Upload
phambao
View
227
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
EFEKTIVITAS PENAMBAHAN EM4 PADA BIOFILTER ANAEROB-AEROB DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH RS.UNHAS
THE EFFECTIVENESS OF EM4 ADDITION INTO ANAERORB-AEROB BIOFILTER IN THE PROCESSING OF WASTEWATER
AT HASANUDDIN UNIVERSITY HOSPITAL
Pitriani1, Anwar Daud2, Nurhaedar Jafar3
1Program Studi Ilmu Kesehatan. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako. 2Konsentrasi Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
3Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin..
Alamat Korespondensi : Pitriani SKM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako Palu, 94118. HP : 081227670701 Email : [email protected]
ABSTRAK
Limbah cair rumah sakit merupakan pencemar lingkungan yang sangat potensial karena mengandung senyawa organik tinggi, dan senyawa kimia lain serta mikroorganisme pathogen, dan apabila memasuki badan air tanpa pengolahan akan mempengaruhi kualitas lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penambahan EM4 pada biofilter anaerob-aerob dalam mereduksi kadar BOD, COD dan MPN Coliform pada air limbah rumah sakit Unhas. Penelitian ini bersifat praeksperimen dengan rancangan Pretest-Postest Design. Penelitian dimulai dengan kajian literatur, studi pendahuluan, dan penelitian inti berupa pembuatan reaktor biofilter anaerob-aerob. Prinsip dasar dari biofilter adalah memanfaatkan mikroorganisme dengan cara mengamobilkan pada media tertentu sehingga terbentuk biofilm. Dalam kondisi normal biofilm memerlukan waktu sekitar satu bulan untuk berfungsi dengan baik dalam mendegradasi senyawa organik dan polutan lain dalam air limbah. Hasil penelitian menunjukkan setelah 18 hari, terdapat perbedaan kadar BOD, COD dan MPN Coliform sebelum dan setelah pengolahan. Penyisihan kadar BOD mencapai 91,22%, sehingga memenuhi baku mutu yaitu 30 mg/l, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan No. 69 tahun 2010. Sedangkan penyisihan kadar COD mencapai 83,26% dan penyisihan MPN Coliform mencapai 53,57%. Meskipun persentase penyisihan sudah cukup tinggi, namun belum dapat menurunkan kadar COD dan MPN Coliform air limbah sesuai baku mutu yang telah ditetapkan. Penambahan EM4 terbukti mampu mempercepat pembentukan biofilm sehingga meningkatkan efisiensi biofilter dari segi waktu.
Kata Kunci : Biofilter, EM4, Anaerob-Aerob, Limbah Cair Rumah Sakit.
ABSTRACT
Hospital wastewater is a potential environmental pollutant because it contains high organic compounds, and other chemical compounds and pathogenic microorganisms, and if released to the environment without prior treatment will affect the quality of the environment. This Study aims to find out the effectiveness of EM4 addition in biofilter anaerob-aerob in reducing the levels of BOD, COD dan MPN Coliform in wastewater at Hasanuddin University hospital. The research was a pra-experimental study using pretest-posttest design. It was conducted in some steps including literature review, preliminary study, and main study (creating the biofilter anaerob-aerob reaktor). The basic principle of biofilter is to use microorganism with amobile process in certain mediun to produce biofilm. In normal condition, it needs one month for the biofilm to degrade oranic compound and poluutant in wastewater. The result reveal that after 18 days, there was a change in the levels of BOD, COD and MPN Coliform. The reduction of BOD level reached 91,22% (322,65 mg/l decreased to 28,30 mg/l), which suited the maximum level determined in the Regulation of South Sulawesi Governer Number 69 of 2010 (30 mg/l). Futhermore, the reduction of COD reached 83,26% (586,32 mg/l decreased to 98,12 mg/l); while the reduction of MPN Colfiorm reached 53,57% (280 x 103 decreased to 130 x 103 per 100 ml sample). The reduction percentage were high enough, yet the level of COD and MPN Coliform in wastewater could not be lowered to the expected standardized quality. It is proven thet addition of EM4 is able to generate the formation of biofilm which increases the biofilter efficiency (in terms of time).
Keywords : Biofilter, EM4, Anaerob-Aerob, Hospital Liquid Waste.
PENDAHULUAN
Air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit merupakan salah satu sumber
pencemaran air yang sangat potensial karena mengandung senyawa organik tinggi, dan
senyawa kimia lain serta mikroorganisme pathogen. Menurut Metcalf dan Eddy (1979)
standar perhitungan produksi limbah cair adalah 650 liter/TT/hari. RS.Unhas adalah rumah
sakit tipe B dengan tempat tidur berjumlah 218 buah (Gedung EF) sehingga diperkirakan rata-
rata produksi limbah cair harian ± 141,7 m3 per hari. Dari gambaran tersebut dapat
dibayangkan betapa besar potensi rumah sakit untuk mencemari lingkungan. Beradasarkan
pemeriksaan karakteristik limbah awal nilai BOD, COD, MPN Coliform air limbah RS.Unhas
masih berada diatas baku mutu yang telah ditetapkan, ini menunjukkan pengolahan air limbah
sistem lumpur aktif yang diterapkan belum berjalan maksimal.
Pengolahan limbah sistem biofilter anaerob-aerob dalam aplikasinya memanfaatkan
mikroorganisme alami dalam air limbah dengan cara mengamobilkan pada media tertentu
agar terbentuk biofilm (Prayitno, 2011). Pada reaktor ini digunakan media model sarang
tawon berbahan piva PVC 2 cm. Penelitian terkait sistem biofilter anaerob-aerob telah banyak
dilakukan dan terbukti dengan biofilter sistem anaerob-aerob mampu mereduksi BOD
84,93%, COD 72,22% dan TSS 76,71% dengan waktu tinggal 16 jam setelah pengolahan
selama 1 bulan di RS. Kristen Tayu (Nurdijanto dkk., 2011). Penelitian lain di RS. Elizabeth
Situbondo ditemukan bahawa IPAL sistem biofilter anaerob-aerob mampu menurunkan BOD
dari 100 mg/l menjadi 12 mg/l dan COD 170 mg/l menjadi 30 mg/l. Setelah IPAL beroperasi
selama 2 bulan semua parameter turun hingga memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan
(Said dkk., 2011). Bioflter kombinasi anaerob-aerob terbukti efisien dalam mengolah air
limbah rumah sakit, namun memerlukan waktu lama untuk pembentukan biofilm. Dalam
kondisi ideal mikroorganisme memerlukan waktu ± 1 bulan agar biofilm dapat bekerja
maksimal, sehingga diperlukan upaya untuk mempercepat proses ini.
Pemanfaatan EM4 dalam meningkatkan efisiensi biofilter dalam pengolahan air
limbah tahu terbukti efektif dalam menurunkan polutan organik. Penyisihan kadar BOD dan
COD mencapai 98,65 % dan 89,95% pada hari ketiga belas (Jasmiati dkk., 2010). Penelitian
serupa juga menunjukkan penurunan polutan organik secara signifikan disertai penurunan
nilai MPN Coliform (Munawaroh dkk., 2013).
Pemanfaatan EM4 dalam pengolahan air limbah rumah sakit didasarkan fakta bahwa
70% komponen air limbah rumah sakit merupakan air limbah domestik dengan kandungan
polutan organik yang tinggi (Amouei et all., 2012). EM4 sendiri merupakan campuran dari
beberapa jenis mikroorganisme yang hidup bersimbiosis satu sama lain secara artifisial (Feng
et all., 2013). EM4 mengandung berbagai mikroorganisme yang masing-masing mempunyai
fungsi spesifik dan bekerjasama secara sinergis dalam menguraikan polutan organik serta
menangkap gas yang menyebabkan bau (H2S, NH3, dll) sebagai sumber energi untuk
melakukan aktivitasnya, disamping itu bakteri asam laktat dan Actinobacteria dalam EM4
secara signifikan mampu menekan bakteri pathogen (Muliawan, 2012).
Penambahan EM4 (5%) diharapkan mampu mempercepat proses pembentukan dan
pematangan biofilm, sehingga dengan sendirinya meningkatkan efisiensi biofilter.
Penggunaan dosis 5% didasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efektivitas penambahan EM4 (5%) pada biofilter anaerob-aerob
dalam mereduksi BOD, COD dan MPN Coliform air limbah rumah sakit Unhas.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat praeksperimen dengan rancangan Pretest-Postest Desing
(Notoatmoedjo, 2010). Penelitian dilakukan pada bulan April – Juni 2014.
Pengumpulan Data
Pemeriksaan kadar BOD, COD dan MPN Coliform dilakukan di Laboratorium
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Makassar didasarkan pada American Standard
Method. Analisis pH dan temperature dilakukan secara insitu menggunakan pH meter dan
thermometer air raksa.
Analisa Data
Analisa data dilakukan secara deskriptif, yang digambarkan melalui tabel, grafik dan
narasi.
Prosedur Percobaan
Pengolahan air limbah dilakukan dengan cara mengoperasikan reaktor biofilter
anaerob-aerob yang terdiri dari bak penampungan, bak sedimentasi awal, bak pengolahan
anaerob I, aerob dan anaerob II. Serta bak sedimentasi akhir. Skema proses pengolahan air
limbah rumah sakit sistem biofilter anaerob-aerob dapat dilihat pada gambar 1 (Terlampir).
Proses Pengembangbiakan Mikroorganisme (Seeding)
Sebelum dimasukkan kedalam reaktor, EM4 terlebih dahulu diaktifkan dengan cara
mencampurkan 1 liter EM4 dengan 20 liter air dan 5 sdm gula merah cair, kemudian
difermentasikan 2-4 hari dalam kondisi tertutup rapat. Selanjutnya proses seeding pada media
biofilter sarang tawon dilakukan secara alami dengan mengalirkan limbah secara kontinyu
kedalam reaktor untuk waktu tinggal 24 jam dengan debit 5 ml/detik. Pada saat bersamaan
EM4 yang telah diaktifkan ditambahkan kedalam biofilter dengan debit 0,25 ml/detik,
penambahan dilakukan dengan sistem infus pada bak sedimentasi awal sebesar 5%. Volume
biofilter adalah 437 l/hari.
Percobaan Inti
Pada percobaan ini reaktor dioperasikan secara kontinyu. Selama proses
pengoperasian dilakukan pengukuran terhadap pH dan temperatur sebagai faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi perkembangbiakan mikroorganisme. Pengukurun pH dan
temperatur dilakukan setiap hari (09.00-10.00) sambil mengamati pembentukan biofilm pada
media. Pada percobaan inti juga dilakukan pengukuran parameter BOD, COD dan MPN
Coliform untuk melihat besarnya efisiensi penyisihan polutan organik dan bakteri pathogen
air limbah.
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara grab sampling (sampel sesaat) setiap jam 09.00
– 10.00 WITA. Pengambilan sampel dilakukan pada waktu tersebut didasarkan bahwa
fluktuasi debit harian rata-rata air limbah rumah sakit tertinggi antara pukul 09.00-10.00
(Sugiharto, 2011). Pengambilan sampel untuk pretest dilakukan pada inlet, sedangkan untuk
posttest dilakukan pada outlet setelah biofilter beroperasi selama 24 jam. Pengambilan sampel
dilakukan masing-masing sebanyak 6 kali, sejak hari pertama hingga hari kedelapan belas.
HASIL
Karakteristik Air Limbah RS.Unhas
Air limbah dalam penelitian ini adalah air limbah RS.Unhas, yang merupakan rumah
sakit tipe B. Berdasarkan analisa laboratorium, kualitas air limbah sebelum diolah pada
pemeriksaan awal menunjukkan bahwa hampir semua parameter yang diuji telah melebihi
baku mutu yang telah ditetapkan sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur Sulsel No. 69
Tahun 2010 (Tabel 1).
Kondisi Lingkungan dan Pembentukan Biofilm
Tabel 2 menunjukkan hasil pengukuran nilai pH dan temperatur air limbah yang
merupakan faktor lingkungan utama dalam perkembangbiakan mikroorganisme. Selama
pengukuran 18 hari, nilai pH masih berada dalam rentang nilai optimum untuk
perkembangbiakan mikroorganisme, yaitu 6.4 – 7.4. Demikian juga temperatur masih berada
dalam kisaran nilai optimum yaitu 26-29°C.
Pengamatan terhadap perkembangbiakan mikroorganisme yang ditunjukkan melalui
pembentukan biofilm dilakukan secara langsung. Penambahan EM4 (5%) terbukti mampu
mempercepat pembentukan biofilm yang mulai terlihat sejak hari kelima dan semakin jelas
pada hari kedelapan, biofilm terlihat semakin tebal pada hari-hari selanjutnya.
Efisiensi Penyisihan BOD, COD dan MPN Coliform
Tabel 3 memperlihatkan kadar parameter air limbah sebelum dan setelah pengolahan.
Dimana untuk BOD dan COD penurunan terjadi sejak pemeriksaan sampel I, meskipun masih
sangat kecil. sedangkan untuk MPN Coliform baru terjadi pada pemeriksaan sampel III.
Penurunan tertinggi pada masing-masing parameter terjadi pada pengukuran sampel VI.
Berdasarkan nilai penurunan masing-masing parameter, secara deskriptif dapat
ditentukan besarnya efisiensi dari pengolahan air limbah di Rumah Sakit Unhas. Penentuan
besarnya efisiensi biofilter dalam menyisihkan parameter air limbah, dapat dihitung
berdasarkan rumus yang telah ditentukan yaitu dengan menghitung selisih kadar parameter
nilai influent dikurangi nilai effluent dibagi kadar nilai parameter influent selanjutnya
dikalikan 100%. Efisiensi penyisihan parameter BOD, COD dan MPN Coliform terhadap
waktu (hari) adalah bervariasi (Gambar 2).
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian terlihat bahwa penambahan EM4 (5%) pada biofilter anaerob-
aerob dengan didukung kondisi lingkungan yang ideal pada air limbah mampu mempercepat
proses pembentukan biofilm, dari satu bulan menjadi delapan belas hari. Nilai pH air limbah
selama pengoperasian berada dalam rentang 6.4 – 7.4, pada rentang ini mikroorganisme jenis
bakteri sangat dominan dari mikroorganisme lain (Muliawan, 2012). pH lingkungan media
yang optimum sangat mempengaruhi proses pengolahan limbah secara biologis, secara umum
mikroorganisme memerlukan pH antara 6.5 – 9 (Flathman et all., 1994). pH yang terlalu
tinggi (>9) akan menghambat aktivitas mikroorganisme, sedangkan pH dibawah 6.5 akan
mengakibatkan pertumbuhan jamur dan terjadi persaingan dengan bakteri dalam metabolisme
materi organik (Waluyo, 2009).
Temperatur pada air limbah selama pengoperasian biofilter berada dalam rentang 26-
29°C, hal ini menunjukkan mikroorganisme dapat berkembangbiak dengan baik. Suhu ideal
adalah 25-30°C, temperatur yang terlalu tinggi akan merusak proses dengan mencegah
aktivitas enzim dalam sel. Peningkatan setiap 1°C temperatur dari kisaran ideal dapat
menyebabkan penurunan efisiensi pengolahan (Saraswati dkk., 2010).
Pengamatan terhadap perkembangbiakan mikroorganisme yang ditunjukkan melalui
pembentukan biofilm dilakukan secara langsung. Berbeda dengan penelitian Khaer (2014)
dengan metode dan biofilter yang sama, proses pembentukan biofilm berlangsung lebih
lambat, dimana biofilm baru terlihat pada hari kesebelas. Penambahan EM4 yang merupakan
kumpulan dari berbagai macam bakteri terbukti mampu mempercepat perkembangbiakan
mikroorganisme, biofilm berupa selaput-selaput tipis mulai terlihat sejak hari kelima dan
dengan berjalannya waktu pengoperasian reaktor, biofilm semakin menebal. Penurunan
konsentrasi polutan organik yang kian meningkat sejak pengukuran sampel I sampai sampel
VI juga menunjukkan perkembangbiakan mikroorganisme dalam reaktor semakin baik.
Hasil analisa laboratorium pada tabel 3 menunjukkan bahwa konsentrasi polutan
organik yang digambarkan melalui kadar BOD dan COD mengalami penurunan setelah
dilakukan pengolahan. Penurunan ini disebabkan karena proses degradasi mikroorganisme
semakin baik apabila kontak antara air limbah dengan mikroorganisme pada lapisan biofilm
semakin lama (Said dkk., 2011). Kadar BOD dan COD megalami penurunan sejak hari
pertama, meskipun belum signifikan. Proses penurunan kadar BOD sudah dimulai pada bak
pengendap awal karena adanya pengendapan partikel-partikel zat organik tersuspensi
(Ramadhan, 2010). Adanya pengendapan partikel zat organik ini diketahui dengan adanya
endapan lumpur didasar bak equalisasi.
Proses penyisihan kadar BOD selanjutnya berlangsung pada bak anaerob, pada saat air
limbah melewati media yang dilapisi biofilm yang. Saat melewati media ini zat anorganik
tertahan oleh filter dan akan didegradasi oleh mikroba yang menempel pada filter tersebut
sehingga jumlahnya semakin berkurang dan dengan berkurangnya zat organik dalam air
limbah tersebut menyebabkan kadar BOD dan COD turun (Satrawidana dkk., 2013).
Pada proses pengolahan anaerob zat organik kompleks seperti karbohidrat, lemak dan
protein mengalami dekomposisi sehingga menghasilkan gas metan dan karbon dioksida,
sebagai berikut :
Senyawa Organik ---------- > CH4 + CO2 + H2 + NH3 + H2S
Proses reduksi BOD dilanjutkan pada pengolahan secara aerob, bahan organik dan sisa
nutrient pada pengolahan anaerob akan diuraikan sehingga proses pengolahan aerob biasanya
ditempatkan setelah pengolahan anaerob. Pada proses ini juga berlangsung proses nitrifikasi
(Nurdijanto dkk., 2011).
Senyawa organik + O2 ---------- > CO2 + H2O + Energi + Sel-sel baru
Mikroba
Mikroba
Setelah pengolahan aerob pengolahan dilanjutkan kembali dengan proses anaerob,
pada proses ini reduksi BOD sangat kecil mengingat ketersediaan bahan organik yang
semakin berkurang. Proses ini lebih pada upaya denistrifikasi sehingga penghilangan senyawa
nitrogen air limbah tidak berhenti hanya pada bentuk nitrit atau nitrat (Nugroho, 2009).
Bagian akhir dari biofilter adalah sedimentasi akhir, dengan proses serupa pada pengendapan
awal. Sedimentasi akhir dibutuhkan untuk menampung akses lumpur yang dihasilkan dari
proses-proses sebelumnya. Dimana proses aerob menghasilkan lumpur yang cukup banyak.
Efektivitas pengolahan biologis sistem biofilter anaerob-aerob dengan penambahan
EM4 (5%), secara keseluruhan mampu menurunkan kadar BOD dan COD dengan peyisihan
hingga 91,22% dan 83,26% dalam 18 hari. Besarnya efisiensi penyisihan semakin
menegaskan bahwa penambahan EM4 (5%) mampu meningkatkan efisiensi biofilter dengan
mempersingkat waktu pengolahan. Sayangnya, penambahan EM4 belum mampu mereduksi
MPN Coliform secara maksimal. Setelah pengolahan MPN Coliform turun dari 280 x 103
menjadi 130 x 103 per 100 ml sampel, angka ini masih jauh diatas baku mutu yaitu 10 x 103
per 100 ml sampel, penyisihan hanya mencapai 53,57%.
Tingginya nilai MPN Coliform merupakan indikator buruknya kualias bakteriologis
air tersebut. Keberadaan bakteri golongan coli merupakan indikator adanya cemaran tinja
manusia atau hewan berdarah panas lainnya dan selalu disertai dengan keberadaan bakteri
pathogen lainnya, utamanya Vibrio cholera dan Salmonella typhi (Sumantri, 2013).
Disamping itu virus species Rota virus penyebab diare pada anak-anak dan protozoa species
Entamoeba histolitica penyebab disentri seringkali ditemui pada air limbah khususnya air
limbah rumah sakit (Waluyo, 2009).
KESIMPULAN DAN SARAN
Penambahan Effective Mikroorganism-4 (EM4) mampu mempercepat pembentukan
biofilm sehingga meningkatkan efisiensi dari biofilter dari segi waktu. Dengan penambahan
EM4 (5%) waktu yang dibutuhkan untuk mereduksi polutan organik air limbah semakin
singkat. setelah pengolahan selama 18 hari kadar BOD turun hingga memenuhi baku mutu
yang telah ditetapkan. sedangkan penyisihan COD dan MPN Coliform belum maksimal, hal
ini disebabkan nilai awal parameter yang sangat tinggi. Sistem penyaluran air limbah tanpa
pemisahan menyebabkan pengolahan tidak berjalan maksimal. Sistem penyaluran air limbah
rumah sakit hendaknya dipisahkan berdasarkan karakteristik limbah, dan masing-masing
dilengkapi dengan pretreatment sebelum diolah menggunakan biofilter, sehingga proses
reduksi parameter-parameter pencemar air limbah dapat berjalan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Amouei, A et all., (2012). Investigation of hospital wastewater treatment plant efficiency in north of Iran during 2010-2011. International Journal of Physical Sciences Vol. 7(31), pp. 5213 - 5217.
Feng, Lin et all., (2013). Quorum Sensing in Water and Wastewater Treatment Biofilms. Journal of Enviromental Biology,34, 437-444.
Flathman, Paul E et all., (1994). Bioremediation Field Experience. Diakses : Makassar 12 Mei 2014. (http://books.co.id/Bioremediation//Exp.html)
Jasmiati dkk., (2010). Bioremediation of tofu Industrial Liquid Waste Using Effective Mikroorganism (EM4). Journal of Enviromenral Science, 52, 2(4).
Khaer, Ain. (2014). Analisis Efektivitas Biofilter Anaerob-Aerob Media Model Sarang Tawon dalam Mereduksi Parameter Air Limbah Rumah Sakit Unhas (Tesis). Jurusan Kesehatan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.
Metcalf dan Eddy. (1979). Wastewater Engineering Treatment, Disposa, and Reuse (2nd Edition). New York ; McGraw-Hill Book Company, Inc.
Muliawan, Sylvia Y. (2012). Textbook Kedokteran : Bakteri Spiral Patogen. Diakses : Makassar 14 Mei 2014. (http//3A//2F.2Ftekpan.unimus.ac.id)
Munawaroh dkk., (2013). Penyisihan Parameter Pencemar Lingkungan pada Limbah Cair Industri Tahu Menggunakan Efektif Mikroorganisme 4 (EM4) Serta Pemanfaatannya. Jurnal Institut Tekhnologi Nasional (Itenas) No. 2 Volume 1.
Notoatmoedjo, Soekidjo. (2010). Edisi Revisi : Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.
Nugroho, Rudi. (2009). Denitrifikasi Limbah Nitrat pada Berbagai Tingkat Keasaman dengan Memanfaatkan Mikroba Autotroph. JAI Vol. 1 No.1.
Nurdijanto, Stephanus A dkk., (2011). Rancang Bangun dan Rekayasa Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 11 (8) : 42-55.
Prayitno. (2011). Hospital Wastewater Treatment Technology. J-PAL, Vol.1, No.2, Februari, 72-139.
Ramadhan, Ishaq. (2010). Pedoman Tekhnologi Proses Biofilter Tercelup (Submerged Biofilter). Bandung : Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB.
Said, Nusa Idaman dkk., (2011). Teknologi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit dengan Sistem Biofilter Anaerob-Aerob Studi Kasus : Rumah Sakit Elizabeth Situbondo. Jakarta: Direktorat Teknologi Lingkungan.
Saraswati, Rastiet dkk., (2010). Mikroorganisme Perombak Bahan Organik. Proyek Pengkajian Teknologi Partisipatif. Balai Peneltian Tanah. Puslitbang Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian (Tidak dipublikasikan).
Satrawidana, DK dkk., (2013) Uji Coba Teknologi Biofilm Konsorsium Bakteri pada Reaktor Semi anaerob-aerob untuk Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Skala Kecil dan Menengah. Jurnal Sains dan Tekhnologi. Vol 2, April (ISSN 2303-3142).
Sugiharto. (2011). Aplikasi instalasi pengolahan air limbah biofilter untuk Menurunkan kandungan pencemar BOD, COD dan TSS di Rumah sakit bunda Surabaya (Tesis). Program Studi Teknik Lingkungan Universitas PGRI Adi Buana : Surabaya.
Sumantri, Arief. (2013). Edisi Revisi : Kesehatan Lingkungan. PT. Fajar Interpratama Mandiri : Jakarta.
Waluyo, Lud. (2009). Mikrobiologi Lingkungan. UMM Press : Universitas Muhammadiyah Malang.
LAMPIRAN Tabel 1. Karakteristik Umum Air Limbah Rumah Sakit UNHAS Makassar
Parameter Satuan Besaran Baku Mutu FISIKA Temperatur ºC 29 30 KIMIA pH 6,8 6,0-9,0 TSS Mg/L 42,07 30 BOD Mg/L 446,81 30 COD Mg/L 892,47 70 Amoniak Bebas Mg/L 2,39 0,1 BIOLOGIS MPN Coliform Per 100 ml 240.000 10.000
Sumber : Data Primer 2014
Tabel 2. Data Observasi Kondisi Lingkungan dan Pertumbuhan Bakteri pada Biofilter anaerob-aerob RS.Unhas.
Hari Tanggal pH Temperatur(°C) Biofilm
1 23 Mei 2014 6,6-6,8 29 - - - -
Selaput tipis mulai muncul
Selaput semakin jelas
Selaput semakin tebal
Biofilm terbentuk sempurna
2 24 Mei 2014 6,6-6,8 28 3 25 Mei 2014 6,6-6,8 26 4 26 Mei 2014 6,8-7,0 29 5 27 Mei 2014 6,6-6,8 27 6 28 Mei 2014 6,4-6,6 29 7 29 Mei 2014 6,4-6,6 29 8 30 Mei 2014 6,6-6,8 29 9 31 Mei 2014 6,6-6,8 29
10 1 Juni 2014 6,6-6,8 27 11 2 Juni 2014 6,8-7,0 27 12 3 Juni 2014 7,2-7,4 29 13 4 Juni 2014 6,6-6,8 29 14 5 Juni 2014 6,8-7,0 29 15 6 Juni 2014 6,8-7,0 27 16 7 Juni 2014 7,2-7,4 27 17 8 Juni 2014 6,8-7,0 29 18 9 Juni 2014 6,8-7,0 29
Sumber : Data Primer 2014
Tabel 3. Kadar BOD, COD dan MPN Coliform Sebelum dan Setelah Pengolahan Sistem Biofilter Anaerob-Aerob dengan Penambahan EM4 (5%)
Sumber : Data Primer 2014
Gambar 1. Skema Proses Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Sistem Biofilter Anaerob-Aerob Media Model Sarang Tawon.
Sampel BOD (Mg/L) Penyisihan (%)
COD (Mg/L) Penyisihan (%)
MPN (Per 100 ml) Penyisihan (%) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
I 424,10 407,25 9,78 703,80 655,67 6,84 240 x 103 240 x 103 -
II 396,42 327,62 17,35 688,12 597,70 13,14 240 x 103 240 x 103 -
III 408, 68 244,75 40,11 621,46 401,82 35,34 280 x 103 240 x 103 14,29
IV 348,50 106,78 69,36 652,75 288,40 53,91 240 x 103 180 x 103 25,00
V 441,84 88,15 80,05 706,45 176,24 75,05 280 x 103 170 x 103 39,29
VI 322,65 28,30 91,22 586,32 98,12 83,26 280 x 103 130 x 103 53,57
NAB 30 70 10 x 103
0 0
14.29
25
39.29
53.57
6.8413.14
35.34
53.91
75.05
83.26
9.7817.35
40.11
69.36
80.05
91.22
Hari ke 2 Hari ke 6 Hari ke 10 Hari ke 14 Hari ke 16 Hari ke 18
MPN Coliform COD BOD
Gambar 2. Grafik Variasi Penyisihan BOD, COD dan MPN Coliform Terhadap Waktu
(hari) Setelah Pengolahan Sistem Biofilter Anaerob-Aerob dengan Penambahan EM4.