Entry Strategy Easy Cinema (case 3-5)

Embed Size (px)

Citation preview

CASE 3-5: Extending the Easy Business Model

Oleh Kelompok 5: Jennifer Eunike (1081001157) Karen Karina (1081001122) Nisang Ayu P (1081001130) Puput Swastika (1081001132)

Topik Pembahasan: I. Case Over View II. EasyGroups Internal Environment Analysis III. EasyGroups External Environment Analysis IV. Industry Structure and Environmental Analysis V. Entry Strategy EasyCinema (Business and Corporate-Level Strategies) VI. Solution

1

I. Case Overview Stelios Haji-Ioannou biasanya selalu berhubungan dengan easyJet, dimana ia adalah pendiri sekaligus ketua dari budget airline. Akan tetapi, sejak tahun 1998 Stelios dan rekanrekannya melakukan pelebaran bisnis lain yang beragam, seperti bioskop, penyewaan mobil, dan kafe internet. EasyGroup telah menjadi inkubator penting untuk bisnis yang baru,

dimana ia juga berbagi merek easy dengan mendirikan sendiri perusahaannya masingmasing. Dari pada membangun sebuah konglomerasi, Stelios mengubah easyGroup menjadi sebuah jaringan organisasi yang terkait dengan merek dan gambar, bukan maksud strategies atau tujuannya. Dari awal didirikannya easyJet, Stelios menyadari bahwa selain ia memiliki merek yang kuat, tetapi merek ini juga dapat membentang ke bisnis lain. Penciptaan easyGroup pada tahun 1998 adalah salah satu sinyal bahwa ia bermaksud untuk mencoba konsep baru ini. Nama easy itu sendiri menjelaskan bahwa pendekatan untuk nama easyGroup yang baru dan seorang eksekutif menggambarkan ini sebagai pengambil bisnis yang rumit dan membuatnya menjadi sederhana. Dalam hal ini, solusi teknologi menjadi pemeran utama, tetapi pusat dari filsafat easy adalah manajemen hasil. Kelompok ini mencari bisnis dimana ada high price elasticity, high fixed cost bases, dan low marginal costs, dan khususnya perusahaan incumbent telah tumbuh dan tidak siap untuk kedatangan pendatang baru yang dinamis. Dengan membangun dan pertumbuhan bisnis yang baru dengan cepat, easyGroup bertujuan untuk memenangkan pangsa pasar dari para pemain lama melalui kombinasi biaya rendah dan layanan yang mudah untuk diakses. Kasus ini adalah untuk melihat seorang pengusaha yang tindakannya sangat berharga dalam system kewirausahaan tertentu.

II. EasyGroups Internal Environment Analysis Analisa SWOT terhadap kapabilitas internal easyGroup dalam memasuki industri cinema: 1. Strengths Memiliki value proposition yang jelas, yaitu easy concept yang menyediakan pelayanan yang murah dan efisien kepada konsumen. Low cost cinema yang didukung dengan standard seating dan no frills concept.2

-

Penggunaan internet sebagai sarana pelayanan dapat mengurangi cost dan meningkatkan customer satisfaction serta brand awareness EasyCinema.

-

Employee cost yang rendah melalui teknologi self-service dengan mesin otomatis. Telah memiliki pengalaman dan yield management yang berhasil seperti pada easyJet, easyInternetcafe, easyCar, etc.

-

Berada di bawah leadership dan corporate brand easy yang sangat kuat.

2. Weaknesses Kesuksesan business model pada easyJet belum tentu berhasil sepenuhnya jika diterapkan pada industri cinema. Konsep jumlah karyawan minimum dapat melanggar persyaratan hukum kesehatan dan keselamatan terkait situasi darurat dalam cinema. Jika hal ini dipertahankan dapat membahayakan keamanan di easyCinema itu sendiri. easyCinema tidak memiliki apa yang menjadi demand beberapa konsumen, yaitu added value dan atmosfer serta pengalaman menonton di cinema seperti snacks, seating yang mewah, etc. Pricing strategy yang akan diterapkan tidak cocok di semua konsumen dan justru mampu mendatangkan kerugian dalam revenue easyGroup. 3. Opportunities Industri perfilman yang berkembang pesat dan menjadi perishable commodity. Belum ada cinema lain yang menerapkan business concept serupa, dapat dikatakan bahwa tidak ada kompetitor serupa yang low cost di industri. Kesempatan untuk membidik middle-low consumer di market UK. Peluang merger & acquisition dalam hal pengadaan infrastruktur cinema demi penghematan modal awal. Potensi kerja sama dengan beberapa distributor dan produser film.

4. Threats *dijelaskan pada bagian five forces*

III. EasyGroups External Environment Analysis Model Five Forces mengenai ancaman eksternal dalam industri cinema bagi easyGroup:

3

1. Threats of Entry Untuk memulai sebuah bisnis cinema, diperlukan modal yang sangat besar terutama mengenai lokasi cinema, perizinan, biaya pembangunan gedung yang sangat tinggi dan biaya sewa film serta gaji staf. Dengan kata lain barriers of entry pada industri cinema termasuk tinggi. Industri cinema berada pada tahap dimana cost of entry telah mencapai level yang mempersulit semua entrants kecuali mereka yang memiliki modal sangat besar. 2. Threats of Rivalry Terdapat beberapa kompetitor yang akan dihadapi oleh easyCinema di industri cinema di UK. Mereka yaitu Cinevan yang memiliki proporsi yang kuat sebagai filmlovers brand, UCI dengan teknologi tinggi, UGC yang menawarkan loyalty card, Warner Village sebagai multiplex terbesar yang menyediakan film Bollywood, National Amusements dengan lebih banyak screen, serta Cine-UK yang mendominasi kota kecil dan suburban area. Para kompetitor inilah yang paling menguasai market share dengan memiliki keunggulannya masing-masing. easyCinema tidak memiliki pilihan lain kecuali menawarkan value yang lebih baik atau berbeda dari rivalnya, agar dapat bersaing di industri yang memiliki kompetisi tinggi ini. 3. Threats of Powerful Suppliers Film-film yang disuplai ke cinema banyak berasal dari produser dan distributor besar yang biasanya mematok harga yang cukup tinggi. Fakta tersebut tidak sesuai dan tidak mendukung penerapan model yield management dari easyGroup pada industri cinema, sehingga bargaining power dari para suppliers dapat mempengaruhi penyesuaian harga dan arus kas easyCinema. Selain itu, terdapat beberapa produser film yang telah vertically-integrated dalam hal distribusi. 4. Threats of Powerful Buyers Bargaining power buyers pada industri cinema sangat tinggi. Hal ini karena konsumen memiliki selera dan pilihan sendiri. Para moviegoers cenderung selalu menginginkan cinema yang memiliki film paling update dan menikmati atmosfer serta pengalaman menonton film di cinema yang nyaman dan tidak standard. Jenis konsumen seperti ini tidak price-sensitive dan bisa menjadi ancaman bagi easyCinema yang notabene murah, no-frills, serta menyediakan standard seat. 5. Threats of Substitutes Industri DVD player dan wide screen TV serta home theatre yang sedang berkembang dapat mendorong konsumen untuk membeli sistem home cinema personal demi4

memenuhi kebutuhan menonton film secara pribadi di rumah mereka masing-masing. Terlebih lagi peredaran film-film secara online streaming melalui internet yang semakin marak saat ini seiring perkembangan teknologi. Perubahan gaya hidup konsumen inilah yang dapat menjadi ancaman bagi keberadaan easyCinema.

IV. Industry Structure and Environmental Analysis Ditilik dari ciri-ciri industrinya, industri bioskop di Inggris tergolong dalam mature industry, karena adanya perkembangan customer lama yang mengonsumsi kembali, perlambatan dalam perkenalan produk atau jasa baru, dan peningkatan persaingan internasional. Meskipun di kasus disebutkan bahwa industri bioskop di Inggris sedang mengalami kebangkitan kembali (revival), dengan pendapatan tertinggi di tahun 2001 dan diperkirakan akan terus meningkat, hal tersebut hanyalah merupakan hasil dari product refinement dengan perkenalan multiplex yang menarik customer dengan lebih banyak pilihan film dan waktu yang lebih fleksibel. Oleh karena itu, easyGroup dapat mengambil keuntungan dari industri yang matang ini dengan melaksanakan strategi process innovations sesuai dengan rancangan bisnis yang sudah mereka kembangkan untuk membuat bioskop murah dengan konsep no-frills seperti airline-nya yang sukses. Dalam mature industry, perusahaan dapat unggul dari kompetitornya dengan menawarkan produk yang sama dengan harga yang lebih rendah. Maka, dalam hal ini easyCinema merupakan ide yang bagus untuk dijalankan.

Advantage and Disadvantage of Launching easyCinema Dengan kebangkitan kembali atau revival dalam industri bioskop di Inggris sesuai dengan kondisi yang digambarkan dalam kasus, ini menjadi waktu yang cukup tepat bagi pemain baru untuk memasuki industri yang sedang mengalami penigkatan tersebut. Memang, disampaikan pula bahwa meskipun ada pertumbuhan dalam pasar bioskop, beberapa perusahaan baru terpaksa tutup karena persaingan yang tinggi, profitabilitas yang sulit dan penggunaan kapasitas yang kurang maksimal. easyCinema dapat menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi pemain baru dengan business model-nya yang unik yang membedakan dirinya dari pesaing (karena harga tiket yang murah dan boleh membawa makanan/minuman dari luar sehingga semakin ekonomis), pelaksanaan metode cost leadership yang merupakan keahlian easyGroup dengan penekanan biaya, serta trik baru dalam memaksimalkan kapasitas dengan mengadopsi konsep low-cost airline.5

Namun, meskipun easyCinema memiliki business model yang unik dan kelihatannya agak berhasil, ada beberapa faktor lain yang harus dipertimbangkan, yakni dari segi perilaku customer bioskop yang berbeda dari customer airline sehingga asumsi easyGroup dalam menciptakan bioskop yang berkonsep sama seperti airline bisa jadi gagal. Misalnya, customer yang ingin menonton di bioskop biasanya spontan dalam melakukan pembelian (10-15 menit sebelum film dimulai), berbeda dengan customer airline (travel) yang biasanya merencanakan liburan atau perjalanan jauh-jauh di muka sehingga dapat mendapatkan harga yang lebih murah. Selain itu, menonton di bioskop seringkali digolongkan sebagai luxury, sehingga bisa terjadi kemungkinan customer merasa gengsi untuk menonton di easyCinema yang diasosiasikan dengan harga yang murah dan fasilitas seadanya, terutama bagi golongan anak muda (15-24 tahun) yang merupakan customer utama bioskop di Inggris, yang biasanya memiliki rasa gengsi yang cukup tinggi dan ingin dianggap keren oleh teman-temannya. Oleh karena itu, konsep no-frill yang berhasil diterapkan di airline belum tentu berhasil bagi bioskop.

V. Entry Strategy EasyCinema A. Business Lavel Strategic Strategi level bisnis yang diterapkan Easygroup dalam pembuatan EasyCinema adalah Cost Leadership Strategy. Terlihat dari konsep yang akan dibangun oleh Easygroup terhadap model bisnis barunya ini, yaitu creating a similar no-frills concept in the cinema industry. Selain itu belum terdapatnya bisnis cinema berkonsep low-cost cinema, menjadi peluang dan memperkuat keyakinan Easygroup untuk merapkan konsep cost leadership pada bisnis barunya ini. Penekanan Cost Leadership yang dilakukan EasyCinema terlihat pada 3 penekanan tindakan yang akan dilakukan, yaitu: 1. Menajemen kapabilitas yaitu dengan penawaran harga kursi cinema yang lebih murah bila pemesanan dilakukan diawal dan bila pemesan dilakukan untuk film diluar jam sibuk (offpeak time). Selain itu, juga ditetapkan perbedaan penawaran harga tiket sesuai dengan durasi panjang-pendeknya penayangan film. 2. Menggunakan teknologi otomatis untuk melayani konsumen, yaitu menggunakan teknologi internet untuk pemesanan tiket dan mesin untuk penanganan tiket. Hal ini bertujuan untuk mengurangi labor cost. 3. Maximalisasi jumlah layar film, bioskop (cinema) tidak akan menunjukkan iklan apapun dan tidak akan mendukung kegiatan pemasaran atau promosi acara yang berhubungan dengan 6

film. Cinema juga mengizinkan konsumen untuk membawa makanan dan minuman dari luar cinema. Berikut ini adalah analisis VRIO terhadap strategi Cost Leadership yang dilakukan EasyCinema: Resource or Capability Valuable Rare Costly to Imitate Menajemen kapabilitas Yes Yes No Exploited by Organization Yes Competitive Implication Temporary Competitive Advantage Menggunakan teknologi otomatis untuk melayani konsumen Maximalisasi yes Yes No Yes Yes Yes Yes Yes Sustained Competitive Advantage Sustained Competitive Advantage

B. Corporate-Level Strategic Dalam kasus ini, EasyGroup sebagai satuan bisnis unit melakukan telah melakukan Diversifikasi Korporat (Corporate Diversification). Sebuah perusahaan mengimplementasikan sebuah Strategi Diversifikasi Korporat ketika perusahaan itu beroperasi pada industri-industri atau pasar-pasar yang beraneka ragam secara bersamaan. Easygroup secara umum menerapkan Strategi Diversifikasi Produk dengan implementasi ketika perusahaan tersebut beroperasi pada industriindustri yang beraneka ragam secara bersamaan. Berikut ini adalah beberapa perusahaan (Business activities) dibawah naungan Easygroup (yang juga menaungi EasyCinema): easyJet.com easyInternetcaf easyCar.com easyValue.com easyMoney.com easyCinema.com easyBus.co.uk easyHotel.com easy4men.com easyJobs.com easyPizza.com easyMusic.com easyCruise.com easyMobile.com easyWatch.com easyVan.com easyOffice.co.uk

7

Secara umum kegiatan bisnis bergerak pada industri hiburan (EasyCinema, EasyHotel, Easy4men, EasyMusic, EasyWatch dll), industri makanan (EasyPizza), Industri Transportasi (EasyJet, EasyCruise dan EasyCar) dan industri fasilitator keuangan (EasyValue dan EasyMoney). Sebaran difersifikasi dengan jenis industri yang beragam ini, menggolongkan EasyGroup kedalam perusahaan yang melakukan Unreated Diversification. Unreated Diversification merupakan bentuk diversifikasi dengan kurang dari 70% pendapatan perusahaan berasal dari sebuah bisnis tunggal dan ada sedikit hubungan-hubungan atau atribut-atribut diantara bisnis.

VI. Solution

1. Bagaimana sebaiknya easyGroup menjalankan bisnis tersebut? Dengan posisi sebagai low cost cinema dengan no-frills concept, easyCinema dapat dikembangkan di kota kecil atau area suburban yang memiliki karakteristik konsumen yang cenderung price-sensitive serta lokasi-lokasi yang tidak jenuh dan strategis bagi segmen middle-low seperti area sekolah, countryside, etc. Strategi ini akan membantu easyCinema memperoleh brand awareness dari sisi yang belum banyak dimanfaatkan pemain lain dan akan mendorong pertumbuhan yang pesat, barulah easyCinema mampu bersaing di market yang lebih kompetitif.

2. Apa struktur pembayaran untuk rental film yang paling tepat diterapkan? Demi menyesuaikan dengan cost yang ditekan rendah maka sebaiknya EasyCinema menerapkan struktur pembayaran method advance booking price atau differentiating price sesui dengan kapasitas serta kualitas film dan pemutaran film second run. Hal tersebut karena easyCinema melakukan penghematan cost dan cenderung tidak membidik market bagi first-class consumer/moviegoers, melainkan terfokus pada low cost strategy. Struktur ini juga cocok dengan penerapan advance bookings dan selfservice serta no-frills yang bertentangan dengan konsep premium.

3. Haruskah easyGroup membangun cinema baru atau mengakuisisi jaringan yang ada? Sesuai dengan kondisi yang dijelaskan di kasus dengan sulitnya memperoleh lokasi yang memenuhi kriteria luas dan perizinan untuk membangun multiplex ditambah lagi dengan tingginya biaya untuk membangun bioskop yang baru serta persaingan wilayah dari para pemain di industri,, tampaknya lebih bijaksana bagi pemain baru8

untuk mengakuisisi bioskop yang sudah ada sebelumnya dan mengganti konsepnya sesuai konsep easyCinema. EasyGroup dapat memulai dengan cinema-cinema kecil pada lokasi yang strategis dan belum jenuh serta berada di kota kecil, mengingat konsep low cost cinema yang ditawarkan easyCinema. Keputusan ini juga didukung oleh struktur industri yang merupakan mature industry di mana sudah ada beberapa pemain lama (incumbent) sehingga lebih bijaksana untuk mengakuisisi salah satu incumbent daripada menjadi newcomer yang benar-benar baru dan tidak berpengalaman dalam industri ini.

4. Apakah easyCinema merupakan bisnis yang tepat bagi easyGroup? Industri cinema dapat dikatakan tepat bagi easyGroup karena telah memenuhi persyaratan industri yaitu memiliki konsumen, merupakan pasar dengan peluang tumbuh berkembang melalui lower price, termasuk perishable commodity, serta belum memiliki kompetitor low-cost dalam market. Selain itu bisnis cinema ini dapat disesuaikan dengan prinsip easy antara lain menggunakan easy dan no-frills serta simple fare concept, menyediakan value baru bagi konsumen, menggunakan teknologi untuk mengurangi cost dan meningkatkan kualitas, dapat dijual langsung melalui internet, serta mudah dinikmati. Hal yang perlu diperhatikan agar bisnis ini dapat berjalan dengan baik yaitu penerapan yield management dan pricing strategy yang disesuaikan dengan karakteristik industri cinema. Selain itu, berdasarkan kriteria untuk pemilihan ide di Exhibit 18, bioskop memenuhi persyaratan-persyaratan yang dipenuhi. Namun, dikatakan bahwa industri-industri yang diisi oleh pemain-pemain lama yang terlalu berpuas diri (kurang inovasi) merupakan industri yang paling cocok bagi easyGroup, sedangkan kompetitorkompetitor easyCinema di Inggris masing-masing memiliki keunikannya dan terus berinovasi. Maka, easyCinema kemungkinan akan cukup sulit melawan para pemain lama tersebut.

9