9
ETIKA PROTESTAN DAN SEMANGAT KAPITALISME Max Weber dalam bukunya yang terkenal menyimpulkan peran yang dimainkan oleh agama Kristen, terutama etika yang menjiwai beberapa sekte Protestan tertentu, dalam perkembangan kapitalisme modern. Dengan meyakinkan Weber berpendapat bahwa peradaban Barat dengan ilmu pengetahuan yang rasional, sistematis dan spesialis telah membawa perkembangan dan kemajuan mencolok di bidang ilmu pengetahuan, kesenian, arsitektur, politik, organisasi dan ekonomi, termasuk kapitalisme dibanding peradaban lainnya di muka bumi ini 1 . Keinginan-keinginan untuk mendapatkan keuntungan, pencarian hasil, uang dan jumlah harta benda yang memungkinkan untuk diperoleh, sebenarnya tidak ada hubungannya dengan kapitalisme karena keinginan semacam itu ada diantara semua orang dengan berbagai profesinya. Kapitalisme menurut Weber bukanlah sikap rakus yang tidak terbatas dalam mengejar keuntungan. Kapitalisme identik dengan pencarian keuntungan (profit), dan keuntungan yang dapat diperbaharui untuk selamanya, dengan usaha-usaha kapitalistis secara keseluruhan, dengan usaha-usaha yang rasional dan yang dilakukan secara terus menerus. Demikian seharusnya bahwa dalam suatu tatatanan masyarakat kapitalistis secara keseluruhan, suatu usaha individual yang tidak memanfaatkan kesempatan yang ada untuk mengambil keuntungan pasti akan mengalami malapetaka, yaitu kehancuran 2 . Suatu tindakan ekonomi kapitalistis dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang didasarkan pada harapan-harapan untuk memperoleh keuntungan dengan memanfaatkan 1 Max Weber, terjemahan Yusup Priyasudiarja, (Surabaya: Pustaka Promethea, 2000), hlm. 23-28. 2 Max Weber, hlm.29-30. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Etika Protestan2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Weber dengan tajam memperlihatkan sumbangan etika protestan bagi kapitalisme rasional. Etika protestan dan semangat kapitalisme perlu dicermati dalam konteks Indonesia yang membangun. Semoga.

Citation preview

Page 1: Etika Protestan2

ETIKA PROTESTAN

DAN SEMANGAT KAPITALISME

Max Weber dalam bukunya yang terkenal

menyimpulkan peran yang dimainkan oleh agama

Kristen, terutama etika yang menjiwai beberapa sekte Protestan tertentu,

dalam perkembangan kapitalisme modern. Dengan meyakinkan Weber

berpendapat bahwa peradaban Barat dengan ilmu pengetahuan yang

rasional, sistematis dan spesialis telah membawa perkembangan dan

kemajuan mencolok di bidang ilmu pengetahuan, kesenian, arsitektur, politik,

organisasi dan ekonomi, termasuk kapitalisme dibanding peradaban lainnya

di muka bumi ini1. Keinginan-keinginan untuk mendapatkan keuntungan,

pencarian hasil, uang dan jumlah harta benda yang memungkinkan untuk

diperoleh, sebenarnya tidak ada hubungannya dengan kapitalisme karena

keinginan semacam itu ada diantara semua orang dengan berbagai

profesinya. Kapitalisme menurut Weber bukanlah sikap rakus yang tidak

terbatas dalam mengejar keuntungan. Kapitalisme identik dengan pencarian

keuntungan (profit), dan keuntungan yang dapat diperbaharui untuk

selamanya, dengan usaha-usaha kapitalistis secara keseluruhan, dengan

usaha-usaha yang rasional dan yang dilakukan secara terus menerus.

Demikian seharusnya bahwa dalam suatu tatatanan masyarakat

kapitalistis secara keseluruhan, suatu usaha individual yang tidak

memanfaatkan kesempatan yang ada untuk mengambil keuntungan pasti

akan mengalami malapetaka, yaitu kehancuran2. Suatu tindakan ekonomi

kapitalistis dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang didasarkan pada

harapan-harapan untuk memperoleh keuntungan dengan memanfaatkan

1 Max Weber, terjemahan Yusup Priyasudiarja, (Surabaya: Pustaka Promethea, 2000), hlm. 23-28. 2 Max Weber, hlm.29-30.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 2: Etika Protestan2

- 2 -

segala kesempatan untuk transaksi, yaitu pada kesempatan untuk

memperoleh keuntungan secara damai. Di mana saja perolehan kapitalistis

dicari secara rasional, maka tindakan yang menyertainya disesuaikan dengan

perhitungan dalam hal kapital. Artinya bahwa tindakan ini diadaptasi ke dalam

suatu penggunaan sistematis terhadap barang-barang ataupun

(pelayanan-pelayanan personal) sebagai sarana untuk memperoleh

keuntungan dengan suatu cara tertentu sehingga pada penutupan suatu

periode bisnis, keseimbangan perusahaan dalam hal aset uang dapat

melebihi kapitalnya. Kapitalisme rasional modern berkembang karena

melakukan: pemisahan secara legal milik perusahaan (korporasi) dari milik

pribadi dan tata buku rasional. Kapitalisme rasional modern di Barat telah

menggunakan teknik-teknik dalam ilmu pengetahuan ilmiah yang dipraktikan

dalam aplikasi perekonomian. Selain itu, struktur rasional hukum serta

administrasi dalam kehidupan sosial masyarakat Barat menjadi faktor penting

berkembangnya kapitalisme rasional modern. Dapat dikatakan semangat

kehidupan ekonomi modern di Barat memiliki korelasi dengan etika-etika

rasional dari Protestantisme asketis3.

Penelitian menyimpulkan bahwa para pemimpin bisnis dan pemilik

modal maupun para karyawan perusahaan yang mempunyai kemampuan

(skill) tinggi ataupun para staf terdidik, baik secara teknis maupun komersial

ternyata kebanyakan adalah orang Protestan yang merupakan pengaruh

Reformasi yang membebaskan individu dari kontrol Gereja yang ketat dengan

regulasi yang membebani. Pilihan kerja dan karier profesional di bidang bisnis

modern dari orang-orang Protestan dipengaruhi kuat oleh lingkungan

keagamaan dari masyarakat dan keluarga. Dalam hal ini persentase lulusan

orang Katolik dari institusi yang secara khusus menyiapkan diri untuk belajar

teknik dan pekerjaan komersial dan industri termasuk kehidupan bisnis kelas

menengah jumlahnya masih jauh lebih sedikit dari pada jumlah persentase

3 Max Weber, hlm. 31-45.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 3: Etika Protestan2

- 3 -

orang-orang Protestan. Terdapat perbedaan yang tajam antara orang

Protestan dan Katolik di bidang ekonomi seperti ungkapan bahwa orang

Protestan lebih suka makan enak dan orang Katolik lebih suka tidur tanpa

terusik. Dapat dikatakan bahwa penyebaran ajaran Calvin seperti di Perancis

dan Belanda, telah menjadi tempat persemaian ekonomi kapitalistis dimana

kehidupan bisnis dikendalikan oleh hidup kesucian (pietisme).4

Semangat kapitalisme modern bercirikan sikap moral jujur, ketepatan

waktu, sikap rajin dan hemat yang semuanya dilatarbelakangi pengalaman

keagamaan. Akibatnya, pencarian uang dalam tatanan ekonomi modern

sejauh hal itu dilakukan dengan cara-cara legal, akan merupakan hasil dan

ekspresi dari kebajikan dan kecakapan dalam panggilan tugas. Tipe ideal

wirausahawan kapitalistis cenderung asketis yang menghindari pameran dan

pengeluaran yang tidak perlu, maupun kenikmatan yang disadari dari

kekuasaannya dan malu dengan tanda-tanda luar dari pengakuan sosial yang

diterimanya. Semangat kapitalisme dicirikan dengan usaha pencarian lebih

banyak uang dan uang, digabungkan dengan penolakan keras terhadap

kenikmatan hidup yang semuanya didasarkan pada ide-ide keagamaan

sebagaimana kutipan Amsal 22:29, “Lihatlah manusia yang tekun dalam

pekerjaannya? Dia akan berdiri di hadapan raja-raja.”5

Weber mengatakan dengan mengutip penelitian Sombart bahwa

kapitalisme pada awal munculnya membedakan antara

dengan sebagai dua prinsip

paling utama dalam sejarah perekonomian. Dalam kasus pertama, hasil karya

barang-barang perlu untuk memenuhi kebutuhan personal. Sedangkan kasus

kedua, suatu perjuangan untuk memperoleh keuntungan yang bebas dari

batasan-batasan yang ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan telah menjadi

tujuan yang mengontrol bentuk dan arah dari kegiatan ekonomi. Kasus yang

pertama identik dengan tradisionalisme ekonomi dan yang kedua menunjuk

4 Max Weber, hlm. 55-71. 5 Max Weber, hlm. 81-82.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 4: Etika Protestan2

- 4 -

kepada kapitalisme ekonomi6. Mereka yang disebut pengusaha modern

dalam sistem kapitalisme adalah orang-orang yang tumbuh dari sekolah yang

keras dalam kehidupan, berperhitungan dan berani pada waktu yang sama,

tenang dan dapat dipercaya, lihai dan penuh pengabdian pada bisnis mereka

dengan menggunakan opini dan prinsip borjuis yang keras. Mereka yang

dipenuhi semangat kapitalisme ini cenderung untuk tak peduli dengan Gereja

dan agama hanya sebagai alat untuk menarik mereka keluar dari kerja di

dunia ini sebab kecenderungan yang tidak puas dengan apa yang dimiliki.

Bisnis dengan irama kerja yang tiada henti menurut mereka, telah menjadi

bagian penting dan satu-satunya motivasi dalam hidup yang mendatangkan

kebahagiaan irasional sebab manusia hidup demi bisnis dan bukan

sebaliknya.7

Weber berpendapat bahwa bekerja bukanlah semata-mata demi

memperoleh uang untuk menunjang kehidupan tetapi merupakan suatu

“panggilan”. Konsepsi panggilan ( , Jerman atau , Inggris)

merupakan konsepsi keagamaan, yang berarti suatu tugas yang dikehendaki

Tuhan. Penilaian atau penafsiran mengenai pemenuhan tugas dalam

masalah-masalah duniawi sebagai bentuk paling tinggi yang dapat

diasumsikan oleh aktivitas-aktivitas moral dari individu. Konsepsi panggilan

lantas menghasilkan suatu dogma sentral dari seluruh kelompok umat

Protestan. Berbeda dengan Protestan, Katolik menyatakan bahwa satu-

satunya jalan hidup yang dapat diterima Tuhan adalah dengan tidak

melampaui moralitas duniawi dalam asketisme monastis, tetapi semata-mata

melalui pemenuhan kewajiban atau tugas yang diberikan kepada setiap

pribadi manusia dengan tingkat kedudukannya masing-masing di dunia.

menurut Luther adalah sesuatu yang harus diterima sebagai

suatu peraturan keilahian, peraturan yang harus dipatuhi manusia dimana

kerja merupakan suatu tugas yang digariskan Tuhan. Semangat kapitalisme

6 Max Weber, hlm. 96-97. 7 Max Weber, hlm. 105-106.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 5: Etika Protestan2

- 5 -

sebenarnya bukanlah tujuan utama para reformator Gereja, melainkan

keselamatan jiwa manusia. Para reformator bukanlah para pendiri

masyarakat untuk budaya etika dan bukan pendukung proyek-proyek

kemanusiaan untuk reformasi sosial ataupun cita-cita kebudayaan. Cita-cita

etika dan hasil-hasil praktis doktrin mereka semuanya didasarkan kepada

keselamatan jiwa dan merupakan konsekuensi dari adanya motif keagamaan

yang murni semata. Dapat disimpulkan bahwa hanya

bisa tumbuh sebagai hasil dari pengaruh-pengaruh tertentu dari Reformasi

atau bahkan kapitalisme sebagai suatu sistem perekonomian merupakan

suatu kreasi atau ciptaan dari Reformasi.

Weber membedakan empat aliran utama Protestantisme asketik:

Calvinisme, Pietisme, Metodisme dan Baptisme. Weber memusatkan

analisisnya atas Etika Protestan pada Calvinisme. Terdapat tiga kepercayaan

utama dalam Calvinisme. doktrin bahwa alam semesta diciptakan

untuk menunjukkan kemuliaan dan keagungan Tuhan. Tuhan tidak hidup atau

ada bagi manusia, tetapi manusialah yang hidup atau ada demi Tuhan Tuhan.

, doktrin bahwa manusia tidak sepenuhnya memahami kehendak

Tuhan. Manusia hanya dapat berpegang kepada serpihan-serpihan dari

kehendakNya. , doktrin bahwa hanya sedikit orang yang dipilih untuk

mendapatkan rahmat abadi8.

Doktrin ini mendorong orang Calvinis untuk membuktikan pentingnya

iman dalam aktivitas duniawinya9. Jelas bekerja menjadi tugas suci. Orang-

orang Calvinis menilai bahwa membuang-buang waktu merupakan dosa

pertama dan secara prinsip dosa yang paling mematikan. Kehilangan waktu

melalui sosialitas, pembicaraan tidak menentu, kemewahan bahkan tidur

terlalu banyak dari yang semestinya bagi kesehatan merupakan kesalahan-

kesalahan moral yangh absolut, karena waktu adalah uang. Satu jam yang

terbuang percuma berarti terbuang kesempatan untuk bekerja demi

8 Max Weber, hlm. 151. 9 Max Weber, hlm. 178.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 6: Etika Protestan2

- 6 -

memuliakan Tuhan. Bekerja tidak hanya bernilai secara moral di hadapan

Tuhan dan pentingnya produk yang dihasilkan bagi masyarakat, tetapi juga

keuntungan usaha yang diperoleh seseorang. Keuntungan usaha tidak boleh

ditolak sebab merupakan pemberian Tuhan yang harus dilipatgandakan

sejauh tidak bertentangan dengan hati nurani dan hukum yang berlaku.

Menolak keuntungan berarti menolak menjadi pelayan Tuhan dan telah pula

menolak anugerahNya dan untuk memanfaatkannya bagi Tuhan ketika

Tuhan menghendakiNya. Seseorang dapat bekerja untuk menjadi kaya bagi

Tuhan walaupun bukan untuk daging dan dosa. Karenanya berharap menjadi

miskin sangat tidak dibenarkan dan merupakan suatu penghinaan terhadap

kemuliaan Tuhan.10

Rasul Paulus dalam 2 Tesalonika 3:10 berkata,

berlaku untuk semua manusia.

Karena itu ketidakmauan untuk bekerja dapat mengakibatkan gejala

berkurangnya kemungkinan memperoleh rahmat. Bekerja sebagai panggilan

demi kemuliaan Tuhan harus dilakukan oleh siapapun sebagai ketaatan

kepada perintah Tuhan sehingga orang-orang kaya tidak boleh makan tanpa

bekerja walaupun karena kekayaannya mereka tidak perlu bekerja, demikian

juga dengan orang miskin.11 Doktrin bekerja sebagai panggilan ini menjadikan

seorang buruh yang setia dalam bekerja ternyata sangat membahagiakan

Tuhan sekalipun diberi upah yang rendah. Sebaliknya hal ini berarti

membenarkan tindakan eksploitasi buruh oleh majikannya yang juga

menmahami aktivitas bisnisnya sebagai suatu panggilan ilahi.12

Perkembangan selanjutnya menurut Weber, menunjukkan bahwa pencarian

kekayaan cenderung murni bersifat duniawi dan terlepas dari makna etis dan

keagamaan13.

10 Max Weber, hlm. 238-239. 11 Max Weber, hlm. 233. 12 Max Weber, hlm. 262-263. 13 Max Weber, hlm. 267-268.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 7: Etika Protestan2

- 7 -

Saya setuju dan sependapat dengan Weber bahwa etika protestan

turut memberi kontribusi positif dalam perkembangan kapitalisme rasional.

Tidak hanya di Barat, kemungkinan adanya hubungan antara ajaran-ajaran

agama dengan tingkah laku ekonomi juga berlaku di Indonesia. Contohnya,

bagaimana penyebaran Islam dilakukan melalui jalur-jalur perdagangan dan

berkembang pertama-tama di antara saudagar-saudagar kota. Penelitian

Lance Castles tahun 1964 membuktikan bahwa di Kudus, Jawa tengah

terdapat kelas menengah santri (Islam) yang memiliki etos yang mirip dengan

etos Protestan di Barat. Kelas menengah santri ini dikenal sebagai

pengusaha-pengusaha yang sangat hemat, sederhana (dalam pakaian dan

tingkah laku) dan memiliki kecenderungan sempit menilai segala sesuatu

dalam kerangka uang serta mengejar yang bersumber

kepada pemahaman Islam orthodoks (Sarekat Islam, NU, Muhammadiyah).14

Jika etos Protestan di Barat telah menciptakan negara-negara kaya

dengan masyarakat kapitalistik, maka ketidakberhasilan pengusaha-

pengusaha Islam pribumi di Indonesia, sebagaimana tesis Mohammad

Sobary, bukan pada soal mentalitas, misalnya tiada etos, melainkan

kelemahan struktural, yaitu “pasar yang sempit”, ketidakmampuan mendirikan

organisasi komersial-rasional, dan ketidakmampuan mengembangkan modal

secara progresif.15

Dalam sistem kapitalis, wiraswasta individual memperoleh kebebasan

mendapatkan kekayaan pribadi. sehingga . Hak milik pribadi merupakan bukti

keberhasilan sistem kapitalis. Kekuatan pasar menentukan harga dan upah

serta produk mana saja yang akan diproduksi. Dalam hal ini keserakahan

dalam sistem kapitalis menurut Adam Smith adalah hukum alam dan harus

14 Lance Castles,

, terjemahan J. Sirait, (Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1982), hlm.147-148. 15 Mohamad Sobary, , (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya), 1995), hlm. 216-218

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 8: Etika Protestan2

- 8 -

menjadi tenaga penggerak yang memberdayakan ekonomi bangsa-bangsa,

namun bahayanya bahwa keserakahan tanpa sopan santun etis akan menjadi

bencana. Smith berbeda dengan Weber, berbicara tentang tangan yang tidak

kelihatan (invisible hand) yang berfungsi dalam kekuatan pasar, yang

memberkati seluruh masyarakat ketika ekonomi dirancang sesuai hukum

alam16.

Sistem kapitalis benar telah menghasilkan kekayaan luar biasa dalam

dusun global ( ) dan sekaligus juga menciptakan bencana

ekologis. Kekuatan pasar tidak dapat mengontrol pemerkosaan atas laut dan

tanah oleh orang-orang yang serakah. Juga terbukti bahwa bahwa tangan

yang tidak kelihatan itu tidak bekerja dengan baik dalam menghadirkan berkat

bagi dusun global secara keseluruhan. Tangan ini dalam banyak hal telah

menjadi tangan yang mengambil dari orang miskin dan memberi kepada

orang kaya17. Smith menurut saya sama sekali tidak melihat urgensi dan

mengabaikan nilai-nilai etika keagamaan dalam pengembangan kapitalisme di

tangan para pengusaha. Tepat perkatakan Gerhard Lenski, seperti dikutip

Lance Castles bahwa, kapitalisme dalam sistem ekonomi Barat berubah total

karena terlepas dari sifat asli etika protestan yaitu konsep panggilan (

) dan asketisme.18

Kapitalisme Barat mendapat kritik tajam dari Karl Marx dan rekannya

Friedrich Engels sebab saat itu masyarakat Kristen Eropa secara keseluruhan

sangat tidak sensitif akan eksploitasi terhadap kelas pekerja yang miskin.

Marx dan Engels geram karena terlalu banyak orang Kristen yang berkuasa

memakai agama untuk mengukuhkan dan membenarkan keistimewaan dan

kekayaan mereka. Marx dan Engels yakin bahwa sebuah sistem keagamaan

16 David W. Shenk,

, kata pengantar oleh Kenneth Cragg, diterjemahkan oleh Agustinus Setiawidi, (Jakarta: Gunung Mulia, 2001), hlm. 406. 17 17 David W. Shenk, Hlm. 407 18 Lance Castles, hlm. 152.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 9: Etika Protestan2

- 9 -

yang menjanjikan surga setelah kematian untuk membenarkan kurangnya

keprihatinan terhadap anak-anak miskin yang bekerja selama berjam-jam

dalam pabrik-pabrik berbahaya adalah jahat dan kejam. Perjalanan menuju

ateisme bagi Marx dan Engels merupakan reaksi melawan percakapan

tentang Allah dan agama yang tidak memiliki keprihatinan terhadap kaum

miskin19. Marxisme skeptis terhadap demokrasi karena kelas-kelas kaya

berpengaruh membelokkan proses-proses demokratis. Jalan keluarnya yang

ditawarkan adalah revolusi yang dapat menghadirkan masyarakat tanpa kelas

dan keadilan. Setelah revolusi, kaum proletar (para buruh) harus membangun

kediktatoran dan kepemilikan harus diredistribusi secara merata yang pada

akhirnya membuat agama menjadi layu dan tidak berfungsi. 20. Cara

Marxisme ini bukan solusi yang tepat, sebab komunisme telah bangkrut.

Dalam hal ini saya tidak dapat menerima mekanisme ekonomi

penimbunan uang dari kapitalisme21. Logika penimbunan uang yang tak kenal

henti mengakibatkan semakin lebarnya jurang antara yang kaya dan miskin

dan pada akhirnya memicu demonstrasi anarkis yang bermuara kepada

revolusi. Karena itu penetapan upah adil bagi buruh atau tenaga kerja perlu

diperhatikan oleh pengusaha dan mendapat pengawasan dari pemerintah

sebagai regulator perundang-undangan. Pemerintah pada waktunya

mengambil tanggungjawabnya sehingga terjadi iklim sehat dalam dunia usaha

dan sekaligus menjamin kesejahteraan buruh dalam mengerakkan roda

perekonomian bagi kesejahteraan masyarakat. Penting bagi Gereja untuk

tetap setia dalam tugasnya menolong mereka yang menderita dan miskin22

akibat ketidakadilan sistem kapitalisme dan mengadakan dialog terhadap

perusahaan dan pemerintah mencari solusi yang bermartabat.

19 David W. Shenk, hlm. 425. Lihat juga. Karl Marx dan Frederick Engels, , terjemahan: Ira Iramanto, (Jakarta:Hasta Mitra, 2003), hlm139-153. 20 David W. Shenk, hlm. 428-429. 21 Ulrich Duchrow,

, Jakarta: Gunung Mulia, 1998), hlm. 270. 22 Weinata Sairin, , (Jakarta: Gunug Mulia, 2002), hlm 65

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.