Upload
vulien
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS KARBON TERSIMPAN PADA SERASAH DAN TANAHDI AREAL BUDIDAYA DAN AREAL ALAMI
HUTAN PENDIDIKAN KONSERVASI TERPADUTAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN
(Skripsi)
Oleh
LEONI DELLTA ELLANNIA
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
ABSTRACT
ANALYSIS OF LITTER AND SOIL CARBON STOCK IN CULTIVATIONAND NATURAL AREA OF INTERGRATED CONSERVATION
EDUCATION FOREST WAN ABDUL RACHMAN GREAT FORESTPARK
By
Leoni Dellta Ellannia
Intergrated Conservation Education Forest Wan Abdul Rachman (ICGEF WAR)
Great Forest Park is a conservation forest zone which have natural and cultivation
area. Natural area is a secondary forest and cultivation area is cacao agroforestry
areas and mixed coffee agroforestry area in ICGEF WAR Great Forest Park. The
difference land utilization which have been performed in both area caused the
difference in carbon sink particularly in litter and soil. This research was aimed to
reveal the difference of litter and soil carbon stock in natural and cultivation area.
Plot in this study field was determined by using purposive sampling method. The
research was conducted in June-August 2015. Data were analyzed by analysis of
variance for completely randomized design and continued with Honestly
Significance Difference test at 5% level. The results showed that there was no
Leoni Dellta Ellannia
difference of litter C stock in cultivation and natural area and soil C stock in
natural area was higher than cultivate area in ICGEF WAR Great Forest Park.
Keywords: agroforestry, litter carbon stock, secondary forest, soil carbon stock.
ABSTRAK
ANALISIS KARBON TERSIMPAN PADA SERASAH DAN TANAH DIAREAL BUDIDAYA DAN AREAL ALAMI HUTAN PENDIDIKANKONSERVASI TERPADU TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL
RACHMAN
Oleh
Leoni Dellta Ellannia
Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman
(HPKT Tahura WAR) merupakan wilayah hutan konservasi yang memiliki areal
alami dam areal budidaya. Areal alami pada HPKT Tahura WAR merupakan
hutan sekunder sedangkan areal budidaya teridiri dari areal agroforestri kakao dan
kopi campuran. Perbedaan pemanfaatan lahan yang dilakukan di kedua areal
tersebut menyebabkan terdapat perbedaan pada penyerapan karbon khususnya
pada serasah dan tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan simpanan karbon tanah dan serasah di areal alami dan budidaya.
Penentuan plot di lapangan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian
ini dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2015. Analisis data dengan menggunakan
analisis ragam untuk Rancangan Acak Lengkap dan kemudian diuji lanjut dengan
uji Beda Nyata Jujur dengan taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan simpanan C serasah di areal budidaya dan areal alami dan
Leoni Dellta Ellannia
simpanan C tanah di areal alami lebih tinggi dibandingkan dengan areal budidaya
budidaya di HPKT Tahura WAR.
Kata kunci: agroforestri, hutan sekunder, simpanan karbon serasah, simpanankarbon tanah.
ANALISIS KARBON TERSIMPAN PADA SERASAH DAN TANAHDI AREAL BUDIDAYA DAN AREAL ALAMI HUTAN PENDIDIKAN
KONSERVASI TERPADUTAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN
Oleh
LEONI DELLTA ELLANNIA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA KEHUTANAN
Pada
Jurusan KehutananFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 8 Agustus
1992. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara
pasangan Bapak Murwadi dan Ibu Rohati. Penulis memulai
jenjang pendidikannya pada tahun 1998 di Sekolah Dasar
Negeri 1 Beringin Raya dan selesai pada tahun 2004, melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 14 Bandar Lampung yang diselesaikan pada
tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Bandar Lampung yang
diselesaikan pada tahun 2010. Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa
pada Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan mengambil Jurusan Kehutanan.
Penulis pernah mengikuti program pertukaran pelajar Short Term Exchange
Program at Tokyo University of Agricutulture and Technolgy (STEP@TUAT) di
Tokyo, Jepang selama satu tahun pada tahun 2013-2014. Penulis aktif dalam
organisasi kemahasiswaan. Organisasi yang pernah diikuti yaitu Himpunan
Mahasiswa Kehutanan (HIMASYLVA) dan Unit Kegiatan Mahasiswa Fotografi
(UKMF) ZOOM. Di Himasylva (Himpunsn Mahasiswa Jurusan Kehutanan),
penulis pernah menjabat sebagai anggota Bidang Penelitian dan Pengembangan
Organisai periode tahun 2011-2012 dan menjadi Ketua Bidang Penelitian dan
Pengembangan Organisasi pada masa jabatan 2013-2014.
Pada Januari 2014 penulis melaksanakan Praktik Umum Kehutanan di Bagian
Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Banyuurip, Kesatuan Pemangkuan Hutan
(KPH) Randublatung, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah. Penulis
juga melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Bandarsari,
Kecamatan Way Tuba, Kabupaten Way Kanan.
Untuk Ayahanda Murwadi dan Ibunda Rohati,
serta kakakku Dina Novitta dan Maita Lamatha,
yang selalu mendoakan, memotivasi dan mendukungku
SANWACANA
Assalamualaikum wr. wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi ini dapat
diselesaikan. Skripsi dengan judul ” Analisis Karbon Tersimpan pada Serasah
Dan Tanah di Areal Budidaya dan Areal Alami Hutan Pendidikan Konservasi
Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman” adalah salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan
oleh keterbatasan yang ada pada penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan guna langkah penulis berikutnya yang lebih baik.
Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
(1) Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
(2) Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si, selaku Ketua Jurusan Kehutanan dan
Pembimbing Akademik, yang telah meluangkan waktunya untuk membantu
penulis dan menjadi orang tua selama menuntut ilmu di Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
iii
(3) Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si selaku Pembimbing I yang telah
memberikan arahan, bimbingan, saran dan kritikan kepada penulis dalam
penulisan skripsi ini.
(4) Ibu Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.Agr.sc selaku Pembimbing II, yang telah
meluangkan waktunya serta memberikan arahan, bimbingan dan masukan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
(5) Bapak Arief Darmawan, S.Hut., M.Sc., selaku Pembahas yang telah
memberikan saran dan kritikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
(6) Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Pegawai di Jurusan Kehutanan Universitas
Lampung yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh
pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
(7) Pak Adik dan Pak Soleh yang telah membagi pengetahuannya dan
membantu saya di lokasi penelitian.
(8) Saudara-saudaraku kehutanan 2010 “Sylvaten” terimakasih atas dukungan,
semangat, motivasi dan kebersamaan baik dalam suka maupun duka.
(9) Sahabat dan saudara di Hymasylva Unila dan Minna no Nihon Go Lampung
yang selama ini telah memberikan pengalaman berharga.
(10) Rimbawan dari bebagai angkatan yang selalu menyemangati penulis, dan
(11) Seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
penulisan skripsi ini dan mohon maaf atas segala kesalahan penulis.
iv
Penulis sangat berterimakasih atas semua bantuan dan kebaikan yang telah
diberikan kepada penulis selama ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat.
Bandar Lampung, April 2016
Leoni Dellta Ellannia
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 11.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 31.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 31.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 31.5 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 41.6 Hipotesis ................................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 7
2.1 Biomassa.................................................................................................... 72.2 Karbon ...................................................................................................... 82.3 Taman Hutan Raya .................................................................................... 11
III. BAHAN DAN METODE ........................................................................... 13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 20
4.1 Karbon (C) Serasah Tersimpan ................................................................. 204.2 Karbon (C) Tanah Tersimpan.................................................................... 21
V. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 28
5.1 Simpulan.................................................................................................... 285.2 Saran .......................................................................................................... 28
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................... 133.2 Bahan dan Alat Penelitian ......................................................................... 133.3 Batasan Penelititan..................................................................................... 143.4 Pengumpulan Data..................................................................................... 143.5 Analisis Data.............................................................................................. 19
vi
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 29
LAMPIRAN....................................................................................................... 31
Tabel 5-15 ......................................................................................................... 31-40Gambar 2-8 ....................................................................................................... 41-43
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Karbon tersimpan pada serasah di areal alami dan areal budidayaHPKT Tahura WAR............................................................................
2. Karbon tersimpan pada tanah di areal alami dan areal budidayaHPKT Tahura WAR............................................................................
3. Kandungan C tanah organik di areal alami dan budidaya HPKTTahura WAR.......................................................................................
4. Simpanan karbon pada tanah terhadap kedalaman di areal alami danareal budidaya di HPKT Tahura WAR................................................
5. Tabulasi karbon (C) serasah tersimpan di areal alami dan arealbudidaya di HPKT Tahura WAR........................................................
6. Analisis ragam C serasah di areal alami dan areal budidaya...............
7. Spesies tumbuhan di areal alami dan budidaya HPKT Tahura WAR.
8. Hasil analisis berat isi tanah di areal alami HPKT Tahura WAR........
9. Hasil analisis berat isi tanah di areal budidaya HPKT Tahura WAR..
10. C tanah tersimpan pada areal alami HPKT Tahura WAR...................
11. C tanah tersimpan pada areal budidaya HPKT Tahura WAR.............
12. Analisis ragam C tanah tersimpan terhadap lokasi pada areal alamidan areal budidaya di HPKT Tahura WAR.........................................
13. Analisis ragam C tanah tersimpan terhadap kedalaman pada arealalami dan areal budidaya di HPKT Tahura WAR...............................
14. C tanah tersimpan terhadap lokasi pada areal alami dan areal
20
22
23
25
31
32
33
34
35
36
37
38
38
viii
budidaya di HPKT Tahura WAR........................................................
15. C tanah tersimpan terhadap kedalaman pada areal alami dan arealbudidaya di HPKT Tahura WAR........................................................
40
40
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan alir kerangka penelitian...................................................................
2. Plot 1 areal alami HPKT Tahura WAR bulan Juni 2015............................
3. Plot 2 areal alami HPKT Tahura WAR bulan Juni 2015............................
4. Plot 3 areal alami HPKT Tahura WAR bulan Juni 2015............................
5. Plot 1 areal budidaya HPKT Tahura WAR bulan Juni 2015......................
6. Plot 2 areal budidaya HPKT Tahura WAR bulan Juni 2015......................
7. Plot 3 areal budidaya HPKT Tahura WAR bulan Juni 2015......................
8. Peta lokasi penelitian..................................................................................
5
41
41
42
42
43
43
44
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Krisis perubahan iklim kini menjadi permasalahan global yang telah menarik
perhatian dunia. Berbagai macam dampak telah bermunculan seperti bencana
alam yang akhir-akhir ini semakin marak terjadi. Penyebab masalah ini adalah
menghangatnya permukaan bumi akibat hasil pembakaran bahan bakar fosil. Hasil
pembakaran tersebut meningkatkan jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer
terutama gas karbon dioksida (CO2). Pada tahun 2012 jumlah emisi CO2 dunia
adalah sekitar 34,5 milyar ton, meningkat sekitar 1,4% dari tahun sebelumnya
(Olivier dkk, 2013).
Hal ini dapat dicegah dengan mengurangi produksi gas rumah kaca dan mencegah
CO2 dilepas ke atmosfer bumi dengan menyimpannya di suatu tempat. Melalui
fotosintesis, tumbuhan menyerap CO2 dan mengubahnya menjadi zat makanan
dan oksigen. Namun pada kenyataannya vegetasi yang ada di biosfer belum
mampu untuk menyimpan semua emisi karbon. Pada tahun 2012, Indonesia telah
menghasilkan karbon dioksida sebesar 0,49 milyar ton (Olivier dkk, 2013). Salah
satu penyumbang emisi CO2 di Indonesia adalah alih fungsi lahan hutan menjadi
peruntukan lainnya. Luas kawasan hutan Indonesia pada tahun 2012 adalah 134
2
juta hektar (Direktorat Jenderal Planologi, 2012). Hutan sebagai ekosistem yang
dominan memiliki fungsi yang penting dalam penyerapan CO2 dalam jumlah yang
cukup besar. Karbon pada hutan tersimpan pada vegetasi termasuk pepohonan
yang menghasilkan serasah. Tanah juga merupakan salah satu carbon pool
mampu menyimpan kabon dalam bentuk bahan organik tanah sebanyak 2
Gt/tahun (Lal, 2008).
Hutan memiliki tiga fungsi yaitu fungsi lindung, produksi dan konservasi. Hutan
konservasi memegang peranan penting dalam kelestarian sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya sehingga pada areal ini tidak dilakukan kegiatan pemanenan
untuk hasil kayu. Namun karena desakan ekonomi masyarakat melakukan
pembukaan lahan pada areal hutan dan menanam tanaman semusim yang dapat
berproduksi lebih cepat sehingga kurang sesuai dengan fungsi hutan konservasi.
Degradasi hutan ini akan mengakibatkan kemampuan hutan dalam penyerapan
karbon menurun sehingga jumlah karbon yang tersimpan di hutan, khususnya
pada serasah dan tanah (Monde dkk, 2008).
Salah satu hutan konservasi yang ada di Provinsi Lampung adalah Hutan
Pendidikan Konservasi Terpadu (HPKT) Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman (Tahura WAR) memiliki areal alami dan areal budidaya. Perbedaan
perlakuan pada kedua areal tersebut dapat mempengaruhi kemampuan hutan
dalam penyerapan karbon. Oleh karena itu pada lokasi ini perlu dilakukan
pendugaan jumlah karbon tersimpan khususnya pada serasah dan tanah.
3
1.2 Rumusan Masalah
Adakah perbedaan antara karbon tersimpan pada serasah dan tanah di areal
budidaya dengan areal alami Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan
Raya Wan Abdul Rachman (HPKT Tahura WAR)?.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menduga perbedaan karbon tersimpan
pada serasah dan tanah di areal budidaya dengan areal alami HPKT Tahura WAR.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Sumber informasi ilmiah untuk peneliti-peneliti lainnya tentang karbon
tersimpan pada tanah dan serasah Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu
Tahura Wan Abdul Rahman.
2. Hasil penelitian menjadi dasar ilmiah bagi Dinas Kehutanan Provinsi
Lampung, Universitas Lampung dan stakeholder terkait dalam rangka
pengelolaan hutan Register 19 Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura
Wan Abdul Rahman.
4
1.5 Kerangka Pemikiran
Kawasan Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman terbagi menjadi areal budidaya dan alami dengan komposisi vegetasi
yang berbeda (Wahyudi, 2013). Salah satu jasa lingkungan yang dapat diberikan
oleh hutan adalah kemampuannya dalam penyerapan dan penyimpanan karbon,
dan adanya perbedaan perlakuan pada masing-masing areal sehingga diduga
setiap areal memiliki jumlah simpanan karbon yang berbeda khususnya pada
serasah dan tanah. Selain itu, HPKT Tahura WAR memiliki topografi bervariasi
dari berombak sampai bergunung yang dapat mempengaruhi simpanan karbon di
serasah dan tanah.
Serasah yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah dedaunan dan ranting
yang jatuh di atas litter trap. Kemudian dilakukan penimbangan berat basah
serasah dan mengeringkan serasah di dalam oven untuk mengetahui berat kering
serasah sehingga dapat dilakukan perhitungan biomassa serasah. Kandungan
karbon yang tersimpan di dalam hutan adalah sebesar 50% biomassa hutan
tersebut (Brown, 1997; Paladinic dkk, 2009) sehingga kandungan karbon serasah
dapat diketahui apabila biomassa serasah dikalikan dengan 50% dan kemudian
dikonversikan ke tingkat lahan. Pada pengambilan sampel tanah yaitu
mengggunakan bor tanah dan tanah yang diambil merupakan pengambilan contoh
tanah utuh untuk mengetahui berat isi. Untuk mengetahui kandungan karbon tanah
menggunakan pengambilan contoh tanah terganggu. Selain itu, diperlukan data
mengenai kedalaman contoh tanah, dan %C organik untuk mengetahui kandungan
karbon tanah. Setelah dilakukan konversi satuan ke tingkat lahan, maka karbon
5
tersimpan pada serasah dan tanah dapat diketahui (Hairiah dkk, 2011). Secara
umum kerangka pemikiran disajikan dalam bentuk bagan alir yang dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Bagan alir kerangka pemikiran.
Hutan Pendidikan KonservasiTerpadu Tahura WAR
Tanah
% C tanah
Serasah
Kandungan karbon tanah
Litter trap
Biomassaserasah
Kandungankarbon serasah
Estimasi karbon tersimpan pada tanahdan serasah di Hutan Pendidikan
Konservasi Terpadu TAHURA WAR
PengambilanContoh Tanah
Terganggu
PengambilanContoh Tanah
Utuh
Berat IsiKedalamanContoh Tanah
Areal AlamiAreal Budidaya
Karbon Tersimpan
6
1.6 Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah karbon tersimpan pada serasah dan tanah di
areal alami lebih tinggi dibandingkan dengan areal budidaya HPKT Tahura WAR.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biomassa
Biomassa adalah keseluruhan berat atau volume organisme yang terdapat di dalam
suatu kawasan tertentu yang dapat dinyatakan dalam satuan ton berat kering per
satuan luas (Brown, 1997). Biomassa dapat pula didefinisikan sebagai berat
kering oven suatu organisme persatuan unit luas yang biasanya dinyatakan dalam
satuan kilogram atau ton (Krisnawati dkk, 2014). Biomassa juga dapat diartikan
sebagai sumber daya yang dapat diperbarui dan dapat diperoleh tidak hanya dari
tanaman, tetapi juga berbagai sumber daya daratan dan lautan, baik secara
langsung dan tidak langsung dapat dimanfaatkan sebagai energi dalam jumlah
yang cukup besar (Institut Energi Jepang, 2008).
Biomassa dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut pandang, namun secara
umum dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu pengelompokkan biologi
berdasarkan jenis biomassa yang ada di alam (berdasarkan ekologi atau spesies
tumbuhan) dan pengelompokkan berdasarkan penggunaan biomassa sebagai
sumber daya atau energi, yang tidak hanya melihat biomassa sebagai produk dan
limbah produk pertanian, kehutanan dan pertanian, tetapi biomassa tanaman juga
mencakup hal tersebut (Institut Energi Jepang, 2008).
8
Biomassa hutan merupakan jumlah bobot kering keseluruhan dari bagian-bagian
dari makhluk hidup pada semua species organisme, komunitas atau populasi pada
suatu waktu tertentu (Krisnawati, 2010). Biomassa pohon adalah secara lengkap
merupakan pengukuran massa dari seriap komponen-komponen pohon berupa
akar, tunggul, batang, cabang, ranting, dan daun-daun. Pendugaan biomassa
hutan dapat dilakukan dengan melalui klasifikasi hutan menurut peta tutupan
lahan yang dikeluarkan oleh Kementrian Kehutanan yaitu hutan lahan kering
primer, hutan lahan kering sekunder, hutan rawa primer, hutan rawa sekunder,
hutan bakau primer dan hutan bakau sekunder (Krisnawati dkk, 2014).
2.2 Karbon
Karbon memiliki lambang “C” dengan nilai atom sebesar 12. Hampir setengah
dari penyusun makhluk hidup merupakan karbon. Karbon tersimpan baik di
daratan maupun di lautan. Karbon di daratan dapat disimpan dalam bentuk
tumbuhan, hewan atau fosil dari keduanya. Menurut IPCC (2006), terdapat 5
kelompok sumber karbon (carbon pool) yaitu biomassa di atas tanah, biomassa di
bawah tanah, pohon yang mati, serasah dan tanah.
Karbon dapat pula ditemukan diatmosfer salah satunya dalam bentuk gas karbon
dioksida (CO2) dengan jumlah yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
karbon yang ada di bumi. Siklus karbon dapat dengan mudah menjelaskan
bagaimana dinamika karbon di alam. Siklus karbon adalah siklus biogeokimia
yang melibatkan pertukaran atau perpindahan karbon di bumi (Sutaryo, 2009).
9
Karbon dihasilkan melalui proses respirasi makhluk hidup, proses pembakaran
bahan bakar fosil, dan aktivitas manusia lainnya. Proses respirasi pada tumbuhan
dapat diketahui melalui reaksi kimia berikut.
C6H12O6 + 6O2→ 6CO2 + 6H2O
Karbon yang ada di udara salah satunya adalah karbon dioksida (CO2). Karbon
dioksida dapat disimpan melalui proses fotosintesis oleh tumbuhan sehingga
menghasilkan karbohidrat yang disimpan di jaringan tumbuhan dan oksigen.
Secara kimia proses fotosintesis dapat dilihat dalam reaksi di bawah ini.
6CO2 + 6H2O + foton→ C6H12O6 + 6O2
Simpanan karbon tidak hanya disimpan pada vegetasi, tetapi terdapat juga pada
serasah, tanah, lautan dan sedimentasi. Jaringan-jaringan tumbuhan dan makhluk
hidup lain yang mati akan terdekomposisi menjadi senyawa organik dan
tersimpan di tanah. Sejumlah karbon tanah diangkut melalui aliran permukaan ke
sungai. Beberapa karbon tersimpan dengan sedimentasi di dalam sungai, sisanya
mengalir ke laut sebagai karbon anorganik dan karbon organik yang terlarut.
Kemudian terjadi pertukaran gas antara permukaan laut dan CO2 yang ada di
atmosfer yang disebabkan oleh perbedaan tekanan antara udara dan laut. Sebagian
kecil karbon organik yang terlarut diubah melalui proses biologi sehingga pada
akhirnya menjadi sedimentasi di dasar laut (Ciais dkk, 2013).
Pengukuran karbon pada suatu kawasan dibutuhkan informasi salah satunya yaitu
mengenai banyaknya karbon tersimpan saat ini baik yang berada di atas
permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah. Karbon di atas pemukaan
tanah yaitu sebagai berikut.
10
1. Biomassa pohon. Pepohonan mengandung presentase terbesar simpanan
karbon. Agar tidak merusak, pengukuran simpanan karbon dapat
menggunakan persamaan alometrik.
2. Biomassa tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah meliputi tumbuhan fase semai,
tumbuhan menjalar, semak belukar, rumput-rumputan atau gulma. Untuk
mengetahui kandungan karbon tumbuhan bawah dapat dilakukan perusakan
atau mengambil bagian tanaman.
3. Nekromassa. Simpanan karbon yang diukur adalah batang pohon mati yang
tegak, tumbang atau tergeletak di permukaan tanah.
4. Serasah. Serasah meliputi daun-daun yang telah berguguran dan berada di atas
permukaan tanah. Begitu pula ranting yang jatuh dan tergeletak di atas
permukaan tanah.
Adapun simpanan karbon dibawah tanah yaitu sebagai berikut.
1. Biomassa akar. Akar berfungsi sebagai penyalur karbon dari tanah ke batang
dan tanah dapat memiliki umur yang cukup panjang. Pada tanah hutan, banyak
biomassa akar yang diukur yang memiliki diameter lebih dari 2 mm. Pada
tanah pertanian lebih banyak ditemukan akar-akar halus.
2. Bahan organik tanah. organisme tanah merombak sisa-sisa tanaman dan
hewan yang telah mati di dalam tanah sehingga tercampur oleh tanah sehingga
terbentuklah bahan organik tanah (Hairiah dkk, 2011).
11
2.3 Taman Hutan Raya
Menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1990, Taman Hutan Raya adalah kawasan
pelestarian alam yang bertujuan untuk koleksi tumbuhan dan/atau satwa alami
atau buatan, jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan untuk kepentingan
pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.
Taman Hutan Raya (THR) dikenal sejak tahun 1985, ketika diresmikan Taman
Hutan Raya Ir. H. Djuanda seluas 590 ha yang berlokasi di Bandung Jawa Barat.
Kemudian pada tahun 1986 diresmikan pula THR yang kedua, yaitu Taman Hutan
Raya Dr. Mohammad Hatta di Sumatera Barat seluas 240 ha. Taman Hutan Raya
Bukit Barisan merupakan yang ketiga diresmikan, berlokasi di Kabupaten Tanah
Karo, Sumatera Utara, seluas 51.600 ha. Taman Hutan Raya Sultan Adam
merupakan yang keempat yang diresmikan, berlokasi di Banjar Baru, Kalimantan
Selatan, seluas 112.00 ha. Menyusul berturut-turut Taman Hutan Raya R. Soeryo
Rahman di Jawa Timur dengan luas 25.000 ha dan Taman Hutan Raya Wan
Abdul Rahman di Provinsi Lampung, seluas 22.224 ha dan Taman Hutan Raya di
Provinsi NTT, Riau, Bali, dan Bengkulu. Adapun fungsi dan peran Taman Hutan
Raya antara lain sebagai berikut.
1. Sebagai sumber plasma nutfah flora dan fauna baik yang asli dari suatu
kawasan tertentu maupun hasil-hasil budidaya/rekayasa genetik.
2. Sebagai fungsi lindung terhadap suatu ekosistem alam yang pada akhirnya
dapat mempunyai dampak positif terhadap hidrologi iklim mikro terhadap
daerah-daerah sekitarnya.
3. Sebagai wahana dan daerah penelitian ilmu pengetahuan dan pendidikan alam
12
4. Sebagai tempat penyuluhan bagi generasi muda untuk dapat mencintai alam
dan lingkungan alami.
5. Sebagai tempat rekreasi dan wisata alam.
Berdasarkan fungsi dan peranannya itu maka dalam pengelolaanya Taman Hutan
Raya di bagi dalam zona/daerah sebagai berikut.
1. Zona lindung
2. Zona pembinaan flora dan fauna
3. Zona pemanfaatan terbatas
4. Zona pemanfaatan intensif (Kementerian Kehutanan, 1999).
Pada Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman terdapat sub blok perlindungan dan sub blok pendidkan . Sub blok
perlindungan merupakan bagian dari kawasan Tahura WAR yang memiliki fungsi
untuk tempat perlindungan jenis satwa dan ekosistem serta penyangga kehidupan.
Sub blok pendidikan merupakan bagian dari kawasan Tahura WAR yang
diperbolehkan adanya aktivitas pendidikan, penelitian, dan pengelolaan hutan
bersama masyarakat secara terbatas dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah
konservasi (UPTD Tahura WAR, 2009). Pada sub blok lindung didominasi oleh
spesies pohon medang, ki tulang, pinangsi dan kenari. Sedangkan pada sub blok
pendidikan didominasi oleh spesies pohon karet dan durian (Wahyudi, 2013).
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2015 di Hutan
Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Luas
wilayah areal ini adalah 1.143 ha yang terletak di 105°09’22,17”-105°11’39,13”
BT dan 5°24’ 09,78”-5°26’11,41” LS (Unit Pelaksana Teknis Daerah Taman
Hutan Raya Wan Abdul Rachman, 2009) dapat diihat pada Gambar 8 (Lampiran).
Analisis sampel dilakukan di Laboratoium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah K2Cr2O7 N H2SO4 pekat,
indikator ferroin 0,025 M, larutan FeSO4 N, serasah dan tanah yang ada dalam
petak contoh pengamatan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, jaring
untuk litter trap ukuran 1 x 1 m dengan mata jaring berukuran 0,5 mm, kantong
plastik, ring sample, oven, timbangan, Erlenmeyer 500 ml, pipet, buret, blangko
pengamatan, kompas, GPS, kamera, dan alat-alat tulis.
14
3.3 Batasan Penelitian
1. Hutan pendidikan adalah blok atau areal hutan, terdiri dari areal budidaya dan
areal alami yang berada di dalam kawasan Tahura WAR yang telah bekerja
sama dengan Universitas Lampung dalam pengelolaannya.
2. Areal budidaya merupakan hutan bagian dari kawasan Tahura WAR yang
telah dimanfaatkan oleh masyarakat setempat dengan menerapkan
agroforestry.
3. Areal alami merupakan hutan primer bagian dari Kawasan Tahura WAR yang
tidak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.
4. Sampel serasah yang diamati adalah dedaunan dan ranting yang berguguran
yang berada di litter trap.
5. Sampel tanah yang diamati adalah tanah yang berada di dalam plot
pengamatan.
3.4 Pengumpulan Data
Jenis data yang telah dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data
sekunder meliputi studi literatur yang mendukung penelitian seperti karakteristik
lokasi penelitian dan penelitian-penelitian tentang karbon tanah dan serasah yang
telah dilakukan dan dijadikan pendukung analisis data keseluruhan. Data
pendukung ini berupa literatur, dan data yang diperoleh dari instansi setempat
yang meliputi keadaan umum lokasi penelitian.
15
Data primer pada penelitian ini merupakan data yang diperoleh langsung dari
lokasi penelitian dan hasil analisis dari laboratorium yaitu berupa biomassa
serasah, kerapatan isi tanah, dan % C organik tanah. Pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling yaitu menyesuaikan dengan kondisi lapangan
dan mewakili keadaan di HPKT Tahura WAR. Pada penelitian ini rancangan
percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Total
sampel serasah yang diambil adalah 18 sampel. Sedangkan pada sampel tanah
dilakukan pengambilan sampel pada 3 kedalaman yang berbeda sehingga total
sampel tanah adalah 54 sampel.
Pada areal budidaya dan areal lindung akan dipilih 3 plot sehingga total plot yang
akan diteliti adalah 6 plot. Letak plot dapat dilihat pada Gambar 8 (Lampiran).
Plot 1 (PA1) di areal alami memiliki elevasi tertinggi dibandingkan dengan plot-
plot lainnya yaitu dengan ketinggian 1029 m dpl. Pada plot ini ditemukan 12 jenis
tumbuhan dan jenis tumbuhan paling banyak ditemui adalah Litsea firma. Plot 2
(PA2) areal alami terletak pada ketinggian 1006 m dpl. Pada plot ini ditemukan 8
jenis tumbuhan dan jenis yang paling banyak adalah Litsea firma dan Vitex
pinnata. Plot 3 (PA3) di areal alami memiliki ketinggian 950 m dpl. Terdapat 10
jenis tumbuhan di plot ini dan Villebrunea rubescens merupakan jenis tumbuhan
yang banyak ditemukan.
Sedangkan pada plot 1 (PB1) di areal budidaya terletak pada ketinggian 540 m dpl.
Plot 2 (PB2) di areal budidaya memiliki ketinggian 525 m dpl. Kedua plot ini
hanya terdiri dari 3 jenis tumbuhan dan tumbuhan yang paling banyak ditemukan
adalah Theobroma cacao. Perbedaan kedua plot ini adalah pada plot 1, jenis
16
pohon yang banyak ditemui adalah Durio zibethinus, sedangkan Dalbergia
latifolia merupakan jenis pohon yang banyak ditemukan di areal budidaya plot 2.
Plot 3 (PB3) di areal budidaya memiliki 10 jenis tumbuhan dan terletak pada
ketinggian 369 m. Jenis tumbuhan yang banyak ditemukan adalah Erythrina
lithosperma. Jenis tumbuhan yang ditemukan pada plot pengamatan di areal alami
lebih banyak dibandingkan dengan areal budidaya. Terdapat 22 spesies tumbuhan
yang ditemukan pada plot yang terletak di areal alami. Sedangkan plot yang
terletak di areal budidaya ditemukan 11 spesies tumbuhan ditunjukkan pada Tabel
7 (Lampiran).
Karbon tersimpan pada serasah dapat diketahui dari berat kering total serasah
dengan melakukan langkah-langkah berikut.
1. Litter trap dibuat dengan luas 1 m2 dan ketinggian kurang lebih 60 cm pada
plot-plot yang telah ditentukan.
2. Serasah yang telah terkumpul dalam waktu dua minggu (Harrison, 2013) pada
litter trap ditimbang dan dikeringovenkan pada suhu 80°C selama 48 jam.
3. Berat kering oven serasah ditimbang dan dicatat pada blangko pengamatan.
Estimasi biomassa serasah dapat diketahui berdasarkan perhitungan berikut
(Hairiah dan Rahayu, 2007).
Keterangan:BK = Berat keringBB = Berat basah
Analisis kandungan karbon serasah menggunakan Biomass Expansion Factor
(BEF). Nilai BEF dapat menduga karbon tersimpan di dalam hutan yaitu sebesar
Biomassa serasah (g) = BK subcontoh (g) x Total BB (g)BB subcontoh (g)
17
50% dari biomassa (IPCC, 2006; Paladinic et al., 2009). Sehingga kandungan
karbon serasah dapat diketahui melalui perhitungan di bawah ini.
Cs = Biomassa x 50 %
Simpanan C serasah per hektar dapat diketahui melalui perhitungan di bawah ini.
C Serasah = Cs x 10
Keterangan:C Serasah = Kandungan serasah per hektar (kg ha-1)Cs = kandungan karbon serasah (g cm-2)10 = faktor konversi dari g cm-2 ke kg ha-1
Sedangkan karbon tersimpan di dalam tanah dapat diketahui dengan perlu
melakukan langkah-langkah berikut.
1. Contoh tanah diambil pada titik yang telah ditentukan pada kedalaman 0-10
cm, 10-20 cm dan 20-30 cm dengan menggunakan ring sample.
2. Contoh tanah dikengering-anginkan di laboratorium.
3. Analisis berat isi contoh tanah yaitu sebagai berikut.
a. Volume tanah ditentukan dengan persamaan π r2 t dengan π = 22/7 atau
3,14, r = jari-jari dan t = tinggi atau tebal tanah sehingga dapat diketahui
volume tanah.
b. Berat kering oven tanah ditimbang setelah dikeringkan di dalam oven pada
suhu 105°C.
c. Berat isi tanah dihitung dengan perhitungan sebagai berikut (Hairiah,
2011).
Berat isi tanah (g cm-3) = berat kering oven tanah (g)volume tanah (cm3)
18
4. Kandungan karbon pada tanah diukur dengan menggunakan metode Walkey
dan Black.
a. Sampel tanah 0,5 gram kering udara ditempatkan ke Erlenmeyer 500 ml
(duplo) dan tambahkan 5 ml K2CR2O7 N sambil menggoyangkan
Erlenmeyer dengan pelan agar larutan bercampur dengan tanah.
b. 10 ml H2SO4 pekat ditambahkan dengan gelas ukur di ruang asap sambil
menggoyangkan Erlenmeyer dengan cepat agar campuran merata dan
biarkan campuran tersebut di ruang asap selama 30 menit sampai
mendingin. kemudian encerkan dengan 100 ml air destilata.
c. Campuran dengan 5 ml asam fosfat pekat ditambahkan, 2,5 ml larutan
NaF 4% dan 5 tetes indikator difenil amin.
d. Titrasi campuran dengan ammonium ferosulfat 0,5 N hingga warna larutan
berubah menjadi hijau terang. Sehingga % C organik dapat diketahui
melalui perhitungan berikut.
Keterangan:T: volume titrasi blanko (ml)S: volume titrasi sampel (ml)
Perhitungan estimasi karbon tanah tersimpan menggunakan rumus sebagai berikut.
Ct = Kd x ρ x % C organic
Keterangan:Ct = kandungan karbon tanah (g cm-2)Kd = kedalaman contoh tanah (cm)ρ = berat isi (g cm-3)% C organik = nilai presentase kandungan karbon
% C organik = ml K2Cr2O7 x (1-T/S)0,3886Berat sampel tanah
19
Kandungan karbon organik tanah per hektar dapat diketahui berdasarkan rumus di
bawah ini.
Ctanah = Ct x 100
Keterangan:Ctanah = Kandungan karbon organik tanah per hektar (ton/ha = Mg ha-1)Ct = kandungan karbon tanah (g cm-2)100 = faktor konversi dari g cm-2 ke Mg ha-1 (Lugina et al., 2011).
3.5 Analisis Data
Data yang telah diperoleh diolah menggunakan software Microsoft Office Excel
dan Statistix 8.0 kemudian dianalisis dengan menggunakan Uji Bartlett untuk
mengetahui homogenitas ragam dan dilanjutkan dengan analisis sidik ragam dan
uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf nyata 5%.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa pada areal alami dan areal budidaya Hutan
Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (HPKT
Tahura WAR) tidak terdapat perbedaan karbon (C) tersimpan pada serasah.
Sedangkan C tersimpan pada tanah di areal alami lebih tinggi dibandingkan
dengan areal budidaya di HPKT Tahura WAR.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan pengambilan data C tersimpan pada serasah yang terdapat di
lantai hutan dan persen tutupan tajuk (kanopi) sehingga dapat diketahui
simpanan C serasah di lantai hutan.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait produksi serasah dan
hubungannya dengan simpanan C di areal budidaya dan areal alami.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai C tersimpan pada tanah dan
serasah di setiap sistem agroforestri yang terdapat di Hutan Pendidikan
Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Kaisi, M.M. dan Yin, X. 2005. Tillage and crop residue effects on soil carbonand carbon dioxide emission in corn–soybean rotations. Journal ofEnvironmental Quality. 34(2):437—445.
Aprianis, Y. 2011. Produksi dan laju dekomposisi serasah Acacia crassicarpa A.Cunn. di PT. Arara Abadi. Tekno Hutan Tanaman. 4:41—47.
Brown, S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forests, aPrimer. Buku. FAO Forestry Paper 134. FAO Rome. 55 hlm.
Ciais, H.L.M, Sabine, C. Bala, G. Bopp, L. Brovkin, V. Canadell, J. Chabra, A.DeFries, R. Galloway, J. Heimann, M. Jones, C. Le Quéré, C. Myneni, R.B.Piao S. dan Thornton H.L.M. 2013. Carbon and Other BiogeochemicalCycles. In: Climate Change 2013: The Physical Science Basis. Contributionof Working Group I to the Fifth Assessment Report of the IntergovernmentalPanel on Climate Change. Buku. Cambridge University Press, Cambridge.472 hlm.
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan. 2012. Data dan Informasi PemanfaatanHutan Tahun 2012. Buku. Kementerian Kehutanan. Jakarta. 145 hlm.
Fontaine, S., Barot, S. Barré, H.L.M. Bdioui, N. Mary, B. dan Rumpel C. 2007.Stability of organic carbon in deep soil layers controlled by fresh carbonsupply. Nature. 450(7167):277—280.
Hairiah, K., Ekadinata, A. Sari R.R. dan Rahayu S. 2011. Pengukuran CadanganKarbon: dari Tingkat Lahan ke Bentang Lahan. Petunjuk praktis. Edisi kedua.Buku. World Agroforestry Centre ICRAF SEA Regional. Bogor. 82 hlm.
Hairiah, K. dan Rahayu S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di BerbagaiMacam Penggunaan Lahan. Buku. World Agroforestry Centre ICRAF.Bogor. 77 hlm.
Harrison, M.E. 2013. Standard Operating Procedure: Forest Litter-fall. Buku.Orangutan Tropical Peatland Project. Palangkaraya. 20 hlm.
28
Hess, N.J., Brown G.E. dan Plata C. 2014. Belowground Carbon CyclingProcesses at the Molecular Scale: An EMSL Science Theme Advosory PanelWorkshop (No. PNNL-2219). Laporan. Pacific Northwest NationalLaboratory (PNNL), Richland, WA (US). 27 hlm.
Hombegowda, H.C., van Straaten, O. Köhler, M. dan Hölscher D. 2015. On therebound: soil organic carbon stocks can bounce back to near forest levelswhen agroforests replace agriculture in southern India. Soil Discussions.2(2):871—902.
Institut Energi Jepang. 2008. Panduan untuk Produksi dan PemanfaatanBiomassa. Buku. Kementrian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang.Jepang. 351 hlm.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). 2006. Agriculture, Forestryand Other Land Use. Buku. Guidelines for National Greenhouse GasInventories (Vol. 4). IGES, Japan.
Jobbagy, E.G. dan Jackson R.B. 2000. The vertical distribution of soil organiccarbon and its relation to climate and vegetation. Eccological Applications.10(2):423—46.
Junaidi, E. 2013. Peranan penerapan agroforestry terhadap hasil air daerah aliransungai (DAS) Cisadane. Jurnal Penelitian Agroforestry. 1(1):41—53.
Kementrian Kehutanan dan Perkebunan. 1999. SK Menteri Kehutanan danPerkebunan, Nomor: 849/kpts-II/1999.
Krisnawati, H. Adinugroho, W.C. Imanuddin R. dan Hutabarat. S. 2014.Pendugaan Biomassa Hutan untuk Perhitungan Emisi CO2 di KalimantanTengah. Buku. Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi danRehabilitasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor. 119hlm.
Krisnawati, H. 2010. REDD+ dan Forest Governance: Status Data Stok Karbondalam Biomas Hutan di Indonesia. Buku. Pusat Penelitian Sosial Ekonomidan Kebijakan Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,Bogor. 87 hlm
Lal, R. 2008. Carbon sequestration. Philosophical Transactions of the RoyalSociety B: Biological Sciences. 363(1492):815–830.
Lee, H., Fitzgerald, J. Hewins, D.B. McCulley, R.L. Archer, S.R. Rahn, T. danThroop, H.L. 2014. Soil moisture and soil-litter mixing effects on surfacelitter decomposition: A controlled environment assessment. Soil Biology andBiochemistry. 72:123—132.
29
Lugina, M., Ginoga, K.L. Wibowo, A. Bainnaura, A. dan Partiani, T. 2011.Prosedur Operasi Standar untuk Pengukuran dan Perhitungan Stok Karbondi Kawasan Konservasi. Buku. Pusat Penelitian dan PengembanganPerubahan Iklim dan Kebijakan Badan Penelitian dan PengembanganKehutanan. Bogor. 28 hlm.
Monde, A., Sinukaban, N. Murtilaksono, K. dan Pandjaitan, N. 2008. Dinamikakarbon (C) akibat alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian. JurnalAgroland. 15(1):22—26.
Montané, F., Romanyà, J. Rovira, P. dan Casals, P. 2010. Aboveground litterquality changes may drive soil organic carbon increase after shrubencroachment into mountain grasslands. Plant and Soil. 337(1-2):151—165.
Olivier, J. G., Janssens-Maenhout, G. Muntean, M. dan Peters, J.A.H.W. 2013.Trends in Global CO2 Emissions 2013 Report. Buku. PBL Publishers. TheHague. 60 hlm.
Paladinic, E., Vuletic, D. Martinic, I. Marjanovic, H. Indir, K. Benko, M. danNovotny, V. 2009. Forest biomass and sequestered carbon estimationaccording to main tree components on the forest stand scale. PeriodicumBiologorum. 111(4):459—466.
Pusat Penelitan dan Pengembangan Kehutanan, 2013. Penggunaan ModelAlometrik untuk Pendugaan Biomassa dan Stok Karbon di Hutan Indonesia.Buku. Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi,Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 33 hlm.
Reicosky, D.C. 2001. Effects of conservation tillage on soil organic carbondynamics: field experiments in the US corn belt. 481—485. Dalam Stott,D.E. Mohtar, R.H. dan Steinhardt, G.C. (editor). Sustaining The GlobalFarm – Selected Papers From the 10th International Soil ConservationOrganization Meeting. West Lafayette, IN. 1169 hlm.
Sutaryo, D. 2009. Perhitungan Biomassa: Sebuah Pengantar untuk Studi Karbondan Perdagangan Karbon. Buku. Wetlands International IndonesiaProgramme. Bogor. 39 hlm.
Unit Pelaksana Teknis Daerah Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. 2009.Buku Informasi Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Buku. DinasKehutanan Provinsi Lampung. Bandar Lampung. 38 hlm.
Van Straaten, O., Corre, M.D. Wolf, K. Tchienkoua, M. Cuellar, E. Matthews,R.B. dan Veldkamp, E. 2015. Conversion of lowland tropical forests to treecash crop plantations loses up to one-half of stored soil organic carbon.Proceedings of the National Academy of Sciences. 112(32):9956—9960.
30
Wahyudi, A. 2013. Keanekaragaman Jenis Pohon di Hutan PendidikanKonservasi Terpadu, Tahura Wan Abdul Rachman. Skripsi. JurusanKehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 65hlm.
Zhang, K., Cheng, X. Dang, H. Ye, C. Zhang, Y. dan Zhang Q. 2013. Linkinglitter production, quality and decomposition to vegetation successionfollowing agricultural abandonment. Soil Biology and Biochemistry.57:803—813.
Zhang, X., Li, Z. Tang, Z. Zeng, G. Huang, J. Guo, W. dan Hirsh, A. 2013.Effects of water erosion on the redistribution of soil organic carbon in thehilly red soil region of southern China. Geomorphology. 197:137—144.