14

Click here to load reader

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/37f075887a0a0e09a9aa5c6e4cc9f9b0.pdf · lingkungan, pendidikan, sosial budaya dan kesehatan. Sedangkan variabel

  • Upload
    donga

  • View
    212

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/37f075887a0a0e09a9aa5c6e4cc9f9b0.pdf · lingkungan, pendidikan, sosial budaya dan kesehatan. Sedangkan variabel

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP SISWA-

SISWI SLTA TERHADAP HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KOTA SAMARINDA

THE FACTORS THAT ASSOCIATED WITH SENIOR HIGH SCHOOL

STUDENT’S ATTITUDES TOWARD PREMARITAL SEXUAL RELATIONSHIPS IN SAMARINDA

Fit Nawati1,Mappeaty Nyorong2, Sudirman Natsir2

1 Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur 2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi: Fit Nawati Jln.Milono No.1 Samarinda Kalimantan Timur Hp:085350626915 Email:[email protected]

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/37f075887a0a0e09a9aa5c6e4cc9f9b0.pdf · lingkungan, pendidikan, sosial budaya dan kesehatan. Sedangkan variabel

ABSTRAK

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa yang meliputi suatu perkembanganyang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa.Penelitian ini bertujuan untukmengetahui factor-faktor yang berhubungan dengan sikap efektif, koknitif dan konatif siswa-siswi SLTA terhadap hubungan seksual pranikah di kota Samarinda.Penelitian ini dilakukan di Kota samarinda dengan observasional dengan menggunakan pendekatan Cross-Sectional Study. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pengumpulan data survey pada remaja. Pengumpulan data dengan menggunakan angket serta metode pertanyaan tertutup. Dalam penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap siswa-siswi SLTA terhadap hubungan seksual pranikah di kota Samarinda. Populasi Penelitian adalah siswa-siswi pria dan wanita SLTA yang berusia 16 tahun yang ada di kota Samarinda. Dengan besar sempel 385 responden.Hasil penelitian menunjukkan bahwafaktor lingkungan, pendidikan, sosial budaya, kesehatan berpengaruh spesifik terhadap sikap remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah dengan nilai p (0,000), Faktor yang paling berpengaruh adalah faktor pendidikan seks dengan nilai wald (38,181).Disimpulkan bahwa ada hubungan antara faktor lingkungan, pendidikan seks, sosial budaya dan kesehatan dengan sikap siswa-siswi SLTA terhadap hubungan seks pranikah di kota Samarinda. Kata kunci : Lingkungan, pendidikan seks, sosial budaya,kesehatan, sikap remaja ABSTRACT Adolescence is a period of transition from childhood to adulthood which involves a progression experienced in preparation for entering adulthood. This research aims to determine the factors associated with effective gesture, and conative koknitif high school students toward premarital sexual relations in the city is done in the City Samarinda.Penelitian samarinda with observational approach Cross-Sectional Study. This research is a quantitative survey data collection in adolescents. Data collection using questionnaires and methods of closed questions. In this study is limited to the factors associated with high school students attitudes toward premarital sexual relations in the city of Samarinda. The study population was male students and female 16-year-old high school in the city of Samarinda. With great sempel 385 respondents. The results showed that environmental factors, educational, social, cultural, health specific influence adolescent attitudes to premarital sex with a p value (0.000), the most influential factor is the factor of sex education with wald value (38.181). It can be concluded that there is a relationship between environmental factors, sex education, social, cultural and health with high school students' attitudes toward premarital sex in the city of Samarinda. Keywords: Environment, education, sex, socio-cultural, health, adolescent attitudes

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/37f075887a0a0e09a9aa5c6e4cc9f9b0.pdf · lingkungan, pendidikan, sosial budaya dan kesehatan. Sedangkan variabel

PENDAHULUAN

Penambahan jumlah penduduk usia remaja telah terjadi di berbagai negara. Pada tahun

2007 usia remaja yang berumur 10-24 tahun sekitar 64 juta atau 28,6% dari jumlah penduduk

Indonesia sebanyak 222 juta. Disamping jumlahnya yang sangat besar, remaja juga

mempunyai permasalahan yang sangat kompleks seiring dengan masa transisi yang dialami

remaja. Masalah yang paling menonjol dikalangan remaja diantaranya masalah seksualitas

(BKKBN, 2009).

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa yang

meliputi suatu perkembanganyang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa.

Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa

depan mereka selanjutnya. Masa remaja seperti ini oleh Bank Dunia disebut sebagai masa

transisi kehidupan remaja. Transisi kehidupan remaja oleh Bank Dunia dibagi menjadi 5

(lima) hal yaitu melanjutkan sekolah, mencari pekerjaan, memulai kehidupan berkeluarga,

menjadi anggota masyarakat dan mempraktekkan hidup sehat (Depkes, 2004).

Menurut Azwar (1995), sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluasi. Respon hanya

akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya

reaksi individual. Respon evaluasi berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap

itu timbulnya didasari oleh prosesa evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan

terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik buruk, positif-negatif, menyenangkan tidak

menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagaimana potensi reaksi terhadap objek sikap.

Faktor yangmempengaruhi sikap remaja terhadap perilaku seksual adalah faktor

lingkungan, pendidikan, sosial budaya, serta faktor kesehatan (Azwar, 2011). Seiring dengan

arus globalisasi informasi dan teknologi yang terus berkembang dan berjalan, maka terjadi

perubahan yang sangat besar sekali pada norma seks, terutama pada para remaja. Hasil

penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun2004 bahwa penayangan seks di

televisi telah mempengaruhi perilaku seks remaja.Dari hasil penelitian itu menunjukkan

bahwa terdapat 20% remaja yang berusia 17 tahun telah melakukan hubungan intercourse40%

remaja yang berusia 17 tahun mulai melakukan perabaan pada payudara dan terdapat 20%

remaja yang berusia 17 tahun meraba genetalia atau alat kelamin (Diene, 2002).

Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental dan kesejahteraan sosial

secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem fungsi serta proses produksi,

bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit atau kecacatan. Oleh karena itu kesehatan

reproduksi mempunyai implikasi bahwa setiap orang mampu memiliki kehidupan seksual

yang memuaskan dan aman bagi dirinya dan mampu menurunkan serta memenuhi

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/37f075887a0a0e09a9aa5c6e4cc9f9b0.pdf · lingkungan, pendidikan, sosial budaya dan kesehatan. Sedangkan variabel

keinginannya tanpa ada hambatan apapun, kapan dan berapa sering untuk memiliki keturunan

(BKKBN,2001).

Masalah kesehatan reproduksi ini ternyata sangat serius sekali untuk diperhatikan.

Remaja mencoba mendapatkan informasi secara benar dari berbagai sumber.

(Andiyani,1996). Penelitian sebelumnya oleh Noor (2004) menyatakan bahwa Ada hubungan

bermakna antara pengetahuan kesehatan reproduksi remaja dengan kecenderungan remaja

melakukan hubungan seksual pranikah. Sebuah penelitian lain menunjukkan bahwa remaja

laki-laki yang terpapar terhadap buku-buku porno sebesar 59,3% dan film-film porno sebesar

48,8%. Sementara pada remaja putri yang terpapar pada buku porno sebesar 28,4% dan pada

film-film porno sebesar 15,9% (Yahya, 2011). Namun hal tesebut dapat dicegah dengan

Pendekatan faktor resiko dan pendekatan ekologis, memberikan dukungan yang kuat bagi

memahami Perilaku seksual remaja (Small et al, 1994) serta Pengetahuan kesehatan

reproduksi remaja, peran media massa dan peer education berpengaruh terhadap sikap

hubungan seksual pranikah (Turuy, 2004).

Pada tahun 2010 PKBI juga melakukan survey kembali tentang perilaku seksual

remaja di Kota Samarinda, didapatkan bahwa 25 % remaja pernah melakukan hubungan

seksual (HUS). Sementara usia remaja yang melakukan hubungan seksual pada usia 15-16

tahun sebesar 23%, dan 35% pada usia 17-18 tahun serta usia diatas 18 tahun sebesar 25%.

Mereka melakukan hubungan seksual bersama pacar sebesar 77% dan hubungan seksual

dilakukan dirumah sebesar 52%. Remaja juga pernah menonton video porno sebesar 60% dan

didapat melalui teman sebaya sebesar 59% serta melalui HP sebesar 57%. Sementara 61%

mereka mengatakan masih membutuhkan informasi atau pengetahuan tentang hubungan

seksualitas sebesar 61%. Hal tersebutyang melatar belakangi peneliti untuk melakukan

penelitian terhadap remaja yang ada di Kota Samarinda(PKBI Provinsi Kaltim, 2010).Tujuan

Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap (afektif,

kognitif dan konatif) siswa-siswi SLTA terhadap hubungan seksual pranikah di Kota

Samarinda.

METODOLOGI PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan metode observasional

menggunakan rancangan cross sectional study. Desain ini dimaksudkan untuk mengetahui

faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap (afektif, kognitif dan konatif) siswa-siswi

SLTA terhadap hubungan seksual pra nikah di Kota Samarinda.Variabel bebas adalah

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/37f075887a0a0e09a9aa5c6e4cc9f9b0.pdf · lingkungan, pendidikan, sosial budaya dan kesehatan. Sedangkan variabel

lingkungan, pendidikan, sosial budaya dan kesehatan. Sedangkan variabel terikat adalah sikap

remaja terhadap hubungan seksual pra nikah di Kota Samarinda.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kota Samarinda, yang menjadi responden penelitian

adalah remaja yang ada di Kota Samarinda yang meliputi remaja putra dan putri yang

berusia 16 tahun dan duduk dibangku SLTA di Kota Samarinda.Waktu pengumpulan data

dilaksanakan pada bulan September 2012.

Populasi dan Teknik Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja yang ada di Kota

Samarinda. Meliputi remaja putra dan putri yang duduk di bangku SLTA dan berusia 16

tahun yang ada di Kota Samarinda dengan jumlah populasi 2.342 siswa-siswi.Sampel pada

penelitian adalah remaja yang masih duduk di di SLTA dan berusia 16 tahun pada 10

kecamatan yang ada di Kota Samarinda. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik

multiple stagesampling, yaitu pengampilan sampel dari kelompok populasi, tetapi tidak semua

anggota kelompok populasi menjadi anggota sampel hanya sebagian dari anggota subpopulasi

menjadi anggota sampel. Caranya dengan proportional probability, yaitu tiap anggota

kelompok mempunyai probabilitas yang sebanding dengan besar relatif dari kelompok-

kelompok yang dimasukkan dalam subsampel.

Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Data yang sudah terkumpul di kelompok berdasarkan jawaban yang ada, untuk

memudahkan dalam melakukan analisis melalui tahapan editing untuk memeriksa

kelengkapan data, koding memberikan kode pada masing-masing data dan entry data untuk

memasukkan data dalam komputer untuk melakukan analisis pada program komputer statistik

SPSS untuk Windows versi 20, cleaning untuk mengecek data apakah semua data di

kuesioner telah sesuai dengan data di tabel. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini

meliputi analisis kuantitatif yang dimaksud untuk mengolah dan mengorganisasikan data,

serta menemukan hasil yang dapat di baca dan diinterpretasikan. Analisis kuantitatif

dilakukan dengan metode analisis univariat , analisis bivariate, dan analisis Multivariat

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Kota Samarinda, yang meliputi siswa-siswi dari 10 SLTA yang

ada di Kota Samarinda yang merupakan perwakilan dari 10 kecamatan. Sedangkan populasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SLTA dan berusia 16 tahun yang ada

di 10 SLTA di Kota Samarinda dengan jumlah populasi sebesar 2.342 siswa-

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/37f075887a0a0e09a9aa5c6e4cc9f9b0.pdf · lingkungan, pendidikan, sosial budaya dan kesehatan. Sedangkan variabel

siswi.Sedangkan jumlah sampel 385 siswa-siswi. Setelah kuesioner diperiksa kebenaran

isinya maka semua memenuhi syarat untuk diikutkan dalam pengolahan data. Penelitian

menggunakan cross sectional study yang bertujuan untuk melihat faktor yang berhubungan

dengan sikap remaja terhadap hubungan seks pranikah pada remaja.

Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

masing-masing variabel yang diteliti yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel

bebas yang digunakan pada penelitian ini adalah faktor lingkungan, pendidikan, sosial budaya

dan kesehatan. Berdasarkan hasil jawaban kuesioner dari 385 orang responden, diperoleh

distribusi frekuensi berdasarkan faktor lingkungan, pendidikan, sosial budaya dan kesehatan

sebagai berikut. Responden terbanyak adalah mempunyai lingkungan baik, yaitu sebanyak

218 orang atau sebesar 56,6%.

Distribusi responden menurut faktor pendidikan menunjukkan responden terbanyak

adalah mempunyai pendidikan baik, yaitu sebanyak 235 orang atau sebesar 61%.Distribusi

responden menurut faktor sosial budaya menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah

mempunyai sosial budaya baik, yaitu sebanyak 204 orang atau sebesar 53%. Jika dilihat dari

distribusi responden menurut faktor kesehatan responden terbanyak adalah mempunyai

kesehatan baik, yaitu sebanyak 240 orang atau sebesar 62,3%.

Variabel terikat pada penelitian ini adalah sikap responden terhadap hubungan seksual

pranikah. Berdasarkan hasil jawaban kuesioner dari 385 orang responden diperoleh distribusi

frekuensi berdasarkan sikap responden terhadap hubungan seksual pranikahresponden

terbanyak adalah mempunyai sikap baik, yaitu sebanyak 261 orang atau sebesar 67,8%.

Terhadap hubungan seksual pranikah.

Distribusi responden menurut faktor lingkungan dengan sikap terhadap hubungan

seksual pranikah terlihat bahwa distribusi responden menurut faktor lingkungan dengan sikap

terhadap hubungan seksual pranikah terbanyak adalah pada lingkungan baik, yaitu sebanyak

218 orang dan mempunyai sikap baik 90,8% serta kurang baik 9,2%. Kemudian terendah

pada lingkungan kurang baik, yaitu sebanyak 167 orang dan mempunyai sikap baik 37,7%

serta kurang baik 62,3%.

Berdasarkan distribusi responden menurut faktor pendidikan dengan sikap terhadap

hubungan seksual pranikah dapat dilihat pada tabel berikut. terlihat bahwa distribusi

responden menurut faktor pendidikan dengan sikap terhadap hubungan seksual pranikah

terbanyak adalah pada pendidikan baik, yaitu sebanyak 235 orang dan mempunyai sikap baik

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/37f075887a0a0e09a9aa5c6e4cc9f9b0.pdf · lingkungan, pendidikan, sosial budaya dan kesehatan. Sedangkan variabel

94,9% serta kurang baik 5,1%. Kemudian terendah pada pendidikan kurang baik, yaitu

sebanyak 150 orang dan mempunyai sikap baik 25,3% serta kurang baik 74,7%.

Distribusi responden menurut faktor sosial budaya dengan sikap terhadap hubungan

seksual pranikah terlihat bahwa distribusi responden menurut faktor sosial budaya dengan

sikap terhadap hubungan seksual pranikah terbanyak adalah pada sosial budaya baik, yaitu

sebanyak 204 orang dan mempunyai sikap baik 90,7% serta kurang baik 9,3%. Kemudian

terendah pada sosial budaya kurang baik, yaitu sebanyak 181 orang dan mempunyai sikap

baik 42% serta kurang baik 58%.Distribusi responden menurut faktor kesehatan dengan sikap

terhadap hubungan seksual pranikah terbanyak adalah pada kesehatan baik, yaitu sebanyak

204 orang dan mempunyai sikap baik 90,7% serta kurang baik 9,3%. Kemudian terendah

pada sosial budaya kurang baik, yaitu sebanyak 181 orang dan mempunyai sikap baik 42%

serta kurang baik 58%.

Analisis Bivariat

Setelah dilakukan analisis data secara univariat, maka selanjutnya dilakukan

analisis secara bivariat yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square. Berdasarkan

Tabel 1 terlihat bahwa nilai peluang (p) sebesar 0,000 kurang dari nilai tingkat signifikansi

() sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna

antara faktor lingkungan dengan sikap remaja terhadap hubungan seksual pranikah di Kota

Samarinda.

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa nilai p (0,000) kurang dari nilai (0,05). Hal

ini menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara faktor

pendidikan dengan sikap remaja terhadap hubungan seksual pranikah di Kota

Samarinda.Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa nilai p (0,000) kurang dari nilai (0,05). Hal

ini menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara faktor sosial

budaya dengan sikap remaja terhadap hubungan seksual pranikah di Kota Samarinda.

Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa nilai p (0,000) kurang dari nilai (0,05). Hal

ini menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara faktor kesehatan

dengan sikap remaja terhadap hubungan seksual pranikah di Kota Samarinda. Berdasarkan

hasil analisis bivariat antara lingkungan, pendidikan, sosial budaya, kesehatan dengan sikap

remaja terhadap hubungan seksual pranikah, diperoleh hasil bahwa variabel lingkungan,

pendidikan, sosial budaya dan kesehatan masing-masing mempunyai nilai p (0,000) kurang

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/37f075887a0a0e09a9aa5c6e4cc9f9b0.pdf · lingkungan, pendidikan, sosial budaya dan kesehatan. Sedangkan variabel

dari 0,25. Oleh karena itu variabel lingkungan, pendidikan, sosial budaya dan kesehatan akan

dimasukkan ke dalam analisis multivariat menggunakan regresi logistik.

Analisis Multivariat

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas yang

diperoleh dari analisis bivariat terhadap variabel terikat menggunakan regresi logistik.

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa nilai p untuk variabel lingkungan, pendidikan, sosial

budaya dan kesehatan masing-masing sebesar 0,000 kurang dari nilai sebesar 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa secara statistik ada pengaruh yang bermakna variabel lingkungan,

pendidikan, sosial budaya dan kesehatan terhadap sikap remaja mengenai hubungan seksual

pranikah di Kota Samarinda. Kemudian variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap

sikap remaja mengenai hubungan seksual pranikah di Kota Samarinda adalah variabel

pendidikan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Wald untuk variabel pendidikan (38,181) paling

besar dibanding nilai Wald variabel lingkungan, sosial budaya dan kesehatan.

Berdasarkan Tabel 5 diperoleh model regresi logistik yang menyatakan hubungan

dan pengaruh faktor lingkungan, pendidikan, sosial budaya dan kesehatan berpengaruh

terhadap sikap remaja mengenai hubungan seksual pra nikah di Kota Samarinda, yaitu seperti

pada persamaan berikut:

y = 7,023 - 3,211 (lingkungan) - 3,076 (pendidikan) + - 2,780 (sosial budaya) - 2,807

(kesehatan)

Berdasarkan model regresi logistik pada persamaan di atas, dapat digunakan untuk

memprediksi peluang remaja di Kota Samarinda melakukan hubungan seksual pranikah

dengan menggunakan rumus: p = 1/(1 + e-y), dimana p adalah peluang remaja di Kota

Samarinda melakukan hubungan seksual pranikah, e adalah bilangan natural, yaitu 2,7 dan y

adalah nilai yang diperoleh dari persamaan regresi logistik di atas. Jika seorang remaja

mempunyai lingkungan baik, pendidikan baik, sosial budaya baik dan kesehatan baik, maka

peluang remaja mempunyai sikap baik adalah 99,91%, artinya peluang remaja tidak

melakukan hubungan seksual pranikah adalah 99,91% atau peluang remaja melakukan

hubungan seksual pranikah adalah 9%. Sebaliknya jika seorang remaja mempunyai

lingkungan kurang baik, pendidikan kurang baik, sosial budaya kurang baik dan kesehatan

kurang baik, maka peluang remaja mempunyai sikap baik adalah 7,8%, artinya peluang

remaja tidak melakukan hubungan seksual pranikah adalah 7,8% atau peluang remaja

melakukan hubungan seksual pranikah adalah 92,2%.

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/37f075887a0a0e09a9aa5c6e4cc9f9b0.pdf · lingkungan, pendidikan, sosial budaya dan kesehatan. Sedangkan variabel

PEMBAHASAN

Penelitian ini menemukan bahwa faktor lingkungan berpengaruh terhadap sikap

remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah, (p =0,000;˂(0,05)) dan nilai Wald

(26,215). Faktor pendidikan berpengaruh signifikan terhadap sikap remaja untuk melakukan

hubungan seks pra nikah(p=0,000; ˂ (0,05) dan nilai Wald (38,181). Faktor sosial budaya

berpengaruh terhadap sikap remaja untuk melakukan hubungan seks pra nikah (p=0,000; ˂

(0,05)) dan nilai Wald (19,790). Faktor kesehatan berpengaruh spesifik terhadap sikap remaja

untuk melakukan hubungan seks pranikah (p=0,000˂ (0,05)) dan nilai Wald (32,909).

Peer education sangat diperlukan pada remaja sebagai sumber informasi yang

cukup siknifikan dalam membentuk pegetahuan seksual dikalangan remaja (Kartono, 2005).

Remaja akan lebih percaya diri dan terbuka ketika mengungkapkan masalahnya bersama

teman sebayanya daripada dengan orangtua.Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses

untuk membentuk perilaku sehat yang melibatkan penerapan ilmu perilaku dan ilmu sosial

kemasalah pemeliharaan kesehatan.Pendidikan tentang seks bagi remaja sangat dibutuhkan

sekali. Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat. Teori Hurlock (1991),

seorang ahli psikologi perkembangan mengemukakan tanda seks primer yang penting pada

laki-laki dan perempuan. Menurut Hurlock tanda seks primer pada laki-laki ditandai dengan

adanya mimpi basah, sedangkan tanda seks skundernya ditandai dengan tumbuh rambut pada

kemaluan dan keiak, kulit menjadi kasar, otot betambah besar dan kuat serta suara membesar.

Sedangkan pada perempuan tanda seks primernya ditandai dengan adanya haid, sedangkan

tanda seks skundernya ditandai dengan pinggul melebar, payudara mulai membesar, tumbuh

rambut pada kemaluan dan ketiak.

Nilai-nilai sosial yang berlaku dan mentaati tuntutan agama maupun keyakinan

yang di yakini akan mampu mengeliminasi permasalahan remaja hingga menginjak dewasa.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa keyakian dan agama bisa mengendalikan tingkah laku

anak yang beranjak dewasa untuk tidak melakukan hal yang merugikan dan bertentangan

dengan kehendak atau pandangan masyarakat. (Azwar,1995).Kesehatan remaja dikenal

dengan suatu tahap perkembangan fisik ketika alat-alat reproduksi mencapai kematangan.

Secara anatomis berarti alat reproduksi khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya

memperoleh bentuknya yang sempurna. Kesehatan reproduksi remaja sangat memengaruhi

perilaku remaja untuk hidup sehat.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sirajudin Noor (2004) tentang kesehatan

reproduksi remaja pria-wanita melakukan hubungan seks (intercourse) pranikah di Indonesia,

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/37f075887a0a0e09a9aa5c6e4cc9f9b0.pdf · lingkungan, pendidikan, sosial budaya dan kesehatan. Sedangkan variabel

maka dari hasil peneitian didapatkan ada hubungan bermakna antara kesehatan reproduksi

dengan kecenderungan remaja melakukan hubungan seks pranikah. Untuk itu dituntut peran

aktif dari instansi kesehatan dan pendidikan dalam memberikan informasi yang memuat

tentang fungsi organ sistem reproduksi manusia yang mencakup pemahaman remaja tentang

perubahan fisik, terjadinya proses kehamilan, pencegahan penyakit menular, perilaku seks

yang sehat dan bertanggung jawab serta akibat kehamilan yang tidak dikehendaki.

Perubahan perilaku terjadi karena adanya perubahan kualitas dari unsur-unsur

perilaku, yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan baik sendiri maupun ketiganya. Perilaku

adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan baik yang

dapat diamati langsung maupun tidak dapat diamati secara langsung oleh pihak luar

(Suprapto, 203). Perilaku mempunyai empat arti yaitu beberapa respon yang dilakukan

organisme, sebagai salah satu respon spesifik dari seluruh respon, suatu kegiatan

atauaktivitas, suatu kegiatan yang kompleks. Perilaku merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus (rangsangan) dari luar.

Ada beberapa penyebab remaja melakukan hubungan seks pra nikah. Antara lain

kurangnya pengawasan dan perhatian orang tua dan keluarga, pola pergaulan yang semakin

bebas, lingkungan yang semakin permisif, semakin banyak hal yang memberikan rangsangan

seksual dan sangat mudah dijumpainya VCD porno serta adanya fasilitas pendukung yang

sering kali diberikan oleh keluarga sendiri tanpa disadari. Misalnya Hp, uang saku yang

berlebihan dan motor.

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen

koknitif (cognitive) yang merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik

merupakan sikap, komponen afektif (affective) merupakan perasaan yang menyangkut aspek

emosional dan komponen konatif (conative) yang meupakan aspek kecenderungan untuk

berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki.Promosi kesehatan sangat diperlukan

untuk mencegah remaja agar tidak melakukan hubungan seks pranikah. Peran keluarga,

masyarakat dan pemerintah sangatdiperlukan. Orang tua diharapkan bisa memberikan

perhatian, perlindungan serta menjalin komunikasi secara terbuka pada remaja. Masyarakat

diharapkan dapat membantu dalam memberikan informasi dan pengawawasan pada remaja

untuk mencegah agar mereka tidak melakukan hubungan seks pranikah. Misalnya saja

melalui pengenalan norma-norma dan agama di lingkungan sekitarnya Sementara pemerintah

perlu menyiapkan model pembinaan, pendidikan untuk menampung permasalahan yang

dihadapi oleh remaja.

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/37f075887a0a0e09a9aa5c6e4cc9f9b0.pdf · lingkungan, pendidikan, sosial budaya dan kesehatan. Sedangkan variabel

KESIMPULAN DAN SARAN

Terdapat hubungan antara lingkungan dengan sikap siswa-siswi SLTA terhadap

hubungan seks pranikah di Kota Samarinda, dengan nilai p (0,000) kurang dari nilai

(0,05)..Ada hubungan antara pendidikan dengan sikap siswa-siswi SLTA terhadap hubungan

seks pranikah di Kota Samarinda, dengan nilai p (0,000) kurang dari nilai (0,05)..Ada

hubungan antara sosial budaya dengan sikap siswa-siswi SLTA terhadap hubungan seks

pranikah di Kota Samarinda, dengan nilai p (0,000) kurang dari nilai (0,05).Ada hubungan

antara kesehatan dengan sikap siswa-siswi SLTA terhadap hubungan seksual pranikah di Kota

Samarinda, dengan nilai p (0,000) kurang dari nilai (0,05). Disarankan perlunya

pengembangan metode peer education (ramah terhadap remaja) dilingkungan sekolah ataupun

keluarga, kerjasama pihak sekolah dan pihak kesehatan untuk melakukan kunjungan ke

sekolah-sekolah untuk memberikan informasi dasar tentang kesehatan reproduksi dan

seksualitas yang proposional sesuai dengan pemahaman dan tingkat pendidikan remaja serta

tidak menganggap tabu untuk membicarakan permasalahan kesehatan reproduksi. Perlu

adanya advokasi kepada tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk membantu dalam

pencegahan terjadinya hubungan seks pra nikah pada remaja dan menyelenggarakan

program/kegiatan Pusat Informasi, Bimbingan dan Konseling Remaja, dalam hal pengenalan,

status menjelang usia dewasa awal disekolah dengan sasarannya semua remaja yang ada di

sekolah pada tingkat SMP dan SMA yang sederajat.

DAFTAR PUSTAKA

Andiyani, A. (1996). Konsep Diri, Harga Diri dan Kepercayaan Diri dan Kepercayaan Diri Remaja, Jurnal Remaja, no2, 23-30

Azwar, S. (1995). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Edisi Kedua, Cetakan keempat. Pustaka Pelajar , Yogyakarta

BKKBN. (2009). Standarisasi Pengelolaan Penanggulangan MasalahKesehatan Reproduksi, Jakarta

Depkes RI. (2004). Informasi Kesehatan Reproduksi , Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Diene, M. et al, Teen Sexual Bihavior. (2002). Applicability of The Theory ofReasoned Action. Universitas of Washington. Journal of Marriage and Family Vol. 64, p.885-897

Hurlock, Elizabeth. (1991). Psikologi Pembangunan “SuatuPendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan”, PT.Erlangga, Jakarta

Kartono, K. (2005). Kenakalan Remaja, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta Noor, S. (2004). Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria-Wanita

Dengan Kecenderungan Remaja Pria-Wanita Melakukan Hubungan Seksual Pranikah di Indonesia. Tesis. Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/37f075887a0a0e09a9aa5c6e4cc9f9b0.pdf · lingkungan, pendidikan, sosial budaya dan kesehatan. Sedangkan variabel

Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia.(2010). Hasil Survei Pada Remaja di Kota Samarinda, Samarinda

Small, SA, Lusten,T. (1994). Adolescent Sexual Activity ; An Ecological, Risk-Factor approach, Journal of Marriage and The Family

Turuy.(2004). Analisis Pengaruh Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi, Peran Media Massa dan Peer Education Dengan Sikap Terhadap Hubungan Seksual Pranikah pada Siswa SMAN 1 Kodya Ternate Provinsi Maluku Utara. Tesis. Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang

Yahya. (2001). Perilaku Seksual Remaja, Suara Karya, Jakarta

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/37f075887a0a0e09a9aa5c6e4cc9f9b0.pdf · lingkungan, pendidikan, sosial budaya dan kesehatan. Sedangkan variabel

LAMPIRAN

Tabel 1. Hubungan Faktor Lingkungan dengan Sikap Remaja Terhadap Hubungan Seksual Pranikah di Kota Samarinda

Lingkungan Sikap Total

P Positif Negatif n % n % n %

Baik 198 90,8 20 9,2 218

100 0,000 Kurang baik

63 37,7 104 62,3 167 100

Jumlah 261 67,8 124 32,2 385

100 Sumber: Data Primer 2012

Tabel 2. Hubungan Faktor Pendidikan dengan Sikap Remaja Terhadap Hubungan Seksual Pranikah di Kota Samarinda

Pendidikan Sikap Total

P Positif Negatif n % n % n %

Baik 223 94,9 12 5,1 235

100 0,000 Kurang baik

38 25,3 112 74,7 150 100

Jumlah 261 67,8 124 32,2 385

100 Sumber: Data Primer 2012

Tabel 3. Hubungan Faktor Sosial Budaya dengan Sikap Remaja Terhadap Hubungan Seksual Pranikah di Kota Samarinda

Sosial Budaya

Sikap Total P Positif Negatif

n % n % n %

Baik 185 90,7 19 9,3 204

100 0,000 Kurang baik

76 42,0 105 58,0 181 100

Jumlah 261 67,8 124 32,2 385

100 Sumber: Data Primer 2012

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/37f075887a0a0e09a9aa5c6e4cc9f9b0.pdf · lingkungan, pendidikan, sosial budaya dan kesehatan. Sedangkan variabel

Tabel 4. Hubungan Faktor Kesehatan dengan Sikap Remaja Terhadap Hubungan Seksual Pranikah di Kota Samarinda

Kesehatan Sikap Total P Positif Negatif

n % n % n %

Baik 224 93,3 16 6,7 240

100 0,000 Kurang baik

37 25,5 108 74,5 145 100

Jumlah 261 67,8 124 32,2 385

100 Sumber: Data Primer 2012

Tabel 5. Pengaruh Faktor Lingkungan, Pendidikan, Sosial Budaya dan Kesehatan Terhadap Sikap Remaja Mengenai Hubungan Seksual Pranikahdi Kota Samarinda

Variabel Koefisien Wald P

Lingkungan -3,211 26,215 0,000

Pendidikan -3,076 38,181 0,000

Sosial budaya -2,780 19,790 0,000

Kesehatan -2,807 32,909 0,000

Konstanta 7,023 59,005 0,000

Sumber: Data Primer 2012