Mental Health (NIMH) menunjukkan bahwa otak anak-anak dan remaja dengan ADHD ternyata 3-4% lebih kecil daripada anak-anak tanpa gangguan, dan tidak disebabkan oleh pengobatan farmakologis. Selain paling sering peran neurotransmiter dikaitkan dengan lobus frontal dan jalur yang disebutkan di atas, beberapa penyelidikan telah mulai mendeteksi kemungkinan peran 5-hydroxytryptamine (5-HT). 8,11Dalam satu penelitian penundaan dalam pembangunan struktur otak tertentu dengan rata-rata tiga tahun terjadi pada usia sekolah dasar ADHD pasien. Penundaan itu paling menonjol dalam korteks frontal dan lobus temporal, yang diyakini bertanggung jawab atas kemampuan untuk mengendalikan dan fokus berpikir. Sebaliknya, korteks motor di pasien ADHD terlihat untuk dewasa lebih cepat dari biasanya, yang menunjukkan bahwa kedua pengembangan lebih lambat kontrol perilaku dan perkembangan motorik tingkat lanjut mungkin diperlukan untuk keresahan yang menjadi ciri ADHD. Perlu dicatat bahwa obat perangsang sendiri dapat mempengaruhi faktor-faktor pertumbuhan sistem saraf pusat. 6Laboratorium yang sama sebelumnya telah menemukan keterlibatan "7-repeat" varian dari reseptor D4 dopamin gen, yang bertanggung jawab atas sekitar 30 % dari risiko genetik ADHD, yang tidak biasa korteks tipis dari sisi kanan otak, akan tetapi, berbeda dengan varian lain dari gen yang ditemukan di pasien ADHD, normalisasi daerah di ketebalan selama masa remaja di anak-anak ini, bertepatan dengan perbaikan klinis. 6,7Selain itu, SPECT scan menemukan orang-orang dengan ADHD telah berkurang sirkulasi darah (menunjukkan aktivitas saraf rendah), dan konsentrasi lebih tinggi secara nyata transporter dopamin di striatum yang bertanggung jawab atas perencanaan ke depan Sebuah studi oleh US Department of Energy's Brookhaven National Laboratory bekerjasama dengan Gunung Sinai School of Medicine di New York menunjukkan bahwa itu bukan transporter dopamin yang mengindikasikan tingkat ADHD, tetapi kemampuan otak untuk menghasilkan dopamin itu sendiri. Studi ini dilakukan dengan menyuntikkan 20 ADHD subyek dan 25 subyek kontrol dengan radiotracer yang menempel pada transporter dopamin. Studi ini menemukan bahwa bukan tingkat transporter yang menunjukkan ADHD, tetapi dopamin itu sendiri. ADHD subyek menunjukkan tingkat yang lebih rendah dopamin di papan. Mereka berspekulasi bahwa sejak ADHD subyek tingkat dopamin lebih rendah untuk memulai dengan, jumlah transporter di otak. Untuk mendukung gagasan ini, plasma homovanillic asam, indeks tingkat dopamin, ditemukan untuk menjadi berbanding terbalik dengan tidak hanya untuk masa kanak-kanak ADHD pada orang dewasa gejala pasien psikiatri, tetapi untuk "masa kanak-kanak masalah pembelajaran" dalam mata pelajaran yang sehat juga. Satu interpretasi jalur dopamin pelacak adalah bahwa biokimia "hadiah" mekanisme bekerja bagi mereka dengan ADHD hanya ketika tugas dilakukan secara inheren memotivasi; rendahnya tingkat dopamin meningkatkan ambang batas di mana seseorang dapat tetap fokus pada tugas yang jika tidak membosankan. 6,8Kritikus, seperti Jonathan Leo dan David Cohen, yang menolak karakterisasi ADHD sebagai suatu kelainan, berpendapat bahwa kontrol atas penggunaan obat perangsang tidak memadai dalam beberapa studi volumetrik Lobar yang membuat tidak mungkin untuk menentukan apakah ADHD itu sendiri atau psikotropika obat yang dipakai untuk mengobati ADHD bertanggung jawab atas penurunan ketebalan diamati di daerah otak tertentu. Sementara pertanyaan utama yang digunakan studi di usia-sesuai kontrol, hal itu tidak memberikan informasi tentang tinggi dan berat badan subyek. Variabel-variabel ini telah berpendapat dapat menjelaskan perbedaan ukuran otak daerah bukan ADHD itu sendiri. Mereka percaya banyak studi neuroimaging disederhanakan dalam kedua populer dan wacana ilmiah dan diberi bobot yang tidak semestinya walaupun kekurangan dalam metodologi eksperimental.5,8

2.5. Klasifikasi Berdasarkan DSM IV dari American Psychiatric Association (APA), ADHD dibagi menjadi 3 tipe : 6-8a. ADHD tipe inatensi Gangguan tipe ini sering disebut gangguan pemusatan perhatian. Pada gangguan ini seseorang akan tidak mampu memusatkan perhatiannya untuk waktu yang lama, perhatiannya mudah teralihkan oleh stimulus lain. Rentang waktu pemusatan perhatian yang singkat, kemampuan menyimak yang rendah.b. ADHD tipe hiperaktif-impulsifImpulsivitas dapat berupa impulsivitas motor dan atau verbal. Impulsivitas motor berupa anak selalu berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain. Impulsivitas verbal atau kognitif terlihat berupa sikap terlalu cepat mengambil kesimpulan sebelum mendapat informasi. ADHD dapat disertai atau tanpa hiperaktivitas. Hiperaktivitas menggambarkan perilaku motorik yang berlebihan.c. ADHD tipe kombinasiGangguan tipe ini merupakan penggabungan keadaan gangguan pemusatan perhatian dan gangguan impulsif-hiperaktif.

2.6. Gambaran KlinisADHD mungkin memiliki onset pada masa bayi. Bayi dengan ADHD umumnya peka terhadap stimuli dan mudah dimarahkan oleh adanya cahaya, suara, temperatur, dan perubahan lingkungan. Tetapi mungkin juga terjadi kebalikannya, anak-anak jadi banyak tidur, lemah, dan tampak berkembang lambat saat bulan-bulan pertama kehidupan. Namun lebih sering bayi dengan ADHD untuk bersikap aktif di tempat tidurnya, sedikit tidur, dan banyak menangis. 2Anak usia pra sekolah dengan ADHD akan bergerak dengan aktif dalam ruangan, terangsang untuk menyentuh dan memanipulasi semua benda, sesuka hati, sering melompat lompat, berlari lari dan memanjat manjat tanpa kontrol. Mereka menjadi liar, overaktif, berisik dan sulit dikendalikan saat berinteraksi dengan teman teman sebayanya.2 Di sekolah anak ADHD dapat dengan cepat menyambar ujian tetapi hanya menjawab satu atau dua pekerjaan pertama. Mereka tidak mampu menunggu giliran dipanggil disekolah dan menjawab giliran orang lain, kesulitan untuk memusatkan perhatian di kelas, melamun, sulit diam di tempat duduknya dan gelisah.2,4Di rumah, mereka tidak dapat didiamkan walaupun hanya semenit, orang tua sering menggambarkan anaknya sebagai anak yang tidak patuh bahkan terhadap perintah yang paling sederhana, dan tidak mampu menyelesaikan tugas rumah sampai tuntas. Kira kira 75 % anak anak dengan ADHD hampir konsisten menunjukkan gejala perilaku agresi dan menantang. 2,4Diagnosis ADHD sering kali terlewat apabila anak-anak / remaja menunjukkan secara predominan tipe in-atensi. ADHD tipe in-atensi pada anak-anak / remaja mempunyai manifestasi adanya sedikit perilaku mengacau selama proses belajar dengan guru, namum memiliki tingkat kegagalan pergaulan sosial yang tinggi, tidak pernah merasa bahagia dan cemas serta depresi dibandingkan dengan ADHD tipe kombinasi. Adanya masalah tingkah laku mengacau tidak nyata ditemukan pada remaja yang teridentifikasi sebagai ADHD namun anak-anak / remaja tersebut secara signifikan akan menunjukkan masalah seperti disorganisasi, ketidakmampuan mengikuti tugas akademik dan kesulitan dalam mempertahankan perhatiannya pada tugas akademis yang lama. 7,10,11Anak-anak dengan ADHD sering memperlihatkan emosi yang imatur dibandingkan dengan rekan sebayanya. Mereka seringkali akan melakukan yang lebih baik ketika berinteraksi dengan anak yang lebih muda maupun pada lingkungan dewasa yang mentoleransi tingkah laku imaturnya. Anak-anak akan mudah frustasi dan memiliki short fuse dengan ledakan emosi yang tiba-tiba. Masalah fungsi kognitif semakin meningkat pada remaja dengan ADHD. Selain itu dilaporkan pula adanya gangguan tidur yang tidak berhubungan dengan status pengobatan dengan karakteristik Dyssomnia, parasomnias dan gerakan involunter selama tidur. Anak dan remaja dengan retardasi mental derajat ringan sampai dengan sedang kemungkinan mempunyai gejala tingkah laku sesuai dengan diagnosis ADHD dan kemungkinan akan memberikan respon pengobatan terhadap terapi ADHD. Perilaku menentang sering terjadi pada remaja dengan ADHD. Remaja dengan perilaku menentang maka secara kronis akan menjadi semakin argumentative, dan negativistic. Gangguan cemas pada ADHD akan menunjukkan perilaku obsesif kompulsif dengan karakteristik keberadaan ketakutan terhadap obsesi yang menetap dan tidak terungkapkan serta pembatasan yang ketat dengan perilaku kompulsif mengecek, mengulang, menghitung, membersihkan, mengatur dan menimbun. Gejala Dysthymic ringan sering terjadi pada remaja dengan pengobatan terhadap ADHD, namun pada kasus yang persisten dan mempengaruhi efektivitas terhadap intervensi ADHD maka dapat dilakukan konseling spesifik untuk pengobatan gejala depresinya. 11

Karakteristik anak-anak dengan ADHD yang tersering dalam hal frekuensi adalah : 21. Hiperaktivitas2. Gangguan motorik perseptual3. Labilitas emosional4. Defisit koordinasi menyeluruh5. Gangguan atensi (rentang atensi yang pendek, distrakbilitas, keras hati, gagal menyelesaikan hal, inatensi, konsentrasi yang buruk)6. Impulsivitas (bertindak sebelum berpikir, mengubah perilaku dengan tiba-tiba, tidak memiliki organisasi, meloncat-loncat di sekolah)7. Gangguan daya ingat dan pikiran8. Ketidakmampuan belajar spesifik9. Gangguan bicara dan pendengaran10. Tanda neurologis dan iregularitas EEG yang samar-samar

Anak dengan ADHD sering kali mengalami kesulitan dalam memenuhi berbagai tugas dan tanggung jawabnya oleh karena adanya disfungsi pada aspek monitoring, persepsi, memori, dan kontrol motoriknya. Banyak teori yang menjelaskan hal ini, tetapi dari semuanya setuju bahwa fokus kelainan pada ADHD adalah bersumber pada kompleksitas dari dimensi fungsi kognitif anak, sehingga dapat dikatakan sebagai gangguan dengan adanya defisit dalam fungsi metakognisi anak. Dengan demikian, anak dengan ADHD seringkali menunjukkan adanya defisit dalam proses perencanaan, monitor, dan regulasi perilaku. Oleh karena itu, led Virginia Douglas menyatakan bahwa ADHD merupakan gangguan regulasi diri dengan dampak yang pervasif pada fungsi anak sehari-hari. 2Kira-kira 75 persen anak-anak dengan ADHD hampir konsisten menunjukkan gejala perilaku agresi dan menentang. Tetapi, bilamana menantang dan agresi adalah berkaitan dengan hubungan dalam keluarga yang merugikan, hiperaktivitas lebih erat berhubungan dengan gangguan kinerja pada tes kognitif yang memerlukan konsentrasi. Beberapa penelitian menyatakan bahwa beberapa sanak saudara dari anak-anak hiperaktivitas menunjukan ciri-ciri gangguan kepribadian antisosial. 2Kesulitan lain yang sering ditemukan pada anak dengan ADHD ialah kesulitan di sekolah, baik dalam hal belajar maupun perilaku. Kesulitan tersebut berasal dari gangguan komunikasi atau belajar yang ada bersama-sama atau dari distrakbilitas anak dan atensi yang berfluktuasi, yang menghalangi perolehan ilmu pengetahuan. Kesulitan lain yang sering dialami anak dengan ADHD ialah kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya serta lingkungannya. Semuanya ini tentu akan menurunkan kualitas hidup anak baik saat ini maupun dikemudian hari. 2,8 Komorbiditas yang biasa terjadi pada anak-anak dengan ADHD adalah : 11 Gangguan tingkah laku (anti sosial) dan sikap pertentangan (30-50%) Depresi (15- 20%) Ansietas (25%) Gangguan belajar (10 25%) Tourette Syndrome (7%) Bipolar disorder (bergantian antara depresi dan iritabel) (11- 22%) Developmental delayed (sektor perkembangan bahasa dan motorik)

2.7. DiagnosisRiwayat pranatal yang terinci tentang pola perkembangan anak dengan pengamatan langsung biasanya menemukan aktivitas motorik yang berlebihan. Untuk membuat diagnosis maka dibutuhkan data perilaku dan respon emosi anak baik di rumah maupun di sekolah. Untuk itu maka perlu dilakukan wawancara psikiatrik dengan berbagai sumber seperti orang tua, guru, dan pengasuh serta kelompok teman sebayanya atau saudara kandung. Disamping itu juga dilakukan observasi serta wawancara psikiatrik langsung pada anak, sehingga didapatkan data yang akurat untuk membuat diagnosis. Hiperaktivitas mungkin ditemukan pada beberapa situasi (sebagai contoh, sekolah) tetapi tidak dalam situasi lainnya. (sebagai contohnya, wawancara berhadap-hadapan dan menonton televisi) dan mungkin tidak jelas pada situasi yang terstruktur. Tetapi, hiperaktivitas tidak merupakan manifestasi perilaku yang tersendiri, singkat, dan transien di bawah stress tapi ditemuakan selama waktu yang lama. Sampai saat ini diagnosis dibuat berdasarkan kriteria dari DSM-IV Menurut DSM-IV, gejala harus ditemukan pada sekurang-kuangnya dua keadaan (sebagai contoh, sekolah dan rumah) untuk memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas.2Ciri pembeda lain dari ADHD adalah rentang perhatian yang pendek dan distraktibilitas yang mudah. Di sekolah, anak-anak dengan ADHD tidak dapat mengikuti instruksi dan sering menuntut perhatian ekstra dari gurunya. Di rumah, mereka sering kali tidak mematuhi permintaan orang tua. Mereka berkelakuan secara impulsif, menunjukkan labilitas emosional, dan eksplosif dan iritabel.2Diagnosis ADHD biasanya ditegakkan dengan menggunakan kriteria yang terdapat dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM -IV) dan American Psychiatric Association berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) yang sesuai dengan International Classification of Diseases X (ICD X).2,4 Berdasarkan PPDGJ III, gangguan hiperkinetik dimasukkan dalam satu kelompok besar yang disebut sebagai Gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada masa kanak dan remaja. Gangguan ini terdiri atas beberapa jenis, yaitu:,2 Gangguan aktivitas dan perhatian Gangguan tingkah laku hiperkinetik Gangguan hiperkinetik lainnya Gangguan hiperkinetik yang tak terinciPedoman diagnostik gangguan hiperkinetik berdasarkan PPDGJ III adalah:12,13 Ciri ciri utama ialah berkurangnya perhatian dan aktivitas berlebihan. Kedua ciri ini menjadi syarat mutlak untuk diagnosis dan haruslah nyata ada pada lebih dari satu situasi (misalnya di rumah, di kelas, di klinik). Berkurangnya perhatian tampak jelas dari terlalu dini dihentikannya tugas dan ditinggalkannya suatu kegiatan sebelum tuntas selesai. Anak anak ini seringkali beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lain, rupanya kehilangan minatnya terhadap tugas yang satu karena perhatiannya tertarik kepada kegiatan lainnya (sekalipun kajian laboratorium pada umumnya tidak menunjukkan adanya derajat gangguan sensorik atau perseptual yang biasa). Berkurangnya dalam ketekunan dan perhatian ini seharusnya hanya didiagnosis bila sifatnya berlebihan bagi anak dengan usia atau IQ yang sama. Hiperaktivitas dinyatakan dalam kegelisahan yang berlebihan, khususnya dalam situasi yang menuntut keadan relatif tenang. Hal ini, tergantung dari situasinya, mencakup anak itu berlari lari atau berlompat lompat sekeliling ruangan, ataupun bangun dari duduk/kursi dalam situasi yang menghendaki anak itu tetap duduk, terlalu banyak berbicara dan rebut, atau kegugupan/ kegelisahan dan berputar putar (berbelit - belit). Tolok ukur untuk penilaiannya ialah bahwa suatu aktivitas disebut berlebihan dalam konteks apa yang diharapkan pada suatu situasi dan dibandingkan dengan anak anak lain yang sama umur dan nilai IQ nya. Ciri khas perilaku ini paling nyata di dalam suatu situasi yang berstruktur dan diatur yang menuntut suatu tingkat sikap pengendalian diri yang tinggi. Gambaran penyerta tidaklah cukup bahkan tidak diperlukan bagi suatu diagnosis, namun demikian ia dapat mendukung. Kecerobohan dalam hubungan hubungan social, kesembronoan dalam situasi yang berbahaya dan sikap yang secara impulsive melanggar tata tertib sosial (yang diperlihatkan dengan mencampuri urusan orang atau menganggu kegiatan kegiatan orang lain, terlampau cepat menjawab pertanyaan yang belum lengkap diucapkan orang atau tidak sabar menunggu gilirannya), kesemuanya merupakan cirri khas dari anak anak dengan gangguan ini. Gangguan belajar serta kekakuan motorik sangat sering terjadi dan haruslah dicatat secara terpisah bila ada; namun demikian tidak boleh dijadikan bagian dari diagnosis aktual mengenai gangguan hiperkinetik yang sesungguhnya. Gejala gejala dari gangguan tingkah laku bukan merupakan kriteria eksklusi ataupiun kriteria inklusi untuk diagnosis utamanya, tetapi ada tidaknya gejala gejala itu dijadikan dasar untuk subdivisi utama gangguan tersebut (lihat dibawah) F90.0 Gangguan aktivitas dan perhatian. Kriteria umum mengenai gangguan hiperkinetik (F90) telah terpenuhi, tetapi kriteria untuk gangguan tingkah laku (F91) tidak terpenuhi. F90.1 Gangguan tingkah laku hiperkinetik. Memenuhi kriteria menyeluruh mengenai gangguan hiperkinetik (F90) dan juga kriteria menyeluruh mengenai gangguan tingkah laku (F91).

Kriteria Diagnostik ADHD berdasarkan DSM - IV adalah sebagai berikut 2A. Salah satu (1) atau (2):1. Inatensi enam (atau lebih) gejala inatensi berikut ini telah menetap selama sekurangnya enam bulan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan:a. Sering gagal memberikan perhatian terhadap perincian atau melakukan kesalahan yang tidak berhati-hati dalam tugas sekolah, pekerjaan, atau aktivitas lain. b. Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan atensi terhadap tugas atau aktivitas permainan.c. Sering tidak tampak mendengarkan jika berbicara langsung.d. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas sekolah, pekerjaan, atau kewajiban di tempat kerja (bukan karena perilaku oposisional atau tidak dapat mengerti instruksi).e. Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan aktivitas.f. Sering menghindari, membenci, atau enggan untuk terlibat dalam tugas yang memerlukan usaha mental yang lama (seperti tugas sekolah atau pekerjaan rumah).g. Sering menghindari hal-hal yang perlu untuk tugas atau aktivitas (misalnya: tugas sekolah, pensil, buku, atau peralatan)h. Sering mudah dialihkan perhatiannya oleh stimuli luar.i. Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari

2. Hiperaktivitas-impulsivitas enam (atau lebih) gejala hiperaktivitas-impulsivitas berikut ini telah menetap sekurangnya enam bulan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan:Hiperaktivitasa. Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau menggeliat-ngeliat di tempat duduk.b. Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau dalam situasi lain di mana diharapkan tetap duduk.c. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak tepat (pada remaja atau dewasa, mungkin terbatas pada perasaan subyektif kegelisahan).d. Sering mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas waktu luang secara tenang.e. Sering siap-siap pergi atau bertindak seakan-akan didorong oleh sebuah motor.f. Sering berbicara berlebihan.Impulsivitasg. Sering menjawab tanpa pikir terhadap pertanyaan sebelum pertanyaan selesai.h. Sering sulit menunggu gilirannya atau menganggu orang lain.i. Sering memutus atau mengganggu orang lain (misalnya: memotong masuk ke percakapan atau permainan)B. Beberapa gejala hiperaktif-impulsif atau inatentif yang menyebabkan gangguan telah ada sebelum usia 7 tahun.C. Beberapa gangguan akibat gejala ada selama dua atau lebih situasi (misalnya: di sekolah atau pekerjaan dan di rumah).D. Harus terdapat bukti jelas adanya gangguan yang bermakna secara klinis dalam fungsi sosial, akademik, atau fungsi pekerjaan.E. Gejala tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan perkembagan pervasif, skizofrenia, atau gangguan psikotik lain, dan tidak diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya: gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan disosiatif, atau gangguan kepribadian) Gangguan yang mengenai membaca, aritmatika, dan koordinasi mungkin ditemukan bersamaan dengan ADHD. Riwayat penyakit anak dapat memberikan petunjuk kepada faktor pranatal (termasuk genetik), natal, dan pasca natal yang mungkin telah mempengaruhi struktur atau fungsi sistem saraf pusat. Kecepatan perkembangan, penyimpangan perkembangan, dan reaksi parenatal terhadap transisi perilaku yang bermakna atau menengangkan harus dipastikan, karena dapat membantu klinis menentukan derajat mana orang tua karena merasa tidak berdaya. Laporan tersebut mungkin juga mengungkapkan bagaimana anak telah menangani masalah tersebut. Bagaimana mereka berhubungan dengan sanak saudara, dengan teman sebaya, dan dengan aktivitas yang bebas dan terstruktur memberikan petunjuk diagnostik yang berguna mengenai adanya ADHD dan membantu mengidentifikasi komplikasi gangguan.2Pemeriksaan status mental mungkin menunjukkan mood terdepresi sekunder tetapi tidak terdapat gangguan pikiran, gangguan tes realitas, atau afek yang tidak sesuai. Anak mungkin menunjukkan distraktibilitas yang besar, kekerasan hati, dan cara berpikir yang konkrit, dan harafiah. Indikasi visual-perseptual, auditorik-diskriminatorik, bahasa, atau kognisi mungkin ditemukan. Kadang-kadang, bukti-bukti menunjukkan kecemasan dasar, meresap, dan dengan dasar organik, seringkali dinamakan sebagai kecemasan tubuh (body anxiety).2Pemeriksaan neurologis mungkin menemukan imaturasi atau gangguan visual-motorik-perseptual atau auditoris-diskriminatorik tanpa tanda gangguan ketajaman visual atau auditorik yang jelas. Anak-anak mungkin menunjukkan masalah pada koordinasi motorik dan kesulitan mencontoh gambaran yang sesuai dengan usianya, gerakkan yang berubah dengan cepat, diskriminasi kanan dan kiri, ambideksteritas, asimetris refleks, dan berbagai tanda neurologis nonfokal samar-samar (tanda lunak). Klinis harus mendapatkan EEG untuk mengenali anak dengan pelepasan yang sering dan serempak secara bilateral yang menyebabkan hilangnya pembicaraan yang singkat. Anak tersebut mungkin bereaksi di sekolah dengan hiperaktivitas untuk menyembunyikan frustasi. Anak dengan fokus kejang lobus temporalis yang tidak diketahui dapat menunjukkan gangguan perilaku sekunder. Pada keadaan tersebut, beberapa ciri ADHD sering ditemukan. Identifikasi fokus memerlukan EEG yang diambil selama mengantuk dan selama tidur.2,10 2.8. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan laboratorium Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang patognomik untuk gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas. Hasil pemeriksaan laboratorium ADHD adalah sebagai berikut : 2,8 Skiring obatPertimbangkan skrining obat periodik acak melalui pengujian urin atau pengujian serum (jika tes urin tidak mungkin) pada semua pasien dengan riwayat penyalahgunaan bahan kimia atau penyalahgunaan bahan kimia yang dicurigai. Setiap zat yang dicurigai harus diselidiki. 6

b. Pemeriksaan radiologiPemeriksaan tomografi emisi tomografi (PET) mungkin menunjukkan penurunan aliran darah serebral di daerah frontalis. Selain itu bukti menunjukkan bahwa MRI dan positron emisi tomografi (PET) dapat berguna sebagai metode diagnostik masa depan. Saat ini digunakan hanya untuk tujuan penelitian saja. 8,11

c. Pemeriksaan lainnyaPemeriksaan yang adekuat untuk ADHD diantara anak-anak membutuhkan skrining guna mendokumentasi ada tidaknya gangguan psikiatrik lain. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, individu dengan ADHD memiliki risiko 2 hingga 5 kali lipat terkena 1 gangguan psikiatrik lain di suatu titik dalam kehidupan mereka, dengan onset yang bervariasi. Rating berskala luas seperti misalnya Child Behaviour Check List atau Behavior Assessment System for Children merupakan skala yang terstandarisasi guna men-skrining kemungkinan adanya gangguan lain. Brown ADD Diagnostic Form for Adolescents-Revised dan garis besar wawancara dalam buku karangan Robin memberikan daftar pertanyaan penting yang dapat dijadikan indikator untuk kemungkinan terjadinya gangguan lain. 14,15 Psikometri dan pengujian pendidikan sering penting untuk diagnosis ADHD. Riwayat awal pasien mungkin menunjukkan kebutuhan untuk melakukan pemeriksaan tambahan, sebagai berikut: 8 Anak diperiksa dengan menggunakan Conners' Parent and Teacher Rating Scale and examine adolescents according to the Brown Attention Deficit Disorder Scale (BADDS) for Adolescents and Adults. Menilai impulsivitas dan inatensi dengan menggunakan pemeriksaan seperti Conners Continuous Performance Test (CPT), Integrated Visual and Auditory (IVA) CPT , atau keduanya. Menggunakan Nadeau / Quinn / ADHD Littman Self-Rating Scale untuk perempuan. Menilai fungsi eksekutif pasien dengan menggunakan berbagai tes neuropsychologic. Melakukan evaluasi ketidakmampuan belajar (kecerdasan [IQ] vs prestasi).

2.9. Diagnosis BandingBeberapa gangguan dapat menyerupai atau menyertai ADHD, gangguan media atau neurologis yang sering menyertai ADHD adalah epilepsi, sindroma Tourette, dan gangguan pendengaran. Gangguan psikiatri yang menyerupai ADHD adalah gangguan penyesuaian, gangguan depresi, Gangguan tingkah laku (anti sosial) serta retardasi mental.4

2.10. PenatalaksanaanNational Institute of Mental Health, dan juga organisasi profesional lainnya di dunia seperti AACAP (American Academy of Child and Adolescent Psychiatry) sepakat bahwa penatalaksanaan anak dengan ADHD membutuhkan pendekatan yang multimodal, yang mencakup pemberian obat-obatan, terapi perilaku, serta pemberian edukasi pada orang tua dan guru. Psikososial meliputi intervensi individu anak, orang tua, sekolah baik guru maupun fasilitas tempat sekolah dan sosial. Melakukan pelatihan orang tua maupun guru dalam hal gejala maupun pengelolaan ADHD. Untuk melakukan pengelolaan ADHD perlu dilakukan identifikasi apakah di samping gejala pokok ADHD didapatkan komorbiditas. Pengobatan tahap pertama dilakukan selama 14 bulan kemudian dilakukan evaluasi tingkah laku oleh orang tua, guru dan lingkungan. Tujuan dari pengobatan pada anak dengan ADHD yaitu meningkatkan hubungan anak dengan lingkungan, menurunkan tingkah laku yang terlalu aktif dan tidak menyenangkan, memperbaiki kemampuan akademis dan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, meningkatkan perawatan diri dan percaya diri dalam pergaulan di lingkungannya2,8,11,13

a. FarmakoterapiAgen farmakologis untuk ADHD adalah stimulan sistem saraf pusat, terutama dextroamphetamine (Dexedrine), Metylphenidate, dan pemoline (Cylert). Pemakaian medikamentosa dapat mengontrol ADHD sekitar 70%. 2,15,16Inisiasi terapi farmakologis anak ADHD harus di bawah kendali dokter spesialis, baik psikiatrik anak dan remaja maupun pediatrik, yang telah menjalani pelatihan penggunaan dan monitoring medikasi psikotropik. Harus dilakukan penilaian fisik dasar terlebih dahulu sebelum terapi farmakologis dimulai, minimal meliputi : nadi, tekanan darah, berat dan tinggi badan dengan grafik centile yang sesuai dalam ukuran parameter. EKG sebaiknya dipertimbangkan pada kasus-kasus tertentu. Klinisi harus menginformasikan keuntungan potensial dan efek samping medikasi. Keuntungan lanjutan dan kebutuhan untuk medikasi dinilai minimal 1 tahun sekali.1) PsikostimulanStudi-studi metanalisis dengan kualitas yang tinggi (durasi minimal 2 minggu) menggunakan psikostimulan (methylphenidate dan dexamphetamine) atau psikostimulant (atomoxetine), menyimpulkan bahwa keduanya efektif untuk terapi ADHD, meskipun psikostimulan memiliki pengaruh yang lebih besar. Psikostimulan yang biasa digunakan di USA adalah methylphenidate (MPH) dan dexamphetamine (DEX). Methylphenidate tersedia dalam bentuk immediate atau modified release untuk memfasilitasi medikasi sepanjang hari. DEH digunakan untuk anak usia 3 tahun atau lebih, sedangkan MPH untuk usia 6 tahun atau lebih. DEX efektif untuk mengatasi gejala inti ADHD/ gangguan hiperkinetik. Psikostimulan merupakan terapi lini pertama untuk mengatasi gejala inti ADHD atau gangguan hiperkinetik. Obat ini mempunyai pengaruh pada sistem dopaminergik atau noradrenergik sirkuit korteks lobus frontalis-subkortikal, meningkatkan kontrol inhibisi dan memperlambat potensiasi antara stimulasi dan respon, sehingga mengurangi gejala impulsif dan tidak dapat mengerjakan tugas.2,17Efek samping yang paling sering muncul : insomnia, nafsu makan berkurang, nyeri perut, sakit kepala dan pening. Sebagian besar efek samping psikostimulan jangka pendek sering berkaitan dengan dosis dan bersifat subyektif. Efek samping akan berkurang dalam waktu 1-2 minggu dari awal terapi dan akan hilang jika terapi dihentikan atau dosisnya diturunkan dan biasanya nampak pada anak usia pre-sekolah.2,16,17

Tabel 1 : Efek samping psikostimulan dan pilihan manajemen yang disarankanEfek sampingPilihan manajemen

Anoreksia, nausea, penurunan berat badanBerikan obat bersama makananPertimbangkan reduksi dosis atau penghentian obatMonitor berat dan tinggi badan menggunakan grafik persentilEdukasi diet, tambahan kalori

Hal yang menyangkut pertumbuhanJika signifikan (jarang dalam jangka panjang) atau menyebabkan kecemasan pada orang tuanya, upayakan penghentian medikasi saat akhir minggu atau liburan.

Kesulitan tidur (bandingkan dengan kesulitan tidur sebelum terapi)Berikan edukasi sleep hygieneKurangi atau hilangkan medikasi malam atau akhir sore (namun catat bahwa beberapa pasien membaik dengan medikasi malam tambahan).Pertimbangkan penggantian ke atomoxetine

Pening dan sakit kepalaBersifat sementara. Jika persisten, monitor teliti (cek tekanan darah), turunkan dosis/hentikan medikasi, pastikan obat dimakan dengan makanan dan edukasi intake cairan. Jika persisten,

Pergerakan involunter, Tics dan sindrom TouretteKurangi, atau jika persisten, hentikan medikasi. Monitoring pre dan post terapi tics. Pertimbangkan alternatif lainnya (misal TCA) jika gejalanya berat.

Hilangnya spontanitas, disforia, agitasiTurunkan atau hentikan medikasi (hentikan jika timbul gangguan piir atau suspek psikosis-jarang terjadi)

Iritabilitas, behavioural reboundMonitor ketat, kurangi atau overlap dosis sore hari; evaluasi komorbid (ODD/CD)

Jika telah diberikan dosis efektif, maka perlu dilakukan review secara teratur untuk mengecek tingkat perilaku dan efek sampingnya, tinggi/berat badan dan tekanan darah. Keadaan berat badan ideal serta pengukuran tinggi badan dan penghitungan centil velocity memungkinkan untuk deteksi dini masalah pertumbuhan yang signifikan, meskipun ini jarang terjadi. Tes darah sebaiknya dilakukan berdasarkan kebijakan klinisis dan hanya jika diindikasikan secara klinis.17Pemberian resep psikostimulan dimulai dengan dosis sekecil mungkin dan titrasi dengan jadwal 2-3 kali sehari, tingkatkan dosis dengan interval per minggu sampai didapatkan respon yang memuaskan atau efek samping yang mengganggu. Perlu diingat bahwa efek samping psikostimulan berkaitan dengan dosis, maka tentukan dosis efektif terendah yang menghasilkan efek terapeutik maksimum dan efek samping minimum. Rekomendasi dosis terutama dosis harian maksimum yang disarankan, belum ditentukan oleh penelitian. Secara tradisional pendekatan pada jadwal obat yang teliti telah dianjurkan dengan regimen yang ditentukan secara empiris. Respon terhadap MPH dan DEX bervariasi dan tidak dapat diprediksi dengan dasar suatu dosis atau berat badan. Keduanya merupakan obat polar yang diekskresikan dengan cepat dan tidak terakumulasi di lemak tubuh.17Frekuensi dosis sebaiknya ditentukan berdasarkan masing-masing individu. Pemberian 3 x sehari dan bukannya 2 x sehari memberikan keuntungan pencapaian efek terapi di malam hari, yang mungkin diinginkan untuk proyek PR atau kegiatan malam hari yang sudah direncanakan.17Jika terjadi gangguan tidur, maka dosis akhir petang dapat diturunkan atau dihentikan. Pada sebagian besar kasus, medikasi diteruskan selama 7 hari per minggu untuk memperoleh keuntungan maksimum dengan memperhatikan masalah kontrol perilaku yang terjadi di rumah, sekolah dan masyarakat. Drug holidays selama akhir minggu atau liburan mungkin diperlukan jika terjadi hal serius yang menyangkut pertumbuhan anak.17Jika terdapat gangguan hiperkinetik/ADHD persisten sampai pada usia dewasa atau pada kasus-kasus dimana gejala inti cepat timbul kembali bila psikostimulan dihentikan, maka diperlukan terapi jangka panjang. Jika tidak ada perbedaan berarti pada perilaku anak saat ia menjalani/ tidak menjalani pengobatan, maka terapi bisa dihentikan untk periode yang lama. Jika tak ada perbedaan yang besar pada anak yang menjalani terapi dan kesukaran perilaku tetap berlanjut, maka perlu untuk mengevaluasi kembali dosisnya, mengganti dengan medikasi lain, atau mengevaluasi ulang strategi psikologis dan behavioralnya. Psikostimulan tak perlu dihentikan pada onset pubertas karena keefektifannya baik pada remaja dan dewasa. 17

2) AtomoxetinePeresepan atomoxetine untuk individu dibawah 70 kg didasarkan pada berat badannya. Atomoxetine dimulai dengan dosis awal rendah 0,5 mg/kg/hari minimal 7 hari sebelum ditingkatkan ke dosis maintanance 1,2 mg/kg/hari. 17Atomoxetine direkomendasikan untuk terapi gejala inti ADHD/ gangguan hiperkinetik pada anak yang tidak cocok, intoleransi atau inefektif dengan medikasi psikostimulan. Pada pemberian atomoxetin, klinisi harus mereview minimal selama 6 bulan, meliputi penilaian keefektifan, efek samping dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan, nadi, tekanan darah menggunakan grafik persentil. Monitoring tambahan diperlukan pada penderita yang memiliki resiko kardiovaskuler, hepatobilier, kejang dan resiko bunuh diri besar.17

3) Antidepresan trisiklik (TCAs)Merupakan obat yang paling banyak ditemukan dan medikasi nonstimulan yang banyak dipelajari untuk terapi ADHD/ gangguan hiperkinetik. TCAs meliputi : imipramine, desipramine, amitriptyline, nortriptyline and clomipramine.2,17TCAs dipetimbangkan untuk terapi gejala behavioral ADHD/ gangguan hiperkinetik. Kelompok obat ini lebih berpengaruh pada gejala behavioralnya daripada terhadapa gejala kognitifnya. TCAs memiliki batas keamana yang lebih sempit daripada psikostimulan, disertai dengan rentang efek samping potensial yang lebih lebar. 17Antidepresan trisiklik tidak boleh digunakan rutin untuk terapi ADHD/ gangguan hiperkinetik pada anak dan hanya digunakan pada anak yang tidak respon terhadap medikasi yang dianjurkan.17Efek samping yang biasanya muncul meliputi anoreksia, mulut kering ( dengan rasa logam dan asam), pening, ngantuk, letargi dan insomnia, disertai dengan gejala antikolinergik lainnya. Iritabilitas, mania, mudah lupa, dan bingung merupakan tanda-tanda toksisitas sistem saraf pusat. TCAs khususnya desipramine, memiliki potensi kardiotoksik. Belum ada konsensus maupun penelitian yang menentukan rekomendasi terapi TCAs dan regimen dosis optimumnya. Dosis harian total rata-rata berdasarkan trial klinis 2,2 mg.kg/hari, dengan rentang 0,7-6,3 mg/kg.hari untuk imipramine, desipramine, amitriptilin dan klormipramin, sedang 0,4-4,5 mg/kg/ hari untuk nortriptilin.17Rencana terapi didasarkan pada kondisi masing-masing individu, namun sebaiknya tetap dilakukan pengukuran berikut :17 Vital sign, pemeriksaan kardiovaskuler, dan EKG (nb. EKG belum berarti bebas dari efek kardiotoksik). Monitoring EKG sebaiknya dilakukan sebelum dan sesudah terapi. Dan hati-hati pada pasien yang memiliki riwayat penyakit jantung personal dan keluarga. Mulai dengan dosis terbagi yang rendah dari imipramine atau amitriptiline (10-25 mg/hari) atau nortriptiline (5-10 mg/hari) dan peringatkan akan efek samping yang mungkin timbul. Titrasi dosis sedikit demi sedikit dengan interval beberapa hari sambil dimonitor efek sampingnya sampai target kira-kira 1-2 mg/kg/hari untuk imipramin dan amitriptilin serta 0,5-1 mg/kg/ hari untuk nortriptilin. Jika tingkat dosis telah ditentukan, nilai ulang dan tanyakan mengenai efek samping dan perilakunya secara klinis. Disarankan mengecek EKG dan serum level jika menggunakan dosis di luar batas.Pemakaian jangka panjang memerlukan re-evaluasi periodik berkaitan dengan perumbuhan dan perkembangan anak.Reaksi withdrawal TCAs yang cepat perlu dihindari untuk mencegah influenza like symptoms karena cholinergic rebound. Hal ini meliputi malaise, menggigil, gejala coryzal, sakit kepala, muntah dan nyeri otot. Social withdrawal, hiperaktivitas, depresi, agitasi, dan insomnia juga dapat terjadi. Pasien dengan compliance yang rendah dapat mengalami periodic self-induced acute withdrawal yang dapat disalahartikan sebagai efek samping obat, dosis yang tidah adekuat, gangguan psikiatrik yang memburuk. Dan hal ini membuat manajemen menjadi sukar.17

4) Obat lainnyaPemakaian sejumlah obat alternatif lain dalam manajemen ADHD/ gangguan hiperkinetik harus di bawah pengawasan dokter spesialis. Obat alternatif tersebut meliputi : klonidin, guanfacine, buproprion, venlafaxine, SSRIs dan neuroleptik. Pemakaian obat alternatif dipertimbangkan jika terdapat gangguan komorbid (misal anxietas, depresi, tics, respon kurang atau efek samping psikostimulan atau TCA).17 KlonidinKlonidin merupakan agonis alpha-2 adrenergik, dikenal sebagai antihipertensi. Obat ini dapat mengurangi gejala ADHD, dan terdapat penurunan yang besar saat dikombinasikan dengan methylphenidate dibandingkan jika diberikan sendiri. Diberikan 3 kali sehari dengan dosis maksimum 0,6 mg per hari tergantung respon dan efek samping yang muncul, atau 2 kali sehari dengan dosis total 0,10-0,20 mg/kg/ hari. Dalam sebuah studi,individu yang menerima klonidin mengalami penurunan tekanan sistolik yang lebih besar dibanding kontrol dan mengalami sedasi transien serta pening.Klonidin dipertimbangkan untuk anak yang tak responsif atau tidak toleransi terhadap psikostimulan atau atomoxetine. Dapat digunakan sendiri maupun dikombinasikan dengan methylphenidate disesuaikan dengan kasus masing-masing individu. Klinisi harus memonitor tekanan darah dan nadi serta tanda-tanda oversedasi. Penghentian klonidin harus bertahap untuk menghindari adanya rebound phenomenon.17 GuanfacineEfek samping mayor dari guanfacine adalah sedasi dan fatigue. Makin ditingkatkan dosisnya, tekanan darah dan nadi akan makin rendah. Belum ada cukup data untuk merekomendasikan obat ini.17

b. Terapi PerilakuSebuah penelitian terbaru menyimpulkan bahwa bukti-bukti kuat untuk efektivitas terapi perilaku GDAH. Terapi psikologis yang digunakan untuk mengobati GDAH termasuk psychoeducational input, terapi perilaku, terapi perilaku kognitif (CBT), psikoterapi interpersonal (IPT), terapi keluarga, intervensi berbasis sekolah, pelatihan ketrampilan sosial dan orangtua pelatihan manajemen. 8,14Terapi perilaku bertujuan untuk mengidentifikasi gangguan tingkah laku anak kemudian berusaha melakukan perubahan tingkah laku sesuai dengan target yang dikehendaki. Perubahan ini dilakukan pada anak oleh orang tua dan gurunya, dilakukan di lingkungan keluarga di rumah, di sekolah dan di lingkungan anak bergaul. Di dalam melakukan terapi perilaku perlu dilakukan perencanaan, mengorganisir setiap perencanaan dan menggunakan pekerjaan rumah dan catatan organisasi setiap perencanaan. Untuk keperluan ini perlu dilakukan pelatihan kepada orang tua, guru dan ketrampilan sosial. Orang tua penderita GDAH juga dibekali pengetahuan tentang pengelolaan stres seperti meditasi, tehnik relaksasi, olahraga untuk meningkatkan toleransi terhadap frustasi, sehingga dapat merespon gangguan tingkah laku anaknya dengan sabar dan tenang. Terapi perilaku termasuk terapi perilaku kognitif yaitu membantu anak-anak melakukan adaptasi terhadap skill dan memperbaiki kemampuan pemecahan masalah. 7,11,15,16Terdapat lima modul materi latihan terapi perilaku, yaitu : 151. Feedback positive. Digunakan apabila target perilaku positif tercapai.2. Ignore-attend-praise. Digunakan ketika terungkap satu atau lebih adanya perilaku yang tidak cocok.3. Teaching interaction. Digunakan untuk koreksi terhadap perilaku yang tidak sesuai dan anak belum mempelajari suatu ketrampilan. Ini berguna untuk memberikan alternatif yang cocok dan praktis bagi anak untuk suatu ketrampilan.4. Penanganan langsung. Cara ini digunakan untuk menghentikan tingkah laku yang tidak sesuai apabila dengan cara Ignore attend praise tidak berhasil.Cara duduk dan memperhatikan. Cara ini digunakan untuk menghentikan tingkah laku agresif dan merusak.

2.11. Pencegahan Tidak ada cara mencegah ADHD. Tetapi ada cara untuk mencegah masalah yang mungkin ditimbulkannya, serta untuk memastikan bahwa anak anda akan sesehat mungkin. Baik itu sehat secara fisik, mental, ataupun emosional, yaitu:2 Hindari penggunaan apapun yang dapat mengganggu pertumbuhan fetus selama kehamilan. Jangan merokok, minum alkohol, ataupun menggunakan narkoba atau obat-obat yang dapat merusak janin. Lindungi anak dari paparan polutan dan toksin, termasuk asap rokok, bahan kimia untuk pertanian (pestisida, pupuk kimia) atau industri, dan cat yang mengandung Pb. Selalu konsisten. Buat batasan dan hukuman yang jelas untuk perilaku anak. Susun jadwal kegiatan rutin anak dengan tujuan yang jelas yang termasuk waktu tidur, kegiatan pagi hari, waktu makan, tugas-tugas sederhana dirumah dan waktu menontoh TV. Hindari multitasking ketika berbicara dengan anak, lakukan kontak mata saat memberikan instruksi, dan berikan pujian pada anak setiap hari. Bekerjasama dengan guru dan pengasuh untuk mengidentifikasi masalah sedini mungkin. Jika anak anda memang memiliki ADHD atau kondisi lainnya yang mengganggu pembelajaran atau interaksi sosial, pengobatan dini dapat mengurangi efek dari kondisinya.

2.12. Perjalanan Penyakit dan PrognosisPerjalanan ADHD itu bervariasi, ada yang mengalami remisi, ada yan menetap.1. Persisten atau menetap. Pada 40-50% kasus, gejala akan persisten hingga masa remaja atau dewasa.1,2 Gejala akan lebih cenderung menetap jika terdapat riwayat keluarga, peristiwa negatif dalam hidupnya, komobiditas dengan gejala-gejala perilaku, depresi dan gangguan cemas. Dalam beberapa kasus, hiperaktivitasnya akan menghilang, tetapi tetap mengalami inatensi dan kesulitan mengontrol impuls (tidak hiperaktif, tetapi impulsif dan ceroboh). Anak ini rentan dengan penyalahgunaan alkohol dan narkoba, kegagalan disekolah, sulit mempertahankan pekerjaan, serta pelanggaran hukum.12. Remisi. Pada 50% kasus, gejalanya akan meringan atau menghilang pada masa remaja atau dewasa muda. Biasanya remisi terjadi antara usia 12 hingga 20 tahun. Gejala yang pertama kali memudar adalah hiperaktivitas dan yang paling terakhir adalah distractibility.1 a. Remisi total. Anak yang mengalami remisi total akan memiliki masa remaja dan dewasa yang produktif, hubungan interpersonal yang memuaskan, dan memiliki gejala sisa yang sedikit.1 b. Remisi parsial. Pada masa dewasanya, anak dengan remisi parsial mudah menjadi antisosial, mengalami gangguan mood, sulit mempertahankan pekerjaan, mengalami kegagalan disekolah, melanggar hukum, dan menyalahgunakan alkohol dan narkoba.1

Dampak dari ADHD terhadap tumbuh kembang seorang anak yaitu:4

GangguanperilakuKesulitan akademikSosialisasi burukTerdapat problem citra diriBerurusan dengan hokumMerokokResiko untuk mendapat trauma atau cederaKegagalan dalam pekerjaanProblem dalam mebina hubungan interpersonalResiko mendapat cedera atau kecelakaanUsia Pra sekolahUsia sekolahRemajaUsia saat di Perguruan TinggiDewasa Gangguan PerilakuKegagalan akademikTerganggunya hubungan dengan temanTerdapatnya problem citra diriKegagalan akademikKesulitan dalam pekerjaanTerdapatnya problem citra diri Penggunaan zat/ obat obatan Resiko mendapat cidera/ kecelakaan

Prognosa anak dengan ADHD tergantung dari derajat persistensi psikopatologi komorbidnya, terutama gangguan perilaku, disabilitas sosial, serta faktor-faktor keluarga. Prognosa yang optimal dapat didukung dengan cara memperbaiki fungsi sosial anak, mengurangi agresivitas anak, dan memperbaiki keadaan keluarganya secepat mungkin.1

BAB IIIPENUTUP

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) menunjukkan perilaku yang hiperaktif, impulsif, sulit memusatkan perhatian. Gambaran klinis utama untuk ADHD adalah gangguan daya perhatian, impulsivitas dan aktivitas berlebih yang terjadi lebih dari satu lingkungan yaitu tidak hanya dirumah dan disekolah, biasanya diawali pada usia muda dibawah 6 tahun dan untuk jangka panjang.Penyebab ADHD masih belum diketahui. Banyak faktoryang dianggap sebagai penyebab gangguan ini, diantaranya adalah faktor genetik,perkembangan otak saat kehamilan, perkembangan otak saatperinatal, terjadinya disfungsi metabolisme, ketidakteraturan hormonal, lingkungan fisik, sosial danpola pengasuhan anak oleh orang tua, guru danorang-orang yang berpengaruh di sekitarnya. Pada Penelitian dengan menggunakan tomografi emisi positron (PET; positron emission tomography) ditemukan penurunan aliran darah serebral dan kecepatan metabolisme di daerah lobus frontal pada anak dengan ADHD.Kondisi ini tentunya menimbulkan penderitaan dan hambatan bagi anak dalam menjalankan fungsinya sehari hari seperti berinteraksi dengan teman sebaya, keluarga dan yang terpenting menganggu kesiapan anak untuk belajar.Penatalaksanaan ADHD yang terbaik adalah dengan pendekatan komprehensif meliputi terapi dengan obat dan terapi psikososial meliputi, terapi perilaku, terapi kognitif perilaku, dan latihan keterampilan sosial.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiguna T. Gejala, Latar belakang Permasalahan dan Kebutuhan Anak dengan GPPH dan Spektrum Autistik. Dalam : Buku Prosiding Simposium Sehari Kesehatan Jiwa. Jakarta. IDI. 2007; h 68-71.2. Kaplan, Harold I, Benjamin J. Sadock dan Jack A. Grebb. Gangguan Defisit - Atensi. Sinopsis psikiatri. Jilid dua. Jakarta: Binapura Aksara; 2010. h.744-53.3. Maramis.W.F. Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja. Dalam : Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed 2, Vol 2, Jakarta. Airlangga University Press. 2009; h 507-17.4. Wiguna T. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia; 2010.h.441-54.5. Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) in Children by MayoClinic Staff, diunduh dari http://www.mayoclinic.com/health/adhd/DS00275.6. Hartanto F. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). Semarang. FK Undip. 2009.7. Montauk SL. Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Diunduh dari http://eMedicine.com. 8. Anonim. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Diunduh dari http://www.nimh.nih.gov/health/topics/attention-deficit-hyperactivity-disorder-adhd/index.shtml. 9. Faraone SV, Sergent J, Gillberg C, Biederman J. The worldwide prevalence of ADHD : is it an American condition?. World Psychiatry. 2003; p 104-13.10. Mark L. Wolraich et al. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder Among Adolescents. In : a Review of the Diagnosis, Treatment, and Clinical Implications. Pediatrics. 2005.p.115,1734-7411. Sandberg S. ADHD, DAMP, Hyperkinetic Disorder. In : Hyperactivity and Attention Disorders of Childhood. 2nd Ed. UK. Cambridge University Press. 2002; p 246-62.12. ADHD: Clinical Practice Guideline for the Diagnosis, Evaluation, and Teratment of Attention-Deficit/ Hyperactivity Disorder in Children and Adolescent. American Academy of Pediatrics. 2011 Oct 16:1-2.13. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : PT.Nuh Raya; 2001.h.136-7. 14. Ciri-ciri Anak Hiperaktivitas. Dunduh dari http://www.pendidikankita.com/?content=article. 15. Baird P. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder. In : Current Diagnosis & Treatment in Psychiatry. 2nd Ed. McGraw-Hills. 2007; p 321-32.16. American Academy of Pediatrics. ADHD Unproven treatments.17. SIGN. Management of attention deficit and hyperkinetic disorders in children and young people. Edinburgh: Scottish Intercollegiate Guidelines Network. 2009

33