44
ANALISIS KARBON TERSIMPAN PADA SERASAH DAN TANAH DI AREAL BUDIDAYA DAN AREAL ALAMI HUTAN PENDIDIKAN KONSERVASI TERPADU TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN (Skripsi) Oleh LEONI DELLTA ELLANNIA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS …digilib.unila.ac.id/21876/3/3. SKRIPSI TANPA BAB...ini dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2015. Analisis data dengan menggunakan analisis ragam untuk

  • Upload
    vulien

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS KARBON TERSIMPAN PADA SERASAH DAN TANAHDI AREAL BUDIDAYA DAN AREAL ALAMI

HUTAN PENDIDIKAN KONSERVASI TERPADUTAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN

(Skripsi)

Oleh

LEONI DELLTA ELLANNIA

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

ABSTRACT

ANALYSIS OF LITTER AND SOIL CARBON STOCK IN CULTIVATIONAND NATURAL AREA OF INTERGRATED CONSERVATION

EDUCATION FOREST WAN ABDUL RACHMAN GREAT FORESTPARK

By

Leoni Dellta Ellannia

Intergrated Conservation Education Forest Wan Abdul Rachman (ICGEF WAR)

Great Forest Park is a conservation forest zone which have natural and cultivation

area. Natural area is a secondary forest and cultivation area is cacao agroforestry

areas and mixed coffee agroforestry area in ICGEF WAR Great Forest Park. The

difference land utilization which have been performed in both area caused the

difference in carbon sink particularly in litter and soil. This research was aimed to

reveal the difference of litter and soil carbon stock in natural and cultivation area.

Plot in this study field was determined by using purposive sampling method. The

research was conducted in June-August 2015. Data were analyzed by analysis of

variance for completely randomized design and continued with Honestly

Significance Difference test at 5% level. The results showed that there was no

Leoni Dellta Ellannia

difference of litter C stock in cultivation and natural area and soil C stock in

natural area was higher than cultivate area in ICGEF WAR Great Forest Park.

Keywords: agroforestry, litter carbon stock, secondary forest, soil carbon stock.

ABSTRAK

ANALISIS KARBON TERSIMPAN PADA SERASAH DAN TANAH DIAREAL BUDIDAYA DAN AREAL ALAMI HUTAN PENDIDIKANKONSERVASI TERPADU TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL

RACHMAN

Oleh

Leoni Dellta Ellannia

Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman

(HPKT Tahura WAR) merupakan wilayah hutan konservasi yang memiliki areal

alami dam areal budidaya. Areal alami pada HPKT Tahura WAR merupakan

hutan sekunder sedangkan areal budidaya teridiri dari areal agroforestri kakao dan

kopi campuran. Perbedaan pemanfaatan lahan yang dilakukan di kedua areal

tersebut menyebabkan terdapat perbedaan pada penyerapan karbon khususnya

pada serasah dan tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

perbedaan simpanan karbon tanah dan serasah di areal alami dan budidaya.

Penentuan plot di lapangan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian

ini dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2015. Analisis data dengan menggunakan

analisis ragam untuk Rancangan Acak Lengkap dan kemudian diuji lanjut dengan

uji Beda Nyata Jujur dengan taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan simpanan C serasah di areal budidaya dan areal alami dan

Leoni Dellta Ellannia

simpanan C tanah di areal alami lebih tinggi dibandingkan dengan areal budidaya

budidaya di HPKT Tahura WAR.

Kata kunci: agroforestri, hutan sekunder, simpanan karbon serasah, simpanankarbon tanah.

ANALISIS KARBON TERSIMPAN PADA SERASAH DAN TANAHDI AREAL BUDIDAYA DAN AREAL ALAMI HUTAN PENDIDIKAN

KONSERVASI TERPADUTAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN

Oleh

LEONI DELLTA ELLANNIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA KEHUTANAN

Pada

Jurusan KehutananFakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 8 Agustus

1992. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara

pasangan Bapak Murwadi dan Ibu Rohati. Penulis memulai

jenjang pendidikannya pada tahun 1998 di Sekolah Dasar

Negeri 1 Beringin Raya dan selesai pada tahun 2004, melanjutkan pendidikan di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 14 Bandar Lampung yang diselesaikan pada

tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Bandar Lampung yang

diselesaikan pada tahun 2010. Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa

pada Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional

Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan mengambil Jurusan Kehutanan.

Penulis pernah mengikuti program pertukaran pelajar Short Term Exchange

Program at Tokyo University of Agricutulture and Technolgy (STEP@TUAT) di

Tokyo, Jepang selama satu tahun pada tahun 2013-2014. Penulis aktif dalam

organisasi kemahasiswaan. Organisasi yang pernah diikuti yaitu Himpunan

Mahasiswa Kehutanan (HIMASYLVA) dan Unit Kegiatan Mahasiswa Fotografi

(UKMF) ZOOM. Di Himasylva (Himpunsn Mahasiswa Jurusan Kehutanan),

penulis pernah menjabat sebagai anggota Bidang Penelitian dan Pengembangan

Organisai periode tahun 2011-2012 dan menjadi Ketua Bidang Penelitian dan

Pengembangan Organisasi pada masa jabatan 2013-2014.

Pada Januari 2014 penulis melaksanakan Praktik Umum Kehutanan di Bagian

Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Banyuurip, Kesatuan Pemangkuan Hutan

(KPH) Randublatung, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah. Penulis

juga melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Bandarsari,

Kecamatan Way Tuba, Kabupaten Way Kanan.

Untuk Ayahanda Murwadi dan Ibunda Rohati,

serta kakakku Dina Novitta dan Maita Lamatha,

yang selalu mendoakan, memotivasi dan mendukungku

SANWACANA

Assalamualaikum wr. wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas berkat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi ini dapat

diselesaikan. Skripsi dengan judul ” Analisis Karbon Tersimpan pada Serasah

Dan Tanah di Areal Budidaya dan Areal Alami Hutan Pendidikan Konservasi

Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman” adalah salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan

oleh keterbatasan yang ada pada penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun sangat diharapkan guna langkah penulis berikutnya yang lebih baik.

Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih

kepada:

(1) Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

(2) Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si, selaku Ketua Jurusan Kehutanan dan

Pembimbing Akademik, yang telah meluangkan waktunya untuk membantu

penulis dan menjadi orang tua selama menuntut ilmu di Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

iii

(3) Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si selaku Pembimbing I yang telah

memberikan arahan, bimbingan, saran dan kritikan kepada penulis dalam

penulisan skripsi ini.

(4) Ibu Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.Agr.sc selaku Pembimbing II, yang telah

meluangkan waktunya serta memberikan arahan, bimbingan dan masukan

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

(5) Bapak Arief Darmawan, S.Hut., M.Sc., selaku Pembahas yang telah

memberikan saran dan kritikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

(6) Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Pegawai di Jurusan Kehutanan Universitas

Lampung yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh

pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

(7) Pak Adik dan Pak Soleh yang telah membagi pengetahuannya dan

membantu saya di lokasi penelitian.

(8) Saudara-saudaraku kehutanan 2010 “Sylvaten” terimakasih atas dukungan,

semangat, motivasi dan kebersamaan baik dalam suka maupun duka.

(9) Sahabat dan saudara di Hymasylva Unila dan Minna no Nihon Go Lampung

yang selama ini telah memberikan pengalaman berharga.

(10) Rimbawan dari bebagai angkatan yang selalu menyemangati penulis, dan

(11) Seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

penulisan skripsi ini dan mohon maaf atas segala kesalahan penulis.

iv

Penulis sangat berterimakasih atas semua bantuan dan kebaikan yang telah

diberikan kepada penulis selama ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat.

Bandar Lampung, April 2016

Leoni Dellta Ellannia

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix

I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................... 11.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 31.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 31.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 31.5 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 41.6 Hipotesis ................................................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 7

2.1 Biomassa.................................................................................................... 72.2 Karbon ...................................................................................................... 82.3 Taman Hutan Raya .................................................................................... 11

III. BAHAN DAN METODE ........................................................................... 13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 20

4.1 Karbon (C) Serasah Tersimpan ................................................................. 204.2 Karbon (C) Tanah Tersimpan.................................................................... 21

V. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 28

5.1 Simpulan.................................................................................................... 285.2 Saran .......................................................................................................... 28

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................... 133.2 Bahan dan Alat Penelitian ......................................................................... 133.3 Batasan Penelititan..................................................................................... 143.4 Pengumpulan Data..................................................................................... 143.5 Analisis Data.............................................................................................. 19

vi

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 29

LAMPIRAN....................................................................................................... 31

Tabel 5-15 ......................................................................................................... 31-40Gambar 2-8 ....................................................................................................... 41-43

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Karbon tersimpan pada serasah di areal alami dan areal budidayaHPKT Tahura WAR............................................................................

2. Karbon tersimpan pada tanah di areal alami dan areal budidayaHPKT Tahura WAR............................................................................

3. Kandungan C tanah organik di areal alami dan budidaya HPKTTahura WAR.......................................................................................

4. Simpanan karbon pada tanah terhadap kedalaman di areal alami danareal budidaya di HPKT Tahura WAR................................................

5. Tabulasi karbon (C) serasah tersimpan di areal alami dan arealbudidaya di HPKT Tahura WAR........................................................

6. Analisis ragam C serasah di areal alami dan areal budidaya...............

7. Spesies tumbuhan di areal alami dan budidaya HPKT Tahura WAR.

8. Hasil analisis berat isi tanah di areal alami HPKT Tahura WAR........

9. Hasil analisis berat isi tanah di areal budidaya HPKT Tahura WAR..

10. C tanah tersimpan pada areal alami HPKT Tahura WAR...................

11. C tanah tersimpan pada areal budidaya HPKT Tahura WAR.............

12. Analisis ragam C tanah tersimpan terhadap lokasi pada areal alamidan areal budidaya di HPKT Tahura WAR.........................................

13. Analisis ragam C tanah tersimpan terhadap kedalaman pada arealalami dan areal budidaya di HPKT Tahura WAR...............................

14. C tanah tersimpan terhadap lokasi pada areal alami dan areal

20

22

23

25

31

32

33

34

35

36

37

38

38

viii

budidaya di HPKT Tahura WAR........................................................

15. C tanah tersimpan terhadap kedalaman pada areal alami dan arealbudidaya di HPKT Tahura WAR........................................................

40

40

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan alir kerangka penelitian...................................................................

2. Plot 1 areal alami HPKT Tahura WAR bulan Juni 2015............................

3. Plot 2 areal alami HPKT Tahura WAR bulan Juni 2015............................

4. Plot 3 areal alami HPKT Tahura WAR bulan Juni 2015............................

5. Plot 1 areal budidaya HPKT Tahura WAR bulan Juni 2015......................

6. Plot 2 areal budidaya HPKT Tahura WAR bulan Juni 2015......................

7. Plot 3 areal budidaya HPKT Tahura WAR bulan Juni 2015......................

8. Peta lokasi penelitian..................................................................................

5

41

41

42

42

43

43

44

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Krisis perubahan iklim kini menjadi permasalahan global yang telah menarik

perhatian dunia. Berbagai macam dampak telah bermunculan seperti bencana

alam yang akhir-akhir ini semakin marak terjadi. Penyebab masalah ini adalah

menghangatnya permukaan bumi akibat hasil pembakaran bahan bakar fosil. Hasil

pembakaran tersebut meningkatkan jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer

terutama gas karbon dioksida (CO2). Pada tahun 2012 jumlah emisi CO2 dunia

adalah sekitar 34,5 milyar ton, meningkat sekitar 1,4% dari tahun sebelumnya

(Olivier dkk, 2013).

Hal ini dapat dicegah dengan mengurangi produksi gas rumah kaca dan mencegah

CO2 dilepas ke atmosfer bumi dengan menyimpannya di suatu tempat. Melalui

fotosintesis, tumbuhan menyerap CO2 dan mengubahnya menjadi zat makanan

dan oksigen. Namun pada kenyataannya vegetasi yang ada di biosfer belum

mampu untuk menyimpan semua emisi karbon. Pada tahun 2012, Indonesia telah

menghasilkan karbon dioksida sebesar 0,49 milyar ton (Olivier dkk, 2013). Salah

satu penyumbang emisi CO2 di Indonesia adalah alih fungsi lahan hutan menjadi

peruntukan lainnya. Luas kawasan hutan Indonesia pada tahun 2012 adalah 134

2

juta hektar (Direktorat Jenderal Planologi, 2012). Hutan sebagai ekosistem yang

dominan memiliki fungsi yang penting dalam penyerapan CO2 dalam jumlah yang

cukup besar. Karbon pada hutan tersimpan pada vegetasi termasuk pepohonan

yang menghasilkan serasah. Tanah juga merupakan salah satu carbon pool

mampu menyimpan kabon dalam bentuk bahan organik tanah sebanyak 2

Gt/tahun (Lal, 2008).

Hutan memiliki tiga fungsi yaitu fungsi lindung, produksi dan konservasi. Hutan

konservasi memegang peranan penting dalam kelestarian sumber daya alam hayati

dan ekosistemnya sehingga pada areal ini tidak dilakukan kegiatan pemanenan

untuk hasil kayu. Namun karena desakan ekonomi masyarakat melakukan

pembukaan lahan pada areal hutan dan menanam tanaman semusim yang dapat

berproduksi lebih cepat sehingga kurang sesuai dengan fungsi hutan konservasi.

Degradasi hutan ini akan mengakibatkan kemampuan hutan dalam penyerapan

karbon menurun sehingga jumlah karbon yang tersimpan di hutan, khususnya

pada serasah dan tanah (Monde dkk, 2008).

Salah satu hutan konservasi yang ada di Provinsi Lampung adalah Hutan

Pendidikan Konservasi Terpadu (HPKT) Taman Hutan Raya Wan Abdul

Rachman (Tahura WAR) memiliki areal alami dan areal budidaya. Perbedaan

perlakuan pada kedua areal tersebut dapat mempengaruhi kemampuan hutan

dalam penyerapan karbon. Oleh karena itu pada lokasi ini perlu dilakukan

pendugaan jumlah karbon tersimpan khususnya pada serasah dan tanah.

3

1.2 Rumusan Masalah

Adakah perbedaan antara karbon tersimpan pada serasah dan tanah di areal

budidaya dengan areal alami Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan

Raya Wan Abdul Rachman (HPKT Tahura WAR)?.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menduga perbedaan karbon tersimpan

pada serasah dan tanah di areal budidaya dengan areal alami HPKT Tahura WAR.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Sumber informasi ilmiah untuk peneliti-peneliti lainnya tentang karbon

tersimpan pada tanah dan serasah Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu

Tahura Wan Abdul Rahman.

2. Hasil penelitian menjadi dasar ilmiah bagi Dinas Kehutanan Provinsi

Lampung, Universitas Lampung dan stakeholder terkait dalam rangka

pengelolaan hutan Register 19 Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

Wan Abdul Rahman.

4

1.5 Kerangka Pemikiran

Kawasan Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul

Rachman terbagi menjadi areal budidaya dan alami dengan komposisi vegetasi

yang berbeda (Wahyudi, 2013). Salah satu jasa lingkungan yang dapat diberikan

oleh hutan adalah kemampuannya dalam penyerapan dan penyimpanan karbon,

dan adanya perbedaan perlakuan pada masing-masing areal sehingga diduga

setiap areal memiliki jumlah simpanan karbon yang berbeda khususnya pada

serasah dan tanah. Selain itu, HPKT Tahura WAR memiliki topografi bervariasi

dari berombak sampai bergunung yang dapat mempengaruhi simpanan karbon di

serasah dan tanah.

Serasah yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah dedaunan dan ranting

yang jatuh di atas litter trap. Kemudian dilakukan penimbangan berat basah

serasah dan mengeringkan serasah di dalam oven untuk mengetahui berat kering

serasah sehingga dapat dilakukan perhitungan biomassa serasah. Kandungan

karbon yang tersimpan di dalam hutan adalah sebesar 50% biomassa hutan

tersebut (Brown, 1997; Paladinic dkk, 2009) sehingga kandungan karbon serasah

dapat diketahui apabila biomassa serasah dikalikan dengan 50% dan kemudian

dikonversikan ke tingkat lahan. Pada pengambilan sampel tanah yaitu

mengggunakan bor tanah dan tanah yang diambil merupakan pengambilan contoh

tanah utuh untuk mengetahui berat isi. Untuk mengetahui kandungan karbon tanah

menggunakan pengambilan contoh tanah terganggu. Selain itu, diperlukan data

mengenai kedalaman contoh tanah, dan %C organik untuk mengetahui kandungan

karbon tanah. Setelah dilakukan konversi satuan ke tingkat lahan, maka karbon

5

tersimpan pada serasah dan tanah dapat diketahui (Hairiah dkk, 2011). Secara

umum kerangka pemikiran disajikan dalam bentuk bagan alir yang dapat dilihat

pada Gambar 1.

Gambar 1. Bagan alir kerangka pemikiran.

Hutan Pendidikan KonservasiTerpadu Tahura WAR

Tanah

% C tanah

Serasah

Kandungan karbon tanah

Litter trap

Biomassaserasah

Kandungankarbon serasah

Estimasi karbon tersimpan pada tanahdan serasah di Hutan Pendidikan

Konservasi Terpadu TAHURA WAR

PengambilanContoh Tanah

Terganggu

PengambilanContoh Tanah

Utuh

Berat IsiKedalamanContoh Tanah

Areal AlamiAreal Budidaya

Karbon Tersimpan

6

1.6 Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah karbon tersimpan pada serasah dan tanah di

areal alami lebih tinggi dibandingkan dengan areal budidaya HPKT Tahura WAR.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biomassa

Biomassa adalah keseluruhan berat atau volume organisme yang terdapat di dalam

suatu kawasan tertentu yang dapat dinyatakan dalam satuan ton berat kering per

satuan luas (Brown, 1997). Biomassa dapat pula didefinisikan sebagai berat

kering oven suatu organisme persatuan unit luas yang biasanya dinyatakan dalam

satuan kilogram atau ton (Krisnawati dkk, 2014). Biomassa juga dapat diartikan

sebagai sumber daya yang dapat diperbarui dan dapat diperoleh tidak hanya dari

tanaman, tetapi juga berbagai sumber daya daratan dan lautan, baik secara

langsung dan tidak langsung dapat dimanfaatkan sebagai energi dalam jumlah

yang cukup besar (Institut Energi Jepang, 2008).

Biomassa dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut pandang, namun secara

umum dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu pengelompokkan biologi

berdasarkan jenis biomassa yang ada di alam (berdasarkan ekologi atau spesies

tumbuhan) dan pengelompokkan berdasarkan penggunaan biomassa sebagai

sumber daya atau energi, yang tidak hanya melihat biomassa sebagai produk dan

limbah produk pertanian, kehutanan dan pertanian, tetapi biomassa tanaman juga

mencakup hal tersebut (Institut Energi Jepang, 2008).

8

Biomassa hutan merupakan jumlah bobot kering keseluruhan dari bagian-bagian

dari makhluk hidup pada semua species organisme, komunitas atau populasi pada

suatu waktu tertentu (Krisnawati, 2010). Biomassa pohon adalah secara lengkap

merupakan pengukuran massa dari seriap komponen-komponen pohon berupa

akar, tunggul, batang, cabang, ranting, dan daun-daun. Pendugaan biomassa

hutan dapat dilakukan dengan melalui klasifikasi hutan menurut peta tutupan

lahan yang dikeluarkan oleh Kementrian Kehutanan yaitu hutan lahan kering

primer, hutan lahan kering sekunder, hutan rawa primer, hutan rawa sekunder,

hutan bakau primer dan hutan bakau sekunder (Krisnawati dkk, 2014).

2.2 Karbon

Karbon memiliki lambang “C” dengan nilai atom sebesar 12. Hampir setengah

dari penyusun makhluk hidup merupakan karbon. Karbon tersimpan baik di

daratan maupun di lautan. Karbon di daratan dapat disimpan dalam bentuk

tumbuhan, hewan atau fosil dari keduanya. Menurut IPCC (2006), terdapat 5

kelompok sumber karbon (carbon pool) yaitu biomassa di atas tanah, biomassa di

bawah tanah, pohon yang mati, serasah dan tanah.

Karbon dapat pula ditemukan diatmosfer salah satunya dalam bentuk gas karbon

dioksida (CO2) dengan jumlah yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan

karbon yang ada di bumi. Siklus karbon dapat dengan mudah menjelaskan

bagaimana dinamika karbon di alam. Siklus karbon adalah siklus biogeokimia

yang melibatkan pertukaran atau perpindahan karbon di bumi (Sutaryo, 2009).

9

Karbon dihasilkan melalui proses respirasi makhluk hidup, proses pembakaran

bahan bakar fosil, dan aktivitas manusia lainnya. Proses respirasi pada tumbuhan

dapat diketahui melalui reaksi kimia berikut.

C6H12O6 + 6O2→ 6CO2 + 6H2O

Karbon yang ada di udara salah satunya adalah karbon dioksida (CO2). Karbon

dioksida dapat disimpan melalui proses fotosintesis oleh tumbuhan sehingga

menghasilkan karbohidrat yang disimpan di jaringan tumbuhan dan oksigen.

Secara kimia proses fotosintesis dapat dilihat dalam reaksi di bawah ini.

6CO2 + 6H2O + foton→ C6H12O6 + 6O2

Simpanan karbon tidak hanya disimpan pada vegetasi, tetapi terdapat juga pada

serasah, tanah, lautan dan sedimentasi. Jaringan-jaringan tumbuhan dan makhluk

hidup lain yang mati akan terdekomposisi menjadi senyawa organik dan

tersimpan di tanah. Sejumlah karbon tanah diangkut melalui aliran permukaan ke

sungai. Beberapa karbon tersimpan dengan sedimentasi di dalam sungai, sisanya

mengalir ke laut sebagai karbon anorganik dan karbon organik yang terlarut.

Kemudian terjadi pertukaran gas antara permukaan laut dan CO2 yang ada di

atmosfer yang disebabkan oleh perbedaan tekanan antara udara dan laut. Sebagian

kecil karbon organik yang terlarut diubah melalui proses biologi sehingga pada

akhirnya menjadi sedimentasi di dasar laut (Ciais dkk, 2013).

Pengukuran karbon pada suatu kawasan dibutuhkan informasi salah satunya yaitu

mengenai banyaknya karbon tersimpan saat ini baik yang berada di atas

permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah. Karbon di atas pemukaan

tanah yaitu sebagai berikut.

10

1. Biomassa pohon. Pepohonan mengandung presentase terbesar simpanan

karbon. Agar tidak merusak, pengukuran simpanan karbon dapat

menggunakan persamaan alometrik.

2. Biomassa tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah meliputi tumbuhan fase semai,

tumbuhan menjalar, semak belukar, rumput-rumputan atau gulma. Untuk

mengetahui kandungan karbon tumbuhan bawah dapat dilakukan perusakan

atau mengambil bagian tanaman.

3. Nekromassa. Simpanan karbon yang diukur adalah batang pohon mati yang

tegak, tumbang atau tergeletak di permukaan tanah.

4. Serasah. Serasah meliputi daun-daun yang telah berguguran dan berada di atas

permukaan tanah. Begitu pula ranting yang jatuh dan tergeletak di atas

permukaan tanah.

Adapun simpanan karbon dibawah tanah yaitu sebagai berikut.

1. Biomassa akar. Akar berfungsi sebagai penyalur karbon dari tanah ke batang

dan tanah dapat memiliki umur yang cukup panjang. Pada tanah hutan, banyak

biomassa akar yang diukur yang memiliki diameter lebih dari 2 mm. Pada

tanah pertanian lebih banyak ditemukan akar-akar halus.

2. Bahan organik tanah. organisme tanah merombak sisa-sisa tanaman dan

hewan yang telah mati di dalam tanah sehingga tercampur oleh tanah sehingga

terbentuklah bahan organik tanah (Hairiah dkk, 2011).

11

2.3 Taman Hutan Raya

Menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1990, Taman Hutan Raya adalah kawasan

pelestarian alam yang bertujuan untuk koleksi tumbuhan dan/atau satwa alami

atau buatan, jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan untuk kepentingan

pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.

Taman Hutan Raya (THR) dikenal sejak tahun 1985, ketika diresmikan Taman

Hutan Raya Ir. H. Djuanda seluas 590 ha yang berlokasi di Bandung Jawa Barat.

Kemudian pada tahun 1986 diresmikan pula THR yang kedua, yaitu Taman Hutan

Raya Dr. Mohammad Hatta di Sumatera Barat seluas 240 ha. Taman Hutan Raya

Bukit Barisan merupakan yang ketiga diresmikan, berlokasi di Kabupaten Tanah

Karo, Sumatera Utara, seluas 51.600 ha. Taman Hutan Raya Sultan Adam

merupakan yang keempat yang diresmikan, berlokasi di Banjar Baru, Kalimantan

Selatan, seluas 112.00 ha. Menyusul berturut-turut Taman Hutan Raya R. Soeryo

Rahman di Jawa Timur dengan luas 25.000 ha dan Taman Hutan Raya Wan

Abdul Rahman di Provinsi Lampung, seluas 22.224 ha dan Taman Hutan Raya di

Provinsi NTT, Riau, Bali, dan Bengkulu. Adapun fungsi dan peran Taman Hutan

Raya antara lain sebagai berikut.

1. Sebagai sumber plasma nutfah flora dan fauna baik yang asli dari suatu

kawasan tertentu maupun hasil-hasil budidaya/rekayasa genetik.

2. Sebagai fungsi lindung terhadap suatu ekosistem alam yang pada akhirnya

dapat mempunyai dampak positif terhadap hidrologi iklim mikro terhadap

daerah-daerah sekitarnya.

3. Sebagai wahana dan daerah penelitian ilmu pengetahuan dan pendidikan alam

12

4. Sebagai tempat penyuluhan bagi generasi muda untuk dapat mencintai alam

dan lingkungan alami.

5. Sebagai tempat rekreasi dan wisata alam.

Berdasarkan fungsi dan peranannya itu maka dalam pengelolaanya Taman Hutan

Raya di bagi dalam zona/daerah sebagai berikut.

1. Zona lindung

2. Zona pembinaan flora dan fauna

3. Zona pemanfaatan terbatas

4. Zona pemanfaatan intensif (Kementerian Kehutanan, 1999).

Pada Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul

Rachman terdapat sub blok perlindungan dan sub blok pendidkan . Sub blok

perlindungan merupakan bagian dari kawasan Tahura WAR yang memiliki fungsi

untuk tempat perlindungan jenis satwa dan ekosistem serta penyangga kehidupan.

Sub blok pendidikan merupakan bagian dari kawasan Tahura WAR yang

diperbolehkan adanya aktivitas pendidikan, penelitian, dan pengelolaan hutan

bersama masyarakat secara terbatas dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah

konservasi (UPTD Tahura WAR, 2009). Pada sub blok lindung didominasi oleh

spesies pohon medang, ki tulang, pinangsi dan kenari. Sedangkan pada sub blok

pendidikan didominasi oleh spesies pohon karet dan durian (Wahyudi, 2013).

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2015 di Hutan

Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Luas

wilayah areal ini adalah 1.143 ha yang terletak di 105°09’22,17”-105°11’39,13”

BT dan 5°24’ 09,78”-5°26’11,41” LS (Unit Pelaksana Teknis Daerah Taman

Hutan Raya Wan Abdul Rachman, 2009) dapat diihat pada Gambar 8 (Lampiran).

Analisis sampel dilakukan di Laboratoium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah K2Cr2O7 N H2SO4 pekat,

indikator ferroin 0,025 M, larutan FeSO4 N, serasah dan tanah yang ada dalam

petak contoh pengamatan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, jaring

untuk litter trap ukuran 1 x 1 m dengan mata jaring berukuran 0,5 mm, kantong

plastik, ring sample, oven, timbangan, Erlenmeyer 500 ml, pipet, buret, blangko

pengamatan, kompas, GPS, kamera, dan alat-alat tulis.

14

3.3 Batasan Penelitian

1. Hutan pendidikan adalah blok atau areal hutan, terdiri dari areal budidaya dan

areal alami yang berada di dalam kawasan Tahura WAR yang telah bekerja

sama dengan Universitas Lampung dalam pengelolaannya.

2. Areal budidaya merupakan hutan bagian dari kawasan Tahura WAR yang

telah dimanfaatkan oleh masyarakat setempat dengan menerapkan

agroforestry.

3. Areal alami merupakan hutan primer bagian dari Kawasan Tahura WAR yang

tidak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.

4. Sampel serasah yang diamati adalah dedaunan dan ranting yang berguguran

yang berada di litter trap.

5. Sampel tanah yang diamati adalah tanah yang berada di dalam plot

pengamatan.

3.4 Pengumpulan Data

Jenis data yang telah dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data

sekunder meliputi studi literatur yang mendukung penelitian seperti karakteristik

lokasi penelitian dan penelitian-penelitian tentang karbon tanah dan serasah yang

telah dilakukan dan dijadikan pendukung analisis data keseluruhan. Data

pendukung ini berupa literatur, dan data yang diperoleh dari instansi setempat

yang meliputi keadaan umum lokasi penelitian.

15

Data primer pada penelitian ini merupakan data yang diperoleh langsung dari

lokasi penelitian dan hasil analisis dari laboratorium yaitu berupa biomassa

serasah, kerapatan isi tanah, dan % C organik tanah. Pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling yaitu menyesuaikan dengan kondisi lapangan

dan mewakili keadaan di HPKT Tahura WAR. Pada penelitian ini rancangan

percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Total

sampel serasah yang diambil adalah 18 sampel. Sedangkan pada sampel tanah

dilakukan pengambilan sampel pada 3 kedalaman yang berbeda sehingga total

sampel tanah adalah 54 sampel.

Pada areal budidaya dan areal lindung akan dipilih 3 plot sehingga total plot yang

akan diteliti adalah 6 plot. Letak plot dapat dilihat pada Gambar 8 (Lampiran).

Plot 1 (PA1) di areal alami memiliki elevasi tertinggi dibandingkan dengan plot-

plot lainnya yaitu dengan ketinggian 1029 m dpl. Pada plot ini ditemukan 12 jenis

tumbuhan dan jenis tumbuhan paling banyak ditemui adalah Litsea firma. Plot 2

(PA2) areal alami terletak pada ketinggian 1006 m dpl. Pada plot ini ditemukan 8

jenis tumbuhan dan jenis yang paling banyak adalah Litsea firma dan Vitex

pinnata. Plot 3 (PA3) di areal alami memiliki ketinggian 950 m dpl. Terdapat 10

jenis tumbuhan di plot ini dan Villebrunea rubescens merupakan jenis tumbuhan

yang banyak ditemukan.

Sedangkan pada plot 1 (PB1) di areal budidaya terletak pada ketinggian 540 m dpl.

Plot 2 (PB2) di areal budidaya memiliki ketinggian 525 m dpl. Kedua plot ini

hanya terdiri dari 3 jenis tumbuhan dan tumbuhan yang paling banyak ditemukan

adalah Theobroma cacao. Perbedaan kedua plot ini adalah pada plot 1, jenis

16

pohon yang banyak ditemui adalah Durio zibethinus, sedangkan Dalbergia

latifolia merupakan jenis pohon yang banyak ditemukan di areal budidaya plot 2.

Plot 3 (PB3) di areal budidaya memiliki 10 jenis tumbuhan dan terletak pada

ketinggian 369 m. Jenis tumbuhan yang banyak ditemukan adalah Erythrina

lithosperma. Jenis tumbuhan yang ditemukan pada plot pengamatan di areal alami

lebih banyak dibandingkan dengan areal budidaya. Terdapat 22 spesies tumbuhan

yang ditemukan pada plot yang terletak di areal alami. Sedangkan plot yang

terletak di areal budidaya ditemukan 11 spesies tumbuhan ditunjukkan pada Tabel

7 (Lampiran).

Karbon tersimpan pada serasah dapat diketahui dari berat kering total serasah

dengan melakukan langkah-langkah berikut.

1. Litter trap dibuat dengan luas 1 m2 dan ketinggian kurang lebih 60 cm pada

plot-plot yang telah ditentukan.

2. Serasah yang telah terkumpul dalam waktu dua minggu (Harrison, 2013) pada

litter trap ditimbang dan dikeringovenkan pada suhu 80°C selama 48 jam.

3. Berat kering oven serasah ditimbang dan dicatat pada blangko pengamatan.

Estimasi biomassa serasah dapat diketahui berdasarkan perhitungan berikut

(Hairiah dan Rahayu, 2007).

Keterangan:BK = Berat keringBB = Berat basah

Analisis kandungan karbon serasah menggunakan Biomass Expansion Factor

(BEF). Nilai BEF dapat menduga karbon tersimpan di dalam hutan yaitu sebesar

Biomassa serasah (g) = BK subcontoh (g) x Total BB (g)BB subcontoh (g)

17

50% dari biomassa (IPCC, 2006; Paladinic et al., 2009). Sehingga kandungan

karbon serasah dapat diketahui melalui perhitungan di bawah ini.

Cs = Biomassa x 50 %

Simpanan C serasah per hektar dapat diketahui melalui perhitungan di bawah ini.

C Serasah = Cs x 10

Keterangan:C Serasah = Kandungan serasah per hektar (kg ha-1)Cs = kandungan karbon serasah (g cm-2)10 = faktor konversi dari g cm-2 ke kg ha-1

Sedangkan karbon tersimpan di dalam tanah dapat diketahui dengan perlu

melakukan langkah-langkah berikut.

1. Contoh tanah diambil pada titik yang telah ditentukan pada kedalaman 0-10

cm, 10-20 cm dan 20-30 cm dengan menggunakan ring sample.

2. Contoh tanah dikengering-anginkan di laboratorium.

3. Analisis berat isi contoh tanah yaitu sebagai berikut.

a. Volume tanah ditentukan dengan persamaan π r2 t dengan π = 22/7 atau

3,14, r = jari-jari dan t = tinggi atau tebal tanah sehingga dapat diketahui

volume tanah.

b. Berat kering oven tanah ditimbang setelah dikeringkan di dalam oven pada

suhu 105°C.

c. Berat isi tanah dihitung dengan perhitungan sebagai berikut (Hairiah,

2011).

Berat isi tanah (g cm-3) = berat kering oven tanah (g)volume tanah (cm3)

18

4. Kandungan karbon pada tanah diukur dengan menggunakan metode Walkey

dan Black.

a. Sampel tanah 0,5 gram kering udara ditempatkan ke Erlenmeyer 500 ml

(duplo) dan tambahkan 5 ml K2CR2O7 N sambil menggoyangkan

Erlenmeyer dengan pelan agar larutan bercampur dengan tanah.

b. 10 ml H2SO4 pekat ditambahkan dengan gelas ukur di ruang asap sambil

menggoyangkan Erlenmeyer dengan cepat agar campuran merata dan

biarkan campuran tersebut di ruang asap selama 30 menit sampai

mendingin. kemudian encerkan dengan 100 ml air destilata.

c. Campuran dengan 5 ml asam fosfat pekat ditambahkan, 2,5 ml larutan

NaF 4% dan 5 tetes indikator difenil amin.

d. Titrasi campuran dengan ammonium ferosulfat 0,5 N hingga warna larutan

berubah menjadi hijau terang. Sehingga % C organik dapat diketahui

melalui perhitungan berikut.

Keterangan:T: volume titrasi blanko (ml)S: volume titrasi sampel (ml)

Perhitungan estimasi karbon tanah tersimpan menggunakan rumus sebagai berikut.

Ct = Kd x ρ x % C organic

Keterangan:Ct = kandungan karbon tanah (g cm-2)Kd = kedalaman contoh tanah (cm)ρ = berat isi (g cm-3)% C organik = nilai presentase kandungan karbon

% C organik = ml K2Cr2O7 x (1-T/S)0,3886Berat sampel tanah

19

Kandungan karbon organik tanah per hektar dapat diketahui berdasarkan rumus di

bawah ini.

Ctanah = Ct x 100

Keterangan:Ctanah = Kandungan karbon organik tanah per hektar (ton/ha = Mg ha-1)Ct = kandungan karbon tanah (g cm-2)100 = faktor konversi dari g cm-2 ke Mg ha-1 (Lugina et al., 2011).

3.5 Analisis Data

Data yang telah diperoleh diolah menggunakan software Microsoft Office Excel

dan Statistix 8.0 kemudian dianalisis dengan menggunakan Uji Bartlett untuk

mengetahui homogenitas ragam dan dilanjutkan dengan analisis sidik ragam dan

uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf nyata 5%.

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa pada areal alami dan areal budidaya Hutan

Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (HPKT

Tahura WAR) tidak terdapat perbedaan karbon (C) tersimpan pada serasah.

Sedangkan C tersimpan pada tanah di areal alami lebih tinggi dibandingkan

dengan areal budidaya di HPKT Tahura WAR.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan pengambilan data C tersimpan pada serasah yang terdapat di

lantai hutan dan persen tutupan tajuk (kanopi) sehingga dapat diketahui

simpanan C serasah di lantai hutan.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait produksi serasah dan

hubungannya dengan simpanan C di areal budidaya dan areal alami.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai C tersimpan pada tanah dan

serasah di setiap sistem agroforestri yang terdapat di Hutan Pendidikan

Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman.

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Al-Kaisi, M.M. dan Yin, X. 2005. Tillage and crop residue effects on soil carbonand carbon dioxide emission in corn–soybean rotations. Journal ofEnvironmental Quality. 34(2):437—445.

Aprianis, Y. 2011. Produksi dan laju dekomposisi serasah Acacia crassicarpa A.Cunn. di PT. Arara Abadi. Tekno Hutan Tanaman. 4:41—47.

Brown, S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forests, aPrimer. Buku. FAO Forestry Paper 134. FAO Rome. 55 hlm.

Ciais, H.L.M, Sabine, C. Bala, G. Bopp, L. Brovkin, V. Canadell, J. Chabra, A.DeFries, R. Galloway, J. Heimann, M. Jones, C. Le Quéré, C. Myneni, R.B.Piao S. dan Thornton H.L.M. 2013. Carbon and Other BiogeochemicalCycles. In: Climate Change 2013: The Physical Science Basis. Contributionof Working Group I to the Fifth Assessment Report of the IntergovernmentalPanel on Climate Change. Buku. Cambridge University Press, Cambridge.472 hlm.

Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan. 2012. Data dan Informasi PemanfaatanHutan Tahun 2012. Buku. Kementerian Kehutanan. Jakarta. 145 hlm.

Fontaine, S., Barot, S. Barré, H.L.M. Bdioui, N. Mary, B. dan Rumpel C. 2007.Stability of organic carbon in deep soil layers controlled by fresh carbonsupply. Nature. 450(7167):277—280.

Hairiah, K., Ekadinata, A. Sari R.R. dan Rahayu S. 2011. Pengukuran CadanganKarbon: dari Tingkat Lahan ke Bentang Lahan. Petunjuk praktis. Edisi kedua.Buku. World Agroforestry Centre ICRAF SEA Regional. Bogor. 82 hlm.

Hairiah, K. dan Rahayu S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di BerbagaiMacam Penggunaan Lahan. Buku. World Agroforestry Centre ICRAF.Bogor. 77 hlm.

Harrison, M.E. 2013. Standard Operating Procedure: Forest Litter-fall. Buku.Orangutan Tropical Peatland Project. Palangkaraya. 20 hlm.

28

Hess, N.J., Brown G.E. dan Plata C. 2014. Belowground Carbon CyclingProcesses at the Molecular Scale: An EMSL Science Theme Advosory PanelWorkshop (No. PNNL-2219). Laporan. Pacific Northwest NationalLaboratory (PNNL), Richland, WA (US). 27 hlm.

Hombegowda, H.C., van Straaten, O. Köhler, M. dan Hölscher D. 2015. On therebound: soil organic carbon stocks can bounce back to near forest levelswhen agroforests replace agriculture in southern India. Soil Discussions.2(2):871—902.

Institut Energi Jepang. 2008. Panduan untuk Produksi dan PemanfaatanBiomassa. Buku. Kementrian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang.Jepang. 351 hlm.

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). 2006. Agriculture, Forestryand Other Land Use. Buku. Guidelines for National Greenhouse GasInventories (Vol. 4). IGES, Japan.

Jobbagy, E.G. dan Jackson R.B. 2000. The vertical distribution of soil organiccarbon and its relation to climate and vegetation. Eccological Applications.10(2):423—46.

Junaidi, E. 2013. Peranan penerapan agroforestry terhadap hasil air daerah aliransungai (DAS) Cisadane. Jurnal Penelitian Agroforestry. 1(1):41—53.

Kementrian Kehutanan dan Perkebunan. 1999. SK Menteri Kehutanan danPerkebunan, Nomor: 849/kpts-II/1999.

Krisnawati, H. Adinugroho, W.C. Imanuddin R. dan Hutabarat. S. 2014.Pendugaan Biomassa Hutan untuk Perhitungan Emisi CO2 di KalimantanTengah. Buku. Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi danRehabilitasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor. 119hlm.

Krisnawati, H. 2010. REDD+ dan Forest Governance: Status Data Stok Karbondalam Biomas Hutan di Indonesia. Buku. Pusat Penelitian Sosial Ekonomidan Kebijakan Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,Bogor. 87 hlm

Lal, R. 2008. Carbon sequestration. Philosophical Transactions of the RoyalSociety B: Biological Sciences. 363(1492):815–830.

Lee, H., Fitzgerald, J. Hewins, D.B. McCulley, R.L. Archer, S.R. Rahn, T. danThroop, H.L. 2014. Soil moisture and soil-litter mixing effects on surfacelitter decomposition: A controlled environment assessment. Soil Biology andBiochemistry. 72:123—132.

29

Lugina, M., Ginoga, K.L. Wibowo, A. Bainnaura, A. dan Partiani, T. 2011.Prosedur Operasi Standar untuk Pengukuran dan Perhitungan Stok Karbondi Kawasan Konservasi. Buku. Pusat Penelitian dan PengembanganPerubahan Iklim dan Kebijakan Badan Penelitian dan PengembanganKehutanan. Bogor. 28 hlm.

Monde, A., Sinukaban, N. Murtilaksono, K. dan Pandjaitan, N. 2008. Dinamikakarbon (C) akibat alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian. JurnalAgroland. 15(1):22—26.

Montané, F., Romanyà, J. Rovira, P. dan Casals, P. 2010. Aboveground litterquality changes may drive soil organic carbon increase after shrubencroachment into mountain grasslands. Plant and Soil. 337(1-2):151—165.

Olivier, J. G., Janssens-Maenhout, G. Muntean, M. dan Peters, J.A.H.W. 2013.Trends in Global CO2 Emissions 2013 Report. Buku. PBL Publishers. TheHague. 60 hlm.

Paladinic, E., Vuletic, D. Martinic, I. Marjanovic, H. Indir, K. Benko, M. danNovotny, V. 2009. Forest biomass and sequestered carbon estimationaccording to main tree components on the forest stand scale. PeriodicumBiologorum. 111(4):459—466.

Pusat Penelitan dan Pengembangan Kehutanan, 2013. Penggunaan ModelAlometrik untuk Pendugaan Biomassa dan Stok Karbon di Hutan Indonesia.Buku. Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi,Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 33 hlm.

Reicosky, D.C. 2001. Effects of conservation tillage on soil organic carbondynamics: field experiments in the US corn belt. 481—485. Dalam Stott,D.E. Mohtar, R.H. dan Steinhardt, G.C. (editor). Sustaining The GlobalFarm – Selected Papers From the 10th International Soil ConservationOrganization Meeting. West Lafayette, IN. 1169 hlm.

Sutaryo, D. 2009. Perhitungan Biomassa: Sebuah Pengantar untuk Studi Karbondan Perdagangan Karbon. Buku. Wetlands International IndonesiaProgramme. Bogor. 39 hlm.

Unit Pelaksana Teknis Daerah Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. 2009.Buku Informasi Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Buku. DinasKehutanan Provinsi Lampung. Bandar Lampung. 38 hlm.

Van Straaten, O., Corre, M.D. Wolf, K. Tchienkoua, M. Cuellar, E. Matthews,R.B. dan Veldkamp, E. 2015. Conversion of lowland tropical forests to treecash crop plantations loses up to one-half of stored soil organic carbon.Proceedings of the National Academy of Sciences. 112(32):9956—9960.

30

Wahyudi, A. 2013. Keanekaragaman Jenis Pohon di Hutan PendidikanKonservasi Terpadu, Tahura Wan Abdul Rachman. Skripsi. JurusanKehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 65hlm.

Zhang, K., Cheng, X. Dang, H. Ye, C. Zhang, Y. dan Zhang Q. 2013. Linkinglitter production, quality and decomposition to vegetation successionfollowing agricultural abandonment. Soil Biology and Biochemistry.57:803—813.

Zhang, X., Li, Z. Tang, Z. Zeng, G. Huang, J. Guo, W. dan Hirsh, A. 2013.Effects of water erosion on the redistribution of soil organic carbon in thehilly red soil region of southern China. Geomorphology. 197:137—144.