18
Volume 17, Nomor 2, Nopember 2008 ISSN 0215-191X Z Z O OO IN D D O ON E ES I I A A Jurnal Fauna Tropika Akreditasi : 119/AKRED/LIPI/P2MBI/06/2008 (Predikat B) AN INVENTORY OF REPTILES AND AMPHIBIANS IN NORTH- WEST OF SIBERUT ISLAND, WEST SUMATERA. Irvan Sidik.................................................................................................35 PENGARUH PEMBERIAN HORMON METHYLTESTOSTERONE PADA LARVA IKAN GUPPY (Poecilia reticulata) TERHADAP PERUBAHAN JENIS KELAMIN. Gleni Hasan Huwoyon, Rustidja & Rudhy Gustiano...............................................................................47 ASOSIASI KUMBANG KOTORAN (COLEOPTERA : SCARABAEIDAE) DENGAN TUNGAU MACROCHELIDAE DI CAGAR ALAM PANGANDARAN (JAWA BARAT) DAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI (YOGYAKARTA). Dhian Dwibadra, Sri Hartini & Rosichon Ubaidillah …………………………………………………...53 AN OVERVIEW ON THE ECOLOGY OF VARANID LIZARDS. Evy Arida……………………..…………………………………………...…..65 FAUNA TANAH PADA STRATIFIKASI LAPISAN TANAH BEKAS PENAMBANGAN EMAS DI JAMPANG, SUKABUMI SELATAN. Erniwati …………………………………………………..……………...83 Zoo Indonesia Volume 17 (2) 35-91 2008 ISSN 0215-191X

Dung Beetle + Tungu Di ran ,,Jurnal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dung Beetle + Tungu Di ran ,,Jurnal

VVoolluummee 1177,, NNoommoorr 22,, NNooppeemmbbeerr 22000088 IISSSSNN 00221155--119911XX

ZZOOOO IINNDDOONNEESSIIAA

Jurnal Fauna Tropika Akreditasi : 119/AKRED/LIPI/P2MBI/06/2008 (Predikat B)

AN INVENTORY OF REPTILES AND AMPHIBIANS IN NORTH-WEST OF SIBERUT ISLAND, WEST SUMATERA. Irvan Sidik.................................................................................................35

PENGARUH PEMBERIAN HORMON METHYLTESTOSTERONE PADA LARVA IKAN GUPPY (Poecilia reticulata) TERHADAP PERUBAHAN JENIS KELAMIN. Gleni Hasan Huwoyon, Rustidja & Rudhy Gustiano...............................................................................47

ASOSIASI KUMBANG KOTORAN (COLEOPTERA : SCARABAEIDAE) DENGAN TUNGAU MACROCHELIDAE DI CAGAR ALAM PANGANDARAN (JAWA BARAT) DAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI (YOGYAKARTA). Dhian Dwibadra, Sri Hartini & Rosichon Ubaidillah …………………………………………………...53 AN OVERVIEW ON THE ECOLOGY OF VARANID LIZARDS. Evy Arida……………………..…………………………………………...…..65

FAUNA TANAH PADA STRATIFIKASI LAPISAN TANAH BEKAS PENAMBANGAN EMAS DI JAMPANG, SUKABUMI SELATAN. Erniwati …………………………………………………..……………...83

Zoo Indonesia Volume 17 (2) 35-91 2008 ISSN 0215-191X  

Page 2: Dung Beetle + Tungu Di ran ,,Jurnal

Ketua Redaksi

Dr. Dede Irving Hartoto (Limnologi)

Anggota Redaksi

Dr. Hagi Yulia Sugeha (Oseanologi) Dr. Rosichon Ubaidillah (Entomologi)

Dr. Dewi Malia Prawiradilaga (Ornitologi) Ir. Ike Rachmatika MSc. (Ikhtiologi)

Sekretaris Redaksi & Produksi

Rochmanah S.Kom Muhamad Ridwan

Mitra Bestari

Drs. Haryono MSi. Prof. Dr. Woro A. Noerdjito

Dra. Hellen Kurniati Dr. Sih Kahono

Alamat Redaksi

Zoo Indonesia Bidang Zoologi, Puslit Biologi LIPI

Gd. Widyasatwaloka Jl. Raya Bogor-Jakarta KM. 46

Cibinong 16911

Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068

[email protected] (www.biologi.lipi.go.id) Akreditasi: 119/AKRED/LIPI/P2MBI/06/2008 (Predikat B)

Masyarakat Zoologi Indonesia (MZI) adalah suatu organisasi profesi dengan anggota terdiri dari peneliti, pengajar, pemerhati dan simpatisan kehidupan fauna tropika, khususnya fauna Indonesia. Kegiatan utama MZI adalah pemasyarakatan tentang ilmu kehidupan fauna tropika Indonesia, dalam segala aspeknya, baik dalam bentuk publikasi ilmiah, publikasi popular, pendidikan, penelitian, pameran ataupun pemantauan.

Zoo Indonesia adalah sebuah jurnal ilmiah di bidang fauna tropika yang diterbitkan oleh organisasi profesi keilmiahan Masyarakat Zoologi Indonesia (MZI) sejak tahun 1983. Terbit satu tahun satu volume dengan dua nomor (Juni & Nopember). Memuat tulisan hasil penelitian dan tinjauan ilmiah yang berhubungan dengan aspek fauna, khususnya wilayah Indonesia dan Asia. Publikasi ilmiah lain adalah Monograph Zoo Indonesia - Seri Publikasi Ilmiah, terbit tidak menentu.

Page 3: Dung Beetle + Tungu Di ran ,,Jurnal

PETUNJUK PENULISAN

Zoo Indonesia merupakan jurnal ilmiah di bidang zoologi yang diterbitkan olehorganisasi profesi Masyarakat Zoologi Indonesia (MZI) sejak tahun 1983. Terbit setiaptahun satu volume dengan dua nomor (Juni & Nopember). Bentuk naskah terbagiatas naskah utama, berupa hasil penelitian yang utuh dan belum diterbitkan; naskahpenunjang, berupa catatan pendek dari hasil penelitian yang dirasakan perlu cepatuntuk diinformasikan; dan review, suatu kajian ilmiah yang menyeluruh, lengkap dancukup mendalam tentang suatu topik berdasarkan rangkuman hasil penelitianbeberapa peneliti. Bidang pembahasan dalam Zoo Indonesia meliputi fauna, padasemua aspek keilmuan seperti Biosistimatik, Fisiologi, Ekologi, Molekuler,Pemanfaatan, Pengelolaan, Budidaya dll. Tata cara penulisan adalah:

1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Diketik pada format kertasA-4 dengan jarak spasi 1.5, Arial, font 10. Ukuran margin atas & bawah 2.54 cm,kanan & kiri 3.00 cm.

2. Sistematik penulisan :a. Judul, singkat dan jelas, penyertaan anak judul sebaiknya dihindari. Diketik

dengan huruf besar, dihitamkan, terkecuali pada nama Latin, dengan hurufmiring.

b. Nama dan alamat penulis beserta alamat elektronik, ditulis lengkap tanpaada singkatan, ditempatkan di bawah judul.

c. Abstrak, merupakan intisari naskah, ditulis tidak lebih dari 200 kata dandituangkan dalam satu paragraf. Dibawah abstrak dicantumkan kata kuncimaksimal lima kata. Berbahasa Indonesia dan Inggris.

d. Pendahuluan, ditulis singkat mengenai latar belakang penelitian,permasalahan, hal-hal yang telah diketahui, pendekatan yang dikembangkandalam memecahkan masalah dan pencapaian tujuan penelitian.

e. Materi & Metode, menerangkan secara jelas tata cara penelitian, waktu dantempat penelitian, metode yang digunakan, analisa statistik, sehinggamampu diulang kembali oleh pihak lain atau mengkaji ulang runtutan tatacara penelitian. Data mengenai nomor aksesi spesimen, asal-usulspesimen, lokasi atau hal lain yand dirasa perlu untuk penelusuran kembali,ditempatkan sebagai Lampiran, setelah Daftar Pustaka.

f. Hasil & Pembahasan, menyajikan hasil penelitian yang diperoleh, sekaligusmengupas dan membahas hasil penelitian, membandingkannya denganhasil temuan peneliti lain dan penjabaran implikasi dari penelitian yangdiperoleh. Penyertaan ilustrasi dalam bentuk Tabel, Gambar atau Sketsahendaknya berwarna hitam putih. Khusus foto dapat hitam putih atauberwarna, format JPEG. Sitiran untuk menghubungkan nama penulis dantahun terbitan tidak menggunakan tanda koma. Bila ada beberapa tahunpenulisan yang berbeda untuk satu penulis yang sama digunakan tandapenghubung koma, serta tanda gabung bentuk titik koma pada kumpulansitiran yang mengelompok tetapi berbeda penulis (Hasyim 2005, 2006;Gunawan 2004). Nama penulis yang lebih dari dua orang ditulis et al. (jurnalterbitan asing) atau dkk. (jurnal terbitan lokal). Kata penghubung diantaradua penulis menggunakan tanda &.

g. Kesimpulan, merupakan rangkuman dari keseluruhan hasil penulisan.h. Daftar Pustaka, menyajikan semua pustaka yang dipergunakan dalam

naskah.

Page 4: Dung Beetle + Tungu Di ran ,,Jurnal

Flannery, T. 1990. Mammals of New Guinea. Robert Brown & Associates.New York.

Nelson, M.E & L.D Mech. 1987. Demes with a Northeastern Minesota DeerPopulation. In: B.D Chepko-Sade & Z Tanghapin (edits.) MammalianDispersal Pattern-The Effect of Social Structure on PopulationGenetics. University of Chicago Press. 230-243.

Youngson, R.W. 1970. Rearing red deer calves. Journal of WildlifeManagement 34:467-470.

3. Ucapan Terima Kasih, sebagai penghargaan atas pihak-pihak yang dirasa layakdiberikan.

4. Naskah lengkap dapat dikirim melalui alamat elektronik atau pos. Bila melaluipos dikirim dua rangkap, satu diantaranya tanpa nama dan alamat penulis,disertai disket/compact disk.

Redaksi Zoo Indonesiad/a Bidang Zoologi - Puslit Biologi LIPIJl. Raya Bogor-Jakarta Km. 46Cibinong [email protected]

MONOGRAPH ZOO INDONESIA adalah publikasi ilmiah lainnya yang terbit tidakmenentu. Berisi bahasan yang sangat mendalam dan holistik mengenai satu aspekpada tingkat jenis (species) ataupun permasalahan.

Terakreditasi berdasarkan SK Kepala LIPI no. 683/D/2008No. Akreditasi: 119/AKRED/ LIPI/P2MBI/06/2008 (Predikat B) periode Juni 2008-2011

Page 5: Dung Beetle + Tungu Di ran ,,Jurnal

Penerbitan Volume 17 Nomor 2 tahun 2008 ini didanai oleh DIPA Puslit Biologi LIPIT.A 2009

Page 6: Dung Beetle + Tungu Di ran ,,Jurnal

 

Page 7: Dung Beetle + Tungu Di ran ,,Jurnal

55

ASOSIASI KUMBANG KOTORAN (COLEOPTERA: SCARABAEIDAE) DENGAN TUNGAUMACROCHELIDAE DI CAGAR ALAM PANGANDARAN (JAWA BARAT) DAN TAMAN NASIONALGUNUNG MERAPI (YOGYAKARTA). Zoo Indonesia 2008. 17(2): 55-66.

ASOSIASI KUMBANG KOTORAN (COLEOPTERA: SCARABAEIDAE ) DENGANTUNGAU MACROCHELIDAE DI CAGAR ALAM PANGANDARAN (JAWA BARAT) DAN

TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI (YOGYAKARTA)1

Dhian Dwibadra, Sri Hartini & Rosichon Ubaidillah

Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi – LIPI.Jl. Raya Jakarta-Bogor Km. 46, Cibinong, 16911.

e_mail: [email protected]

ABSTRAK

Dwibadra, D., S. Hartini & R. Ubaidillah. 2008. Asosiasi kumbang kotoran(Coleoptera: Scarabaeidae) dengan tungau Macrochelidae di Cagar AlamPangandaran (Jawa Barat) dan Taman Nasional Gunung Merapi (Yogyakarta). ZooIndonesia 17(2): 55-66. Asosiasi kumbang kotoran Scarabaeidae dengan tungau(Acari: Macrochelidae) di Cagar Alam Pangandaran (Jawa Barat) dan Taman NasionalGunung Merapi (Yogyakarta) pertama kali dilaporkan. Penelitian dilakukan denganmengamati dan mengumpulkan kumbang kotoran dengan perangkap kotoranmanusia serta secara langsung pada kotoran sapi di padang penggembalaan. DiCagar Alam Pangandaran (Jawa Barat) ditemukan tiga marga Scarabaeidae yaituOnthophagus (5 jenis), Oniticellus (1 jenis) dan Paragymnopleurus (1 jenis) yangberasosiasi dengan tungau marga Macrocheles. Sementara di Taman NasionalGunung Merapi dicatat ada tiga marga yaitu Catharsius (1 jenis), Onthophagus (4jenis) dan Microcopris (1 jenis), berasosiasi dengan tiga marga tungau yaituGlyptholaspis, Neopodocinum, dan Macrocheles. Kumbang Scarabaeidae tersebutsebagai alat transportasi tungau (phoretic mite) dalam penyebaran dari kotoran kekotoran lain untuk perkembangbiakannya. Asosiasi kumbang Scarabaeidae dengantungau didiskusikan dalam tulisan ini.

Kata kunci: Scarabaeidae, Tungau, Macrochelidae.

ABSTRACT

Dwibadra, D., S. Hartini & R. Ubaidillah. 2008. Association of dung beetles(Coleoptera: Scarabaeidae) with Macrochelid mites in Pangandaran Nature Reserve(West Java) and Gunung Merapi National Park (Yogyakarta). Zoo Indonesia 17(2):55-66. Phoretic association between dung beetles (Scarabaeidae) and mites (Acari:Macrochelidae) in Pangandaran Nature Reserve (West Java) and Gunung MerapiNational Park (Yogyakarta) was firstly recorded. Dung beetles were collected usingpitfall traps baited with human dung and also directly collected on cow dung in pasture.Three genera of Scarabaeidae, i.e: Onthophagus (5 species), Oniticellus (1 species)and Paragymnopleurus (1 species), were found and associated with macrochelidmites (Macrocheles) in Pangandaran Nature Reserve. Whereas three genera ofScarabaeidae, i.e: Catharsius (1 species), Onthophagus (4 species) and Microcopris(1 species), were associated with 3 genera of phoretic mites (Glyptholaspis,

1 Disampaikan dalam Seminar Nasional Pemberdayaan Keanekaragaman Serangga UntukPeningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI). Bogor 18-19Maret 2008.

Page 8: Dung Beetle + Tungu Di ran ,,Jurnal

56

ASOSIASI KUMBANG KOTORAN (COLEOPTERA: SCARABAEIDAE) DENGAN TUNGAUMACROCHELIDAE DI CAGAR ALAM PANGANDARAN (JAWA BARAT) DAN TAMAN NASIONALGUNUNG MERAPI (YOGYAKARTA). Zoo Indonesia 2008. 17(2): 55-66.

Neopodocinum & Macrocheles) in Gunung Merapi National Park. Dung beetles areused as carriers by macrochelid mites which develops in fresh dung pads, where theyfed on egg and larvae of flies and nematodes. Association of Scarabaeidae withphoretic mites were discussed.

Keywords: Scarabaeidae, Mite, Macrochelidae.

PENDAHULUAN

Keanekaragaman kumbang kotoran diIndonesia sangat tinggi dan memilikiendemisme jenis pada setiap pulau.Diperkirakan sekitar 1.500 spesieskumbang kotoran Scarabaeidaeditemukan di Indonesia dan hingga kinibaru sekitar 450 jenis dideskripsi(Hanski & Krikken 1991). Sebagianbesar Scarabaeidae terutama subfamili Scarabaeinae berasosiasidengan kotoran mamalia (sapi, kerbau,gajah, rusa dll.), unggas (ayam, burung)dan manusia. Mereka bersama-samadengan arthropoda lain membentuksuatu komunitas kecil dengan jejaringmakanan yang komplek (Hanski 1991;Kohlmann 1991; Rougon & Rougon1991). Ketika kotoran dikeluarkan olehhewan, dua sampai tiga jam kemudiankelompok yang pertama datang adalahkelompok “coprophagus” lalat Muscidaedan Sepsidae untuk meletakkan telur-telurnya. Beberapa jam kemudianhingga enam hari diikuti kelompok“coprophagus” lainnya yaitu kumbangScarabaeidae dan Aphodiidae. Padasaat inilah tungau foretik (“phoreticmites”) ikut masuk denganmenumpang kelompok “coprophagus”.Tungau ini akan memangsa telur-telurdari lalat Muscidae dan Sepsidae(Seymour 1980). Kemudian di hari keempat mulai berdatangan seranggapredator Staphylinidae, Histeridae danSolpugidae (Kohlmann 1991). Terakhiradalah kelompok “saprophagus” danpredator diantaranya Isotomidae,En tomob ry i dae (Co l l embo la ) ,Teneb r i on idae , Carabidae danFormicidae (Rougon & Rougon 1991).

Penelitian tentang komunitas kecilinsekta seperti dalam kotoran hewanbelum banyak diteliti di Indonesia.

Pengetahuan kumbang Scarabaeidaepada kotoran hewan di Indonesia saatini terbatas pada inventarisasi dandistribusi di lokasi tertentu (Kahono &Rosichon 2003; Shahabuddin dkk.inpress; Noerdjito inpress). Sedangkanpenelit ian mengenai asosiasinyadengan arthropoda lain dalamkomunitas kotoran secara khususbelum pernah dilaporkan. Salah satukomponen komunitas yang menarikuntuk dilihat adalah hubungan kumbangkotoran dengan tungau foretik (phoreticmites) dari famili Macrochelidae (Acari).Kehadiran tungau machrochelid padakotoran hewan adalah sebagaipemangsa telur lalat dan cacing(Seymour 1980; Krantz 1998). Dalamasosiasinya, sebagian besar tungauMacrochelid tidak spesifik pada satujenis kumbang tetapi lebih bersifatumum. Krantz & Mellott (1972)menyebutkan ada beberapa jenis yangspesifik. Dalam tulisan ini akandidiskusikan tentang kekayaan jeniskumbang Scarabaeidae dan asosiasinyadengan tungau Macrochelidae di dualokasi yang berbeda yaitu dataranrendah Cagar Alam Pangandaran(Jawa Barat) dan dataran tinggi TamanNasional Gunung Merapi (Yogyakarta).

MATERI & METODE

LokasiPenelitian dilakukan di dua lokasi(Gambar 1) yaitu Cagar Alam (CA)Pangandaran (Jawa Barat) dan TamanNasional (TN) Gunung Merapi(Yogyakarta). Cagar Alam Pangandaranmewakili dataran rendah yang pernahmemiliki sapi l iar/banteng Bosjavanicus javanicus. Sedangkan TNGunung Merapi mewakili dataran tinggiyang tidak pernah dihuni oleh sapi liar,

Page 9: Dung Beetle + Tungu Di ran ,,Jurnal

57

ASOSIASI KUMBANG KOTORAN (COLEOPTERA: SCARABAEIDAE) DENGAN TUNGAUMACROCHELIDAE DI CAGAR ALAM PANGANDARAN (JAWA BARAT) DAN TAMAN NASIONALGUNUNG MERAPI (YOGYAKARTA). Zoo Indonesia 2008. 17(2): 55-66.

tetapi banyak sapi peliharaan yangdikandangkan. CA Pangandaran merupakanhabitat asli banteng tetapi karenatekanan penduduk, populasi bantengmengalami kepunahan pada tahun1990 dan diintroduksi dengan sapi Bali(Samsu kom. pribadi 2006). KawasanCA Pangandaran memiliki ketinggianantara 1-60 m dpl, dengan vegetasididominasi tumbuhan khas hutan tropisdataran rendah dan beberapa padangpenggembalaan. Kawasan TN GunungMerapi merupakan dataran tinggiantara 700-1.100 m dpl. Pengambilancontoh di TN Gunung Merapi dilakukandi kawasan yang berbatasan denganDesa Turgo Atas. Untuk CA Pangandaranpengambilan sampel dilakukan pada7-10 Juni 2005 dan untuk TN GunungMerapi dilakukan pada 13-15 Juli 2005dan 20-24 Maret 2006.

Metode

Koleksi kumbang kotoran dilakukandengan cara menangkap langsung danmenggunakan perangkap kotoranmanusia (Gambar 2). Penangkapan

langsung dilakukan dengan mengkoleksikumbang kotoran Scarabaidae padakotoran hewan (sapi) yang ditemukan.Sedangkan penangkapan denganumpan menggunakan 40 mangkokplastik (diameter 26 cm, tinggi 9 cm)yang diisi dengan campuran air, garamdan sabun cair (perbandingan 1, 5 literair : 1 sendok garam : 2 tetes sabuncair) hingga mencapai setengahvolume mangkok, dilengkapi denganumpan kotoran manusia (HDT) yangdigantung diatasnya (Gambar 2).Perangkap HDT dipasang padatransek penelitian sepanjang 400 mdengan jarak antar perangkap satudengan perangkap lain 10 m. Kumbangkotoran (Scarabaeidae) yang terkoleksikemudian dipisahkan satu persatu kedalam botol yang berisi alkohol 70%.Acari (Macrochelidae) yang menempelpada kumbang Scarabaeidae dipisah-kan dengan menggunakan mikroskopdan diberi label, kemudian diproseslebih lanjut untuk diidentifikasi, yangdikerjakan di laboratorium Entomologi,Museum Zoologicum Bogoriense PuslitBiologi LIPI Cibinong.

Gambar 1. Lokasi Penelitian, 1. CA Pangandaran, 2. TN Gunung Merapi.

Page 10: Dung Beetle + Tungu Di ran ,,Jurnal

58

ASOSIASI KUMBANG KOTORAN (COLEOPTERA: SCARABAEIDAE) DENGAN TUNGAUMACROCHELIDAE DI CAGAR ALAM PANGANDARAN (JAWA BARAT) DAN TAMAN NASIONALGUNUNG MERAPI (YOGYAKARTA). Zoo Indonesia 2008. 17(2): 55-66.

HASIL & PEMBAHASAN

Hasil koleksi kumbang kotoranScarabaeidae dari dua lokasi yangditeliti, ditemukan 12 jenis dari 338individu spesimen. Tujuh jeniskumbang kotoran diperoleh dari CAPangandaran dari total 47 spesimen,dengan 43 spesimen diperoleh dariumpan kotoran manusia dan 4spesimen diperoleh dari kotoran sapiBali (Tabel 1). Sedangkan di TN GunungMerapi diperoleh 6 jenis kumbangkotoran dari 291 individu spesimenyang dikoleksi dari umpan kotoran(Tabel 1). Dari kedua lokasi didapatkanbahwa Onthophagus mendominasikomunitas kotoran (9 jenis), denganrincian 5 jenis diperoleh di CAPangandaran dan 4 jenis dari TNGunung Merapi.

Kedua metode pengambilan sampelyang diterapkan di CA Pangandarantelah menunjukkan bahwa hanya 1jenis kumbang kotoran yang ditemukanpada kotoran sapi Bali dan selebihnya6 jenis diperoleh dari umpan kotoran

manusia. Dari 47 individu spesimenkumbang kotoran hanya 40 individukumbang (85%) yang positif tungauforetik dan 33 (70,21%) positifMacrochelidae (Gambar 3).

Tabel 2 menunjukkan bahwa di CAPangandaran terdapat 7 jenis kumbangkotoran yang berasosiasi dengan 5jenis tungau foretik dari sukuMacrochelidae. Hanya satu margaMachrochelidae, Macrocheles yangditemukan berasosiasi dengan margaOnthophagus dan Oniticellus. Tiga jenistungau foretik, Macrocheles dispar, M.jabarensis dan M. entetiensis ditemukanberasosiasi dengan Onthophagus danParagymnopleurus, sementara M.limue dan M. oigru berasosiasi denganOniticellus cinctus. Tiga jenis Onthophagusyang ditemukan di CA Pangandaranyaitu Onthophagus (S.) mulleri, O. (O.)malangensis, dan O. (Parascatonomus)semiaureus ber-asosiasi dengan duajenis tungau yaitu M. dispar dan M.jabarensis. Sedangkan satu jenisParagymnopleurus sparsus javanushanya berasosiasi dengan M. dispar.

Gambar 2. Mekanisme koleksi kumbang kotoran dan tungau Machrochelidae.

Page 11: Dung Beetle + Tungu Di ran ,,Jurnal

59

ASOSIASI KUMBANG KOTORAN (COLEOPTERA: SCARABAEIDAE) DENGAN TUNGAUMACROCHELIDAE DI CAGAR ALAM PANGANDARAN (JAWA BARAT) DAN TAMAN NASIONALGUNUNG MERAPI (YOGYAKARTA). Zoo Indonesia 2008. 17(2): 55-66.

 

0

50

100

150

200

250

CA Pangandaran TNG Merapi I TNG Merapi II

Lokasi Penelitian

Jum

lah

Indi

vidu

Kum

bang

Kot

oran

Jumlah TotalKumbangPositif Tungau

Positif TungauMacrochelidae

Gambar 3. Total kumbang kotoran yang diperoleh dan positif berasosiasi dengantungau foretik.

Pada kunjungan pertama ke TNGunung Merapi tercatat 15 individu dari92 individu kumbang kotoran yangberasosiasi dengan tungau foretik(16,30%; Gambar 3). Dari jumlahtersebut hanya 10 individu (10,87%)positif Macrochelidae. Empat jenisScarabaeidae diperoleh dari lokasi ini,masing-masing adalah 2 jenis darimarga Onthophagus yaitu O. (O.)javaecola dan O. (O.) javensis, 1 jenisdari marga Catharsius yaitu C.molossus dan 1 jenis dari margaMicrocopris yaitu Microcopris hidakai.Pada kunjungan ke dua tercatat 40individu dari 199 individu kumbangkotoran yang berasosiasi dengantungau foretik (20,10%; Gambar 3). Darijumlah tersebut sebanyak 28 individu(14,07%) positif Macrochelidae.Ditemukan 2 tambahan jenisOnthophagus yaitu O. (O.) orientalis danO. sp. Dari kedua kunjungan ke TN.Gunung Merapi, kumbang C. molossusberasosiasi paling banyak dengantungau foretik (Tabel 2) yaitu mencapai

9 jenis Macrochelidae. Selanjutnyaurutan ke dua adalah O. (O.) javensisdengan 7 jenis tungau. Urutan ke tigadan ke empat adalah kumbang M.hidakai dan O. (O.) orientalis yangmasing-masing berasosiasi dengan 6dan 4 jenis Macrochelidae, sedangkanyang berasosiasi dengan satu jenistungau adalah kumbang O. (O.)javaecola dan O. sp.

Memperhatikan hasil koleksi kumbangkotoran dan tungau foretik di kedualokasi yang berbeda ketinggian,ternyata menunjukkan kekayaanindividu kumbang kotoran dan individutungau yang berbeda. Gambar 3menunjukkan bahwa jumlah kumbangkotoran yang dikoleksi di TN GunungMerapi (kunjungan I & II) lebih banyakdari pada di CA Pangandaran. MenurutNoerdjito (inpress) beberapa jenisOnthophagus dan Catharsius yangditemukan di Gunung Ciremai (1.100-1.700 m dpl) mungkin dapatberadaptasi pada cuaca dingin(ketinggian) karena bersifat tuneller,

Page 12: Dung Beetle + Tungu Di ran ,,Jurnal

60

ASOSIASI KUMBANG KOTORAN (COLEOPTERA: SCARABAEIDAE) DENGAN TUNGAUMACROCHELIDAE DI CAGAR ALAM PANGANDARAN (JAWA BARAT) DAN TAMAN NASIONALGUNUNG MERAPI (YOGYAKARTA). Zoo Indonesia 2008. 17(2): 55-66.

yaitu membawa tinja ke dalam sarangyang langsung digali di bawahgundukan tinja (dung pads). Perbedaanindividu dan kekayaan jenis mungkintidak hanya disebabkan oleh per-bedaan ketinggian tetapi jugadiakibatkan faktor lain seperti sumbermakanan (Hanski & Cambefort 1991;Jansen 1983; Lumaret et al. 1992).Dugaan sementara menguatkanbahwa mamalia di TN Gunung Merapilebih banyak terutama di sekitarperbatasan hutan dari pada di CAPangandaran yang habitatnya sudahrusak. Hanski & Cambefort (1991)menyatakan bahwa kekayaan mamaliadi suatu daerah selalu diikuti olehkekayaan jenis maupun populasikumbang kotoran. Tekanan populasimamalia oleh manusia di CAPangandaran jauh lebih besar daripada di TN Gunung Merapi, yangdibuktikan dengan punahnya populasibanteng (Samsu kom. pribadi 2005).Sebaliknya, disekitar TN Gunung Merapitepatnya di perbatasan desa Turgomasih banyak sapi yang dipelihara danbeberapa mamalia liar yang tidakbanyak mendapat tekanan aktifitasmanusia. Perbandingan dengankoleksi kumbang kotoran di Sulawesidengan perangkap kotoran menghasil-kan lebih banyak yaitu 49 jenis (Hanski& Krikken 1991), yang berarti populasimamalia di lokasi penelitian Jawa inilebih rendah.

Perbedaan kekayaan individu kumbangkotoran di kedua lokasi ini ternyata tidakberpengaruh terhadap kekayaanjenisnya (Tabel 1). Di TN GunungMerapi (700-1.100 m dpl) denganjumlah individu terkoleksi lebih dari duakali lipat (dua kali kunjungan); diperoleh6 jenis kumbang dibanding 7 jeniskumbang dari CA Pangandaran (1-60m dpl.). Menurut Hanski & Cambefort(1991) jumlah jenis akan menurundengan meningkatnya ketinggiantempat. Hal ini mungkin berhubungandengan kemampuan beradaptasijenis-jenis tertentu terhadap lingkungan.

Perbedaan jumlah individu yangtertangkap di kedua lokasi diantaranyajuga disebabkan adanya perbedaanlamanya waktu koleksi (Tabel 1).Magurran (1988) menegaskan bahwamemahami efektifitas dan metodasampling sangat penting danmenentukan hasil kekayaan jenis dankomunitasnya. Walaupun metodesampling dalam penelitian ini sudahmenggunakan metode yang baku tetapikarena waktu sampling tidak sama,maka menunjukkan hasil yangberbeda.

Asosiasi kumbang kotoran dengantungau foretik menunjukkan kekayaanjenis yang berbeda di kedua lokasi.Keanekaragaman jenis tungau foretikdan individu kumbang Scarabaeidae diTN Gunung Merapi lebih banyakdibandingkan dari CA Pangandaran.Jumlah tungau tertangkap mencapai 12jenis yang didominasi oleh margaMacrocheles (10 jenis ) dan sisanyadua jenis dari marga Glyptholaspis danmarga Neopodocinum (Tabel 2).

Perbedaan jumlah jenis tungau foretikdi kedua lokasi lebih disebabkanperbedaan kondisi habitatnya. Di CAPangandaran ditemukan 5 jenistungau foretik, dan didominasi oleh M.dispar dan M. jabarensis yangberasosiasi dengan 6 jenis kumbangkotoran, enam diantaranya dari margaOnthophagus dan Paragymnopleurus.Sementara dua jenis tungau foretiklainnya yaitu M. limue dan M. oigrudiketahui hanya berasosiasi denganOniticellus cinctus. Tungau Macrochelidaemenumpang pada host berdasarkankesempatan yang diperoleh sehinggabersifat generalis. Adanya asosiasispesifik antara kumbang kotorandengan tungau masih sulit dipastikan.Krantz & Mellott (1972) melaporkanbahwa dalam skala laboratoriumbeberapa jenis tungau berasosiasispesifik dengan serangga. Selainkumbang Oniticellus, tungau M. limueditemukan pada beberapa marga

Page 13: Dung Beetle + Tungu Di ran ,,Jurnal

61

ASOSIASI KUMBANG KOTORAN (COLEOPTERA: SCARABAEIDAE) DENGAN TUNGAUMACROCHELIDAE DI CAGAR ALAM PANGANDARAN (JAWA BARAT) DAN TAMAN NASIONALGUNUNG MERAPI (YOGYAKARTA). Zoo Indonesia 2008. 17(2): 55-66.

kumbang Scarabaeidae diantaranyaAllonitis, Catharsius, Copris, Garreta,Liatongus, Heliocopris, Onitis,Onthophagus, Aphodius, Scarabeusdan kumbang Pachylister (Histeridae)(Samšinák 1962; Walter & Krantz 1986;Roy 1996; Takaku 2000; Hartini &Takaku 2003). Tungau M. oigru jugadilaporkan ditemukan pada Aphodius,Catharsius, Copris, Onitis, Onthophagus,dan histerid Pachylister (Hartini et al.2005).

Beberapa tungau foretik Macrochelesmuscaedomesticae selain ditemukanpada kumbang Scarabaeidae danHisteridae ditemukan pula pada lalatMusca domestica, Stomoxys calsitrans,Ophyra antrax (Muscidae), bahkan padamamalia kecil Peromyscus leucopus,Sigmodon hispidus dan Sciuruscarolinensis (Axtell 1969; Krantz 1983;Krantz & Whitaker 1988). Kumbangkotoran yang berukuran besar, C.molossus, yang ditemukan di TNGunung Merapi merupakan alattransportasi yang sangat efektif untukMacrochelidae, dan tercatat sebanyak9 jenis tungau Macrochelidaeberasosiasi dengan kumbang ini. Halini sesuai dengan yang dikemukakanoleh Baptista et al. (1998) bahwakumbang yang berukuran lebih besarlebih memungkinkan untuk berasosiasidengan banyak jenis dan individutungau. Walaupun demikian beberapatungau ’opportunis ’ ditemukanmenumpang pada kumbang kotoranberukuran kecil (Onthophagus).Kumbang kotoran yang memilikiukuran tubuh kecil dianggap tidakefisien sebagai host untuk distribusitungau. Namun karena kelimpahanyang besar dan ditemukan di berbagaiketinggian tempat, marga Onthophagusmenjadi host yang sangat efektif bagitungau Macrochelidae yang bersifatgeneralis (Niogret et al. 2006).

KESIMPULAN

Kekayaan jenis kumbang kotoran danasosiasinya dengan tungau foretik diCA Pangandaran dan TN GunungMerapi belum menggambarkan jumlahyang sebenarnya, sehingga upayakoleksi secara intensif perlu dilakukan.Asosiasi tungau foretik dengankumbang kotoran bersifat tidak spesifik.Kesempatan tungau untuk memanfaat-kan tumpangan kumbang kotoran darisatu kotoran kekotoran lainnya lebihbersifat generalis. Walaupun terdapatpreferensi bahwa dengan strukturpermukaan ventral kumbang yangbesar dan mempunyai banyak setaeakan lebih banyak berasosiasi dengantungau, seperti yang terjadi padaCatharsius dan Microcopris.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih kepada E. Cholik, M. Rofik,Darmawan dan Fatimah, LaboratoriumEntomologi, Museum ZoologicumBogoriense, Puslit Biologi LIPI yangtelah membantu koleksi spesimen.Kepada Prof. Masahiro Kon (ShigaUnivesity, Japan) yang telah membantuidentifikasi Scarabaeidae. Penelitian iniadalah bagian dari Projek Revisi TaksaTerpilih yang didanai dari DIPA PuslitBiologi 2005-2007.

DAFTAR PUSTAKA

Baptista, A.I., E.S. Berg, S.S. Braman &A.M. Eaken. 1998. Factorsdetermining distribution andabundance of passalid beetlesand phoretic mites in a highelevation paramoforest. DartmouthStudies in Tropical Ecology. p. 44-46.

Hanski, I. 1991. The dung insectcommunity [pp. 5-21]. In: I. Hanski

Page 14: Dung Beetle + Tungu Di ran ,,Jurnal

62

ASOSIASI KUMBANG KOTORAN (COLEOPTERA: SCARABAEIDAE) DENGAN TUNGAUMACROCHELIDAE DI CAGAR ALAM PANGANDARAN (JAWA BARAT) DAN TAMAN NASIONALGUNUNG MERAPI (YOGYAKARTA). Zoo Indonesia 2008. 17(2): 55-66.

and Y. Cambefort, edits. Dungbeetle ecology. xii + 481 pp.Princeton University Press,Princeton, New Jersey.

Hanski, I. & Y. Cambefort, 1991. Speciesrichness [pp. 350-365]. In: I.Hanski and Y. Cambefort, edits.Dung beetle ecology. xii + 481 pp.Princeton University Press,Princeton, New Jersey.

Hanski, I. & J. Krikken. 1991. Dungbeetles in tropical forest in South-East Asia [pp. 179-197]. In: I.Hanski and Y. Cambefort, edits.Dung beetle ecology. xii + 481 pp.Princeton University Press,Princeton, New Jersey.

Hartini, S. & G. Takaku. 2003. Javanesespecies of the mite genusMacrocheles (Arachnida: Acari:Gamasina: Macrochelidae).Zoological Science 20: 1261-1272.

Hartini, S., G. Takaku, J. Kojima & H.Katakura. 2005. Macrochelid mitefauna in the eastern part of theLesser Sunda Islands, withdescription of two new species.Entomological Science 8: 201-209.

Jansen, D. H., 1983. Seasonal changein abundance of large nocturnaldung beetles (Scarabaeidae) ina Costa Rican deciduous forestand adjacent horse pasture.Oikos 41: 274-283.

Kahono, S. & R. Ubaidillah. 2003.Diversity ad Abundance of DungBeetle (Scrabaeidae: Coleoptera)in the Tropical Rainforest AroundPa’raye Village, Kayan MentarangNational Park, East Kalimantan.[pp. 248-257]. In: A. Mardiastutiand T. Soehartono edits.Proceeding Joint BiodiversityExpedition in Kayan MentarangNational Park. Ministry of Forestry-WWF-Indonesia-ITTO Jakarta.

Kohlmann, B. 1991. Dung beetle inSubtropical North America [pp.116-132]. In: I. Hanski and Y.Cambefort, edits. Dung beetleecology. xii + 481 pp. Princeton

University Press, Princeton, NewJersey.

Krantz, G. W. 1998. Reflections on thebiology, morphology and ecologyof the Macrochelidae. Experimentaland Applied Acarology 22: 125-137.

Krantz, G.W. & J.L. Mellott. 1972. Studieson phoretic specificity inMacrocheles mycotrupetes and M.peltotrupetes Krantz and Mellott(Acari: Macrochelidae), associatesof Geotrupine Scarabaeidae.Acarologia, t, XIV, fasc 3: 21-344.

Lumaret, J. P., N. Kadiri & M. Bertrand,1992. Changes in resourcesconsequences for the dynamicsof dung beetle communities.Journal of Applied Ecology 29:349-356.

Magurran, A. E. 1988. Ecologicaldiversity and its measurement.Chapman and Hall, London x +179 pp.

Niogret, J., J. P. Lumaret & M. Bertrand.2006. Review of The PhoreticAssociation Between CoprophilousInsects and Macrochelid Mites(Acari: Mesostigmata) in France.Elytron 20: 99-121.

Noerdjito, W. A. Pengaruh ketinggiandan habitat terhadap keragamankumbang Koprofagus (Coleoptera:Scarabaeidae) di jalur pendakianApuy dan Linggarjati, TamanNasional Gunung Ciremai.Journal Biologi Indonesia (inpress).

Rougon, D. & C. Rougon. 1991. Dungbeetle of the Sahel Region. In: I.Hanski and Y. Cambefort, edits.Dung beetle ecology. xii + 481 pp.Princeton University Press,Princeton, New Jersey. pp. 230-241.

Samšinãk, K. 1962. Neue entomophileAcari aus China. Acta SocietatisEntomologicae Èechosloveniae59: 186-204.

Seymour, J. 1980. Dung beetles get alittle help from their friends. Ecos,CSIRO Environmental Research26: 20-25.

Page 15: Dung Beetle + Tungu Di ran ,,Jurnal

63

ASOSIASI KUMBANG KOTORAN (COLEOPTERA: SCARABAEIDAE) DENGAN TUNGAUMACROCHELIDAE DI CAGAR ALAM PANGANDARAN (JAWA BARAT) DAN TAMAN NASIONALGUNUNG MERAPI (YOGYAKARTA). Zoo Indonesia 2008. 17(2): 55-66.

Shahabuddin, S. Manuwoto, P. Hidayat,W. A. Noerdjito & C. H. Schulze.inpress. The Role of CoprophagusBeetles on Dung Decompositionand Enhancement of Soil Fertility:Effect of Body Size, SpeciesDiversity and Biomass. JournalBiologi Indonesia(inpress).

Walter, D. E. & G. W. Krantz. 1986. Areview of glaber-group (s. str.)species of the genus Macrocheles(Acari: Macrochelidae), and adiscussion of species complexes.Acarologia 27: 277-294.

Page 16: Dung Beetle + Tungu Di ran ,,Jurnal

64

AS

OS

IAS

I KU

MB

AN

G K

OTO

RA

N (C

OLE

OP

TER

A: S

CA

RA

BA

EID

AE

) DE

NG

AN

TUN

GA

UM

AC

RO

CH

ELID

AE

DI C

AG

AR

ALA

M PA

NG

AN

DA

RA

N (JAW

A BA

RAT) D

AN

TAM

AN

NA

SIO

NA

LG

UN

UN

G M

ER

AP

I (YO

GYA

KA

RTA

). Zoo Indonesia 2008. 17(2): 55-66.

Tabel 1. Jumlah kumbang kotoran yang di dapat dengan perangkap kotoran manusia dan kotoran sapi di dua lokasi penelitian.

CA Pangandaran TN Merapi I TN Merapi II No Jenis Scarabaeidae

Jml Positif foretik

Positif Macrochelidae Jml Positif

foretik Positif

Macrochelidae Jml Positif foretik

Positif Macrochelidae

Umpan kotoran manusia

1 Onthophagus (Onthophagus) javaecola Balthasar, 1960 12 11 10 20 3 2 - - -

2 O. (O.) javensis Balthasar, 1963 - - - 20 3 2 100 20 17

3 O. (O.) orientalis Harold, 1878 6 4 2 - - - 50 10 5 4 O. sp. - - - - - - 4 2 1

5 Catharsius molossus (Linnaeus, 1758) - - - 32 6 4 40 6 4

6 Microcopris hidakai Ochi et Kon, 1996 - - - 20 3 2 5 2 1

7 O. (Serrophorus) mulleri Lansberge, 1883 12 11 10 - - - - - -

8 O. (O.) malangensis Boucomont, 1914 9 8 7 - - - - - -

9 O. (P.) semiaureus Lansberge, 1883 2 2 1 - - - - - -

10 Paragymnopleurus sparsus javanus Krikken et Huijbregts, 1987

2 3 2 - - - - - -

Umpan kotoran sapi

11 Oniticellus cinctus (Fabricius, 1775) 4 1 1 - - - - - -

Jumlah 47 40 33 92 15 10 199 40 28

Page 17: Dung Beetle + Tungu Di ran ,,Jurnal

65

AS

OS

IAS

I KU

MB

AN

G K

OTO

RA

N (C

OLE

OP

TER

A: S

CA

RA

BA

EID

AE

) DE

NG

AN

TUN

GA

UM

AC

RO

CH

ELID

AE

DI C

AG

AR

ALA

M PA

NG

AN

DA

RA

N (JAW

A BA

RAT) D

AN

TAM

AN

NA

SIO

NA

LG

UN

UN

G M

ER

AP

I (YO

GYA

KA

RTA

). Zoo Indonesia 2008. 17(2): 55-66.

Tabel 2. Kumbang kotoran yang didapat dengan perangkap kotoran manusia dan asosiasinya dengan tungau foretik di dua lokasipenelitian

No Jenis Scarabaeidae Jenis Acari yang berasosiasi CA Pangandaran TN G. Merapi TN G. Merapi II Umpan kotoran manusia (HDT)

1 Onthophagus (Onthophagus) javaecola Balthasar, 1960

M. dispar (Berlese, 1910) M. jabarensis Hartini & Takaku, 2003 M. entetiensis Hartini & Takaku, 2005

M. dispar (Berlese, 1910)

--

2 O. (O.) javensis Balthasar, 1963

-- M. dispar (Berlese, 1910) M. sp1 M. hallidayi Walter & Krantz, 1986 Glyptholaspis sp1 M. sp2

M. dispar (Berlese, 1910) M. sp1 M. hallidayi Walter & Krantz, 1986 M. jabarensis Hartini &Takaku, 2003 M. merdarius (Berlese, 1889)

3 O. (O.) orientalis Harold, 1878 M.dispar (Berlese, 1960)

--

M. hallidayi Walter & Krantz, 1986 M. jabarensis Hartini & Takaku, 2003 M. dispar (Berlese, 1910) M. sp1

4 O. sp. -- -- M. hallidayi Walter & Krantz, 1986

5 Catharsius molossus (Linnaeus, 1758)

-- M. dispar (Berlese, 1910) M. hallidayi Walter & Krantz, 1986 M. oigru Walter & Krantz, 1986 M. sukaramiensis Takaku, 2001 Neopodocinum spinirostris (Berlese, 1910) M.sp1

M. dispar (Berlese, 1910) M. hallidayi Walter & Krantz, 1986 M. oigru Walter & Krantz, 1986 M. sukaramiensis Takaku, 2001 N. spinirostris (Berlese, 1910) M. sp. Aff. Glaber (Muller, 1860) M..jabarensis Hartini &Takaku, 2003 G. fimicola (Sellnick, 1931)

Page 18: Dung Beetle + Tungu Di ran ,,Jurnal

66

AS

OS

IAS

I KU

MB

AN

G K

OTO

RA

N (C

OLE

OP

TER

A: S

CA

RA

BA

EID

AE

) DE

NG

AN

TUN

GA

UM

AC

RO

CH

ELID

AE

DI C

AG

AR

ALA

M PA

NG

AN

DA

RA

N (JAW

A BA

RAT) D

AN

TAM

AN

NA

SIO

NA

LG

UN

UN

G M

ER

AP

I (YO

GYA

KA

RTA

). Zoo Indonesia 2008. 17(2): 55-66.

Jenis Acari yang berasosiasi No Jenis Scarabaeidae CA Pangandaran TN G. Merapi TN G. Merapi II 6 Microcopris hidakai Ochi et Kon,

1996 -- M. jabarensis Hartini &Takaku,

2003 M. muscaedomesticae (Scopoli, 1772) G. sp1 M. sp1

M. jabarensis Hartini &Takaku, 2003 M. hallidayi Walter & Krantz, 1986 G. fimicola (Sellnick, 1931)

7 O. (Serrophorus) mulleri Lansberge, 1883

M. dispar (Berlese, 1910) M. jabarensis Hartini & Takaku, 2003

-- --

8 O. (O.) malangensis Boucomont, 1914

M. dispar (Berlese, 1910) M. jabarensis Hartini & Takaku, 2003

-- --

9 O. (P.) semiaureus Lansberge, 1883

M. dispar (Berlese, 1910) M. jabarensis Hartini & Takaku, 2003

-- --

10 Paragymnopleurus sparsus javanus Krikken et Huijbregts, 1987

M. dispar (Berlese, 1910) --

--

Umpan kotoran sapi

11 Oniticellus cinctus (Fabricius, 1775)

M. limue Samšinăk, 1962 M. oigru Walter & Krantz, 1986

-- --