16
1 st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106) STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT 77 EKSISTENSI INSTRUCTIONAL DESIGN DALAM KOEKSISTENSINYA DENGAN KURIKULUM NASIONAL BERBASIS KARAKTER Yohanes Vianey Sayangan STKIP Citra Bakti, NTT [email protected] ABSTRAK Desain instruksional didefinisikan sebagai sebuah proses sistemtis yang dilakukan untuk mengembangkan program pendidikan dan pelatihan adalah satu cara yang tepat dan konsisten. Langkah-langkah dalam desain instruksional diawali dengan mengidentifikasi tujuan instruksional, analisis kebutuhan peserta didik, menulis kompetensi, mengembangkan instrumen penilaian, mengembangkan strategi instruksional, mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, serta mendesain evaluasi formaatif. Desain instruksional juga membutuhkan sebuah model pembelajaran. Model dpat dipahami sebagai kerangka untuk mengembangkan pelajaran. Berkaitan dengan kurikulum dan desain instruksional dapat dikatakan bahwa keduanya membutuhkan bentuk dari konten pendidikan dan isi dari bentuk pendidikan. Pakar kurikulum menerima bahwa kurikulum mengalir dari “apa” tentang ”apa” yang harus dipelajari. Desain instruksional mengalir dari “bagaimana” tentang “bagaimana” desain pembelajaran dijalankan. Kurikulum yang didasarkan pada karakter dapat dikembangakan melalui tahapan strategi instruksional. Kata Kunci: desain instruksional, model pembelajaran, strategi pembelajaran, kurikulum, karakter

EKSISTENSI INSTRUCTIONAL DESIGN DALAM …

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EKSISTENSI INSTRUCTIONAL DESIGN DALAM …

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106) STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

77

EKSISTENSI INSTRUCTIONAL DESIGN DALAM KOEKSISTENSINYA DENGAN KURIKULUM NASIONAL BERBASIS KARAKTER

Yohanes Vianey Sayangan

STKIP Citra Bakti, NTT [email protected]

ABSTRAK

Desain instruksional didefinisikan sebagai sebuah proses sistemtis yang dilakukan untuk mengembangkan program pendidikan dan pelatihan adalah satu cara yang tepat dan konsisten. Langkah-langkah dalam desain instruksional diawali dengan mengidentifikasi tujuan instruksional, analisis kebutuhan peserta didik, menulis kompetensi, mengembangkan instrumen penilaian, mengembangkan strategi instruksional, mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, serta mendesain evaluasi formaatif. Desain instruksional juga membutuhkan sebuah model pembelajaran. Model dpat dipahami sebagai kerangka untuk mengembangkan pelajaran. Berkaitan dengan kurikulum dan desain instruksional dapat dikatakan bahwa keduanya membutuhkan bentuk dari konten pendidikan dan isi dari bentuk pendidikan. Pakar kurikulum menerima bahwa kurikulum mengalir dari “apa” tentang ”apa” yang harus dipelajari. Desain instruksional mengalir dari “bagaimana” tentang “bagaimana” desain pembelajaran dijalankan. Kurikulum yang didasarkan pada karakter dapat dikembangakan melalui tahapan strategi instruksional. Kata Kunci: desain instruksional, model pembelajaran, strategi pembelajaran,

kurikulum, karakter

Page 2: EKSISTENSI INSTRUCTIONAL DESIGN DALAM …

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106) STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

78

THE EXISTENCE OF INSTRUCTIONAL DESIGN AND ITS INTERRELATIONSHIP WITH NATIONAL CHARACTER BASED CURRICULUM

Yohanes Vianey Sayangan

STKIP Citra Bakti, NTT [email protected]

ABSTRACT

Instructional design is defined as a systematic process that is employed to develop educational and training programs in a consistent and reliable ways. The steps in instructional design start with identifying instructional goals, needs analysis, stating the competence, developing assessment rubric, developing instructional strategy, deciding and developing teaching materials, and designing formative evaluation. Instructional design needs teaching model as well. Teaching model itself can be defined as the framework to develop a lesson. Moreover, both curriculum and instructional design need a core of educational form as well as educational content. The experts of curriculum accept the fact that curriculum flows from the “what” to “what should be learned”. It also flows from “how” to “how should it be organized”. The character based curriculum can be developed progressively through instructional strategy. Keywords: Instructional Design, Instructional Models, Instructional Strategy,

Curriculum, Character PENDAHULUAN

Desain pembelajaran (instructional design) bukanlah istilah baru dalam

dunia pembelajaran. Dalam dunia teknologi pendidikan, desain instruksional

merupakan salah satu dari (5) lima kawasan garapan teknologi pendidikan.

Keempat kawasan garapan lainnya adalah pengembangan pembelajaran,

pengelolaan atau manajemen pembelajaran, evaluasi/penilaian pembelajaran

dan pemanfaatan pembelajaran. Desain pembelajaran muncul sejak saat praktek

pembelajaran itu ada. Kata “desain” sendiri dalam prosesnya identik dengan

istilah arsitek. Istilah desain dan arsitek diartikan sebagai seni dalam merancang

dan mendirikan bangunan, termasuk di dalamnya perenccanaan, konstruksi dan

penyelesaian dekorasi. Arsitektur meliputi sifat atau bentuk bangunan, proses

membangun bangunan, bangunan itu sendiri dan kumpulan bangunan. Aktivitas

arsitektur menciptakan ruang dengan cara yang benar-benar direncanakan dan

dipikirkan sebelumnya.

Sama halnya dengan arsitektur atau desasin bangunan membutuhkan

seorang arsitek bangunanuntuk merancang dan merencanakan model, bentuk,

ukuran dan artistik sebuah bangunan, pembelajaran adalah juga sebuah

bangunan yang butuh perenccanaan. Pemebalajaran didesain atau diarsitek oleh

desainer atau arsitektur yng bernama guru, dosen, atau instruktur. Dalam

Page 3: EKSISTENSI INSTRUCTIONAL DESIGN DALAM …

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106) STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

79

pembelajaran, ruang yang perlu diisi dan dipikirkan oleh guru, dosen, instrutkur

sebagai dessainer atau aristek adalah bagaimana menyusun strategi pada tahap

pendahuluan, pengembangan, kesimpulan dan penutup yang diperlukan baik

dalam aktivitas pembelajaran secara individu maupun kelompok. (Reece &

Walker, 2001:13). Selain itu, Smith dan Ragan (2007) menyebutkan secara umum

organisasi suatu pembelajaran meliputi introduction, body, conculuding and

assesment.

Dalam desain atau arsitek bangunan perlu satu model bangunan. Ada

banyak model bangunan. Demikiann juga dalam pembelajaran harus didasarkan

pada model pembelajaran tertentu. Dan model pembbelajaran ada banyak

ragamnya. Pemilihan model pembelajaran tergantung kebutuhan.

Dimana letak apliksi kurikulum nasional dan penempatan pendidikan karakter

dalam disain instruksional? Mari kita telusuri dalam isi makalah ini.

Desain Instruksional

Menurut Smith dan Ragan (2005) dalam Richey et. al. desain Instruksional

adalah proses sistematis dan mencerminkan prinsip-prinsip pembelajaran dan

pengajaran ke dalam rencana, bahan pengajaran, kegiatan, sumber informasi,

dan evaluasi". Sedangkan Reigeluth, dkk (1978) menjelaskan Instruksional

Desain sebagai pembangunan. Salah satu aspek pembangunan adalah produksi

yang berarati penggunaan desain untuk membuat program instruksional. Lebih

lanjut Ia menafsirkan Instruksional Design untuk menciptakan sebuah

pembelajaran yang efektif dan efisien.

Atwi Suparman (2012)mengemukakan bahwa desain instruksional adalah

proses sistematis untuk mengidentifikasi masalah, mengembangkan strategi dan

bahan instruksional, serta mengevaluasi efektifitas dan efisiensinya dalam

mencapai tujuan instruksional.

Benny A. Pribadi (2010:18) menyatakan bahwa penerapan desain sistem

pembelajaran bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang sukses, yaitu

pembelajaran yang mampu membantu siswa mencapai kempetensi yang

diinginkan.

Desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi

komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan

secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status

awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan

merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi.

Page 4: EKSISTENSI INSTRUCTIONAL DESIGN DALAM …

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106) STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

80

Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji

secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau

dalam latar berbasis komunitas. Hasil dari pembelajaran ini dapat diamati secara

langsung dan dapat diukur secara ilmiah atau benar-benar tersembunyi dan

hanya berupa asumsi.

Berdasarkan beberapa definisi desain instruksional di atas, dapat

disimpulkan bahwa, Desain Instruksional adalah suatu kegiatan yang dilakukan

secara sistematis untuk mengembangkankegiatan pembelajaran untuk mencapai

hasil yang optimal. Sebuah desain instruksional diawali dengan kegiatan

melakukan analisis kebutuhan danmenentukan tujuan pembelajaran yang akan

dilaksanakan dan diakhiridengan evaluasi tujuan pembelajaran.

Dalam menggunakan pendekatan sistem, setiap langkah yang dilakukan

harus memperoleh input dari lagkah sebelumnya. Selain itu denganimplementasi

pendekatan system dalam merancang desain pembelajaran seorang pendesain

instruksional dapat melihat secara holistik semuatahapan desain, berdasarkan

pandangan tersebut dapat dilakukanevaluasi untuk memperoleh umpan balik

dalam melakukan revisi dankoreksi dalam setiap langkah desain.

Teori Belajar

Sebelum mendesain sebuah pembelajaran ada baiknya seorang pendesain

instruksional perlu memahami tentang teori belajar yang eratkaitannya dengan

bagaimana individu melakukan proses belajar, yang pada akhirnya dapat

menciptakan desain pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Teori belajar

juga dapat digunakan sebagai panduan untuk mengembangkan metode dan

strategi pembelajaran yang sesuaidengan karakteristik peserta didik dan tujuan

pembelajaran yang akandicapai.

Teori belajar berisi studi atau kajian yang komprehensif tentangbagaimana

individu melakukan proses belajar. Ada tiga teori belajar yangdigunakan untuk

mendeskripsikar bagaimana berlangsungnya prosesbelajar, yaitu: (1) teori belajar

behaviorisme; (2) teori belajar kognitif; (3) teori belajar humanistik; dan (4)

cybernetisme. Keempat teori belajar ini merupakan teori belajar yang dominan

digunakan dalam mempelajari proses belajar dalan diriseseorang.

Teori belajar behavioristik menjelaskan tentang peranan faktor eksternal

dan dampaknya terhadap perubahan perilaku seseorang. Menurut penganut teori

belajar behavioristik, belajar adalah pemberian tanggapan atau respon terhadap

Page 5: EKSISTENSI INSTRUCTIONAL DESIGN DALAM …

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106) STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

81

stimulus yang dihadirkan. Belajar dapat dianggap efektif apabila individu mampu

memperlihatkan sebuah perilaku baru yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

yangtelah ditetapkan sebelumnya. Hasil dari proses belajar menurutpenganut

teori belajar behavioristik yaitu berupa perilaku yang dapat sebagai"proses

memutuskan metode pengajaran apa yang terbaik untukmembawa perubahan

yang diinginkan dalam pengetahuan danketerampilan peserta didik tertentu".

Tokohnya anta lain, Pavlov, Watson, Skinner, Thorndike.

Teori belajar kognitif berpandangan bahwa belajer merupakan

prosesmental aktif untuk memperoleh, mengingat, dan menggunakan

pengetahuan. Teori belajar kognitif mempelajari model dan proses mental seperti

berpikir, mengingat, dan memecahkan masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat

Woofolk (2004) yang mengemukakan bahwa teori belajar kogiitif sebagai

pendekatan umum yang memandang belajar sebagai proses mental aktif yang

dilakukan oleh individu untukmemperoleh, mengingat, dan menggunakan

informasi danpengetahuan. Tokohnya antara lain, Gagne, Piaget, Sulivan.

Teori belajar humanistik menggunakan pendekatan motivasi yang

menekankan pada kebebasan personal, penentuan pilihan, determinasi diri, dan

pertumbuhan individu. Teori belajar humanistik berpandangan bahwa peristiwa

belajar yang ada saat ini lebih banyak ditekankan pada aspek kognitif semata,

sementara itu aspek afektif menjadi sangat terabaikan. Menurut penganut teori

belajar humanistik,peserta didik merupakan individu yang unik yang memiliki

perasaandan gagasan yang bersifat orisinil. Tugas utama dari seorang pendidik

adalah membantu individu agar berkembang secara sehat dan sesuaidengan

potensi yang dimilikinya. (Cruickshank, 2006). Tokohnya antara lain, Bloom,

Krathwohl, Maslow.

Teori belajar cybernetistik memandang otak manusia aktif memproses

informasi seperti halnya teknologi informasi atau komputer. Manusia bukan mesin

yang pasif yang selalu tertib dan teratur memproses informasi, melainkan aktif

mencari dan memanipulasi. Berbeda dengan mesin yang berbentuk benda mati,

manusia cenderung mencri pengalaman yang mengarah pada perolehan

pengetahuan baru, keterampilan baru atau sikap dan pandangan baru yang lebih

memihak kepada dirinya atau pihak lain. Pengajaran perlu memisahkan mana

materi pembelajaran yang penting dengan menggunakan lambang-lambang yang

menarik perhatian, mengaitkan materi yang baru dengan yang lama kepada

peserta didik. Tokohnya antara lain, Hilda Taba dan David Ausabel.

Page 6: EKSISTENSI INSTRUCTIONAL DESIGN DALAM …

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106) STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

82

Model Desain Instruksional yang Relevan dan Ideal?

Model-model yang dikembangkan dalam pengembangan instruksional

didasarkan pada teori dan aliran tertentu sesuai situasi dan kebutuhannya.

Banyak pengembangan instruksional yang dikembangkan para ahli, dan telah

banyak pula model yang dikembangkan untuk kepentingan pembelajaran dan

pelatihan, tetapi tidak ada satu model yang baku yang diterima umum untuk

digunakan dalam pembelajaran atau program pelatihan.

Suparman (2012:93) berpendapat bahwa tidak semua model serupa.

Sebagian untuk memecahkan masalah yang luas, sebagian untuk memcahkan

masalah sempit, yaitu di lembaga yang mempunyai kondisi khusus. Ini berarti,

untuk program khusus seperti program pelatihan, juga memiliki model yang

berbeda tergantung kondisi khusus.

Dapat dikatakan secara tegas, bahwa tidak ada model tertentu yang paling

ideal dan paling baik dalam mengembangkan sistem pembelajaran. Semua

model cocok dan tepat dalam mengembangkan sistem pembelajaran karena

disesuaikan dengan karaktersitik siswwa, kondisi dan kebutuhan peserta didik.

Jadi, tidak ada satu model yang paling ideal dalam mengembangkan sistem

pembelajaran.

Paling tidak ada beberapa model yang bisa digunakan dalam

pembelajaran. Model-model tersebut dapat digunakan dalam rangka pelaksanaan

pemebelajaran. Pembelajaran merupakan sebuah kebutuhan, yang memiliki

tujuan dan outputnya. Oleh karena itu, model pemebelajaran yang dibangun juga

harus menjawabi kebutuhan dan tujuan dari pemebelajaran yang dimaksud.

Salah satu model dalam dunia pembelajaran adalah model yang

dikembangkan oleh Dick, Carey and Carey (2009). Langkah-langkahnya

menunjukkan suatu siklus, yang diawali dengan adanya analisis kebutuhan,

permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan mengunakan produk

tertentu hingga pada tahapan evaluasi formatif.

Dalam pengembangan model tersebut, terdapat 10 langkah, berdasarkan

The Step of System Aproach Model of Educational Research and Development,

yang telah melakukan adaptasi model The Systematic Design of Instruction

karangan Dick, Carey and Carey. Langkah-langkah pengembangan model

tersebut adalah sebagai berikut: (1) The identification of goals; (2) Conduct

instructional analysis; (3) Analyze learners and contexts; (4) Write performance

Page 7: EKSISTENSI INSTRUCTIONAL DESIGN DALAM …

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106) STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

83

objectives; (5) Develop assessment instruments; (6) Development of instructional

strategies; (7) Development of instructional materials; (8) Design and conduct

formative evaluation of instruction; (9) Revise instruction; (10) Design and conduct

summative evaluation.

Model berikut ini adalah Model Pengembangan Instruksional (MPI). Model

MPI adalah salah satu model pegmbangan sistem pembelajaran yang ttelah

dikenal luas di kalangan pendidik selama 20 tahun. Gambar berikut ini merupakan

langkah-lankgan model MPI yang perlu dicermati untuk mendesain sebuah

program pembelajaran.

Gambar 1: Langkah-langkah dalam Model Pengembangan Instruksional

Bagan MPI di atas memberikan gambaran kepada kita, bahwa dalam

pelaksanaan pembelajaran semuanya harus berpatokan kepada tujuan

pembelajaran. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi

kebutuhan pembelajaran dan untuk selanjutnya dirumuskan dalam tujuan umum

pembelajaran (TIU). Langkah berikutnya adalah melakukan analisis instruksional

dan mengidentifikasi perilaku awal dan karakteristik awal siswa. Hasil analisis ini

selanjutnya dituangkah dalam tujuan instruksional khusus (TIK). TIK yang sudah

MELAKUKAN ANALISIS PELATIHAN

IDENTIFIKASI

KEBUTUHAN

INSTRUKSIONALDAN MENULIS TUJUAN

INSTRUKSIONALAN UMUM (TPPU)

MENULIS TUJU

AN KHUS

US (TIK)

MENGIDENTIFI- KASI

PERILAKU DAN

KARAKTERISTIK AWAL PESERTA

MENYUSUN ALAT

PENILAIAN HASIL

BELAJAR

MENYUSUN STRATEGI

PEMBELAJARAN:

MENGEM-

BANGKAN

BAHAN

INSTRUKSIONAL

MENYUSUN DESAIN DAN MELAKSANA-KAN

EVALUASI

FORMATIF

PROGRA

M PEMBELAJARA

N

IMPLEMEN TASI,

EVALUASI

SUMATIF, DAN

DISEMINASI

feed back line

Page 8: EKSISTENSI INSTRUCTIONAL DESIGN DALAM …

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106) STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

84

terseusu selanjutnya akan menjadi dasar dalam perancangan tes acuan patokan

dan strategi pembelajaran. Pada MPI, penyusunan materi ajar baru dilakukan

pada langkah ketujuh, yaitu setelah perancangan tes acuan patokan dan strategi

pembelajaran. Setelah materi pembelajaran disusun, langkah selanjutnya adalah

mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif.

Ada tiga tahapan besar dalam desain instruksioanl, yakni tahap identifikasi,

tahap pengembangan dan tahap evaluasi.

Pertama, tahap identifikasi. Tahapan-tahapannya sebagai berikut:

1.Identifikasi kebutuhan instruksional dan merumuskan tujuan instruksional

umum.

Kegiatan pertama dalam program pembelajaran, adalah mengidentifikasi

kebutuhan instruksional. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi adanya

kesenjangan antara kinerja peserta pelatihan saat ini dan kinerja yang diharapkan

atau yang ideal.

Hanya masalah yang disebabkan kekurangan pengetahuan, keterampilan,

dan sikap sajalah yang diatasi melalui penyelenggaraan kegiatan pemebelajaran.

Pertanyaan yang perlu dijawab adalah, apa itu kebutuhan (need assesment)?

Kebutuhan saiapa? Need assessment merupakan pendekatan sistematik yang

mempelajari keadaan dan kenyataan yang berkaitan dengan pengetahuan,

kemampuan, kompetensi, minat atau sikap peserta pelatihan yang manjadi

kebutuhan peserta.

Pertanyaannya adalah, kebutuhan siapa dan siapa yang menentukan?

Apakah guru, oang taua atau masyarakat? Kaufman dan English dalam Atwi

Suparman (2013) menjelaskan bahwa semua pihak. Jadi ada tiga kelompok

orang yang dapat dijadikan sumber informasi dalam mengidentifikasi kebutuhan

pelatihan: yaitu peserta didik, masyarakat termasuk orang tua dan pendidik.

Harles (dalam Atwi Suparman, 2013) melukiskan ketiga pihak dalam bentuk

segitiga, berikut ini:

Page 9: EKSISTENSI INSTRUCTIONAL DESIGN DALAM …

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106) STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

85

Gambar 2: hubungan kerja sama ketiga pihak sebagai mitra dalam

mengidentifikasi kebutuhan instruksional

Secara umum informasi yang dicari dalam proses mengidentifikasi kebutuhan

instruksional adalah, kompetensi peserta didik saat ini untuk dibandingkan

dengan kompetensi yang seharusnya dikuasai.

Proses mengidentifikasi kebutuhan pelatihan hanya sampai pada perumusan

pengetahuan, keterampilan dan sikap serta kompetensi yang perlu dicapai

peserta didik. Selanjutnya, kompetensi tersebut dijadikan dasar perumusan tujuan

instruksional umum (TIU).

2. Analisis instruksional

Istilah analisis pembelajaran merupakan adaptasi dari istilah analisis

instruksional dalam sistem desain instruksional. Analisis pembelajaran adalah

proses menjabarkan kompetensi umum menjadi subkompetensi, kompetensi

dasar atau kompetensi khusus yang tersusun secara logis dan sistematik.

Analisis pembelajaran merupakan kegiatan menjabarkan kompetensi umum

menjadi kompetensi khusus dan mencari hubungan antara kompetensi satu

dengan kompetensi lainnya.

Analisis instruksional dalam hal ini diartikan sebagai proses menjabarkan

perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan

sistematis. Menurut Atwi Suparman (2012) penyusunan perilaku ini mempunyai

Kompetensi yang diharapkan dicapai (Tujuan)

Peserta didik

Guru/Dosen/ Instruktur

Masyarakat yang atau pengguna

Akan dilayani lulusan

Masuk

Page 10: EKSISTENSI INSTRUCTIONAL DESIGN DALAM …

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106) STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

86

empat macam struktur yakni sebagai berikut: 1) hirarkial, 2) prosedural, 3) kluster,

dan 4) kombinasi.

3. Mengidentifikasi perilaku atau karakteristi atau karakteristik awal peserta didik.

Mengidentifikasi perilaku awal peserta bertujuan untuk mengetahui siapa

kelompok sasaran, populasi sasaran, atau siapa peserta pelatihan. Identifiksi

tersebut digunakan untuk menanyakan dua hal tentang perilaku peserta

pelatihan: Pertama, menanyakan peserta pelatihan yang mana atau peserta

pelatihan jenjang pendidikan apa. Kedua, menanyakan sejauh mana kompetensi,

kemampuan atau pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dikuasai

peserta pelatihan sehingga mereka dapat (eligible) mengikuti kegiatan

instruksional untuk pelatihan tersebut.

Teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi perilaku awal peserta pelatihan

dilakukan melalui teknik pengumpulan data yaitu kuesioner, interviu dan

observasi, dan tes. Berdasarkan masukan ini, dapat ditetapkan titik berangkat

atau permulaan pelajaran yang harus diberikan pada peserta pelatihan. Titik

berangkat itu adalah kompetensi dasar yang berada di atas kompetensi dasar

yang telah dikuasai peserta didik. Dengan demikian akan terbentuk garis yang

disebut sebagai entering behavior line yang memisahkan kedua kelompok

kompetensi dasar tersebut. Entering behavior adalah kompetensi yang sudah

dikusai oleh peserta didik sebelum mengikuti mata pelajaran Anda. Entering

behavior line adalah garis batas antara kompetensi yang sudah dikuasai dan

kompetensi yang masih perlu diajarkan.

Kedua, tahap pengembangan. Tahap mengembangkan ini dilakukan melalui

empat langkah utama yakni sebagai berikut:

1. Menulis Tujuan Instruksional Khusus

Tujuan instruksiional Kuhusus (TIK) dirumuskan dengan kalimat yang jelas,

pasti dan dapat diukur. Menurut Atwi Suparman (2013: 192) perumusan TIK

secara pasti, artinya TIK tersebut mengandung satu pengertian yang tidak

mungkin ditafsirkan ke dalam pengertian yang lain. Oleh keren itu, perumusan

TPK itu dalam bentuk kata kerja yang dapat dilihat. (observable). Sedangkan,

perumusan TPK itu dapat diukur artinya TPK itu dapat diukur dengan tes atau alat

pengukuran yang lain.

TIK harus mengandung unsur-unsur yang dapat memberikan petunjuk

kepada penyusunan tes agar ia dapat mengembangkan tes yang beabr-benar

dapat mengukur perilaku yang terdapat di dalamnya. Suparman (2013) membuat

Page 11: EKSISTENSI INSTRUCTIONAL DESIGN DALAM …

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106) STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

87

cara merumuskan tujuan instruksional khusus biasanya dirumuskan dalam bentuk

kata kerja operasional, dengan memperhatikan empat prnsip yang disebut ABCD,

yakni: 1) A=Audience, 2) B=Behavior, 3) C=Conditioning, dan 4) D=Degree.

Sebagai contoh rumusan TIK: Dengan menggunakan kriteria tertentu, peserta

didik jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan semester VII pada Universitas

Y akan dapat menganalisis berbagai model desain instruksional paling sedikit

80% benar.

2. Menulis Alat Penilaian

Pendesain instruksional haruslah menyusun alat penilaian hasil belajar

yang dapat mengukur tingkat penguasaan peserta didik dalam setiap kompetensi

tersebut. Kompetensi tersebut dinyatakan dalam Tujuan Instruksional Khusus

(TIK). Seandainya alat penilaian hasil belajar yang mengacu kepada TIK itu

diberikan kepada peserta didik sebelum mulai proses pembelajaran, pastilah

peserta didik tidak mencapai skor dengan baik karena setiap kompetensi dalam

TIK yang diukur dengan alat penilaian hasil belajar tersebut memang belum

dikuasai peserta didik.

Ada dua jenis alat penilaian tes yang dapat digunakan untuk mengukur

hasil belajar dari peserta didik, yaitu tes acuan patokan dan tes acuan norma.

2. Menyusun Strategi Instruksional

Pada tahap ini dilakukan pemilihan strategi yang tepat yang akan digunakan

dalam kegiatan pembelajaran. Hal-hal yang perludiperhatikan adalah, bagaimana

tahap awal pembelajaran akan dilaksanakan, bagaimana penyajian materi,

bagaimana partisipasi peserta didik, bagaimana melakukan penilaian, dan

kegiatan tindaklanjut apa yang perlu diambil.

Strategi instruksional didasari oleh tujuan pembelajaran atau TIK yang telah

dirumuskan sebelumnya. Dalam menyusun strategi instruksional juga perlu

diperhatikan tahapan-tahapan, yaitu tahap pendahuluan, tahap penyajian yang

merupakan kegiatan inti, dan tahap penutup.

3. Mengembangkan Bahan Pembelajaran

Bahan pelajaran yang dikembangkan meliputi tiga bentuk, yaitu 1) sistem

pembelajaran mandiri, 2) sistem pembelajaran tatap muka, 3) sistem

Page 12: EKSISTENSI INSTRUCTIONAL DESIGN DALAM …

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106) STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

88

pembelajaran kombinasi. Pengembangan bahan pembelajaran harus didasarkan

pada strategi instruksional yang telah disusun

Ketiga, tahap evaluasi. Langkah evaluasi yang dilakukan terdiri dari evaluasi

formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi Formatif dilakukan untuk memperoleh

informasi tentang kekurangan yang harus diperbaiki pada keseluruhan model.

Penggunaan evaluasi formatif ini dimaksudkan untuk mendapatkan umpan balik

dari para pakar, peserta pelatihan, pengajar dan sumber lain yang relevan

tentang apa dan bagaimana merevisi produk pelatihan sebelum digunakan

dalam kegiatan pelatihan sesungguhnya.

Evaluasi formatif dapat didefinisikan sebagai proses menyediakan,

menganalisis, dan menggunakan data dan informasi untuk dijadikan dasar

pengambilan keputusan dalam rangka meningkatkan kualitas produk atau

program pembelajaran.

Evaluasi sumataif merupakan evaluasi dalam skala yang besar tehadapa

produk berupa bahan pembelajaran yang telah diuji coba dalam evaluasi formatif.

Hasil dari evaluasi sumatif digunakan untuk menentukan apakah suatu yang

dinilai itu perlu digunakan terus karena dinail efektif atau dihentikan karena tidak

efektif.

Apa Kesamaan Proses dari Semua Model Instruksional?

Desain sistem instruksional selalu dimulai dengan mengidentifikasi

kebutuhan instruksional (instructional needs) dan menetukan tujuan instruksional

umum (instructional goal) yang berisi kompetensi yang diharapkan dicapai

peserta didik pada akhir kegiatan instruksional. Jadi proses mendesain

instruksional tidak pernah dimulai dengan menentukan bahan instruksional

(instructional matrials)

Penjabaran tujuan instruksional umum menjadi tujuan instruksional khusus

dilakukan melalui proses analisis instruksional, tidak melalui penetuan pokok

bahasan (isi). Pembuatan tes didasarkan pada tujuan instruksional bukan pada

bahan instruksional (instructional materials)

Penentuan isi (content) didasarkan pada tujuan instruksional, bukan

sebaliknya. Penentuan metode dan media & alat didasarkan pada kesesuaiannya

dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik peserta didik.

Page 13: EKSISTENSI INSTRUCTIONAL DESIGN DALAM …

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106) STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

89

Penentuan alokasi waktu pembelajaran didasarkan pada kemungkinan

ketercapain tujuan pembelajaran bila menggunakan langkah-langkah kegiatan

pembelajaran, lingkup isi, metode, media & alat.

Ada proses evaluasi formatif untuk merevisi produk instruksional sebelum

menggunakannya di lapangan terutama bila untuk penggunaan skala luas.

Evaluasi formatif melibatkan ahli materi di luar pengajar, peserta didik, latar

(setting) dan berbagai instrumen evaluasi seperti tes, kuesioner, pedoman

wawancara, dan lembar observasi

Hasil akhir desain sistem instruksional adalah sistem instruksional yang terdiri

dari berbagai komponen seperti bahan ajar, pedoman penggunaan bahan ajar

bagi pengajar, dan panduan belajar bagi peserta didik.

Ruang bagi Penjabaran Kurikulum Nasional Berbassis Karakter dalam

Desain Instruksional

Semua tahapan dalam desain instruskional merupakan langkah dalam

menjabarkan isi kurikulum. Apapun perubahan kurikulum baik secara nasional

maupun sampai pada taraf implementasi dan aplikasi seperti kuruikulum berbasis

berbasis karakter, desain instruksional tetap merupakan wadah yang

mewujdukan tujuan daari kurikulum. Desain insruksional mewujudkan

pelaksanaan kurikulum sebagai sebuah sistem pengembangan pembelajaran.

Dalam desain instruksional hal yang perlu diperhatikan adalah menjawab

tujuan dari kurikulum yakni rencana dan pengaturan tentang isi dan bahan

pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Dengan deikian, desain pembelajaran

merupakan sebuah sistem yang menjamin tujuan dari kurikulum, baik dari aspek

makna maupun tujuan serta implementasinya.

Ada tiga tahap proses desain instruksional yang harus dilalui dalam

menyusun dalam menunjang kurikulum. (1) tahap I : mendefinisikan masalah

(mengidentifikasi kebutuhan instruksional, merumuskan tujuan instruksional

umum, melakukan analisis instruksional, mengidentifikasi prilaku & karakteristik

awal peserta didik dan mendeskripsikan latar/setting), (2) tahap II: analisis dan

pengembangan sistem instruksional (menulis tujuan instruksional khusus,

menulis tes acuan patokan, menyusun strategi instruksional, dan

mengembangkan prototipa sistem instruksional), (3) tahap III: Evaluasi formatif

terhadap prototipa sistem instruksional (review pakar & revisi, uji coba skala kecil

Page 14: EKSISTENSI INSTRUCTIONAL DESIGN DALAM …

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106) STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

90

& revisi, dan uji coba skala luas yang melibatkan masyarakat pengguna lulusan &

revisi)

Dari tahapan-tahapan desain instruksional tersebut di atas, hal yang penting

dan mendapat perhatian dalam menunjang keberlakuan isi kurikulum yang

berbasis karkter, adalah mendesain strategi instruksional. Mengapa strategi

pembelajaran penting? Dick, Carey dan Carey (2009: 166) mengatakan:

Instructional strategy is used generally to cover the various aspects of choosing a

delivery system, sequencing and grouping clusters of content, describing learning

components .......... specifying how students will be grouped during instruction,

establishing lessons structures, and selecting media for delivering instruction”.

Strategi pembelajaran secara umum digunakan untuk menemukan

berbagai aspek untuk memilih sistem penyampaian, urut-urutan dan

pengelompokan konten atau isi pembelajaran, menggambarkan komponen

pembelajaran , menentukan bagaimana peserta pelatihan akan dikelompokkan

selama pelatihan berlangsung, membangun struktur bidang pelatihan, dan

memilih media pembelajaran.

Dalam stategi instuksional akan dijabarkan apa dskripsi singkat tentang

aspek karakter, apa yang menjadi relevansi dan manfaat pemeblajaran berbasis

karakter, dan apa kompetensi atau tujuan khusus (TIK) dalam mencapai

pembelajaran karakter. Dalam strategi instruksional juga akan dijabarkan tahap

penyajian.

Dalam tahap penyajian inilah muatan materi dari berbagai jenis mata

pelajaran akan bisa dikolaborasi dengan muatan karakter atau pendidikan

karakter. Model pembelajaran mana saja dirancang dalam tahap penyajian untuk

mendukung tujuan pembelajaran yang dimaksud. Hal penting yang perlu

diperhatikan adalah pola pendekatan dalam penyajian materi, yaitu penedekatan

induktif: contoh-non contoh, uraian dan latihan (CUL) untuk kelompok anak-anak

(pedagogi) & pendekatan deduktif: uraian, contoh-non contoh dan latihan (UCL)

bagi orang dewasa (androgogi). Dalam strategi instruksional juga dirancang apa

media serta metode pembelajaran yang akan digunakan srta alokasi waktu.

Desain strategi instruksional juga perlu mempeerhatikan tahap penutup.

Tahap ini terdiri dari tes formatif dan umpan balik serta tindak lanjut. Tes formatif

dan umpan balik diperlukan untuk mengidentifikasi kesulitas yang dihadapi dalam

tes. Sedangkan tindak lanjut berkaitan dengan menjelaskan kembali

bagian-bagian yang belum dimengerti.

Page 15: EKSISTENSI INSTRUCTIONAL DESIGN DALAM …

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106) STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

91

Berdasarkan strataegi pembelajaran inilah, akan memungkinkan disusunnya

bahan ajar (learning materials) berupa draft sebagai prasyarat masuk pada tahap

evaluasi formatif (one-to-one leaners, small group dan field test) dan sumatif.

Pada tabel 1 berikut ini dapat dilihat cara menyusun strategi instruksional

yang disertai dengan urutan kegiatan, metode, media dan alokasi waktu.

Tabel 1. Tabel menyusun Strategi instruksional

URUTAN KEGIATAN PELATIHAN

GARIS BESAR

ISI/MATERI METODE

MEDIA &

ALAT

WAKTU BELAJAR

(dalam menit)

1 2 3 4 5

TAHAP PENDAHULUAN

Deskripsi singkat isi

Relevansi & Manfaat

TIK

TAHAP PENYAJIAN

Uraian / contoh & Non Contoh

Contoh & Non Contoh /Uraian

Latihan

Tes Formatif

Rangkuman

TAHAP PENUTUP

Umpan Balik

Tindak Lanjut

Jumlah Waktu

KESIMPULAN

Desain Instruksional ialah suatu resep dalam menyusun peristiwa dan

kegiatan yang diperlukan untuk memberi petunjuk ke arah pencapaian tujuan

belajar tertentu. Hasil proses Desain Instruksional merupakan cetak biru untuk

pengembangan bahan instruksional dan media yg akan digunakan untuk

mencapai tujuan. Semua langkah atau pentahapan dalam desain instruksional

selalu bermuara pada penccapaian tujuan pembelajaran sebagai mana tujuan

dari kurikulum (nasional).

Ada tiga tahap besar dalam desain instruksional sebagai sebuah model

pengembangan pembelajaran. Ketiga tahap tersebut adalah, tahap identifikasi,

tahap pengengembangan dan tahap evaluasi. Tahapan-tahapan tersebut sejalan

dengan prinsip dan tujuan dari pengembangan kurikulum yaitu rencana dan

pengaturan tentang isi dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan

Page 16: EKSISTENSI INSTRUCTIONAL DESIGN DALAM …

1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106) STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT

92

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pembelajaran.

Desain instruksional mewujudkan tujuan dari kurikulum. Kurikulum merupakan

bentuk operasional pendidikan sekolah untuk mencapai tujuan intitusi atau

sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Anita, 2004, Educational Psychology, 9th editions, Boston,Pearson Education, Inc.Richey,

Benny A., 2009, Model Desain Sistim Pembelajaran, Jakarta,PT. Dian Rakyat

Gredler, Margareth E., 2011,Learning And Instruction: Teori dan Aplikasi,

terjemahan Tri Wibowo, B.S., Jakarta, Kencana.

Carey W. Dick, and Carey, L & Carey, J. O.. The System Design of Instruction,

New Jersey: Pearson Education, 2009

Charles M., 1983, Instructional Design-Theories and Models: An Overview of their Current Status, New Jersey, LawrenceErlbaum Associates Inc.

Cruickshank, D.R., et. al. (2006), The Act of teaching, New York,McGraw Hill Inc.Woolfolk,

Gustafson, Kent L. & Branch, Robert Maribe, 2002,Survey Of Instructional Development Models 4th Editions, New York, ERICClearinghouse on Information & Technology.Pribadi,

Rita C., et. al., 2011, The Instructional Design KnowledgeBase, Theory, Research, and Practice, New York, Routledge.Reigeluth

Reece, Ian dan Steephen Walker (2001). Teaching, Training, and Learning: A Practical Guide, Great Britain: Atheneum Press - Gateshead

Reigeluth,C.M, Bunderson, C. Victor Merill, M. David (1978), “What is the Design Science of Instuction” dalam Journal Instuctional Development, I, (2)

Smith. P.L. & Ragan. T.L. 2007. Instructional Design. USA: Willey Bass Education

Suparman, Atwi., 2012,Desain Instruksional Moderen, Jakarta,Penerbit Erlangga.