Upload
dianmutia
View
55
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PEMBAHASANETIK STATISTIK
OptimaprepBatch II UKDI 2014
Office Address:
Jakarta :
JlPadang no 5, Manggarai, Setiabudi, Jakarta Selatan
(Belakang Pasar Raya Manggarai)
Phone Numbers:
021 8317064
Pin BB 2A8E2925
WA 081380385694
Medan :
JlSetiabudi no 65G, Medan
Phone numbers : 061 82292290
pin BB : 24BF7CD2
www.optimaprep.com
dr. Widya, dr. Alvin, dr. Yolinadr. Cahyo, dr. Ayu, dr. Gregorius
Jenis Data Keterangan
Kualitatif data yang berbentuk kata-kata, bukan
dalam bentuk angka. Data kualitatif
diperoleh melalui berbagai macam teknik
pengumpulan data misalnya wawancara,
analisis dokumen, diskusi terfokus, atau
observasi yang telah dituangkan dalam
catatan lapangan (transkrip)
Kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang
berbentuk angka atau bilangan. Sesuai
dengan bentuknya, data kuantitatif dapat
diolah atau dianalisis menggunakan teknik
perhitungan matematika atau statistika
1. Data penelitian
Data penelitian
Skala nominal adalah skala yang hanya digunakan untuk memberikan kategori saja
Contoh: Wanita 1 , Laki-laki 2
Skala ordinal adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkatantar tingkatan, akan tetapi jarak atau interval antar tingkatan belum jelas.
Contoh:
Berilah peringkat supermarket berdasarkan kualitas pelayanannya !
Sri Ratu 1
Moro 3
Matahari .. 5
Rita I . 2
Rita II 4
Super Ekonomi . 6
IKK dan Forensik
Skala Interval adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkatantar tingkatan, dan jarak atau interval antar tingkatan sudah jelas, namun belum memilikinilai 0 (nol) yang mutlak.
Contoh:1. Skala Pada Termometer2. Skala Pada Jam
Skala Rasio adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkatantar tingkatan, dan jarak atau interval antar tingkatan sudah jelas, dan memiliki nilai 0 (nol) yang mutlak .
Contoh:1. Berat Badan2. Pendapatan3. Hasil Penjualan
IKK dan Forensik
Skala Tipe Pengukuran
Kategori Peringkat Jarak Perbandingan
Nominal Ya Tidak Tidak Tidak
Ordinal Ya Ya Tidak Tidak
Interval Ya Ya Ya Tidak
Rasio Ya Ya Ya Ya
Ringkasan Tentang Skala
METODE PENELITIAN, Dr. Bagus Nurcahyo, SE., MM.
Studi Observasional
Fletcher RH, Fletcher SW, Wagner EH. Clinical epidemiologythe essentials. 3rd ed. Baltimore: Williams & Wilkins, 1996
Cross Sectional Studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi
maupun hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan, penyakit ataukarakteristik terkait kesehatan lainnya
Status paparan dan penyakit diukur pada saat yang sama.
Data yang dihasilkan adalah data prevalensi, maka disebut jugasurvei prevalensi.
Studi potong lintang pada dasarnya adalah survei
Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
3. Studi Observasional
Fletcher RH, Fletcher SW, Wagner EH. Clinical epidemiologythe essentials. 3rd ed. Baltimore: Williams & Wilkins, 1996
Case control
Case Control Menganalisa faktor risiko dengan
menentukan dua kelompok yang memiliki perbedaan outcome (penyakit), kemudian dihubungkan dengan causal attribute- nya
Keuntungan : Membutuhkan sumber daya, dana yang lebih sedikit, serta waktu yang lebih singkat. Good for rare cases, long latent period, ethical related cases
Useful when epidemiologists investigate an outbreak of a disease
Hasil Odds ratio Kelemahan : provide less evidence for
causal inference
4. Studi Observasional
Fletcher RH, Fletcher SW, Wagner EH. Clinical epidemiologythe essentials. 3rd ed. Baltimore: Williams & Wilkins, 1996
Cohort
Analisa faktor risiko, dengan mengikuti kelompok yang tidak/belum menderita penyakit dengan faktor risiko dan tidak dengan faktor risiko.
Hasilnya : incidence rate & relative risks
Keuntungan : Dapat menentukan faktor risiko terjadinya penyakit karena bersifat longitudinal observation
Kelemahan : Mahal, memakan waktu yang lama, drop-out rasio yang tinggi
Cohort vsCase Control
Summary of Strengths and Limitations of Prospective Cohort and Case-Control Studies
15
Limitations:
Possible bias in measuring risk factors after disease has occurred
Possible bias in selecting control group
Identified cases may not represent exposure of all cases
Limitations:
Useful for common disease
Relatively inexpensive
Relatively quick results
Strengths:
Useful for rare disease
Relatively inexpensive
Relatively quick results
Strengths:
Opportunity to measure risk factors before disease occurs
Can study multiple disease outcomes
Can yield incidence rates as well as relative risk estimates
Case-ControlProspective Cohort
Comparing Odds Ratios and Relative Risks
16
11001000100
730
370
Outcome
700
300
Controls
30Not Exposed
70Exposed
CasesExposure
OR = AD/BC = 5.44 RR= A/(A+B)C/(C+D)
= 4.41
Stating your results
OR = 5.44Those with the disease are 5.44 times as likely to have had the exposure compared to those without the disease
RR = 4.41Those with the exposure are 4.41 times as likely to develop the disease compared to those without the exposure
17
5. Desain StudiDesain Keterangan
Deskriptif mendeskripsikan distribusi penyakit pada populasi, berdasarkan karakteristik dasar individu, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, kelas sosial, status perkawinan, tempat tinggal dan sebagainya, serta waktu
Analitik menguji hipotesis dan menaksir (mengestimasi) besarnya hubungan/ pengaruh paparan terhadap penyakit
Studiobservasional
peneliti tidak sengaja memberikan intervensi, melainkan hanyamengamati (mengukur), mencatat, mengklasifikasi, menghitung, danmenganalisis (membandingkan) perubahan pada variabel-variabelpada kondisi yang alami
Studieksperimental
peneliti meneliti efek intervensi dengan cara memberikan berbagailevel intervensi kepada subjek penelitian dan membandingkan efekdari berbagai level intervensi itu
Comparing Odds Ratios and Relative Risks
19
11001000100
730
370
Outcome
700
300
Controls
30Not Exposed
70Exposed
CasesExposure
OR = AD/BC = 5.44 RR= A/(A+B)C/(C+D)
= 4.41
6. Case Control
DIARE Ya Tidak TOTAL
MAKAN ES
Ya 22 78 100
Tidak 10 80 90
TOTAL 32 158 3160
OR = AD/BC = (22x80)/(10x78)
Cohort study
Relative risks ( RR) = a/(a + b) : c / (c + d)
7. Research Design
KANKER PARU Ya Tidak TOTAL
MEROKOK
Ya 20 30 50
Tidak 5 45 50
TOTAL 25 75 100
Relative risks ( RR) = a/(a + b) : c / (c + d)= (20/50) : 5/50= 20/5 = 4
Condition
(by gold standard)
Present Absent Total
Test
Positive True positive (a)
False positive (b)
a + b
Negative False negative (c)
True negative (d)
c + d
Total a + c b + d a + b + c + d
d
8. Diagnostic Test
Sensitivity Proportion of people with the
disease who have a positive test
A sensitive test will rarely miss disease in those who have it
Sn = a / (a +c)
Specificity proportion of patients without
the disease with a negative test
A specific test will rarely identify disease in someone who does not have it
Sp = d / b+d
present absent
Positive a b a+b
negative c d c+d
a+c b+d a+b+c+d
Positive predictive value Probability of disease in a patient with a
positive (abnormal) test That a positive test is a true positive
Highly specific diagnostic tests have high PPV
Ppv = a / a + b
Negative predictive value Probability that a patient with a negative
test (normal) does not have disease More sensitive tests have higher NPV
NPV = d / c +d
Penelitian Diagnostik
Sensitivitas: bila subyek benar-benar sakit, berapa besar kemungkinan hasil uji diagnostik akan postif atau abnormal
Spesifitas: bila subyek tidak sakit, berapa besar kemungkinan hasil uji diagnostik akan negatif
Nilai prediksi positif: probabilitas seseorang menderita penyakit jika hasil uji diagnostiknya positif
Nilai prediksi negatif: probabilitas seseorang tidak menderita penyakit jika hasil uji diagnostiknya negatif
Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta : Bumi aksara.
Penyakit Ca Servix(+)
Penyakit Ca Servix(-)
Total
Hasil Skrinning (+) 95 (a) 15 (b) 110Hasil Skrinning (-) 5 (c) 85 (d) 90
Total 100 100 200
NPV = d / c +d= 85/90
9. Variabel
Suatu karakteristik yang membedakan antara satu individu denganindividu lain
Lawan kata constant, sesuatu yang tetap sama dan tidak berubah
Variabel bebas (Independent Variable) Variabel perlakuan oleh peneliti The cause. Juga disebut factors
Variabel terikat (Dependent Variable) Variabel yang di ukur, dihitung, dan dicatat. Tergantung pada variabel
independen. The effect, outcome.
Variabel Kategorik vs Numerik Kategorik : Memiliki kategori variabel. Nominal (kategori
sederajat, cth laki-laki-perempuan)/Ordinal (kategori bertingkat, cth baik-sedang-buruk)
Numerik : Dalam angka numerik, rasio (memiliki nilai nol alami, cth tinggi badan)/interval (tidak memiliki nilai nol alami, cth suhu)
Hipotesis Komparatif vs Korelatif Komparatif : perbedaan/hubungan (cth. Apakah
terdapat/hubungan antara kadar gula darah dengan jenis pengobatam?)
Korelasi : Cth. Berapa besar korelasi antara kadar trigliserida dan kadar gula darah?
Skala Pengukuran Komparatif : Dianggap skala kategorikal bila kedua
variabel kategorik. Skala numerik jika salah satu variabel numerik
Korelatif : Dianggap skala kategorikal bila salah satu variabel kategorik. Skala numerik jika kedua variabel numerik
Berpasangan vs Tidak Berpasangan Berpasangan : Dua atau lebih kelompok data berasal dari
subyek yang sama atau yang berbeda tapi telah dilakukan matching
Tidak berpasangan : Data berasal dari kelompok subyek yang berbeda, tanpa matching
Variable Methode
Independent Dependent
Nominal Nominal Chi-square; Fischer
Nominal (dichotom) Numeric T-test (independent, paired)
Nominal (> 2 score) Numeric Anova
Numeric Numeric Regression correlation
Variable Methode
Independent Dependent
Nominal (dichotom)PERSALINAN(YA/TIDAK)
NumericBERAT BADAN LAHIR ANAK
T-test (independent, paired)
10. Uji Hipotesis Bivariat
Apakah terdapat korelasi antara peningkatan IMT denan penurunan nilai kapasitas paru?
Variabel yang dihubungkan: IMT (numerik) dengan nilai kapasitas paru (kategorik)
Jenis hipotesis: korelatif
Skala variabel: numerik
Uji Hipotesis Bivariat
Korelatif, numerik
11. Uji bivariatType of data and appropriate hypothesis test
(Univariate analysis)
Variable Methode
Independent Dependent
Nominal Nominal Chi-square (analitik); Fischer (deskriftif)
Nominal (dichotom) Numeric T-test (independent, paired)
Nominal (> 2 score) Numeric Anova
Numeric Numeric Regression correlation
12. Uji Parametrik vs Non-parametrik Syarat uji parametrik : Skala numerik, sebaran data normal,
untuk >2 kelompok data tidak berpasangan kesamaan varians merupakan syarat mutlak (Uji varians, p>0.05)
UJI Keterangan
Chi-square Uji statistik terhadap hipotesis. Distribusi data harus normal dan jumlah sampel besar untuk mendekati yang diinginkan. Uji tidak dapat digunakan ketika expected value kurang dari 10
Fisher Test kemaknaan statistik yang digunakan pada analisis tabel kontingensi. Digunakan ketika ukuran sampel kecil. Uji ini dapat digunakan pada semua ukuran sampel
Kolmogorov-Smirnov Uji normalitas yang membandingkan distribusi data (yang akan diuji) dengan distribusi normal baku. Bila nilai p>=0,05 dikatakan terdapatperbedaan signifikan
13-16. Pengambilan Samplereflection-on-presentation-2-sampling.html
reflection-on-presentation-2-sampling.html
reflection-on-presentation-2-sampling.html
Cara pengambilan sampel
Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta : Bumi aksara.
17. Bias dalam Penelitian
Surveillance bias More likely in case control studies where cases are ascertained through
medical clinics, hospitals. If clinical visits are associated with the exposure, sub-clinical cases are more likely to be detected among those with the exposure than those without the exposure
Example: Case Control Study of Oral Contraceptive Use and DiabetesOC users more likely to have
medical visits, resulting in higher probability of subclinical disease being detected. Anyassociation with OC use and diabetes would be an overestimate of risk because subclinicaldiabetics with no OC use would have a lower probability of being selected
Bias dalam Penelitian
Recall bias Bias ini terutama terjadi pada kasus kontrol
Contoh kasus recall bias: pada studi yang mencari hubungan antara asfiksia dengan gangguan belajar, ibu yang anaknya mengalami gangguan belajar akan berusaha dengan keras mengingat apakah anaknya dulu pernah mengalami asfiksia. Sebaliknya, ibu yang anaknya tidak mengalami gangguan belajar, tidak atau kurang berupaya mengingat kembali apakah anaknya mengalami asfiksia atau tidak.
Bias dalam Penelitian
Procedural Bias Bias ini terjadi apabila pengukuran, prosedur, pengobatan, dan lain-lain pada
kelompok-kelompok yang dibandingkan tidak sama
Contoh kasus: pasien yang diberi obat tertentu lebih banyak diperhatikan, lebih sering ditimbang, lebih sering diukur tekanan darahnya.
Bias dalam Penelitian
Detection bias Bias ini terjadi karena adanya perubahan kemampuan alat ukur dalam
mendeteksi penyakit.
Kesintasan pasien tertentu sering dilaporkan menjadi semakin lama; sebagian mungkin disebabkan oleh deteksi yang lebih dini sehingga masa pengamatan menjadi lebih panjang.
Bias dalam Penelitian
Compliance bias Bias ini terjadi karena ketaatan mengikuti prosedur yang berbeda antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya .
Contoh kasus: regimen untuk kelompok studi (obat baru) hanya diberikan satu kali sehari; sedangkan regimen standar (kontrol), obat harus diminum tiga kali sehari. Maka pasien kelompok kontrol cenderung kurang taat dibandingkan dengan kelompok studi.
18. Experimental Study Design elements in experimental study
Samples are representative
Randomization or matching are used to produce equivalent groups
Variables to measure are clearly defined
A wide range of variables is measured
The same variables are measured in several different ways (triangulation)to see if they support the same finding
Measures and instruments are validated
Measurement is checked for tester or observer reliability
Both pre-tests and post-tests data collection are given
The experiment is replicated with similar samples and with different samples
These elements make the data from experiments more valid (accurate), and therefore more believable and useable
Type of Experimental Studybased on design element
Pre-experimental designs
Have either no comparison groups or comparison groups whose equivalence is indeterminate
One-shot Case Study: no pre-test and no comparison group
One Group Pre-test Post-test: One group is exposed to the presence of X or a change in X and is measured before and after this has occurred
Static-group Comparison. One group is exposed to X and is compared with another group which is not exposed to X. No pre-test.
True Experimental Designs
Provide formal means (pre-tests and/or comparison groups created by random allocation) for handling many of the extraneous variables that weaken internal and external validity
Quasi-experimental Designs
Lack control over exposure to X; i.e., when to expose, to whom, and ability to randomize group assignment
19. Epidemiologi
Bahasa Yunani 3 kata dasar EPI yang berarti PADA atau TENTANG DEMOS yang berati PENDUDUK LOGOS yang berarti ILMU PENGETAHUAN
EPIDEMILOGI adalah ILMU YANG MEMPELAJARI TENTANG PENDUDUK
Epidemiology is the study of disease occurance in human populations. ( Gary D. Friedman ( 1974 ))
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, distribusi, dan jenis penyakit pada manusia menurut waktu dantempat.(W.H. Frost)
pidemiolog.wordpress.com/2008/11/05/pengertian-epidemiologi/
PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI DITINJAU DARI BERBAGAI ASPEK
Aspek Akademik
Analisa data kesehatan, sosial-ekonomi, dan trend yang terjadi
mengindentifikasi dan menginterpretasi perubahan-perubahankesehatan yang terjadi atau akan terjadi pada masyarakat umumatau kelompok penduduk tertentu.
Aspek Klinik
mendeteksi secara dini perubahan insidensi atau prevalensi
penemuan klinis atau laboratorium pada awal timbulnya penyakitbaru dan awal terjadinya epidemi
Aspek praktis
upaya pencegahan penyebaran penyakit yang menimpa individu, kelompok penduduk atau masyarakat umum.
Aspek Administrasi
mengetahui keadaan masyarakat di suatu wilayah atau negara agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisiensesuai dengan kebutuhan masyarakat
pidemiolog.wordpress.com/2008/11/05/pengertian-epidemiologi/
Tujuan Epidemiologi:
menggambarkan penyakit secara komprehensif & dinamis, tidak hanya mencakup wabah tetapi jugaantara periode terjadinya wabah secara sporadis danendemis
Epidemiologi didefinisikan :
Beberapa penyakit atau cedera
Menggambarkan perbedaan penyakit dalam berbagaikeadaan
Mulai dari daerah yang kecil sampai daerah yang luas
Mencakup periode waktu jam, hari, minggu, bulandan tahun
KONSEP EPIDEMIOLOGI, Suyatno, Ir. MKes
Pengertian Pokok yang dipelajari Epidemiologi:
Frekuensi masalah Kesehatanbanyaknya masalahkesehatan( kesakitan, kecelakaan dll) pada sekelompok manusia
Penyebaran masalah kesehatan.pengelompokkanmasalah kesehatn menurut keadaan tertentu,
Person(manusia) ; Place(tempat) dan Time(waktu).
Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Faktor penyebab suatu maslah kesehatan, baik yang
menerangkan frekuensi, penyebarannya maupun penyebabtimbulnya masalah kesehatan
KONSEP EPIDEMIOLOGI, Suyatno, Ir. MKes
20. Penelitian Epidemiologis
Tujuan dan Ruang Lingkup Deskripsi penyakit agent, host, lingkungan
Mekanisme penyakit
Faktorfaktor determinan suatu penyakit
Mencari data diagnostik yang spesifik
Mencari cara pencegahan, pengendalian, & pemberantasan penyakit
Mengikuti berbagai faktor sbg agent potensial, identifikasi efek potensial agent
Memperoleh data frekuensi dan distribusi penyakit atau fenomena lain yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat
http://hmtl.itb.ac.id/wordpress/wp-content/uploads/2011/03/epid6-penelitian1.pdf
21. Cara Mengungkapkan Wabah
dideteksi dari analisis data surveilans rutin
adanya laporan petugas, pamong ataupun warga yang cukup perduli
Langkah-Langkah Investigasi Wabah
1. Persiapan Investigasi di Lapangan
2. Memastikan adanya Wabah
3. Memastikan diagnosis
4. a. Membuat definisi kasus
b. Menemukan dan menghitung Kasus
5. Epidemiologi deskriptif (waktu, tempat, orang)
6. Membuat hipotesis
7. Menilai hipotesis (penelitian kohort dan penelitian kasus-kontrol)
8. Memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitian tambahan
9. Melaksanakan pengendalian dan pencegahan
10. Menyampaikan hasil penyelidikan
22. Infant Mortality Rate Neonatal Mortality
Refers to a death of a live-born baby within the first 28 days of life
Infant Mortality Rate (IMR) The number of deaths of babies under one year of age per
1,000 live births
Infant Mortality Rate (IMR) = __number of infant deaths(
23. Indikator Program Gizi Puskesmas
Cakupan penimbangan balita (SKDN) Indicator partisipasi masyarakat (D/S) Hasil Program (N/S) Liputan Program (K/S) Hasil Penimbangan (N/D)
Cakupan vitamin A dan Yodium untuk bayi, balita dan ibu nifas
Tablet tambah darah (fe) ibu hamil
Status gizi balitapelayanan thdp gizi buruk dan pemberian MP-ASI
Keluarga sadar gizi
Kecamatan bebas rawan gizi
Indikator Jumlah
Jumlah seluruh balita 6742
Balita yang ditimbang 5621
Balita yang naik berat badannya 5600
Balita yang memiliki KMS 6427
D / S = Balita yang ditimbang/jumlah seluruh balita= 5621/6742 x 100%= 83.37%
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal (Spm) Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat. Departemen KesehatanRepublik Indonesia , Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat , Direktorat Gizi Masyarakat . Jakarta . 2004
24. Observasional Studies
Fletcher RH, Fletcher SW, Wagner EH. Clinical epidemiologythe essentials. 3rd ed. Baltimore: Williams & Wilkins, 1996
Case control
Rumus Odd Ratio
Odd Ratio = ad/bc = (90x300)/(30x180) = 5
Kasus PPOK Kontrol
PPOK
Merokok 90 180
Tidak
Merokok
30 300
Total 120 480
25. Teknik pengumpulan data
Hariwijaya, M, Metodologi dan teknik penulisan skripsi, tesis, dan disertasi, elMatera Publishing, Yogyakarta, 2007
Teknik Keterangan
Wawancara proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan caratanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian
Teknik Keterangan
Observasipartisipasi
adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibatdalam keseharian informan
observasi nonpartisipan
yaitu peneliti melakukan penelitian dengan cara tidak melibatkan dirinya dalam interaksi dengan objek penelitian. Sehingga, peneliti tidak memposisikan dirinya sebagai anggota kelompok yang diteliti
Observasi tidakterstruktur
ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkanperkembangan yang terjadi di lapangan
Observasikelompok
ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadapsebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian
Teknik Keterangan
Focus Group Discussion
yaitu upaya menemukan makna sebuah isu oleh sekelompok orang yang dianggap mewakili sejumlah publik yang berbeda lewat diskusi untukmenghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti
26. Desain Studi Penelitian
DESAIN STUDI
Prof. dr. Bhisma Murti, MPH, MSc, PhD
Institute of Health Economic and Policy Studies (IHEPS),
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret
Insidensi
Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Prevalensi
Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
DESAIN STUDI
Prof. dr. Bhisma Murti, MPH, MSc, PhD Institute of Health Economic and Policy
Studies (IHEPS), Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas
Maret
27. Cross Sectional Studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi
maupun hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan, penyakit ataukarakteristik terkait kesehatan lainnya
Status paparan dan penyakit diukur pada saat yang sama.
Data yang dihasilkan adalah data prevalensi, maka disebut jugasurvei prevalensi.
Studi potong lintang pada dasarnya adalah survei
Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
28. Jenis Data BerdasarkanSifatnyaJenis Data Keterangan
Kualitatif data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atauobservasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip)
Teknik Keterangan
Kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisismenggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika
Nominal data yang diperoleh melalui pengelompokkan obyek berdasarkan kategoritertentu. Contoh: laki-laki dan perempuan
Ordinal data yang berasal dari suatu objek atau kategori yang telah disusun secaraberjenjang menurut besarnya. Contoh: miskin, menengah, kaya
Numerik Terdapat informasi peringkat yang lengkap dan dapat di ukur.Interval = tidak memiliki nilai 0 mutlak suhuRasio = memiliki nilai 0 mutlak kadar obat
Sastroasmoro S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Sagung Seto. Jakarta: 2002.
29. Desain StudiDesain Keterangan
Deskriptif mendeskripsikan distribusi penyakit pada populasi, berdasarkan karakteristik dasar individu, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, kelas sosial, status perkawinan, tempat tinggal dan sebagainya, serta waktu
Analitik menguji hipotesis dan menaksir (mengestimasi) besarnya hubungan/ pengaruh paparan terhadap penyakit
Studiobservasional
peneliti tidak sengaja memberikan intervensi, melainkan hanyamengamati (mengukur), mencatat, mengklasifikasi, menghitung, danmenganalisis (membandingkan) perubahan pada variabel-variabelpada kondisi yang alami
Studieksperimental
peneliti meneliti efek intervensi dengan cara memberikan berbagailevel intervensi kepada subjek penelitian dan membandingkan efekdari berbagai level intervensi itu
30. Uji Klinis pre-eksperimental
Pada soal memenuhi desain uji klinis pre-eksperimental yang dikenalsebagai the one group pretest-posttest design/before and after
Sekelompok subyek dilakukan pemeriksaan terhadap penyakit(malaria) kemudian diberi intervensi (obat kombinasi malaria baru); kemudian dilakukan kembali pemeriksaan terhadap penyakit(malaria) setelah periode tertentu setelah intervensi (obat baru)
31. Level of Prevention
Primary level of prevention Health promotion
Specific protection
Secondary level of prevention Early case detection and prompt treatment
Tertiary level of prevention
Disability limitation
Rehabilitation
PRIMARY SECONDARY TERTIARY
Level of Prevention
Health promotion
Pendidikan kesehatan
Makanan& gizi yg baik
Perkembangan kesehatan pribaditotal
Perumahan yg memadai
Kondisi kerja yg baik
Gaya hidup sehat
Persiapan Fisiologis
Skrining Kesehatan
Specific protection
Imunisasi
Hygine personal yg baik
Sanitasi lingkungan
Pengurangan Bahaya Pekerjaan
Asupan gizi yg adekuat & benar
Menghindari karsinogen
Menghindari Alergen
Level of Prevention
Early diagnosis and prompt treatment
Early diagnosis skrining Rempellede, darah rutin untuk pasien curiga DHF
Skring HIV untuk kelompok berisiko (PSK, homoseksual)
Terapi Adequat Antibiotik
Antifungal
Level of Prevention
Disability limitation
Menghambat proses penyakit
Pencegahan komplikasi
Mengurangi Periode Ketidakmampuan
Rehabilitation
Fasilitas kes masy & medis untukterapi dan Retraining
Pendidikan & Reduksi Untukpemulihan fungsi yg umum
Kembali pada pekerjaan atauposisi kehidupan secepatmungkin
Terapi Fisik
Terapi Pekerjaan
32. Teknik pengumpulan data
Hariwijaya, M, Metodologi dan teknik penulisan skripsi, tesis, dan disertasi, elMatera Publishing, Yogyakarta, 2007
Teknik Keterangan
Wawancara proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan caratanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian
Teknik Keterangan
Observasipartisipasi
adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibatdalam keseharian informan
observasi nonpartisipan
yaitu peneliti melakukan penelitian dengan cara tidak melibatkan dirinya dalam interaksi dengan objek penelitian. Sehingga, peneliti tidak memposisikan dirinya sebagai anggota kelompok yang diteliti
Observasi tidakterstruktur
ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkanperkembangan yang terjadi di lapangan
Observasikelompok
ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadapsebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian
Teknik Keterangan
Focus Group Discussion
yaitu upaya menemukan makna sebuah isu oleh sekelompok orang yang dianggap mewakili sejumlah publik yang berbeda lewat diskusi untukmenghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti
33. Jenjang Rujukan Pasien
34. Case Fatality Rate (CFR)
Rumus CFR:
jumlah kematian karena penyakit X x 100%
Jmlh seluruh penderita penyakit X
Case Fatality Rate (CFR)Dusun Jmlh
pendudukNamaDesa
Yang sakit YangDirawat
YangMeninggal
Desa 1 100 Mata air 25 - -Desa 2 150 Mata hati 38 5 1Desa 3 100 Mata kaki 12 - -Desa 4 50 Mata Sapi 10 6 2
CFR desa 1 = (0/25) x 100% = 0%
CFR desa 2 = (1/38) x 100% = 2.6%
CFR desa 3 = (0/12) x 100% = 0%
CFR desa 4 = (2/10) x 100% = 20%
35. Ukuran dalam Epidemiologi
Insidens Rate (IR) Insidens : jumlah kasus baru yang timbul pada suatu periode waktu dalam
populasi tertentu gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu waktu tertentu di suatu kelompok masyarakat
Contoh : Pada suatu daerah dengan jumlah penduduk tgl 1 Juli 2005 sebanyak 100.000 orang semua rentan terhadap penyakit diare ditemukan laporan penderita baru sebagai berikut bulan januari 50 orang, Maret 100o rang, Juni 150 orang, September 10 orang dan Desember 90 orang
IR = ( 50+ 100+150+10 +90) /100.000 X 100 % = 0,4 %
Ukuran dalam Epidemiologi
Attack rate (AR) Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan
pada suatu saat dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang sama dalam % atau permil.
Contoh: Dari 500 orang murid yang tercatat pada SD X ternyata 100 orang tiba-tiba menderita muntaber setelah makan nasi bungkus di kantin sekolah
AR = 100 / 500 X 100% = 20 % AR hanya dignkan pada kelompok masyarakat terbatas dan
periode terbatas,misalnya KLB.
Ukuran dalam Epidemiologi
Prevalens rate Gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang
ditemukan pada jangka waktu tertentu disekelompok masyarakat tertentu.
Ada dua Prevalen:
Period Prevalence
Contoh : Pada suatu daerah penduduk pada 1 juli 2005 100.000 orang, dilaporkan keadaan penyakit A sbb: Januari 50 kasus lama dan 100 kasus baru, Maret 75 kasus lama dan 75 kasus baru, Juli 25 kasus lama dan 75 kasus baru; September 50 kasus lama dan 50 kasus baru, dan Desember 200 kasus lama dan 200 kasus baru.
Period Prevalens rate : (50+100)+(75+75)+(25+75)+(50+50)+(200+200) /100.000 X 100 % = 0,9 %
Ukuran dalam Epidemiologi
Point Prevalence Rate Jumlah penderita lama dan baru pada
satu saat, dibagi dengan jumlah penduduk saat itu dalam persen atau permil.
Contoh: Satu sekolah dengan murid 100 orang, kemarin 5 orang menderita penyakit campak, dan hari ini 5 oranglainnya menderita penyakit campak
Point Prevalence rate = 10/100 x 1000 = 100
36. Sasaran Penyuluhan
Sasaran primer: individu atau kelompok yang akan memperoleh manfaat paling besar dari hasil perubahan perilaku
Sasaran sekunder: individu atau kelompok individu yang berpengaruh dan disegani oleh sasaran primer
Sasaran tersier: para pengambil keputusan, penyandang dana, dan pihak lainnya yang berpengaruh
Pada soal: Sasaran primer: ibu hamil dan ibu yang menyusui
Sasaran sekunder: kader
Sasaran tersier: lurah atau ketua RW
37. Rasio Prevalens (RP)
Ya Tidak Jumlah
Ya a b a + b
Tidak c d c + d
a + c b + d a + b + c + d
FaktorRisiko
RP:a/(a+b) : c/(c+d)
Efek
Rasio Prevalens (RP)
Ya Tidak Jumlah
Ya 15 35 50
Tidak 20 30 50
35 65 100
Imunisasi
RP:15/(15+35) = 0.7520/(20+30)
Difteri
38. Regulasi Perijinan Obat Baru
Perijinan obat baru harus melewati uji praklinis (hewan coba) dan uji kinissebagai berikut :
1. Fase I. Uji fase I dilakukan terhadap probandus sehat, kecuali untuksitotoksik. Uji ini bertujuan untuk menentukan metabolisme obat, mencari rentang dosis aman, mengidentifikasi reaksi toksik.
2. Fase II. Uji fase II dilakukan terhadap sejumlah kecil pasien. Uji inibertujuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi farmakokinetika, efek samping relatif, informasi efikasi obat, penentuan dosis harian danregimen.
3. Fase III. Uji fase III dilakukan terhadap sejumlah besar pasien, 500-3000. Uji ini bertujuan untuk evaluasi efikasi dan toksisitas obat, umumnyadesain penelitian yang digunakan adalah randomized clinical trial.
Pedoman dasar uji klinis
39. Patients Response to Bad News
Response Definition
Denial Refusal to accept external reality because it is too threatening
Repression Process of attempting to repel desires towards pleasurable instincts
Altruism Constructive service to others that brings pleasure and personal satisfaction
Thought supression
The conscious process of pushing thoughts into the preconscious
Humour Overt expression of ideas and feelings
40. KLB
41. Health Promotion Strategy
Strategi Definisi
Advokasi Pendekatan kepada pembuat keputusan di berbagai sektor danberbagai tingkat sehingga mereka mau pendukung program kesehatan yang kita rancang.
Kemitraan Merangkul tokoh masyarakat agar mau menjembatani rencanapembuat program dengan masyarakat
Pemberdayaanmasyarakat
Mewujudkan kemampuan masyarakat untuk menjaga danmemelihara kesehatannya sendiri
Program Perilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS) telah diluncurkan sejak tahun 1996 oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, yang sekarang bernama PusatPromosi Kesehatan.
42.
Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut :
1. Penyebab Langsung.
Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita penyakitkanker.
2. Penyebab tidak langsung,
a.ketersediaan Pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan kesehatan.
b. kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan dankesempatan kerja.
(Dinkes SU, 2006).
43. Pembagian wewenang & tanggungjawab
Interval referral pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita
sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu
dokter tsb tidak ikut menangani Collateral referral
menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penangananpenderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusussaja
Cross referral menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita sepenuhnya Split referral
menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penangananpenderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan
dokter pemberi rujukan tidak ikut campur
44. Otonomi
otonomi kehendak = otonomi moral yakni : kebebasan bertindak, memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengankesadaran terbaik bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpahambatan, paksaan atau campur-tangan pihak luar
Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
45. Visum et Repertum
Pasal 133 KUHAP menyebutkan:
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korbanbaik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keteranganahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukansecara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaanluka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat
Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidikpembantu sebagaimana bunyi pasal 7(1) butir h dan pasal 11 KUHAP.
Penyidik yang dimaksud di sini adalah penyidik sesuai dengan pasal 6(1) butir a, yaitu penyidik yang pejabat Polisi Negara RI
46. Rekam Medis
Dalam Pasal 47 ayat (1) UU Praktek Kedokteran bahwa dokumen rekam medis milik dokter, doktek gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis milik pasien.
Dalam Pasal 48 UU Praktek Kedokteran. Ayat (1) setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktek kedokteran wajib menyimpan rahasia
kedokteran; Ayat (2) rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan
aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkanketentuan perundang undangan.
Permenkes Rekam Medis Pasal 11 ayat (2) yang menyatakan pimpinan sarana pelayanankesehatan dapat menjelaskan isi rekam medis secara tertulis atau langsung kepada pemohontanpa izin pasien berdasarkan peraturan perundang-undangan
Penyidik dapat meminta kopi rekam medis pada sarana pelayanan kesehatan yang menyimpannya, untuk melengkapi alat bukti yang diperlukan dalam perkara hukum (pidana).
47-53 Beneficence(Tindakan berbuat baik)General beneficence
melindungi & mempertahankan hak yang lain
mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain,
Specific beneficence
menolong orang cacat,
menyelamatkan orang dari bahaya.
Mengutamakan kepentingan pasien
Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan dokter/rumah sakit/pihak lain
Maksimalisasi akibat baik (termasuk jumlahnya > akibat-buruk)
Menjamin nilai pokok : apa saja yang ada, pantas (elok) kita bersikap baik terhadapnya (apalagi ada yghidup)
Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
Beneficence
Prinsip tindakan Berbuat baik kepada siapapun termasuk yang tidak kita kenal pengorbanan diri demi melindungi, menyelamatkan pasien janjiatau wajib menyejahterakan pasien dan membuat diri terpercaya.
Contoh tindakan Dokter berlaku profesional, bersikap jujur dan luhur pribadi (integrity);
menghormati pasien, peduli pada kesejahteraan pasien, kasih sayang, dedikatif mempertahankan kompetensi pengetahuan dan ketrampilanteknisnya
Misal memilihkan keputusan terbaik pada pasien yang tidak otonom ( kurangmampu memutuskan bagi dirinya), seperti anak, gangguan jiwa, gawat)
Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
Non maleficence(Tidak merugikan)Sisi komplementer beneficence dari sudut pandang pasien,seperti :
Tidak boleh berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm) pasien
Minimalisasi akibat buruk
Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal :
Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu yang penting
Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risiko minimal).
Norma tunggal, isinya larangan
Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
Non maleficence
Contoh tindakan
Tidak melakukan malpraktek etik baik sengaja ataupun tidak, sepertidokter tak mempertahakan kemampuan ekspertisnya ataumenganggap pasien sebagai komoditi.
Tindakan nomaleficence antara lain menghentikan pengobatan yang sia-sia, atau pengobatan luar biasa; yakni pengobatan yang tak biasadiperoleh atau digunakan tanpa pengeluaran amat banyak, nyeriberlebihan, atau ketidaknyamanan lainnya.
Juga membiarkan mati (letting die), bunuh diri dibantu dokter, euthanasia, sengaja malpraktek etis
Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
Justice (Keadilan)
Treat similar cases in a similar way = justice withinmoralityMemberi perlakuan sama untuk setiaporang (keadilan sebagai fairness) yakni :
Memberi sumbangan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur dari kebutuhan mereka
Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur dengan kemampuan mereka (kesamaan bebansesuai dengan kemampuan pasien).
Jenis keadilan :
Komparatif (perbandingan antar kebutuhan penerima)
Distributif (membagi sumber) : sesuai keselarasan sifat dan tingkat perbedaan jasmani-rohani; secara material kepada
Setiap orang andil yang sama Setiap orang sesuai dengan kebutuhannya Setiap orang sesuai upayanya Setiap orang sesuai kontribusinya Setiap orang sesuai jasanya
Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
Justice
Sosial : kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran dankesejahteraan bersama
Utilitarian : memaksimalkan kemanfaatan publik dengan strategi menekankan efisiensi social dan memaksimalkan nikmat/keuntungan bagi pasien.
Libertarian : menekankan hak kemerdekaan social ekonomi (mementingkan prosedur adil > hasil substantif/materiil).
Komunitarian : mementingkan tradisi komunitas tertentu Egalitarian : kesamaan akses terhadap nikmat dalam hidup yang dianggap bernilai oleh setiap
individu rasional (sering menerapkan criteria material kebutuhandan kesamaan).
Hukum (umum) : Tukar menukar : kebajikan memberikan / mengembalikan hak-hak kepada yang berhak. pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup bersama) mencapai
kesejahteraan umum
Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
Otonomi
Pandangan Kant :
otonomi kehendak = otonomi moral yakni : kebebasan bertindak, memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengankesadaran terbaik bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan atau campur-tangan pihak luar (heteronomi), suatu motivasi daridalam berdasar prinsip rasional atau self-legislation dari manusia
Tell the truth
hormatilah hak privasi liyan, lindungi informasi konfidensial, mintalahconsent untuk intervensi diri pasien; bila ditanya, bantulah membuatkeputusan penting
Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
Beneficence - Autonomy
General beneficence
melindungi & mempertahankan hak yang lain
mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain
Autonomy
hormatilah hak privasi liyan, lindungi informasi
konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri
pasien; bila ditanya, bantulah membuat keputusan
Penting
Jadi berbuat baik tapi tetap menghormati keputusan pasien
Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
kaidah dasar moral
Principle Definition
Beneficence A practitioner should act in the best interest of the patient. (Salus aegroti suprema lex.)
Non-Maleficence "first, do no harm" (primum non nocere).
Justice Concerns the distribution of scarce health resources, and the decision of who gets what treatment (fairness and equality).
Autonomy The patient has the right to refuse or choose their treatment (Voluntas aegroti suprema lex)
54. Rahasia pasien
Pasal 12 Kode Etik Kedokteran Indonesia
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan jugasetelah pasien itu meninggal dunia
Undang-undang Praktik KedokteranNo. 29 Tahun 2004
55. Hak pasienUndang-undang Praktik Kedokteran
No. 29 Tahun 2004
Penjelasan Pasal 45 ayat 1 tentang Persetujuan Tindakan
56. breaking the bad news
Salah satu kewajiban dokter adalah memberikan penjelasanmengenai penyakit pada pasien atau wali pasien
Dalam keadaan duka, dokter harus melakukan breaking the bad news kepada keluarga pasien
Hal diatas dilakukan dokter dengan penuh empati sehingga keluargapasien dapat menerima berita duka dengan lapang dada
Empati
Mendengar aktif:1. Refleksi isi2. Refleksi perasaan3. Merangkum
57. Komunikasi Efektif
Informed Consent
Diwakili bila: Usia
58. Pasal 3 Kode EtikKedokteranIndonesia
Dalam melakukanpekerjaankedokterannya, seorang doktertidak bolehdipengaruhi olehsesuatu yang mengakibatkanhilangnyakebebasan dankemandirianprofesi
Penjelasan
Perbuatan berikut dipandang bertentangandengan etik:
Membuat ikatan atau menerima imbalandari perusahaan farmasi/obat, perusahaanalat kesehatan/kedokteran atau badan lain yang dapat mempengaruhi pekerjaandokter
Melibatkan diri secara langsung atau tidaklangsung untuk mempromosikan obat, alat, atau bahan lain guna kepentingan dankeuntungan pribadi dokter
Sumpah Dokter
59. Hak pasienUndang-undang Praktik Kedokteran
No. 29 Tahun 2004
60. Hak pasien
Relationship building seeks to ensure the patient's willingness to provide diagnostic and other important information, to relieve the patient's physical and psychosocial distress, to ensure the patient's willingness to accept the treatment plan or a process of negotiation, and to ensure both the patient's and clinician's satisfaction with work well-done
61. Hak pasienKode Etik Kedokteran Indonesia
62. Komunikasi efektif
Undang-undangPraktik
KedokteranNo. 29
Tahun 2004
Dokter yang baik berusaha memahami kondisi pasien sehingga pasienmerasa nyaman saat berkonsultasi dan dapat mengungkapkan segalakeluhan yang sedang dialaminya, baik secara medis maupunpsikososial
63.
64.Undang-undang Praktik Kedokteran
No. 29 Tahun 2004
Pasien dengan penyakit yang sukardisembuhkan, diberi cuti lebih dahulusampai sembuh
Bila ternyata tidak dapat sembuh danbahaya bagi yang lain, sebelummembuka rahasia, doktermemberikan penjelasan tentangpenyakitnya dan akibatnya bagi oranglain
Bila rahasia jabatan terpaksa harusdiungkapkan, dokter memberikansurat rahasia kepada atasan, kemudian atasan tsb memintapertimbangan kepada Majelis PengujiKesehatan (MPK)
Diagnosis penyakit tidak perludiberitahukan kepada atasankaryawan tsb
Dilema, antaramenjaga rahasiapasien denganmemikirkankeselamatanmasyarakat?
Kode Etik Kedokteran Indonesia
65. Beneficence - Autonomy
General beneficence
melindungi & mempertahankan hak yang lain
mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain
Autonomy
hormatilah hak privasi liyan, lindungi informasi
konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri
pasien; bila ditanya, bantulah membuat keputusan
Penting
Jadi berbuat baik tapi tetap menghormati keputusan pasien
Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
66. Beneficence vs Otonomy
General beneficence melindungi & mempertahankan hak yang lain mencegah terjadi kerugian pada yang lain, menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain
Autonomyhormatilah hak privasi liyan, lindungi informasikonfidensial, mintalah consent untuk intervensi diripasien; bila ditanya, bantulah membuat keputusanPenting
Jadi berbuat baik tapi tetap menghormati keputusan pasien
67. Konseling
Sebagai dokter kita harus melihat pasien secara holistik, selainpenyakit yang dideritanya, seorang dokter juga harus melihat manusiasebagai makhluk bio-social sehingga diperlukan komunikasi yang baik; termasuk salah satunya konseling individu.
68. CENTRAL VALUES
Pendekatan Holistik Mempertimbangkan segala aspek yg ada pada pasien, keluarga dan
komunitasnya, bukan hanya fokus pada penyakit yg diderita saja
Memperhatikan aspek bio-psiko-sosial
Personal care
The patient may consult his family doctor not only when he is unwell but may seek his councel as a friend and mentor
Prinsip dasar pelayanan kedokteran keluarga
CENTRAL VALUES
Continuing care Terutama untuk kasus-kasus kronik yg perlu monitoring rutin dan
pelayanan komplikasi yg mungkin muncul
Hipertensi, DM, Hiperlipidemia, dll
Penting adanya good medical record keeping, komunikasi dan diskusimengenai rencana penanganan masalah
Kadang perlu konsep pengelolaan pelayanan secara tim dengan DKsebagai koordinator
CENTRAL VALUES
Comprehensive care
Ada 3 pengertian:1. Pelayanan mencakup semua usia
2. Pelayanan melingkupi promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif
3. Pelayanan meliputi bio-psiko-sosial