216
EKSPERIMENTASI MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMK NEGERI 01 BANTAENG EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE TEXT ANECDOTE STUDENT CLASS X SMK NEGERI 01 BANTAENG PROPOSAL TESIS Oleh MUTMAINNAH Nomor Induk Mahasiswa : 04.08.916.2013 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2015

EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

EKSPERIMENTASI MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ANEKDOT SISWA

KELAS X SMK NEGERI 01 BANTAENG

EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE TEXT ANECDOTE STUDENT CLASS X

SMK NEGERI 01 BANTAENG

PROPOSAL

TESIS

Oleh

MUTMAINNAH Nomor Induk Mahasiswa : 04.08.916.2013

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2015

Page 2: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

EKSPERIMENTASI MODEL DISCOVERY LEANING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ANEKDOT SISWA

KELAS X SMK NEGERI 01 BANTAENG

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister

Program Studi

Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun dan Diajukan oleh

MUTMAINNAH Nomor Induk Mahasiswa : 04.08.916.2013

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2015

Page 3: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

TESIS

EKSPERIMENTASI MODEL DISCOVERY LEANING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ANEKDOT SISWA

KELAS X SMK NEGERI 01 BANTAENG

Yang disusun dan diajukan oleh

MUTMAINNAH Nomor Induk Mahasiswa : 04.08.916.2013

Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Tesis pada tanggal 30 Mei 2015

Menyetujui Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hj. Kembong Daeng, M. Hum. Dr. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum.

Mengetahui Direktur Program Pascasarjana Ketua Prodi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Prof. Dr. H.M. Ide Said D.M., M.Pd. Dr. Abdul Rahman Rahim, M.Pd. NBM. 988 463 NBM.922 699

Page 4: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI

Judul : Eksperimentasi Model Discovery Learning dalam Pembelajaran Menulis Teks Anekdot Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Bantaeng

Nama : Mutmainnah NIM : 04.08.916.2013 Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Telah diuji dan dipertahankan di depan Panitia Penguji Tesis pada Tanggal 30 Mei 2015 dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan dan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 4 Juni 2015

TIM Penguji :

Dr. Kembong Daeng, M.Hum. ….………………………..

( Pembimbing I) Dr. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum. ….……………………….. (Pembimbing II) Prof. Dr. H.M. Ide Said D.M., M.Pd. ….……………………….. (Penguji) Dr. Syafruddin, M.Pd. ….……………………….. (Penguji)

Page 5: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mutmainnah

Nomor Pokok : 04.08.916.2013

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan

tulisan atau pemikiran orang lain. Apa bila di kemudian hari terbukti atau

dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya

orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, Juni 2015

Yang menyatakan,

Mutmainnah

Page 6: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa tercurahkan ke hadirat

Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga

penulis mampu menyelesaikan tesis yang berjudul “Eksperimentasi Model

Discovery Learning dalam Pembelajaran Menulis Teks Anekdot Siswa

Kelas X SMK Negeri 1 Bantaeng. Salam serta salawat kepada Nabi

Muhammad saw. sebagai pandu teladan bagi umat manusia. Karya ilmiah

berupa “Tesis” ini merupakan wujud dedikasi penulis terhadap dunia

pendidikan khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Semoga

hasil penelitian ini mampu menambah khazanah ilmu pengetahuan dan

wawasan keilmuan bagi para pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing yaitu

Dr. Hj. Kembong Daeng, M.Hum. dan Dr. Sukri Syamsuri M.Hum. yang

telah mendidik dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan penelitian

ini. Ucapan yang sama kepada Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar Dr.Irwan Akib, M.Pd., Direktur Program Pascasarjana Magister

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Prof .Dr. H. M. Ide Said D.M.,

M.Pd.,Ketua Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Dr. Abdul Rahman Rahim, M.Pd., Dosen dan Staf Tatausaha

Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Ucapan terima kasih terkhusus penulis sampaikan kepada kedua

orang tua tercinta Haeruddin Julu (Ayah) dan Sahri Banong, saudara

terkasih Muh. Nur, S.H., Sitti Umrah, M.Pd., Nurhaedah, St. Hajar, S.Pd.,

Page 7: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

Fadliah, S.Pd., dan Ahmad Rithauddin. Ucapan yang sama kepada rekan-

rekan mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Angkatan 2013.

Akhir kata, penulis mengharapkan apresiasi terhadap hasil penelitian

ini serta mampu memberikan manfaat sesuai dengan harapan.

Makassar, Juni 2015

Mutmainnah

Page 8: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI .................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ......................................................... iv

KATA PENGANTAR ..............................................................................

DAFTAR ISI ...........................................................................................

ABSTRAK ..............................................................................................

ABSTRACT ............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................

A. Latar Belakang Masalah .......................................................

B. Rumusan Masalah ................................................................

C. Tujuan Penelitian ..................................................................

D. Manfaat Penelitian ................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................

A. Kajian Teoretis ......................................................................

B. Kajian Penelitian yang Relevan.............................................

C. Kerangka Pikir .......................................................................

D. Hipotesis ...............................................................................

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................

A. Jenis dan Desain Penelitian ..................................................

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................

C. Populasi dan Sampel ............................................................

Page 9: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

D. Metode Pengumpulan Data ..................................................

1. Jenis Data .........................................................................

2. Sumber Data .....................................................................

3. Teknik Pengumpula Data ..................................................

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ....

F. Teknik Analisis Data ..............................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................

A. Hasil Penelitian ....................................................................

B. Pembahasan ........................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

LAMPIRAN.............................................................................................

Page 10: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

ABSTRAK

Mutmainnah, 2015. Eksperimentasi Model Discovery Learning dalam Pembelajaran Menulis Teks Anekdot Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Bantaeng, dibimbing oleh: Kembong Daeng dan Andi Sukri Syamsuri.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan kemampuan menulis teks anekdot siswa kelas eksperimen sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran Discovery Learning, (2) mendeskripsikan kemampuan menulis teks anekdot siswa kelas kontrol pada sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran Discovery Learning, dan (3) mengetahui perbedaan yang signifikan kemampuan menulis teks anekdot siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah diterapkan model pembelajaran Discovery Learning diterapkan.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain control group pretestt posttest design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri 1 Bantaeng yang berjumlah 320 orang. Sampel yang diambil sebanyak dua kelas yaitu kelas X1 dan X2 jurusan TKJ Setiap kelas berjumlah 32 orang sehingga jumlah siswa yang diambil sebagai sampel berjumlah 64 orang siswa. Istrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes hasil belajar yang dianalisis dengan menggunakan uji statistik deskriptif dan inferensial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan menulis teks anekdot yang cukup signifikan setelah model discovery learning diterapkan. Berdasarkan hasil uji hipotesis, diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,270. Hasil tersebut menunjukkan nilai lebih besar dari pada taraf signifikansi 5 % (0,270 > 0,05). Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 diterima atau dengan kata lain nilai kemampuan menulis antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran discovery learning dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional adalah identik (tidak ada perbedaan). Kata kunci: menulis, teks anekdot.

Page 11: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

ABSTRACT

MUTMAINNAH, 2015. The Experimentaton Model Discovery Learning in Teaching Writing text Anecdotes Class X SMK 1 Bantaeng, Supervised by Kembong Daeng dan Andi Sukri Syamsuri. The purpose of this study were; (1) described the ability to write text anecdotes experimental class students before and after application of learning models Discovery Learning, (2) described the ability to write text on the control anecdotes graders before and after application of learning models Discovery Learning, and (3) knowing significant differences in the ability to write text anecdotes control class and experimental class after learning model applied Discovery Learning applied. This research was an experimental research design pretest and posttest control group design. The population was class X SMK 1 Bantaeng totaling 320 people. Samples taken as many as two classes, namely class X1 and X2 majors TKJ amounted to 32 people in each class so that the number of students who were sampled totaling 64 students. Instrument used in this study was the achievements tests; were analyzed using descriptive and inferential statistical test. The results showed that an increase in the ability to write text anecdotes significant after discovery learning models was applied. Based on the results of hypothesis testing, it was known that the value Asymp. Sig. (2-tailed) was 0,270. These results indicated a value greater than the significance level of 5% (0.270>0,05). Thus, it could be concluded that Ho accepted or in other words the value of the ability to write between the experimental class using discovery learning model learning with classroom control using conventional learning models were identical (no difference).

Page 12: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

Moto

Tidak ada kata menyerah sebelum bertanding. Lebih baik menyerah daripada tidak sama sekali. Kesempatan hanya datang satu kali. Begitu juga kepercayaan. Ikhtiar menuju tawakal, dan bearakhir keterharuan atas kesabaran. Keberhasilan tidak datang secara tiba-tiba, tetapi karena usaha dan kerja keras.

Page 13: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …
Page 14: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …
Page 15: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …
Page 16: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Semua

orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam

masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa. Mengingat pentingnya bahasa

sebagai alat komunikasi, maka dalam proses pembelajaran berbahasa

juga harus diarahkan pada tercapainya keterampilan berkomunikasi,

baik secara lisan maupun tertulis, serta dalam hal pemahaman dan

penggunaan.

Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa

yang pokok selain menyimak, berbicara, dan membaca. Melalui menulis

akan berjalan hubungan komunikatif antara penulis dan pembaca, karena

menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan

untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka

dengan orang lain (Tarigan, 2008: 3). Pembaca akan memberikan berbagai

respons terhadap hasil tulisan seseorang. Pembaca akan menerima,

menghayati, menganalisis, serta memberikan komentar terhadap hasil

tulisan.

Apabila keterampilan menulis telah diperoleh, keterampilan berbahasa

lainnya akan sangat berkaitan dan saling mendukung. Melalui menulis,

Page 17: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

2

seseorang dapat menyampaikan gagasan, keyakinan, pesan, pandangan

hidup, cita-cita, serta tujuannya untuk diketahui oleh orang lain atau

pembaca. Hal ini sejalan dengan pendapat Tarigan (2008:4) yang

menyebutkan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan

ekspresif. Pembelajaran keterampilan menulis biasanya sulit dilakukan

oleh siswa dengan berbagai kendala yang mereka miliki, di antaranya sulit

menuangkan ide atau gagasan pikiran dalam bentuk suatu tulisan, salah

satunya dalam menulis teks anekdot, sehingga guru sebagai pengajar

harus memiliki sebuah pendekatan, strategi, metode, teknik, media atau

model pembelajaran yang tepat sehingga dapat menarik dan mengarahkan

minat serta kemampuan siswa dalam menulis. Hal itu disebabkan

pembelajaran bahasa Indonesia masih dianggap sebagai pembelajaran

yang sulit dan membosankan, terutama pembelajaran menulis. Mereka

sulit mengeluarkan ide-ide ke dalam bentuk tulisan karena kurang

menguasai kalimat efektif dan sesuai EYD, terutama dalam menulis teks

anekdot .Siswa tidak mampu menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai

dengan kaidah, siswa juga mengalami kesulitan dalam menentukan judul,

unsur-unsur, dan ide cerita.

Setiap orang pada dasarnya memiliki potensi untuk menulis. Syarat

minimalnya, dia telah mengenal huruf dan memiliki motivasi untuk menulis.

Motivasi dapat mendorong seseorang untuk berbuat, menentukan tujuan

dan perbuatan apa saja yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan

tersebut. Misalnya, siswa dimotivasi oleh gurunya untuk menulis dengan

Page 18: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

3

tujuan mendapatkan nilai yang bagus atau hasil tulisannya dapat dimuat

dalam media cetak. Hal-hal seperti itulah yang dapat meningkatkan

motivasi siswa sehingga siswa akan semangat dalam pembelajaran

menulis. Selain kesulitan dalam menuangkan ide atau gagasan pikiran,

pembelajaran menulis pun dianggap pembelajaran yang menjenuhkan,

memerlukan konsentrasi yang tinggi, dan selalu terikat dengan aturan-

aturan kebahasaan. Hal lainnya, yaitu kesulitan mendapatkan

pembendaharaan kata sehingga pada saat menulis siswa kesulitan

mengungkapkan kata-kata.

Melihat dan mengamati semua fakta yang terjadi di dunia pendidikan

sekarang, sudah sepantasnya jika peneliti, selaku pendidik untuk

memikirkan inovasi baru untuk lebih meningkatkan inovasi dan kreativitas

siswa, terutama dalam pembelajaran menulis teks anekdot. Dalam menulis

teks anekdot, diperlukan penggunaan sebuah metode pembelajaran yang

baik untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan ide

atau gagasan sehingga pembaca dapat merasa terhibur dari fakta atau

data yang disajikan. Agar tujuan tersebut tercapai, dibutuhkan model yang

mampu mengoptimalkan pembelajaran menulis teks anekdot di sekolah.

Keberhasilan peserta didik dalam belajar bukanlah semata-mata

usaha peserta didik itu sendiri, melainkan guru sebagai tenaga pengajar

memiliki tanggung jawab untuk itu. Untuk memenuhi hal tersebut, guru

dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan

rangsangan kepada peserta didik sehingga peserta didik mau belajar

Page 19: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

4

karena memang peserta didiklah subjek utama dalam belajar. Seorang

guru, di mana pun dia mengajar bertugas menyajikan ilmu yang dia miliki

kepada peserta didik. Agar dapat menularkan ilmu tersebut, maka ia perlu

mengetahui bagaimana menyampaikan ilmu tersebut dengan baik.

Kinerja mengajar tidak hanya ditinjau dari bagaimana guru tersebut

menjelaskan isi pelajaran. Akan tetapi, guru harus mengetahui bagaimana

menghadapi peserta didik, membantu memecahkan masalah, mengelola

kelas, menata bahan ajar, menentukan kegiatan kelas, dan sebagainya.

Adapun kegiatan belajar mengajar di sekolah idealnya harus mengarah

pada kemandirian peserta didik dalam belajar.

Model pembelajaran merupakan unsur penting keberhasilan guru

dalam mengajar, sehingga merupakan hal yang sangat penting bagi para

guru untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang berbagai macam

model pembelajaran. Dengan menguasai beberapa model pembelajaran,

seorang guru akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan

pembelajaran di kelas sehingga tujuan pembelajaran yang hendak dicapai

dalam proses pembelajaran dapat tercapai dan sesuai yang diharapkan.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong

tumbuhnya rasa senang dalam diri peserta didik terhadap pelajaran,

menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas,

memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk memahami pelajaran

sehingga memungkinkan peserta didik mencapai hasil belajar yang lebih

baik. Dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran harus

Page 20: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

5

mempertimbangkan diri peserta didik, yakni seberapa jauh peserta didik

diikutsertakan dalam proses pembelajaran. Akan tetapi, suatu kenyataan

yang tidak dapat ditutup-tutupi pada saat ini sebagian besar guru kurang

memperhatikan variasi model pembelajaran bahkan monoton pada satu

model pembelajaran saja sehingga kegiatan tatap muka di depan kelas

cepat membosankan peserta didik.

Berdasarkan hasil observasi kelas dan wawancara terhadap guru

yang mengampu bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, peneliti

memperoleh data bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran belum

optimal khususnya pada kelas X1 dan X2 Program Keahlian TKJ. Kendala

yang dialami guru dalam proses pembelajaran antara lain peserta didik

kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Banyak pula peserta

didik yang sibuk berbicara dengan teman sebangku, melamun,

menelungkupkan kepala di atas meja, dan tidak memperhatikan guru yang

sedang mengajar. Selain itu, kemampuan peserta didik dalam memahami/

memadukan teori dan realita masih rendah. Kelas X2 Program Keahlian

TKJ dan kelas X2 Program Keahlian Perkantoran merupakan kelas yang

mempunyai kualitas proses pembelajaran paling rendah apabila

dibandingkan dengan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar peserta

didik.

Berdasarkan nilai akhir di semester ganjil tahun ajaran 2013/2014,

kelas X 4 mempunyai rata-rata nilai akhir peserta didik yang paling rendah

dibandingkan dengan kelas lain. Dengan demikian, maka masalah masih

Page 21: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

6

rendahnya kualitas proses dan hasil belajar bahasa Indonesia perlu

diupayakan pemecahannya.

Model pembelajaran Discovery Learning merupakan suatu rangkaian

kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan

peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,

analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan

penuh percaya diri. Model pembelajaran Discovery Learning dirancang

untuk meningkatkan keaktivan peserta didik yang lebih besar dan

berorientasi pada proses maupun hasil belajar secara bersama-sama.

Sebagaimana pendapat Bruner ( dalam Wilis, 2006:79) bahwa belajar

penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh

manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik.

Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan

beberapa kebaikan. Pertama, pengetahuan itu bertahan lama atau lama

diingat atau lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan

yang dipelajari dengan cara-cara lain. Kedua, hasil belajar penemuan

mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya.

Dengan kata lain, konsep-konsep dan prinsip prinsip yang dijadikan milik

kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru. Ketiga,

secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran peserta

didik dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. Secara khusus belajar

penemuan melatih keterampilan kognitif peserta didik untuk menemukan

dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Bruner juga

Page 22: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

7

mengemukakan bahwa belajar penemuan membangkitkan keingintahuan

peserta didik, memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan

jawaban-jawaban. Model ini dapat mengajarkan keterampilan memecahkan

masalah tanpa pertolongan orang lain dan meminta para peserta didik

untuk menganalisis dan memanipulasi informasi, tidak hanya menerima

saja.

Dalam mengaplikasikan model Discovery Learning, langkah-langkah

yang harus dilaksanakan dalam pembelajaran di kelas yaitu: pemberian

rangsangan (stimulus), identifikasi masalah (problem statement),

pengumpulan data (data collection), pengolahan data (data processing),

dan pembuktian (verification). Dalam belajar penemuan, peranan guru

antara lain: merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran

terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki oleh peserta

didik, menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para

peserta didik untuk memecahkan masalah, memperhatikan tiga cara

penyajian (cara enaktif, ikonik, dan simbolis), dan guru hendaknya jangan

mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari

tetapi memberikan saran-saran bilamana diperlukan. Berdasarkan fakta

dan hasil pengamatan, penerapan model Discovery Learning dalam

pembelajaran memiliki beberapa kelebihan, antara lain membantu peserta

didik untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan

proses-proses kognitif; pengetahuan yang diperoleh melalui Discovery

Learning ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian,

Page 23: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

8

ingatan, dan transfer; menimbulkan rasa senang pada peserta didik karena

tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil; memungkinkan peserta didik

berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri;

menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri

dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri; dapat membantu peserta

didik memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja

sama dengan yang lainnya; berpusat pada peserta didik dan guru berperan

sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan; membantu peserta didik

menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada

kebenaran yang final dan tertentu atau pasti; peserta didik akan mengerti

konsep dasar dan ide-ide lebih baik; membantu dan mengembangkan

ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru; mendorong

peserta didik berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri; mendorong peserta

didik berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri; memberikan

keputusan yang bersifat intrinsic; situasi proses belajar menjadi lebih

terangsang; proses belajar meliputi sesama aspeknya peserta didik menuju

pada pembentukan manusia seutuhnya; meningkatkan tingkat

penghargaan pada peserta didik; peserta didik belajar dengan

memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar; serta dapat mengembangkan

bakat dan kecakapan individu.

Implikasi mendasar Discovery Learning antara lain: (1) Melalui

pembelajaran Discovery, potensi intelektual peserta didik akan semakin

meningkat, sehingga menimbulkan harapan baru untuk menuju

Page 24: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

9

kesuksesan. Dengan perkembangan itu, mereka menjadi cakap dalam

mengembangkan strategi di lingkungan yang teratur maupun tidak teratur.

(2) Dengan menekankan Discovery Learning peserta didik akan belajar

mengorganisasi dan menghadapi problem dengan metode hit dan miss.

Mereka akan berusaha mencari pemecahan masalah sendiri yang sesuai

dengan kapasitas mereka sebagai pebelajar (learners). (3) Discovery

Learning yang diperkenalkan Bruner mengarah pada self reward. Dengan

kata lain, peserta didik akan mencapai kepuasan karena telah menemukan

pemecahan sendiri, dan dengan pengalaman memecahkan masalah itulah,

ia bisa meningkatkan skill dan teknik dalam pekerjaannya melalui problem

riil di lingkungan ia tinggal. (Takdir dalam Mulyani, 2013: 41).

Model pembelajaran Discovery Learning cocok digunakan dalam

pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada materi teks anekdot.

Siswa dapat dengan mudah melibatkan lingkungan dan pengalaman

mereka sehari-hari dalam melahirkan teks anekdot yang baik. Apabila

proses belajar baik, maka akan berakibat baik pula pada hasil belajar

peserta didik. Sejauh ini, belum banyak guru yang menggunakan model

pembelajaran Discovery Learning pada pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Eksperimentasi Model Discovery Leaning dalam

Pembelajaran Menulis Teks Anekdot Siswa Kelas X SMK Negeri 01

Bantaeng”.

Page 25: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan menulis teks anekdot siswa kelas eksperimen

sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran Discovery

Learning?

2. Bagaimana kemampuan menulis teks anekdot siswa kelas kontrol pada

sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran Discovery

Learning?

3. Adakah perbedaan yang signifikan kemampuan menulis teks anekdot

siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah model pembelajaran

Discovery Learning diterapkan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan kemampuan menulis teks anekdot siswa kelas

eksperimen sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran

Discovery Learning.

2. Mendeskripsikan kemampuan menulis teks anekdot siswa kelas kontrol

sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran Discovery

Learning.

Page 26: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

11

3. Mengetahui perbedaan yang signifikan kemampuan menulis teks

anekdot siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah diterapkan

model pembelajaran Discovery Learning.

D. Manfaat Penelitian

Peneliti menginterpretasi beberapa manfaat dari penelitian dan hasil

penelitian ini. Manfaat tersebut sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

Seperti halnya dengan penelitian-penelitian ilmiah lainnya, penelitian

ini akan menghasilkan sebuah fakta tertulis. Fakta ini tentunya akan

bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga diharapkan

mampu memperkaya khazanah ilmu pengetahuan itu sendiri dan akan

digunakan sebagai sumber atau bahan acuan untuk penelitian-penelitian

selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan mampu mendongkrak semangat

penulis dalam melakukan hal serupa sehingga mengefektifkan diri

sebagai individu yang memiliki tugas terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan, khususnya dalam dunia pendidikan. Disamping itu,

peneliti sebagai seorang mahasiswa yang bergelut dalam bidang

pendidikan keguruan tentu menerima manfaat yang sangat kompleks,

karena disamping pelaksanaan kewajiban dirinya dalam dunia

Page 27: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

12

pendidikan, juga menjadi konsep penting bagi diri penulis terhadap

hasil penelitiannya sendiri untuk lebih kreatif, mandiri, dan inovatif.

b. Bagi Sekolah

Sekolah sebagai organisisi kependidikan memiliki kewajiban

untuk menerima dan mengembangkan berbagai model yang dianggap

baik dalam meningkatkan hasil dan prestasi belajar siswa. Dengan

demikian, penelitian ini diharapkan sebagai sarana pengenalan model

pembelajaran yang dianggap efektif, mudah dan menyenangkan

terhadap peserta didik.

c. Bagi Guru

Guru adalah fokus harapan pendidikan terhadap pembentukan

generasi bangsa yang unggul dan berdaya saing. oleh karena itu,

kemampuan guru sangat diperlukan dalam hal tersebut. Penelitian ini

diharapkan mampu meningkatkan kemampuan dan pengetahuan guru

sekolah dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang

tepat.

d. Bagi Siswa

Ada beberapa manfaat yang diharapkan dapat dirasakan oleh

siswa, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dari hasil

penelitian ini, yaitu siswa tidak akan merasa bosan dengan model

pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian serta menimbulkan

kesan memuaskan, maka akan timbul pula minat belajar yang kuat

sehingga berimplikasi pada prestasi belajar yang baik pula.

Page 28: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoretis

1. Hakikat Menulis

a. Pengertian Menulis

Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan

gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan, misalnya memberi

tahu, meyakinkan, atau menghibur. Hasil dari proses kreatif ini biasa

disebut dengan istilah karangan atau tulisan. Kedua istilah tersebut

mengacu pada hasil yang sama meskipun ada pendapat

mengatakan kedua istilah tersebut memiliki pengertian yang

berbeda.

Menurut Nurjamal & Sumirat (2010: 32), menulis merupakan

proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis

untuk tujuan, misalnya memberi tahu, meyakinkan, menghibur. Hasil

dari proses kreatif inilah yang sering disebut tulisan atau karangan.

Kedua istilah tersebut sebenarnya mengacu pada hasil yang sama,

namun ada beberapa pendapat yang mengatakan kedua istilah

tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Menulis sering dikaitkan

dengan proses kreatif yang berjenis ilmiah, sedangkan mengarang

sering didekatkan dengan proses kreatif nonilmiah.

Page 29: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

14

Tarigan (2008: 22) menjelaskan bahwa menulis adalah

menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik untuk

menggambarkan suatu bahasa dipahami oleh seseorang, sehingga

orang lain dapat membaca lambanglambang grafik itu. Dalam

kegiatan menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi,

struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan

datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik

dengan intensitas tinggi. Dalam kehidupan modern ini jelas bahwa

keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Hal ini senada dengan

Mulyani (2013: 511) yang berpendapat bahwa menulis termasuk

keterampilan berbahasa yang dibutuhkan untuk meningkatkan

kemampuan literasi peserta didik sejak di sekolah dasar sampai ke

perguruan tinggi, bahkan sampai memasuki dunia kerja.

Kemampuan menulis termasuk keterampilan berbahasa yang

membutuhkan daya imajinasi dan kreativitas penulis untuk

menuangkan dan mengembangkan ide atau gagasan menjadi

bahasa tulis yang runtut, sistematis, jelas, dan komunikatif.

Kemampuan ini sering dianggap sebagai keterampilan berbahasa

yang paling sulit karena kegiatannya sangat kompleks.

Iskandarwassid & Sunendar (2008: 248) menjelaskan aktivitas

menulis merupakan satu bentuk manifestasi kemampuan dan

keterampilan bahasa yang paling akhir dikuasai oleh pebelajar

bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan

Page 30: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

15

membaca. Dibandingkan dengan tiga keterampilan berbahasa yang

lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur

asli bahasa yang bersangkutan sekali pun. Hal ini disebabkan

kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur

kebahasaan dan unsur di luar kebahasaan itu sendiri yang akan

menjadi isi tulisan.

Menulis menurut Santosa (dalam Jamilah, 2013: 14) dapat

dianggap sebagai proses maupun hasil. Menulis merupakan

kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah

tulisan. Kegiatan menulis untuk menghasilkan tulisan pada dasarnya

sudah sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari misalnya

menulis pesan atau memo kepada orang lain. Akan tetapi menulis

dalam kegiatan belajar mengajar lebih luas pengertiannya daripada

hanya sekedar menghasilkan tulisan. Oleh karena itu, kegiatan

menulis mensyaratkan sesuatu yang lebih kompleks daripada

membaca. Termasuk juga keterampilan berbahasa yang bersifat

aktif-produktif adalah keterampilan berbicara. Namun, menulis

berbeda dengan berbicara. Dalam berbicara, pembicara

mengungkapkan pesan komunikasi (gagasan, pikiran dan perasaan)

dengan bahasa lisan, sehingga berbicara disebut keterampilan

berbahasa aktif produktif. Dalam menulis, penulis mengungkapkan

pesan komunikasi dengan bahasa tulis.

Page 31: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

16

Pendapat lain dikemukakan oleh Wulandari (dalam Jamilah,

2013:19) bahwa menulis merupakan komunikasi tidak langsung yang

berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan memanfaatkan

grafologi, struktur bahasa, kosakata dengan menggunakan simbol-

simbol sehingga dapat dibaca seperti yang diwakili oleh simbol

tersebut.

Berdasarkan pengertian menulis dapat dikatakan bahwa

menulis merupakan kegiatan cukup kompleks. Perwujudannya

diperlukan sejumlah persyaratan formal melibatkan berbagai faktor

saling berpengaruh. Pemahaman yang baik terhadap aspek menulis

ini, setidaknya akan membantu dalam mewujudkan program secara

teoretis lebih seksama, sehingga penelaahan secara teoretis tentang

aspek menulis banyak memberikan sumbangan bermanfaat.

Keterampilan menulis sebagai salah satu cara dari empat

keterampilan berbahasa mempunyai peranan penting di dalam

kehidupan manusia. Tarigan (2008: 22) mengatakan bahwa menulis

merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan

ekspresi bahasa. Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan

perasaan dengan tulisan. Selain itu, menulis adalah berkomunikasi

mengungkapkan pikiran, perasaan, kehendak kepada orang lain

secara tertulis. Uraian tersebut memberikan pengertian bahwa

menulis adalah menjelmakan bahasa lisan, mungkin menyalin atau

melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat

Page 32: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

17

surat, membuat laporan, dan sebagainya. Keterampilan menulis

adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis

dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang

mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa

tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil simpulan bahwa

keterampilan menulis adalah keterampilan seseorang dalam

melahirkan pikiran, perasaan, kehendak kepada orang lain melalui

lambang-lambang grafis yang dimengerti oleh penulis itu sendiri

maupun orang lain yang memiliki kesamaan pengertian pula

terhadap bahasa yang dipergunakannya.

b. Tujuan Menulis

Seseorang melakukan aktivitas menulis pasti memiliki tujuan

atau alasan ia menulis. Setiap orang yang akan menulis hendaklah

ia memiliki niat, maksud atau pun pikiran apa yang hendak

dicapainya dengan menulis tersebut. Niat, maksud, dan pikiran itulah

yang dimaksud sebagai tujuan menulis. Tujuan penulisan akan

mengarahkan penulis untuk memilih bahanbahan yang diperlukan,

macam organisasi tulisan yang akan diterapkan, atau mungkin juga

sudut pandang yang akan dipilih. Tujuan merupakan penentu pokok

untuk mengarahkan serta membatasi tulisan. Kesadaran mengenai

tujuan selama proses penulisan akan menjaga keutuhan tulisan.

Hartig (dalam Tarigan (2008: 25) mengatakan bahwa tujuan kegiatan

Page 33: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

18

menulis ada tujuh, yaitu tujuan penugasan (assigment purpose),

tujuan altruistik (altruistic purpose), tujuan persuatif (persuasive

purpose), tujuan informasional atau tujuan penerangan (informational

purpose), tujuan pernyataan diri (selfexpresive purpose), tujuan

kreatif (creative purpose), dan tujuan pemecahan masalah (problem-

solving purpose).

Tujuan penugasan (assigment purpose) yaitu penulis

melakukan kegiatan menulis karena adanya tugas, bukan atas

kemauan sendiri. Contoh kegiatan menulis memiliki tujuan

penugasan adalah para siswa merangkum buku karena tugas dari

guru, sekretaris ditugaskan membuat laporan atau notulen rapat.

Mereka melakukan menulis, tetapi bukan karena kemauan sendiri.

Tarigan (2008: 24) mengatakan bahwa tujuan altruistik, yaitu

menulis untuk menyenangkan para pembaca dan ingin membuat

hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan

karyanya itu. Seseorang tidak akan dapat menulis secara tepat guna

kalau dia percaya, baik secara sadar maupun tidak sadar bahwa

pembaca sebagai penikmat karyanya adalah lawan atau musuh.

Lebih lanjut, Tarigan (2008: 25) menjelaskan tujuan persuasif

(persuasive purpose), yaitu tulisan bertujuan meyakinkan para

pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan. Tujuan

informasional atau penerangan (informational purpose), yaitu tulisan

Page 34: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

19

bertujuan memberi informasi atau keterangan atau penerangan

kepada para pembaca berupa paparan atau deskripsi.

Tujuan pernyataan diri (self-expresive purpose), yaitu tulisan

yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang

pengarang kepada para pembaca. Tujuan kreatif (creative purpose),

yaitu tujuan yang erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri.

Namun keinginan kreatif di sini melebihi pernyataan diri, dan

melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau

seni yang ideal, seni idaman. Tujuan kreatif ini yaitu yang bertujuan

mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian. Tujuan pemecahan

masalah (problem-solving purpose) yaitu dengan tulisan ini sang

penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang penulis

ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara

cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat

dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

tujuan menulis adalah memberikan informasi atau keterangan

kepada pembaca, meyakinkan para pembaca akan kebenaran

gagasan diutarakan dan mengarahkan serta membatasi tulisan

sehingga akan menghasilkan suatu tulisan utuh.

Pendapat lain, Semi (2007: 14-21), mengungkapkan bahwa

secara umum tujuan orang menulis, yaitu: (1) untuk menceritakan

sesuatu, menceritakan disini memiliki maksud agar orang lain atau

Page 35: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

20

pembaca tahu tentang apa yang dialami, diimpikan, dikhayalkan,

maupun yang dipikirkan oleh si penulis. Dengan begitu, akan terjadi

kegiatan berbagi pengalaman, perasaan, dan pengetahuan; (2)

untuk memberikan petunjuk atau pengarahan, maksudnya bila

seseorang mengajari orang lain bagaimana cara mengerjakan,

memberikan petunjuk, maupun memberikan pengarahan dengan

tahapan-tahapan yang benar, berarti orang itu sedang memberi

petunjuk atau pengarahan; (3) untuk menjelaskan sesuatu, bahwa

penulis berusaha menyampaikan gagasannya dalam menjelaskan

sesuatu melalui tulisan yang bertujuan menjelaskan sesuatu itu

kepada pembaca, sehingga pengetahuan si pembaca menjadi

bertambah serta pemahaman pembaca tentang topik yang kamu

sampaikan itu menjadi lebih baik; (4) untuk menyakinkan, yaitu ada

saat-saat tertentu bahwa orang yang menulis itu perlu menulis untuk

menyakinkan orang lain tentang pendapat, buah pikirannya atau pun

pandangannya mengenai sesuatu; dan (5) untuk merangkum,

maksudnya dengan menuliskan rangkuman, pembaca akan sangat

tertolong dan sangat mudah dalam mempelajari isi buku yang

panjang dan tebal. Sehingga pembaca akan semakin mudah untuk

menguasai bahan pelajaran dengan membaca rangkuman tersebut

dibandingkan kalau tidak merangkumnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

dengan menentukan tujuan dalam menulis, maka penulis akan dapat

Page 36: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

21

mengetahui apa yang harus dilakukan dalam proses penulisannya,

bahan apa yang hendak diperlukan, bentuk ragam karangan macam

apa yang hendak dipilih, dan mungkin sudut pandang penulisan yang

seperti apa yang akan ditetapkan.

c. Tahapan-Tahapan Menulis

Seseorang dapat melakukan kegiatan menulis sebagai satu

kegiatan tunggal jika objek tulisan ialah sebuah tulisan puisi

sederhana, pendek, maupun bahannya sudah siap di kepala. Akan

tetapi, sebenarnya kegiatan menulis itu adalah suatu proses, yaitu

proses penulisan. Ini berarti seorang penulis dalam melakukan

kegiatannya harus melalui beberapa tahap, yaitu (1) tahap

pramenulis, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap revisi. Ketiga tahap

penulisan itu menunjukkan kegiatan utama berbeda.

Tarigan (2008: 21) menjelaskan langkah-langkah menulis yaitu

penulis menurunkan gagasan-gagasannya, menerjemahkan

gagasan tersebut ke dalam sandi lisan dan selanjutnya mengubah

menjadi sandi tulis, mempergunakan sejumlah sarana untuk mekanis

untuk merekam sandi tulis tersebut. Berdasarkan penjelasan

tersebut dapat diambil simpulan bahwa tahap-tahap menulis

mencakup tiga tahap, yaitu tahap pramenulis merupakan tahap

perencanaan atau persiapan menulis, tahap penulisan membahas

topik telah disusun, serta tahap revisi untuk menilai kembali apa

yang sudah ditulis.

Page 37: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

22

d. Ciri Tulisan yang Baik

Agar pembaca memberikan respons yang diinginkan oleh sang

penulis terhadap tulisannya, maka dia harus menyajikan tulisan baik.

Adapun ciri-ciri tulisan baik menurut Tarigan (2008: 17), antara lain:

(1) tulisan baik mencerminkan kemampuan sang penulis

mempergunakan nada yang serasi, (2) tulisan baik mencerminkan

kemampuan sang penulis menyusun bahanbahan yang tersedia

menjadi suatu keseluruhan utuh, (3) tulisan baik mencerminkan

kemampuan sang penulis untuk menulis dengan jelas, tidak samar-

samar, memanfaatkan struktur kalimat, bahasa, dan contoh-contoh

sehingga maknanya sesuai dengan keinginan sang penulis, (4)

tulisan baik mencerminkan kemampuan sang penulis untuk menulis

secara meyakinkan, menarik minat para pembaca terhadap pokok

pembicaraan serta mendemonstrasikan suatu pengertian masuk akal

dan cermat serta teliti mengenai hal itu, (5) tulisan baik

mencerminkan kemampuan sang penulis untuk mengkritik naskah

tulisannya yang pertama serta memperbaikinya, dan (6) tulisan baik

mencerminkan kebanggaan sang penulis dalam naskah atau

manuskrip, kemudian mempergunakan ejaan dan tanda baca secara

seksama, memeriksa makna kata dan hubungan ketatabahasaan

dalam kalimat-kalimat sebelum menyajikannya kepada para

pembaca.

Page 38: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

23

Aspek lain dalam menulis yang mempengaruhi baik tidaknya

tulisan yaitu sistematika tulisan. Suatu tulisan dapat dikatakan

berbentuk secara sistematis seperti yang dipaparkan Nurjamal &

Sumirat, (2010: 32) bahwa tulisan yang baik adalah tulisan yang

dapat berkomunikasi secara baik dengan pembaca yang ditujukan

oleh tulisan itu. Sementara itu, menurut Morris dalam Tarigan (2008:

7), tulisan yang baik merupakan komunikasi pikiran dan perasaan

yang efektif. Semua komunikasi tulis adalah efektif dan tepat guna.

Berdasarkan penjelasan tersebut, Tarigan (2008: 7)

menyimpulkan bahwa terdapat empat ciri tulisan yang baik sebagai

berikut. (1) Jelas, yaitu pembaca dapat membaca teks dengan cara

tetap dan pembaca tidak boleh bingung dan harus mampu

menangkap maknanya tanpa harus membaca ulang dari awal untuk

menemukan makna yang dikatakan oleh penulis. (2) Kesatuan dan

organisasi, yaitu pembaca dapat mengikutinya dengan mudah

karena bagian-bagiannya saling berhubungan dan runtut. (3)

Ekonomis, yaitu penulis tidak akan menggunakan kata atau bahasa

yang berlebihan sehingga waktu yang digunakan pembaca tidak

terbuang percuma. (4) Pemakaian bahasa dapat diterima, yaitu

penulis menggunakan bahasa yang baik dan benar karena bahasa

yang dipakai masyarakat kebanyakan terutama yang berpendidikan

lebih mengutamakan bahasa formal sehingga mudah diterima.

Page 39: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

24

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil simpulan

bahwa ciriciri tulisan baik yaitu tulisan mencerminkan kemampuan

sang penulis dalam mempergunakan nada serasi, menyusun bahan-

bahan tersedia menjadi suatu keseluruhan utuh, menulis dengan

jelas, meyakinkan serta mampu mengkritik naskah tulisannya serta

merevisinya kembali.

2. Hakikat anekdot

a. Pengertian anekdot

Anekdot merupakan cerita singkat yang memberikan kesan

lucu terhadap pembaca. Kesan tersebut dapat membuat pembaca

tertawa karena isi ceritanya atau memberikan renungan terhadap

suatu hal. Cerita anekdot disajikan dengan teks yang memiliki ciri

khas sendiri. Jika dilihat dari struktur teksnya, anekdot dapat

dibedakan dengan jenis teks lain. Fatimah (2013: 219) menjelaskan

bahwa teks anekdot merupakan cerita narasi atau pun percakapan

yang lucu dengan berbagi tujuan, baik hanya sekadar hiburan atau

sendau gurau, sindiran, atau kritik tidak langsung. Sementara itu,

Khanifatul (dalam Jamilah, 2013: 62) mengemukakan bahwa

anekdot merupakan cerita singkat lucu yang bisa didapat dari

berbagai sumber, seperti pengalaman hidup, dan cerita dalam

kehudupan sehari-hari. Anekdot ialah cerita singkat yang menarik

karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting

atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Ada

Page 40: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

25

pengertian lain bahwa anekdot dapat merupakan cerita rekaan yang

tidak harus didasarkan pada kenyataan yang terjadi di masyarakat

yang menjadi partisipan atau pelaku di dalamnya pun tidak harus

orang penting.

Danandjaya (1991: 117) mengatakan bahwa lelucon dan

anekdot adalah dongeng-dongeng yang dapat menimbulkan ketawa

bagi yang mendengar maupun yang menceritakanya. Menurut Jan

Harold Brunvand (dalam Danandjaya 1991: 117) menganggap

bahwa anekdot lebih baik digolongkandalam sub golongan dari

legenda perseorangan (personal legend).

Perbedaan antara lelucon dan anekdot adalah jika anekdot

menyangkut kisah lucu fiktif pribadi seorang tokoh atau beberapa

tokoh, yang benar-benar ada, maka lelucon menyangkut kisah fiktif

lucu anggota suatu kolektif, seperti suku bangsa, golongan, bangsa,

dan ras.

Anekdot juga dapat dianggap sebagai bagian dari riwayat hidup

fiktif orang tertentu. Berdasarkan perbedaan sasaran yang

dilontarkannya, lelucon dapat dibedakan menjadi dua, yaitu lelucon

dan humor. Lelucon anekdot yang berfungsi sebagai proses sosial

atau sindiran dapat juga digolongkan sebagai lelucon politik.

Teks anekdot juga dapat berisi peristiwa-peristiwa yang

membuat jengkel atau konyol bagi partisipan yang mengalaminya.

Perasaan jengkel dan konyol seperti itu merupakan krisis yang

Page 41: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

26

ditanggapi dengan reaksi dari pertentangan antara nyaman, puas

dan frustasi, serta tercapai dan gagal (Bahasa Indonesia Ekspresi

Diri dan Akademik).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun KBBI,

2008:87), anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu

mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan

berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Anekdot sering dipilih

sebagai salah satu cara untuk mengungkapkan kepedulian atau

kepekaan terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat. Kelucuan

yang menjadi ciri khas anekdot ditulis sebagai pesan yang ingin

disampaikan dan akan lebih mudah dipahami bagi pengguna bahasa

yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas.

b. Struktur teks anekdot

Teks anekdot pada umumnya terdiri atas lima bagian. Pertama,

abstrak, yaitu bagian teks yang berfungsi memberi gambaran

tentang isi teks. Kedua, orientasi, yaitu bagian teks yang

menunjukkan awal kejadian cerita atau latar belakang bagaimana

peristiwa terjadi. Ketiga, krisis, yaitu bagian teks yang menjelaskan

hal atau masalah yang unik atau tidak biasa yang terjadi pada

penulis atau orang yang diceritakan. Keempat, reaksi, yaitu bagian

teks yang menerangkan cara penulisan atau orang yang diceritakan

dalam menyelesaikan masalah (yang muncul dibagian krisis). Dan

yang kelima, koda, merupakan bagian akhir dari cerita dan simpulan

Page 42: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

27

tentang kejadian yang dialami oleh penulis atau orang yang

diceritakan.

Hal tersebut senada dengan pendapat Mahsun (2013) bahwa

pada teks anekdot, peristiwa yang terdapat pada teks cerita ulang

harus menimbulkan krisis. Partisipan yang terlibat bereaksi pada

peristiwa itu sehingga teksnya berstruktur orientasi, krisis, lalu diikuti

reaksi. Teks anekdot merupakan suatu cerita lucu yang singkat dan

bertujuan untuk menghibur, menyindir, dan mendidik. Teks anekdot

memiliki bentuk yang hampir sama dengan cerita inspiratif. Berikut

perbedaan teks anekdot dengan teks cerita inspiratif: (1) teks

anekdot bertujuan menghibur pembaca dengan tetap

mempertahankan pesan yang disampaikan, sedangkan cerita

inspiratif bertujuan menyentuh hati; (2) pada umumnya teks inspiratif

lebih mudah dipahami dibandingkan teks anekdot; (3) teks anekdot

biasanya berisi kejadian yang tidak biasa; dan (4) teks anekdot terdiri

atas abstrak, orientasi, krisis, reaksi dan koda.

Perhatikan contoh teks anekdot berikut dan hasil analisis

strukturnya:

Presiden dan Burung Beo

Ada dua orang presiden yang terlibat dalam sesi tanya jawab dan suasananya cukup mengherankan.

Presiden 1: "Ada burung Beo yang sudah diajarkan dua bahasa sekaligus, dan burung Beo tadi bisa menirukan dengan bagus, satu bahasa Inggris dan yang ke dua bahasa Rusia. Jadi kalau ditarik kakinya yang kanan, burung Beo akan bicara bahasa Inggris dan kalau ditarik kakinya yang kiri burung Beo akan bicara bahasa Rusia,

Page 43: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

28

hebatkan!". Presiden 2: "Hebat-hebat!" "Bagaimana kalau kedua kakinya ditarik?" tanya presiden 1."Wah pasti burung Beo tadi bisa dua bahasa sekaligus!" jawab presiden 2. "Salah". "Oh mungkin dua bahasa tadi menjadi campur aduk!". "Salah". "Atau mungkin salah satu katanya akan ketukar, satu bahasa Inggris dan kata kedua bahasa Rusia". "Salah"."Loh ... jadi gimana donk?". "Yang jelas kalau kedua kakinya ditarik, burung Beonya akan jatuh dari sarangnya, bego!". "Eh jangan main-main ya, gini-gini gua presiden, walau hanya di rumah tangga, masa lu bilang bego!". Dan tak lama kemudian pun burung Beo itu menirukan kata-kata tersebut. "Presiden bego... presiden bego...presiden bego!" suara burung Beo terdengar berulang-ulang. (ilmanzblog.blogspot.com.)

Struktur teks anekdot “Presiden dan Burung Beo” di atas adalah

sebagai berikut:

1) Abstraksi: Ada dua orang presiden yang terlibat dalam sesi tanya

jawab.

2) Orientasi: Suasananya cukup mengherankan.

3) Krisis: "Yang jelas kalau kedua kakinya ditarik, burung Beonya akan

jatuh dari sarangnya, cukup!".

4) Reaksi: "Eh jangan main-main ya, gini-gini gua presiden, walau

hanya di rumah tangga, masa lu bilang bego!".

5) Koda: "Presiden bego...presiden bego...presiden bego!" suara

burung Beo terdengar berulang-ulang.

Secara umum, teks anekdot memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1)

anekdot selalu terilhami dari kejadian nyata yang diprovokasi

menjadi sebuah kelakar; (2) anekdot pada awalnya hanya

melibatkan tokoh-tokoh terkenal, tetapi seiring waktu penyajian

anekdot mengalami modifikasi ke arah fiktif; (3) anekdot bersifat

menghibur tetapi tujuan utamanya untuk mengungkapkan kebenaran

Page 44: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

29

yang lebih umum; (4) anekdot terkadang bersifat sindiran alami; dan

(5) anekdot dekat dengan tradisi tamsil.

Menginterpretasikan atau menafsirkan adalah proses

pemberian kesan terhadap makna yang disampaikan. Agar

penafsiran pembaca sesuai dengan makna yang ingin disampaikan,

teks anekdot harus ditulis dengan baik. Cara menulis anekdot

dengan baik adalah sebagai berikut: (1) berani; (2) berpikir diluar

batas; (3) mengolah diri sendiri; dan (4) kejutkan pembaca. Selain

itu, yang harus diperhatikan ketika menceritakan isi teks anekdot

adalah isi teks, dialog, intonasi, dan ekspresi.

3. Hakikat Pembelajaran Menulis Teks Anekdot

a. Pengertian Pembelajaran

Belajar adalah proses perubahan perilaku untuk memeroleh

pengetahuan, keterampilan terhadap sesuatu yang baru yang

mengarah pada suatu tujuan. Belajar juga merupakan proses

melihat, mengamati, memahami sesuatu yang dipelajari. Belajar

dapat dilakukan secara individu atau dengan keterlibatan orang lain.

Dalam dunia pendidikan, peserta didik yang melakukan proses

belajar. Tidak melakukannya secara individu, tetapi ada beberapa

komponen yang terlibat, seperti pendidik atau guru, media dan

strategi pembelajaran, kurikulum dan sumber belajar. Dari kata

belajar itulah kemudian lahir kata pembelajaran.

Page 45: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

30

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar

dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,

penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik.

Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang

manusia serta dapat berlaku dimana pun dan kapan pun. Hal senada

Hamalik (2011: 162) mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu

proses terjadinya interaksi antara pelajar dan pengajar dalam upaya

mencapai tujuan pembelajaran yang berlangsung dalam lokasi

tertentu dan jangka waktu tertentu pula.

Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik

menjadi kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil

tanpa ada orang yang membantu. Menurut Dimyati dan Mudjiono

(Sagala, 2010: 62), pembelajaran adalah kegiatan guru secara

terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat belajar

secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa

pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Konsep

pembelajaran menurut Corey (dalam Sagala, 2010: 61) adalah suatu

Page 46: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

31

proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola

untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam

kondisikondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi

tertentu, pembelajaran merupakan sub set khusus dari pendidikan.

Pembelajaran memiliki arti setiap kegiatan yang dirancang

untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai

yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk

mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi

kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya,

latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru

untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan

modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator

suksesnya pelaksanaan pembelajaran. Dapat ditarik kesimpulan

bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat

siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa

yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya

kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan

karena adanya usaha.

b. Pengertian Pembelajaran Menulis Anekdot

Ada berbagai cara seseorang untuk mengungkapkan isi

hatinya. Ada yang mampu mengungkapkannya secara lisan atau pun

tertulis. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kecepatan berpikir tiap

individu. Untuk menjembatani keadaan itu, maka pembelajaran

Page 47: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

32

keterampilan menulis perlu ditempatkan sebagai suatu hal utama.

Keterampilan menulis harus mendapat prioritas dalam pengajaran

keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa lainnya

merupakan penunjang pengajaran keterampilan menulis.

Pembelajaran menulis mengkaji beberapa keterampilan, yaitu

menyimak, berbicara dan membaca. Melalui keterampilan menulis,

siswa mampu mengembangkan kreativitas, intuisi, imajinasi, dan

daya nalarnya. Prinsip penting dalam pembelajaran menulis adalah

materi pembalajaran yang disajikan kepada siswa harus sesuai

dengan kemampuannya pada suatu tahapan pembelajaran tertentu.

Belajar memang merupakan upaya yang memakan waktu cukup

lama, dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, dari yang sederhana

sampai yang rumit.

Pembelajaran menulis menyibukkan para siswa untuk belajar

bahasa. Menulis disini dimaksudkan sebagai suatu proses

pengiriman dan penerimaan pesan akibat adanya hubungan antara

manusia satu dengan yang lain. Tarigan (2008: 19) menjelaskan

proses berkomunikasi secara tertulis ini berlangsung melalui tiga

media, yaitu; (1) visual, (2) lisan, dan (3) tulisan. Pembelajaran

menulis sangat erat hubungannya dengan komunikasi lisan dan

komunikasi tulis karena sifat penggunaannya saling berkaitan dalam

bahasa. Terdapat sejumlah situasi yang sekaligus membutuhkan

Page 48: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

33

kedua-duanya dan situasi-situasi lainnya yang membutuhkan dua

bahkan tiga jenis media.

Tarigan (2008: 20) membagi empat jenis aspek proses

komunikasi, yaitu (1) komunikator, (2) pesan, (3) saluran, dan (4)

penonton, pendengar dan pemirsa. Keempat jenis aspek proses

komunikasi itu sangat penting dalam melakukan kegiatan menulis.

Kemampuan menulis akan mudah dikuasai apabila penulis mampu

menerjemahkan keempat aspek proses komunikasi tersebut.

Sementara itu, Rohmadi (2010: 288) mengatakan bahwa

penciptaan humor adalah bentuk kreativitas pencipta humor dalam

memainkan kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Oleh karena itu

pemanfaatan aspek-aspek kebahasaan untuk menciptakan teks

humor atau anekdot sangat diperlukan. Lebih lanjut Rohmadi (2010:

288) menjelaskan bahwa dalam penciptaan wacana humor, pencipta

humor akan menuliskan huruf atau tulisan secara tidak wajar

sehingga menimbulkan kesan yang aneh pada penikmat humor.

Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran menulis anekdot adalah kegiatan yang dilakukan siswa

untuk menghasilkan tuliasn yang berupa teks anekdot dengan

memanfaatkan aspek-aspek kebahasaan, sehingga menimbulkan

tulisan yang menimbulkan reaksi pada pembaca berupa tersenyum,

tertawa, tersindir, dan tersinggung.

Page 49: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

34

4. Pembelajaran Menulis Anekdot Berdasarkan Kurikulum 2013

a. Pembelajaran menulis anekdot kelas X SMA

Anintah (2009: 27) mengatakan pembelajaran adalah

bagaimana kurikulum itu disajikan kepada peserta didik. Dalam

Kurikulum 2013, pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan

berbasis teks. Teks dapat diperinci menjadi deskripsi, penceritaan

(recount), prosedur, laporan, eksplanasi, eksposisi, diskusi, surat,

iklan, catatan harian, negosiasi, pantun, dongeng, anekdot, dan fiksi

sejarah.

Semua jenis teks tersebut dapat dikelompokkan ke dalam teks

cerita, teks faktual, dan teks tanggapan. Dua kelompok yang disebut

terakhir itu merupakan teks nonsastra yang masing-masing dapat

dibagi lebih lanjut menjadi teks laporan dan teks prosedural serta

teks transaksional dan teks ekspositori. Sementara itu, teks cerita

merupakan jenis teks sastra yang dapat diperinci menjadi teks cerita

naratif dan teks cerita nonnaratif.

Dalam melakukan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis

teks ini, pengajar hendaknya menempuh empat tahap pembelajaran,

yaitu: (1) tahap pembangunan konteks, (2) tahap pemodelan teks,

(3) tahap pembuatan teks secara bersama-sama, dan (4) tahap

pembuatan teks secara mandiri.

Page 50: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

35

b. Rencana pembelajaran menulis anekdot

Agar dalam proses pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan

baik, seorang guru harus menyusun perencanaan pembelajaran

secara matang dengan penuh pertimbangan agar sesuai dengan

tujuan yang diharapkan. Perencanaan tersebut meliputi pembuatan

silabus dan RPP. Sanjaya (2009: 328) menjelaskan bahwa silabus

merupakan penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi

dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator

pencapaian kompetensi untuk penilaian.

Berkaitan dengan pendapat tersebut, Mulyasa (2007: 190)

menyatakan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran adalah

rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu

materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus.

Rencana pelaksanaan pembelajaraan mencakup: 1) data sekolah,

mata pelajaran, dan kelas/semester; 2) materi pokok; 3) alokasi

waktu; 4) tujuan pembelajaran, kompetensi dasar dan indikator

pencapaian kompetensi; 5) materi pembelajaran; metode

pembelajaran, media, alat dan sumber belajar; (6) langkah-langkah

kegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian.

Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban

menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru

kelas) di SD dan untuk guru mata pelajaran yang diampunya untuk

guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Pengembangan RPP

Page 51: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

36

dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun

pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu

dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP

dapat dilakukan secara mandiri atau secara berkelompok.

Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara mandiri

dan/atau secara bersama-sama melalui musyawarah guru mata

pelajaran (MGMP) di dalam suatu sekolah tertentu difasilitasi dan

disupervisi kepala sekolah atau guru senior yang ditunjuk oleh

kepala sekolah.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 8A Tahun 2013 tentang

Implementasi Kurikulum, berbagai prinsip dalam mengembangkan

atau menyusun RPP adalah sebagai berikut. Prinsip pertama,

rencana pelaksanaan pembelajaran disusun guru sebagai

terjemahan dari ide kurikulum dan berdasarkan silabus yang telah

dikembangkan di tingkat nasional ke dalam bentuk rancangan proses

pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran. Prinsip

kedua, rencana pelaksanaan pembelajaran dikembangkan guru

dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam silabus dengan

kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta didik,

minat motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi,

gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang

budaya, norma, nilai, dan lingkungan peserta didik.

Page 52: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

37

Prinsip ketiga, rencana pelaksanaan pembelajaran harus

mendorong partisipasi aktif peserta didik. Artinya rencana

pelaksanaan pembelajaran harus didesain berpusat pada perserta

didik. Selanjutnya prinsip keempat, rencana pelaksanaan

pembelajaran harus sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 untuk

menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan tak

berhenti belajar, proses pembelajaran dalam RPP dirancang dengan

berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat,

rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian semangat

belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan belajar.

Prinsip kelima, rencana pelaksanaan pembelajaran harus

mampu mengembangkan budaya membaca dan menulis. Proses

pembelajaran dalam RPP dirancang untuk mengembangkan

kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan

berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. Prinsip keenam,

memberikan umpan-balik dan tindak lanjut. RPP memuat rancangan

program pemberian umpan-balik positif, penguatan, pengayaan, dan

remedi. Pemberian pembelajaran remedi dilakukan setiap saat

setelah suatu ulangan atau ujian dilakukan, hasilnya dianalisis, dan

kelemahan setiap peserta didik dapat teridentifikasi. Pemberian

pembelajaran diberikan sesuai dengan kelemahan peserta didik.

Prinsip ketujuh, rencana pelaksanaan pembelajaran harus

terdapat keterkaitan dan keterpaduan. RPP disusun dengan

Page 53: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

38

memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD,

materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber

belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun

dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan

lintas mata pelajaran untuk sikap dan keterampilan, dan keragaman

budaya. Prinsip kedelapan, rencana pelaksanaan pembelajaraan

harus menerapkan teknologi informasi dan komunikasi. RPP disusun

dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan

komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan

situasi dan kondisi.

Dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran

seorang guru harus memperhatikan langkah-langkah pengembangan

RPP. Dalam Permendikbud Nomor 8A Tahun 2013 tentang

Implementasi Kurikulum memaparkan langkah-langkah

pengembangan RPP. Langkah pertama dalam pengembangan

rencana pelaksanaan pembelajaran adalah mengkaji silabus. Lestari

(2013: 63) memaparkan bahwa silabus merupakan penjabaran

kompetensi inti dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian

kompetensi untuk penilaian. Secara umum, untuk setiap materi

pokok pada setiap silabus terdapat empat kompetensi dasar sesuai

dengan aspek kompetensi inti (sikap kepada Tuhan, sikap diri dan

terhadap lingkungan, pengetahuan, dan keterampilan). Untuk

Page 54: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

39

mencapai empat kompetensi dasar tersebut, di dalam silabus

dirumuskan kegiatan peserta didik secara umum dalam

pembelajaran berdasarkan standar proses. Kegiatan peserta didik ini

merupakan rincian dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah dan

mengomunikasikan. Kegiatan inilah yang harus dirinci lebih lanjut di

dalam RPP, dalam bentuk langkah-langkah yang dilakukan guru

dalam pembelajaran, yang membuat peserta didik aktif belajar.

Pengkajian terhadap silabus juga meliputi perumusan indikator

kompetensi dasar dan penilaiannya. Kedua, mengidentifikasi materi

pembelajaran. Mengidentifikasi materi pembelajaran yang

menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan

mempertimbangkan potensi peserta didik; relevansi dengan

karakteristik daerah; tingkat perkembangan fisik, intelektual,

emosional, sosial, dan spritual peserta didik; kebermanfaatan bagi

peserta didik; struktur keilmuan; aktualitas, kedalaman, dan keluasan

materi pembelajaran; relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan

tuntutan lingkungan; dan alokasi waktu.

Langkah ketiga menentukan tujuan. Tujuan dapat

diorganisasikan mencakup seluruh kompetensi dasar atau

diorganisasikan untuk setiap pertemuan. Tujuan mengacu pada

indikator, paling tidak mengandung dua aspek yaitu audience

(peserta didik) dan behavior (aspek kemampuan). Langkah keempat

Page 55: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

40

mengembangkan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran

dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan

proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta

didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam

rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang

dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan

pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik.

Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai

peserta didik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam

mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah (1) kegiatan

pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para

pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses

pembelajaran secara profesional; (2) kegiatan pembelajaran memuat

rangkaian kegiatan manajerial yang dilakukan guru, agar peserta

didik dapat melakukan kegiatan seperti di silabus; (3) kegiatan

pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan skenario langkah-

langkah guru dalam membuat peserta didik aktif belajar.

Kegiatan ini diorganisasikan menjadi kegiatan pendahuluan,

inti, dan penutup. Kegiatan inti dijabarkan lebih lanjut menjadi rincian

dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni:

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan,

dan mengomunikasikan.

Page 56: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

41

Pembelajaran yang bertujuan menguasai prosedur untuk

melakukan sesuatu, kegiatan pembelajaran dapat berupa pemodelan

atau demonstrasi oleh guru atau ahli, peniruan oleh peserta didik,

pengecekan dan pemberian umpan balik oleh guru, dan pelatihan

lanjutan. Langkah kelima penjabaran jenis penilaian. Dalam silabus

telah ditentukan jenis penilaiannya. Penilaian pencapaian

kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator.

Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes

dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran

sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk,

penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Oleh karena itu, pada

setiap pembelajaran peserta didik didorong untuk menghasilkan

karya, maka penyajian portofolio merupakan cara penilaian yang

harus dilakukan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang penilaian

yaitu: (1) penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian

kompetensi yaitu kompetensi dasar pada Kompetensi Inti 3 dan

Kompetensi Inti 4; (2) penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu

berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti

proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi

seseorang terhadap kelompoknya; (3) sistem yang direncanakan

adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti

semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk

Page 57: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

42

menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum,

serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik; (4) hasil penilaian

dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa

perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi

peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan,

dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi

ketuntasan; dan (5) sistem penilaian harus disesuaikan dengan

pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran.

Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas

observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses

misalnya teknik wawancara, maupun produk berupa hasil melakukan

observasi lapangan.

Langkah keenam menentukan alokasi waktu. Penentuan

alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah

minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan

mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman,

tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi

waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu

rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh

peserta didik yang beragam. Oleh karena itu, alokasi tersebut dirinci

dan disesuaikan lagi di RPP. Langkah terakhir menentukan sumber

belajar. Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang

digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak

Page 58: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

43

dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan

budaya.

c. Pelaksanaan pembelajaran menulis anekdot

Pelaksanaan pembelajaran menulis anekdot dilaksanakan

berdasarkan RPP yang sudah dibuat sebelumnya. Hal ini sejalan

dengan pengertian RPP menurut Mulyasa ( 2007: 212), yaitu suatu

perkiraan atau proyeksi guru mengenai seluruh kegiatan yang akan

dilakukan baik oleh guru maupun peserta didik, terutama kaitannya

dengan pembentukan kompetensi. Dengan demikian, pada saat guru

membuat RPP, guru harus sudah memiliki gambaran mengenai

pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Dalam Kurikulum 2013 proses pembelajaran menggunakan

pendekatan scientific, sesuai dengan karakteristik bahasa dan sastra

Indonesia sebagai bagian dari natural science, pembelajaran bahasa

dan sastra Indonesia harus merefleksikan kompetensi sikap ilmiah,

berpikir ilmiah, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan pembelajaran

yang dilakukan melalui proses mengamati, menanya, mencoba,

mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Kegiatan mengamati

bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks situasi

nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses

mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi,

melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak.

Page 59: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

44

Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses

membangun pengetahuan siswa dalam bentuk konsep, prinsip,

prosedur, hukum dan teori, hingga berpikir metakognitif. Tujuannya

agar siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi (critical

thingking skill) secara kritis, logis, dan sistematis. Proses menanya

dilakukan melalui kegiatan diskusi dan kerja kelompok serta diskusi

kelas. Praktik diskusi kelompok memberi ruang kebebasan

mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa sendiri, termasuk

dengan menggunakan bahasa daerah.

Kegiatan mencoba bermanfaat untuk meningkatkan

keingintahuan siswa, mengembangkan kreativitas, dan keterampilan

kerja ilmiah. Kegiatan ini mencakup merencanakan, merancang, dan

melaksanakan eksperimen, serta memeroleh, menyajikan, dan

mengolah data. Pemanfaatan sumber belajar termasuk mesin

komputasi dan otomasi sangat disarankan dalam kegiatan ini.

Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun

kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah. Kegiatan dapat dirancang

oleh guru melalui situasi yang direkayasa dalam kegiatan tertentu

sehingga siswa melakukan aktivitas antara lain menganalisis data,

mengelompokkan, membuat kategori, menyimpulkan, dan

memprediksi/mengestimasi dengan memanfaatkan lembar kerja

diskusi atau praktik.

Page 60: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

45

Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk

menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan,

gambar/sketsa, diagram, atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar

siswa mampu mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan

penerapannya, serta kreasi siswa melalui presentasi, membuat

laporan, dan/atau unjuk karya.

Agar pembelajaran terus menerus membangkitkan kreativitas

dan keingintahuan siswa, kegiatan pembelajaran kompetensi yang

dilakukan adalah (1) menyajikan atau mengajak siswa mengamati

fakta atau fenomena baik secara langsung dan/atau rekonstruksi

sehingga siswa mencari informasi, membaca, melihat, mendengar,

atau menyimak fakta/fenomena tersebut; (2) memfasilitasi diskusi

dan tanya jawab dalam menemukan konsep, prinsip, hukum, dan

teori; (3) mendorong siswa aktif mencoba melalui kegiatan

eksperimen; (4) memaksimalkan pemanfaatan teknologi dalam

mengolah data, mengembangkan penalaran dan memprediksi

fenomena; dan (5) memberi kebebasan dan tantangan kreativitas

dalam presentasi dengan aplikasi baru yang terduga sampai tak

terduga.

Selain itu terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi

kegiatan proses pembelajaran. Menurut Sanjaya (2009: 335) faktor

yang memengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran di

Page 61: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

46

antaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang

tersedia, serta faktor lingkungan.

Faktor guru sangat memengaruhi kegiatan proses

pembelajaran karena guru adalah komponen yang sangat

menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa

guru, bagaimana pun bagus dan idealnya suatu strategi, maka

strategi itu tidak mungkin dapat diaplikasikan. Setiap guru memiliki

pengalaman, pengetahuan, kemampuan, gaya, dan pandangan yang

berbeda dalam mengajar. Masing-masing perbedaan tersebut dapat

memengaruhi baik dalam penyusunan strategi atau implimentasi

pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran guru memegang peran yang

sangat penting. Guru bukan hanya berperan sebagai model atau

teladan bagi siswa yang diajarnya, melainkan juga sebagai pengelola

pembelajaran. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses

pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.

Ada sejumlah aspek yang dapat memengaruhi kualitas proses

pembelajaran dilihat dari faktor guru, yaitu tempat asal kelahiran

guru, suku, latar budaya dan adat istiadat, keadaan keluarga dari

mana guru itu berasal, misalkan apakah guru itu berasal dari

keluarga yang tergolong mampu atau tidak; apakah guru itu berasal

dari keluarga harmonis atau bukan.

Page 62: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

47

Aspek lain yang melingkupi faktor guru adalah pengalaman

yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan

guru (pengalaman latihan profesional, tingkatan pendidikan,

pengalaman jabatan, dan lain sebagainya). Selain itu, segala

sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru, misalnya

sikap guru terhadap profesinya, sikap guru terhadap siswa,

kemampuan atau intelegensi guru, motivasi dan kemampuan guru

dalam mengelola pembelajaran juga menjadi bagian dari aspek yang

dapat memengaruhi proses pembelajaran. Faktor lain yang dapat

memengaruhi proses pembelajaran adalah faktor siswa. Siswa

adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap

perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan

seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama

perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu

sama. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi proses pembelajaran

ditinjau dari aspek siswa adalah faktor latar belakang serta faktor

sifat yang dimiliki siswa. Faktor latar belakang siswa meliputi jenis

kelamin siswa, tempat kelahiran dan tempat tinggal siswa, serta

tingkat sosial ekonomi.

d. Penilaian pembelajaran menulis anekdot

Penilaian hasil pembelajaran dalam Kurikulum 2013 dapat

menggunakan penilaian autentik. Penilaian autentik adalah proses

pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan

Page 63: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

48

pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui

berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau

menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan

kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai.

Penilaian dapat dilakukan dengan portofolio yang merupakan

kumpulan yang sistematis pekerjaan peserta didik yang dianalisis

untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam

kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam

pendekatan problem based learning (PBL) dilakukan dengan cara

evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment. Self-

assessment merupakan penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu

sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan

merujuk pada tujuan yang ingin dicapai oleh pebelajar itu sendiri

dalam belajar, sedangkan peer-assessment adalah penilaian dimana

pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya

dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri

maupun oleh teman dalam kelompoknya.

Penilaian yang relevan dalam PBL antara lain penilaian kinerja

peserta didik dan penilaian portofolio peserta didik. Pada penilaian

kinerja, peserta didik diminta untuk unjuk kerja atau

mendemonstrasikan kemampuan melakukan tugas-tugas tertentu,

seperti menulis karangan, melakukan suatu eksperimen,

menginterpretasikan jawaban pada suatu masalah, memainkan

Page 64: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

49

suatu lagu, atau melukis suatu gambar, sedangkan penilaian

portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada

kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan

peserta didik dalam suatu periode tertentu. Informasi perkembangan

peserta didik dapat berupa hasil karya terbaik peserta didik selama

proses belajar, pekerjaan hasil tes, piagam penghargaan, atau

bentuk informasi lain yang terkait kompetensi tertentu dalam suatu

mata pelajaran.

Dari informasi perkembangan itu peserta didik dan guru dapat

menilai kemajuan belajar yang dicapai dan peserta didik terus

berusaha memperbaiki diri. Penilaian portofolio dapat dipakai untuk

penilaian pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif.

5. Model pembelajaran

Ada beberapa ahli yang mendefinisikan pengertian model

pembelajaran. Joyce (dalam Trianto, 2009: 22) berpendapat bahwa model

pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau

pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat

pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum,

dan lain-lain.

Adapun Arends (dalam Trianto, 2009: The term teaching model

refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax,

environment, and management system. Istilah model pengajaran

Page 65: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

50

mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk

tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.

Menurut Nieveen (Trianto, 2009: 24), suatu model pembelajaran

dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut: Pertama, sahih

(valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal, yaitu: (1) apakah model

yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritis yang kuat; dan (2)

apakah terdapat konsistensi internal. Kedua, praktis. Aspek kepraktisan

hanya dapat dipenuhi jika: (1) para ahli dan praktisi menyatakan bahwa

apa yang dikembangkan dapat diterapkan; dan (2) kenyataan

menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan.

Ketiga, efektif. Berkaitan dengan aspek efektivitas ini, Nieveen

memberikan parameter sebagai berikut: (1) ahli dan praktisi berdasar

pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan (2) secara

operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang

diharapkan. Dalam memilih suatu model pembelajaran, harus

mempertimbangkan beberapa hal, antara lain: materi pelajaran, tingkat

perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia

sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong

tumbuhnya rasa senang dalam diri peserta didik terhadap pelajaran,

menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas,

memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk memahami pelajaran

Page 66: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

51

sehingga memungkinkan peserta didik mencapai hasil belajar yang lebih

baik.

Ukuran keberhasilan mengajar guru utamanya adalah terletak pada

terjadi tidaknya peningkatan hasil belajar peserta didik. Melalui pemilihan

model pembelajaran yang tepat guru dapat memilih atau menyesuaikan

jenis pendekatan dan metode pembelajaran dengan karakteristik materi

pelajaran yang disajikan. Hal penting yang harus selalu diingat bahwa

tidak ada satu strategi pembelajaran yang paling ampuh untuk segala

situasi. Oleh sebab itu guru dituntut untuk memiliki pemahaman yang

komprehensip serta mampu mengambil keputusan yang rasional kapan

waktu yang tepat untuk menerapkan salah satu atau beberapa strategi

secara efektif (Killen, dalam Aunurrahman, 2009: 143). Liench & Scott

(dalam Aunurrahman, 2009: 144), mengingatkan beberapa hal yang perlu

dipertimbangkan guru dalam memilih dan menentukan model

pembelajaran dengan mengkaji kemana, pembelajaran akan

dititikberatkan, apakah pada outcome, proses atau content.

Brady (Aunurrahman, 2009: 146), mengemukakan bahwa model

pembelajaran dapat diartikan sebagai blueprint yang dapat dipergunakan

untuk membimbing guru di dalam mempersiapkan dan melaksanakan

pembelajaran. Untuk lebih memahami model pembelajaran, selanjutnya ia

mengemukakan 4 premis tentang model pembelajaran, yaitu:

Page 67: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

52

a. Model memberikan arah untuk persiapan dan implementasi kegiatan

pembelajaran. Karena itu model pembelajaran lebih bermuatan praktis

implementatif daripada bermuatan teori.

b. Meskipun terdapat sejumlah model pembelajaran yang berbeda, namun

pemisahan antara satu model dengan model yang lain tidak bersifat

deskrit. Meskipun terdapat beberapa jenis model yang berbeda,

modelmodel tersebut memiliki keterkaitan, terlebih lagi di dalam proses

implementasinya. Oleh sebab itu, guru harus menginterpretasikannya

ke dalam perilaku mengajar guna mewujudkan pembelajaran yang

bermakna.

c. Tidak ada satu pun model pembelajaran yang memiliki kedudukan lebih

penting dan lebih baik dari yang lain. Tidak satupun model tunggal yang

dapat merealisasikan berbagai jenis dan tingkatan tujuan pembelajaran

yang berbeda.

d. Pengetahuan guru tentang berbagai model pembelajaran memiliki arti

penting di dalam mewujudkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.

Keunggulan model pembelajaran dapat dihasilkan bilamana guru

mampu mengadaptasikan atau mengkombinasikan beberapa model

sehingga menjadi lebih serasi dalam mencapai hasil belajar siswa yang

lebih baik.

6. Model discovery learning

Model pembelajaran Discovery Learning atau yang dikenal dengan

belajar penemuan dikemukakan oleh seorang ahli yang bernama Bruner.

Page 68: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

53

Bruner ( dalam Wilis, 2006: 79) menganggap bahwa belajar penemuan

sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan

dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Dalam

pembelajaran Discovery Learning ini, peserta didik berusaha sendiri untuk

mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya dan

menghasilkan pengetahuan yang benarbenar bermakna. Bruner

menyarankan agar para peserta diidk hendaknya belajar melalui

partisipasi secara aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip agar mereka

dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-

eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip

itu sendiri.

Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan

menunjukkan beberapa kebaikan. Pertama, pengetahuan itu bertahan

lama atau lama diingat atau lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan

pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain. Kedua, hasil belajar

penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar

lainnya. Dengan kata lain, konsep-konsep dan prinsip prinsip yang

dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi-

situasi baru. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan

penalaran peserta didik dan kemampuan untuk berpikir secara bebas.

Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan kognitif

peserta didik untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa

pertolongan orang lain. Bruner juga mengemukakan bahwa belajar

Page 69: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

54

penemuan membangkitkan keingintahuan peserta didik, memberi motivasi

untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban-jawaban. Pendekatan ini

dapat mengajarkan keterampilan memecahkan masalah tanpa

pertolongan orang lain dan meminta para peserta didik untuk

menganalisis dan memanipulasi informasi, tidak hanya menerima saja.

Bruner (1971:182) menyadari bahwa belajar penemuan yang murni

memerlukan waktu sehingga menyarankan agar penggunaan belajar

penemuan ini hanya diterapkan sampai batas-batas tertentu, yaitu dengan

mengarahkannya pada struktur bidang studi.

Jamilah (2013:42) mengemukakan bahwa penerapan metode

discovery learning merupakan suatu cara mengajar yang melibatkan

peserta didik dalam proses kegiatan mencoba menemukan sendiri agar

peserta didik dapat belajar sendiri. Dengan menggunakan metode

discovery learning dalam pembelajaran peserta didik menemukan sendiri

atau mengalami proses pembelajaran sendiri.

Mulyani (2013: 39-40) berpendapat bahwa model pembelajaran

penemuan terbimbing merupakan model pembelajaran yang bersifat

student oriented dengan teknik trial and error, menerka menggunakan

intuisi, menyelidiki, menarik kesimpulan, serta memungkinkan guru

melakukan bimbingan dan penunjuk jalan dalam membantu siswa untuk

mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan yang mereka miliki untuk

menemukan pengetahuan yang baru. Bruner (dalam Wilis, 2006: 83-84)

menyatakan bahwa dalam belajar penemuan, metode dan tujuan tidak

Page 70: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

55

sepenuhnya seiring. Tujuan belajar bukan hanya untuk memperoleh

pengetahuan saja. Tujuan belajar sebenarnya ialah untuk memperoleh

pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan

intelektual para peserta diidk serta merangsang keingintahuan mereka

dan memotivasi kemampuan mereka.

Selain itu, dalam belajar penemuan, peserta didik mendapat

kebebasan sampai batas-batas tertentu untuk menyelidiki secara

perorangan atau dalam suatu tanya jawab dengan guru atau oleh guru

dan/atau peserta didik lain untuk memecahkan masalah yang diberikan

oleh guru atau oleh guru dan peserta didik bersama-sama. Dengan

demikian, jelas bahwa peranan guru sangat berbeda bila dibandingkan

dengan peranan guru yang mengajar secara kuno dengan metode

ceramah.

Dalam belajar penemuan ini guru tidak begitu mengendalikan proses

belajar mengajar. Dalam belajar penemuan, peranan guru antara lain:

a. Guru merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran

terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki oleh peserta

didik.

b. Guru menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi

para peserta didik untuk memecahkan masalah. Sudah seharusnya

materi pelajaran itu dapat mengarah pada pemecahan masalah yang

aktif dan belajar penemuan, misalnya dengan menggunakan fakta-fakta

yang berlawanan. Guru hendaknya mulai dengan sesuatu yang sudah

Page 71: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

56

dikenal oleh peserta didik. Kemudian, guru mengemukakan sesuatu

yang berlawanan. Dengan demikian, terjadi konflik dengan pengalaman

peserta didik. Akibatnya timbullah masalah. Dalam keadaan yang ideal,

hal yang berlawanan itu menimbulkan suatu kesangsian yang

merangsang para peserta didik untuk menyelidiki masalah itu,

menyusun hipotesis, dan mencoba menemukan konsep atau prinsip-

prinsip yang mendasari masalah itu.

c. Selain hal-hal yang tersebut di atas, guru juga harus memperhatikan

tiga cara penyajian, yaitu cara enaktif, ikonik, dan simbolis. Untuk

menjamin keberhasilan belajar, guru hendaknya jangan menggunakan

cara penyajian yang tidak sesuai dengan tingkat kognitif peserta didik.

d. Bila peserta didik memecahkan masalah di laboratorium atau secara

teoretis, guru hendaknya jangan mengungkapkan terlebih dahulu

prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi ia hendaknya

memberikan saransaran bilamana diperlukan.

Berdasarkan fakta dan hasil pengamatan, penerapan pendekatan

Discovery Learning dalam pembelajaran memiliki beberapa kelebihan,

antara lain yaitu:

a. Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan

keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif.

b. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan

ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.

Page 72: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

57

c. Menimbulkan rasa senang pada peserta didik, karena tumbuhnya rasa

menyelidiki dan berhasil.

d. Metode ini memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan

sesuai dengan kecepatannya sendiri.

e. Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri

dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

f. Metode ini dapat membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya,

karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

g. Berpusat pada peserta didik dan guru berperan sama-sama aktif

mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan guru pun dapat bertindak

sebagai peserta didik, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.

h. Membantu peserta didik menghilangkan skeptisme (keragu-raguan)

karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

i. Peserta didik akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

j. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi

proses belajar yang baru.

k. Mendorong peserta didik berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

l. Mendorong peserta didik berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis

sendiri.

m. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsic.

n. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

o. Proses belajar meliputi sesama aspeknya peserta didik menuju pada

pembentukan manusia seutuhnya.

Page 73: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

58

p. Meningkatkan tingkat penghargaan pada peserta didik.

q. Kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai

jenis sumber belajar.

r. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. (Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, 2013: 161-162)

Menurut Syah (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013:

163-164), langkah-langkah dalam mengaplikasikan model Discovery

Learning di kelas antara lain sebagai berikut:

b. Langkah Persiapan Metode Dicovery Learning

1) Menentukan tujuan pembelajaran.

2) Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan

awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya).

3) Memilih materi pelajaran.

4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara

induktif (dari contoh-contoh generalisasi).

5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-

contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta

didik.

6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks,

dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik

sampai ke simbolik.

7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

c. Prosedur aplikasi metode discovery learning

Page 74: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

59

Menurut Syah (dalam Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2013: 163-164) dalam mengaplikasikan metode

Discovery Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus

dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran secara umum sebagai

berikut:

1) Stimulation (Stimulasi/ Pemberian Rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada

sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian

dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul

keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat

memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran

membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada

persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi

untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat

mengembangkan dan membantu peserta didik dalam

mengeksplorasi bahan. Stimulasi dilakukan dengan menggunakan

teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan

yang dapat menghadapkan peserta didik pada kondisi internal

yang mendorong eksplorasi. Dengan demikian seorang guru

harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada

peserta didik agar tujuan mengaktifkan peserta didik untuk

mengeksplorasi dapat tercapai.

Page 75: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

60

2) Problem statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi

sebanyak mungkin agenda- agenda masalah yang relevan

dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan

dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas

pertanyaan masalah), sedangkan menurut permasalahan yang

dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan,

atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban

sementara atas pertanyaan yang diajukan. Memberikan

kesempatan peserta didik untuk mengidentifikasi dan

menganalisis permasalahan yang mereka hadapi, merupakan

teknik yang berguna dalam membangun pesrta didik agar mereka

terbiasa untuk menemukan suatu masalah.

3) Data collection (Pengumpulan data)

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan informasi

sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau

tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab

pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan

demikian peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan

(collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,

Page 76: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

61

mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji

coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah

peserta didik belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang

berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan

demikian secara tidak disengaja peserta didik menghubungkan

masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

4) Data processing (Pengolahan data)

Menurut Syah (dalam Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2013: 164) pengolahan data merupakan kegiatan

mengolah data dan informasi yang telah diperoleh peserta didik

baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu

ditafsirkan. Djamarah (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

2013: 164) emua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi,

dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,

ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta

ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu Data processing

disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang

berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari

generalisasi tersebut peserta didik akan mendapatkan

pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang

perlu mendapat pembuktian secara logis.

5) Verification (Pembuktian)

Page 77: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

62

Menurut Syah (dalam Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2013: 164), pada tahap ini peserta didik melakukan

pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau

tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif,

dihubungkan dengan hasil data processing. Verification menurut

Bruner (dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013:

164) bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan

kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman

melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang

ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu

itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti

atau tidak.

6) Generalization (Menarik kesimpulan/ Generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses

menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum

dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama..

Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang

mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan peserta didik

harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan

pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau

prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang,

Page 78: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

63

serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari

pengalaman-pengalaman itu.

Mengenai tingkat keberhasilan Discovery Learning, Anitah (2009: 56)

Discovery Learning berpendapat “ tingkat keberhasilan tergantung pada:

kemampuan guru merencanakan, penentuan proses yang efektif,

penyiapan situasi yang mengajak peserta didik mengidentifikasi problem,

dan bantun untuk menemukan hubungan antara apa yang telah diketahui

dengan pengalaman baru yag ditemukan.

Model pembelajaran Discovery Learning tentunya berbeda dengan

model pembelajaran Problem Based Learning. Perbedaan tersebut

terletak pada langkah-langkah pembelajaran yang digunakan. Pada model

pembelajaran Problem Based Learning peserta didik diberikan sebuah

masalah dan permasalahan tersebut bisa didefinisikan, akan tetapi pada

model pembelajaran Discovery Learning menggunakan langkah-langkah

yang lebih rinci, meliputi identifikasi masalah, pengumpulan data,

pengolahan data, pembuktian, dan menarik kesimpulan. Pada

pembelajaran Discovery Learning ini guru hanya berperan sedikit dalam

proses pembelajaran.

B. Tinjauan Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Page 79: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

64

1. Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Prihantoro pada tahun 2014

dengan judul “Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran

Menulis Teks Anekdot (Studi Kasus Kelas X Sma N 1 Karanganyar)”.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perencanaan

pembelajaran menulis teks anekdot yang dilakukan oleh guru bahasa

Indonesia, pelaksanaan pembelajaran menulis teks anekdot, kendala-

kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran menulis teks anekdot,

dan upaya-upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala-

kendala yang ditemui dalam pembelajaran menulis teks anekdot sesuai

Kurikulum 2013 di kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar. Jenis penelitian

ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan

studi kasus dengan strategi tunggal terpancang. Sumber data yang

digunakan peneliti adalah peristiwa pembelajaran menulis teks anekdot,

informan, dan dokumen. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan

dengan pengamatan langsung atau observasi, teknik wawancara, dan

teknik analisis dokumen.Validitas data diperoleh melalui triangulasi

data, triangulasi metode, dan review informan. Teknik analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif

(interactive model of analysis). Simpulan penelitian ini dapat

dikemukakansebagai berikut. Pertama, perencanaan pembelajaran

berupa RPP sudah sesuai dengan kurikulum 2013, namun masih ada

kekurangan pada perumusan kompetensi dasar dan indikator; Kedua,

Page 80: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

65

pelaksanaan pembelajaran menulis teks anekdot menggunakan

metode diskusi kelompok. Jenis materi yang diberikan berupa fakta,

konsep, prinsip, dan prosedur. Evaluasi yang dilakukan guru adalah

penilaian proses dan penilaian hasil; Ketiga, kendala yang timbul dari

segi guru: kesulitan menyusun RPP sesuai Kurikulum 2013; materi

masih kurang; kesulitan menentukan metode dan media yang tepat;

penggunaan waktu yang kurang efisien. Dari segi siswa: Presepsi

siswa bahwa menulis itu sulit; minat yang rendah; kesulitan

menuangkan ide; Keempat, upaya yang dilakukan guru untuk

mengatasi kedala: memaksimalkan MGMP untuk menyusun RPP;

mencari referensi materi bahan ajar dari berbagai sumber;

menggunakan media dan metode yang kreatif daan inovatif;

memotivasi siswa dengan memberi contoh dari karya guru sendiri;

mengawali pembelajaran dengan permainan; membiasakan siswa

menulis.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Jamilah (2013) dengan judul

“Eksperimentasi Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR)

Dengan Metode Discovery Learning Pada Materi Pokok Bentuk Aljabar

Ditinjau Dari Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas VII SMP

Negeri Se-Kota Pontianak”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1)

manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik,

pembelajaran menggunakan pendekatan PMR dengan metode

Discovery Learning, pendekatan PMR, atau pendekatan pembelajaran

Page 81: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

66

langsung pada materi pokok bentuk aljabar, (2) manakah yang

mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik, siswa yang memiliki

kemampuan komunikasi matematik tinggi, sedang atau rendah pada

materi pokok bentuk aljabar, (3) pada masing-masing kategori

pendekatan pembelajaran, manakah yang mempunyai prestasi belajar

matematika lebih baik, siswa yang memiliki kemampuan komunikasi

matematik tinggi, sedang, atau rendah pada materi pokok bentuk

aljabar, (4) pada masing-masing tingkat kemampuan komunikasi

matematik siswa, manakah yang memberikan prestasi belajar

matematika lebih baik, pembelajaran menggunakan pendekatan PMR

dengan metode Discovery Learning, pendekatan PMR, atau

pendekatan pembelajaran langsung pada materi pokok bentuk aljabar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu atau quasi

eksperimental dengan rancangan penelitian menggunakan rancangan

faktorial 3 x 3. Penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas, yaitu

pendekatan pembelajaran dan kemampuan komunikasi matematik, dan

satu variabel terikat, yaitu prestasi belajar matematika. Populasi dalam

penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri se-Kota Pontianak.

Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 9 kelas VII dari 3 SMP Negeri

se-Kota Pontianak, yang terdiri dari 3 kelas eksperimen I, 3 kelas

eksperimen II, dan 3 kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan

dengan tehnik stratified cluster random sampling. Tehnik pengumpulan

data dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi, yaitu

Page 82: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

67

mengumpulkan data hasil ujian nasional tahun pelajaran 2012/2013

untuk mata pelajaran matematika sebagai data kemampuan awal siswa

dan metode tes yang terdiri dari tes prestasi belajar matematika berupa

20 soal pilihan ganda untuk mengetahui prestasi belajar matematika

dan tes kemampuan komunikasi matematik berupa 5 soal uraian untuk

mengetahui tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa pada

materi pokok bentuk aljabar. Sebelum instumen tes digunakan,

dilakukan uji validitas isi dan divalidasi oleh 2 orang validator, analisis

tingkat kesukaran dan daya pembeda butir soal, dan uji reliabilitas.

Sebelum dilakukan eksperimen, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas

populasi, uji homogenitas variansi populasi, dan uji keseimbangan

terhadap data kemampuan awal. Uji keseimbangan menggunakan

analisis variansi satu jalan dengan sel tak sama. Uji prasyarat analisis

data prestasi belajar matematika terdiri dari uji normalitas populasi dan

uji xvii homogenitas variansi populasi. Analisis data dilakukan dengan

uji hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak

sama dengan taraf signifikansi a = 0,01. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa: (1) Tidak terdapat perbedaan pengaruh pendekatan PMR

dengan metode Discovery Learning, pendekatan PMR, dan pendekatan

pembelajaran langsung terhadap prestasi belajar matematika. Ini berarti

bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan PMR dengan metode

Discovery Learning, pendekatan PMR, dan pendekatan pembelajaran

langsung memberikan prestasi belajar matematika yang sama baik

Page 83: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

68

pada materi pokok bentuk aljabar. (2) Terdapat perbedaan pengaruh

kemampuan komunikasi matematik tinggi, sedang, dan rendah

terhadap prestasi belajar matematika. Setelah dilakukan uji komparasi

rerata antar kolom, diperoleh bahwa siswa yang memiliki kemampuan

komunikasi matematik tinggi mempunyai prestasi belajar matematika

yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan komunikasi

matematik sedang. Siswa yang memiliki kemampuan komunikasi

matematik tinggi lebih mempunyai prestasi yang lebih baik dari siswa

yang memiliki kemampuan komunikasi matematik rendah. Siswa yang

memiliki kemampuan komunikasi matematik sedang mempunyai

prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang

memiliki kemampuan komunikasi matematik rendah. Tidak terdapat

interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan komunikasi

matematik terhadap prestasi belajar matematika. Ini berarti bahwa: (3)

pada masing-masing kategori pendekatan pembelajaran, siswa yang

memiliki kemampuan komunikasi matematik tinggi mempunyai prestasi

yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan komunikasi

matematik sedang dan rendah dan siswa yang memiliki kemampuan

komunikasi matematik sedang mempunyai prestasi belajar matematika

yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan

komunikasi matematik rendah, dan (4) pada masing-masing tingkat

kemampuan komunikasi matematik, pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan PMR dengan metode Discovery Learning,

Page 84: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

69

pendekatan PMR, dan pendekatan pembelajaran langsung

memberikan prestasi belajar matematika pada materi pokok bentuk

aljabar. Kata Kunci: Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik

(PMR), Metode Discovery Learning, Pendekatan Pembelajaran

Langsung, Kemampuan Komunikasi Matematik, Prestasi Belajar

Matematika, Bentuk Aljabar.

Kedua penelitian di atas memiliki relevansi dengan penelitian ini.

Relevansi pada penelitian pertama terletak pada objek kajian penelitian

yaitu menulis teks anekdot. Sedangkan, pada penelitian kedua memiliki

relevansi dipandang dari model pembelajaran yang diterapkan yaitu

discovery learning.

C. Kerangka Pikir

Kurikulum 2013 dirancang untuk mempersiapkan insan Indonesia

untuk memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang

produktif, kreatif, inovatif dan efektif serta mampu berkontribusi pada

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.

Kurikulum 2013 mengharuskan seorang guru untuk merancang proses

pembelajaran yang inovatif dan berlandaskan teknologi, agar

menghasilkan peserta didik yang kreatif, produktif dan dapat

menyongsong era globalisasi.

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dan

peserta didik untuk membuat peserta didik belajar dengan cara

Page 85: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

70

mengaktifkan faktor internal dan eksternal sehingga tujuan berupa

perubahan yang dialami oleh peserta didik, perubahan itu meliputi aspek

kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Sebelum memulai pembelajaran guru tentunya harus menyiapkan

materi (bahan ajar), memilih dan menetapkan model, menerapkan

metode, media, teknik, dan beberapa hal yang tercakup dalam suatu

rancangan pelaksanaan pengajaran (RPP). Dalam RPP juga harus

memuat alur pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan tepat dan

efisien. Memilih model, metode dan menyiapkan media secara baik dan

tepat sehingga siswa dapat tertarik dan berparsipasi aktif dalam proses

pembelajaran menulis teks anekdot. Selain itu, guru juga diharapkan

mampu mengetahui kendala-kendala yang terjadi pada proses

pembelajaran dan mencari solusi untuk mengatasi kendala tersebut,

sehingga dalam pembelajaran selanjutnya dapat diantisipasi dan

diminimalisasi ketidakberhasilan pembelajaran tersebut.

Model pembelajaran Discovery Learning merupakan suatu rangkaian

kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan

peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,

analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya

dengan penuh percaya diri. Model pembelajaran Discovery Learning

dirancang untuk meningkatkan keaktivan peserta didik yang lebih besar

dan berorientasi pada proses maupun hasil belajar secara bersama-sama.

Page 86: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

71

Berdasarkan karakteristik model ini, diharapkan memberikan

sumbangan yang baik dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya

pada materi menulis teks anekdot. Berdasarkan pada semua penjelasan

dan paparan yang telah dijelaskan di atas, dan hasil penelitian yang

diperoleh, nantinya akan ditarik sebuah kesimpulan mengenai hasil

eksperimentasi penerapan model Discovery Learning dalam pembelajaran

menulis teks anekdot . Berikut ini alur kerangka pikir yang digunakan oleh

peneliti.

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

Kemampuan awal siswa dalam menulis teks anekdot

Penerapan model discovery learning

Kelas eksperimen

Kemampuan akhir yang diharapkan

Kemampuan akhir yang diharapkan

Kelas kontrol

Kesimpulan akhir

Penerapan model pembelajaran biasa

Page 87: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

72

D. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis nol

atau hipotesis nihil. Rumusan tersebut adalah tidak ada perbedaan

kemampuan menulis teks anekdot antara kelas yang mengunakan model

pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran dengan kelas yang

belajar dengan model pembelajaran konvensional.

Page 88: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

73

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian true-eksperimental (penelitian murni)

karena dalam desain penelitian ini, peneliti dapat mengontrol semua

varabel yang dating dari luar dan dapat mempengaruhi jalannya

eksperimen. Perlakuan yang dilakukan terhadap variabel bebas dilihat

hasilnya pada variabel terikatnya. Penelitian eksperimen adalah penelitian

yang benar-benar untuk melihat sebab akibat (Ruseffendi, 1994:47).

Pendapat ini sesuai dengan Sutrisno (1988:36) yang menyatakan penelitian

eksperimen untuk membuktikan akibat dari suatu treatment yang sengaja

diciptakan untuk dibuktikan kebenarannya. Dalam penelitian eksperimen

diperlukan aturan-aturan tertentu dalam melaksanakannya. Menurut

Ruseffendi (1994) tentang penelitian eksperimen menyatakan bahwa

penelitian eksperimen harus memenuhi persyaratan seperti (1)

membandingkan dua kelas atau lebih dan menggunakan ukuran-ukuran

statistik tertentu (statistik inferensial), (2) menyamakan dulu kondisi subyek

yang dimasukkan ke dalam kelas-kelasnya dilakukan secara acak. (3)

memanipulasi secara langsung satu variabel bebasnya (independent) atau

lebih, (4) melakukan pengukuran (sebagai hasil eksperimen) terhadap

Page 89: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

74

variabel bergantungnya (dependent), (5) adanya kontrol terhadap variabel

non percobaan (ektraneous variabels).

Desain yang digunakan dalam penelitian eksperimen ini adalah

pretest-posttest control group design. Dalam desain ini, terdapat dua kelas

yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kedua kelas ini sebobot kecuali

pada perlakuan variabel bebas yang hanya dikenakan kepada kelas

eksperimen. Kedua kelas ini diberi tes yang sama sebelum perlakuan

(pretest) dan setelah perlakuan (posttest). Pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Peneliti bertolak dari

anggapan tentang semua gejala yang diamati dapat diukur dan diubah

dalam bentuk angka sehingga memungkinkan digunakan teknik analisis

statistik. Apabila digambarkan, desain tersebut tercermin dalam tabel

sebagai berikut:

Tabel 1. Desain penelitian

Kelas Pretest Variabel Bebas Posttest E Y1 X Y2 K Y1 - Y2

Sumber: Sugiyono, 2013:76

Keterangan:

E : Kelas eksperimen

K : Kelas kontrol

Y1 : Pretest (tes awal)

X : Perlakuan model discovery learning

Y2 : Posttest (tes akhir)

Page 90: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

75

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) Negeri 01 Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini akan

dilaksanakan pada Februari 2015 sampai dengan Apri 2015. Jangka

waktu tersebut meliputi beberapa tahap, yaitu (1) observasi awal (2)

pengukuran awal kemampuan menulis teks anekdot siswa (pretest), (3)

pengawasan dan perlakuan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, dan

(4) pengukuran akhir kemampuan membaca siswa (posttest).

Pelaksanaan tindakan pada kelas eksperimen berbanding sejajar dengan

kegiatan belajar pada kelas kontrol. Hanya saja yang menjadi pembeda

adalah penerapan model pembelajaran yang berbeda.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi disebut juga keseluruhan-semesta (universe) dan dapat

didefinisikan sebagai semua anggota dari suatu kesatuan orang, kejadian,

atau benda yang akan kita jadikan sasaran generalisasi hasil-hasil

penelitian yang dilakukan (Sugiyono, 2013 :117).

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas X SMK

Negeri 01 Bantaeng yang terdiri atas lima program keahlian yaitu program

keahlian Perkantoran, Tata Niaga, Tata Busana, Tata Buku, dan

Teknologi Komunikasi dan Jaringan (TKJ). Masing-masing jurusan terdiri

Page 91: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

76

atas dua kelas dengan jumlah siswa masing-masing sebanyak 32 orang.

Adapun keadaan populasi penelitian ini tergambar dalam tabel berikut:

Tabel 2. Keadaan populasi

Jurusan Kelas Jumlah Siswa

Perkantoran X1 32

X2 32

Tata Niaga X1 32

X2 32

Tata Busana X1 32

X2 32

Tata Buku X1 32

X2 32

TKJ X1 32

X2 32

Jumlah 320

Sumber: Tata Usaha SMKN 01 Bantaeng

2. Sampel

Sampel berarti contoh. Purwanto (2007: 242) menyatakan bahwa

sampel adalah suatu bagian yang dipilih dengan cara tertentu untuk

mewakili keseluruhan kelas populasi. Sampel yang diambil dari populasi

bukan semata-mata sebagian dari populasi, tetapi haruslah representatif,

sampel diambil sebagian dari populasi dengan cara tertentu yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan desain penelitian yang digunakan, sampel dipilih

dengan menggunakan teknik random cluster. Teknik ini dipilih dengan

pertimbangan bahwa populasi penelitian yang besar dan terbagi dalam

Page 92: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

77

beberapa kelas. Desain Control group pretestt posttest design

menghendaki adanya dua kelas berbeda yang akan diamati

perkembangannya dari perlakuan yang diberikan. Perlakuan kedua kelas

adalah berbeda. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka kelas yang

akan diberikan perlakuan adalah kelas X1 dan X2 Program Keahlian TKJ.

Kedua kelas ini memiliki nilai rata-rata ketuntasan tes awal 44 % (kelas

eksperimen) dan 47 % (kelas kontrol). Dengan pertimbangan bahwa

kedua kelas ini memiliki kemampuan awal yang hampir sama.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Jenis data

Data dalam penelitian ini ada dua yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data utama yang digunakan untuk

menarik kesimpulan penelitian. Data ini berupa keterangan baik angka

atau uraian yang mewakili sampel penelitian. Data primer dalam penelitian

ini yaitu data pretest (kemampuan awal) dan posttest (kemampuan setelah

perlakuan). Sedangkan, data sekunder adalah data pendukung data

primer sebagai bentuk validasi keabsahan dan keakuratan data primer.

Data sekunder biasa berupa hasil observasi aktivitas belajar siswa, angket

respon siswa, wawancara, serta catatan lapangan.

2. Sumber data

Data dalam penelitian ini bersumber dari rekaman peristiwa belajar

selama kegiatan penelitian berlangsung meliputi sikap dan aktivitas siswa,

Page 93: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

78

tes hasil belajar untuk mengukur kemampuan siswa sebelum dan setelah

model discovery learning¸ respon siswa terhadap penerapan model

discovery learning, serta kajian kepustakaan mengenai teori atau konsep-

konsep pendukung penelitian ini.

3. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa

teknik seperti pada uraian berikut:

a. Teknik observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan terhadap suatu

objek untuk mengetahui gejala-gejala yang terjadi dari suatu

perlakuan tertentu. Kegiatan observasi dalam penelitian bertujuan

untuk (1) mengetahui kondisi awal populasi dan sampel yang akan

diberi perlakuan, (2) mengetahui kondisi pembelajaran khususnya

bagi peserta didik dan situasi kelas.

b. Teknik tes

Teknik tes dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui

kemampuan objek yang diteliti. Tes dalam penelitian ini terbagi

menjadi dua bagian yaitu tes untuk mengukur kemampuan awal

siswa (pretest) sebelum penerapan model discovery learning dan tes

untuk mengukur kemampuan akhir siswa (posttest) setelah model

discovery learning diterapkan. Adapun pedoman penilaian tes

menulis anekdot sebagai berikut:

Tabel 3. Pedoman penilaian tes menulis teks anekdot

Page 94: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

79

Aspek Kriteria Bobot Kategori

Abstrak a. Gambaran isi teks di awal

cerita sangat lengkap dan

jelas secara keseluruhan

b. Gambaran isi teks di awal

cerita cukup lengkap dan jelas

c. Gambaran isi teks di awal

cerita jelas tetapi kurang

lengkap

d. Gambaran isi teks di awal

cerita kurang jelas dan kurang

lengkap

e. Gambaran isi teks di awal

cerita tidak jelas

13-15

10-12

7-9

4-6

0-3

SB

B

C

K

TB

Orientasi a. Latar belakang peristiwa atau

kejadian cerita digambarkan

dengan sangat jelas dan

runtut

b. Latar belakang peristiwa atau

kejadian cerita digambarkan

dengan cukup jelas dan runtut

c. Latar belakang peristiwa atau

kejadian cerita digambarkan

jelas tetapi tidak runtut

d. Latar belakang peristiwa atau

kejadian cerita digambarkan

dengan kurang jelas dan

kurang runtut

e. Latar belakang peristiwa atau

kejadian cerita digambarkan

13-15

10-12

7-9

3-6

0-2

SB

B

C

K

TB

Page 95: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

80

dengan tidak jelas

Krisis a. Ceritanya lucu, menarik, dan

tidak biasa terjadi pada

manusia atau dalam

kehidupan sehari-hari

b. Ceritanya lucu, menarik, dan

dapat dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari

c. Ceritanya kurang lucu tetapi

menarik dan dapat dijumpai

dalam kehidupan sehari-hari

d. Ceritanya kurang lucu dan

kurang menarik dan dapat

dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari

e. Ceritanya tidak lucu dan tidak

menarik dan sangat sering

dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari

18-20

14-17

10-13

5-9

0-4

SB

B

C

K

TB

Reaksi a. Penyelesaian masalah dapat

menjawab bagian reaksi

b. Penyelesaian masalah

sejalan dengan reaksi namun

digambarkan dengan uraian

panjang

c. Penyelesaian masalah cukup

sejalan dengan reaksi karena

terjadi pengembangan

masalah

d. Penyelesaian masalah kurang

13-15

10-12

7-9

4-6

SB

B

C

K

Page 96: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

81

sejalan dengan reaksi karena

timbul masalah baru

e. Penyelesaian masalah tidak

ada

0-3

TB

Koda a. Akhir cerita berisi kesimpulan

yang sangat jelas dan sesuai

dengan peristiwa di dalam

cerita

b. Akhir cerita berisi kesimpulan

yang cukup jelas dan sesuai

dengan bagian reaksi saja

c. Akhir cerita berisi kesimpulan

tetapi kurang jelas dengan isi

cerita

d. Akhir cerita berisi kesimpulan

yang tidak jelas dan tidak

sesuai dengan isi cerita

e. Tidak ada kesimpulan

13-15

10-12

7-9

4-6

0-3

SB

B

C

K

TB

Diksi,

konstruksi

kalimat,

dan ejaan

a. Diksi sangat dinamis, sangat

proposional, kontruksi kalimat

sangat efektif, dan ejaan

sangat tepat.

b. Diksi dinamis, kontruksi

kalimat efektif, dan ejaan

tapat.

c. Diksi kurang dinamis,

kontruksi kalimat cukup

efektif, dan ejaan cukup baik.

d. Diksi monoton, kontruksi

kalimat kurang efektif, dan

18-20

14-17

10-13

5-9

SB

B

C

K

Page 97: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

82

ejaan kurang tepat.

e. Diksi monoton, kontruksi

kalimat tidak efektif,dan ejaan

tidak tepat.

0-4

TB

Total Skor 100

Sumber: diadaptasi dari Prihantoro 2014

Berdasarkan pedoman penilaian tes tersebut, menghitung nilai

akhir dilakukan dengan cara mengakumulasi jumlah skor yang

diperoleh masing-masing aspek dan membaginya dengan total skor

(100), kemudian mengalikan dengan 100 %. Hasil dari perhitungan

tersebut ditransformasi kedalam tabel kemampuan berikut:

Tabel 4 Klasifikasi kemampuan siswa menulis teks anekdot

No Kategorisasi Rentang Nilai Frekuensi Persentase

1 Sangat Tinggi 85-100 - -

2 Tinggi 70-84 - -

3 Cukup 55-69 - -

4 Rendah 40-54 - -

4 Sangat Rendah 0-39 - -

Jumlah - -

Sumber: diadaptasi dari Sugiyono, 2013:71

Indikator ketuntasan belajar pada Kompetensi Dasar (KD)

menulis teks anekdot ini sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal

yang telah ditetapkan oleh SMK Negeri 01 Bantaeng yaitu 75.

Standar ukuran kemapuan kolektif sampel adalah 75% hingga

dikatakan mampu.

c. Teknik dokumentasi

Page 98: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

83

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-

barang tertulis. Jadi yang dimaksud dengan metode dokumentasi

adalah suatu metode penenlitian yang bersumber pada tulisan atau

barang tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, rapport, jurnal,

dan lain sebagainya (Arikunto, 2006:26).

Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh informasi

dari data tertulis yang ada pada subjek penelitian dan yang

mempunyai relevansi dengan data yang dibutuhkan. Dari metode

dokumentasi ini, peneliti menggali arsip data yang berpengaruh

dengan hal-hal yang diberikan penelitian ini.

d. Teknik pustaka

Teknik pustaka digunakan untuk mengumpulkan data-data

berupa konsep atau teori yang mendukung penelitian. Teori atau

konsep tersebut diperoleh melalui membaca buku, jurnal, atau artikel

yang ada di dalam media internet. Data-data tersebut selanjutnya

dikembangkan dengan wawasan peneliti untuk lebih spesifik kepada

masalah yang akan dikaji

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Kata, frasa, atau istilah operasional yang terdapat dalam penelitian

ini diartikan sebagai berikut:

1. Eksperimentasi adalah kegiatan melakukan perlakuan atau manipulasi

variabel untuk mengetahui efek atau pengaruh yang ditimbulkan dari

perlakuan tersebut.

Page 99: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

84

2. Menulis adalah sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam

bentuk bahasa tulis untuk tujuan, misalnya memberi tahu, meyakinkan,

atau menghibur.

3. Teks Anekdot adalah cerita singkat yang memberikan kesan lucu

terhadap pembaca.

4. Model adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.

5. Model Discovery Learning adalah model pembelajaran penemuan

dimana peserta didik berusaha sendiri untuk mencari pemecahan

masalah serta pengetahuan yang menyertainya dan menghasilkan

pengetahuan yang benarbenar bermakna.

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian

ini adalah:

a. Variabel model discovery learning. Variabel ini sebagai variabel

independen (bebas) yang diberi simbol x.

b. Variabel kemampuan menulis teks anekdot siswa. Variabel ini sebagai

variabel dependen (variabel terikat). Variabel ini diberi simbol dengan

huruf y. Dengan demikian terdapat 1 variabel bebas dan 1 variabel

terikat.

Uraian variabel penelitian di atas dapat digambarkan dalam bagan

diagram variabel penelitian berikut ini:

Page 100: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

85

Gambar 3. Variabel Penelitian

Keterangan:

x : Variabel model discovery learning

y : Variabel kemampuan menulis teks anekdot siswa

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang ditetapkan dalam penelitian ini ada dua yaitu

teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Analisis data

dengan teknik inferensial adalah melalui analisis uji-t yang nantinya dibantu

dengan program SPSS 15.0. Penggunaan teknik analisis dengan

menggunakan uji-t dimaksudkan untuk menguji perbedaan kemampuan

menulis teks anekdot antara kelas eksperimen yang menggunakan model

discovery learning dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan model

tersebut. Menurut Arikunto (2006: 314) sebelum menganalisis data harus

dilakukan dahulu penyajian normalitas dan homogenitas. Dengan demikian

maka uji normalitas dan uji homogenitas adalah uji prasyarat sebelum uji

analisis dilakukan.

1. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sampel yang diselidiki

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan

menggunakan rumus kolmogorov smirnov yang dilakukan dengan kaidah

X Y

Page 101: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

86

Asymp Sig atau nilai p. Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan

terhadap skor pretest dan posttest, baik pada kelas eksperimen maupun

pada kelas kontrol. Proses perhitungan normalitas ini menggunakan

bantuan komputer program SPSS 15.0. Interpretasi hasil uji normalitas

dilakukan dengan melihat nilai sig. (2-tailed). Adapun interpretasi dari uji

normalitasnya adalah jika nilai sig. (2-tailed) lebih besar dari tingkat alpha

5% (sig.(2-tailed) > 0,050), dapat disimpulkan bahwa data berasal dari

populasi yang sebarannya berdistribusi normal. Jika nilai sig. (2-tailed) lebih

kecil dari tingkat alpha 5% (sig. (2-tailed) < 0,050), dapat disimpulkan

bahwa data tersebut menyimpang atau berdistribusi tidak normal.

2. Uji homogenitas varian

Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji terhadap kesamaan

(homoginitas) beberapa bagian sampel, yakni seragam tidaknya varian

sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Untuk menguji

homogenitas varian tersebut perlu dilakukan uji statistik (test of variance)

pada distribusi skor kelas-kelas yang bersangkutan (Nurgiyantoro dkk,

2004: 216). Uji homogenitas dilakukan pada skor hasil pretest dan posttest

dengan ketentuan jika nilai signifikansi hitung lebih besar dari taraf

signifikansi 0,05 (5%) maka skor hasil tes tersebut tidak memiliki perbedaan

varian atau homogen. Perhitungan homogenitas dilakukan dengan

menggunakan bantuan komputer program SPSS 15.0.

3. Uji hipotesis

Page 102: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

87

Uji hipotesis dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan teknik

uji-t non parametrik untuk dua sampel tidak berhubungan (two independent

samples) dengan menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov Test. Uji-t

digunakan untuk untuk menguji apakah nilai rata-rata dari kedua kelas

tersebut memiliki perbedaan yag signifikan atau tidak. Taraf keberterimaan

hipotesis diuji dengan taraf signifikansi 5%. Apa bila nilai probobalitas >

0,05 % maka H0 diterima. Sebaliknya, jika nilai probabilitas < 0,05 % maka

H0 ditolak. Uji hipotesis ini menggunakan bantuan program komputer

SPSS.16.00.

Page 103: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

88

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini dideskripsikan secara rinci hasil penelitian tentang

kemampuan menulis teks anekdot antara siswa kelas eksperimen dengan

model discovery learning dengan siswa kelas kontrol dengan model

konvensional di SMK Negeri 1 Bantaeng.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dan dianalisis sesuai

dengan teknik dan prosedur seperti yang telah dikemukakan pada Bab III.

Data yang diolah dan dianalisis adalah data skor mentah hasil tes

kemampuan menulis teks anekdot. Adapun langkah-langkah dalam

menganalisis data yaitu membuat daftar skor mentah, membuat tabel

distribusi frekuensi dari skor mentah, menghitung nilai kemampuan siswa,

membuat tabel klasifikasi kemampuan siswa, dan mencari persentase

kemampuan rata-rata.

Untuk lebih jelasnya, data yang diperoleh dari hasil penelitian yang

telah dilaksanakan di SMK Negeri 1 Bantaeng sebagai berikut:

Sebelum diberikan tindakan, langkah awal yang dilakukan oleh

peneliti adalah mengukur kemampuan awal siswa dalam menulis teks

anekdot baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hasil tes

kemampuan awal siswa tersebut adalah sebagai berikut:

Page 104: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

89

1. Analisis Data Kemampuan Awal Menulis Teks Anekdot Siswa Kelas

Eksperimen

Jumlah sampel pada kelas eksperimen adalah 32 orang yang

terdiri atas 12 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Pengukuran

kemampuan awal siswa dilakukan dengan tekni tes. Jenis tes yang

digunakan adalah tes tertulis berupa uraian. Di dalam tes terdiri atas

perintah mengarang sebuah teks anekdot dengan memperhatikan

unsur-unsur teks anekdot. Hasil tes kemampuan awal tersebut adalah

sebagai berikut:

Deskripsi mengenai penilaian hasil tes setiap aspek adalah

sebagai berikut:

a. Analisis data kemampuan menulis teks anekdot aspek abstraksi

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan menulis teks anekdot pada aspek abtsraksi teks

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase 13-15 Sangat Baik 4 12,50 10-12 Baik 23 71,88

7-9 Cukup 5 15.62 4-6 Kurang 0 0 0-3 Tidak Baik 0 0

Jumlah 32 100 Rata-rata 10,84

Sumber: pretest

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa siswa yang

memperoleh skor 13-15 dengan kategori sangat baik diraih empat orang

dengan persentase 12,50%. Skor 10-12 dengan kategori baik diraih 23

orang dengan persentase 71,88%. Skor 7-9 dengan kategori cukup baik

diraih lima orang dengan persentase 15,62%. Skor 4-6 dan 0-3 dengan

Page 105: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

90

kategori kurang dan tidak baik tidak ada siswa yang masuk dalam

kategori tersebut. rata-rata kemampuan siswa menulis teks anekdot

pada aspek abstraksi adalah 10, 84 dengan kategori mampu.

b. Analisis data kemampuan menulis teks anekdot aspek orientasi

Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan menulis teks anekdot pada aspek orientasi

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase 13-15 Sangat Baik 2 6,25 10-12 Baik 14 43,75

7-9 Cukup 13 40,63 4-6 Kurang 3 9,37 0-3 Tidak Baik 0 0

Jumlah 32 100 Rata-rata 9,16

Sumber: pretest

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa siswa yang

memperoleh skor 13-15 dengan kategori sangat baik diraih dua orang

dengan persentase 6,25%. Skor 10-12 dengan kategori baik diraih 14

orang dengan persentase 43,75%. Skor 7-9 dengan kategori cukup baik

diraih 13 orang dengan persentase 40,63%. Skor 4-6 dengan kategori

kurang baik diraih tiga orang dengan persentase 9,37%. Skor 0-3

dengan kategori tidak baik tidak ada siswa yang masuk dalam kategori

ini. Rata-rata kemampuan menulis teks anekdot siswa pada aspek

orientasi adalah 9,16 dengan kategori cukup mampu.

c. Analisis data kemampuan menulis teks anekdot aspek krisis

Tabel 7. Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan menulis teks anekdot pada aspek krisis

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase 18-20 Sangat Baik 0 0 14-17 Baik 14 43,75 10-13 Cukup 14 43,75

Page 106: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

91

5-9 Kurang 4 12,50 0-4 Tidak Baik 0 0

Jumlah 32 100 Rata-rata 12,06

Sumber: pretest

Berdasarkan tabel di atas, dapt dijelaskan bahwa siswa yang

memperoleh skor 18-20 dengan kategori sangat baik tidak ada siswa

yang meraihnya. Skor 14-17 dengan kategori baik diraih 14 orang

dengan persentase 43,75%. Skor 10-13 dengan kategori cukup baik

diraih 14 orang dengan persentase 43,75%%. Skor 5-9 dengan kategori

kurang baik diraih empat orang dengan persentase 12,50%. Skor 0-4

dengan kategori tidak baik tidak ada siswa yang masuk dengan kategori

ini. Rata-rata kemampuan siswa adalah 12,06 dengan kategori cukup

mampu.

d. Analisis data kemampuan menulis teks anekdot aspek reaksi

Tabel 8. Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan menulis teks anekdot pada aspek reaksi

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase 13-15 Sangat Baik 3 9,38 10-12 Baik 22 68,75

7-9 Cukup 5 15,62 4-6 Kurang 2 6,25 0-3 Tidak Baik 0 0

Jumlah 32 100 Rata-rata 10,22

Sumber: pretest

Berdasarkan tabel di atas, dapt dijelaskan bahwa siswa yang

memperoleh skor 13-15 dengan kategori sangat baik diraih tiga orang

dengan persentase 9,38%. Skor 10-12 dengan kategori baik diraih 22

orang dengan persentase 68,75%. Skor 7-9 dengan kategori cukup baik

Page 107: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

92

diraih lima orang dengan persentase 15,62%. Skor 4-6 dengan kategori

kurang baik diraih dua orang dengan persentase 6,25%. Skor 0-3

dengan kategori tidak baik tidak ada siswa yang masuk dalam kategori

tersebut. rata-rata kemampuan siswa dalam menulis teks anekdot

khsusnya pada aspek reaksi adalah 10,22 dengan kategori mampu.

e. Analisis data kemampuan menulis teks anekdot aspek koda

Tabel 9. Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan menulis teks anekdot pada aspek koda

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase 13-15 Sangat Baik 4 12,50 10-12 Baik 17 53,12

7-9 Cukup 11 34,38 4-6 Kurang 0 0 0-3 Tidak Baik 0 0

Jumlah 32 100 Rata-rata 10,66

Sumber: pretest

Berdasarkan tabel di atas, dapt dijelaskan bahwa siswa yang

memperoleh skor 13-15 dengan kategori sangat baik diraih empat orang

dengan persentase 12,50%. Skor 10-12 dengan kategori baik diraih 17

orang dengan persentase 53,12%. Skor 7-9 dengan kategori cukup baik

diraih 11 orang dengan persentase 34,38%. Skor 4-6 dan 0-3 dengan

kategori kurang dan tidak baik tidak ada siswa yang masuk dalam

kategori tersebut. rata-rata kemampuan siswa adalah 10,66 dengan

kategori mampu.

f. Analisis data kemampuan menulis teks anekdot aspek diksi, struktur

kalimat dan ejaan

Tabel 10. Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan menulis teks anekdot pada aspek aspek diksi, konstruksi kalimat, dan ejaan

Page 108: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

93

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase 18-20 Sangat Baik 0 0 14-17 Baik 10 31,25 10-13 Cukup 19 59,38

5-9 Kurang 3 9,37 0-4 Tidak Baik 0 0

Jumlah 32 100 Rata-rata 12.00

Sumber: pretest

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa tidak ada

siswa (0%) yang memperoleh skor 18-20 dengan kategori sangat baik.

Skor 14-17 dengan kategori baik diraih 10 orang dengan persentase

31,25%. Skor 10-13 dengan kategori cukup baik diraih 19 orang dengan

persentase 59,38%%. Skor 5-9 dengan kategori kurang baik diraih tiga

orang dengan persentase 9,37%. Skor 0-4 dengan kategori tidak baik

tidak ada siswa yang masuk dengan kategori ini. Rata-rata kemampuan

siswa adalah 12,00 dengan kategori mampu.

Tabel 11. Nilai rata-rata aspek penilaian kemampuan menulis teks anekdot kelas eksperimen sebelum perlakuan

No. Aspek yang dinilai Rata-rata

1 Abstraksi 10,84

2 Orientasi 9,16

3 Krisis 12,06

4 Reaksi 10,22

5 Koda 10,66

6 Diksi, struktur kalimat, dan ejaan 12,00

Sumber: tes pretest kelas eksperimen

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa aspek yang

paling mampu dikerjakan oleh siswa adalah aspek krisis dengan rata-

Page 109: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

94

rata kemampuan 12, 06. Sedangkan kemampuan terendah siswa dalam

menulis teks anekdot pada aspek orinetasi.

Tabel 12. Skor mentah hasil tes kemampuan awal siswa kelas eksperimen dalam menulis teks anekdot

Sampel Aspek

Jumlah Nilai Akhir 1 2 3 4 5 6

TKJ E1 12 8 10 10 12 12 64 64

TKJ E2 10 7 10 8 12 10 57 57

TKJ E3 12 10 14 13 12 11 72 72

TKJ E4 12 8 12 10 12 12 66 66

TKJ E5 12 10 16 12 14 16 80 80

TKJ E6 10 12 16 13 12 12 75 75

TKJ E7 10 10 6 8 10 6 50 50

TKJ E8 12 8 10 10 12 10 62 62

TKJ E9 10 7 10 8 12 8 55 55

TKJ E10 12 10 12 10 12 12 68 68

TKJ E11 10 10 14 13 12 11 70 70

TKJ E12 12 10 14 12 12 12 72 72

TKJ E13 12 12 16 10 12 13 75 75

TKJ E14 8 7 10 10 8 12 55 55

TKJ E15 10 8 14 10 9 14 65 65

TKJ E16 14 12 16 12 12 14 80 80

TKJ E17 15 14 14 12 14 16 85 85

TKJ E18 9 7 10 10 8 12 56 56

TKJ E19 10 8 14 10 8 11 60 60

TKJ E20 13 12 11 10 14 15 75 75

TKJ E21 8 6 9 6 8 8 45 45

TKJ E22 8 6 10 8 8 10 50 50

TKJ E23 8 8 9 10 8 12 55 55

TKJ E24 10 8 10 12 10 10 60 60

Page 110: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

95

Sampel Aspek

Jumlah Nilai Akhir 1 2 3 4 5 6

TKJ E25 10 10 12 10 9 14 65 65

TKJ E26 14 10 12 10 10 14 70 70

TKJ E27 12 10 14 12 10 12 70 70

TKJ E28 10 5 9 6 8 12 50 50

TKJ E29 12 14 14 12 14 14 80 80

TKJ E30 10 8 14 10 9 14 65 65

TKJ E31 10 8 10 8 8 11 55 55

TKJ E32 10 10 14 12 10 14 70 70

Sumber: hasil tes

Berdasarkan tabel di atas, aspek (1) bagian abstraksi, (2)

orientasi, (3) krisis, (4) reaksi, (5) koda, dan (6) diksi, struktur kalimat,

dan ejaan. Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh dua orang guru. Hasil

penilaian masing-masing aspek diakumulasi dan dibagi dua untuk

memperoleh skor akhir.

Tabel 13. Distribusi frekuensi dan persentase nilai hasil tes kemampuan menulis teks anekdot kelas eksperimen sebelum perlakuan

Keterangan Nilai Frekuensi Persentase Valid

45 1 3.1 50 3 9.4 55 4 12.5 56 1 3.1 57 1 3.1 60 2 6.2 62 1 3.1 64 1 3.1 65 3 9.4 66 1 3.1 68 1 3.1 70 4 12.5 72 2 6.2

Page 111: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

96

Keterangan Nilai Frekuensi Persentase 75 3 9.4 80 3 9.4 85 1 3.1

Total 32 100.0

Berdasarkan tebel di atas, diketahui bahwa nilai 45, 65, 57, 62,

64, 66, 68, dan 85 diperoleh masing-masing satu orang siswa dengan

persentase masing-masing 3,1%. Nilai 60 dan 72 dicapai dua orang

siswa setiap nilai dengan persentase masing-masing 6,2 %. Nilai 50, 65,

75, dan 80 dicapai masing-masing tiga orang dengan persentase 9,4%.

Nilai 55 dan 70 dicapai masing-masing empat orang dengan persentase

12,5%.

Tabel 14. Klasifikasi kemampuan siswa kelas eksperimen dalam menulis teks anekdot

No Kategorisasi Rentang Nilai Frekuensi Persentase

1 Sangat Tinggi 85-100 1 3,12

2 Tinggi 70-84 12 37,50

3 Cukup 55-69 15 46,88

4 Rendah 40-54 4 12,50

4 Sangat Rendah 0-39 0 0

Jumlah 32 100

Sumber: pretest Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa hanya ada

satu orang (3,12%) siswa yang dinyatakan sangat mampu dalam

menulis teks anekdot, 12 orang (37,50) siswa yang dinyatakan mampu,

15 orang (46,88) siswa yang dinyatakan cukup mampu, dan empat

orang (12,50) lainnya dinilai kurang mampu.

Page 112: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

97

Berdasarkan tabel 14 di atas, kita dapat melihat bahwa jumlah

siswa yang dinyatakan tuntas dari tes yang diberikan lebih sedikit

daripada jumlah siswa yang dinyatakan tidak tuntas. Nilai ketuntasan

diukur berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Syarat

ketuntasan klasikal adalah 80 % sehingga siswa secara kolektif dapat

dikatakan mampu dalam menulis teks anekdot. Frekuensi dan

persentase ketuntasan hasil pretest seperti pada tabel berikut:

Tabel 15. Distribusi frekuensi ketuntasan belajar kelas eksperimen

Kategori Rentang Nilai Frekuensi Persentase

Tuntas > 70 14 44 %

Tidak Tuntas < 70 18 56 %

Sumber: rangkuman hasil pretest

Berdasarkan tabel di atas, diketahui jumlah siswa yang

dinyatakan tuntas pada tes keterampilan menulis teks anekdot pada

kelas eksperimen adalah 14 orang siswa atau 44 % dan 18 orang siswa

lainnya atau 56 % dinyatakan tidak tuntas. Jumlah ketuntasan tes

pretest kelas eksperimen belum memenuhi syarat ketuntasan klasikal.

Ketuntasan klasikal hanya 44 % dengan kategori sangat kurang.

Hasil skor pretest kelas eksperimen dapat digambarkan dalam

grafik berikut:

Page 113: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

98

Gambar 4. Perolehan skor pretest kelas eksperimen

2. Analisis Data Kemampuan Awal Menulis Teks Anekdot Siswa Kelas

Kontrol

Jumlah sampel pada kelas kontrol adalah 32 orang yang terdiri

atas 14 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Pengukuran

kemampuan awal siswa dilakukan dengan tekni tes. Jenis tes yang

digunakan adalah tes tertulis berupa uraian. Di dalam tes terdiri atas

perintah mengarang sebuah teks anekdot dengan memperhatikan

unsur-unsur teks anekdot. Tes pada kelas kontrol sama dengan kelas

eksperimen. Hasil tes kemampuan awal tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Analisis data kemampuan menulis teks anekdot aspek abstraksi

Tabel 16 Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan menulis teks anekdot pada aspek abtsraksi

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase 13-15 Sangat Baik 3 9,37 10-12 Baik 24 75,00

7-9 Cukup 5 15.63 4-6 Kurang 0 0 0-3 Tidak Baik 0 0

Jumlah 32 100 Rata-rata 10,53

Sumber: pretest

Page 114: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

99

Berdasarkan tabel di atas, dapt dijelaskan bahwa siswa yang

memperoleh skor 13-15 dengan kategori sangat baik diraih tiga orang

dengan persentase 9,37%. Skor 10-12 dengan kategori baik diraih 24

orang dengan persentase 75,00%. Skor 7-9 dengan kategori cukup baik

diraih lima orang dengan persentase 15,62%. Skor 4-6 dan 0-3 dengan

kategori kurang dan tidak baik tidak ada siswa yang masuk dalam

kategori tersebut. rata-rata kemampuan siswa siswa pada aspek ini

adalah 10,53 dengan kategori mampu

b. Analisis data kemampuan menulis teks anekdot aspek orientasi

Tabel 17 Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan menulis teks anekdot pada aspek orientasi

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase 13-15 Sangat Baik 0 0 10-12 Baik 22 68,75

7-9 Cukup 7 21,88 4-6 Kurang 3 9,37 0-3 Tidak Baik 0 0

Jumlah 32 100 Rata-rata 9,66

Sumber: pretest

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa siswa yang

memperoleh skor 13-15 dengan kategori sangat baik tidak ada siswa

yang meraihnya. Skor 10-12 dengan kategori baik diraih 22 orang

dengan persentase 68,75%. Skor 7-9 dengan kategori cukup baik diraih

7 orang dengan persentase 21,88%. Skor 4-6 dengan kategori kurang

baik diraih tiga orang dengan persentase 9,37%. Skor 0-3 dengan

kategori tidak baik tidak ada siswa yang masuk dalam kategori ini. Rata-

Page 115: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

100

rata kemampuan siswa pada aspek ini adalah 9,66 dengan kategori

cukup mampu.

c. Analisis data kemampuan menulis teks anekdot aspek krisis

Tabel 18 Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan menulis teks anekdot pada aspek krisis

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase 18-20 Sangat Baik 0 0 14-17 Baik 16 50,00 10-13 Cukup 13 40,63

5-9 Kurang 3 9,37 0-4 Tidak Baik 0 0

Jumlah 32 100 Rata-rata 12,66

Sumber: pretest

Berdasarkan tabel di atas, dapt dijelaskan bahwa siswa yang

memperoleh skor 18-20 dengan kategori sangat baik tidak ada siswa

yang meraihnya. Skor 14-17 dengan kategori baik diraih 16 orang

dengan persentase 50,00%. Skor 10-13 dengan kategori cukup baik

diraih 13 orang dengan persentase 40,63%. Skor 5-9 dengan kategori

kurang baik diraih tiga orang dengan persentase 9,37%. Skor 0-4

dengan kategori tidak baik tidak ada siswa yang masuk dengan kategori

ini. Rata-rata kemampuan siswa pada aspek ini adalah 12,66 dengan

kategori cukup mampu.

d. Analisis data kemampuan menulis teks anekdot aspek reaksi

Tabel 19 Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan menulis teks anekdot pada aspek reaksi

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase 13-15 Sangat Baik 4 12,50 10-12 Baik 21 65,62

7-9 Cukup 6 18,75 4-6 Kurang 1 3,13 0-3 Tidak Baik 0 0

Page 116: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

101

Jumlah 32 100 Rata-rata 10,47

Sumber: pretest

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa siswa yang

memperoleh skor 13-15 dengan kategori sangat baik diraih empat orang

dengan persentase 12,50%. Skor 10-12 dengan kategori baik diraih 21

orang dengan persentase 65,62%. Skor 7-9 dengan kategori cukup baik

diraih enam orang dengan persentase 18,75%. Skor 4-6 dengan

kategori kurang baik diraih satu orang dengan persentase 3,13%. Skor

0-3 dengan kategori tidak baik tidak ada siswa yang masuk dalam

kategori tersebut. rata-rata kemampuan siswa pada aspek ini adalah

10,47 dengan kategori mampu.

e. Analisis data kemampuan menulis teks anekdot aspek koda

Tabel 20 Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan menulis teks anekdot pada aspek koda

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase 13-15 Sangat Baik 1 3,13 10-12 Baik 23 71,87

7-9 Cukup 8 25,00 4-6 Kurang 0 0 0-3 Tidak Baik 0 0

Jumlah 32 100 Rata-rata 10,44

Sumber: pretest

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa siswa yang

memperoleh skor 13-15 dengan kategori sangat baik diraih satu orang

dengan persentase 3,13%. Skor 10-12 dengan kategori baik diraih 23

orang dengan persentase 71,87%. Skor 7-9 dengan kategori cukup baik

diraih delapan orang dengan persentase 25,00%. Skor 4-6 dan 0-3

Page 117: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

102

dengan kategori kurang dan tidak baik tidak ada siswa yang masuk

dalam kategori tersebut. rata-rata kemampuan siswa pada aspek ini

adalah 10,44 dengan kategori mampu.

f. Analisis data kemampuan menulis teks anekdot aspek diksi, struktur

kalimat dan ejaan

Tabel 21 Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan menulis teks anekdot pada aspek aspek diksi, konstruksi kalimat, dan ejaan

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase

18-20 Sangat Baik 0 0 14-17 Baik 10 31,25 10-13 Cukup 20 62,50

5-9 Kurang 2 6,25 0-4 Tidak Baik 0 0

Jumlah 32 100 Rata-rata 11,78

Sumber: pretest

Berdasarkan tabel di atas, dapt dijelaskan bahwa siswa yang

memperoleh skor 18-20 dengan kategori sangat baik tidak ada siswa

yang meraihnya. Skor 14-17 dengan kategori baik diraih 10 orang

dengan persentase 31,25%. Skor 10-13 dengan kategori cukup baik

diraih 20 orang dengan persentase 62,50%%. Skor 5-9 dengan kategori

kurang baik diraih dua orang dengan persentase 6,25%. Skor 0-4

dengan kategori tidak baik tidak ada siswa yang masuk dengan kategori

ini. Rata-rata kemampuan siswa pada aspek ini adalah 11,78 dengan

kategori cukup mampu.

Tabel 22. Nilai rata-rata aspek penilaian kemampuan menulis teks anekdot kelas kontrol melalui model konvensional

No. Aspek yang dinilai Rata-rata

1 Abstraksi 10,53

Page 118: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

103

2 Orientasi 9,66

3 Krisis 12,66

4 Reaksi 10,47

5 Koda 10,44

6 Diksi, struktur kalimat, dan ejaan 11,78

Sumber: tes pretest kelas kontrol

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa aspek yang

paling mampu dikerjakan oleh siswa adalah aspek krisis dengan rata-

rata kemampuan 12, 66. Sedangkan kemampuan terendah siswa dalam

menulis teks anekdot pada aspek orientasi.

Tabel 23. Skor mentah hasil tes kemampuan awal siswa kelas kontrol dalam menulis teks anekdot

Sampel Aspek

Skor Akhir 1 2 3 4 5 6

TKJ K1 12 10 15 10 12 11 70

TKJ K2 8 8 11 10 8 10 55

TKJ K3 12 10 10 13 12 8 65

TKJ K4 12 10 14 10 12 12 70

TKJ K5 10 10 13 12 10 10 65

TKJ K6 10 12 16 13 12 12 75

TKJ K7 10 10 6 8 10 6 50

TKJ K8 12 12 16 13 12 15 80

TKJ K9 11 12 13 13 12 14 75

TKJ K10 10 8 12 8 10 12 60

TKJ K11 10 10 14 10 12 12 68

TKJ K12 12 10 14 10 12 12 70

TKJ K13 10 12 16 10 12 12 72

TKJ K14 8 6 10 8 8 10 50

TKJ K15 10 8 14 10 8 10 60

Page 119: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

104

TKJ K16 14 12 16 12 12 14 80

TKJ K17 10 10 10 12 11 12 65

TKJ K18 13 10 12 11 10 16 72

TKJ K19 10 8 14 10 8 10 60

TKJ K20 13 12 15 12 14 14 80

TKJ K21 12 12 16 12 12 14 78

TKJ K22 8 6 10 8 8 10 50

TKJ K23 8 8 8 8 8 10 50

TKJ K24 10 10 14 12 10 14 70

TKJ K25 10 8 12 10 10 10 60

TKJ K26 8 6 7 6 8 10 45

TKJ K27 12 10 14 12 10 14 72

TKJ K28 12 11 15 10 9 13 70

TKJ K29 10 10 10 8 10 12 60

TKJ K30 10 8 12 10 10 10 60

TKJ K31 10 10 12 12 12 14 70

TKJ K32 10 10 14 12 10 14 70

Sumber: hasil tes

Berdasarkan tabel di atas, aspek (1) bagian abstraksi, (2)

orientasi, (3) krisis, (4) reaksi, (5) koda, dan (6) diksi, struktur kalimat,

dan ejaan. Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh dua orang guru. Hasil

penilaian masing-masing aspek diakumulasi dan dibagi dua untuk

memperoleh skor akhir.

Tabel 24. Distribusi frekuensi dan persentase nilai hasil tes kemampuan menulis teks anekdot kelas kontrol melalui model konvensional

Frekuensi Persentase Valid 45 1 3.1

50 4 12.5 55 1 3.1 60 6 18.8

Page 120: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

105

65 3 9.4 68 1 3.1 70 7 21.9 72 3 9.4 75 2 6.2 78 1 3.1 80 3 9.4

Total 32 100.0 Sumber: SPSS 16.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa nilai 45, 55,

68, dan 78 masing-masing diperoleh satu orang siswa dengan

persentase satu orang adalah 3,1 persen. Nilai 75 diperoleh dua orang

siswa dengan persentase 6,2 persen. Nilai 65, 72, dan 80 diperoleh

masing-masing tiga orang siswa dengan persentase 9,4 persen. Nilai 50

diperoleh empat orang siswa dengan persentase 12,5 persen. Nilai 60

diperoleh enam orang siswa dengan persentase 18,8 persen. Nilai 70

diperoleh tujuh orang siswa dengan persentase 21,9 persen.

Tabel 25. Klasifikasi kemampuan siswa kelas kontrol dalam menulis teks anekdot

No Kategorisasi Rentang Nilai Frekuensi Persentase

1 Sangat Tinggi 85-100 1 3,12

2 Tinggi 70-84 12 37,50

3 Cukup 55-69 15 46,88

4 Rendah 40-54 4 12,50

4 Sangat Rendah 0-39 0 0

Jumlah 32 100

Sumber: pretest kelas kontrol

Tabel di atas menunjukkan bahwa satu orang siswa dengan

persentase 3,12% sangat mampu dalam menulis teks anekdot, 12 siswa

Page 121: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

106

dengan persentase 37,50% dinilai mampu dalam menulis teks anekdot,

15 siswa atau dengan persentase 46,88% dinilai cukup mampu dalam

menulis teks anekdot, dan empat orang siswa dengan persentase

12,50% dinilai kurang mampu dalam menulis teks anekdot.

Berdasarkan tabel 25 di atas, kita dapat melihat bahwa jumlah

siswa yang dinyatakan tuntas dari tes yang diberikan lebih sedikit

daripada jumlah siswa yang dinyatakan tidak tuntas. Nilai ketuntasan

diukur berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Syarat

ketuntasan klasikal adalah 80 % sehingga siswa secara kolektif dapat

dikatakan mampu dalam menulis teks anekdot. Frekuensi dan

persentase ketuntasan hasil pretest seperti pada tabel berikut:

Tabel 26. Distribusi frekuensi ketuntasan belajar kelas kontrol Kategori Rentang Nilai Frekuensi Persentase Tuntas > 70 15 47 %

Tidak Tuntas < 70 17 53 % Sumber: rangkuman hasil pretest

Berdasarkan tabel di atas, diketahui jumlah siswa yang

dinyatakan tuntas pada tes keterampilan menulis teks anekdot pada

kelas kontrol adalah 15 orang siswa atau 47 % dan 17 orang siswa

lainnya atau 53 % dinyatakan tidak tuntas. Jumlah ketuntasan tes

pretest kelas kontrol belum memenuhi syarat ketuntasan klasikal.

Ketuntasan klasikal hanya 24 % dengan kategori sangat kurang.

Hasil skor pretest kelas eksperimen dapat digambarkan dalam

grafik berikut:

Page 122: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

107

Gambar 5. Perolehan skor pretest kelas kontrol

3. Perbandingan Kemampuan Awal Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol

Sebagai dasar pertimbangan sebelum pemberian perlakuan

adalah kesetaraan pada tingkat kemampuan awal siswa dalam menulis

teks anekdot. Adapun deskripsi ukuran kemampuan awal siswa dalam

menulis teks anekdot sebagai berikut:

Tabel 27. Perbandingan kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol

Kelas Frekuensi Persentase Indikator

Eksperimen 14 44 % Kurang

Kontrol 15 47 % Kurang

Sumber: tes pretest

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa frekuensi ketuntasan

dari hasil pretest hampir sama (hanya selisih satu) antara kelas kontrol

dan kelas eksperimen. Dengan hasil tersebut, kedua kelas dinyatakan

sepadan untuk diberikan perlakuan.

Page 123: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

108

Kelas eksperimen dan kelas kontrol mendapatkan perlakuan

(treatment) yang berbeda. Pada kelas eksperimen, peneliti menerapkan

model pembelajaran discovery learning sedangkan kelas kontrol

menggunakan model yang dikembangakan oleh guru sekolah yang

ditunjuk untuk memberikan tindakan. Dalam hal ini, model pembelajaran

yang diterapkan di kelas kontrol disebut sebagai model konvensional.

Setelah diberikan perlakuan (treatment) selama empat kali pertemuan,

peneliti melakukan pengukuran kemampuan akhir (postest) siswa

menulis teks anekdot. Tes kemampuan awal dan akhir adalah sama

karena siswa kembali diberi tugas untuk mengarang sebuah teks

anekdot. Adapaun hasil tes kedua kelas tersebut sebagai berikut:

4. Analisis data kemampuan akhir menulis teks anekdot siswa kelas

eksperimen

a. Analisis data kemampuan menulis teks anekdot aspek abstraksi

Tabel 28. Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan menulis teks anekdot pada aspek abtsraksi teks

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase 13-15 Sangat Baik 16 50,00 10-12 Baik 16 50,00

7-9 Cukup 0 0 4-6 Kurang 0 0 0-3 Tidak Baik 0 0

Jumlah 32 100 Rata-rata 12,63

Sumber: posttest

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa siswa yang

memperoleh skor 13-15 dengan kategori sangat baik diraih 16 orang

dengan persentase 50,00%. Skor 10-12 dengan kategori baik diraih 16

Page 124: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

109

orang dengan persentase 50,00%. Skor 7-9, 4-6 dan 0-3 tidak ada

siswa yang masuk dalam kategori tersebut. rata-rata kemampuan siswa

pada aspek ini adalah 12,63 dengan kategori mampu.

b. Analisis data kemampuan menulis teks anekdot aspek orientasi

Tabel 29. Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan menulis teks anekdot pada aspek orientasi

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase 13-15 Sangat Baik 14 43,75 10-12 Baik 14 43,75

7-9 Cukup 4 12,50 4-6 Kurang 0 0 0-3 Tidak Baik 0 0

Jumlah 32 100 Rata-rata 11,88

Sumber: posttest

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa siswa yang

memperoleh skor 13-15 dengan kategori sangat 14 orang siswa dengan

persentase 43,75%. Skor 10-12 dengan kategori baik diraih 14 orang

dengan persentase 43,75%. Skor 7-9 dengan kategori cukup baik diraih

empat orang dengan persentase 12,50%. Skor 4-6 dan 0-3 tidak ada

siswa yang masuk dalam kategori ini. Rata-rata kemampuan siswa pada

aspek ini adalah 11, 88 dengan kategori mampu.

c. Analisis data kemampuan menulis teks anekdot aspek krisis

Tabel 30 Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan menulis teks anekdot pada aspek

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase 18-20 Sangat Baik 3 9,37 14-17 Baik 20 62,50 10-13 Cukup 9 28,13

5-9 Kurang 0 0 0-4 Tidak Baik 0 0

Jumlah 32 100

Page 125: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

110

Rata-rata 14,63 Sumber: posttest

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa siswa yang

memperoleh skor 18-20 dengan kategori sangat baik diraih tiga orang

siswa dengan persentase 9,37%. Skor 14-17 dengan kategori baik

diraih 20 orang dengan persentase 62,50%. Skor 10-13 dengan kategori

cukup baik diraih sembilan orang dengan persentase 28,13%. Skor 5-9

dan 0-4 tidak ada siswa yang masuk dengan kategori ini. Rata

kemampuan siswa pada aspek ini adalah 14,63 dengan kategori mampu

d. Analisis data kemampuan menulis teks anekdot aspek reaksi

Tabel 31 Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan menulis teks anekdot pada aspek reaksi

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase 13-15 Sangat Baik 8 25,00 10-12 Baik 20 62,50

7-9 Cukup 4 12,50 4-6 Kurang 0 0 0-3 Tidak Baik 0 0

Jumlah 32 100 Rata-rata 11,19

Sumber: posttest

Berdasarkan tabel di atas, dapt dijelaskan bahwa siswa yang

memperoleh skor 13-15 dengan kategori sangat baik diraih delapan

orang dengan persentase 25,00%. Skor 10-12 dengan kategori baik

diraih 20 orang dengan persentase 62,50%. Skor 7-9 dengan kategori

cukup baik diraih empat orang dengan persentase 12,50%. Skor 4-6

dan 0-3 tidak ada siswa yang masuk dalam kategori tersebut. rata-rata

kemampuan siswa pada aspek ini adalah 11,19 dengan kategori

mampu.

Page 126: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

111

e. Analisis data kemampuan menulis teks anekdot aspek koda

Tabel 32 Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan menulis teks anekdot pada aspek koda

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase 13-15 Sangat Baik 11 34,38 10-12 Baik 17 53,12

7-9 Cukup 4 12,50 4-6 Kurang 0 0 0-3 Tidak Baik 0 0

Jumlah 32 100 Rata-rata 11,63

Sumber: psottest

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa siswa yang

memperoleh skor 13-15 dengan kategori sangat baik diraih 11 orang

dengan persentase 34,38%. Skor 10-12 dengan kategori baik diraih 17

orang dengan persentase 53,12%. Skor 7-9 dengan kategori cukup baik

diraih empat orang dengan persentase 12,50%. Skor 4-6 dan 0-3

dengan kategori kurang dan tidak baik tidak ada siswa yang masuk

dalam kategori tersebut. rata-rata kemampuan siswa pada aspek ini

adalah 11,63 dengan kategori mampu.

f. Analisis data kemampuan menulis teks anekdot aspek diksi, struktur

kalimat dan ejaan

Tabel 33 Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan menulis teks anekdot pada aspek aspek diksi, konstruksi kalimat, dan ejaan

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase 18-20 Sangat Baik 3 9,37 14-17 Baik 20 62,50 10-13 Cukup 9 28,13

5-9 Kurang 0 0 0-4 Tidak Baik 0 0

Jumlah 32 100 Rata-rata 14,50

Sumber: posttest

Page 127: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

112

Berdasarkan tabel di atas, dapt dijelaskan bahwa siswa yang

memperoleh skor 18-20 dengan kategori sangat baik diraih tiga orang

siswa dengan persentase 9,37%. Skor 14-17 dengan kategori baik

diraih 20 orang dengan persentase 62,50%. Skor 10-13 dengan kategori

cukup baik diraih sembilan orang dengan persentase 28,13%%. Skor 5-

9 dan 0-4 tidak ada siswa yang masuk dengan kategori ini. Rata-rata

kemampuan siswa pada aspek ini adalah 14,50 dengan kategori

mampu.

Tabel 34. Nilai rata-rata aspek penilaian kemampuan menulis teks anekdot kelas eksperimen melalui model discovery learning

No. Aspek yang dinilai Rata-rata

1 Abstraksi 12,63

2 Orientasi 11,88

3 Krisis 14,63

4 Reaksi 11,19

5 Koda 11,63

6 Diksi, struktur kalimat, dan ejaan 14,50

Sumber: tes posttest kelas eksperimen

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa aspek yang

paling mampu dikerjakan oleh siswa setelah tindakan adalah aspek

krisis dengan rata-rata kemampuan 14, 63. Sedangkan kemampuan

terendah siswa dalam menulis teks anekdot pada aspek reaksi dengan

rata-rata 11,19.

Tabel 35. Skor mentah hasil tes kemampuan akhir siswa kelas eksperimen dalam menulis teks anekdot

Sampel Aspek

Skor Akhir 1 2 3 4 5 6

Page 128: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

113

Sampel Aspek

Skor Akhir 1 2 3 4 5 6

TKJ E1 12 10 16 10 12 15 75

TKJ E2 10 10 12 8 12 13 65

TKJ E3 13 14 16 13 13 16 85

TKJ E4 12 10 16 10 12 15 75

TKJ E5 14 13 18 13 14 18 90

TKJ E6 13 13 16 13 14 16 85

TKJ E7 12 12 14 10 10 12 70

TKJ E8 14 11 16 12 12 15 80

TKJ E9 10 10 10 10 9 11 60

TKJ E10 14 14 16 10 12 14 80

TKJ E11 12 12 16 15 14 16 85

TKJ E12 15 14 18 13 14 16 90

TKJ E13 14 14 16 14 14 18 90

TKJ E14 10 10 10 10 8 12 60

TKJ E15 10 12 12 10 10 12 65

TKJ E16 14 14 20 12 14 16 90

TKJ E17 14 14 15 12 14 16 85

TKJ E18 12 8 10 10 8 12 60

TKJ E19 10 10 14 10 12 14 70

TKJ E20 14 14 16 12 14 15 85

TKJ E21 12 8 11 9 10 10 60

TKJ E22 12 8 10 8 8 14 60

TKJ E23 14 12 12 10 10 12 70

TKJ E24 12 12 17 12 10 12 75

TKJ E25 13 14 15 11 11 16 80

TKJ E26 14 15 16 12 12 16 85

TKJ E27 15 13 17 12 10 13 80

TKJ E28 11 8 12 9 11 14 65

Page 129: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

114

Sampel Aspek

Skor Akhir 1 2 3 4 5 6

TKJ E29 15 14 15 14 14 18 90

TKJ E30 12 12 14 10 11 16 75

TKJ E31 13 13 15 10 10 14 75

TKJ E32 12 12 17 14 13 17 85

Sumber: posttest

Berdasarkan tabel di atas, aspek (1) bagian abstraksi, (2)

orientasi, (3) krisis, (4) reaksi, (5) koda, dan (6) diksi, struktur kalimat,

dan ejaan. Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh dua orang guru. Hasil

penilaian masing-masing aspek diakumulasi dan dibagi dua untuk

memperoleh skor akhir.

Tabel 36. Distribusi frekuensi dan persentase nilai hasil tes kemampuan akhir siswa menulis teks anekdot kelas eksperimen melalui model discovery learning

Frekuensi Persentase Valid 60 5 15.6

65 3 9.4 70 3 9.4 75 5 15.6 80 4 12.5 85 7 21.9 90 5 15.6

Total 32 100.0 Sumber: SPSS 16.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa nilai 60, 75,

dan 90 masing-masing diraih lima orang siswa. persentase lima orang

siswa adalah 15,60 persen. Nilai 65, 70 diraih masing-masing tiga orang

siswa dengan persentase tiga orang adalah 9,4 persen.nilai 80 diraih

Page 130: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

115

empat orang siswa dengan persentase 12,50 persen. Sedangkan nilai

85 diraih tujuh orang siswa dengan persentase 21,90 persen.

Tabel 37. Klasifikasi kemampuan siswa kelas eksperimen dalam menulis teks anekdot

No Kategorisasi Rentang Nilai Frekuensi Persentase

1 Sangat Tinggi 85-100 12 37,50

2 Tinggi 70-84 12 37,50

3 Cukup 55-69 8 25,00

4 Rendah 40-54 0 0

4 Sangat Rendah 0-39 0 0

Jumlah 32 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa ada 12

(37,50%) siswa yang dinyatakan sangat mampu dalam menulis teks

anekdot, 12 orang (37,50) siswa yang dinyatakan mampu, dan delapan

orang (25,00) siswa yang dinyatakan cukup mampu.

Berdasarkan tabel 37 di atas, kita dapat melihat bahwa jumlah

siswa yang dinyatakan tuntas menjadi lebih banyak daripada jumlah

siswa yang dinyatakan tidak tuntas. Nilai ketuntasan diukur berdasarkan

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Syarat ketuntasan klasikal

adalah 80 % sehingga siswa secara kolektif dapat dikatakan mampu

dalam menulis teks anekdot.

Tabel 38. Frekuensi ketuntasan belajar kelas eksperimen

Kategori Rentang Nilai Frekuensi Persentase

Tuntas > 70 24 75 %

Tidak Tuntas < 70 8 25 %

Sumber: rangkuman hasil posttest

Page 131: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

116

Berdasarkan tabel di atas, diketahui jumlah siswa yang

dinyatakan tuntas pada tes keterampilan menulis teks anekdot pada

kelas eksperimen adalah 24 orang siswa atau 75 % dan 8 orang siswa

lainnya atau 25 % dinyatakan tidak tuntas. Jumlah ketuntasan tes

posttest kelas eksperimen belum memenuhi syarat ketuntasan

klasikal. Ketuntasan klasikal hanya 75 % dari 80 % yang

dipersyaratkan.

Hasil skor pretest kelas eksperimen dapat digambarkan dalam

grafik berikut:

Gambar 6. Perolehan skor posttest kelas eksperimen

5. Kemampuan Akhir Menulis Teks Anekdot Siswa Kelas Kontrol

a. Analisis data kemampuan menulis teks anekdot aspek abstraksi

Tabel 39 Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan menulis teks anekdot pada aspek abtsraksi teks

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase 13-15 Sangat Baik 12 37,50 10-12 Baik 19 59,37

7-9 Cukup 1 3,13 4-6 Kurang 0 0

Page 132: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

117

0-3 Tidak Baik 0 0 Jumlah 32 100

Rata-rata 12,19 Sumber: posttest

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa siswa yang

memperoleh skor 13-15 dengan kategori sangat baik diraih 12 orang

dengan persentase 37,50%. Skor 10-12 dengan kategori baik diraih 19

orang dengan persentase 59,37%. Skor 7-9 dengan kategori cukup

diraih satu orang siswa dengan persentase 3,13%. Skor 4-6 dan 0-3

tidak ada siswa yang masuk dalam kategori tersebut. rata-rata

kemampuan siswa pada aspek ini adalah 12,19 dengan kategori

mampu.

b. Analisis data kemampuan menulis teks anekdot aspek orientasi

Tabel 40 Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan menulis teks anekdot pada aspek orientasi

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase 13-15 Sangat Baik 9 28,13 10-12 Baik 12 37,50

7-9 Cukup 11 34,37 4-6 Kurang 0 0 0-3 Tidak Baik 0 0

Jumlah 32 100 Rata-rata 10,91

Sumber: posttest

Berdasarkan tabel di atas, dapt dijelaskan bahwa siswa yang

memperoleh skor 13-15 dengan kategori sangat sembilan orang siswa

dengan persentase 28,13%. Skor 10-12 dengan kategori baik diraih 12

orang dengan persentase 37,50%. Skor 7-9 dengan kategori cukup baik

diraih sebelas orang dengan persentase 34,37%. Skor 4-6 dan 0-3 tidak

Page 133: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

118

ada siswa yang masuk dalam kategori ini. Rata-rata kemampuan siswa

pada aspek ini ani adalah 10,91 dengan kategori mampu.

c. Analisis data kemampuan menulis teks anekdot aspek krisis

Tabel 41 Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan menulis teks anekdot pada aspek krisis

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase 18-20 Sangat Baik 0 0 14-17 Baik 20 62,50 10-13 Cukup 12 37,50

5-9 Kurang 0 0 0-4 Tidak Baik 0 0

Jumlah 32 100 Rata-rata 14,06

Sumber: posttest

Berdasarkan tabel di atas, dapt dijelaskan bahwa siswa yang

memperoleh skor 18-20 dengan kategori sangat baik tidk diraih oleh

siswa. Skor 14-17 dengan kategori baik diraih 20 orang dengan

persentase 62,50%. Skor 10-13 dengan kategori cukup baik diraih 12

orang dengan persentase 37,50%. Skor 5-9 dan 0-4 tidak ada siswa

yang masuk dengan kategori ini. Rata-rata kemampuan siswa pada

aspek ini adalah 14,06 dengan kategori mampu.

d. Analisis data kemampuan menulis teks anekdot aspek reaksi

Tabel 42 Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan menulis teks anekdot pada aspek reaksi

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase 13-15 Sangat Baik 4 12,50 10-12 Baik 23 71,87

7-9 Cukup 5 15,63 4-6 Kurang 0 0 0-3 Tidak Baik 0 0

Jumlah 32 100 Rata-rata 10,88

Sumber: posttest

Page 134: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

119

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa siswa yang

memperoleh skor 13-15 dengan kategori sangat baik diraih empat orang

dengan persentase 12,50%. Skor 10-12 dengan kategori baik diraih 23

orang dengan persentase 71,87%. Skor 7-9 dengan kategori cukup baik

diraih lima orang dengan persentase 15,63%. Skor 4-6 dan 0-3 tidak

ada siswa yang masuk dalam kategori tersebut. rata-rata kemampuan

siswa pada aspek ini adalah 10,88 dengan kategori mampu.

e. Analisis data kemampuan menulis teks anekdot aspek koda

Tabel 43 Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan menulis teks anekdot pada aspek koda

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase 13-15 Sangat Baik 4 12,50 10-12 Baik 24 75,00

7-9 Cukup 4 12,50 4-6 Kurang 0 0 0-3 Tidak Baik 0 0

Jumlah 32 100 Rata-rata 10,84

Sumber: psottest

Berdasarkan tabel di atas, dapt dijelaskan bahwa 13-15 dengan

kategori sangat baik diraih empat orang dengan persentase 12,50%.

Skor 10-12 dengan kategori baik diraih 24 orang dengan persentase

75,00%. Skor 7-9 dengan kategori cukup baik diraih empat orang

dengan persentase 12,50%. Skor 4-6 dan 0-3 dengan kategori kurang

dan tidak baik tidak ada siswa yang masuk dalam kategori tersebut.

rata-rata kemampuan siswa pada aspek ini adalah 10,84 dengan

kategori mampu.

Page 135: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

120

f. Analisis data kemampuan menulis teks anekdot aspek diksi, struktur

kalimat dan ejaan

Tabel 44 Distribusi frekuensi dan persentase kemampuan menulis teks anekdot aspek aspek diksi, konstruksi kalimat, dan ejaan

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase

18-20 Sangat Baik 2 6,25 14-17 Baik 10 31,25 10-13 Cukup 20 62,50

5-9 Kurang 0 0 0-4 Tidak Baik 0 0

Jumlah 32 100 Rata-rata 13,03

Sumber: posttest

Berdasarkan tabel di atas, dapt dijelaskan bahwa skor 18-20

dengan kategori sangat baik diraih dua orang siswa dengan persentase

6,25%. Skor 14-17 dengan kategori baik diraih 10 orang dengan

persentase 31,25%. Skor 10-13 dengan kategori cukup baik diraih 20

orang dengan persentase 62,50%%. Skor 5-9 dan 0-4 tidak ada siswa

yang masuk dengan kategori ini. Rata-rata kemampuan siswa pada

aspek ini adalah 13,03 dengan kategori cukup mampu.

Tabel 45. Nilai rata-rata aspek penilaian kemampuan menulis teks anekdot kelas kontrol melalui model konvensional

No. Aspek yang dinilai Rata-rata

1 Abstraksi 12,19

2 Orientasi 10,91

3 Krisis 14,06

4 Reaksi 10,88

5 Koda 10,84

6 Diksi, struktur kalimat, dan ejaan 13,03

Sumber: tes posttest kelas kontrol

Page 136: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

121

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa aspek yang

paling mampu dikerjakan oleh siswa adalah aspek krisis dengan rata-

rata kemampuan 14, 06. Sedangkan kemampuan terendah siswa dalam

menulis teks anekdot pada aspek koda.

Tabel 46. Skor mentah hasil tes kemampuan akhir siswa kelas kontrol dalam menulis teks anekdot

Sampel Aspek

Skor Akhir 1 2 3 4 5 6

TKJ K1 14 15 16 12 12 16 85

TKJ K2 10 10 10 10 8 12 60

TKJ K3 12 10 16 10 12 15 75

TKJ K4 15 13 17 12 10 13 80

TKJ K5 12 12 14 10 10 12 70

TKJ K6 15 14 15 14 14 18 90

TKJ K7 12 8 10 10 8 12 60

TKJ K8 14 14 16 14 14 18 90

TKJ K9 12 12 17 14 13 17 85

TKJ K10 12 8 11 9 10 10 60

TKJ K11 11 8 12 9 11 14 65

TKJ K12 12 12 17 12 10 12 75

TKJ K13 15 13 17 12 10 13 80

TKJ K14 10 8 12 10 10 10 60

TKJ K15 10 8 12 8 10 12 60

TKJ K16 15 13 17 12 10 13 80

TKJ K17 12 8 11 9 10 10 60

TKJ K18 14 14 16 10 12 14 80

TKJ K19 14 12 12 10 10 12 70

TKJ K20 13 14 15 11 11 16 80

TKJ K21 13 12 15 12 14 14 80

Page 137: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

122

Sampel Aspek

Skor Akhir 1 2 3 4 5 6

TKJ K22 10 8 10 12 10 10 60

TKJ K23 9 9 10 9 8 10 55

TKJ K24 14 14 16 10 12 14 80

TKJ K25 10 8 12 10 10 10 60

TKJ K26 10 8 10 12 10 10 60

TKJ K27 10 12 16 13 12 12 75

TKJ K28 12 10 16 10 12 15 75

TKJ K29 10 8 14 10 8 11 60

TKJ K30 12 10 16 12 12 13 75

TKJ K31 12 12 16 10 12 13 75

TKJ K32 14 12 16 10 12 16 80

Sumber: Posttest

Berdasarkan tabel di atas, aspek (1) bagian abstraksi, (2)

orientasi, (3) krisis, (4) reaksi, (5) koda, dan (6) diksi, struktur kalimat,

dan ejaan. Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh dua orang guru. Hasil

penilaian masing-masing aspek diakumulasi dan dibagi dua untuk

memperoleh skor akhir.

Tabel 47. Distribusi frekuensi dan persentase nilai hasil tes kemampuan akhir menulis teks anekdot kelas kontrol melalui model konvensional

Frekuensi Persentase Valid 55 1 3.1

60 10 31.2 65 1 3.1 70 2 6.2 75 6 18.8 80 8 25.0 85 2 6.2 90 2 6.2

Page 138: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

123

Total 32 100.0 Sumber: SPSS 16.00

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai 55 dan 65

diperoleh satu oorang siswa dengan persentase masing-masing 3,1

persen. Nilai 70, 85, dan 90 diperoleh masing-masing dua orang siswa

dengan persentase dua orang adalah 6,2 persen. Nilai 60 diperoleh 10

orang siswa dengan persentase 31,2 persen. Nilai 75 diperoleh enam

orang siswa dengan persentase 18,8 persen. Nilai 80 diperoleh delapan

orang siswa dengan persentase 25,0 persen.

Tabel 48. Klasifikasi kemampuan siswa kelas kontrol dalam menulis teks anekdot

No Kategorisasi Rentang Nilai Frekuensi Persentase

1 Sangat Tinggi 85-100 4 12,50

2 Tinggi 70-84 16 50,00

3 Cukup 55-69 12 37,50

4 Rendah 40-54 0 0

4 Sangat Rendah 0-39 0 0

Jumlah 32 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa ada empat

orang (12,50%) siswa yang dinyatakan sangat mampu dalam menulis

teks anekdot, 16 orang (50,00) siswa yang dinyatakan mampu, 12 orang

(37,50) siswa yang dinyatakan cukup mampu.

Berdasarkan tabel 48 di atas, kita dapat melihat bahwa jumlah

siswa yang dinyatakan tuntas menjadi lebih banyak daripada jumlah

siswa yang dinyatakan tidak tuntas. Nilai ketuntasan diukur berdasarkan

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Syarat ketuntasan klasikal

Page 139: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

124

adalah 80 % sehingga siswa secara kolektif dapat dikatakan mampu

dalam menulis teks anekdot.

Tabel 49. Distribusi frekuensi ketuntasan belajar kelas kontrol Kategori Rentang Nilai Frekuensi Persentase

Tuntas > 70 20 63 %

Tidak Tuntas < 70 12 37 %

Sumber: rangkuman hasil posttest

Berdasarkan tabel di atas, diketahui jumlah siswa yang

dinyatakan tuntas pada tes keterampilan menulis teks anekdot pada

kelas kontrol adalah 20 orang siswa atau 63 % dan 12 orang siswa

lainnya atau 37 % dinyatakan tidak tuntas. Jumlah ketuntasan tes

posttest kelas eksperimen belum memenuhi syarat ketuntasan klasikal.

Ketuntasan klasikal hanya 63 % dari 80 % yang dipersyaratkan.

Hasil skor posttest kelas eksperimen dapat digambarkan dalam

grafik berikut:

Gambar 6. Perolehan skor posttest kelas kontrol

Page 140: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

125

6. Perbandingan Kemampuan Akhir Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol

Setelah diberikan perlakuan, peneliti mengukur hasil dari

perlakuan tersebut. Adapun deskripsi kemampuan akhir siswa dalam

menulis teks anekdot sebagai berikut:

Tabel 50. Perbandingan ketuntasan akhir kelas eksperimen dan kelas

kontrol

Kelas Frekuensi Persentase Indikator

Eksperimen 24 75 % Baik

Kontrol 20 63 % Cukup

Sumber: tes pretest

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa frekuensi ketuntasan

kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Pada kelas

eksperimen, ketuntasan belajar siswa sebanyak 24 orang dengan

persentase 75 % dan kelas kontrol sebanyak 20 orang dengan

persentase 63 %.

7. Hasil Uji Persyaratan Data

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh nilai hasil pengujian

tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) kemampuan menulis teks anekdot

kelas kontrol dan kelas eksperimen yang selanjutnya akan dianalisis

datanya. Sebelum dilaksanakan analisis data, terlebih dahulu dilaksanakan

uji prasyarat data yang terdiri dari uji normalitas sebaran data dan uji

homogenitas varians.

a. Hasil Uji Normalitas

Page 141: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

126

Data pada uji normalitas sebaran ini diperoleh dari pretest dan

posttest kemampuan menulis teks anekdot siswa pada kelas kontrol dan

kelas eksperimen. Dengan bantuan SPSS 16.0, dihasilkan nilai sig (2-

tailed) pada Kolmogorov-Smirnov yang dapat menunjukkan sebaran data

berdistribusi normal atau tidak. Sebuah syarat data berdistribusi normal

apabila nilai sig (2-tailed) yang diperoleh dari hasil penghitungan, lebih

besar dari tingkat alpha 5% (sig (2-tailed)>0,050).

1) Hasil uji normalitas sebaran data pretest kemampuan menulis teks

anekdot kelas kontrol dan kelas eksperimen

Rangkuman hasil uji normalitas sebaran data pretest kemampuan

menulis teks anekdot pada kelas eksperimen dan kelas kontrol seperti yang

tersaji dalam tabel berikut;

Tabel 54. Uji normalitas data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol

Data N Taraf

Signifikansi

Sig (2-

Tailed) Kriteria

Keteranga

n

Kelas

eksperimen 32 5% 0,200 P>0,05 Normal

Kelas kontrol 32 5% 0,200 P>0,05 Normal

Sumber: uji statistik SPSS 16.00

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa kelas eksperimen

memperoleh sig (2-tailed) sebesar 0,200 sedangkan kelas kontrol

memperoleh sig (2-tailed) sebesar 0,200. Hal tersebut menunjukkan bahwa

data pretest kemampuan menulis teks anekdot kedua kelas dinyatakan

Page 142: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

127

berdistribusi normal karena sig (2-tailed) yang diperoleh lebih besar dari

alpha 5% (sig (2-tailed)>0,050).

2) Hasil uji normalitas sebaran data posttest kemampuan menulis teks

anekdot kelas kontrol dan kelas eksperimen

Rangkuman hasil uji normalitas sebaran data posttest kemampuan

menulis teks anekdot pada kelas eksperimen dan kelas kontrol seperti yang

tersaji dalam tabel berikut;

Tabel 55. Uji normalitas data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol

Data N Taraf

Signifikansi

Sig (2-

Tailed) Kriteria Keterangan

Kelas

eksperimen 32 5% 0,067 P>0,05 Normal

Kelas kontrol 32 5% 0,070 P>0,05 Normal

Sumber: uji statistik SPSS 16.00

Berdsarkan data posttest kemampuan menulis teks anekdot dalam

tabel di atas dapat dilihat bahwa kelas eksperimen memperoleh sig (2-

tailed) sebesar 0,067 sedangkan kelas kontrol memperoleh sig (2-tailed)

sebesar 0,070. Hal tersebut menunjukkan bahwa data posttest menulis teks

anekdot kedua kelas dinyatakan berdistribusi normal karena sig (2-tailed)

yang diperoleh lebih besar dari alpha 5% (sig (2-tailed)>0,050).

Dari hasil penghitungan normalitas sebaran data pretest dan posttest

kemampuan menulis teks anekdot siswa pada kelas kontrol maupun kelas

eksperimen dapat diketahui bahwa data-data yang dikumpulkan dari pretest

maupun posttest kemampuan menulis teks anekdot dalam pembelajaran ini

Page 143: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

128

berdistribusi normal. Dengan hasil penghitungan yang menunjukkan

kenormalan distribusi, data tersebut telah memenuhi syarat untuk dianalisis.

8. Hasil Uji Homogenitas Varian

Setelah dilaksanakan uji normalitas sebaran data, selanjutnya

dilaksanakan uji homogenitas varians. Dengan bantuan program SPSS

16.00, dihasilkan skor yang menunjukkan varians yang homogen. Syarat

varians dikatakan homogen adalah apabila nilai signifikansi hitung lebih

besar dari taraf signifikansi 0,05 atau (5%).

a) Hasil uji homogenitas varians data pretest siswa kelas eksperimen dan

kelas kontrol

Rangkuman hasil penghitungan uji homogenitas varian data (levene

statistic) dengan program SPSS 16.0 disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 56. Uji homogenitas varian data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol

Data Levene

Statistik Df1 Df2

Sig (2-

Tailed) Keterangan

Pretest

Kemampuan

menulis teks

anekdot

0,960 1 46 0,332

Sig.

0,332>0,05=

Homogen

Sumber: uji statistik SPSS 16.00

Dilihat dari tabel rangkuman hasil penghitungan program SPSS 16.0

di atas, dapat diketahui bahwa data pretest kemampuan menulis teks

anekdot dalam penelitian ini mempunyai varian yang homogen dimana taraf

signifikansi hitung lebih besar (0,332) dari pada taraf signifikansi 5% atau

0,05.

Page 144: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

129

b) Hasil uji homogenitas varians data posttest siswa kelas eksperimen dan

kelas kontrol

Rangkuman hasil penghitungan uji homogenitas varian data (levene

statistic) dengan program SPSS 16.0 disajikan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 57. Uji homogenitas data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol

Data Levene

Statistik Df1 Df2

Sig (2-

Tailed) Keterangan

Posttest

Kemampuan

menulis teks

anekdot

2,043 1 46 0,160

Sig.

0,160>0,05=

Homogen

Sumber: uji statistik SPSS 16.00

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa data posttest

kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varian yang homogen.

Homogenitas dapat dilihat dari nilai signifikansi hitung 0,160 lebih besar dari

taraf signifikansi 0,05 atau 5%. Dari hasil penghitungan uji homogenitas

varians pretest dan posttest dengan program SPSS 15.0 dalam penelitian

ini menunjukkan bahwa kedua data tersebut telah memenuhi syarat untuk

dianalisis karena nilai signifikansi hitung lebih besar dari taraf signifikansi

0,05 (5%) atau dengan kata lain bahwa data pada pretest dan posttest

kedua kelas tersebut homogen.

9. Hasil Uji Hipotesis

Setelah dianalisis dengan menggunakan uji t diperoleh hasil

sebagai berikut:

Page 145: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

130

Tabel 58. Hasil uji hipotesis

Nilai Most Extreme Differences

Absolute .250 Positive .000 Negative -.250

Kolmogorov-Smirnov Z 1.000 Asymp. Sig. (2-tailed) .270 Sumber: uji statistik SPSS.16.00

Sumber: SPSS 16.00.

Berdasarkan tabel di atas. Diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. (2-

tailed) adalah 0,270. Hasil tersebut menunjukkan nilai lebih besar dari

taraf signifikansi 5 % (0,270 > 0,05). Dengan demikian, dapat ditarik

kesimpulan bahwa H0 diterima atau dengan kata lain nilai kemampuan

menulis antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran

discovery learning dengan kelas kontrol yang menggunakan model

pembelajaran konvensional adalah identik (tidak ada perbedaan).

B. Pembahasan

Sebagai syarat pelaksanaan tindakan, kemampuan kedua kelas

yang akan diteliti harus sama. Hasil pengukuran awal (pretest)

membuktikan bahwa kemampuan awal siswa adalah sama. Hal ini

dibuktikan dengan hasil uji homogenitas varian yaitu mempunyai varian

yang homogen dimana taraf signifikansi hitung lebih besar (0,332) dari

pada taraf signifikansi 5% atau 0,05.

Page 146: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

131

Selanjutnya, pada saat pelaksanaan tindakan, aktivitas kedua kelas

cukup baik. Siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol mengikuti

kegiatan pembelajaran dengan penuh perhatian. Walapun pada

pertemuan pertama dan kedua di kedua kelas siswa masih kurang aktif

mengikuti kegiatan pembelajaran, tetapi pada pertemuan ketiga dan

keempat menjadi lebih baik.

Dalam pelaksanaan tindakan, guru memberikan materi dengan

cara menjelaskan kepada siswa mengenai konsep teks anekdot, unsur-

unsur teks anekdot, langkah-langkah menyusun teks anekdot. Setelah

siswa memahami materi, guru melakukan pembagian kelompok untuk

berpetualang (discovery) menyusun teks anekdot secara berkelompok.

Setelah kegiatan kerja kelompok dirasa sudah cukup baik, guru

melakukan penugasan untuk membuat teks anekdot secara mandiri.

Langkah-langkah pembelajaran ini sejalan dengan pandangan yang

disampaikan oleh Anintah (2009: 27) bahwa dalam melakukan

pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks ini, pengajar hendaknya

menempuh empat tahap pembelajaran, yaitu: (1) tahap pembangunan

konteks, (2) tahap pemodelan teks, (3) tahap pembuatan teks secara

bersama-sama, dan (4) tahap pembuatan teks secara mandiri.

Tes kemampuan awal dalam menulis teks anekdot membuktikan

bahwa siswa belum mampu menyusun teks anekdot berdasarkan unsur-

unsur yang ada di dalamnya dengan baik yaitu abstraksi, orientasi, krisis,

reaksi, dan koda. Pada bagian abstraksi, siswa belum mampu untuk

Page 147: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

132

meenggambarkan isi teks di awal cerita. Masalah yang ditampilkan pun

masih kurang menarik. Intensitas nilai krisis masih sangat kurang

sehingga tidak menimbulkan rekasi dari pembaca. hal tersebut menjadi

dasar bahwa teks anekdot yang dibuat siswa masih kurang lengkap dan

utuh unsur-unsurnya. Berdasarkan kelemahan siswa tersebut, peneliti

memberikan tindakan pencegahan untuk meningkatkan kemampuan

siswa menjadi lebih baik lagi. Setelah dilakukan empat kali tindakan, ada

perkembangan kemampuan siswa yang signifikan dalam menulis teks

aanekdot. Siswa memahami bagian demi bagian teks anekdot dengan

baik sehingga teks yang dihasilkan pun menjadi lebih baik. Abtraksi

digambarkan menjadi lebih nyata, nilai krisis cerita pun menjadi lebih

menarik. Hal tersebut senada dengan pendapat Mahsun (2013:76) bahwa

pada teks anekdot, peristiwa yang terdapat pada teks cerita ulang harus

menimbulkan krisis. Partisipan yang terlibat bereaksi pada peristiwa itu

sehingga teksnya berstruktur orientasi, krisis, lalu diikuti reaksi.

Ada berbagai kendala yang dihadapi peneliti dalam pelaksanaan

pembelajaran dengan menerapkan model discovery learning yaitu:

1. Motivasi belajar bahasa Indonesia siswa masih sangat kurang

sehingga siswa kurang tertarik untuk belajar dengan serius.

2. Wahana discovery learning siswa sangat terbatas sehingga

pengalaman siswa juga terbatas. Hal ini tentu berpengaruh terhadap

teks yang dikarang. Siswa terbatas pada imaji cerita yang hanya pada

lingkup sekolah saja.

Page 148: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

133

3. Perhatian siswa terhadap proses belajar tidak optimal karena

beberapa kegiatan sekolah yang menuntut siswa untuk berpartisipasi

di dalamnya. Seperti, pemilihan ketua OSIS baru, pelaksanaan

kegiatan organisasi, serta ekstrakurikuler sekolah.

Page 149: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

134

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan temuan dan analisis data, kesimpulan penelitian ini

sebagai berikut:

1. Sebelum diberikan perlakuan, kemampuan siswa dalam menulis teks

anekdot masih kurang. Hasil tes kemampuan awal mebuktikan bahwa

14 orang siswa atau 44 % dan 18 orang siswa lainnya atau 56 %

dinyatakan tidak tuntas. Jumlah ketuntasan tes pretest kelas

eksperimen belum memenuhi syarat ketuntasan klasikal. Ketuntasan

klasikal hanya 44 % dengan kategori sangat kurang. Setelah diberikan

perlakuan. Terjadi peningkatan kemampuan yang cukup signifikan. Hasil

tes kemampuan akhir membuktikan bahwa ketuntasan siswa meningkat

sebesar 31,25 % yaitu dari 14 menjadi 24 orang siswa atau 75 % dan 8

orang siswa lainnya atau 25 % dinyatakan tidak tuntas.

2. Berdasarkan hasil uji hipotesis, diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. (2-

tailed) adalah 0,270. Hasil tersebut menunjukkan nilai lebih besar dari

taraf signifikansi 5 % (0,270 > 0,05). Dengan demikian, dapat ditarik

kesimpulan bahwa H0 diterima atau dengan kata lain nilai kemampuan

menulis antara kelas eksperimen yang menggunakan model

pembelajaran discovery learning dengan kelas kontrol yang

Page 150: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

135

menggunakan model pembelajaran konvensional adalah identik (tidak

ada perbedaan).

B. Saran

Saran ini ditujukan kepada:

1. siswa agar lebih meningkatkan motivasi belajar khususnya bahasa

Indonesia serta mampu membagi waktu dan perhatian untuk mengikuti

kegiatan pembelajaran lebih baik lagi. Dapat yang terjadi berdasarkan

hasil penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang tidak maksimal.

2. guru agar mengembangkan keterampilan mengajar menjadi lebih baik.

Dalam hal penerapan model pembelajaran discovery learning,

diharapkan agar guru mampu untuk mengeksplorasi kembali

pembelajarn dengan model tersebut untuk mendapatkan hasil yang

maksimal.

3. bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan penerapan model

discovery learning, sebaiknya memahami hasil penelitian ini dan

dikembangkan dengan hasil temuan untuk menghindari kelemahan atau

kekurangan yang mungkin akan terjadi serupa dengan penelitian ini.

Page 151: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

136

DAFTAR PUSTAKA

Anintah. 2009. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Jakarta: Grasindo.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Bruner, J. S. 1971. The Relevance of Education. New York: Norton.

Danandjaya, James. 1991. Tentang Sastra. Terjemahan Achadiati Ikram. Jakarta: Intermasa.

Fatimah, Siti. 2013. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia SMA. Bandung: Alfabeta.

Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Iskandarwassid dan Sunendar, D. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: SPs UPI dan PT Rosda Karya.

Jamilah. 2013. Eksperimentasi Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) Dengan Metode Discovery Learning Pada Materi Pokok Bentuk Aljabar Ditinjau Dari Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas VII SMP Negeri Se-Kota Pontianak. Tesis. Surakarta: UNS.

Lie, Anita. 2009. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Lestari, Ema. 2013. Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013. Jakarta: Bina Ilmu.

Mahsun, 2013. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta: Rajawali Pers.

Mujianto. 2010. Kiat Pengamanan Bahasa Indonesia (Tinjauan Skeptis pada Era Global). Makalah Kongres IX Bahasa Indonesia. Jakrta: Badan Bahasa.

Mulyani, Bakti. 2013. Penerapan Pembelajaran Model Problem Posing Untuk Meningkatkan Kreativitas Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Laju Reaksi Kelas XI IPA 5 SMA Negeri 1 Boyolali

Page 152: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

137

Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Online. Vol 2 No 2 ISSN : 2337-9995. Universitas Sebelas Maret. (diakses 2 Januari 2015).

Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja. Rodaskarya.

Nurgiyantoro, Burhan. dkk. 2004. Statistik Terapan. Yogyakarta : Gajah Mada. University Press.

Nurjamal, Daeng dan Warta Sumirat. 2010. Penuntun Perkuliahan Bahasa Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Permendikbud No.70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA. Jakarta: Jakarta: Kemdikbud.

Permendikbud No.8A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud.

Permendikbud No.29 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Jakarta: Kemdikbud.

Prihantoro, Bambang. 2013. Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Menulis Teks Anekdot (Studi Kasus Kelas X SMAN 1 Karanganyar. Tesis. Surakarta: UNS.

Purwanto, M. Ngalim. 2007. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Purwanto, M. Ngalim. 2006. Ilmu Pendidikan Teorotis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rohmadi, Muhammad. 2010. Strategi Sukses Menjadi Penulis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ruseffendi. (1994). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Semarang:IKIP Press.

Sagala, Saiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Santoso, Singgih. 2010. Statistik Multivariat. Jakarta : PT Gramedia.

Semi, M. Atar. 1993. Menulis Efektif. Padang: Angkasa.

Semi, M. Atar. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa.

Page 153: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

138

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suparlan, Parsudi. 2011. Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Sutrisno, Hadi. 1988. Prosedur Penelitian, suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Bina Aksara.

Syah. Muhibin. 2013. Model-Model Pembelajaran Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi keempat. Jakart: Gramedia Pustaka Utama.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif Konsep, Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Group.

Wilis, Dahar. 2006. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Page 154: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

139

LAMPIRAN

Instrumen Penelitian

Page 155: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

140

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SELAMA PROSES PEMBELAJARAN

Kode Data : ............

Nama Siswa : ..............................

Kelas : ..............................

Petunjuk Pengisian:

Amatilah aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Isilah lembar

pengamatan dengan prosedur sebagai berikut:

1. Pengamat dalam melakukan pengamatan duduk di tempat yang mungkin dapat melihat semua aktivitas siswa

2. Setiap 150 detik, pengamat melakukan aktivitas pengamatan aktivitas siswa yang dominan, dan 30 detik berikutnya pengamat menulis hasil pengamatan.

3. Pedoman penskoran yaitu 4 (sangat baik) 3 (baik), 2 (cukup baik) 1 (kurang baik)

No Aktivitas yang diamati Penskoran

Ket 1 2 3 4

1 Siswa masuk kelas tepat waktu

2 Siswa memperhatikan penjelasan

materi yang dijelaskan oleh guru

3 Siswa mencatat penjelasan dari guru

yang dianggap penting

4

Siswa aktif bertanya kepada guru jika

ada hal yang tidak dimengerti

Page 156: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

141

Lanjutan

5

Siswa bersedia dibagi menjadi

beberapa kelompok yang terdiri dari

4-5 orang siswa

6

Siswa berani memberikan jawaban

atas permasalahan yang diberikan

baik secara individu maupun secara

kelompok

7

Siswa berani memberikan jawaban

atas permasalahan yang diberikan

baik langsung atau di depan kelas

8

Siswa aktif berdiskusi baik kepada

rekan kelompok maupun kepada guru

untuk menemukan jawaban soal

9

Siswa berani memberikan apresiasi

kepada siswa atau kelompok lain

dengan hasil yang lebih baik

10 Siswa menyimpulkan materi yang

telah dipelajari

Total

Capaian (%)

Observer

(…………………….............)

Page 157: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

142

LAMPIRAN 1

Hasil Analisis Data

Page 158: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

143

LAMPIRAN a

Tabel skor mentah hasil tes kemampuan awal menulis teks anekdot dalam aspek abstraksi melalui model discovery learning siswa kelas eksperimen SMK Negeri 1 Bantaeng

Sampel

Aspek Skor Akhir

(∑Skor/2) Abstraksi

Pemeriksa 1 Pemeriksa 2

TKJ E1 11 13 12

TKJ E2 12 8 10

TKJ E3 12 12 12

TKJ E4 13 11 12

TKJ E5 14 10 12

TKJ E6 9 11 10

TKJ E7 10 10 10

TKJ E8 12 12 12

TKJ E9 10 10 10

TKJ E10 13 11 12

TKJ E11 10 10 10

TKJ E12 12 12 12

TKJ E13 12 12 12

TKJ E14 9 7 8

TKJ E15 10 10 10

TKJ E16 13 15 14

TKJ E17 15 15 15

TKJ E18 10 8 9

TKJ E19 10 10 10

TKJ E20 12 14 13

TKJ E21 8 8 8

TKJ E22 7 9 8

TKJ E23 7 9 8

TKJ E24 10 10 10

Page 159: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

144

Lanjutan

TKJ E25 10 10 10

TKJ E26 15 13 14

TKJ E27 12 12 12

TKJ E28 9 11 10

TKJ E29 11 13 12

TKJ E30 10 10 10

TKJ E31 9 11 10

TKJ E32 11 9 10

Page 160: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

145

LAMPIRAN b

Tabel skor mentah hasil tes kemampuan awal menulis teks anekdot dalam aspek orientasi melalui model discovery learning siswa kelas eksperimen SMK Negeri 1 Bantaeng

Sampel

Aspek Skor Akhir

(∑Skor/2) Orientasi

Pemeriksa 1 Pemeriksa 2

TKJ E1 7 9 8

TKJ E2 6 8 7

TKJ E3 10 10 10

TKJ E4 8 8 8

TKJ E5 8 12 10

TKJ E6 11 9 12

TKJ E7 11 9 10

TKJ E8 7 9 8

TKJ E9 8 6 7

TKJ E10 9 11 10

TKJ E11 11 9 10

TKJ E12 10 10 10

TKJ E13 12 12 12

TKJ E14 6 8 7

TKJ E15 8 8 8

TKJ E16 13 11 12

TKJ E17 14 14 14

TKJ E18 7 7 7

TKJ E19 8 8 8

TKJ E20 12 12 12

TKJ E21 7 5 6

TKJ E22 6 6 6

TKJ E23 7 9 8

TKJ E24 9 7 8

Page 161: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

146

Lanjutan

TKJ E25 11 9 10

TKJ E26 8 12 10

TKJ E27 8 12 10

TKJ E28 6 4 5

TKJ E29 14 14 14

TKJ E30 10 6 8

TKJ E31 7 9 8

TKJ E32 12 8 10

Page 162: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

147

LAMPIRAN c

Tabel skor mentah hasil tes kemampuan awal menulis teks anekdot dalam aspek krisis melalui model discovery learning siswa kelas eksperimen SMK Negeri 1 Bantaeng

Sampel

Aspek Skor Akhir

(∑Skor/2) Krisis

Pemeriksa 1 Pemeriksa 2

TKJ E1 11 9 10

TKJ E2 12 8 10

TKJ E3 15 13 14

TKJ E4 11 13 12

TKJ E5 15 17 16

TKJ E6 16 6 16

TKJ E7 6 6 6

TKJ E8 11 9 10

TKJ E9 8 12 10

TKJ E10 13 11 12

TKJ E11 14 14 14

TKJ E12 15 13 14

TKJ E13 15 17 16

TKJ E14 12 8 10

TKJ E15 14 14 14

TKJ E16 16 16 16

TKJ E17 14 14 14

TKJ E18 9 11 10

TKJ E19 12 16 14

TKJ E20 12 10 11

TKJ E21 7 11 9

TKJ E22 8 12 10

TKJ E23 9 9 9

TKJ E24 9 11 10

Page 163: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

148

Lanjutan

TKJ E25 13 11 12

TKJ E26 11 13 12

TKJ E27 13 15 14

TKJ E28 7 11 9

TKJ E29 14 14 14

TKJ E30 16 12 14

TKJ E31 11 9 10

TKJ E32 13 15 14

Page 164: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

149

LAMPIRAN d

Tabel skor mentah hasil tes kemampuan awal menulis teks anekdot dalam aspek reaksi melalui model discovery learning siswa kelas eksperimen SMK Negeri 1 Bantaeng

Sampel

Aspek Skor Akhir

(∑Skor/2) Reaksi

Pemeriksa 1 Pemeriksa 2

TKJ E1 11 9 10

TKJ E2 8 8 8

TKJ E3 12 14 13

TKJ E4 11 9 10

TKJ E5 12 12 12

TKJ E6 14 12 13

TKJ E7 9 7 8

TKJ E8 11 9 10

TKJ E9 9 7 8

TKJ E10 9 11 10

TKJ E11 12 14 13

TKJ E12 11 13 12

TKJ E13 10 10 10

TKJ E14 12 8 10

TKJ E15 9 11 10

TKJ E16 14 10 12

TKJ E17 14 10 12

TKJ E18 9 11 10

TKJ E19 12 8 10

TKJ E20 11 9 10

TKJ E21 7 5 6

TKJ E22 8 8 8

TKJ E23 9 11 10

TKJ E24 13 11 12

Page 165: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

150

Lanjutan

TKJ E25 13 11 10

TKJ E26 11 13 10

TKJ E27 13 15 12

TKJ E28 7 11 6

TKJ E29 14 14 12

TKJ E30 16 12 10

TKJ E31 10 6 8

TKJ E32 13 11 12

Page 166: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

151

LAMPIRAN e

Tabel skor mentah hasil tes kemampuan awal menulis teks anekdot dalam aspek koda melalui model discovery learning siswa kelas eksperimen SMK Negeri 1 Bantaeng

Sampel

Aspek Skor Akhir

(∑Skor/2) Koda

Pemeriksa 1 Pemeriksa 2

TKJ E1 11 13 12

TKJ E2 10 14 12

TKJ E3 12 14 12

TKJ E4 11 9 12

TKJ E5 12 12 14

TKJ E6 12 12 12

TKJ E7 9 11 10

TKJ E8 11 13 12

TKJ E9 12 12 12

TKJ E10 13 11 12

TKJ E11 10 14 12

TKJ E12 11 13 12

TKJ E13 10 14 12

TKJ E14 8 8 8

TKJ E15 8 10 9

TKJ E16 14 10 12

TKJ E17 13 15 14

TKJ E18 9 7 8

TKJ E19 9 7 8

TKJ E20 13 15 14

TKJ E21 7 9 8

TKJ E22 8 8 8

TKJ E23 9 7 8

TKJ E24 9 11 10

Page 167: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

152

Lanjutan

TKJ E25 13 15 9

TKJ E26 8 12 10

TKJ E27 10 10 10

TKJ E28 7 9 8

TKJ E29 14 14 14

TKJ E30 16 12 9

TKJ E31 10 6 8

TKJ E32 9 11 10

Page 168: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

153

LAMPIRAN f

Tabel skor mentah hasil tes kemampuan awal menulis teks anekdot dalam aspek diksi, konstruksi kalimat, dan ejaan melalui model discovery learning siswa kelas eksperimen SMK Negeri 1 Bantaeng

Sampel

Aspek Skor Akhir

(∑Skor/2) diksi, konstruksi kalimat, dan ejaan

Pemeriksa 1 Pemeriksa 2

TKJ E1 11 13 12

TKJ E2 10 10 10

TKJ E3 10 12 11

TKJ E4 11 13 12

TKJ E5 15 17 16

TKJ E6 12 12 12

TKJ E7 7 5 6

TKJ E8 11 9 10

TKJ E9 7 9 8

TKJ E10 13 11 12

TKJ E11 10 12 11

TKJ E12 11 13 12

TKJ E13 12 14 13

TKJ E14 12 12 12

TKJ E15 13 15 14

TKJ E16 14 14 14

TKJ E17 17 15 16

TKJ E18 13 11 12

TKJ E19 9 13 11

TKJ E20 16 14 15

TKJ E21 7 9 8

TKJ E22 12 8 10

TKJ E23 11 13 12

TKJ E24 9 11 10

Page 169: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

154

Lanjutan

TKJ E25 13 15 14

TKJ E26 14 14 14

TKJ E27 13 11 12

TKJ E28 13 11 12

TKJ E29 14 14 14

TKJ E30 16 12 14

TKJ E31 9 13 11

TKJ E32 15 13 14

Page 170: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

155

LAMPIRAN g

Tabel skor mentah hasil tes kemampuan awal menulis teks anekdot dalam aspek abstraksi melalui model discovery learning siswa kelas kontrol SMK Negeri 1 Bantaeng

Sampel

Aspek Skor Akhir

(∑Skor/2) Abstraksi

Pemeriksa 1 Pemeriksa 2

TKJ K1 11 13 12

TKJ K2 8 8 8

TKJ K3 12 12 12

TKJ K4 13 11 12

TKJ K5 12 8 10

TKJ K6 9 11 10

TKJ K7 10 10 10

TKJ K8 12 12 12

TKJ K9 11 11 11

TKJ K10 12 8 10

TKJ K11 10 10 10

TKJ K12 12 12 12

TKJ K13 10 10 10

TKJ K14 9 7 8

TKJ K15 10 10 10

TKJ K16 13 15 14

TKJ K17 10 10 10

TKJ K18 14 12 13

TKJ K19 10 10 10

TKJ K20 12 14 13

TKJ K21 13 11 12

TKJ K22 7 9 8

TKJ K23 7 9 8

TKJ K24 10 10 10

Page 171: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

156

Lanjutan

TKJ K25 10 10 10

TKJ K26 9 7 8

TKJ K27 12 12 12

TKJ K28 13 11 12

TKJ K29 11 9 10

TKJ K30 10 10 10

TKJ K31 9 11 10

TKJ K32 11 9 10

Page 172: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

157

LAMPIRAN h

Tabel skor mentah hasil tes kemampuan awal menulis teks anekdot dalam aspek orientasi melalui model discovery learning siswa kelas kontrol SMK Negeri 1 Bantaeng

Sampel

Aspek Skor Akhir

(∑Skor/2) Orientasi

Pemeriksa 1 Pemeriksa 2

TKJ K1 11 9 10

TKJ K2 8 8 8

TKJ K3 10 10 10

TKJ K4 8 12 10

TKJ K5 8 12 10

TKJ K6 11 13 12

TKJ K7 11 9 10

TKJ K8 11 13 12

TKJ K9 14 10 12

TKJ K10 9 7 8

TKJ K11 11 9 10

TKJ K12 10 10 10

TKJ K13 12 12 12

TKJ K14 6 6 6

TKJ K15 8 8 8

TKJ K16 13 11 12

TKJ K17 9 11 10

TKJ K18 12 8 10

TKJ K19 8 8 8

TKJ K20 12 12 12

TKJ K21 11 13 12

TKJ K22 6 6 6

TKJ K23 7 9 8

TKJ K24 9 11 10

Page 173: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

158

Lanjutan

TKJ K25 7 9 8

TKJ K26 5 7 6

TKJ K27 8 12 10

TKJ K28 9 13 11

TKJ K29 9 11 10

TKJ K30 10 6 8

TKJ K31 11 9 10

TKJ K32 12 8 10

Page 174: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

159

LAMPIRAN i

Tabel skor mentah hasil tes kemampuan awal menulis teks anekdot dalam aspek krisis melalui model discovery learning siswa kelas kontrol SMK Negeri 1 Bantaeng

Sampel

Aspek Skor Akhir

(∑Skor/2) Krisis

Pemeriksa 1 Pemeriksa 2

TKJ K1 16 14 15

TKJ K2 12 10 11

TKJ K3 10 10 10

TKJ K4 15 13 14

TKJ K5 15 11 13

TKJ K6 16 16 16

TKJ K7 6 6 6

TKJ K8 14 18 16

TKJ K9 14 12 13

TKJ K10 13 11 12

TKJ K11 14 14 14

TKJ K12 15 13 14

TKJ K13 15 17 16

TKJ K14 12 8 10

TKJ K15 14 14 14

TKJ K16 16 16 16

TKJ K17 10 10 10

TKJ K18 13 11 12

TKJ K19 12 16 14

TKJ K20 14 16 15

TKJ K21 15 17 16

TKJ K22 8 12 10

TKJ K23 9 9 8

TKJ K24 13 15 14

Page 175: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

160

Lanjutan

TKJ K25 13 11 12

TKJ K26 6 8 7

TKJ K27 13 15 14

TKJ K28 17 13 15

TKJ K29 11 9 10

TKJ K30 12 12 12

TKJ K31 11 13 12

TKJ K32 13 15 14

Page 176: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

161

LAMPIRAN j

Tabel skor mentah hasil tes kemampuan awal menulis teks anekdot dalam aspek reaksi melalui model discovery learning siswa kelas kontrol SMK Negeri 1 Bantaeng

Sampel

Aspek Skor Akhir

(∑Skor/2) Reaksi

Pemeriksa 1 Pemeriksa 2

TKJ K1 11 9 10

TKJ K2 10 10 10

TKJ K3 12 14 13

TKJ K4 11 9 10

TKJ K5 12 12 12

TKJ K6 14 12 13

TKJ K7 9 7 8

TKJ K8 12 14 13

TKJ K9 11 15 13

TKJ K10 9 7 8

TKJ K11 12 8 10

TKJ K12 11 9 10

TKJ K13 10 10 10

TKJ K14 6 10 8

TKJ K15 9 11 10

TKJ K16 14 10 12

TKJ K17 14 10 12

TKJ K18 11 11 11

TKJ K19 12 8 10

TKJ K20 10 14 12

TKJ K21 11 13 12

TKJ K22 8 8 8

TKJ K23 8 8 8

TKJ K24 13 11 12

Page 177: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

162

Lanjutan

TKJ K25 9 11 10

TKJ K26 7 5 6

TKJ K27 13 11 12

TKJ K28 9 11 10

TKJ K29 7 9 8

TKJ K30 8 12 10

TKJ K31 10 14 12

TKJ K32 13 11 12

Page 178: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

163

LAMPIRAN k

Tabel skor mentah hasil tes kemampuan awal menulis teks anekdot dalam aspek koda melalui model discovery learning siswa kelas kontrol SMK Negeri 1 Bantaeng

Sampel

Aspek Skor Akhir

(∑Skor/2) Koda

Pemeriksa 1 Pemeriksa 2

TKJ K1 11 13 12

TKJ K2 10 6 8

TKJ K3 12 12 12

TKJ K4 11 13 12

TKJ K5 10 10 10

TKJ K6 12 12 12

TKJ K7 9 11 10

TKJ K8 11 13 12

TKJ K9 12 12 12

TKJ K10 9 11 10

TKJ K11 10 14 12

TKJ K12 11 13 12

TKJ K13 10 14 12

TKJ K14 8 8 8

TKJ K15 8 8 8

TKJ K16 14 10 12

TKJ K17 13 19 11

TKJ K18 9 11 10

TKJ K19 9 7 8

TKJ K20 13 15 14

TKJ K21 13 11 12

TKJ K22 8 8 8

TKJ K23 9 7 8

TKJ K24 9 11 10

Page 179: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

164

Lanjutan

TKJ K25 11 9 10

TKJ K26 7 9 8

TKJ K27 10 10 10

TKJ K28 9 9 9

TKJ K29 10 10 10

TKJ K30 8 12 10

TKJ K31 10 14 12

TKJ K32 9 11 10

Page 180: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

165

LAMPIRAN l

Tabel skor mentah hasil tes kemampuan awal menulis teks anekdot dalam aspek diksi, konstruksi kalimat, dan ejaan melalui model discovery learning siswa kelas kontrol SMK Negeri 1 Bantaeng

Sampel

Aspek Skor Akhir

(∑Skor/2) diksi, konstruksi kalimat, dan ejaan

Pemeriksa 1 Pemeriksa 2

TKJ K1 11 11 11

TKJ K2 10 10 10

TKJ K3 10 6 8

TKJ K4 11 13 12

TKJ K5 11 9 10

TKJ K6 12 12 12

TKJ K7 7 5 6

TKJ K8 16 14 15

TKJ K9 15 13 14

TKJ K10 13 11 12

TKJ K11 12 12 12

TKJ K12 11 13 12

TKJ K13 9 15 12

TKJ K14 10 10 10

TKJ K15 11 9 10

TKJ K16 14 14 14

TKJ K17 11 13 12

TKJ K18 17 15 16

TKJ K19 9 11 10

TKJ K20 14 14 14

TKJ K21 13 15 14

TKJ K22 12 8 10

TKJ K23 11 9 10

TKJ K24 16 12 14

Page 181: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

166

Lanjutan

TKJ K25 12 8 10

TKJ K26 9 11 10

TKJ K27 13 11 14

TKJ K28 13 13 13

TKJ K29 13 11 12

TKJ K30 10 10 10

TKJ K31 15 13 14

TKJ K32 15 13 14

Page 182: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

167

LAMPIRAN m

Tabel skor mentah hasil tes kemampuan akhir menulis teks anekdot dalam aspek abstraksi melalui model discovery learning siswa kelas eksperimen SMK Negeri 1 Bantaeng

Sampel

Aspek SkorAkhir

(∑skor/2) Abstraksi

Pemeriksa 1 Pemeriksa 2

TKJ E1 12 12 12

TKJ E2 10 9 10

TKJ E3 11 15 13

TKJ E4 12 12 12

TKJ E5 13 15 14

TKJ E6 15 11 13

TKJ E7 12 12 12

TKJ E8 15 13 14

TKJ E9 10 10 10

TKJ E10 13 15 14

TKJ E11 12 12 12

TKJ E12 15 15 15

TKJ E13 13 15 14

TKJ E14 10 10 10

TKJ E15 10 10 10

TKJ E16 15 13 14

TKJ E17 13 15 14

TKJ E18 12 12 12

TKJ E19 10 10 10

TKJ E20 15 13 14

TKJ E21 12 12 12

TKJ E22 12 12 12

TKJ E23 13 15 14

TKJ E24 12 12 12

Page 183: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

168

Lanjutan

TKJ E25 11 15 13

TKJ E26 15 13 14

TKJ E27 15 15 15

TKJ E28 10 12 11

TKJ E29 15 15 15

TKJ E30 12 12 12

TKJ E31 15 11 13

TKJ E32 12 12 12

Page 184: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

169

LAMPIRAN n

Tabel skor mentah hasil tes kemampuan akhir menulis teks anekdot dalam aspek orientasi melalui model discovery learning siswa kelas eksperimen SMK Negeri 1 Bantaeng

Sampel

Aspek SkorAkhir

(∑skor/2) Orientasi

Pemeriksa 1 Pemeriksa 2

TKJ E1 10 10 10

TKJ E2 10 10 10

TKJ E3 13 15 14

TKJ E4 10 10 10

TKJ E5 11 15 13

TKJ E6 15 11 13

TKJ E7 12 12 12

TKJ E8 10 12 11

TKJ E9 10 10 10

TKJ E10 13 15 14

TKJ E11 12 12 12

TKJ E12 15 13 14

TKJ E13 13 15 14

TKJ E14 10 10 10

TKJ E15 10 10 12

TKJ E16 15 13 14

TKJ E17 13 15 14

TKJ E18 7 9 8

TKJ E19 10 10 10

TKJ E20 15 13 14

TKJ E21 9 7 8

TKJ E22 7 9 8

TKJ E23 10 10 12

TKJ E24 10 10 12

Page 185: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

170

Lanjutan

TKJ E25 13 15 14

TKJ E26 15 13 15

TKJ E27 15 11 13

TKJ E28 9 7 8

TKJ E29 15 13 14

TKJ E30 12 12 12

TKJ E31 15 11 13

TKJ E32 12 12 12

Page 186: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

171

LAMPIRAN o

Tabel skor mentah hasil tes kemampuan akhir menulis teks anekdot dalam aspek krisis melalui model discovery learning siswa kelas eksperimen SMK Negeri 1 Bantaeng

Sampel

Aspek SkorAkhir

(∑skor/2) Krisis

Pemeriksa 1 Pemeriksa 2

TKJ E1 15 17 16

TKJ E2 12 12 12

TKJ E3 15 17 16

TKJ E4 17 15 16

TKJ E5 18 18 18

TKJ E6 17 15 16

TKJ E7 15 13 14

TKJ E8 15 17 16

TKJ E9 10 10 10

TKJ E10 15 17 16

TKJ E11 17 15 16

TKJ E12 18 18 18

TKJ E13 17 15 16

TKJ E14 10 10 10

TKJ E15 12 12 12

TKJ E16 20 20 20

TKJ E17 13 15 15

TKJ E18 10 10 10

TKJ E19 13 15 14

TKJ E20 15 17 16

TKJ E21 10 12 11

TKJ E22 10 10 10

TKJ E23 12 12 12

TKJ E24 16 17 17

Page 187: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

172

Lanjutan

TKJ E25 16 14 15

TKJ E26 15 17 16

TKJ E27 16 17 17

TKJ E28 12 12 12

TKJ E29 15 13 15

TKJ E30 13 15 14

TKJ E31 16 14 15

TKJ E32 16 17 17

Page 188: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

173

LAMPIRAN p

Tabel skor mentah hasil tes kemampuan akhir menulis teks anekdot dalam aspek reaksi melalui model discovery learning siswa kelas eksperimen SMK Negeri 1 Bantaeng

Sampel

Aspek SkorAkhir

(∑skor/2) Reaksi

Pemeriksa 1 Pemeriksa 2

TKJ E1 10 10 10

TKJ E2 10 6 8

TKJ E3 13 13 13

TKJ E4 10 10 10

TKJ E5 13 13 13

TKJ E6 13 13 13

TKJ E7 10 10 10

TKJ E8 12 12 12

TKJ E9 10 10 10

TKJ E10 10 10 10

TKJ E11 16 14 15

TKJ E12 13 13 13

TKJ E13 13 15 14

TKJ E14 10 10 10

TKJ E15 10 10 10

TKJ E16 20 20 12

TKJ E17 13 15 12

TKJ E18 10 10 10

TKJ E19 15 5 10

TKJ E20 12 12 12

TKJ E21 9 9 9

TKJ E22 8 8 8

TKJ E23 10 10 10

TKJ E24 12 12 12

Page 189: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

174

Lanjutan

TKJ E25 11 11 11

TKJ E26 12 12 12

TKJ E27 12 12 12

TKJ E28 9 9 9

TKJ E29 15 13 14

TKJ E30 10 10 10

TKJ E31 10 10 10

TKJ E32 13 15 14

Page 190: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

175

LAMPIRAN q

Tabel skor mentah hasil tes kemampuan akhir menulis teks anekdot dalam aspek koda melalui model discovery learning siswa kelas eksperimen SMK Negeri 1 Bantaeng

Sampel

Aspek SkorAkhir

(∑skor/2) Koda

Pemeriksa 1 Pemeriksa 2

TKJ E1 16 14 12

TKJ E2 12 12 12

TKJ E3 13 13 13

TKJ E4 12 12 12

TKJ E5 13 15 14

TKJ E6 15 13 14

TKJ E7 10 10 10

TKJ E8 12 12 12

TKJ E9 9 9 9

TKJ E10 12 12 12

TKJ E11 15 13 14

TKJ E12 13 15 14

TKJ E13 13 15 14

TKJ E14 8 8 8

TKJ E15 10 10 10

TKJ E16 15 13 14

TKJ E17 13 15 14

TKJ E18 8 8 8

TKJ E19 12 12 12

TKJ E20 15 13 14

TKJ E21 10 10 10

TKJ E22 8 8 8

TKJ E23 10 10 10

TKJ E24 12 12 10

Page 191: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

176

Lanjutan

TKJ E25 11 11 11

TKJ E26 12 12 12

TKJ E27 10 10 10

TKJ E28 11 11 11

TKJ E29 15 13 14

TKJ E30 11 11 11

TKJ E31 10 10 10

TKJ E32 13 13 13

Page 192: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

177

LAMPIRAN r

Tabel skor mentah hasil tes kemampuan akhir menulis teks anekdot dalam aspek diksi, kontrstruksi kalimat, dan ejaan melalui model discovery learning siswa kelas eksperimen SMK Negeri 1 Bantaeng

Sampel

Aspek SkorAkhir

(∑skor/2) Diksi, Konstruksi kalimat dan Ejaan

Pemeriksa 1 Pemeriksa 2

TKJ E1 16 14 15

TKJ E2 13 13 13

TKJ E3 17 15 16

TKJ E4 16 14 15

TKJ E5 18 18 18

TKJ E6 15 17 16

TKJ E7 12 12 12

TKJ E8 14 16 15

TKJ E9 11 11 11

TKJ E10 15 13 14

TKJ E11 15 17 16

TKJ E12 17 15 16

TKJ E13 18 18 18

TKJ E14 12 12 12

TKJ E15 12 12 12

TKJ E16 17 15 16

TKJ E17 15 17 16

TKJ E18 12 12 12

TKJ E19 13 15 14

TKJ E20 16 14 15

TKJ E21 10 10 10

TKJ E22 13 15 14

TKJ E23 12 12 12

TKJ E24 12 12 12

Page 193: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

178

Lanjutan

TKJ E25 17 15 16

TKJ E26 15 17 16

TKJ E27 13 13 13

TKJ E28 15 13 14

TKJ E29 18 18 18

TKJ E30 17 15 16

TKJ E31 15 13 14

TKJ E32 16 17 17

Page 194: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

179

LAMPIRAN s

Tabel skor mentah hasil tes kemampuan akhir menulis teks anekdot dalam aspek abstraksi melalui model discovery learning siswa kelas kontrol SMK Negeri 1 Bantaeng

Sampel

Aspek Skor Akhir

(∑Skor/2) Abstraksi

Pemeriksa 1 Pemeriksa 2

TKJ K1 15 13 14

TKJ K2 12 8 10

TKJ K3 12 12 12

TKJ K4 15 15 15

TKJ K5 12 12 12

TKJ K6 15 15 15

TKJ K7 13 11 12

TKJ K8 15 13 14

TKJ K9 13 11 12

TKJ K10 13 11 12

TKJ K11 13 9 11

TKJ K12 12 12 12

TKJ K13 15 15 15

TKJ K14 9 11 10

TKJ K15 10 10 10

TKJ K16 15 15 15

TKJ K17 11 13 12

TKJ K18 14 14 14

TKJ K19 13 15 14

TKJ K20 12 14 13

TKJ K21 13 13 13

TKJ K22 12 8 10

TKJ K23 9 9 9

TKJ K24 13 15 14

Page 195: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

180

Lanjutan

TKJ K25 10 10 10

TKJ K26 9 11 10

TKJ K27 10 10 10

TKJ K28 13 11 12

TKJ K29 11 9 10

TKJ K30 10 14 12

TKJ K31 13 11 12

TKJ K32 13 15 14

Page 196: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

181

LAMPIRAN t

Tabel skor mentah hasil tes kemampuan akhir menulis teks anekdot dalam aspek orientasi melalui model discovery learning siswa kelas kontrol SMK Negeri 1 Bantaeng

Sampel

Aspek Skor Akhir

(∑Skor/2) Orientasi

Pemeriksa 1 Pemeriksa 2

TKJ K1 15 15 15

TKJ K2 12 8 10

TKJ K3 10 10 10

TKJ K4 14 12 13

TKJ K5 12 12 12

TKJ K6 15 13 14

TKJ K7 7 9 8

TKJ K8 15 13 14

TKJ K9 14 10 12

TKJ K10 9 7 8

TKJ K11 8 8 8

TKJ K12 11 13 12

TKJ K13 12 14 13

TKJ K14 7 9 8

TKJ K15 8 8 8

TKJ K16 13 13 13

TKJ K17 9 7 8

TKJ K18 14 14 14

TKJ K19 12 12 12

TKJ K20 13 15 14

TKJ K21 11 13 12

TKJ K22 9 7 8

TKJ K23 9 9 9

TKJ K24 13 15 14

Page 197: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

182

Lanjutan

TKJ K25 7 9 8

TKJ K26 9 7 8

TKJ K27 12 12 12

TKJ K28 9 11 10

TKJ K29 9 7 8

TKJ K30 10 10 10

TKJ K31 11 13 12

TKJ K32 12 12 12

Page 198: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

183

LAMPIRAN u

Tabel skor mentah hasil tes kemampuan akhir menulis teks anekdot dalam aspek krisis melalui model discovery learning siswa kelas kontrol SMK Negeri 1 Bantaeng

Sampel

Aspek Skor Akhir

(∑Skor/2) Krisis

Pemeriksa 1 Pemeriksa 2

TKJ K1 17 15 16

TKJ K2 12 8 10

TKJ K3 15 17 16

TKJ K4 18 16 17

TKJ K5 15 13 14

TKJ K6 16 14 15

TKJ K7 11 9 10

TKJ K8 14 18 16

TKJ K9 18 16 17

TKJ K10 11 11 11

TKJ K11 13 11 12

TKJ K12 17 17 17

TKJ K13 15 19 17

TKJ K14 12 12 12

TKJ K15 11 13 12

TKJ K16 16 18 17

TKJ K17 10 12 11

TKJ K18 17 15 16

TKJ K19 12 12 12

TKJ K20 14 16 15

TKJ K21 13 17 15

TKJ K22 8 12 10

TKJ K23 11 9 10

TKJ K24 17 15 16

Page 199: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

184

Lanjutan

TKJ K25 13 11 12

TKJ K26 12 8 10

TKJ K27 17 15 16

TKJ K28 17 15 16

TKJ K29 15 13 14

TKJ K30 14 18 16

TKJ K31 16 16 16

TKJ K32 17 15 16

Page 200: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

185

LAMPIRAN v

Tabel skor mentah hasil tes kemampuan akhir menulis teks anekdot dalam aspek reaksi melalui model discovery learning siswa kelas kontrol SMK Negeri 1 Bantaeng

Sampel

Aspek Skor Akhir

(∑Skor/2) Reaksi

Pemeriksa 1 Pemeriksa 2

TKJ K1 11 13 12

TKJ K2 10 10 10

TKJ K3 12 8 10

TKJ K4 11 13 12

TKJ K5 8 12 10

TKJ K6 14 14 14

TKJ K7 13 7 10

TKJ K8 14 14 14

TKJ K9 13 15 14

TKJ K10 9 9 9

TKJ K11 10 8 9

TKJ K12 11 13 12

TKJ K13 10 14 12

TKJ K14 10 10 10

TKJ K15 9 10 8

TKJ K16 14 10 12

TKJ K17 8 10 9

TKJ K18 9 11 10

TKJ K19 12 8 10

TKJ K20 10 12 11

TKJ K21 11 13 12

TKJ K22 13 11 12

TKJ K23 10 8 9

TKJ K24 9 11 10

Page 201: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

186

Lanjutan

TKJ K25 9 11 10

TKJ K26 13 11 12

TKJ K27 15 11 13

TKJ K28 9 11 10

TKJ K29 11 9 10

TKJ K30 12 12 12

TKJ K31 10 10 10

TKJ K32 9 11 10

Page 202: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

187

LAMPIRAN w

Tabel skor mentah hasil tes kemampuan akhir menulis teks anekdot dalam aspek koda melalui model discovery learning siswa kelas kontrol SMK Negeri 1 Bantaeng

Sampel

Aspek Skor Akhir

(∑Skor/2) Koda

Pemeriksa 1 Pemeriksa 2

TKJ K1 11 13 12

TKJ K2 10 6 8

TKJ K3 12 12 12

TKJ K4 11 9 10

TKJ K5 10 10 10

TKJ K6 14 14 14

TKJ K7 9 7 8

TKJ K8 11 13 14

TKJ K9 12 14 13

TKJ K10 9 11 10

TKJ K11 10 12 11

TKJ K12 11 9 10

TKJ K13 10 10 10

TKJ K14 11 9 10

TKJ K15 12 8 10

TKJ K16 10 10 10

TKJ K17 10 10 10

TKJ K18 13 11 12

TKJ K19 9 11 10

TKJ K20 13 9 11

TKJ K21 13 15 14

TKJ K22 8 12 10

TKJ K23 9 7 8

TKJ K24 13 11 12

Page 203: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

188

Lanjutan

TKJ K25 11 9 10

TKJ K26 11 9 10

TKJ K27 13 11 12

TKJ K28 15 9 12

TKJ K29 6 10 8

TKJ K30 12 12 12

TKJ K31 10 14 12

TKJ K32 13 11 12

Page 204: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

189

LAMPIRAN x

Tabel skor mentah hasil tes kemampuan akhir menulis teks anekdot dalam aspek diksi, konstruksi kalimat, dan ejaan melalui model discovery learning siswa kelas kontrol SMK Negeri 1 Bantaeng

Sampel

Aspek Skor Akhir

(∑Skor/2) diksi, konstruksi kalimat, dan ejaan

Pemeriksa 1 Pemeriksa 2

TKJ K1 15 17 16

TKJ K2 10 14 12

TKJ K3 14 16 15

TKJ K4 13 13 13

TKJ K5 11 13 12

TKJ K6 18 18 18

TKJ K7 13 9 12

TKJ K8 19 17 18

TKJ K9 18 16 17

TKJ K10 9 11 10

TKJ K11 13 15 14

TKJ K12 11 13 12

TKJ K13 11 15 13

TKJ K14 10 10 10

TKJ K15 11 13 12

TKJ K16 14 12 13

TKJ K17 11 9 10

TKJ K18 13 15 14

TKJ K19 13 11 12

TKJ K20 16 16 16

TKJ K21 13 15 14

TKJ K22 12 8 10

TKJ K23 11 9 10

TKJ K24 16 12 14

Page 205: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

190

Lanjutan

TKJ K25 12 8 10

TKJ K26 9 11 10

TKJ K27 13 11 12

TKJ K28 14 16 15

TKJ K29 11 11 11

TKJ K30 14 12 13

TKJ K31 15 11 13

TKJ K32 15 17 16

Page 206: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

191

LAMPIRAN 3

Frofil Kegiatan Penelitian

Page 207: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

192

Page 208: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

193

Page 209: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

194

Page 210: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

195

Page 211: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

196

Page 212: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

197

Page 213: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

198

Page 214: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

199

LAMPIRAN 4

Lembar Kerja Siswa

Page 215: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

200

Lanjutan Lanjutan

Lanjutan Lanjutan

Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan

Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan

Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan

Lanjutan Lanjutan

Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan

Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan

Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan

Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan

Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan

Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan

Lanjutan Lanjutan

Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan

Lanjutan Lanjutan

Page 216: EXPERIMENTATION OF MODEL DISCOVERY LEARNING TO WRITE …

201

Lanjutan Lanjutan