Dwi Tugas Waluyanto - bappeda.kalteng.go.idbappeda.kalteng.go.id/downloads/konregpdrb/Tayangan Bank...
38
Bank Indonesia Dwi Tugas Waluyanto Palangkaraya, 8 Juni 2015
Dwi Tugas Waluyanto - bappeda.kalteng.go.idbappeda.kalteng.go.id/downloads/konregpdrb/Tayangan Bank Indonesi… · Di Jawa perlambatan ekonomi disebabkan oleh menurunnya kinerja industri
Pertumbuhan Ekonomi EKONOMI NASIONAL DAN KALIMANTAN TRIWULAN I 2015, OUTLOOK EKONOMI 2015
Inflasi
INFLASI NASIONAL DAN KALIMANTAN TRIWULAN I 2015, OUTLOOK INFLASI 2015
Tantangan Ekonomi Kalimantan
STRUKTUR EKONOMI TERKONSENTRASI, KERENTANAN EKONOMI, PERKEMBANGAN DAN RISIKO MIGAS BATUBARA, PASCA PENERAPAN UU MINERBA
Pentingnya Infrastruktur
INFRASTRUKTUR UNTUK KONEKTIVITAS DAN ENERGI LISTRIK
Transformasi Perekonomian Kalimantan
MEMBANGUN KAPABILITAS INDUSTRI DAN POTENSI YANG ADA DI KALIMANTAN
Penutup
3
Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi Tw I 2015 Outlook Ekonomi 2015
4
Peta Pertumbuhan Ekonomi Daerah Tw-I 2015 (%, yoy)
Di Jawa perlambatan ekonomi disebabkan oleh menurunnya kinerja industri pengolahan, sejalan dengan melemahnya ekspor. Di Sumatera perlambatan sejalan dengan kontraksi ekonomi Aceh dan Riau akibat melemahnya kinerja pertambangan migas. Di Kalimantan perlambatan akibat kontraksi ekonomi Kalimantan Timur, terkait dengan pemburukan kinerja sektor batubara, yang
merupakan komoditas utama Kalimantan
SUMATERA
JAKARTA JAWA KALIMANTAN SULAMPUA BALI NUSRA
Sumber: BPS, diolah Ket: (1) TD2010 (2) Data backcasting internal, kecuali Tw IV-14 dan Tw I-15
4
gPDRB negatif
PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2015 melambat, namun diperkirakan akan membaik pada triwulan-triwulan mendatang…
Presenter
Presentation Notes
5 5
Sumber: BPS, diolah Tinggi Rendah
2015Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Sumatera 5.40 5.11 4.97 5.40 5.08 4.56 4.34 4.25 3.53 Jakarta 6.47 6.29 6.04 5.67 6.00 6.06 6.00 6.22 5.08 Jawa 6.11 6.39 6.07 6.06 5.21 5.28 5.43 6.02 5.20 Kalimantan 2.71 3.63 4.08 3.91 2.45 2.53 3.60 4.00 1.06 Timur Indonesia 8.43 5.82 8.17 9.22 5.53 6.71 6.01 5.04 6.90
WILAYAH 2013 2014
Pertumbuhan ekonomi wilayah Jawa & Jakarta turun ke bawah level historis (sedangkan wilayah Sumatra dan Kalimantan turun semakin jauh di bawah historis.
Wilayah Kalimantan dan Sumatera secara konsisten mengalami perlambatan dalam dua tahun terakhir sehingga kontribusi kedua wilayah tsb terhadap pertumbuhan ekonomi nasional terus menurun secara signifikan.
0,60 0,72 0,67 0,57 0,75 0,23 0,23 0,33 0,37 0,10
2,18 2,22 2,27 2,50 2,18
0,95 0,96 0,94 0,99 0,81
1,12 1,01 0,97 0,94 0,78
0
1
2
3
4
5
6
Q1 2014 Q2 2014 Q3 2014 Q4 2014 Q1 2015
Sumatera
Jakarta
Jawa
Kalimantan
TimurIndonesia
%, contribution
% yoy
5 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA Mayoritas propinsi pertumbuhan ekonomi nya turun, bahkan propinsi basis produksi migas tumbuh negatif…
Presenter
Presentation Notes
Heat Map menggunakan median dari data (row) sebagai basis dalam penentuan range warna, nilai diatas median menuju warna indikator hijau & nilai dibawah media menuju warna indikator merah.
6 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TRIWULAN I 2015 Perekonomian Kalimantan triwulan I 2015 melambat dalam akibat buruknya kinerja pertambangan dan industri olahan …
Pertumbuhan Ekonomi Terendah
Tumbuh jauh lebih rendah dibandingkan Nasional Melambat tajam dibndg dgn Tw IV 2014 4,0% &
Tw I 2014 2,6%
2.6 4.0
1.1
5.1 5.0 4.7
0123456789
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014 2015
Kalimantan Nasional%, yoy
Perlambatan akibat Kaltim terkontraksi. Pangsa Kaltim pd ekonomi Kalimantan 63%.
PertumbuhanTahunan
Pertambangan & Penggalian
Menurun Dalam
Pertambangan kontraksi 1,2%, setelah tw IV 2014 tumbuh 4,5% dan Tw I 2014 kontraksi 2,1%. Tambang batubara kontraksi sangat
dalam diikuti perlambatan migas Industri kontraksi 5,2% lebih dalam
dibndg dgn tw IV 2014 4.3% dan tw I tumbuh 4.0%
-10
-5
0
5
10
15
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014 2015
yoy, %Tambang
Industri
PertumbuhanTahunan
LAPANGAN USAHA / SEKTORAL
-1.2% -5.2%Tambang Industri
PENGGUNAAN
Ekspor Terkontraksi
Investasi melambat
Konsumsi RT dan pemerintah
Melemah
Pangsa 37%
Pangsa 17%
2.9%
Ekspor batubara, CPO dan karet turun Ekspor ke Tiongkok terkontraksi, ke India melambat
6.28
-49.91
-18.28
14.22
-30.18
-43.97
-18.28
2.89
-60
-40
-20
0
20
Tw IV 2014 Tw I 2015
%, yoy
AS TiongkokJepang
India
Realisasi PMA melambat Hasil liaison dan SKDU menyatakan perusahaan menahan investasi akibat kondisi eksternal
Ekspor Negara Tujuan
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
Tw IV 2014Tw I 2015
%, yoy)
Kredit Kons
Pendapatan
KetersediaanLap. Kerja
Konsumsi Barang
Daya beli terindikasi menurun Kons pemerintah juga rendah. Realisasi s/d tw I lebih rendah dibndg wil lain
IndikatorKons RT
Sumber : BPS, diolah
Sumber : BPS, diolah
Sumber : BPS, diolah
Sumber : BPS, diolah
6.1 7.
7
5.3
0.7 2.6
3.9 5.
3
4.0 3.
8 4.0
4.7
7.8
3.9
-1.31.1
KalBar KalTeng
KalSel KalTim Kalimantan
-2.4%
5.9%
I I II
Tw I 2014 Tw IV 2014 Tw I 2015
Presenter
Presentation Notes
Pertumbuhan tahunan ekonomi pada triwulan I 2015 melambat dalam dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 4,0% menjadi 1,1% Pertumbuhan ini merupakan yang terendah sepanjang 10 tahun terakhir Secara spasial melemahnya ekonomi Kalimantan akibat kontraksi yang terjadi di Kalimantan Timur, dimana pangsa Kalimantan Timur terhadap perekonomian Kalimantan sangat besar mencapai 63%. Sementara pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan tumbuh stabil, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat tumbuh meningkat Dilihat dari lapangan usaha, perlambatan utamanya didorong akibat kontraksi yang terjadi pada pertambangan dan industri. Kedua sektor ini memiliki pangsa yang sangat besar dalam perekonomian Kalimantan, mencapai 54%. Pertambangan kontraksi 1,2%, setelah tw IV 2014 tumbuh 4,5%. Hal ini akibat tambang batubara yang terkontraksi sangat dalam diikuti dengan perlambatan lifting migas Lebih lanjut lagi, industri mengalami kontraksi 5,2% atau lebih dalam dibndg dgn kontraksi tw IV 2014 sebesar 4.3%. Utamanya akibat industri migas yang turun Dari sisi penggunaan, ekspor terkontraksi, investasi melambat dan konsumsi melemah. Semua ekspor komoditas unggulan mengalami kontraksi. Dimana penyumbang kontraksi terbesar adalah batubara yang memiliki pangsa 80% dari ekspor Kalimantan. Dilihat dari negara tujuannya, ekspor ke Tiongkok masi mengalami kontraksi, Sementara ke India meskipun masi tumbuh namun mengalami perllambatan yang sangat dalam. Investasi melambat, dilihat dari realisasi penanaman modal asing yang melambat, dan hasil liaison dan survei kegiatan dunia usaha yang dilakukan KPw DN. Para pelaku usaha batubara dan migas cenderung menahan investasi melihat kondisi ke depan yang belum ada perbaikan. Konsumsi rumah tangga melemah. Hal ini terindikasi dari kredit konsumsi yang melemah, hasil survei konsumen yang mengindikasikan adanya penurunan pendapatan, ketersediaan lapangan kerja dan konsumsi barang. Sementara dari fiscal daerah, belum ada realisasi yang yang signifikan. Realisasi APBD provinsi di Kalimantan di bawah rata-rata realisasi rata-rata APBD seluruh provinsi di Indonesia. Masuk dalam 11 besar provinsi dengan realisasi terendah. Selain itu hal yang perlu menjadi perhatian lainnya adalah anggaran belanja provinsi di Kalimantan tidak sebesar tahun 2015, turun 12%. sejalan dengan pendapatan yang turun 10%. ---------- Share ekonomi Kalimantan thd nasional : 9,44% (rerata 2010-2014) …… (Triwulan I 2015) Struktur ekonomi Kalimantan per sektor : Pertambangan 38,2% ; Industri 18,4% ; Pertanian 11,6% ; PHR 8,4% (rerata 2010-2014) Struktur ekonomi Kalimantan per provinsi : Kaltim 64,2% ; Kalsel 13,4% ; Kalbar 13,4% ; Kalteng 9% (rerata 2010-2014) Share ekspor non migas Kalimantan thd nasional bds volume : 73,2% (rerata 2011-2014) Share ekspor non migas Kalimantan thd nasional bds nilai : 19,3% (rerata 2011-2014) Struktur ekspor Kalimantan bds volume : batubara 92% ; mineral 6,1% ; kayu & olahannya 0,6% (rerata 2011-2014) Struktur ekspor Kalimantan bds nilai : batubara 79,8% ; CPO 5,6% ; karet 4% ; kayu & olahannya 3,4% ; pupuk & kimia 3,1% ; mineral 2,2% (rerata 2011-2014)
7
PERTANIAN
INDUSTRI
TAMBANG
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN TRIWULAN II 2015
EKSPOR
KONSUMSI
INVESTASI
-1,6%
• Tambang migas dan nonmigas belum mengalami perbaikan
• Migas akibat natural declining*
• Non migas akibat Batubara belum membaik
• Faktor penahan industri migas tren turun seiring penurunan lifting migas.*
• Faktor pendorong Industri CPO membaik & tdpt smelter yng mulai operasi
• Tabama naik, program pemda dan pem pusat, pergeseran panen di Kalsel **
• Perkebunan naik, khususnya sawit*
• Faktor penahan a.l kinerja karet masih rendah**
• Batubara diperkirakan belum membaik sehingga menjadi penurun ekspor
• Konsumsi naik terkait bulan Ramadhan**
• Indeks ekpektasi ekonomi 3 bulan yad meningkat*** sejalan dgn perbaikan pertanian
• Mulainya realisasi proyek pemerintah sesuai dengan
pola historisnya** • Rencana ground breaking proyek KA Batubara Kalteng
Perekonomian Kalimantan triwulan II 2015 tumbuh terbatas utamanya ditopang oleh pertanian …
Sumber : BPS (diolah) dan perkiraan KPw BI di Kalimantan *Hasil liaison atau FGD; **Berdasarkan Informasi anecdotal dan olah data ; *** hasil survey
4.0 5.1
I II
2015
yoy, %
-1.2 -1.2
I II
2015
5.45 6.30
I II
2015
KALTIM
I IIyoy, %
-1.3-0.9
KALBAR
KALSEL
I II
yoy, %
4.7
5.2
I II
yoy, %
7.8
8.2
I II
yoy, %
3.9
4.4
KALIMANTAN
I
KALTENG
-5.2 -5.2
I II
2015
I II
2015
-2.5 -3.0
3.1 4.2
I II
2015
12%
16%
37%
I
II
1.5
1.1
yoy, %
Presenter
Presentation Notes
Pada triwulan II 2015, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Kalimantan tumbuh terbatas menjadi 1,5%. Dari sisi spasial, semua provinsi mengalami perbaikan. Meski demikian ekonomi Kalimantan Timur diperkirakan masih mengalami kontraksi. Perbaikan di semua provinsi ditopang oleh membaiknya kinerja pertanian. Perbaikan pertanian utamanya didorong dari naiknya subsector tanaman bahan makanan, Diperkirakan terjadi peningkatan produksi padi yang didukung oleh program pemerintah pusat dan daerah. Selain itu berdasar liaison akan terjadi peningkatan produksi CPO di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Hasil dari pembukaan lahan sebelumnya. Sementara itu industry pengolahan masih tumbuh kontraksi, industri migas diperkirakan masih dalam tren menurun. Sementara faktor pendorong dari industri CPO sejalan dengan selesainya pabrik CPO di kalimantan selatan Dari sisi pertambangan masih terjadi kontraksi pada level yang sama dengan periode sebelumnya. Pertambangan migas dan nonmigas belum mengalami perbaikan. Dari sisi penggunaan, ekspor diperkirakan masih kontraksi. Pertumbuhan terbatas terjadi di konsumsi, diindikasikan dengan ekspektasi konsumen. Selain itu dari sisi investasi diperkirakan akan terjadi perbaikan utamanya dari investasi pemerintah.
8 OUTLOOK PERKONOMIAN KALIMANTAN 2015 Perekonomian Kalimantan meneruskan tren perlambatan …..
melemah akibat belum membaiknya batubara & migas …
TANAMAN PANGAN Kenaikan produksi, SAWIT
Kenaikan produksi BATUBARA
Permintaan dr India naik, SMELTER
Sudah beroperasi 60% perusahaan
Operasional smelter Tdk Tepat Waktu
Terhambatnya program infrastruktur
Terlambatnya penyelesaian PLTA
Disinsentif pengalihan blok migas yng habis kontrak nya
Tiongkok dan Australia mengambil pasar batubara Kalimantan
Program peningkatan produksi tabama tdk optimal
Tantangan : aturan pem pusat dan isu lingkungan
Kendala RTRW, koordinasi dgn pem pusat, belanja modal APBD turun akibat DBH yg turun
Menurunkan serapan batubara
Pengalihan blok migas
memerlukan masa transisi
Peningkatan India dipenuhi oleh
Australia
Risiko dr kondisi cuaca dan
ketidakberhasilan UPSUS 2015
6.0 7.
4
5.4 2.7
3.9
5.0 6.
2
4.9
2.0 3.
25.3
8.0
4.8
-0.71.7
KalTeng KalSel KalTim
Kalimantan KalBar
2013 2014 2015
3.4
1.5
1.3
012345
I II III IV I IIp IIIp
2014 2015
yoy, % PertumbuhanKalimantan
-5
0
5
10
Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim
2015 I 2015 IIp2015 IIIp
yoy, %Pertumbuhan
Provinsi
Presenter
Presentation Notes
Memasuki triwulan III 2015, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Kalimantan masih belum menujukkan perbaikan. Utamanya akibat Kalimantan Timur yang masih mengalami kontraksi. Secara lapangan usaha, pertambangan masih belum membaik, sementara manufaktur masih terkontraksi meski tidak sebesar periode sebelumnya. Dari pertanian diperkirakan akan terdapat peningkatan Secara keseluruhan tahun 2015, diperkirakan pertumbuhan ekonomi masih dala tren menurun. Diperkirakan sebesar 1,7%, lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan kami sebelumnya di bulan Februari. Akibat lebih buruknya kinerja pertambangan dan industri dibandingkan dengan perkiraan kami sebelumnya. Beberapa faktor yang menahan pertumbuhan ekonomi berasal dari komoditas pertambangan dan industri, Dari komoditas Batubara, dierkirakan tidak ada perbaikan dari sisi harga. Sampai dengan akhir tahun 2015, pertumbuhan harga komoditas masih mengalami kontraksi. Hal ini terkait turunnya permintaan dari Tiongkok dan Amerika Serikat. Meskipun di sisi lain, permintaan dari India akan naik. Namun diperkirakan tidak dapat meningkatkan ekspor Kalimantan. Selain itu diperkirakan pasar domestik belum bisa menyerap batubara yang dialokasikan untuk domestik (domestic obligation market). Berdasar perkiraan dari ESDM Pasar domestic hanya mampu menyerap DMO sebesar 90%, masih tedapat sisa 10%. Hal ini dengan catatan, semua proyek PLTU beroperasi sesuai rencana. Dari sisi migas diperkiran koreksi harga masih terjadi. Dari sisi produksi, penurunan lifting migas beradsar liaison pada pelaku utama diperkirakan masih terjadi. Penurunan terutama disebabkan oleh natural decline, dimana tekanan di perut bumi sudah semakin berkurang karena banyaknya migas yang telah diambil sehingga sulit untuk mengangkat migas yang tersisa, walaupun cadangan sebenarnya masih banyak. Selain itu, selesainya kontrak pada tahun 2017 (Total) & 2018 (Chevron) membuat perusahaan tidak melakukan investasi. Dari sisi faktor pendorong terdapat beberapa hal yaitu naiknya produksi tanaman pangan didukung program pemerintah, kenaikan produksi sawit dan CPO hasil investasi sebelumnya, dan dari smelter yang diperkirakan sudah beroperasi. Selain itu, pemerintah akan memperbolehkan ekspor bauksit yang belum diolah dengan syarat akan membangun smelter. Sementara itu terdapat beberapa risiko di tahun 2015 yaitu berasal dari keberhasilan beberapa proyek seperti penyelesaian smelter, terdapat hambatan dan tantangan dalam pembangunan. Yaitu dari aturan pemerintah dan isu lingkungan. Selain itu risiko lain berasa ldari terlambatnya penyelsaian proyek PLTA sehingga mengurangi penyerapan batubara domestik. Terhambatnya program infrastruktur akan memberi tekanan pada investasi. Sehingga akan menahan pertumbuhan. Selain itu yang tidak kalah penting perlunyapemerintah mengawal pengalihan blk migas di Kalimantan, karena berpotensi akan menurunkan produksi lebih dalam. Risikio lain adalah kenaikan permintaan batubara India akan diambil oleh Australia dan adanya potensi Tiongkok menjadi eksportir batubara. Dari sisi pertanian risiko berasal dari cuaca dan ketidakberhasilan program peningkatan produksi.
9
Inflasi Perkembangan Inflasi Tw I 2015 Outlook Inflasi 2015
10 10 INFLASI INDONESIA Inflasi tetap terkendali dan mendukung pencapaian sasaran inflasi 2015 yakni 4,0±1% …
Inflasi
Inflasi triwulan I 2015 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, didorong oleh koreksi harga BBM dan dampak lanjutannya terhadap penurunan tarif angkutan dalam kota, serta deflasi kelompok volatile food.
Pada April 2015, inflasi meningkat bersumber dari kenaikan administered prices. Sementara tekanan inflasi dari kelompok inti dan volatile food relatif masih terjaga.
Presenter
Presentation Notes
11
Tekanan komoditas Adm. Price lebih rendah dipengaruhi dampak penyesuaian harga BBM Tw I-2015 tidak sebesar pada tw IV 2014. Serta adanya penundaan penyesuaian TTL
Tekanan inflasi Vol Food al bersumber dari beras, ikan segar, dan sayur mayur dipengaruhi berkurangnya pasokan (belum masuknya masa panen, dan berkurangnya tangkapan ikan segar) serta terganggunya distribusi/produksi karena curah hujan tinggi
Tekanan inflasi inti pada terutama bersumber dari kenaikan tariff sewa rumah dan nasi dengan lauk
Kalimantan
Nasional
Dis
agre
gasi
Tw
I - 2
015
Nas
- Ka
l
Dis
agre
gasi
Kal
iman
tan
Tw I
2014
- T
w I
201
5
Kalteng
Kalbar
Kalsel
Kaltim
INFLASI KALIMANTAN TRIWULAN I 2015 Pada triwulan I-2015, inflasi Kalimantan melambat meskipun lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional. Seiring dengan meredanya tekanan dari komoditas Adm. Price.
Presenter
Presentation Notes
Pada triwulan I 2015, Inflasi Kalimantan tercatat sebesar 7,31% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2014 sebesar 7,87% (yoy) maupun dari perkiraan sebelumnya (7,86%). Kondisi tersebut seiring dengan meredanya tekanan inflasi kelompok Administered Price khususnya BBM serta adanya penundaan kenaikan tarif TTL. Pada sisi lain, kelompok Volatile Food mengalami peningkatan seiring dengan berkurangnya pasokan beras (belum memasuki masa panen), ikan segar (berkurangnya hasil tangkapan karena curah hujan yang tinggi), sayur mayur (produksi menurun dikarenakan curah hujan tinggi). Selanjutnya, kondisi cuaca juga berdampak terhadap kelancaran arus distribusi barang dimana sebagian besar komoditi di Kalimantan dipasok dari luar Wialyah Kalimantan. Sementara, inflasi inti juga mengalami peningkatan antara lain dipengaruhi oleh biaya tarif sewa rumah dan harga nasi dengan lauk.
12 INFLASI KALIMANTAN TRIWULAN II 2015 Memasuki triwulan II-2015, inflasi Kalimantan terkendali dengan kecenderungan sedikit meningkat khususnya didorong Adm. Price
Perkiraan Perubahan Harga dan Pengeluaran 3 Bln Y.a.d
Downside Risk Membaiknya koordinasi d/r antisipasi kenaikan harga BBM
Upside Risk Tren kenaikan harga emas global
Upside Risk • Peningkatan Permintaan pd
bulan Ramadhan. • Serapan bulog belum
optimal
Downside Risk Terjaganya pasokan daging ayam ras, ikan,sayur, dan masa panen padi.
Adm. Price
Core
Vol. Food Kalbar
Kaltim
Kalteng
Kalsel
Tw II P 7,40%
NASIONAL
KALIMANTAN
Presenter
Presentation Notes
Memasuki triwulan II 2015, inflasi di Kalimantan relatif terkendali, meskipun cenderung sedikit meningkat dibandingkan triwulan I 2015, dan diperkirakan berada pada kisaran 7,40% (yoy). Kondisi tersebut, sejalan dengan adanya tekanan inflasi bersumber dari kelompok Administered Price dikarenakan adanya kenaikan harga BBM Bersubsidi pada bulan Maret 2015 dimana dampak penyesuaian harga BBM tersebut dirasakan pada bulan April 2015. Selanjutnya, kemungkinan adanya penyesuaian TTL, harga LPG 12 kg, dan kenaikan tarif angkutan udara seiring masuknya libur sekolah berpotensi memberikan tekanan pada kelompok Administered Price. Namun demikian, dampak penyesuaian harga BBM diharapkan dapat lebih terkendali sejalan dengan semakin membaiknya koordinasi berbagai instansi melalui forum TPID. Pada sisi lain, penurunan inflasi Volatile Food dan inflasi Inti diperkirakan dapat meredam laju inflasi Kalimantan pada triwulan II 2015. Meredanya tekanan inflasi kelompok Volatile Food antara lain dipengaruhi oleh terjaganya pasokan seperti ikan segar, sayur mayur (seiring dengan berkurangnya curah hujan), dan daging ayam ras dimana, berdasarkan Survei Pemantauan Harga yang dilakukan oleh KPwBI di Wilayah Kalimantan, harga daging ayam ras menunjukkan tren menurun. Sementara, inflasi inti relatif terjaga seiring dengan terjaganya harga komoditas global non minyak, terkendalinya ekspektasi, serta belum adanya penyesuaian harga (antara lain dipengaruhi oleh adanya potensi perlambatan ekonomi). Meskipun demikian, terdapat potensi tekanan terhadap inflasi Volatile food dan inflasi Inti diantaranya bersumber dari tren peningkatan permintaan khususnya pada bulan Ramadhan, belum optimalnya serapan bulog akibat HPP dibawah pasar sehingga dapat mempengaruhi kemampuan Bulog dalam stabilisasi harga beras. Selanjutnya, trend kenaikan harga emas global berpotensi memberikan tekanan pada inflasi inti. ------------------------------------------ Penyesuaian harga BBM 28 Maret 2015: Premium dari Rp6.800/ltr menjadi Rp7.300/ltr sedangkan solar dari Rp6.400/ltr menjadi Rp6.900/ltr Harga rata-rata daging ayam ras di Kalimantan pada Januari 2015 sebesar Rp30.872/ kg sementara pada April 2015 tercatat sebesar Rp25.467/kg HPP Bulog untuk Gabah Kering Petani (GKP)Rp3.700/kg sedangkan di harga GKP di pasar Rp4.500/kg di Jabar dan Rp5.000/kg di Jatim (Sumber: Kompas)
13 PROYEKSI INFLASI KALIMANTAN 2015 Pada tahun 2015, inflasi Kalimantan diperkirakan masih terkendali seiring dengan berbagai upaya peningkatan produksi pangan
Volatile Food • Kondisi cuaca yang berpotensi
mengganggu produksi dan distribusi.
• Konektivitas dan ketergantungan pasokan
Adm. Prices • Potensi penyesuaian harga BBM,
LPG dan TTL Core • Depresiasi Rupiah. • Potensi kenaikan harga emas
dunia
Volatile food • Program ketahanan pangan
Pemerintah daerah yang mendorong perluasan lahan pertanian.
• Implementasi kerjasama antar daerah terkait pemenuhan kebutuhan domestic.
• Adanya Pasar Penyeimbang dan kandang penyangga
Adm. Pices • Peran aktif pemerintah daerah
dalam mengendalikan inflasi, khususnya pada administered price
Core • Terkendalinya permintaan
domestic sejalan dengan potensi perlambatan ekonomi di Kalimantan
Risiko Pendorong Inflasi Potensi Peredam Inflasi
Proyeksi Inflasi Provinsi Triwulan II s.d Tw IV 2015
Faktor-faktor yang mempengaruhi Inflasi 2015 Kalimantan
Tw II Tw III Tw IVKalbar 9.40% 9.47% 8.69% 5.85%
Kalteng 7.10% 6.21% 5.11% 3.53%
Kalsel 7.30% 6.19% 6.47% 4.65%
Kaltim 7.70% 6.98% 6.55% 3.52%
Kalimantan 7.87% 7.40% 6.89% 4.28%
2015 PProvinsi 2014
4.28%
2015
Presenter
Presentation Notes
Pada tahun 2015, inflasi Kalimantan diperkirakan berada pada kisaran 4,28% (yoy). Relatif terkendalinya inflasi Kalimantan pada tahun 2015 antara lain dipengaruhi oleh berbagai upaya untuk menjaga stabilitas volatile food diantaranya melalui program ketahanan pangan, pasar penyeimbang, dan kandang penyangga. Selanjutnya, semakin baiknya pemahaman inflasi dan koordinasi berbagai instansi melalui forum TPID juga memberikan dampak positif terhadap laju inflasi. Potensi perlambatan perekonomian yang diikuti dengan penyesuaian permintaan domestik juga akan berdampak terhadap penurunan inflasi. Pada sisi lain, masih adanya risiko kenaikan harga minyak dunia yang berpotensi diikuti dengan penyesuaian harga BBM,TTL, dan LPG dikhawatirkan menimbulkan tekanan inflasi. Selanjutnya, kenaikan harga emas dunia berpotensi diikuti kenaikan harga emas perhiasan di dalam negeri yang berdampak terhadap inflasi inti. Tantangan inflasi Kalimantan ke depan juga masih dihadapkan pada adanya ketergantungan pasokan komoditas dari luar wilayah Kalimantan serta kondisi konektivitas yang belum memadai sehingga biaya logistik menjadi tinggi.
14
Tantangan Ekonomi Kalimantan Struktur Ekonomi Terkonsentrasi Kerentanan ekonomi thd kondisi eksternal Perkembangan, risiko migas dan batubara Pasca penerapan UU Minerba
15 STRUKTUR EKONOMI KALIMANTAN TERKONSENTRASI Struktur perekonomian Kalimantan bergantung pada satu komoditas yang tidak terbaharukan dan tidak bernilai tambah tinggi
Presenter
Presentation Notes
Memasuki triwulan III 2015, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Kalimantan masih belum menujukkan perbaikan. Utamanya akibat Kalimantan Timur yang masih mengalami kontraksi. Secara lapangan usaha, pertambangan masih belum membaik, sementara manufaktur masih terkontraksi meski tidak sebesar periode sebelumnya. Dari pertanian diperkirakan akan terdapat peningkatan Secara keseluruhan tahun 2015, diperkirakan pertumbuhan ekonomi masih dala tren menurun. Diperkirakan sebesar 1,7%, lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan kami sebelumnya di bulan Februari. Akibat lebih buruknya kinerja pertambangan dan industri dibandingkan dengan perkiraan kami sebelumnya. Beberapa faktor yang menahan pertumbuhan ekonomi berasal dari komoditas pertambangan dan industri, Dari komoditas Batubara, dierkirakan tidak ada perbaikan dari sisi harga. Sampai dengan akhir tahun 2015, pertumbuhan harga komoditas masih mengalami kontraksi. Hal ini terkait turunnya permintaan dari Tiongkok dan Amerika Serikat. Meskipun di sisi lain, permintaan dari India akan naik. Namun diperkirakan tidak dapat meningkatkan ekspor Kalimantan. Selain itu diperkirakan pasar domestik belum bisa menyerap batubara yang dialokasikan untuk domestik (domestic obligation market). Berdasar perkiraan dari ESDM Pasar domestic hanya mampu menyerap DMO sebesar 90%, masih tedapat sisa 10%. Hal ini dengan catatan, semua proyek PLTU beroperasi sesuai rencana. Dari sisi migas diperkiran koreksi harga masih terjadi. Dari sisi produksi, penurunan lifting migas beradsar liaison pada pelaku utama diperkirakan masih terjadi. Penurunan terutama disebabkan oleh natural decline, dimana tekanan di perut bumi sudah semakin berkurang karena banyaknya migas yang telah diambil sehingga sulit untuk mengangkat migas yang tersisa, walaupun cadangan sebenarnya masih banyak. Selain itu, selesainya kontrak pada tahun 2017 (Total) & 2018 (Chevron) membuat perusahaan tidak melakukan investasi. Dari sisi faktor pendorong terdapat beberapa hal yaitu naiknya produksi tanaman pangan didukung program pemerintah, kenaikan produksi sawit dan CPO hasil investasi sebelumnya, dan dari smelter yang diperkirakan sudah beroperasi. Selain itu, pemerintah akan memperbolehkan ekspor bauksit yang belum diolah dengan syarat akan membangun smelter. Sementara itu terdapat beberapa risiko di tahun 2015 yaitu berasal dari keberhasilan beberapa proyek seperti penyelesaian smelter, terdapat hambatan dan tantangan dalam pembangunan. Yaitu dari aturan pemerintah dan isu lingkungan. Selain itu risiko lain berasa ldari terlambatnya penyelsaian proyek PLTA sehingga mengurangi penyerapan batubara domestik. Terhambatnya program infrastruktur akan memberi tekanan pada investasi. Sehingga akan menahan pertumbuhan. Selain itu yang tidak kalah penting perlunyapemerintah mengawal pengalihan blk migas di Kalimantan, karena berpotensi akan menurunkan produksi lebih dalam. Risikio lain adalah kenaikan permintaan batubara India akan diambil oleh Australia dan adanya potensi Tiongkok menjadi eksportir batubara. Dari sisi pertanian risiko berasal dari cuaca dan ketidakberhasilan program peningkatan produksi.
16 KERENTANAN PERKONOMIAN KALIMANTAN Perkembangan ekonomi Kalimantan sangat bergantung pada kondisi eksternal …
Perkembangan perekonomian Kalimantan yang secara umum didominasi oleh ekspor, didorong oleh pergerakan harga komoditas dan tingkat permintaan dari negara tujuan.
Tren penurunan harga batubara dan perekonomian Tiongkok yang terus berlangsung menjadi penghambat perekonomian Kalimantan. Selain itu, harga komoditas karet dan sawit di pasar global juga melemah
Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan dan Harga Batubara
Perkembangan Ekspor CPO Kalimantan dan Harga CPO Internasional
Pertumbuhan Ekspor Batubara dan Perekonomian Tiongkok, India
Pertumbuhan Ekspor Karet Kalimantan dan Harga Karet Internasional
-
2
4
6
8
10
12
14
(40)
(20)
-
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
g.Ekspor (LHS)
g.PDB India (RHS)g.PDB Tiongkok (RHS)
(% yoy) (% yoy)
Presenter
Presentation Notes
Memasuki triwulan III 2015, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Kalimantan masih belum menujukkan perbaikan. Utamanya akibat Kalimantan Timur yang masih mengalami kontraksi. Secara lapangan usaha, pertambangan masih belum membaik, sementara manufaktur masih terkontraksi meski tidak sebesar periode sebelumnya. Dari pertanian diperkirakan akan terdapat peningkatan Secara keseluruhan tahun 2015, diperkirakan pertumbuhan ekonomi masih dala tren menurun. Diperkirakan sebesar 1,7%, lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan kami sebelumnya di bulan Februari. Akibat lebih buruknya kinerja pertambangan dan industri dibandingkan dengan perkiraan kami sebelumnya. Beberapa faktor yang menahan pertumbuhan ekonomi berasal dari komoditas pertambangan dan industri, Dari komoditas Batubara, dierkirakan tidak ada perbaikan dari sisi harga. Sampai dengan akhir tahun 2015, pertumbuhan harga komoditas masih mengalami kontraksi. Hal ini terkait turunnya permintaan dari Tiongkok dan Amerika Serikat. Meskipun di sisi lain, permintaan dari India akan naik. Namun diperkirakan tidak dapat meningkatkan ekspor Kalimantan. Selain itu diperkirakan pasar domestik belum bisa menyerap batubara yang dialokasikan untuk domestik (domestic obligation market). Berdasar perkiraan dari ESDM Pasar domestic hanya mampu menyerap DMO sebesar 90%, masih tedapat sisa 10%. Hal ini dengan catatan, semua proyek PLTU beroperasi sesuai rencana. Dari sisi migas diperkiran koreksi harga masih terjadi. Dari sisi produksi, penurunan lifting migas beradsar liaison pada pelaku utama diperkirakan masih terjadi. Penurunan terutama disebabkan oleh natural decline, dimana tekanan di perut bumi sudah semakin berkurang karena banyaknya migas yang telah diambil sehingga sulit untuk mengangkat migas yang tersisa, walaupun cadangan sebenarnya masih banyak. Selain itu, selesainya kontrak pada tahun 2017 (Total) & 2018 (Chevron) membuat perusahaan tidak melakukan investasi. Dari sisi faktor pendorong terdapat beberapa hal yaitu naiknya produksi tanaman pangan didukung program pemerintah, kenaikan produksi sawit dan CPO hasil investasi sebelumnya, dan dari smelter yang diperkirakan sudah beroperasi. Selain itu, pemerintah akan memperbolehkan ekspor bauksit yang belum diolah dengan syarat akan membangun smelter. Sementara itu terdapat beberapa risiko di tahun 2015 yaitu berasal dari keberhasilan beberapa proyek seperti penyelesaian smelter, terdapat hambatan dan tantangan dalam pembangunan. Yaitu dari aturan pemerintah dan isu lingkungan. Selain itu risiko lain berasa ldari terlambatnya penyelsaian proyek PLTA sehingga mengurangi penyerapan batubara domestik. Terhambatnya program infrastruktur akan memberi tekanan pada investasi. Sehingga akan menahan pertumbuhan. Selain itu yang tidak kalah penting perlunyapemerintah mengawal pengalihan blk migas di Kalimantan, karena berpotensi akan menurunkan produksi lebih dalam. Risikio lain adalah kenaikan permintaan batubara India akan diambil oleh Australia dan adanya potensi Tiongkok menjadi eksportir batubara. Dari sisi pertanian risiko berasal dari cuaca dan ketidakberhasilan program peningkatan produksi.
17 HARGA KOMODITAS Perekonomian dunia yang melambat berdampak pada harga komoditas internasional yang masih terus menurun...
Penurunan harga terbesar terutama terjadi pada komoditas batubara dan karet seiring dengan penurunan harga minyak dibandingkan tahun lalu
Penurunan harga batubara, tembaga, nikel, timah juga sejalan dengan pelemahan permintaan Tiongkok.
Pertumbuhan Harga Komoditas Ekspor Indonesia
Presenter
Presentation Notes
Memasuki triwulan III 2015, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Kalimantan masih belum menujukkan perbaikan. Utamanya akibat Kalimantan Timur yang masih mengalami kontraksi. Secara lapangan usaha, pertambangan masih belum membaik, sementara manufaktur masih terkontraksi meski tidak sebesar periode sebelumnya. Dari pertanian diperkirakan akan terdapat peningkatan Secara keseluruhan tahun 2015, diperkirakan pertumbuhan ekonomi masih dala tren menurun. Diperkirakan sebesar 1,7%, lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan kami sebelumnya di bulan Februari. Akibat lebih buruknya kinerja pertambangan dan industri dibandingkan dengan perkiraan kami sebelumnya. Beberapa faktor yang menahan pertumbuhan ekonomi berasal dari komoditas pertambangan dan industri, Dari komoditas Batubara, dierkirakan tidak ada perbaikan dari sisi harga. Sampai dengan akhir tahun 2015, pertumbuhan harga komoditas masih mengalami kontraksi. Hal ini terkait turunnya permintaan dari Tiongkok dan Amerika Serikat. Meskipun di sisi lain, permintaan dari India akan naik. Namun diperkirakan tidak dapat meningkatkan ekspor Kalimantan. Selain itu diperkirakan pasar domestik belum bisa menyerap batubara yang dialokasikan untuk domestik (domestic obligation market). Berdasar perkiraan dari ESDM Pasar domestic hanya mampu menyerap DMO sebesar 90%, masih tedapat sisa 10%. Hal ini dengan catatan, semua proyek PLTU beroperasi sesuai rencana. Dari sisi migas diperkiran koreksi harga masih terjadi. Dari sisi produksi, penurunan lifting migas beradsar liaison pada pelaku utama diperkirakan masih terjadi. Penurunan terutama disebabkan oleh natural decline, dimana tekanan di perut bumi sudah semakin berkurang karena banyaknya migas yang telah diambil sehingga sulit untuk mengangkat migas yang tersisa, walaupun cadangan sebenarnya masih banyak. Selain itu, selesainya kontrak pada tahun 2017 (Total) & 2018 (Chevron) membuat perusahaan tidak melakukan investasi. Dari sisi faktor pendorong terdapat beberapa hal yaitu naiknya produksi tanaman pangan didukung program pemerintah, kenaikan produksi sawit dan CPO hasil investasi sebelumnya, dan dari smelter yang diperkirakan sudah beroperasi. Selain itu, pemerintah akan memperbolehkan ekspor bauksit yang belum diolah dengan syarat akan membangun smelter. Sementara itu terdapat beberapa risiko di tahun 2015 yaitu berasal dari keberhasilan beberapa proyek seperti penyelesaian smelter, terdapat hambatan dan tantangan dalam pembangunan. Yaitu dari aturan pemerintah dan isu lingkungan. Selain itu risiko lain berasa ldari terlambatnya penyelsaian proyek PLTA sehingga mengurangi penyerapan batubara domestik. Terhambatnya program infrastruktur akan memberi tekanan pada investasi. Sehingga akan menahan pertumbuhan. Selain itu yang tidak kalah penting perlunyapemerintah mengawal pengalihan blk migas di Kalimantan, karena berpotensi akan menurunkan produksi lebih dalam. Risikio lain adalah kenaikan permintaan batubara India akan diambil oleh Australia dan adanya potensi Tiongkok menjadi eksportir batubara. Dari sisi pertanian risiko berasal dari cuaca dan ketidakberhasilan program peningkatan produksi.
18 PERKEMBANGAN, RISIKO MIGAS & BATUBARA Produksi migas terus turun terkait natural declining dibarengi dgn produksi batubara yg turun akibat tertahannya permintaan ...
Perkembangan lifting minyak dan gas di Kalimantan terus mengalami penurunan akibat penurunan produksi secara alamiah Pangsa pertambangan migas dalam perekonomian juga menurun digantikan dengan pertambangan nonmigas (batubara) Di sisi lain, produksi batubara juga menurun akibat permintaan yang melemah
• Koreksi harga disebabkan oleh perlambatan ekonomi Tiongkok & turunnya konsumsi AS, meskipun sedikit terbantu oleh kenaikan konsumsi India
• Afsel menaikkan produksi pasca beroperasinya rel kereta • Potensi koreksi masih akan tetap terjadi terindikasi dari
penurunan impor Tiongkok 46% (yoy) pada Q1 2015 • Kebutuhan batubara dalam negeri tidak dapat menyerap seluruh
DMO
Presenter
Presentation Notes
Memasuki triwulan III 2015, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Kalimantan masih belum menujukkan perbaikan. Utamanya akibat Kalimantan Timur yang masih mengalami kontraksi. Secara lapangan usaha, pertambangan masih belum membaik, sementara manufaktur masih terkontraksi meski tidak sebesar periode sebelumnya. Dari pertanian diperkirakan akan terdapat peningkatan Secara keseluruhan tahun 2015, diperkirakan pertumbuhan ekonomi masih dala tren menurun. Diperkirakan sebesar 1,7%, lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan kami sebelumnya di bulan Februari. Akibat lebih buruknya kinerja pertambangan dan industri dibandingkan dengan perkiraan kami sebelumnya. Beberapa faktor yang menahan pertumbuhan ekonomi berasal dari komoditas pertambangan dan industri, Dari komoditas Batubara, dierkirakan tidak ada perbaikan dari sisi harga. Sampai dengan akhir tahun 2015, pertumbuhan harga komoditas masih mengalami kontraksi. Hal ini terkait turunnya permintaan dari Tiongkok dan Amerika Serikat. Meskipun di sisi lain, permintaan dari India akan naik. Namun diperkirakan tidak dapat meningkatkan ekspor Kalimantan. Selain itu diperkirakan pasar domestik belum bisa menyerap batubara yang dialokasikan untuk domestik (domestic obligation market). Berdasar perkiraan dari ESDM Pasar domestic hanya mampu menyerap DMO sebesar 90%, masih tedapat sisa 10%. Hal ini dengan catatan, semua proyek PLTU beroperasi sesuai rencana. Dari sisi migas diperkiran koreksi harga masih terjadi. Dari sisi produksi, penurunan lifting migas beradsar liaison pada pelaku utama diperkirakan masih terjadi. Penurunan terutama disebabkan oleh natural decline, dimana tekanan di perut bumi sudah semakin berkurang karena banyaknya migas yang telah diambil sehingga sulit untuk mengangkat migas yang tersisa, walaupun cadangan sebenarnya masih banyak. Selain itu, selesainya kontrak pada tahun 2017 (Total) & 2018 (Chevron) membuat perusahaan tidak melakukan investasi. Dari sisi faktor pendorong terdapat beberapa hal yaitu naiknya produksi tanaman pangan didukung program pemerintah, kenaikan produksi sawit dan CPO hasil investasi sebelumnya, dan dari smelter yang diperkirakan sudah beroperasi. Selain itu, pemerintah akan memperbolehkan ekspor bauksit yang belum diolah dengan syarat akan membangun smelter. Sementara itu terdapat beberapa risiko di tahun 2015 yaitu berasal dari keberhasilan beberapa proyek seperti penyelesaian smelter, terdapat hambatan dan tantangan dalam pembangunan. Yaitu dari aturan pemerintah dan isu lingkungan. Selain itu risiko lain berasa ldari terlambatnya penyelsaian proyek PLTA sehingga mengurangi penyerapan batubara domestik. Terhambatnya program infrastruktur akan memberi tekanan pada investasi. Sehingga akan menahan pertumbuhan. Selain itu yang tidak kalah penting perlunyapemerintah mengawal pengalihan blk migas di Kalimantan, karena berpotensi akan menurunkan produksi lebih dalam. Risikio lain adalah kenaikan permintaan batubara India akan diambil oleh Australia dan adanya potensi Tiongkok menjadi eksportir batubara. Dari sisi pertanian risiko berasal dari cuaca dan ketidakberhasilan program peningkatan produksi.
19 PASCA PENERAPAN UU MINERBA Pasca Penerapan UU Minerba, ekspor Kalbar, Kalsel, Kalteng tercatat melambat di tengah penyesuaian proses kerja pelaku usaha ...
UU Minerba yang bertujuan meningkatkan nilai tambah efektif diberlakukan pada Januari 2014 untuk kegiatan ekspor hasil tambang mineral.
Di Kalimantan, hasil tambang mineral yang terdampak UU tersebut adalah bijih besi (Kalteng dan Kalsel) serta Bauksit (Kalteng dan Kalbar).
Dalam jangka pendek UU Minerba berdampak pada penurunan ekspor Provinsi Kalbar dan Kalteng, sementara di Provinsi Kalsel dampaknya lebih minimal karena ekspor didominasi oleh komoditas batubara.
Namun demikian, dalam jangka yang lebih panjang, ekspor turunan mineral akan mengalami peningkatan pasca realisasi investasi smelter.
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
2011 2012 2013 2014
(% yoy)Kalteng
Kalbar
Kalsel
Pertumbuhan Ekspor (PDRB) Per Provinsi Ekspor Mineral Per Provinsi
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
Kalteng Kalsel Kalteng Kalbar
Bijih Besi & turunannya Bauksit & turunannya
2011 2012 2013 2014 2015(juta ton)
Perkembangan Pembangunan Smelter
Presenter
Presentation Notes
Memasuki triwulan III 2015, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Kalimantan masih belum menujukkan perbaikan. Utamanya akibat Kalimantan Timur yang masih mengalami kontraksi. Secara lapangan usaha, pertambangan masih belum membaik, sementara manufaktur masih terkontraksi meski tidak sebesar periode sebelumnya. Dari pertanian diperkirakan akan terdapat peningkatan Secara keseluruhan tahun 2015, diperkirakan pertumbuhan ekonomi masih dala tren menurun. Diperkirakan sebesar 1,7%, lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan kami sebelumnya di bulan Februari. Akibat lebih buruknya kinerja pertambangan dan industri dibandingkan dengan perkiraan kami sebelumnya. Beberapa faktor yang menahan pertumbuhan ekonomi berasal dari komoditas pertambangan dan industri, Dari komoditas Batubara, dierkirakan tidak ada perbaikan dari sisi harga. Sampai dengan akhir tahun 2015, pertumbuhan harga komoditas masih mengalami kontraksi. Hal ini terkait turunnya permintaan dari Tiongkok dan Amerika Serikat. Meskipun di sisi lain, permintaan dari India akan naik. Namun diperkirakan tidak dapat meningkatkan ekspor Kalimantan. Selain itu diperkirakan pasar domestik belum bisa menyerap batubara yang dialokasikan untuk domestik (domestic obligation market). Berdasar perkiraan dari ESDM Pasar domestic hanya mampu menyerap DMO sebesar 90%, masih tedapat sisa 10%. Hal ini dengan catatan, semua proyek PLTU beroperasi sesuai rencana. Dari sisi migas diperkiran koreksi harga masih terjadi. Dari sisi produksi, penurunan lifting migas beradsar liaison pada pelaku utama diperkirakan masih terjadi. Penurunan terutama disebabkan oleh natural decline, dimana tekanan di perut bumi sudah semakin berkurang karena banyaknya migas yang telah diambil sehingga sulit untuk mengangkat migas yang tersisa, walaupun cadangan sebenarnya masih banyak. Selain itu, selesainya kontrak pada tahun 2017 (Total) & 2018 (Chevron) membuat perusahaan tidak melakukan investasi. Dari sisi faktor pendorong terdapat beberapa hal yaitu naiknya produksi tanaman pangan didukung program pemerintah, kenaikan produksi sawit dan CPO hasil investasi sebelumnya, dan dari smelter yang diperkirakan sudah beroperasi. Selain itu, pemerintah akan memperbolehkan ekspor bauksit yang belum diolah dengan syarat akan membangun smelter. Sementara itu terdapat beberapa risiko di tahun 2015 yaitu berasal dari keberhasilan beberapa proyek seperti penyelesaian smelter, terdapat hambatan dan tantangan dalam pembangunan. Yaitu dari aturan pemerintah dan isu lingkungan. Selain itu risiko lain berasa ldari terlambatnya penyelsaian proyek PLTA sehingga mengurangi penyerapan batubara domestik. Terhambatnya program infrastruktur akan memberi tekanan pada investasi. Sehingga akan menahan pertumbuhan. Selain itu yang tidak kalah penting perlunyapemerintah mengawal pengalihan blk migas di Kalimantan, karena berpotensi akan menurunkan produksi lebih dalam. Risikio lain adalah kenaikan permintaan batubara India akan diambil oleh Australia dan adanya potensi Tiongkok menjadi eksportir batubara. Dari sisi pertanian risiko berasal dari cuaca dan ketidakberhasilan program peningkatan produksi.
20
Pentingnya Infrastruktur Infrastruktur Konektivitas Infrastruktur Energi Listrik
21 Konektivitas, Pengembangan Ekonomi, dan Stabilitas Harga Minimnya infrastruktur pendukung konektivitas di Kalimantan menjadi salah satu disinsentif investasi swasta…
Pertumbuhan Ekonomi dan Konektivitas
… belum baiknya konektivitas membuat pelaku usaha enggan berinvestasi…
Pembentukan Harga dan Konektivitas
0
5
10
15
20
25
30
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Kalimantan SumateraSulampua Balinustra Jawa
(% share)
Porsi investasi di PDRB Kalimantan cenderung rendah dibandingkan dengan wilayah lainnya
… biaya distribusi di Kalimantan relatif tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya…
Investasi PMA dan PMDN masih terkonsentrasi 14
13
46
57
Pang
saPM
DNPa
ngsa
PM
A
Jawa (tmsk Jakarta)Sumatera
SulampuaBalnustra
Kalimantan
Jawa (tmsk Jakarta)
%
Pangsa ongkos distribusi dalam struktur biaya pedagang cukup besar
Pangsa PMA danPMDN di Wil
Indonesia
Pangsa Investasi dlmPDRB di Wil Indonesia
Kondisi infrastruktur mempengaruhi secara signifikan pembentukan harga dan disparitas harga pangan antar kota. (Sumber KPw Banjarmasin, Riset Ketahanan Pangan Wilayah Kalimantan )
Struktur Biaya PelakuUsaha Komoditas Beras
Sumber: BPS, diolah
Sumber: BKPM, diolah
Sumber: Riset Ketahanan Pangan
Biaya distribusi ke Kalimantan cenderung tinggi dibandingkan ke wilayah lainnya Sumatera
Rp550-1.250/km
Kalimantan Rp750-1.650/km
Nusa Tenggara Rp390-860/km
Sulampua Rp420-1.330/km
Sumber : Perusahan kargo, diolah
Biaya kargo/km dari jakarta
Presenter
Presentation Notes
Minimnya konektivitas menjadi tekanan pada pertumbuhan ekonomi dan pembentukan harga pangan Berdasar liaison dan survei pelaku usaha enggan membangun industry hilir di Kalimantan akibat masih buruknya konektivitas. Selain masalah lainnya seperti listrik. Dalam pembentukan harga, biaya distribusi di Kalimantan juga cenderung lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya. Hal ini akan memengaruhi stabiltas harga di Kalimantan khususnya pangan, mengingat pangsa ongkos distribusi yang cukup besar dalam pembentukan harga di pedagang pangan. Lebih lanjut lagi berdasar penelitian yang dilakukan kondisi infrastruktur mempengaruhi secara signifikan pembentukan harga dan disparitas harga pangan antar kota.
22 Kondisi Konektivitas Minimnya infrastruktur pendukung konektivitas di Kalimantan …
Bandara
Kalimantan 6,4 KTI 15,9
Sumatera 8,1 Jawa 11,6
Jalan Raya Panjang Jalan / 100 km2 Jalan Rusak
Kalimantan 1,17 km 11,04%
Sumatera 2,41 km 10,73%
Jawa 4,33 km 8,14%
KTI 1,99 km 11,71%
Infrastruktur Lain • Belum terdapatnya moda transportasi kereta • Spesifikasi jembatan di atas sungai yang tidak
sesuai dengan standar ruang bebas • Konektivitas antar moda transportasi belum
memadai • Dukungan investor dalam pembangunan
infrastruktur masih rendah
Ketersediaan bandara* di Kalimantan relatif rendah dibandingkan wilayah lainnya
Ketersediaan dan kualitas jalan di Kalimantan cenderung rendah
* (bandara/100.000km2)
Pelabuhan Ketersediaan dan kualitas transportasi laut di Kalimantan cenderung rendah
Sumber : Bappenas
* Indeks konektivitas provinsi diukur dgn memperhitungkan jumlah kapal terdaftar, kapasitas kontainer, ukuran maksimum vessels, jmlh kunjungan kapal, dan pengiriman perusahaan terdaftar
Sumber : Binamarga
Presenter
Presentation Notes
Rendahnya konektivitas di Kalimantan terindikasi dari rendahnya kuantitas dan kualitas jalan raya, relatif sedikitnya ketersediaan bandara dan pelabuhan di Kalimantan. Selain itu, moda transportasi kereta dan konektivitas antar moda juga masih belum tersedia. Pembangunan infrastrukur juga dipersulit oleh kondisi jembatan atas sungai di Kalimantan yang tidak sesuai dengan standar sehingga tidak dapat dilewati kapal besar. Dukungan investor dalam pembangunan infrastruktur masih rendah, investasi infrastruktur masih terkonsentrasi di Pulau Jawa.
23 Meningkatkan Konektivitas Beberapa proyek infrastruktur RPJMN 2014-2019 sudah mulai
memasuki realisasi meskipun terdapat berbagai kendala…
*Hasil liaison atau FGD dengan dinas terkait dan/atau perusahaan; **Berdasarkan Informasi anecdotal dan olah data ; *** hasil survey
Pembebasan lahan yang sulit* Infrastruktur dan suplai energi yang tidak
memadai Terjadi pendangkalan di alur sungai* Banyaknya lintasan sebidang jembatan yang tidak
sesuai standar ruang bebas mengakibatkan kapal-kapal tidak dapat masuk*.
Buruknya sistem navigasi sehingga tidak dapat dilalui pada malam hari.
Kendala Infrastruktur Pendukung Konektivitas Proyek 2015 1 Pembangunan Bandara 1 Konstruksi 4 Pengembangan terminal 1 Konsep 1 Desain 2 Konstruksi 1 Pengembangan runway 1 Konstruksi
813 miliar
4 Pembangunan Pelabuhan 3 Konsep 1 Pasca Tender 1 Pengembangan Pelabuhan 1 Konstruksi 1 Normalisasi sungai 1 Desain
40 Pembangunan Jalan 3 Konsep 7 Dokumentasi 12 Pasca Tender 18 Konstruksi 154 Pengembangan Jalan 6 Dokumentasi 50 Pasca Tender 97 Konstruksi 1 Tender 27 Pembangunan Jembatan 5 konsep 16 Dokumentasi 4 Pasca Tender 2 Konstruksi 14 Pengembangan Jembatan 1 konsep 10 Pasca Tender 1 Tender 2 Konstruksi 2 Pembangunan Terminal Bis 1 konsep 1 Dokumentasi
351 miliar
8,84 triliun
Progress Pembangunan Infrastruktur
Jalan
Kemajuan tercermin dari nilai proyek yang telah melewati tahap tender yang naik menjadi Rp2,4 T (Mei 2015) dari sebelumnya Rp1,5T (Apr 2015) atau mengalami kenaikan 61%
Juta Rp
All StageStage : Post Tender &
ConstructionAll Stage
Stage : Post Tender & Construction
% Proyek Selesai 2015 (All Stage)
% New Building (All Stage)
DKI Jakarta 3,986,370 3,549,561 9,704,761 9,083,302 19.2% 97.7%Jawa Barat 3,564,663 3,558,963 4,707,165 4,704,865 14.4% 87.5%Kalimantan Timur 2,180,880 2,087,380 2,320,850 2,227,350 31.9% 81.9%Banten 2,244,140 1,722,890 2,137,660 1,784,050 57.8% 48.5%Jawa Tengah 1,946,723 1,873,148 2,668,134 2,627,934 70.6% 27.9%Kalimantan Tengah 1,646,050 1,646,050 1,647,020 1,647,020 60.9% 0.0%Sulawesi Tengah 1,583,820 1,504,020 1,630,820 1,630,820 29.3% 0.0%TOTAL 31,671,442 26,386,290 39,415,632 34,501,075 44.5% 51.8%*) Data ditarik pada 1 April 2015 dan **) Data ditarik pada 4 Mei 2015
Provinsi
Posisi per April *) Posisi per Mei **)
Sumber: BCI Asia
Presenter
Presentation Notes
Dalam meningkatkan konektivitas, pemerintah berkomitmen membangun infrastruktur penunjang transportasi, baik pelabuhan, jalan raya, bandara maupun kereta dengan total investasi mencapai Rp 17,6 triliun. Dalam realisasinya, terdapat beberapa hambatan, yakni sulitnya pembebasan lahan, infrastruktur dan energi masih kurang memadai, terjadinya pendangkalan arus sungai, dan khusus pembangunan kereta batubara oleh swasta kurang mendapat dukungan dari pemerintah pusat karena hanya untuk komoditas batubara.
24
80% 6% 21%
37% 44% 13%
75% 15% 9%
Kondisi Listrik di Kalimantan
Penjualan Listrik/kapita
Ketersediaan listrik di Kalimantan sangat terbatas dengan penjualan terbesar masih didominasi rumah tangga ...
Provinsi Penjualan Listrik/kapita
Kalbar 375
Kalteng 358.4
Kalsel 487.9
Kaltim 649.1
Sumber Energi Listrik
Pengguna Listrik
Kalimantan
Jawa Timur
Banten
Kalimantan
Jawa Timur
Banten
PLTD 66%
PLTU 19%
PLTG 11%
PLTGU 3%
PLTA 2%
PLTU 70%
PLTG 5%
PLTGU 22%
PLTA 3%
PLTU 88%
PLTGU 12%
KONDISI LISTRIK DI PERBATASAN • Kebutuhan listrik daerah terpencil di perbatasan, seperti Entikong (Kalimantan Barat dan Sarawak) masih belum sepenuhnya terpenuhi dari dalam negeri sehingga PLN melakukan pembelian tenaga listrik ke Sarawak, Malaysia.
• Harga listrik Malaysia (Rp900/KWh) lebih murah dibandingkan harga produksi PLN (Rp2.500/KWh). • Kabupaten Nunukan & Tana Tidung (Sebatik) yang berbatasan langsung dengan Malaysia, sebagian masih belum
menerima aliran listrik PLN
Penjualan listrik/kapita Kalimantan jauh di bawah Jawa Timur dan Banten
Pengguna listrik di Kalimantan didominasi oleh rumah tangga, sementara di Banten dan Jatim oleh industri
Sumber energi listrik masih berasal dari diesel dgn biaya tinggi, sementara di Jatim dan Banten dari batubara
Presenter
Presentation Notes
Dibutuhkan listrik untuk pengembangan industry. Saat ini penjualan listrik per kapita di Kalimantan cukup rendah, dibandingkan dengan di Jawa Timur dan Banten yang memiliki banyak industri. Sumber energy listrik Kalimantan juga berasal dari bahan baku yang mahal yaitu sebanyak 66% dari diesel, sementara di Jatim 70% dari PLTU dan Banten 88% dari PLTU Dari penggunaan listriknya juga, hanya sedikit listrik di Kalimantan yang digunakan untuk industri. Jauh lebih rendah dibandingkan penggunaan di Jawa Timur dan Banten. Terdapat beberapa kabupaten di perbatasan yang belum dialiri listrik, dan untuk yang sudah dialiri listrik sebagian besar dipenuhi dari Malaysia Ke depan akan dibangun 1.900 MW listrik di Kalimantan dari total proyek Nasional sebesar 35.000 MW. Namun sayangnya penambahan ini belum memperhitungkan kebutuhan industri yang dibutuhkan Transformasi di Kalimantan.
25
Kalimantan Banten Jatim
PLTA 1% 2%
PLTGU 1% 10% 35%
PROYEKSI KONDISI LISTRIK
• Nasional akan ada penambahan pembangkit 35.900 MW (Kalimantan 1.900 MW, kapasitas saat ini 1.416 MW)
• Namun hal ini dengan asumsi share konsumsi industri tidak berubah • Melihat struktur Banten & Jatim yang memiliki smelter, industri merupakan
konsumen utama listrik. • Dengan asumsi tsb, diperkirakan tambahan 1.900 MW masih akan belum
cukup untuk memenuhi permintaan listrik Kalimantan. • Sumber energi masih ada yang berasal dari diesel
Rencana Penambahan Listrik PROYEK PENAMBAHAN LISTRIK PERKIRAAN PENGGUNA LISTRIK
Kalimantan
Sumber : Statistik PLN & RUPTL PLN 2015-2024
RENCANA SUMBER ENERGI
Presenter
Presentation Notes
Dibutuhkan listrik untuk pengembangan industry. Saat ini penjualan listrik per kapita di Kalimantan cukup rendah, dibandingkan dengan di Jawa Timur dan Banten yang memiliki banyak industri. Sumber energy listrik Kalimantan juga berasal dari bahan baku yang mahal yaitu sebanyak 66% dari diesel, sementara di Jatim 70% dari PLTU dan Banten 88% dari PLTU Dari penggunaan listriknya juga, hanya sedikit listrik di Kalimantan yang digunakan untuk industri. Jauh lebih rendah dibandingkan penggunaan di Jawa Timur dan Banten. Terdapat beberapa kabupaten di perbatasan yang belum dialiri listrik, dan untuk yang sudah dialiri listrik sebagian besar dipenuhi dari Malaysia Ke depan akan dibangun 1.900 MW listrik di Kalimantan dari total proyek Nasional sebesar 35.000 MW. Namun sayangnya penambahan ini belum memperhitungkan kebutuhan industri yang dibutuhkan Transformasi di Kalimantan.
26
Transformasi Ekonomi Kalimantan Membangun Kapablitias Industri Potensi Kalimantan
27
Pentingnya transformasi ekonomi Kalimantan menjawab tantangan yang ada …
Ketergantungan Ekonomi pada Pertambangan & Migas
• Secara sektoral ‒ Share pertambangan dan
industri migas 48% dari PDRB. ‒ Sektor pertambangan dan
industri migas Mempengaruhi
kinerja sektor perdagangan dan pengangkutan
• Secara penggunaan ‒ Share net-ekspor 45%
EKSTERNAL • Tren penurunan harga
batubara sejak 2012 & harga minyak sejak pertengahan tahun 2014 Risiko : penurunan harga lebih dalam
• Perekonomian Tiongkok melambat, Risiko perlambatan lebih dalam
Tantangan & Risiko Ekonomi Kalimantan Industri
• Dampak industrialisasi o Pertumbuhan ekonomi o Penyerapan tenaga kerja o Peningkatan SDA o Diversifikasi sektor ekonomi dan
ekspor
• Industrialisasi membutuhkan pembangunan infrastruktur berpengaruh signifikan thdp peningkatan pendapatan per kapita (DKEM, 2013)
• LISTRIK merupakan infrastruktur utama.
DOMESTIK • Kebijakan “menjaga batubara”
dengan cara menahan produksi stabil 400 juta ton/tahun sampai 2019 (2014 sbsr 421 juta ton)
• Serapan batubara domestik (DMO) pada tahun 2019 diestimasi hanya 30% dari target 60%.
• Penurunan lifting migas yang berdampak pada penurunan produksi industri migas.
Jika tidak ada transformasi: pertumbuhan ekonomi rendah dan melambat, pengangguran meningkat, migrasi SDM ,
maka sasaran RPJMN tidak akan tercapai
2015 5,0% 7,6% 2019
Sasaran Pertumbuhan Ekonomi
4,1%
Sasaran Pertumbuhan Ekonomi RPJMN 2009
4,8%
2009 2014
Realisasi 5,4% Realisasi 3,2% 33
MEMBANGUN KAPABILITAS INDUSTRI
Presenter
Presentation Notes
Ketergantungan ekonomi Kalimantan pada pertambangan dan migas sangat tinggi. Tercermin dari tingginya pangsa pertambangan dan industri migas pada PDRB Kalimantan, yaitu sekitar 48%. Lebih jauh lagi kedua sektor ini memliki pengaruh yang besar pada kinerja sektor ekonomi lainnya seperti perdagangan dan pengangkutan. Selain itu dilihat dari sisi penggunaan, pangsa share net ekspor tercatat tinggi yaitu sebesar 45%. Lebih jauh lagi dilihat dari komoditas ekspor unggulan, batubara 80% menyumbang ekspor Kalimantan. Dengan struktur perekonomian ini pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sulit tercapai. Selain itu perekonomian ini juga sangat rentan terhadap kondisi eksternal. Ditambah lagi tantangan dan risiko yang dihadapi tidaklah mudah. Dari sisi eksternal, terdapat risiko penurunan harga komoditas yang lebih dalam ditengah perlambatan perekonomian Negara utama dagang Kalimantan, Tiongkok. Sementara dari sisi domestik, di era pemerintahan baru ini terdapat kebijakan untuk menjaga batubara kita. Produksi ditahan stabil pada kisaran 400 juta per ton sampai dengan tahun 2019. Selain itu ketentuan peruntukan batubara untuk pasar domestik dinaikkan dari 24% menjadi 60%. Namun sayangnya ketersediaan batubara di pasar domestik belum dibarengi dengan rencana yang matang penyerapannya. Diperkirakan pada tahun 2019, pasar domestik hanya bisa menyerap 30% produksi Dari sisi migas, terjadi tren penurunan Jika tidak ada transformasi: pertumbuhan ekonomi akan rendah dan melambat, sehingga pengangguran meningkat, akan terjadi migrasi SDM , Sasaran pertumbuhan ekonomi dalam RPJMN tidak akan tercapai. Pada tahun 2015 target pertumbuhan sebesar 5,0% dan di tahun 2019 naik tajam menjadi 7.6%. Sebagai informasi tambahan pada tahun 2014, sasaran pertumbuhan Kalimantan dalam RPJMN sebesar 4,8% tidak tercapai. Untuk itu dibutuhkan transformasi ekonomi dengan meningkatkan nilai tambah perekonomian melalui industri. Dampak dari industrialisasi pertumbuhan ekonomi yang meningkat, penyerapan tenaga kerja yang naik, peningkatan sumber daya alam. Industrialisasi membutuhkan infrastruktur, utamanya listrik. Karena listrik merupakan infrastruktur utama. Pertumbuhan India yang tinggi juga didukung oleh peningkatan kapasitas listrik.
28
Mengembangkan industri Kalimantan berbahan dasar sumber daya yang ada … K
ALIM
ANTA
N
JAW
A
ENERGI (Batubara,
Minyak, Gas, Air)
BAHAN BAKU (Bijih
Besi, Bauksit)
Pertambangan
Ekspor
Impor BARANG ½ JADI (Alumina, Besi
Baja)
SAAT INI KEDEPAN INFRASTRUKTUR
ENERGI (Batubara,
Minyak, Gas, Air)
Industri
BAHAN BAKU (BIJIH BESI BAUKSIT SAWIT)
1
2
3
Ekspor Domestik 4
1
2
BARANG ½ JADI (Alumina, Besi
Baja, CPO)
Industri Teknologi Tinggi Elektronik, otomotif, dll
Industri Teknologi Tinggi Elektronik, otomotif, dll
Comparative Advantage Competitive Advantage
34
Transformasi Kalimantan
29 POTENSI SUMBER DAYA ENERGI Potensi sumber daya energi yang melimpah perlu dimanfaatkan untuk pengembangan industri …
Presenter
Presentation Notes
Memasuki triwulan III 2015, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Kalimantan masih belum menujukkan perbaikan. Utamanya akibat Kalimantan Timur yang masih mengalami kontraksi. Secara lapangan usaha, pertambangan masih belum membaik, sementara manufaktur masih terkontraksi meski tidak sebesar periode sebelumnya. Dari pertanian diperkirakan akan terdapat peningkatan Secara keseluruhan tahun 2015, diperkirakan pertumbuhan ekonomi masih dala tren menurun. Diperkirakan sebesar 1,7%, lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan kami sebelumnya di bulan Februari. Akibat lebih buruknya kinerja pertambangan dan industri dibandingkan dengan perkiraan kami sebelumnya. Beberapa faktor yang menahan pertumbuhan ekonomi berasal dari komoditas pertambangan dan industri, Dari komoditas Batubara, dierkirakan tidak ada perbaikan dari sisi harga. Sampai dengan akhir tahun 2015, pertumbuhan harga komoditas masih mengalami kontraksi. Hal ini terkait turunnya permintaan dari Tiongkok dan Amerika Serikat. Meskipun di sisi lain, permintaan dari India akan naik. Namun diperkirakan tidak dapat meningkatkan ekspor Kalimantan. Selain itu diperkirakan pasar domestik belum bisa menyerap batubara yang dialokasikan untuk domestik (domestic obligation market). Berdasar perkiraan dari ESDM Pasar domestic hanya mampu menyerap DMO sebesar 90%, masih tedapat sisa 10%. Hal ini dengan catatan, semua proyek PLTU beroperasi sesuai rencana. Dari sisi migas diperkiran koreksi harga masih terjadi. Dari sisi produksi, penurunan lifting migas beradsar liaison pada pelaku utama diperkirakan masih terjadi. Penurunan terutama disebabkan oleh natural decline, dimana tekanan di perut bumi sudah semakin berkurang karena banyaknya migas yang telah diambil sehingga sulit untuk mengangkat migas yang tersisa, walaupun cadangan sebenarnya masih banyak. Selain itu, selesainya kontrak pada tahun 2017 (Total) & 2018 (Chevron) membuat perusahaan tidak melakukan investasi. Dari sisi faktor pendorong terdapat beberapa hal yaitu naiknya produksi tanaman pangan didukung program pemerintah, kenaikan produksi sawit dan CPO hasil investasi sebelumnya, dan dari smelter yang diperkirakan sudah beroperasi. Selain itu, pemerintah akan memperbolehkan ekspor bauksit yang belum diolah dengan syarat akan membangun smelter. Sementara itu terdapat beberapa risiko di tahun 2015 yaitu berasal dari keberhasilan beberapa proyek seperti penyelesaian smelter, terdapat hambatan dan tantangan dalam pembangunan. Yaitu dari aturan pemerintah dan isu lingkungan. Selain itu risiko lain berasa ldari terlambatnya penyelsaian proyek PLTA sehingga mengurangi penyerapan batubara domestik. Terhambatnya program infrastruktur akan memberi tekanan pada investasi. Sehingga akan menahan pertumbuhan. Selain itu yang tidak kalah penting perlunyapemerintah mengawal pengalihan blk migas di Kalimantan, karena berpotensi akan menurunkan produksi lebih dalam. Risikio lain adalah kenaikan permintaan batubara India akan diambil oleh Australia dan adanya potensi Tiongkok menjadi eksportir batubara. Dari sisi pertanian risiko berasal dari cuaca dan ketidakberhasilan program peningkatan produksi.
30 POTENSI SUMBER DAYA ALAM Meningkatkan nilai tambah SDA yang ada untuk mencapai perekonomian yang berkelanjutan …
Bauksit
Cad : Nas 1miliar ton
(12% dunia)
Prod : 18 jt ton (60% Nas)
Ekspor dalambentukmentah
Bijih Besi
Cad : Nas 115 jt ton
Prod : 9,3 jt ton (85% Nas)
Ekspor dalambentukmentah
CPO
Indonesia produsen CPO
terbesar
Prod : 7,3 jtton (26% Nas)
Ekspor dalambentuk CPO.
Diolah di provinsi lain
Karet
Indonesia produsen
terbesar ke-2
Prod : 670 ribu ton (22% Nas)
Ekspor dalambentuk crumb rubber. Diolah
negara lain
Presenter
Presentation Notes
Memasuki triwulan III 2015, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Kalimantan masih belum menujukkan perbaikan. Utamanya akibat Kalimantan Timur yang masih mengalami kontraksi. Secara lapangan usaha, pertambangan masih belum membaik, sementara manufaktur masih terkontraksi meski tidak sebesar periode sebelumnya. Dari pertanian diperkirakan akan terdapat peningkatan Secara keseluruhan tahun 2015, diperkirakan pertumbuhan ekonomi masih dala tren menurun. Diperkirakan sebesar 1,7%, lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan kami sebelumnya di bulan Februari. Akibat lebih buruknya kinerja pertambangan dan industri dibandingkan dengan perkiraan kami sebelumnya. Beberapa faktor yang menahan pertumbuhan ekonomi berasal dari komoditas pertambangan dan industri, Dari komoditas Batubara, dierkirakan tidak ada perbaikan dari sisi harga. Sampai dengan akhir tahun 2015, pertumbuhan harga komoditas masih mengalami kontraksi. Hal ini terkait turunnya permintaan dari Tiongkok dan Amerika Serikat. Meskipun di sisi lain, permintaan dari India akan naik. Namun diperkirakan tidak dapat meningkatkan ekspor Kalimantan. Selain itu diperkirakan pasar domestik belum bisa menyerap batubara yang dialokasikan untuk domestik (domestic obligation market). Berdasar perkiraan dari ESDM Pasar domestic hanya mampu menyerap DMO sebesar 90%, masih tedapat sisa 10%. Hal ini dengan catatan, semua proyek PLTU beroperasi sesuai rencana. Dari sisi migas diperkiran koreksi harga masih terjadi. Dari sisi produksi, penurunan lifting migas beradsar liaison pada pelaku utama diperkirakan masih terjadi. Penurunan terutama disebabkan oleh natural decline, dimana tekanan di perut bumi sudah semakin berkurang karena banyaknya migas yang telah diambil sehingga sulit untuk mengangkat migas yang tersisa, walaupun cadangan sebenarnya masih banyak. Selain itu, selesainya kontrak pada tahun 2017 (Total) & 2018 (Chevron) membuat perusahaan tidak melakukan investasi. Dari sisi faktor pendorong terdapat beberapa hal yaitu naiknya produksi tanaman pangan didukung program pemerintah, kenaikan produksi sawit dan CPO hasil investasi sebelumnya, dan dari smelter yang diperkirakan sudah beroperasi. Selain itu, pemerintah akan memperbolehkan ekspor bauksit yang belum diolah dengan syarat akan membangun smelter. Sementara itu terdapat beberapa risiko di tahun 2015 yaitu berasal dari keberhasilan beberapa proyek seperti penyelesaian smelter, terdapat hambatan dan tantangan dalam pembangunan. Yaitu dari aturan pemerintah dan isu lingkungan. Selain itu risiko lain berasa ldari terlambatnya penyelsaian proyek PLTA sehingga mengurangi penyerapan batubara domestik. Terhambatnya program infrastruktur akan memberi tekanan pada investasi. Sehingga akan menahan pertumbuhan. Selain itu yang tidak kalah penting perlunyapemerintah mengawal pengalihan blk migas di Kalimantan, karena berpotensi akan menurunkan produksi lebih dalam. Risikio lain adalah kenaikan permintaan batubara India akan diambil oleh Australia dan adanya potensi Tiongkok menjadi eksportir batubara. Dari sisi pertanian risiko berasal dari cuaca dan ketidakberhasilan program peningkatan produksi.
31 NILAI TAMBAH INDUSTRI OLAHAN Nilai tambah yang didapat pasca pengolahan sangat besar dan dapat meningkatkan perekonomian …
Bauksit
Sumber : ESDM, 2012
Bijih Besi
Sumber : Kemenperin, 2015 Nilai Tambah
CPO
Nilai tambah CPO variatif berdasarkan produk (sampai dengan 1000%)
Presenter
Presentation Notes
Memasuki triwulan III 2015, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Kalimantan masih belum menujukkan perbaikan. Utamanya akibat Kalimantan Timur yang masih mengalami kontraksi. Secara lapangan usaha, pertambangan masih belum membaik, sementara manufaktur masih terkontraksi meski tidak sebesar periode sebelumnya. Dari pertanian diperkirakan akan terdapat peningkatan Secara keseluruhan tahun 2015, diperkirakan pertumbuhan ekonomi masih dala tren menurun. Diperkirakan sebesar 1,7%, lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan kami sebelumnya di bulan Februari. Akibat lebih buruknya kinerja pertambangan dan industri dibandingkan dengan perkiraan kami sebelumnya. Beberapa faktor yang menahan pertumbuhan ekonomi berasal dari komoditas pertambangan dan industri, Dari komoditas Batubara, dierkirakan tidak ada perbaikan dari sisi harga. Sampai dengan akhir tahun 2015, pertumbuhan harga komoditas masih mengalami kontraksi. Hal ini terkait turunnya permintaan dari Tiongkok dan Amerika Serikat. Meskipun di sisi lain, permintaan dari India akan naik. Namun diperkirakan tidak dapat meningkatkan ekspor Kalimantan. Selain itu diperkirakan pasar domestik belum bisa menyerap batubara yang dialokasikan untuk domestik (domestic obligation market). Berdasar perkiraan dari ESDM Pasar domestic hanya mampu menyerap DMO sebesar 90%, masih tedapat sisa 10%. Hal ini dengan catatan, semua proyek PLTU beroperasi sesuai rencana. Dari sisi migas diperkiran koreksi harga masih terjadi. Dari sisi produksi, penurunan lifting migas beradsar liaison pada pelaku utama diperkirakan masih terjadi. Penurunan terutama disebabkan oleh natural decline, dimana tekanan di perut bumi sudah semakin berkurang karena banyaknya migas yang telah diambil sehingga sulit untuk mengangkat migas yang tersisa, walaupun cadangan sebenarnya masih banyak. Selain itu, selesainya kontrak pada tahun 2017 (Total) & 2018 (Chevron) membuat perusahaan tidak melakukan investasi. Dari sisi faktor pendorong terdapat beberapa hal yaitu naiknya produksi tanaman pangan didukung program pemerintah, kenaikan produksi sawit dan CPO hasil investasi sebelumnya, dan dari smelter yang diperkirakan sudah beroperasi. Selain itu, pemerintah akan memperbolehkan ekspor bauksit yang belum diolah dengan syarat akan membangun smelter. Sementara itu terdapat beberapa risiko di tahun 2015 yaitu berasal dari keberhasilan beberapa proyek seperti penyelesaian smelter, terdapat hambatan dan tantangan dalam pembangunan. Yaitu dari aturan pemerintah dan isu lingkungan. Selain itu risiko lain berasa ldari terlambatnya penyelsaian proyek PLTA sehingga mengurangi penyerapan batubara domestik. Terhambatnya program infrastruktur akan memberi tekanan pada investasi. Sehingga akan menahan pertumbuhan. Selain itu yang tidak kalah penting perlunyapemerintah mengawal pengalihan blk migas di Kalimantan, karena berpotensi akan menurunkan produksi lebih dalam. Risikio lain adalah kenaikan permintaan batubara India akan diambil oleh Australia dan adanya potensi Tiongkok menjadi eksportir batubara. Dari sisi pertanian risiko berasal dari cuaca dan ketidakberhasilan program peningkatan produksi.
32
Penutup Pentingnya Transformasi Ekonomi Sinergitas Pelaku Ekonomi
33 Pentingnya Transformasi Ekonomi Pentingnya transformasi ekonomi melalui sinergitas dan peningkatan kapasitas infrastruktur serta daya saing …
Presenter
Presentation Notes
Dalam meningkatkan konektivitas, pemerintah berkomitmen membangun infrastruktur penunjang transportasi, baik pelabuhan, jalan raya, bandara maupun kereta dengan total investasi mencapai Rp 17,6 triliun. Dalam realisasinya, terdapat beberapa hambatan, yakni sulitnya pembebasan lahan, infrastruktur dan energi masih kurang memadai, terjadinya pendangkalan arus sungai, dan khusus pembangunan kereta batubara oleh swasta kurang mendapat dukungan dari pemerintah pusat karena hanya untuk komoditas batubara.
34
Pemerintah Pusat Pemerintah daerah Parlemen Pusat dan Daerah
Komitmen pembangunan di luar Jawa, antara lain prioritas alokasi anggaran, percepatan izin penggunaan lahan, dll
Penyamaan persepsi stakeholder Komitmen
Penyelesaian & harmonisasi RTRW dengan pusat
Efisiensi proses birokrasi melalui optimalisasi fungsi PTSP
Industrialisasi di Kalimantan Air, gas,
batubara, minyak
Infrastruktur untuk
konektivitas dan Listrik
SDA : mineral, CPO, karet
Pertumbuhan berkelanjutan
Penciptaan Lapangan Kerja
Capacity building SDM
41
Sinergitas Pelaku Ekonomi Pentingnya sinergitas setiap pelaku dalam mendukung transformasi perekonomian Kalimantan…
Sinkronisasi kebijakan pemerintah pusat dan daerah
Bank Indonesia
Menjaga stabilitas perekonomian (nilai tukar, inflai, dll) serta menjaga kelancaran sistem
pembayaran
Memprioritaskan peningkatan infrastruktur di luar Jawa
Presenter
Presentation Notes
Untuk meningkatkan nilai tambah dan ketahanan perekonomian, dibutuhkan transformasi struktur ekonomi di Kalimantan. Dalam mewujudkan perekonomian yang tumbuh berkelanjutan dan inklusif, dibutuhkan kerjasama dari semua pihak, baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah maupun Bank Indonesia. Peran pemerintah pusat untuk mendukung transformasi ekonomi adalah dengan berkomitmen memfokuskan pembangunan di luar Jawa, antara lain dengan memprioritaskan alokasi anggaran, percepatan izin penggunaan pinjam pakai hutan lindung, dan lain-lain. Peran pemerintah daerah dalam menyukseskan transformasi ekonomi adalah dengan menyamakan persepsi stakeholder daerah, penyelesaian RTRW yang diharmonisasikan dengan pusat, optimalisasi fungsi PTSP sehingga perizinan dapat selesai dengan cepat, serta mengembangkan SDM untuk menyelesaikan proyek-proyek yang ada di daerah. Selain pemerintah, Bank Indonesia juga memiliki peran dalam mewujudkan transformasi ekonomi, yakni dengan riset pengembangan model industri serta dengan mengembangkan RIRU. Dengan sinergi antar pemangku kepentingan dan tersedianya mineral, hasil bumi serta sumber energi di Kalimantan, niscaya perekonomian berbasis industri dapat tercipta di Kalimantan yang berujung pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta terbukanya lapangan pekerjaan.
35 35
TERIMA KASIH
36 36
LAMPIRAN DATA
37 TABEL INDIKATOR MAKROEKONOMI
I II III IV I II III IV I II III IVPDRB (%,yoy) PDRB (%,yoy)
Pengangkutan dan Komunikasi 9.2 7.7 7.8 7.7 8.0 - - Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5.9 4.7 6.4 4.1 5.4 3.5 5.4 5.6 6.7 5.4