Upload
muhammad-afghan-fadillah
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/19/2019 F15ndr.pdf
1/37
SINTESIS NANOSILIKA DARI ABU KETEL INDUSTRIGULA MENGGUNAKAN METODE KO-PRESIPITASI
DENGAN TEMPLATE PATI
NOVI DIAN RURI ERLINDA
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
8/19/2019 F15ndr.pdf
2/37
8/19/2019 F15ndr.pdf
3/37
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sintesis Nanosilika dariAbu Ketel Industri Gula Menggunakan Metode Ko-presipitasi dengan Template Pati adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belumdiajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumberinformasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidakditerbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalamDaftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada InstitutPertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015
Novi Dian Ruri Erlinda NIM F34110007
8/19/2019 F15ndr.pdf
4/37
8/19/2019 F15ndr.pdf
5/37
ABSTRAK
NOVI DIAN RURI ERLINDA. Sintesis Nanosilika dari Abu Ketel Industri Gula
Mengguakan Metode Ko-presipitasi dengan Template Pati. Dibimbing oleh NASTITI SISWI INDRASTI dan ANDES ISMAYANA,
Abu ketel merupakan salah satu hasil samping industri gula yang belum banyak dimanfaatkan. Abu ketel memiliki kandungan silika yang dapatdimanfaatkan sebagai nanosilika. Tujuan penelitian ini adalah sintesis nanosilikadari abu ketel menggunakan metode ko-presipitasi dengan template pati,mengetahui pengaruh template tapioka dan maizena terhadap karakteristiknanosilika, dan memberikan informasi terkait aplikasi yang sesuai. Tahapan
penelitian terdiri dari empat tahap yaitu preparasi abu ketel, sintesis silika,sintesis nanosilika, dan karakterisasi nanosilika. Abu ketel mengandung 49,69%
silika dan setelah mengalami proses pengabuan pada suhu 7000
C mengandung78,75% silika. Nanosilika memiliki karakteristik multifase terdiri dari fasequarts, tridimit, dan kristobalit dengan fase dominan kristobalit. Kristalinitastertinggi nanosilika sebesar 82,070% pada perlakuan tanpa penambahantemplate dan terendah 49,063% pada penambahan maizena 33,33% (b/b).Kandungan amilosa pada pati memberikan kontribusi pada penurunankristalinitas nanosilika. Ukuran partikel nanosilika paling homogen diperolehdengan penambahan maizena yang ditunjukkan oleh PDI ( particle dispertionindex) dibawah 0,1. Pengamatan dengan SEM menunjukkan morfologi partikeladalah poligonal dan terlihat menyebar. Secara umum penggunaan template patimampu menggeser distribusi ukuran partikel semakin kecil, kristalinitas
semakin kecil, dan ukuran kristal yang semakin kecil. Karakter nanosilika yangdihasilkan dengan penggunaan template pati sesuai untuk aplikasi sebagai silika-
polimer nanokomposit dan bahan pengisi untuk penguat keramik.
Kata kunci: abu ketel, ko-presipitasi, nanosilika, pati
ABSTRACT
NOVI DIAN RURI ERLINDA. Synthesis Nanosilica from Boiler Ash of SugarIndustry using Co-precipitation Method with Starch as a Template. Supervised
by NASTITI SISWI INDRASTI and ANDES ISMAYANA.
Boiler ash is by product of the sugar industry which is not yet widely used.Boiler ash is highly silica content that can be utilized as nanosilica. The purposeof this study to synthesis nanosilica using boiler ash with the addition of tapiocaand corn starch as a template. This research aims to know the effect of tapiocaand cornstarch on characteristic of nanosilica, and also give information aboutthe aplication of nanosilica with starch template. The researchs consist of four
part that is preparation of material, synthesis of silica, synthesis of nanosilica,
and characterization of nanosilica. 49,69% bagasse ash is composed of silica and
8/19/2019 F15ndr.pdf
6/37
after the furnace at a temperature of 7000 C the furnace ash containing 78,75%silica. Characteristics of nanosilika was multiphase consist of quartz, tridimit,and krisrobalit phase with cristobalite as the predominant phase.The most highcrystallinity of nanosilika was 82,070% at treatment without addition of the
template and the smallest crystallinity was 49,063% on addition corn starch at33,33%. Starch contain of amylose that have contributed on decreasingcristalinity of nanosilica. Particle size of nanosilika was more homegen with theaddition of cor n starch when PDI’s number was above 0,1. Observation by SEMshowed that the particle has polygonal form and looks spreads. Commonly, theeffect of starch as a template was decreased the particle size, distrubution of
particle, cristalinity, and cristal size. Characteristic of nanosilika that produced by starch’s template can aplicate as a silica-polymer nanocomposit and as a fillerfor ceramic’s material.
Keywords: boiler ash, co-presipitation, nanosilica, starch
8/19/2019 F15ndr.pdf
7/37
Skripsisebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
padaDepartemen Teknologi Industri Pertanian
SINTESIS NANOSILIKA DARI ABU KETEL INDUSTRIGULA MENGGUNAKAN METODE KO-PRESIPITASI
DENGAN TEMPLATE PATI
NOVI DIAN RURI ERLINDA
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2015
8/19/2019 F15ndr.pdf
8/37
8/19/2019 F15ndr.pdf
9/37
8/19/2019 F15ndr.pdf
10/37
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa t a’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yangdipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah
pengolahan limbah padat industri gula, dengan judul Sintesis Nanosilika dariAbu Ketel Industri Gula Menggunakan Metode Ko-presipitasi dengan Template Pati.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti danDr Ir Andes Ismayana MT selaku pembimbing, serta Dr Ir Titi Candra SunartiM Si dan Wahyu Kamal Setiawan S Tp M Si yang telah banyak memberi saran.Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada segenap stafLaboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian, LaboratoriumBiomaterial Membran Departemen Fisika, rekan satu pembimbingan, serta
teman-teman TIN 48, yang telah membantu selama pengumpulan data.Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruhkeluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2015
Novi Dian Ruri Erlinda
8/19/2019 F15ndr.pdf
11/37
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viDAFTAR GAMBAR viPENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 3
METODE 3
Bahan 3
Alat 3
Prosedur Penelitian 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Kandungan Senyawa Silika pada Abu Ketel dan Abu Furnace 7
Karakteristik Nanosilika 9
Pola Difraksi Sinar X 9
Derajat Kritalinitas Nanosilika 11
Ukuran Kristal Nanosilika 13
Distribusi Ukuran Partikel Nanosilika 14
Gugus Fungsi Nanosilika 16
Morfologi Nanosilika 18
Perbandingan Nanosilika dengan Template dan Nanosilika Tanpa Template 19
Aplikasi Nanosilika yang Sesuai 20
SIMPULAN DAN SARAN 21
Simpulan 21
Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 22
RIWAYAT HIDUP 25
8/19/2019 F15ndr.pdf
12/37
DAFTAR TABEL
1. Kandungan senyawa abu ketel dan abu furnace PG Gunung Madu Plantation 8
2.
PDI ( Particle Dispertion Index) dan rata-rata ukuran partikel nanosilika 15
3. Perbandingan karakteristik nanosilika dengan dan tanpa template 20
DAFTAR GAMBAR
1. Prosedur preparasi abu ketel 4 2. Prosedur ekstraksi silika 5 3. Prosedur sintesis nanosilika dengan penambahan template pati 6 4.
Hasil analisa fase nanosilika dengan template tapioka 9
5. Hasil analisa fase nanosilika dengan template maizena 11 6. Pengaruh jenis dan bobot template terhadap kristalinitas nanosilika 12 7. Pengaruh jenis dan bobot template terhadap ukuran kristal nanosilika 13 8. Peran ganda pati dalam produksi nanopartikel (visinescu et al. 2010) 14 9. Distribusi ukuran partikel nanosilika menggunakan template (a) pati (b)
(b) maizena 16 10. Spektra FTIR nanosilika menggunakan template (a) tapioka (b) maizena 17 11. Morfologi nanosilika dengan perbesaran (a) 100x (b) 500x (c) 10 000x 18
8/19/2019 F15ndr.pdf
13/37
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan teknologi di era globalisasi sangat pesat, termasukdiantaranya adalah teknologi nano. Nanosilika sebagai salah satu contoh
produk teknologi nano yang banyak diaplikasikan di industri ban, karet, bangunan, cat, kosmetik, elektronik, dan keramik ( Izzati at al 2013 ).Senyawa silika di alam ditemukan dalam beberapa bahan alam seperti pasir,kuarsa, bebatuan dan sebagainya (Sulastri dan Kristianingrum 2010).Senyawa silika juga dapat ditemukan pada limbah biomassa seperti abusekam padi dan abu ketel. Indonesia merupakan negara penghasil gula tebu
dengan tingkat produksi mencapai 2.554,70 ton pada tahun 2013 ( BPS2014a ). Tingginya produksi gula tebu akan diikuti oleh tingginya
pembentukan limbah, salah satunya berupa abu ketel.Abu ketel merupakan hasil dari proses pembakaran ampas tebu. Industri
gula menghasilkan abu ketel kira-kira 1,5-2% dari total berat tebu yangdigiling (Ismayana 2014). Abu ketel terbentuk melalui proses pembakaranampas tebu pada suhu 550°-600°C selama 4-8 jam. Saat ini, pemanfaatanlimbah abu ketel masih terbatas pada tambahan pupuk organik, penutup jalanrusak, dan urugan tanah longsor (Ismayana 2014). Sisa pembakaran ampastebu memiliki kandungan mineral yang tinggi dan didominasi oleh silika yaitusebanyak 55,5% dan sisanya merupakan oksida logam K, Mg, Na, Fe, dan Al(Hanafi dan Nandang 2010).
Saat ini telah banyak penelitian yang berhasil mensintesis nanosilikadengan bahan dasar limbah agroindustri, diantaranya berasal dari limbah abuketel industri gula. Harihan dan Sivakumar (2013) berhasil mensintesisnanosilika dari abu ketel menggunakan metode sol-gel dan menghasilkannanosilika yang memiliki struktur amorf dan berukuran 90 nm. Secara garis
besar, sintesis nanopartikel dapat dilakukan dengan metode top down (fisika)dan bottom up (kimia) (Fernandez 2011).
Sintesis nanosilika yang sering dilakukan adalah menggunakan metode presipitasi kimia karena efisien dalam penggunaan energi dan waktu, namun
penggunaan metode presipitasi belum mampu menghasilkan nanosilikadengan ukuran yang homogen (Ismayana 2014). Untuk mengatasi permasalahan ini, beberapa penelitian memodifikasi proses melalui penambahan template dan biasa disebut metode ko-presipitasi. Penggunaantemplate bertujuan untuk melapisi nanopartikel sehingga mampu mencegahterjadinya penggumpalan (aglomerasi) secara spontan (Daniel-da-Silva 2007).Persenyawaan silika tersusun atas gugus silanol bebas (-Si-OH) yangmemiliki kecenderungan untuk bereaksi sesamanya dan menghasilkansiloksan (Si-O-Si). Penggunaan template dimaksudkan untuk mencegahkemungkinan terbentuknya gugus siloksan dengan cara mereaksikan silanol
bebas dengan template.
8/19/2019 F15ndr.pdf
14/37
2
Polisakarida merupakan salah satu jenis bahan yang dapat digunakansebagai template pada sintesis nanopartikel. Ramimogadham et al. (2013)
berhasil mensintesis nanopartikel ZnO menggunakan template beras dan mampu menggeser distribusi ukuran partikel menjadi lebih kecil.
Polisakarida lain yang juga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai template adalah pati. Pati memiliki dua konstituen berbeda yaitu amilosa danamilopektin. Amilosa tersusun atas rantai linear di mana monomer glukosa
bergabung melalui ikatan α-1,4 glikosidik dan amilopektin tersusun atasrantai bercabang dimana unit glukosa dihubungkan oleh α-1,4 dan 1,6-αikatan glikosidik. Konstituen amilosa dan amilopektin ini berkontribusi padakarakteristik ukuran nanopartikel ( Visinescu 2010 ). Salah satu jenis patiyang banyak ditemui di Indonesia adalah pati ubu kayu ( tapioka ) dan pati
jagung (maizena). Hasil penelitian yang telah dilakukan Zaini at al (2011)mengenai produksi nanowire adalah penambahan tapioka menghasilkannanowire dengan ukuran homogen. Pemilihan tapioka dan maizena sebagai
template dikarena memiliki perbedaan karakteristik cukup besar terkaitviskositas, ukuran granula, serta konsentrasi amilosa, amilopektin, dankomponen minor.
Perumusan Masalah
Nanosilika sebagai bahan oksida alam memiliki banyak potensi pemanfaatan, namun masih terkendala dengan ukuran yang tidak homogen.Oleh sebab itu diupayakan untuk memperoleh nanosilika dengan ukuran yanghomogen melalui penambahan template pati. Konsentrasi template patimampu memberikan pengaruh terhadap karakteristik nanosilika.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan sintesis nanosilika dari abu
ketel industri gula melalui metode ko-presipitasi. Mengetahui pengaruh dari penambahan template tapioka dan maizena terhadap karakteristik nanosilikayang dihasilkan. Serta menentukan aplikasi yang cocok dari nanosilika yangdihasilkan.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini yaitu memberikan informasi mengenai proses
penambahan template berbasis pati pada produksi nanosilika dari abu ketel
8/19/2019 F15ndr.pdf
15/37
3
industri gula dalam upaya memperbaiki karakteristik nanosilika yangdihasilkan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini meliputi sintesis partikel nanosilika dari abu ketel industrigula dengan metode ko-presipitasi template pati dengan skala laboratorium.Karakterisasi nanosilika meliputi ukuran partikel, polidispersitas, kristalinitas,dan ukuran kristal, serta gugus fungsi nanosilika.
METODE
Bahan
Bahan yang digunakan adalah abu ketel yang diperoleh dari PabrikGula Gunung Madu Plantation (GMP), natrium hidroksida (Merck/Teknis),kertas saring, asam sulfat (Merck/PA), amonium hidroksida (Merck/PA),asam klorida (Merck/PA), kertas saring Whatmaan 42, kertas pH, aquades,tapioka dan maizena.
Alat
Peralatan yang digunakan meliputi tanur ( furnace), peralatan refluks,magnetic stirrer , magnet, pengering oven, pH meter, penyaring vakum,kompor listrik. Peralatan analisis terdiri dari PSA ( Particle Size Anayzer ) Vasco , XRF ( X-Ray Fluorescence) ARL OPTX-2050, XRD ( X-Ray
Diffractometer ) GBC Emma, FTIR ( Fourier Transform Infrared ) Tensor 37( Bruker Optics), SEM (Scanning Elecron Microscopy) ZEISS Type EVO MA10.
Prosedur Penelitian
Preparasi Abu Ketel
Abu ketel disortasi untuk menghilangkan bahan bukan abu seperti
serabut kayu dan kerikil, kemudian abu disaring menggunakan saringan kasar
8/19/2019 F15ndr.pdf
16/37
4
untuk menyeragamkan ukuran. Abu yang telah disaring kemudian diabukan pada suhu 700 ˚C selama 6 jam menggunakan tanur (Thuadaij dan Nuntiya2008). Proses preparasi abu ketel dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Prosedur preparasi abu ketel
Pengujian Abu Ketel dan Abu Furnace
Kandungan persenyawaan dan unsur dari abu ketel dan abu furnacedianalisis menggunakan XRF ( X-Ray Fluorescence) ARL OPTX-2050 yangdioperasikan dengan arus 10 mA dan tegangan 50 kV. Sebanyak 5 g sampelakan dipindai dan dikalibrasikan sesuai energi dan intensitasnya. Analisis
unsur dari Na hingga U menggunakan detektor Si (Li) (Sintilation).
Ekstraksi Silika
Sebanyak 10 g abu furnace diekstrak menggunakan NaOH 2,5 N 80 mlselama 3 jam dengan suhu 80-100 oC kemudian didinginkan. Pemisahanfiltrat (silika) dengan ampas dilakukan melalui penyaringan. Selama proses
penyaringan ampas dicuci menggunakan air panas untuk mengoptimalkanfiltrat yang diperoleh. Kemudian dengan menggunakan magnetic stirrer secara kontinyu ditambahkan dengan H2SO4 5 N hingga pH menjadi 2 dandilanjutkan penambahkan NH4OH 2,5 N hingga pH menjadi 8,5. Setelah
Mulai
Abu Ketel
Sortasi danPenyaringan
Pengabuan
Abu Furnace
Selesai
Abu Ketel Seragam
Bahan Bukan Abu
8/19/2019 F15ndr.pdf
17/37
5
diperoleh bentuk sol, kemudian dibiarkan dalam suhu ruang selama 3,5 jamdan dikeringkan pada suhu 105 ˚C selama 12 jam (Thuadaij dan Nuntiya2008; Ismayana 2014; Setiawan 2015). Proses sintesis silika dari abu furnacedapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Prosedur ekstraksi silika
Sintesis Nanosilika
Silika yang telah diperoleh atau diekstrak dari abu furnace dilakukanrefluks dengan HCl 3 N selama 6 jam. Setelah itu dilakukan penyaringan
dengan pompa vakum untuk memisahkan filtrat dan padatannya. Padatanyang diperoleh dicuci dengan akuades hingga netral kemudian dikeringkan.Setelah kering, padatan dilarutkan dalam NaOH 2,5 N menggunakanmagnetic stirrer selama 8 jam dan 1 jam setelah stirer ditambahkan template
berupa tapioka dan maizena dengan perbandingan template:silika 1:2, 1:4,1:6 atau setara dengan 33,33; 20,00; 14,29 (%b/b). Setelah itu dilakukan
proses presipitasi dengan ditambahkan H2SO4 5N hingga pH menjadi 8.Bahan kemudian dicuci dengan akuades hangat. Setelah itu, dibiarkan padasuhu 60 oC selama 3 jam, kemudian dikeringkan menggunakan oven padasuhu 105 ˚C. Selanjutnya diabukan dengan tanur 700°C selama 4 jam(Thuadaij dan Nuntiya 2008; Ismayana 2014; Setiawan 2015). Proses sintesa
nanosilika dapat dilihat pada Gambar 3.
Mulai
10 g Abu Furnace
Ekstraksi
Penyaringan
NaOH 2,5 N
Presi itasi NH4OH 2 5 N H2SO4 5 N
Air Panas
Aging
Pengeringan
Silika
Selesai
Filtrat
Residu
8/19/2019 F15ndr.pdf
18/37
6
Gambar 3 Prosedur sintesis nanosilika dengan penambahan template pati
Karakterisasi Nanosilika
Pengujian terhadap ukuran dan distribusi ukuran partikel nanosilikadilakukan menggunakan Vasco Particle Size Analyzer . Sebanyak 0,02 g
bubuk nanosilika didispersikan dalam akuades dan diputar dengan magnetic stirrer selama 15 menit. Pemindaian partikel nanosilika dilakukan denganPSA selama 2-5 menit.
Analisis XRD ( X-Ray Diffraction) dilakukan untuk mengetahui poladifraksi, ukuran kristal, fase kristal, dan derajat kristalinitas. XRD ( X-Ray
Diffraction) GBC Emma dioperasikan pada 35 kV dan 25 mA. Radiasimenggunakan Cu-Kα dengan panjang gelombang (λ) 1,54056 Å.Difraktogram dipindai mulai 10˚ sampai 80˚ (2θ) dengan laju pemindaian 3˚
per menit. Pengujian gugus fungsi nanosilika dilakukan menggunakan FTIR
Reflux
Penyaringan
H2SO4 5N
Mulai
Silika Murni
HCl 3N
AquadesFiltrat
NaOH 2,5NPelarutan
Pencampurandan
PengadukanTapioka/Maizena
33,33; 20,00;14,29 %b/b
Presipitasi
Akuades Pencucian
Kalsinasi
Selesai
Nanosilika
Pengeringan
Aging
Residu
8/19/2019 F15ndr.pdf
19/37
7
( Fourier Transform Infrared). Sebanyak 2 mg sampel ditambahkan 200 mgKBr untuk dibentuk menjadi pellet dan dianalisis menggunakan FTIR Tensor37 ( Bruker Optics). Pengujian morfologi partikel dan unsur penyusun bahandilakukan menggunakan SEM ZEISS Type EVO MA 10. Sedikit sampel
diambil dan diletakkan pada plat logam dan dilakukan pemompaan, untukselanjutnya dilapisi emas dan dipindai dengan perbesaran mulai 100 kalihingga 10 000 kali.
Analisis dan Pengolahan Data
Analisis dan pengolahan data yang diperoleh dilakukan menggunakanmetode deskriptif terhadap hasil uji PSA, FTIR, dan XRD. Perhitunganderajat kristalinitas menggunakan software PowderX dan ukuran kristalmenggunakan persamaan Scherrer.
=
Dimana k merupakan konstanta Scherrer (0,9), λ adalah panjanggelombang Cu-Kα (0,154056 nm), β merupakan Full Width at Half Maximum (FWHM) dan θ adalah sudut fase. Fase kristal diidentifikasi dan dihitungkemurniannya dengan kartu PDF ( Powder Diffraction File) menggunakan
software Match! 2. PDF [96-900-0076] merupakan kartu PDF dari fase quartz.PDF [96-900-0521] merupakan kartu PDF dari fase tridimit dan PDF [96-900-1579] merupakan kartu PDF dari fase kristobalit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Senyawa Silika pada Abu Ketel dan Abu Furnace
Abu ketel merupakan hasil perubahan kimiawi akibat pembakaranampas tebu murni. Ampas tebu dapat digunakan sebagai bahan bakar keteldan dapat memanaskan hingga mencapai suhu 5500 – 6000 C selama 4-8 jam(Hernawati dan Indarto 2010). Pada proses pembakaran ampas tebu semua
bahan organik diubah menjadi gas CO2 dan H2O serta meninggalkan abusebagai residu. Abu sisa pembakaran ampas tebu tinggi kandungan silikaamorf yaitu sebanyak 55,5% dan sisanya merupakan oksida logam K, Ca, Ti,V, Mn, Fe, Cu, Zn dan P (Hanafi dan Nandang 2010). Banyak potensi
pemanfaatan silika diantaranya sebagai bahan utama industri gelas dan kaca, bahan baku pembuatan sel surya, produksi pigmen, dan katalis (Munasir et al. 2012).
8/19/2019 F15ndr.pdf
20/37
8
Abu ketel diperoleh dari Pabrik Gula Gunung Madu Plantation (GMP).Pabrik GMP menghasilkan ampas tebu sebesar 30 – 34% dari total tebu yangdigiling dan sebagian besar dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan pakanternak, serta sebanyak 27% bagasse digunakan sebagai bahan bakar ketel
(boiler). Pembakaran abu ketel di pabrik ini menghasilkan 1,5 – 2% abu keteldari total tebu yang digiling. Abu ketel yang dihasilkan ini belumdimanfaatkan secara optimal dan hanya digunakan sebagai bahan tambahan
pupuk organik. Hasil uji terhadap abu ketel dan abu furnace pabrik GMPmenggunakan XRF disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan senyawa abu ketel dan abu furnace PG Gunung MaduPlantation
No Senyawa Abu Ketel (%) Abu Furnace (%)
1 SiO2 49,69 78,75
2 Al2O3 11,24 10,363 K 2O 8,76 1,804 P2O5 8,14 05 Na2O 7,00 0,2066 CaO 4,95 0,8867 MgO 3,59 1,068 Fe2O3 3,23 5,379 SO3 1,63 0
10 TiO2 0,790 0,622
Kandungan senyawa tertinggi pada abu ketel pabrik GMP hasil uji XRF
adalah silika (SiO2) yaitu sebesar 49,69%. Nilai ini tidak berbeda jauh denganhasil penelitian Hanafi dan Nandang (2010), dimana kandungan silika abuketel mencapai 55,5%. Tingginya silika pada abu ketel ini dapat ditingkatkannilai tambahnya melalui pemanfaatan untuk produksi nanosilika.
Upaya peningkatan kemurnian silika pada abu ketel ini dilakukanmelalui pembakaran menggunakan tanur pada suhu ±700°C selama 6 jam.Melalui pembakaran suhu tinggi maka komponen organik pada abu ketel akanhilang sehingga hanya akan tersisa komponen mineral. Beberapa komponenanorganik dengan titik lebur kurang dari 7000C akan mengalami penurunan
jumlah atau bahkan hilang. Karakteristik abu ketel berubah setelah dilakukan pembakaran. Secara visual abu ketel pabrik GMP adalah berwarna hitam
dengan tekstur kasar dan setelah mengalami proses pengabuan warna abu berubah menjadi coklat keputihan dengan tekstur halus. Hal ini menandakantelah hilangnya unsur karbon pada bahan.
Hasil karakterisasi abu furnace menunjukkan terjadi peningkatankandungan silika sebesar 29,06 %. Hal ini mengindikasi penurunan danhilangnya komponen lain yang menyebabkan kadar silika meningkat.Senyawa Fe2O3 dan SiO2 memiliki titik lebur tinggi yaitu pada suhu 1535 ˚Cdan 1414 ˚C sehingga tidak mengalami penurunan jumlah akibat pengabuansuhu 700 ˚C (Bauccio 1993). Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwasenyawa Al2O3, K 2O, MgO, CaO, dan TiO2 mengalami penurunan persentase.Sedangkan senyawa P2O5, SO3 dan Na2O tidak terdeteksi pada abu furnace.Hal ini disebabkan P2O5, SO3 dan Na2O memiliki titik lebur rendah yaitu pada
8/19/2019 F15ndr.pdf
21/37
9
44.19 ˚C, 115,2 ˚C, 97,8 ˚C secara berturut-turut (Bauccio 1993). SenyawaAl2O3, K 2O, CaO, dan MgO memiliki titik lebur pada 660,45 ˚C, 350 ˚C , 840˚C, dan 649 ˚C secara berturut-turut (Bauccio 1993).
Karakteristik Nanosilika
Pola Difraksi Sinar X
Analisa menggunakan XRD menghasilkan pola difraksi lengkapdengan intensitas pada 2θ. Besar intensitas pada 2θ digunakan untukmenentukan pola difraksi dan fase kristal. Setiap senyawa memilikikemunculan di 2θ yang khas akibat spesifitas bidang pantul pada setiap fase
berbeda. Silika dengan sifat kristalin memiliki banyak fase dengan fasedominan quartz, kristobalit, dan tridimit. Di alam silika terdapat dalam fase
amorf terhidrat yang dapat menyusun atom atomnya menjadi silika kristalin.Pola difraksi nanosilika dengan penambahan template tapioka 33,33%
menunjukkan intensitas tertinggi pada 2θ 22,0110. Intensitas tertinggi padatemplate tapioka 20,00% berada pada 2θ 22,0580. Perlakuan penambahantemplate tapioka 14,29% menghasilkan intensitas tertinggi pada 2θ 21,9660.Berdasarkan uraian ini terlihat bahwa perlakuan konsentrasi template tapiokamemberikan trend yang sama terhadap 2θ tertinggi yaitu berada pada kisaran22,000. Hasil analisa fase nanosilika dengan template tapioka lebih jelasnyadapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Hasil analisa fase nanosilika dengan template tapioka
8/19/2019 F15ndr.pdf
22/37
10
Nilai 2θ tertinggi dari ketiga jenis perbandingan template dan silikamenunjukkan fase kristobalit dengan kemurnian fase diatas 99%.. Fasekristobalit mendominasi multifase nanosilika dari semua perlakuankonsentrasi, hal ini juga ditunjukkan oleh peak tertinggi pada 2θ 22,000 yang
pada kartu PDF menunjukkan fase kristabolit. Dominasi fase kristobalitmenunjukkan bahwa nanosilika memiliki kestabilan termal yang baik secarakualitatif (Sembiring dan Karo-Karo 2007). Fase kristobalit tertinggidihasilkan pada perlakuan penambahan template tapioka 33,33% yangmenunjukkan kestabilan termal terbaik. Pola difraksi nanosilika pada tiaptaraf perlakuan konsentrasi template tapioka menghasilkan intensitastertinggi pada penambahan template 33,33%, intensitas di 2θ menurun seiringdengan penurunan jumlah penambahan template. Hal ini disebabkan
penambahan tapioka akan menyebabkan adanya modifikasi permukaan padananosilika, dimana gugus silanol akan berikatan dengan gugus hidroksil padaamilosa. Proses modifikasi ini menyebabkan adanya kontribusi amilosa
terhadap kristalinitas nanosilika dan menyebabkan intensitas yangditunjukkan semakin menurun seiring meningkatnya jumlah gugus silanolyang berikatan dengan gugus hidroksil dari pati.
Nanosilika hasil ko-presipitasi dengan penambahan template maizenamenunjukkan fase silika memiliki karakter multifase yang terdiri dari fasekristobalit, quartz, tridimit (Gambar 5). Perlakuan perbandingan template maizena 33,33% menghasilkan peak 2θ tertinggi terdapat pada 22,4750 dan
berdasarkan kecocokan dengan kartu PDF menunjukkan fase kristabolitmendominasi fase kristal dengan presentase 83,353 fase kristal silika.Penggunaan perbandingan template maizena 20,00% menghasilkan peak 2θ tertinggi terdapat pada 22,0770 dimana pada kartu PDF menunjukkan fasekristobalit. Fase kristal dominan pada perlakuan ini adalah fase kristobalitdengan prosentase 62,630% kristal silika. Sedangkan pada perlakuan
perbandingan template maizena 14,29% dihasilkan intensitas 2θ tertinggi pada 22,0090 yang menunjukkan fase kristobalit dengan presentase 79,877%kristal silika. Berdasarkan ketahan termal maka perlakuan perbandinganmaizena terbaik adalah 33,33% dan 14,29% dengan fase dominan kristobalittertinggi. Pola difraksi nanosilika pada tiap taraf perlakuan konsentrasitemplate maizena menghasilkan intensitas tertinggi pada penambahantemplate 14,29%, intensitas di 2θ meningkat seiring dengan penurunan
jumlah penambahan template.
Secara umum penambahan template tapioka dan maizena padananosilika mengasilkan pola difraksi dengan intensitas tertinggi pada 2θ 220 dengan fase dominan kristobalit. Intensitas pada 2θ nanosilika dengan
penambahan maizena lebih kecil dibandingkan nanosilika dengan penambahan tapioka pada taraf yang sama. Hal ini disebabkan kandunganamilosa pada maizena lebih tinggi dibandingkan tapioka. Tapioka terdiri dari17% amilosa (Syamsir et al. 2011), sedangkan maizena komersil terdiri dari27% amilosa (Alam dan Nurhaeni 2008). Kandungan amilosa pada pati
berperan pada sifat amorf dan menyebabkan penurunan kristalinitas partikel.Tingginya intensitas pada 2θ ini secara visual menunjukkan tingginya derajatkristalinitas nanosilika yang dihasilkan.
8/19/2019 F15ndr.pdf
23/37
11
Gambar 5 Hasil analisa fase nanosilika dengan template maizena
Derajat Kritalinitas Nanosilika
Derajat kristalinitas menunjukkan presentase fase kristalin didalamsuatu bahan. Derajat kristalinitas dihitung menggunakan software PowderXuntuk mengetahui data ketinggian dan FWHM ( Full Width at Half Maximum)
pada peak masing-masing 2θ. Kedua data ini digunakan untuk menghitungluas keseluruhan fase dan luas fase kristalin sehingga presentase fase kristalindapat diperoleh. Pati memiliki dua konstituen berbeda yaitu amilosa danamilopektin. Granula pati akan mengembang dalam air serta struktursemikristalin pati akan berubah menjadi amilosa yang lebih kecil. Gugus – OH pada amilosa dapat berikatan dengan gugus – OH pada siloksan (Si-OH).Perhitungan derajat kristalinitas nanosilika yang dihasilkan tersedia pada.
Metode ko-presipitasi template tapioka menunjukkan bahwa semakinrendah konsentrasi tapioka maka kristalinitas nanosilika semakin menurun(Gambar 6). Kristalinitas tertinggi pada perlakuan ini senilai 71,069% danterendah 66,966%. Amilosa berperan pada sifat amorf pati, sedangkanamilopektin berperan pada sifat kristalin pati (Syamsir et al. 2012). Tapiokamemiliki ukuran granula yang lebih besar bila dibandingkan maizena dan
menjadikan tapioka memiliki swelling power dan viskositas yang juga lebih
8/19/2019 F15ndr.pdf
24/37
12
besar. Viskositas tapioka yang tinggi yaitu 1200 BU menyebabkan penambahan tapioka dalam jumlah banyak akan mengurangi reaktivitasH2SO4 terhadap natrium silikat. H2SO4 pada larutan akan mengurangiviskositas larutan dengan cara memotong rantai amilosa secara acak atau
menyebabkan hidrolisi pati menjadi monomer yang lebih kecil, sehinggaamilosa tidak banyak yang berikatan dengan silanol. Namun seiring dengan penurunan jumlah penambahan tapioka maka viskositas larutan juga semakinrendah dan pengaruhnya terhadap H2SO4 menurun. Hal ini ditunjukkan pada
penambahan tapioka 14,29% memberikan pengaruh yang besar terhadapkristalinitas nanosilika, dimana gugus amilosa diindikasi berikatan dengangugus silanol yang menyebabkan kristalinitas paling rendah.
Gambar 6 Pengaruh jenis dan bobot template terhadap kristalinitas nanosilika
Hal berbeda dihasilkan pada perlakuan penambahan maizena, dimana penambahan 14,29% menghasilkan derajat kristalinitas nanosilika yangterbesar yaitu 68,772%. Penambahan maizena dalam jumlah lebih besar akanmengakibatkan amilosa yang berikatan dengan silanol semakin banyak.
Amilosa yang berperan pada fase amorf akan banyak mempengaruhikristalinitas silika sehingga pada konsentrasi penambahan maizena yangrendah menghasilkan derajat kristalinitas nanosilika yang besar. Tapiokaterdiri dari 17% amilosa (Syamsir et al. 2011), sedangkan maizena komersilterdiri dari 27% amilosa (Alam dan Nurhaeni 2008). Secara umum
penggunaan template maizena menghasilkan kristalinitas lebih rendahdibandingkan penggunaan template tapioka pada konsentrasi yang sama. Halini telah sesuai dengan Atichokudomchai et al. (2010) serta Cheetham danTao et al. (2010) yang menyebutkan bahwa peningkatan kadar amilosamengakibatkan penurunan kristalinitas.
66,966
71,272 71,609
68,772
62,049
49,063
0
10
20
30
40
50
60
70
80
14,29 20,00 33,33
D e r a j a t K r i s t a l i n i t a s ( % )
Bobot Template % (b/b)
KristalinitasTemplateTapioka
KristalinitasTemplateMaizena
8/19/2019 F15ndr.pdf
25/37
13
Ukuran Kristal Nanosilika
Ukuran kristal diperoleh dengan menghitung rata-rata ukuran kristal pada intensitas tinggi. Ukuran kristal dihitung menggunakan persamaan
Scherrer (Nawawi et al. 2013). Ukuran kristal nanosilika yang dihasilkan pada masing-masing perlakuan konsentrasi template dapat dilihat padaGambar 7.
Gambar 7 Pengaruh jenis dan bobot template terhadap ukuran kristalnanosilika
Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa penggunaan template tapioka menunjukkan penambahan template tapioka menghasilkan ukurankristal rata-rata nanosilika yang semakin besar seiring dengan bertambanyakonsentrasi template. Sedangkan pada penambahan template maizena, ukurankristal nanosilika semakin kecil seiring bertambahnya konsentrasi template.Hidrolisis asam yang dilakukan akan memutus struktur ikatan kimia pada
kristal silika yang mengakibatkan strukturnya menjadi lebih kecil (Ismayana2014). Pembentukan kristal silika terjadi pada saat penambahan H2SO4.Menurut Happy et al. (2007), proses pertumbuhan kristal dimulai dari
pembentukan nuklei (inti kristal) dan diikuti penambahan molekul inti kristallainnya untuk membentuk partikel kecil (partikel primer). Setelah terbentuk
partikel primer, maka partikel primer ini dapat beraggregasi dengan partikel primer lainnya membentuk partikel sekunder yang lebih besar. Berdasarkandata yang dihasilkan, ukuran rata-rata kristal nanosilika terkecil diperoleh
pada penambahan template dimana gugus amilosa berikatan dengan gugussilanol terbanyak.
14,29 20,00 33,33
35,260
36,098
38,38737,852
37,346
35,951
U k u r a n K r i s t a l
( n m )
Bobot Template %(b/b)
Template Tapioka Template Maizena
8/19/2019 F15ndr.pdf
26/37
14
Distribusi Ukuran Partikel Nanosilika
Matriks karbon berbentuk heliks pada amilosa memiliki peran dalammemberikan bentuk morfologi serta keseragaman ukuran nanopartikel
(Ramimogadham et al. 2013). Sedangkan amilopektin dan amilosa berperan penting pada agregasi partikel. Hal ini terkait dengan adanya gugus hidroksil pada keduanya. Gugus hidroksil memiliki kemampuan untuk berasosiasi kedalam intra ataupun intermolekul sehingga dapat menyelaraskan transisi ionSi2+ dan menjaga adanya agregasi yang tinggi antar partikel silika.Mekanisme peran pati dalam studi ukuran nanopartikel dapat dilihat padaGambar 8.
Gambar 8 Peran ganda pati dalam produksi nanopartikel (Visinescu et al.2010)
Distribusi ukuran partikel terkait dengan indeks polidispersitas, yaituhasil perhitungan massa rata-rata molekul dibagi dengan jumlah rata-rata
massa molekul. Indeks polidispersitas semakin mendekati titik nol makadistribusinya semakin baik (Haryono et al. 2012). Nilai indeks polidispersitasyang lebih kecil dari 0,3 menunjukkan bahwa sampel memiliki distribusi baik(mono dispers) dan ukuran nanopartikel yang seragam (Dewandari et al.2013). Secara umum, perlakuan penambahan konsentrasi template tapiokadan maizena menghasilkan nanopartikel dengan distribusi ukuran yang baikdengan PDI kurang dari 0,3 (Tabel 2). Penambahan tapioka dengankonsentrasi 14,29% merupakan perlakuan yang memberikan hasilnanopartikel silika yang heterogen dan ditunjukkan oleh nilai PDI lebih dari0,3. Hal ini menunjukkan terjadinya aglomerasi antar partikel silika yangmenyebabkan rentang ukuran partikel melebar.
8/19/2019 F15ndr.pdf
27/37
15
Tabel 2 PDI ( particle dispertion index) dan rata-rata ukuran partikelnanosilika
Bobot Template(%b/b) PDI ( Particle Dispertion Index) Z average (nm)
Tapioka 33,33% 0,148 447,02
Tapioka 20,00% 0,294 353,47
Tapioka 14,29% 0,416 356,14
Maizena 33,33% 0,068 348,22
Maizena 20,00% 0,023 524,54
Maizena 14,29% 0,033 655,22
Penggunaan template maizena pada semua taraf konsentrasi mampumenggeser ukuran partikel lebih homogen bila dibandingkan penambahantapioka, dimana nilai PDI yang dihasilkan kurang dari 0,1. Maizena memilikikandungan amilosa lebih tinggi dibandingkan tapioka, sehingga padakonsentrasi yang sama jumlah amilosa yang berikatan dengan gugus silanol
pada penambahan maizena akan lebih banyak. Hal ini menyebabkan partikel
silika yang dihasilkan lebih seragam. Distribusi ukuran partikel nanosilikamenggunakan template dapat dilihat pada Gambar 9(a) untuk tapioka danGambar 9(b) untuk maizena. Rentang ukuran partikel silika dengan
penambahan template tapioka memiliki rentang paling lebar dari 68 nmhingga 2139 nm, sedangkan pada penambahan maizena rentang ukurannanosilika yang dihasilkan lebih sempit (Gambar 9b) yang menunjukkannanopartikel lebih homegen.
Penggunaan template tapioka memberikan hasil PDI dan rentangukuran partikel yang lebih besar dibandingkan pada penambahan template maizena disebabkan tapioka memiliki jumlah amilosa yang lebih sedikitsehingga pada konsentrasi yang sama gugus amilosa yang berikatan dengan
silanol lebih sedikit. Tapioka juga memiliki kandungan senyawa minor lebihkecil dibandingkan maizena, sehingga kompleks ikatan heliks-lipid padaamilosa lebih banyak dan menjadikan kelarutan tapioka lebih rendah. Hal inimengakibatkan kompleks amilosa-silanol pada penambahan tapioka lebih
banyak yang lepas pada saat dilakukan proses pencucian dan menyebabkanterjadinya aglomerasi partikel sehingga rentang ukuran partikel nanosilikadengan penambahan tapioka menjadi lebar. Sarungallo et al (2010)menyatakan nilai swelling power (16,38%) dan ukuran granula tapioka (3-40µm) lebih besar dibandingkan maizena yang memiliki swelling power (5,66%) dan ukuran granula (5-25 µm). Hal ini menyebabkan ukuran partikelnanosilika yang tersalut menjadi lebih beragam.
8/19/2019 F15ndr.pdf
28/37
16
(a)
(b)
Gambar 9 Distribusi ukuran partikel nanosilika menggunakan template (a) pati (b) maizena
Gugus Fungsi Nanosilika
Gugus fungsi pada nanosilika yang diperoleh melalui penambahantemplate pati digunakan untuk mengetahui keberhasilan template menyalutnanosilika. Sebelum dilakukan proses kalsinasi pada Gambar 10(a)memperlihatkan spektrum pada beberapa puncak yang khas untuk silikadengan penambahan template tapioka dan maizena (Gambar 10(b) ). SpektraFTIR yang dihasilkan pada penggunaan maizena dan tapioka sebelumkalsinasi sama, yang menunjukkan gugus fungsi penyusun pada nanosilika
untuk penambahan kedua jenis template adalah sama. Puncak utama yang
0,0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0 500 1000 1500 2000 2500
I n t e n s i t a s
Ukuran Partikel (nm)
Tapioka 33,33% Tapioka 20,00% Tapioka 14,29%
0,0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0 500 1000 1500 2000 2500
I n t e n s i t a s
Ukuran Partikel (nm)
Maizena 33,3% Maizena 20,00% Maizena 14,29%
8/19/2019 F15ndr.pdf
29/37
17
mengindikasi sebagai puncak khas silika berada pada peak 3438,67 cm-1 dan3436,67 cm-1 Puncak ini merupakan puncak untuk vibrasi ulur – OH (gugushidroksil), yang pada silika menunjukkan gugus silanol Si-OH dan gabungandari serapan – OH air (Lin et al. 2001). Gugus fungsi silika juga ditemukan
pada panjang gelombang 467,86 cm-1
dan 468,81 cm-1
yang menunjukkanvibrasi tekuk gugus siloksan Si-O-Si. Gugus fungsi siloksan ini diperkuatdengan adanya serapan pada panjang gelombang 800,83 cm-1 dan 798,04cm-1 yang merupakan vibrasi ulur simetri Si-O dari Si-O-Si, serta panjanggelombang 1101,65 cm-1 dan 1102,98 cm-1 yang merupakan vibrasi ulurasimetri Si-O dari Si-O-Si (Silverstein et al. 1991). Peak yang mengindikasiadanya komponen organik (gugus C-H) terdapat pada bilangan gelombang2950-2850 cm-1 (Van Hai Le 2013). Adanya peak pada bilangan gelombang2928,85 cm-1 dan 2929,79 cm-1 membuktikan komponen organik dalam halini pati tersalut dalam nanosilika yang dihasilkan.
(a)
(b)
Gambar 10 Spektra FTIR nanosilika menggunakan template (a) tapioka
(b) maizena
Sebelum KalsinasiSesudah Kalsinasi
Sebelum KalsinasiSesudah Kalsinasi
Wavenumber cm-1
T r a n s mi t a n c e
T r a n s m
i t a n c e
Wavenumber cm-1
8/19/2019 F15ndr.pdf
30/37
18
Proses kalsinasi yang dilakukan pada nanosilika menyebabkan perubahan gugus fungsi yang ditunjukkan oleh perbedaan spektra hasil FTIR .Gugus C-H tidak lagi ditemukan pada sampel sesudah kalsinasi, yangmengindikasi keberadaan template pati telah hilang. Selain itu pada bilangan
gelombang 1630 cm-1
yang menunjukkan vibrasi ulur – OH oleh air juga tidakditemukan pada penambahan tapioka, namun pada penambahan maizenamasih dihasilkan serapan pada bilangan gelombang 1631,59 cm-1 denganintensitas lebih kecil yang menunjukkan kandungan air pada nanosilika
berkurang. Pada perlakuan setelah kalsinasi gugus silanol dan siloksan tetapmuncul dengan bilangan gelombang 3430,09 cm-1 dan 3433,46 cm-1 untuksilanol, 1094,84 cm-1 dan 1104,75 cm-1 , 795,08 cm-1 dan 798,95 cm-1, 487,06cm-1 dan 469,85 cm-1 untuk siloksan. Terdapat perbedaan pada spektra FTIRsetelah kalsinasi untuk sampel dengan penambahan tapioka dan maizena.Penggunaan maizena menghasilkan serapan pada bilangan gelombang 2300cm-1 yang menunjukkan adanya gugus Si-H pada nanosilika. Penambahan
template maizena menyebabkan munculnya gugus silane pada nanosilikasetelah kalsinasi.
Morfologi Nanosilika
Penggunaan polisakarida sebagai template pada proses pembuatannanosilika mampu memodifikasi morfologi nanosilika yang dihasilkan.Bentuk nanosilika cenderung poligonal ( Ismayana, 2014) dan memilikirongga akibat hasil interaksi antara silika dan polisakarida yang digunakan(Gambar 11(c) ). Morfologi nanosilika diamati secara random dengan
perbesaran 100 kali, 500 kali, dan 10 000 kali. Perbesaran 100 kali digunakanuntuk mengetahui sebaran ukuran partikel. Terlihat pada Gambar 11(a)
partikel nanosilika memiliki distribusi yang baik atau tersebar merata. Sampelyang digunakan untuk pengujian SEM adalah nanosilika dengan templatemaizena 20%. Perbesaran 500 kali digunakan untuk mengamati morfologitunggal partikel, dan pada Gambar 11(b) terlihat bahwa nanosilika yangdihasilkan berbentuk poligonal. Sedangkan perbesaran 10 000 kali digunakanuntuk melihat bentuk permukaan partikel.
(a) (b) (c)
Gambar 11 Morfologi nanosilika dengan perbesaran (a) 100x (b) 500x(c) 10 000x
Berdasarkan pengamatan EDX ( Energy Dispersion X-ray spectroscopy) dan mapping terlihat bahwa partikel nanosilika tersusun atas
8/19/2019 F15ndr.pdf
31/37
19
kandungan unsur dominan yaitu Si dan O. Unsur Si sebanyak 49,65% (wt)dan unsur O sebanyak 35,54% (wt). Namun pada bahan juga terdeteksiadanya unsur C dan Na. Unsur C (karbon) berasal plat preparat sampel yangterbuat dari karbon. Sedangkan elemen Na berasal dari garam Na2SO4
(produk samping dari produksi silika) yang masih menempel pada partikelnanosilika.
Perbandingan Nanosilika dengan Template dan Nanosilika Tanpa
Template
Tahapan sintesis nanosilika menggunakan metode presipitasi pada pH8 dan waktu aging 3 jam sama dengan tahapan metode ko-presipitasi
menggunakan template. Analisa yang dilakukan untuk menentukankarakteristik dari nanosilika yang dihasilkan juga tidak berbeda. Nanosilikatanpa perlakuan penambahan template digunakan sebagai kontrol dan
pembanding keberhasilan penelitian ini. Nanosilika yang diperoleh tanpa penambahan template menghasilkan
derajat kristalinitas tinggi yaitu 82,070%. Nilai ini merupakan nilaikristalinitas tertinggi dari nanosilika yang dihasilkan selama penelitian.
Nanosilika dengan penambahan template memiliki kristalinitas lebih kecilkarena kontribusi amilosa yang menyebabkan penurunan kristalinitas(Atichokudomchai et al. 2010), dan (Cheetham dan Tao et al. 2010).Kristalinitas terendah dihasilkan oleh penambahan template maizena karenamemiliki kadar amilosa yang lebih tinggi bila dibandingkan tapioka.
Nanosilika yang dihasilkan tanpa penambahan template memiliki karaktermultifase yang terdiri dari fase quartz, tridimit, dan kristobalit, sama halnyadengan nanosilika dengan penambahan template. Presentase dominannanosilika tanpa penambahan template adalah fase kristobalit sebesar54,953%. Penambahan template tidak mempengaruhi fase dominannanosilika, hal ini dibuktikan oleh penambahan template maizena ataupuntapioka pada semua konsentrasi menghasilkan fase dominan kristobalitdengan presentase fase kristal dominan lebih tinggi. Proses kalsinasi padasuhu 700 0c menyebabkan perubahan fase kristal quartz menjadi tridimit dan
kristobalit. Ukuran kristal nanosilka pada perlakuan tanpa template sangat beragam yaitu pada rentang 36-61 nm dengan rata-rata ukuran kristal 42,128.Berbeda dengan nanosilika yang menggunakan template, pada masing-masing konsentrasi diperoleh ukuran kristal yang lebih seragam denganukuran lebih kecil dibandingkan nanosilika tanpa template. Hal inimembuktikan bahwa template dapat digunakan untuk memperbaiki karakterukuran nanosilika lebih homogen. Berdasarkan distribusi ukuran partikel,nanosilika dengan penambahan template mampu menggeser distribusi ukuran
partikel yang lebih kecil yang dibuktikan oleh nilai PDI yang lebih kecildengan rentang ukuran partikel yang lebih pendek. Perbandingankarakteristik nanosilika dengan dan tanpa template secara umum dapat dilihat
pada Tabel 3.
8/19/2019 F15ndr.pdf
32/37
20
Tabel 3 Perbandingan karakteristik nanosilika dengan dan tanpa template
Karakteristik Non Template Template
Tapioka 20,00% Maizena 33,33%
Fase Dominan Kristobalit Kristobalit Kristobalit
% Fase Dominan 54,953% 82,441% 83,353%
Derajat Kristalinitas 82,070% 71,272% 49,063%
Ukuran Kristal rata-rata (nm)
42,820 36,098 35,951
Rentang UkuranKristal (nm)
36,026 -61,126 34,388-44,494 33,968-39,335
Rentang ukuran partikel (nm)
33,89-2344,85 77,65-1778,75 154,92-776,45
PDI 0,315 0,294 0,068
Aplikasi Nanosilika yang Sesuai
Nanosilika hasil dari proses ko-presipitasi template pati secara umummenghasilkan karakteristik nanosilika yang memiliki polidispersitas kurangdari 0,3. Menurut Dewandari et al. (2013) partikel dengan polidispersitaskurang dari 0,3 merupakan partikel dengan karakter mono dispers atau
berukuran seragam. Karakteristik nanosilika ini cocok digunakan sebagai filler pada polimer nanokomposit yang dapat berguna dalam bidang otomotif,aerospace, dan aplikasi teknis lainnya. Matriks polimer yang dapatdigunakan adalah epoxy, polierethane, dan polipropilene. Karakteristiknanosilika dengan penambahan tapioka 14,29%, maizena 14,29%, danmaizena 20,00% cocok digunakan sebagai silika-nanokomposit dikarenakanmemiliki PDI dibawah 0,3 dan kristalinitas yang bersifat semi kristalin (45nm
8/19/2019 F15ndr.pdf
33/37
21
paling rendah, maka aplikasi yang sesuai adalah sebagai penguat keramik.Penggunaan nanosilika dengan kristalinitas rendah dan polidispersitas rendahmampu meningkatkan nilai kuat patah tinggi. Hal ini dikarenakan nanosilikaakan menempati pori dalam keramik yang ditempati oleh air sehingga
porositas menurun dan nilai kuat patah meningkat (Hanafi dan Nandang2010). Karakteristik nanosilika dengan penambahan tapioka 33,33% dan20,00% menghasilkan nanosilika dengan kristalinitas cukup tinggi yaitudiatas 71% dan fase dominan kristobalit. Selain itu, nanosilika yangdihasilkan juga memiliki PDI 0,294 dan 0,416. Berdasarkan karakteristik ini,maka aplikasi yang cocok yang dapat direkomendasikan adalah sebagai filler dalam pembuatan produk karet ban kendaraan. Melalui derajat kristalinitasyang tinggi dan ukuran skala nanometer akan berdampak pada meningkatnyakekuatan tarik, kekuatan sobek, dan ketahanan abrasi pada produk yangdihasilkan. Penggunaan nanosilika sebagai filler bertujuan dalammeningkatkan kinerja wet traction dan wet resistance serta mengurangi
dampak rolling resistance permukaan ban.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Nanosilika dapat disintesa dari abu ketel industri gula melalui metode ko- presipitasi. Proses pengabuan berhasil meningkatkan presentase kandungansilika pada abu ketel. Nanosilika dengan penambahan template maizenamemiliki kristalinitas terendah bila dibandingkan nanosilika dengan
penambahan tapioka. Penambahan tapioka dalam jumlah banyak tidak cocokdigunakan sebagai template dikarenakan viskositas yang terlalu tinggi akanmempengaruhi reaktifitas H2SO4.
Fase kristal dominan pada nanosilika adalah fase kristobalit. Ukurankristal silika pada penambahan template lebih homogen dibandingkan tanpa
penambahan template dengan ukuran kristal terkecil diperoleh dari nanosilika
yang paling banyak tersalut dengan pati. Distribusi ukuran nanosilika dengantemplate maizena lebih baik dibandingkan dengan template tapioka dan tanpatemplate yang ditunjukkan dengan PDI lebih kecil yaitu kurang dari 0,1.Morfologi nanosilika dengan penambahan polisakarida berbentuk poligonaldengan permukaan berongga. Secara umum penggunaan template padasintesis nanosilika menyebabkan penurunan kristalinitas, ukuran kristal, PDI,dan ukuran partikel. Berdasarkan hasil FTIR diperoleh serapan pada bilangangelombang yang menunjukkan gugus fungsi pada silika murni. Aplikasi yangcocok dari nanosilika yang dihasilkan adalah sebagai silika-polimernanokomposit, penguat keramik, dan filler dalam pembuatan produk karet
ban kendaraan.
8/19/2019 F15ndr.pdf
34/37
22
Saran
Penggunaan template pati pada produksi nanosilika tidak hanya
dipengaruhi oleh gugus amilosa dan amilopektin, namun juga dipengaruhioleh viskositas. Sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahuiviskositas maksimum larutan yang tidak mempengaruhi reaktivitas H2SO4 terhadap natrium silikat pada metode ko-presipitasi. Selain itu juga dapatdilakukan penerapan aplikasi yang sesuai dengan karakteristik nanosilikahasil ko-presipitasi pati.
DAFTAR PUSTAKA
Alam N, Nurhaeni. 2008. Komposisi Kimia dan Sifat Fungsional Pati JagungBerbagai Varietas yang Diekstrak dengan Pelarut Natrium Bikarbonat.
J Agroland. 15(2) : 89-94.Amin NA. 2013. Pengaruh Suhu Fosforilasi Terhadap Sifat Fisikokimia Pati
Tapioka Termodifikasi [skripsi]. Makassar (ID): UniversitasHasanuddin.
Atichokudomchai N, Shobsngob S, Varavinita S (2000). Morphological properties of acid-modified tapioca starch. Starch/Starke. 52:283-289.
Badan Pusat Statistik BPS. 2014a. Produksi Perkebunan Besar menurut JenisTanaman, Indonesia (Ton),1995-2013 [Terhubung Berkala]http//www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&table=1&daftar=1&i
d_subyek=54¬ab=2 ( Diakses 20 November 2014).Badan Pusat Statistik BPS. 2014b. Tabel Luas Panen- Produksi Tanaman Ubi
Kayu Seluruh Provinsi [Terhubung Berkala] http//www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3&id_subyek =53¬ab=0 ( Diakses 17Desember 2014).
Badan Pusat Statistik BPS. 2014c. Tabel Luas Panen- Produktivitas- ProduksiTanaman Jagung Seluruh Provinsi [Terhubung Berkala] http//www.bps.go.id/tnmn_pgn.php? ( Diakses 20 November 2014).
Bauccio M. 1993. ASM Metals Reference Book Third Edition. United Statesof America : ASM InternationalCheetham NWH, Tao L. 1998. Variation in crystalline type with amylose
content in maize starch granules: an X-ray powder diffraction study.Carbohyd Polym. 36:277-284.
Daniel-Da-Silva AL, Trindade T, Brian J, Goodfellow, Benilde FOC, Ruin N,Correla, Ana MG. 2007. In Situ Synthesis of Magnetite Nanoparticlein Carrageenan Gels. Biomacromolecules. 8: 2350-2357.
Dewandari KT, Yuliani S, Yasni S. 2013. Ekstraksi dan karakterisasinanopartikel ekstrak sirih merah ( Piper crocatum). J Pascapanen. 10(2):58-65.
8/19/2019 F15ndr.pdf
35/37
23
Fernandez BR. 2011. Sintesis Nanopartikel . Padang: Program Studi Kimia.Pascasarjana Universitas Andalas.
Happy, Tok AIY, Su LT, Boey FYC, and Ng SG. 2007. HomogeneousPrecipitation of Dy2O3 Nanoparticles-Effects of Synthesis
Parameters. J Nanosci Nanotechnol. 7 : 1 – 9.Haryono A, Restu WK, Harmani SB. 2012. Preparasi dan karakterisasinanopartikel alumina fosfat. J Sains Materi Indonesia. 14(1):51-55.
Hernawati NS, Indarto DP. 2010. Pabrik silika dari abu ampas tebu dengan proses presipitasi [tugas akhir]. Surabaya (ID) :Institut TeknologiSurabaya.
Hanafi S, Nandang AR. 2010. Studi Pengaruh Bentuk Silika dan Abu AmpasTebu Terhadap Kekuatan Produk Keramik. J Kimia Indonesia. 5(1) :35-38.
Harihan V, Sivakumar G. 2013. Studies on Synthesized Nanosilica Obtainedfrom Bagasse Ash. Intl J Chem Tech Res. 5(3): 1263-1266.
Izzati HN, Nisak F, Munasir. 2013. Sintesis dan Karakterisasi Kekristalan Nanosilika Berbasis Pasir Bancar. J Inovasi Fisika Indonesia. 02 (03):19-22.
Ismayana A. 2014. Perancangan peoses co-composting dan nanoteknologiuntuk penanganan limbah padat industri gula [disertasi]. Bogor (ID):Insitut Pertanian Bogor.
Lin J, Siddiqui JA, Ottenbrite M. 2001. Surface Modification of InorganicOxide Particles with Silane Coupling Agent and Organic Dyes. Polym
Adv Tech. 12:285 – 292.Marlina L, Ida S, Feri I, dan Khairurijal. 2012. Pengaruh Komposisi Sekam
Padi dan Nanosilika Terhadap Kuat Tekan Material Nanokomposit. J Penelitian Sains. 15 (3B).
Munasir, Surahmat H, Triwikantoro, Moch.Zainuri, Darminto. 2012.Pengaruh Molaritas NAOH pada Sintesis Nanosilika Berbasis PasirBancar Tuban dengan Metode Ko-presipitasi. Prosiding Seminar
Nasional Fisika Terapan III. Universitas Airlangga. ISBN: 978-979-17494-2-8.
Nawawi MA, Mastuli MS, Halim NHA, Abidin NAZ. 2013. Synthesis ofalumina nanoparticles using agarose template. IJEIT. 3(1):337-340.
Rahman IA, Padavettan V. 2012. Synthesis of Silica Nanoparticles by Sol-Gel: size-dependent properties, surface modification, an aplication in
silica-polymer nanocomposites – a review. J Nanomater . 2012: 1-15.Ramimogadham D, Hussein MZB, Taufiq-Yap YH. 2013. Hydrothermal
synthesis of zinc oxide nanoparticles using rice as soft biotemplate.Chem Central J . 7(136):1-10.
Sarungallo ZL, Santoso B, Tethool EF. 2010. Sifat Fisikokimia danFungsional Pati Buah Aibon ( Brugueira gymnorhiza L.). J Nat
Indones. 12(2): 156-162Sembiring S, Karo-Karo P. 2007. Pengaruh suhu sintering terhadap
karakteristik termal dan mikrostruktur silika sekam padi. J Sain MIPA. 13(3):233-239.
8/19/2019 F15ndr.pdf
36/37
24
Setiawan WK. 2015. Preparasi Nanosilika dari Abu Ketel dengan Metode Ko- presipitasi sebagai Aditif Membran Elektrolit Berbasis Kitosan[Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Silverstein RM, Bassler GC, Morril TC. 1991. Spectrometric Identification
of Organic Compound. 5th ed. New York: John Wiley & Sons Inc.Sulastri S, Kristianingrum S. 2010. Berbagai Macam Senyawa Silika :Sintesis, Karakterisasi, dan Pemanfaatan. Prosiding Seminar NasionalPenelitian, Pendidikan MIPA, Fakulta MIPA, Universitas NegeriYogyakarta.
Syamsir E, Purwiyatno H, Dedi F, Nuri A, Feri K. 2012. Pengaruh Proses Heat-Moisture Treatment (HMT) Terhadap Karakteristik FisikoKimia Pati. J Teknol Indust Pangan. 23(1).
Thuadaij N, Nuntiya A. 2008. Preparation of Nanosilica Powder from RiceHusk Ash by Precipitation Method. Chiang Mai J Sci. 35(1) : 206-211.
Visinescu D, Tirsoaga A, Patrinoiu G, Tudose M, Paraschiv C, Ianculescu A,and Carp O. 2010. Green Synthetic Strategies of Oxide Materials :Polysaccharides-Assisted Synthesis, Part II. Starch- AssistedSynthesis of Nanosized Metal-Oxides. Rev Roum Chim. 55 (11-12) :1017-1026.
Zaini AR, Tanuwijaya F, Nuruddin A, Sunendar B. 2014. Res Dev Nanotech Indones. 1 (2): 64-67.
8/19/2019 F15ndr.pdf
37/37
25
RIWAYAT HIDUP
Novi Dian Ruri Erlinda lahir di Banyuwangi pada tanggal 30 November 1992 sebagai anak ke tiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak
Jamhuri dan Ibu Siti Ramlah. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa programSarjana Teknologi Industri Pertanian pada tahun 2011 setelah tamat sekolahmenegah atas di SMAN 1 Genteng. Penulis memiliki minat keilmuan di
bidang Teknik Pengolahan dan Pengelolaan Limbah Padat Agroindustri.Selama menempuh pendidikan Sarjana di Departemen Teknologi
Industri Pertanian, Penulis aktif pada organisasi kemahasiswaan HimpunanMahasiswa Teknologi Industri Pertanian sebagai staf Departemen Akademikdan Prestasi. Penulis melaksanakan praktek lapang di PT. Permata BahariMalindonesia dengan judul Mempelajari Konsep Penerapan Produksi Bersihdan Pengolahan Limbah.