9
Ultimatics Vol.3 No. 1, Juni 2011 Kuntarto Distribusi Data Listrik 131 Distribusi Data Listrik Pelanggan Melalui Sistem Informasi Berbasis Web GUSON PRASAMUARSO KUNTARTO Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara Gading Serpong, Tangerang, INDONESIA [email protected] Abstract— Paradigma baru dalam proses pembacaan meter elektronik yaitu sistem Automated Meter Reading (AMR) yang dapat membaca dan mengunduh data meter elektronik secara jarak jauh dan otomatis telah menggeser sistem pembacaan meter elektronik secara konvensional. Sistem ini memanfaatkan teknologi komunikasi seperti PSTN, GSM/ GPRS dan Internet (TCP/ IP) guna transmisi data meter elektronik hingga dapat sampai di server AMR. Teknologi ini harus dibarengi dengan pendistribusian data meter pelanggan. Sehingga data meter pelanggan yang telah diunduh tidak menjadi sia-sia. Distribusi data meter pelanggan dapat menggunakan sistem informasi berbasis web, dengan implementasi sistem informasi ini di sisi pengguna tidak perlu lagi diinstal software khusus. Pengguna hanya memerlukan web browser untuk mengakses sistem informasi. Sehingga pada akhirnya, sistem informasi ini dapat dipergunakan oleh pihak PT PLN(Persero) Area Jaringan Bali Selatan guna menganalisis dan mengambil keputusan serta langkah-langkah strategis berkaitan dengan data hasil pembacaan. Dari data yang disajikan melalui sistem informasi dapat dilihat tren penggunaan listrik dan terdapat indikasi jika pelanggan melakukan tindakan curang. KeywordsSistem Automated Meter Reading, AMR, meter elektronik, sistem informasi berbasis web, web based application system fo AMR. I. PENDAHULUAN Kemajuan di bidang teknologi automasi telah berkembang pesat hampir disemua lini industri. Salah satu industri yang mengimplementasikan hal ini adalah perusahaan penyedia listrik yaitu PT PLN (Persero). Perusahaan ini telah melakukan efisiensi dan meningkatkan efektifitas dengan menerapkan teknologi Automatic Meter Reading (AMR). Dengan pemanfaatan teknologi ini, petugas pecatat listrik tidak perlu lagi datang ke tempat pelanggan untuk mencatat stand pemakaian kWh per bulannya. Data yang terdapat pada meter elektronik langsung dapat dibaca dan diunduh oleh server AMR secara remote dengan memanfaatkan kanal komunikasi PSTN atau GSM. Keterbatasan yang saat ini dimiliki oleh meter elektronik dalam hal teknologi penyimpanan data meter elektronik dengan

Distribusi Data Listrik Melalui Web

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Distribusi Data Listrik Melalui Web

Ultimatics Vol.3 No. 1, Juni 2011 Kuntarto

Distribusi Data Listrik 131

Distribusi Data Listrik Pelanggan Melalui

Sistem Informasi Berbasis Web

GUSON PRASAMUARSO KUNTARTO Program Studi Teknik Informatika,

Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara

Gading Serpong, Tangerang, INDONESIA [email protected]

Abstract— Paradigma baru dalam proses pembacaan meter elektronik yaitu sistem Automated Meter Reading (AMR) yang dapat membaca dan mengunduh data meter elektronik secara jarak jauh dan otomatis telah menggeser sistem pembacaan meter elektronik secara konvensional. Sistem ini memanfaatkan teknologi komunikasi seperti PSTN, GSM/ GPRS dan Internet (TCP/ IP) guna transmisi data meter elektronik hingga dapat sampai di server AMR. Teknologi ini harus dibarengi dengan pendistribusian data meter pelanggan. Sehingga data meter pelanggan yang telah diunduh tidak menjadi sia-sia. Distribusi data meter pelanggan dapat menggunakan sistem informasi berbasis web, dengan implementasi sistem informasi ini di sisi pengguna tidak perlu lagi diinstal software khusus. Pengguna hanya memerlukan web browser untuk mengakses sistem informasi. Sehingga pada akhirnya, sistem informasi ini dapat dipergunakan oleh pihak PT PLN(Persero) Area Jaringan Bali Selatan guna menganalisis dan mengambil keputusan serta langkah-langkah strategis berkaitan dengan data hasil pembacaan. Dari data yang disajikan melalui sistem informasi dapat dilihat tren penggunaan listrik dan terdapat indikasi jika pelanggan melakukan tindakan curang.

Keywords— Sistem Automated Meter Reading, AMR, meter elektronik, sistem informasi berbasis web, web based application system fo AMR.

I. PENDAHULUAN Kemajuan di bidang teknologi automasi

telah berkembang pesat hampir disemua lini industri. Salah satu industri yang mengimplementasikan hal ini adalah perusahaan penyedia listrik yaitu PT PLN (Persero). Perusahaan ini telah melakukan efisiensi dan meningkatkan efektifitas dengan menerapkan teknologi Automatic Meter Reading (AMR). Dengan

pemanfaatan teknologi ini, petugas pecatat listrik tidak perlu lagi datang ke tempat pelanggan untuk mencatat stand pemakaian kWh per bulannya. Data yang terdapat pada meter elektronik langsung dapat dibaca dan diunduh oleh server AMR secara remote dengan memanfaatkan kanal komunikasi PSTN atau GSM.

Keterbatasan yang saat ini dimiliki oleh meter elektronik dalam hal teknologi penyimpanan data meter elektronik dengan

Page 2: Distribusi Data Listrik Melalui Web

Kuntarto Ultimatics Vol. 3 No.1, Juni 2011

132 Distribusi Data Listrik

kapasitas 512 kBytes menggunakan teknologi EEPROM dapat dikurangi. Karena secara berkala data meter elektronik dibaca dan diunduh oleh server AMR.

Yang menjadi permasalahan selanjutnya adalah bagaimana data listrik pelanggan yang telah dibaca secara remote dapat diakses oleh pimpinan Area Jaringan? Sehingga selaku pimpinan dapat memantau konsumsi listrik atau tren pemakaian listrik di wilayah yang dipimpinnya serta dapat mengetahui indikasi jika pelanggan melakukan tindakan curang.

Dari permasalahan tersebut, perlu kiranya dirancang sistem informasi berbasis web yang mampu mendistribusikan data listrik pelanggan dikalangan pimpinan.

Mengapa dipilih sistem informasi berbasis web, karena dengan menerapkan sistem informasi ini disisi pengguna atau client tidak diperlukan menginstal software khusus. Pimpinan yang ingin melihat sistem informasi cukup menggunakan web browser seperti Internet Explorer, Opera, FireFox dan lain sebagainya.

II. TELAAH LITERATUR Telaah literatur diperlukan untuk

mengambil langkah-langkah dan strategi yang sesuai dengan tujuan yaitu membangun sistem informasi guna pendistribusian data listrik pelanggan.

A. Automated Meter Reading (AMR) Revolusi Automated Meter Reading

(AMR) berawal dari perubahaan pemakaian meter elektromekanik untuk mengukur konsumsi listrik pelanggan beralih ke pemakaian meter elektronik (Salonen, 2007). Faktor yang memercepat perubahan ini antara lain, keakuratan meter elektronik dalam hal pengukuran energi mencapai klas 1 bahkan 0.5s (Iskraemeco, Iskraemeco - Products - MT830, 2000). Hal lain adalah meter elektronik dilengkapi dengan fungsi dan modul komunikasi yang memungkinkan meter terhubung ke sistem informasi, di mana sistem informasi

memanfaatkan teknologi basis data (Sullivan, 2007).

Automated Meter Reading (AMR) merupakan paradigma baru dalam hal pembacaan, dan pengumpulan data pemakaian listrik pelanggan yang terukur oleh meter elektronik yang dilengkapi dengan modul komunikasi dan dibaca secara otomatis oleh server AMR (host) secara remote atau secara jarak jauh. Agar data dari meter elektronik dapat sampai ke server AMR, diperlukan media transmisi. Power line communication (PLC), telepon (PSTN), radio frequency, GSM/ GPRS network, dan Internet network (TCP/IP) dapat dijadikan pilihan (Joongwong, 2007).

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa AMR akan dapat berfungsi maksimal jika AMR bersinergi dengan modul komunikasi, host, dan media transmisi. Sehingga AMR menjadi sebuah sistem yang solid dan terintergrasi (Minar, 2006).

B. Sistem Informasi Sistem informasi tidak terlepas dari dua

hal yaitu sistem dan informasi. Secara definisi sistem diartikan sebagai kumpulan dari berbagai elemen yang berinteraksi guna mencapai tujuan tertentu. Sementara itu, Jerry Fith Gerald berpendapat bahwa sistem merupakan suatu jaringan kerja dari prosedur yang yang terkait guna menyelesaikan masalah tertentu. Sistem memiliki karakteristik yaitu memiliki komponen, memiliki batasan, memiliki penghubung sistem, masukan sistem (input), keluaran sistem (output), pengolah sistem (process), dan target sistem. (Notohadiprawiro, 2006).

Sedangkan yang dimaksud dengan informasi adalah data yang telah diproses menjadi bentuk yang memiliki arti bagi penerima dan dapat berwujud fakta, nilai yang berguna. Proses transformasi data sehingga berubah menjadi informasi harus melalui input > proses > output. Informasi itu sendiri harus memenuhi syarat kuantitas dalam hal ukuran informasi. Serta syarat kualitas di mana informasi harus akurat

Page 3: Distribusi Data Listrik Melalui Web

Ultimatics Vol.3 No. 1, Juni 2011 Kuntarto

Distribusi Data Listrik 133

bebas dari kesalahan, tetap pada waktu di mana informasi datang kepada penerima dengan tidak terlambat, dan informasi harus relevan di mana informasi harus memiliki manfaat untuk orang yang memanfaatkan informasi tersebut. (Notohadiprawiro, 2006).

Sehingga sistem informasi dapat diartikan sebagai suatu sistem yang terintegritas yang mampu menyediakan informasi yang bermanfaat bagi penggunanya.

Jika kita kaitkan dengan teori di atas, maka sistem informasi berbasis web yang akan dirancang nantinya merupakan sistem yang terintegrasi yang mampu menyediakan informasi listrik pelanggan yaitu billing atau tagihan, maximum demand, load profile kanal satu dan dua, dan log book. Informasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh jajaran pimpinan PT PLN (Persero) dalam hal ini manajer AJ Bali Selatan.

C. Meter Elektronik Segmentasi meter elektronik khusus

untuk pengukuran energi listrik diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yaitu kelompok residensial, komersial/ industrial, dan distribusi (Miklavčič, 2007).

Segmen meter elektromekanik R3, B2, dan I2 sudah digantikan oleh meter elektronik (Putra, 2006). Kelompok tersebut dapat dikategorikan ke dalam kelompok residensial dan komersial/ industrial. Sistem informasi yang dirancang akan dapat mengakomodasi pendistribusian data pelanggan kelas komersial.

D. DLMS DLMS lahir dari sebuah kebutuhan akan

standar baku yang mampu menyelesaikan masalah ketidaksesuaian standar antara produk meter elektronik yang dihasilkan oleh manufaktur meter guna pembacaan meter otomatis (Chandra, 2005). Untuk itu sangat diperlukan bahasa yang seragam di antara meter elektronik, formula yang

mengatur konten dari pesan yang terdapat dalam meter elektronik, serta perlunya didefinisikan model sistem informasi untuk pembacaan meter elektronik (Chandra, 2005).

Dari latar belakang tersebut, meter elektronik diatur menggunakan standar baku. Salah satu standar baku yang telah oleh IEC untuk standar yang berkaitan dengan electrical dan standar ISO untuk keperluan bisnis seperti data processing (Chandra, 2005). Untuk mempermudah komunikasi pertukaran data antara meter yang diproduksi oleh bermacam – macam manufaktur dengan host, dibentuklah sebuah standar yang disebut dengan Device Language Message Specification (DLMS) (Chandra, 2005).

DLMS merupakan standar baku IEC yang dituangkan dalam rumusan IEC-61334-4-41, yang secara definisi diartikan sebagai bahasa yang lazim digunakan oleh meter elektronik dalam hal pertukaran data (Chandra, 2005). Sebagai contoh, standar ini mengatur profil komunikasi antara meter dengan host yang dinotasikan dalam HDLC untuk tingkat data link (Fuchs, 2004). Tidak hanya mengatur profil komunikasi antara meter dengan host, namun meter elektronik juga mampu mendukung struktur tarif yang diterapkan di negara yang bersangkutan (Chandra, 2005).

Selain tujuan yang telah dipaparkan di atas, standar meter elektronik tersebut dituangkan dalam protokol. Tujuan protokol tersebut adalah menghindari re-coding pada tingkat aplikasi jika kanal komunikasinya berubah-ubah. Karena pada tingkat kanal komunikasi, sangat mungkin terjadi pergantian interface dan media komunikasi yang dipergunakan (Fuchs, 2004).

Standar ini terbuka untuk semua anggota DLMS-UA. Standar ini mengatur obyek interface, di mana obyek interface tersusun dari obyek register dan setiap register obyek disimpan dalam nilai yang terkandung di dalamnya tipe data, skala, dan unit (Chandra, 2005). Nilai tersebut dinotasikan dalam sebuah logical name

Page 4: Distribusi Data Listrik Melalui Web

Kuntarto Ultimatics Vol. 3 No.1, Juni 2011

134 Distribusi Data Listrik

yang berdasar pada EDIS (Energy Data Identification System) (Fuchs, 2004). Sehingga kebutuhan pemakai meter elektronik dalam membaca tipe meter yang diproduksi oleh bermacam-macam manufaktur, mudah dalam perawatan, dan mudah dalam instalasi dapat tercapai. Sehingga pada akhirnya akan membawa dampak yang positif pada pengguna dalam hal biaya dan interoperabilitas (Chandra, 2005).

Gambar 1 memberikan contoh bagaimana salah satu komponen meter elektronik yaitu register dalam kaitannya dengan logical name untuk sebuah register total energy dimodelkan.

Gambar 1. OBIS CODE

E. Pembacaaan Data Meter Elektronik Disamping mengatur standar yang

berkaitan dengan COSEM interface object model, dan presentation (APDU). Standar DLMS juga mengatur pertukaran data pada layer transport menggunakan layanan ACSE (logical connection) (Fuchs, 2004). Profil komunikasi DLMS telah dibakukan dalam beberapa alternatif komunikasi yaitu local (optical probe), PSTN, GSM, GPRS, dan Internet (TCP/ IP) (Fuchs, 2004).

Pembacaan data meter elektronik dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pembacaan secara lokal dan remote. Sebelum di instal di titik yang telah ditetapkan, meter elektronik terlebih dahulu harus dikonfigurasi. Untuk itu meter elektronik secara lokal dikonfigurasi menggunakan perangkat lunak konfigurasi meter elektronik yang telah diinstal pada sebuah komputer dan sebuah optical probe (Putra, 2006). Optical probe diletak pada tepat

yang telah ditentukan, biasanya terletak di depan meter elektronik. Optical probe tersambung ke komputer melalui serial port (RS-232).

Gambar 2. Konfigurasi pembacaan meter elektronik (lokal) (Putra, 2006)

Meter elektronik yang telah terpasang di

titik pelanggan dilengkapi dengan fitur modul komunikasi yang memungkikan pembacaan data meter secara remote, tanpa harus petugas pencatat meter datang ke lokasi. Modul komunikasi tersebut disesuaikan dengan biaya operasional.

Di sisi komputer pembacaan data meter dapat dilakukan secara manual yaitu dengan interfensi operator maupun secara otomatis tanpa interfensi dari operator. Tentunya diperlukan sistem aplikasi otomatisasi yang handal guna mendukung proses ini. Sistem ini dikenal dengan istilah sistem automated meter reading (AMR) (AISYSTEM, 2007).

Gambar 3. Konfigurasi sistem AMR (AISYSTEM, 2007)

Basis data dibutuhkan untuk penyimpan-

an data hasil pembacaan meter elektronik. Hal ini untuk memenuhi aspek ketersedian data meter elektronik karena meter elektronik memiliki keterbatasan memori (EEPROM) dalam penyimpan data profil yaitu hanya sekitar 380 hari untuk interval waktu 30 menit (Iskraemeco, MT372 Poly-Phase Meter with GSM/ GPRS Modem for AMR and Remote Control, 2005). Sehingga perlu secara berkala data meter elektronik diunduh dan disimpan dalam basis data (Hibrar, 2007). Data meter elektronik yang

Page 5: Distribusi Data Listrik Melalui Web

Ultimatics Vol.3 No. 1, Juni 2011 Kuntarto

Distribusi Data Listrik 135

terkait adalah data billing, load profiles, dan log book (Putra, 2006).

Data billing meliputi stand kWh (total, WBP, dan LWBP) meter bulan lalu dan stand kWH (total, WBP, dan LWBP) meter bulan sekarang, reaktif plus (VARh) dan reaktif minus (VARh) serta daya semu plus (Vah) dan minus (Vah) (Putra, 2006).

Data load profile terdiri dari arus fasa R, S, dan T (Ampere), aktif plus (W), aktif minus (W), reaktif plus (var) (Putra, 2006).

Sedangkan data log book meliputi waktu kejadian dan nama kejadian (event) (Putra, 2006).

Mengingat faktor terpenting dari basis data adalah ketersedian data harus tinggi dengan tingkat redundansi data yang rendah, maka peranan basis data sangat krusial, sehingga perlu rancangan struktur basis data yang mengakomodasi kepentingan tersebut.

III. PENGEMBANGAN SISTEM BASIS DATA AMR

Relasi antara pelanggan dan meter elektronik adalah one to many, dengan penjelasan bahwa satu pelanggan dapat melakukan lebih dari satu transaksi kelistrikan. Diagram – ER pada gambar 4 dapat diterjemahkan ke dalam kamus data (Setiyadi, 2007) sebagai berikut.

Gambar 4. Kamus data ERD

Kamus data: (a) Pelanggan = {MeterSerialNumber,

CustomerNumber , CustomerName, , Tariff, MeterType}. MeterSerialNumber menjadi primary key karena serial meter tidak ada yang sama dan nilainya unik.

(b) Meter elektronik = {MeterSerialNumber, BillingRegister, MaximumDemand, LoadProfile1, LoadProfile2, LogBook}. MeterSerialNumber menjadi primary key karena serial meter tidak ada yang sama dan nilainya unik.

(c) Transaksi = {MeterSerialNumber, BillingRegister, MaximumDemand, LoadProfile1, LoadProfile2, LogBook}. MeterSerialNumber menjadi primary key karena serial meter tidak ada yang sama dan nilainya unik.

Sistem basis data untuk AMR berangkat dari struktur data yang terdapat pada meter elektronik. Untuk mejelaskan kumpulan obyek-obyek/ entiti yang terdapat pada meter elektronik serta hubungan antara obyek-obyek tersebut, diperlukan pendekatan model entity relationship diagram (ERD) (Navathe, 2003). Gambar 5 menunjukkan entity relationship diagram (ERD) antara meter elektronik dengan pelanggan.

Gambar 5. Entity Relationship Diagram AMR system

IV. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI BERBASIS WEB

A. Data Flow Diagram (DFD) Sebelum mengembangkan sistem

informasi terlebih dahulu perlu dibuat data flow diagram (DFD). DFD adalah suatu jaringan yang menggambarkan suaatu sistem komputerisasi, manual atau gabungan dari keduanya dalam suatu susunan berbentuk komponen sistem yang

Page 6: Distribusi Data Listrik Melalui Web

Kuntarto Ultimatics Vol. 3 No.1, Juni 2011

136 Distribusi Data Listrik

saling berhubungan sesuai dengan aturan yang berlakuk (Informatika, 2006). Komponen terdiri dari eksternal entiti yang berbentuk kotak, proses yang berbentuk lingkaran, data flow yang berbentuk anak panah dan data store yang berbentuk dua garis horisontal atas dan bawah (Informatika, 2006). Tahapan proses DFD harus melewati diagram konteks (global), diagram nol (0), dan diagram detail/ rinci (Informatika, 2006).

Sistem informasi dirancangan dengan pendekatan sistem informasi berbasis web. Hal ini dipilih karena dengan menggunakan sistem informasi berbasis web akan memberikan kemudahan kepada pengguna untuk menggunakan sistem informasi tanpa harus menginstal perangkat lunak tambahan, pengguna hanya perlu menggunakan web browser untuk mengakses sistem informasi.

User sistem informasi berbasis web dibagi menjadi dua yaitu admin yang bertugas untuk mengatur akun user yang akan mengakses sistem informasi, memelihara basis data, dan melihat dan mengkonversikan laporan perpelanggan maupun keseluruhan pelanggan yang berkaitan dengan billing, maximum demand, load profile 1 dan 2, dan log book. Sementara user lain adalah manajer yang bertugas melihat dan mengkonversikan laporan perpelanggan maupun keseluruhan pelanggan yang berkaitan dengan billing, maximum demand, load profile 1 dan 2, dan log book. Disamping itu manajer juga harus melewati proses login terlebih dahulu untuk dapat mengakses sistem informasi. Penjelasan di atas dideskripsikan dengan gambar 6 di bawah ini.

Gambar 6. Context Diagram

B. Halaman Web Langkah selanjutnya adalah mendesain

interface sistem informasi. Untuk mempermudah perancangan desain dibuat berdasarkan top-down design. Gambar 7 menunjukkan struktur interface sistem informasi berbasis web.

Gambar 7. Struktur Sistem Informasi

Secara umum interface sistem informasi

ditunjukkan pada gambar 8. Interface terdiri dari header, menu pencarian, menu navigasi, konten, dan footer.

Gambar 8. Struktur Interface Sistem Informasi Secara Umum

Page 7: Distribusi Data Listrik Melalui Web

Ultimatics Vol.3 No. 1, Juni 2011 Kuntarto

Distribusi Data Listrik 137

V. IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI

Sistem informasi berbasis web ini diinstal pada sebuah tower server IBM System x3100 dengan prosesor quad-core Intel, memory 16GB 1333 MHz DDR3 UDIMMs dengan dilengkapi HDD SATA 3.0 Gbps berkapasitas 500GB.

Di dalam server ini diinstal XAMPP yang berfungsi sebagai web server. Versi yang digunakan adalah versi 1.6.7 untuk windows server. Di dalam XAMPP versi 1.6.7 yang dirilis pada tanggal 04 Juli 2008 terdapat phpMyAdmin versi 2.11.7, Apache 2.2.9, PHP 5.2.6 + PHP 4.4.9 + PEAR, FileZilla FTP Server 0.9.25, XAMPP Security 1.0 dan OpenSSL 0.9.8h.

Web server juga diinstal jpgraph v1.20.5 Revision: r769 untuk membuat chart dalam bentuk bar dan line. Untuk memerkuat sistem keamanan web server, dilakukan konfigurasi pada file httpd.conf yang terletak pada direktori xampp/apache/conf, maka file sistem informasi yang diletakkan dalam folder amr akan aman dari akses eksternal. Sehingga akses pengguna ke folder xampp dibatasi, sementara untuk folder amr yang berisikan file sistem informasi berbasis web dikonfigurasi dengan Allow form all. Sehingga halaman web dapat diakses oleh pengguna.

Seluruh file sistem informasi berbasis web diletak pada folder amr, web server dikonfigurasi DNS sehingga dapat dipanggil dari komputer pengguna melalui web browser via alamat: http://iskraemeco/amr atau http://10.25.11.138/amr

Sedangkan untuk sistem basis data, sistem informasi ini menggunakan MSSQL 2000. Sistem basis data ini telah dipergunakan oleh PT PLN (Persero) sejak tahun 2005, dan sangat kecil kemungkinan untuk mengganti DBMS MSSQL menjadi MySQL.

Gambar 9 dan 10 menunjukkan sistem informasi berbasis web ketika dijalankan. Untuk dapat mengakses sistem pengguna terlebih dahulu harus login menggunakan

username dan password yang diberikan oleh system admin.

Gambar 91. Halaman Perpelanggan

Gambar 102. Halaman Laporan Billing

Gambar 113. Grafik load profile

Page 8: Distribusi Data Listrik Melalui Web

Kuntarto Ultimatics Vol. 3 No.1, Juni 2011

138 Distribusi Data Listrik

Selain dapat menyajikan laporan dalam format tabulasi, sistem informasi berbasis web juga mampu menghasilkan laporan dalam bentuk grafik. Hal ini membantu pengguna untuk dapat menganalisa trend penggunaan beban oleh pelanggan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11.Laporan billing, loadprofile, dan logbook setiap pelanggan dan seluruh pelanggan dapat digenerate ke dalam format MS. excel sehingga meningkatkan interoperabilitas data. Gambar 12 menunjukkan laporan yang telah dikonversikan ke dalam format MS. Excel.

Gambar 12 Laporan Billing Seluruh Pelanggan

(Format Ms. Excel)

Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah menyajikan kontak person in charge berupa no. telephone dan e-mail jika terjadi troubleshooting atau ketidak lancaran pada saat penggunaan sistem maupun gangguan yang bersifat eksternal misalkan gangguan jaringan internal PT PLN (Persero).

VI. SIMPULAN Distribusi data listrik pelanggan melalui

sistem informasi berbasis web di PT PLN (Persero) Area Jaringan (AJ) Bali Selatan dapat direalisasikan. Dengan menggunakan sistem informasi berbasis web, maka pimpinan PT PLN Distribusi maupun pimpinan di wilayah AJ Bali Selatan dapat memantau data listrik pelanggan yang terdapat di dalam basis data yang merupakan hasil pembacaan dan pengunduhan yang dilakukan secara berkala oleh server AMR.

Dengan memantau tren pemakaian listrik pelanggan dari billing dan maximum demand diharapkan para pimpinan dapat memberikan estimasi rata-rata penggunaan listrik di wilayah yang dipimpinnya. Sehingga pasokan listrik kepada masyarakat dapat selalu terjamin. Tidak hanya itu kualitas listrik yang disalurkan kepada pelanggan juga dapat dipantau menggunakan data tabulasi maupun grafik yang disajikan pada halaman loadprofile baik perpelanggan maupun seluruh pelanggan. Tidak hanya itu saja, dengan menggunakan sistem informasi ini semua kejadian yang bersifat normal maupun abnormal dapat terekam dan dapat disajikan dalam bentuk tabulasi data. Hal ini akan memberikan data yang akurat kepada pihak PT PLN (Persero) jika ditemukan pelanggan yang berusaha untuk bertindak curang misalkan dengan menghilangkan salah satu tegangan pada salah satu fasa.

Sistem ini dilengkapi dengan sistem keamanan yang terpadu. Hanya pengguna yang terdaftar di dalam sistem yang dapat mengakses data. Selain itu pengguna ditolak aksesnya untuk dapat mengakses sistem informasi ini. Tidak hanya dari sisi keamanan, namun sistem informasi ini juga dilengkapi dengan fitur pencarian, menu grafik (bar dan line), dan menu konversi data tabulasi dari web ke format Ms. Excel. Sehingga interoperabilitas data dapat dimaksimalkan.

Selain itu, sistem informasi ini juga dilengkapi buku panduan yang berfungsi untuk memberikan jalan keluar jika pengguna menjumpai kesulitan dalam menggunakan sistem informasi. Dan yang terpenting dengan memberikan no. telephone dan e-mail akan memberikan rasa aman kepada pengguna, sebab mereka tahu siapa yang akan mereka hubungi jika terjadi masalah.

REFERENSI

[1] Adeline, R. T. (2007). Teknik Normalisasi dalam Perancangan Basis Data Relasional.

Page 9: Distribusi Data Listrik Melalui Web

Ultimatics Vol.3 No. 1, Juni 2011 Kuntarto

Distribusi Data Listrik 139

[2] AISYSTEM. (2007). What is AISYSTEMS MR ? Dipetik 10 14, 2007, dari AISYSTEMS AMR - Automatic Meter Reading, Comprehensive Metering Solutions: http://www.aisystemsamr.com/v1/index.php?option=com_content&task=view&id=45&Itemid=124

[3] Asial. (2008). JPGRPAH The most Powerful PHP-driven Charts.

[4] Bertalya. (2008). Perancangan Basis Data. Jakarta. [5] Chandra, M. A. (2005, 09 20). Device Language Message

Specification (DLMS) in General Definition. Jakarta. [6] Chapple, M. (2007). Introduction to Microsoft SQL Server

2000. [7] Fuchs, P. (2004). DLMS/COSEM standards - Achieving

interoperability . Berlin, Germany. [8] Hibrar, M. (2007). MT830/MT831 Industrial multi-

function meter - Installation Manual. Slovenia: Iskraemeco.

[9] Informatika, B. S. (2006). Data Flow Diagram. Jakarta. [10] Iskraemeco. (2000). Iskraemeco - Products - MT830.

Dipetik 10 14, 2007, dari Iskraemeco: www.iskraemeco.si [11] Iskraemeco. (2005, 05 08). MT372 Poly-Phase Meter with

GSM/ GPRS Modem for AMR and Remote Control. Slovenia.

[12] Joongwong, J. (2007). FEASIBILITY STUDY OF ZIGBEE-BASED AUTOMATIC METER READING SYSTEM AUTOMATIC METER READING SYSTEM . Bangkok: Shinawatra University .

[13] Maxfield, W. (2000, 11). MySQL and PHP from Scratch. USA.

[14] Microchip. (2005). Introduction to Utility Metering Tutorial. Microchip Technology.

[15] Miklavčič, S. (2007). Iskraemeco AMM. Dipetik 10 20, 2007, dari Iskraemeco: www.mee.hu/files/images/5/III_1_StanislavM.pdf

[16] Minar, D. (2006). Automated Meter Reading an Advanced Technology. Dipetik 10 13, 2007, dari www.electronicsmaker.com/em/admin/pdf/free/Automated.pdf

[17] Muhamad Ali, M. T. (2006). Teknik Perancangan Basis Data.

[18] Navathe, R. E. (2003). Fundamental of Database Systems. Pearson.

[19] Notohadiprawiro, T. (2006). Sistem Informasi Pengertian dan Kepentingannya. Yogyakarta.

[20] Putra, I. T. (2006, 11 22). PLN Disjaya . Jakarta. [21] Riordan, R. M. (1999). Designing Relational Database

System. Microsoft. [22] Salonen, V. (2007, 06 02). Index of Opetus. Dipetik 10 24,

2007, dari Index of Opetus: http://www.netlab.tkk.fi/opetus/s383310/06-07/Kalvot%2006-07/salonen_060207.pdf

[23] Setiyadi, D. (2007). Model Data dan Entity-Relationship Model. Bekasi.

[24] Sullivan, G. P. (2007). Metering Best Practice. Federal Energy Management Program.

[25] Tamarkin, T. D. (1992, 10). Automatic Meter Reading. Automatic Meter Reading . Public Power Magazine.

[26] Winantu, A. (2006). Sistem Basis Data. Yogykarta.