Upload
kamen-ride
View
761
Download
5
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
Evaluasi Kinerja Pembangunan DaerahProvinsi Kalimantan Timur
Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanSamarinda , 17 Desember 2012
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Latar Belakang
• UU No.25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
• Evaluasi sebagai salah satu tahapan dalam perencanaan pembangunan
• Pentingnya evaluasi 3 tahun pelaksanaan RPJMN daerah
• Hasil evaluasi sebagai masukan untuk perencanaan selanjutnya
• Perlunya pendalaman hasil evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) 2011 untuk dapat:– Mengevaluasi permasalahan utama– Memberikan rekomendasi strategis– Melakukan intervensi yang tepat bagi permasalahan
2
MONEV- Bagian dari Siklus Perencanaan
Evaluasi Kinerja Pembangunan- Pencapaian Kinerja- Kendala/Hambatan- Langkah Tindak Lanjut
Monitoring/
Pengendalian
Bappenas: Memonitor & Mengevaluasi Pelaksanaan Pembangunan Dokumen RPJMN & RKP
PERENCANAAN/PENGANGGARANPERENCANAAN/PENGANGGARAN PELAKSANAANPELAKSANAAN
EVALUASIEVALUASI
Hasil evaluasi digunakan sebagai bahan bagi penyusunan rencana/anggaran
Penetapan indikator kinerja dengan
memperhatikan kaidah SMART agar
kegiatan/program yang direncanakan dapat
dievaluasi
Pengembangan sistem dan mekanisme
monitoring sebagai early warning pelaksanaan
kegiatan/program pembangunan
Pelaksanaan post evaluation dengan membandingkan apa yang sudah
dikerjakan dengan yang direncanakan
Evaluasi OutputEvaluasi OutcomeEvaluasi Impact
BEBERAPA INDIKATOR PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
4
PEMBANGUNAN EKONOMI
5
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
No. PROVINSI 2010 2011Perbandingan
2010-2011
Pertumbuhan daerah
dibandingkan Pertumbuhan
Nasional
1. Aceh 2.6 5.0 Meningkat Rendah2. Sumatera Utara 6.4 6.6 Meningkat Tinggi3. Sumatera Barat 5.9 6.2 Meningkat Rendah4. Riau 4.2 5.0 Meningkat Rendah5. Jambi 7.3 8.5 Meningkat Tinggi6. Sumatera Selatan 5.4 6.5 Meningkat Sama7. Bengkulu 5.1 6.4 Meningkat Rendah8. Lampung 5.8 6.4 Meningkat Rendah9. Kepulauan Bangka Belitung 5.9 6.4 Meningkat Rendah10. Kepulauan Riau 7.2 6.7 Melambat Tinggi11. DKI Jakarta 6.5 6.7 Meningkat Tinggi12. Jawa Barat 6.1 6.5 Meningkat Sama13. Jawa Tengah 5.8 6.0 Meningkat Rendah14. DI. Yogyakarta 4.9 5.2 Meningkat Rendah15. Jawa Timur 6.7 7.2 Meningkat Tinggi16. Banten 5.9 6.4 Meningkat Rendah17. Bali 5.8 6.5 Meningkat Sama18. Kalimantan Barat 5.4 5.9 Meningkat Rendah19. Kalimantan Tengah 6.5 6.7 Meningkat Tinggi20. Kalimantan Selatan 5.6 6.1 Meningkat Rendah21. Kalimantan Timur 5.0 3.9 Melambat Rendah22. Sulawesi Utara 7.1 7.4 Meningkat Tinggi23. Sulawesi Tengah 7.8 9.2 Meningkat Tinggi24. Sulawesi Selatan 8.2 7.7 Melambat Tinggi25. Sulawesi Tenggara 8.2 8.7 Meningkat Tinggi26. Gorontalo 7.6 7.7 Meningkat Tinggi27. Sulawesi Barat 11.9 10.4 Melambat Tinggi28. Nusa Tenggara Barat 6.3 -3.2 Kontraksi Rendah29. Nusa Tenggara Timur 5.1 5.6 Meningkat Rendah30. Maluku 6.5 6.0 Melambat Rendah31. Maluku Utara 8.0 6.4 Melambat Rendah32. Papua Barat 26.8 27.2 Meningkat Tinggi33. Papua -2.7 -5.7 Kontraksi Rendah Jumlah 33 Provinsi 6.1 6.5
• Pertumbuhan Kaltim berpengaruh besar terhadap pertumbuhan wilayah Kalimantan, karena perannya relatif besar
• Pertumbuhan ekonomi Kaltim sangat dipengaruhi gejolak perekonomian dunia, melalui transmisi pelemahan permintaan komoditi ekspor (batubara)
Sumber :BPS
Penciptaan Lapangan Kerja
• Tingkat pengangguran terbuka cenderung menurun sejak 2007 tetapi masih di atas TPT nasional
• Pertumbuhan yang lebih tinggi belum secara konsisten disertai dengan penciptaan lapangan kerja yang lebih besar
PROSENTASI PANJANG JALAN NASIONAL
KaltimKalbar
KaltengKalsel
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
buruk
sedang
Baik14.14
7.56.98
0
15.325
38.63
0
70.56
20
46.34
100
buruk sedang Baik
• Dengan benchmark rata-rata nasional, posisi Kaltim termasuk dalam kelompok perekonomian yang tumbuh rendah dan kurang menciptakan lapangan kerja baru
• Hal ini tampaknya berkaitan dengan struktur perekonomian daerah di mana peran sektor pertambangan dominan, tetapi kemampuannya menciptakan lapangan kerja terbatas.
• Dominasi sektor primer juga berdampak negatif terhadap perkembangan sektor industri (manufaktur)
Kinerja Kaltim vs Provinsi Lainnya
-2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00
Pengurangan persen Tingkat Pengangguran Terbuka 2005-2011, (%)
0.00
5.00
10.00
Ra
ta-r
ata
pe
rtu
mb
uh
an
ek
on
om
i 2
00
5-2
01
1, (%
)
ACEH
SUMUTSUMBAR
RIAU
JAMBI
SUMSEL
BENGKULU
LAMPUNG
BABEL
KEPRIJABAR
DIY
BANTEN
BALI
NTB
KALTENG
KALSEL
KALTIM
SULTENG
SULSEL
SULTRA
GORONTAL
SULBAR
PUBAR
PAPUA
KUADRAN IKUADRAN II
KUADRAN III KUADRAN IV
PERBANDINGAN KINERJA SOSIAL-EKONOMI ANTAR PROVINSI
10
1. Kuadran I: Pertumbuhan Tinggi, Pro-Job = Riau, Kepri, Sulsel, Sultra, Gorontalo, Papua Barat, Papua.2. Kuadran II: Pertumbuhan Rendah, Pro- Job = Sumbar, Sumut, Babel, DKI, Jabar, Jatim.3. Kuadran III: Pertumbuhan Rendah, Kurang Pro ob=Aceh, Bengkulu, Lampung, Banten, Jateng, DIY, Bali, NTB,
NTT, Kalbar, Kalsel, Maluku, Maluku Utara.
4. Kuadran IV: Pertumbuhan Tinggi, Kurang Pro – Job = Sumsel, Jambi, Kalteng, Kaltim, Sulut, Sulteng, Sulbar.
1. Kuadran I: Pertumbuhan Tinggi, Pro-Job = Riau, Kepri, Sulsel, Sultra, Gorontalo, Papua Barat, Papua.2. Kuadran II: Pertumbuhan Rendah, Pro- Job = Sumbar, Sumut, Babel, DKI, Jabar, Jatim.3. Kuadran III: Pertumbuhan Rendah, Kurang Pro ob=Aceh, Bengkulu, Lampung, Banten, Jateng, DIY, Bali, NTB,
NTT, Kalbar, Kalsel, Maluku, Maluku Utara.
4. Kuadran IV: Pertumbuhan Tinggi, Kurang Pro – Job = Sumsel, Jambi, Kalteng, Kaltim, Sulut, Sulteng, Sulbar.
Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas 2005-2010, (%)
9.008.007.006.005.004.00
Rata
-rata
Pengurangan T
ingkat Pengangguran T
erbuka 2
005-2
010, (%
)
1.20
0.90
0.60
0.30
0.00
Papua
Papua Barat
Malut
Maluku
Sulbar
Gorontalo
Sultra
Sulsel
Sulteng
Sulut KaltimKalsel
Kalteng
Kalbar
NTT
NTB
Bali
Banten
Jatim
DIY
Jateng
Jabar
DKI Jakarta
Kepri
Kep. Babel
Lampung
Bengkulu SumselJambi
Riau
Sumbar
Sumut
Aceh
KUADRAN IKUADRAN II
KUADRAN III KUADRAN IV
Pertumbuhan Ekonomi - Penurunan Penggangguran
PEMBANGUNAN MANUSIA
11
CAPAIAN IPM KALIMANTAN TIMUR
12
2008 2009 2010 2011 1012 101366
68
70
72
74
76
78
74.3 74.8 75.4 75.9
76.5 77.0
74.5 73.8
75.6 76.2
71.2 70.6
72.3 72.6
TARGET KALTIM CAPAIAN KALTIM CAPAIAN NASIONAL
Sumber : RPJMD KALTIM 2008-2013 dan BPS KALTIM
TARGET DAN CAPAIAN APM TINGKAT SD/MI S/D SMA/MAPROVINSI KALIMANTAN TIMUR
13
Sumber : RPJMD Kaltim 2008-2013 dan Data BPS
14
2009 2010 2011 1012 1013
Target AK Balita 24.0 23.0 22.0 21.0 20.0
Target AK Bayi 35 33 32 31 30
Target AKI 119.0 116.0 114.0 112.0 110.0
Capaian AK Balita 23.2 17.9 16.7 - -
Capaian AK Bayi 38 32 32 NaN NaN
Capaian AKI 137.0 99.0 99.0 - -
10.0
30.0
50.0
70.0
90.0
110.0
130.0
150.0
24.0 23.0
22.0 21.0 20.0
119.0
116.0 114.0
112.0 110.0
23.2 17.9 16.7
137.0
99.0 99.0
INDIKATOR KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Sumber : RPJMD Kaltim 2008-2013 dan Capaian MDGs Kaltim
Kesenjangan Intrawilayah Provinsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Aceh 0.31 0.27 0.27 0.29 0.30 0.33 0.32
Sumatera Utara 0.29 0.31 0.31 0.32 0.35 0.35 0.33
Sumatera Barat 0.30 0.31 0.29 0.30 0.33 0.35 0.36
Riau 0.31 0.32 0.31 0.33 0.33 0.36 0.40
Jambi 0.29 0.31 0.28 0.27 0.30 0.34 0.34
Sumatera Selatan 0.31 0.32 0.30 0.31 0.34 0.34 0.40
Bengkulu 0.29 0.34 0.33 0.30 0.37 0.36 0.35
Lampung 0.31 0.39 0.35 0.35 0.36 0.37 0.36
Kepulauan Bangka Belitung 0.27 0.26 0.26 0.29 0.30 0.30 0.29
Kepulauan Riau 0.35 0.30 0.30 0.29 0.29 0.32 0.35
DKI Jakarta 0.40 0.34 0.33 0.36 0.36 0.44 0.42
Jawa Barat 0.34 0.34 0.35 0.36 0.36 0.41 0.41
Jawa Tengah 0.30 0.33 0.31 0.32 0.34 0.38 0.38
DI Yogyakarta 0.37 0.37 0.36 0.38 0.41 0.40 0.43
Jawa Timur 0.32 0.34 0.33 0.33 0.34 0.37 0.36
Banten 0.33 0.37 0.34 0.37 0.42 0.40 0.39
Bali 0.32 0.33 0.30 0.31 0.37 0.41 0.43
Nusa Tenggara Barat 0.32 0.33 0.33 0.35 0.40 0.36 0.35
Nusa Tenggara Timur 0.34 0.35 0.34 0.36 0.38 0.36 0.36
Kalimantan Barat 0.30 0.31 0.31 0.32 0.37 0.40 0.38
Kalimantan Tengah 0.26 0.30 0.29 0.29 0.30 0.34 0.33
Kalimantan Selatan 0.32 0.34 0.33 0.35 0.37 0.37 0.38
Kalimantan Timur 0.35 0.33 0.34 0.38 0.37 0.38 0.36
Sulawesi Utara 0.29 0.32 0.28 0.31 0.37 0.39 0.43
Sulawesi Tengah 0.34 0.32 0.33 0.34 0.37 0.38 0.40
Sulawesi Selatan 0.32 0.37 0.36 0.39 0.40 0.41 0.41
Sulawesi Tenggara 0.31 0.35 0.33 0.36 0.42 0.41 0.40
Gorontalo 0.32 0.39 0.34 0.35 0.43 0.46 0.44
Sulawesi Barat 0.31 0.31 0.31 0.30 0.36 0.34 0.31
Maluku 0.29 0.33 0.31 0.31 0.33 0.41 0.38
Maluku Utara 0.29 0.33 0.33 0.33 0.34 0.33 0.34
Papua Barat 0.29 0.30 0.31 0.35 0.38 0.40 0.43
Papua 0.39 0.41 0.40 0.38 0.41 0.42 0.44
Indonesia 0.34 0.36 0.35 0.37 0.38 0.41 0.41
• Kesenjangan antar individu termasuk moderat, masih di bawah nasional
• Tetapi kesenjangan aktivitas ekonomi antar kab/kota termasuk tinggi, meskipun cenderung menurun dalam 10 tahun terakhir
Sumber : BPS
Sumber : Hasil Perhitungan Bappenas, dari data BPS
Perkembangan Rasio Gini Menurut Provinsi
Pembangunan Manusia• Capaian IPM tahun 2010 cukup
tinggi secara nasional (peringkat ke-4), mencapai 75,6 (penghitungan dg metode lama)
• Tetapi yang lebih penting adalah kecepatan peningkatannya relatif terhadap kondisi ideal (annual reduction of shortfall) lebih tinggi dari rata-rata nasional 1,54 bila dipertahankan akan meningkatkan peringkat lebih tinggi
PENANGULANGAN KEMISKINAN
17
Target dan Capaian KemiskinanProvinsi Kalimantan Timur
18
Sumber Data : BPS
Tingkat Kemiskinan
• Secara keseluruhan tingkat kemiskinan cenderung menurun
• Nampak sedikit peningkatan di perkotaan
• Disparitas daerah perkotaan dan perdesaan relatif tinggi, tingkat kemiskinan di perdesaan lebih dari dua kali lipat di perkotaan
Sumber : BPS
Kinerja Kaltim vs Provinsi Lainnya
• Dengan benchmark rata-rata nasional, posisi Kaltim termasuk dalam kelompok Provinsi dengan pertumbuhan rendah dan pengurangan kemiskinan yang rendah pula
• Analisis dengan melihat dua indikator:
– Rata-rata pertumbuhan ekonomi 2005-2011 (persen)
– Besarnya pengurangan tingkat kemiskinan antara 2005-2011 (percentage point)
• Relatif kecilnya pengurangan kemiskinan di Kaltim mungkin karena tingkat kemiskinannya relatif rendah
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00
Pengurangan persen kemiskinan 2005-2011, (%)
0.00
5.00
10.00
Rat
a-ra
ta p
ertu
mb
uh
an e
kon
om
i 200
5-20
11, (
%)
ACEH
SUMUT
SUMBAR
RIAU
JAMBI
SUMSEL
BENGKULU
LAMPUNG
BABEL
DKI Jaka
DIY
BANTEN
NTB
NTTKALBAR
KALTENG
KALTIM
SULUT
SULTENG SULTRA GORONTAL
SULBAR
MALUKU
MALUT
PUBAR
PAPUA
KUADRAN 1KUADRAN II
KUADRAN III KUADRAN IV
PERBANDINGAN KINERJA SOSIAL-EKONOMI ANTAR PROVINSI
21
1. Kuadran I: Pertumbuhan Tinggi, Pro-Poor= Riau, Jambi, Kepri, Sumsel, Kalteng, Kaltim, Sulbar, Gorontalo, Sultra, Sulteng, Sulsel.
2. Kuadran II: Pertumbuhan Rendah, Pro-Poor = Aceh, Sumut, Bengkulu, Lampung, Jateng, Jatim, NTB, NTT, Kalbar, Maluku.
3. Kuadran III: Pertumbuhan Rendah, Kurang Pro-Poor = Sumbar, Babel, DKI, Jabar, DIY, Banten, Kalsel, Malut.4. Kuadran IV: Pertumbuhan Tinggi, Kurang Pro-Poor = Sulut, Papua Barat, Papua.
1. Kuadran I: Pertumbuhan Tinggi, Pro-Poor= Riau, Jambi, Kepri, Sumsel, Kalteng, Kaltim, Sulbar, Gorontalo, Sultra, Sulteng, Sulsel.
2. Kuadran II: Pertumbuhan Rendah, Pro-Poor = Aceh, Sumut, Bengkulu, Lampung, Jateng, Jatim, NTB, NTT, Kalbar, Maluku.
3. Kuadran III: Pertumbuhan Rendah, Kurang Pro-Poor = Sumbar, Babel, DKI, Jabar, DIY, Banten, Kalsel, Malut.4. Kuadran IV: Pertumbuhan Tinggi, Kurang Pro-Poor = Sulut, Papua Barat, Papua.
Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas 2005-2010, (%)
9.008.007.006.005.004.00
Rata
-rata
pengurangan P
ersenta
se K
em
iskin
an 2
005-2
010, (%
)
1.50
1.00
0.50
0.00
-0.50
Papua
Papua Barat
Malut
Maluku
Sulbar
Gorontalo
Sultra
SulselSulteng
Sulut
Kaltim
Kalsel
Kalteng
KalbarNTT
NTB
Bali
Banten
Jatim
DIY
Jateng
Jabar
DKI Jakarta
KepriKep. Babel
LampungBengkulu
Sumsel
JambiRiau
Sumbar
Sumut
Aceh
KUADRAN IKUADRAN II
KUADRAN III KUADRAN IV
Pertumbuhan Ekonomi - Penurunan Kemiskinan
PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MENURUT PROVINSI, MARET 2011
3,7 4,25,3 5,8 6,3 6,6 6,8 7,4
8,5 8,5 8,6 8,7 9,0 9,210,310,711,3
13,914,214,214,615,815,816,1
16,917,518,819,619,7
21,223,0
31,9 32,0
0
5
10
15
20
25
30
35Ja
kart
aBa
liKa
lsel
Babe
lBa
nten
Kalte
ngKa
ltim
Kepp
riRi
auSu
lut
Kalb
arJa
mbi
Sum
bar
Mal
utSu
lsel
Jaba
rSu
mut
Sulb
arJa
timSu
mse
lSu
ltra
Jate
ngSu
lteng
Yogy
aLa
mpu
ngBe
ngku
luGo
ront
alo
Aceh NT
BNT
TM
aluk
uP.
Bara
tPa
pua
Sumber : BPS
Sebanyak 16 provinsi dalam kurun 5 tahun terakhir mengalami penurunan kemiskinan di atas penurunan nasional, yaitu : NAD, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Papua
Barat, dan Papua
PENURUNAN TINGKAT KEMISKINAN PER PROVINSI TAHUN 2006-2011 (percentage points)
NAD
Sum
atera
Utar
a
Sum
atera
Bar
atRiau
Jambi
Sum
atera
Selat
an
Bengk
ulu
Lampung
Bangk
a Beli
tung
Kepulau
an R
iau
DKI Jak
arta
Jawa B
arat
Jawa T
enga
h
DI Yogy
akar
ta
Jawa T
imur
Banten Bali
NTBNTT
Kalim
antan
Bar
at
Kalim
antan
Ten
gah
Kalim
antan
Selat
an
Kalim
antan
Tim
ur
Sulaw
esi U
tara
Sulaw
esi T
enga
h
Sulaw
esi S
elatan
Sulaw
esi T
engg
ara
Gorontal
o
Sulaw
esi B
arat
Malu
ku
Malu
ku Utar
a
Papua B
arat
Papua
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
8.71
3.683.473.382.72
6.75
5.505.775.16
4.76
0.82
3,84
6.43
3.43
6.86
3.472.88
7.44
8.11
6.64
4.44
3.03
4,64
3,03
7.80
4.28
8.81
10.38
6.85
10.03
3.55
9.429.54
5.26
Penurunan Tingkat Kemiskinan Penurunan Nasional
Sumber : Hasil Perhitungan Bappenas, dari data BPS
JUMLAH PENDUDUK MISKIN
REFORMASI BIROKRASI
25
Proporsi Daerah yang telah menerapkan E-Procurement (E-Proc), 2012
No Daerah Status E-PROC No Daerah Status E-PROC
Provinsi Kab/Kota(%) Provinsi Kab/Kota(%)
1 Prov. Aceh sudah 17,4 18 Prov. Lampung sudah 42,9
2 Prov. Bali sudah 44,4 19 Prov. Maluku sudah 0,0
3 Prov. Bangka Belitung sudah 100,0 20 Prov. Maluku Utara Belum 33,3
4 Prov. Banten sudah 75,0 21 Prov. NTB sudah 50,0
5 Prov. Bengkulu sudah 40,0 22 Prov. NTT sudah 9,5
6 Prov. D. I. Yogyakarta sudah 100,0 23 Prov, Papua sudah 3,5
7 Prov. DKI Jakarta sudah 0,0 24 Prov. Papua Barat Belum 0,0
8 Prov. Gorontalo sudah 16,7 25 Prov. Riau sudah 58,3
9 Prov. Jambi sudah 45,5 26 Prov. Sulbar sudah 60,0
10 Prov. Jawa Barat sudah 92,3 27 Prov. Sulsel sudah 25,0
11 Prov. Jawa Tengah sudah 82,9 28 Prov. Sulteng sudah 36,4
12 Prov. Jawa Timur sudah 63,2 29 Prov. Sultra sudah 0,0
13 Prov. Kalbar sudah 50,0 30 Prov. Sulut sudah 21,4
14 Prov. Kalsel sudah 84,6 31 Prov. Sumbar sudah 95,0
15 Prov. Kalteng sudah 21,4 32 Prov. Sumsel sudah 53,3
16 Prov. Kaltim sudah 57,1 33 Prov. Sumut sudah 5,9
17 Prov. Kepulauan Riau sudah 85,7 Total (Rata-rata) 94% 44,9%
Sumber: LKPP, Data Per April 2012
Opini BPK Atas Laporan Keuangan Pemda, 2012
OPINI LAPORAN KEUANGAN DAERAH
LINGKUNGAN HIDUP
29
Pelestarian Lingkungan
• Meski indikator sumber daya air masih baik, namun perlu diperhatikan peningkatan luas lahan kritis hutan.
• Luas lahan kritis telah mencapai lebih dari 40 persen luas hutan (14,7 juta ha)• Perlu pengendalian aktivitas pertambangan
SUMATERA56.9 m3/kapitaHAMPIR KRITIS
JAWA54.6 m3/kapita
DEFISIT
BALI-NUSA TENGGARA
29.2 m3/kapitaKRITIS
KALIMANTAN108.0
m3/kapitaSURPLUS
SULAWESI43.2 m3/kapita
HAMPIR KRITIS
MALUKU-PAPUA
0.1 m3/kapitaHAMPIR KRITIS
Kapasitas Tampung Air Per Wilayah
Tantangan 2013/2014
• Mempercepat pencapaian indikator RPJMD yang masih di bawah sasaran
• Dukungan pada agenda/prioritas nasional (RPJMN)• Penguatan perekonomian domestik di tengah
perekonomian dunia yang masih lesu– Permintaan komoditi ekspor diperkirakan masih lemah– Antisipasi pergerakan harga minyak di tengah situasi Timur
Tengah yang sangat dinamis
• Peningkatan daya saing daerah menyongsong implementasi “ASEAN Economic Community” pada Desember 2015
Penguatan Ekonomi Domestik
PENGUATAN EKONOMI DOMESTIK
Peningkatan Daya Saing
Peningkatan Daya Tahan Ekonomi
Pemantapan Stabilitas Politik
Peningkatan Kesejahteraan Rakyat
Faktor Pendukung Daya Saing Daerah
Sinergi Input,
Output, Outcome
Berkelanjutan
Memperhatikan Kemajuan Teknologi dan
Perubahan Kelembagaan Bersaing
secara nasional maupun
internasional
Daya Saing Daerah
Sumber: Prof. Dr. Armida Salsiah Alisjahbana, SE, MA, Menteri PPN/Kepala Bappenas dalam Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Daerah melalui Reformasi Birokrasi, Jakarta, 26 Juni 2012.
Dukungan yang diharapkan dari Pemda (1)
Perbaikan iklim usaha Penerapan Pelayanan Terpadu
Percepatan pembangunan infrastruktur Penyediaan Tanah
Pengembangan industri unggulan di Koridor Kalimantan
Peningkatan Daya Saing Peningkatan
ketahanan pangan pemeliharaan infrastruktur pertanian
Peningkatan Rasio Elektrifikasi
Konversi Energi pengembangan energi terbarukan
Peningkatan Daya Tahan Ekonomi
Dukungan yang diharapkan dari Pemda (2)
Pembangunan SDM pendidikan dan kesehatan
Percepatan pengurangan kemiskinan
Pembangunan perbatasan dan perdesaan
Peningkatan Kesejahteraan
Rakyat Persiapan Pemilu 2014
Perbaikan kinerja birokrasi
Pemberantasan korupsi
Pemantapan Stabilitas Sosial
Politik
Isu-Isu Strategis Kaltim - 1 • Ketahanan pangan lokal: konsumsi > produksi• Alternatif respon kebijakan: (i) perluasan lahan pertanian, (ii) intensifikasi/
teknologi pertanian, (iii) perbaikan distribusi pangan, (iv) diversifikasi pangan
-
1.000,0
2.000,0
3.000,0
4.000,0
5.000,0
6.000,0
7.000,0
Produksi konsumsi
Ekonomi berbasis SDA tak terbarukan
Ekonomi berbasis SDA terbarukan
Ekonomi berbasis inovasi dan diferensiasi
Isu-Isu Strategis Kaltim - 2
Sensitif thd volatilitas
harga komoditas
Memperkuat daya saing berbasis
sumber daya lokal berkelanjutan
T R A N S F O R M A S I S O S I A L E K O N O M I
Reinvestasi pendapatan dari SDA untuk pembangunan SDM
dan infrastruktur wilayahRevenue saat ini
Arahan bagi Pemerintah Daerah untuk Penguatan Sinergi Pusat-Daerah
1. Melakukan sinkronisasi RPJMD dan RKPD dengan prioritas nasional yang tercantum dalam RPJMN 2010-2014 dan RKP;
2. Menitikberatkan penganggaran pada peningkatan belanja modal, terutama untuk meningkatkan daya saing daerah;
3. Memonitor pelaksanaan rencana pembangunan dan realisasi anggaran.
PENUTUP
• Kinerja pembangunan nasional ditopang dan ditentukan oleh kinerja pembangunan daerah.
• Kinerja pembangunan nasional juga tidak bisa lepas dari pengaruh dinamika ekonomi global.
• Kemampuan daerah dalam meningkatkan daya saing, secara nasional dan global, menjadi pilar bagi penguatan perekonomian domestik.
• Sinergi yang kuat antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sangat penting untuk menjamin pelaksanaan kebijakan dan strategi secara terarah dan terfokus untuk memanfaatkan momentum pertumbuhan.
Terima kasih
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL