Upload
rifa-muhammad
View
250
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
1/110
UNIVERSITAS INDONESIA
RANCANG BANGUN SISTEM PENGUKUR EFISIENSI SEL
PELTIER BERBASIS MIKROKONTROLER
SKRIPSI
SHEPTA DH
1006806702
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI FISIKA EKSTENSI
DEPOK
DESEMBER 2012
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
2/110
UNIVERSITAS INDONESIA
RANCANG BANGUN SISTEM PENGUKUR EFISIENSI SEL
PELTIER BERBASIS MIKROKONTROLER
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana sains
SHEPTA DH
1006806702
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI FISIKA EKSTENSI
DEPOK
DESEMBER 2012
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
3/110
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun diruju
telah saya nyatakan dengan bener.
Nama : Shepta Dh
NPM : 1006806702
Tanda Tangan :
Tanggal : Desember 2012
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
4/110
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Shepta DhNPM : 1006806702
Program Studi : Fisika Instrumentasi
Judul Skripsi : Rancang Bangun Sistem Pengukur Efisiensi Sel
Peltier Berbasis Mikrokontroler
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar untuk
memeperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Fisika
Instrumentasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Dr.Prawito ( )
Pembimbing II : Drs. Arief Sudarmaji, M.T ( )
Penguji I : Dr. Cuk Imawan ( )
Penguji II : Prof. Dr. BEF da Silva, M.Sc ( )
Ditetapkan di : Ruang Seminar, Gedung Fisika, FMIPA UI, Depok.
Tanggal : Desember 2012
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
5/110
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kepada Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan karunia-NYA. Dan Tak lupa
juga penulis panjatkan salam dan shalawat bagi junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW beserta segenap kelurga dan para sahabatnya. Serta Doa restu
dan dorongan dari berbagai pihak dan akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul Rancang bangun Sistem Pengukur Efisiensi Sel Peltier
Berbasis Mikrokontroler.
Penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains, Departemen Fisika, Program studi Fisika Instrumentasi padaFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, berbagai pihak telah memberikan
bantuan, bimbingan, doa yang tulus dan masukan baik secara langsug maupun
tidak langsung. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih yang sebesar-besarny kepada:
1. Dr. Prawito dan Drs. Arief Sudarmaji, MT selaku pembimbing yang telah
memberikan kemudahan dalam berpikir, petunjuk, nasehat-nasehat dalam
perancangan hardware dan software serta menyediakan waktu untuk
menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Dr. Sastra Kusuma Wijaya selaku Ketua Program Peminatan Instrumentasi
Elektronika.
3. Dosen Penguji dan Dosen yang telah mengajar selama perkuliahan
berlangsung.
4. Kepada kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan Doa dari
seberang pulau agar proses penyusunan skrispi ini berjalan lancar dan
selalu memberikan dukungan mental dan materi dari awal kuliah sampai
skripsi selesai.
5. Kepada saudara-saudara saya ayuk sinta, ayuk silfia, adek sindika dan
adek sintia, bang evan dan adex rafa yang selalu memberikan doa,
dukungan dan selalu mensupport saya hingga selesai.
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
6/110
6. Kepada Pak Parno yang telah membantu dalam menyelesaikan mekanik
alat, Pak Budi (kumis) yang selalu sabar di lab.interface dan elektronika,
serta pegawai sekret Ibu Eri, Mbak Ratna, Pak Mardi, Pak Budi, Mas
Rizky dan seluruh civitas akademik FMIPA Universitas Indonesia.
7. Kepada semua senior-senior saya yang telah memberikan saran dan
support dalam menyelesaikan skripsi saya.
8. Temen-temen seperjuangan S1 Ekstensi Fisika Instrumentasi 2010, dan
teman-teman lasmiar yang telah memberikan supportnya dan doanya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam menyelesaikan
laporan tugas akhir ini, maka ada pribahasa Tak ada gading yang tak retak.
Oleh karena itu,ada baiknya pembaca memberikan kritik dan saran yang sangat
membantu dalam menulis karya ilmiah selanjutnya.
Besar harapan penulis, semoga penulisan ilmiah ini memberikan
kontribusi positif dan bermanfaat untuk senantiasa berguna bagi masyarakat
umum agar terus memperoleh wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang
teknologi dan memajukan teknologi yang ada serta bisa dimanfaatkan kembali.
Depok, 19 November 2012
Penulis
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
7/110
Rancang bangun..., Shepta Dh, FMIPA UI, 2012
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
8/110
ABSTRAK
Nama : Shepta Dh
Program Studi : Fisika Instrumentasi
Judul : Rancang Bangun Sistem Pengukur Efisiensi Sel Peltier
Berbasis Mikrokontroler
Sistem pengukur efisiensi selPeltierberbasis mikrokontroler telah selesai
dibuat. Sistem ini menggunakan prinsip kerja dari efekSeebeckdan efekPeltier.
Dalam hal ini diterapkan teknologi termoelektrik dengan menggunakan bahan
semikonduktor yaitu SelPeltier. SelPeltierakan bekerja ketika terjadi perbedaan
temperatur di antara ujung sel dan menghasilkan arus listrik. Sistem ini
menggunakan Heater 120 watt yang berfungsi sebagai sistem pemanas pada
sistem, daya pada heater diatur dengan menggunakan PWM. Sistem ini juga
menggunakan sistem pendingin yang dijaga konstan. Adanya perbedaan suhu
pada sistem akan dibaca oleh sensor temperatur DS1820. Seluruh sistem
dihubungkan pada komputer oleh mikrokontroler memalui kabel serial RS232.
Semua hasil pengukuran ditampilkan pada LCD textdan monitoring komputer
dengan menggunakan software LabVIEW. Berdasarkan hasil penelitian bahwa
nilai efisiensi yang terukur merupakan hasil perbandingan antara daya outputsel
Peltierdan daya input heater.
Kata kunci: Efisiensi, Sel Peltier, Heater, ACS712, DS1820, Efek Seebeck, Efek
Peltier,
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
9/110
ABSTRACT
Name : Shepta Dh
Study Program : Physics Instrumentation
Title : Design of Microcontroller-based Peltier Cell Efficiency
Measurement System
The Efficiency Measurement System of Peltier Cell Based on
Microcontroller has been designed. The system uses Seebeck effect and Peltier
effect principles that is implemented by semiconductor-based thermoelectric
technology. Peltier cell will work, that is generating electrical current, when the
end plates of Peltier cell have a temperature difference. This sistem uses
controllable 120W electrical heater that can be set by PWM method. Moreover,
this sistem has also uses a cooling system to keep in a fixed temperature. Thetemperature difference will be read the DS1820 temperature sensor. The entire
system is connected to a computer using RS232 communication cable. All
measurement results acquaired by the system will be displayed on LCD text and
monitoring computer using LabVIEW program. According to the conducted
experiment,the measured efficiency which is the ratio of Peltier cell output power
and heater input power, depends on the Peltier cell temperature difference.
Keywords: Efficiency, Peltier Cell, Heater, DS 1820, Seebeck effect and Peltier
effect.
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
10/110
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.............................vii
ABSTRAK............................................................................................................vii
DAFTAR ISI......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiv
DAFTAR PERSAMAAN.....................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xxiv
BAB 1 : PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................4
1.3 Deskripsi Singkat ............................................................................4
1.4 Batasan Masalah .............................................................................6
1.5 Metode Penelitian ........................................................................... 6
1.6 Sistematika Penelitian.....................................................................7
BAB 2 : TEORI DASAR ......................................................................................9
2.1 Efek Seebeck................................................................................... 9
2.2 Efek Peltier....................................................................................10
2.3 Sel Peltier......................................................................................112.4 Perpindahan Panas ........................................................................14
2.4.1 Konduksi..............................................................................15
2.3.1.1 Konduktivitas Termal ......................................................16
2.4.2 Konveksi ..............................................................................16
2.4.3 Radiasi .................................................................................17
2.5 Daya Listrik ..................................................................................18
2.6 Efisiensi.........................................................................................20
2.6.1 Actual Efficiency .................................................................20
2.6.2 Carnot Efficiency.................................................................21
2.6.3 Adjusted Efficiency .............................................................22
2.7 Sensor Temperatur ........................................................................232.8 Pulse Width Modulation ...............................................................24
2.9 Relay .............................................................................................29
BAB 3 : PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM............................31
3.1 Sistem Mekanik ............................................................................31
3.2 Perancangan Mekanik ...................................................................32
3.2.1 Blok sistem ..........................................................................32
3.2.2 Sistem Pendingin .................................................................34
3.2.3 Sistem Pemanas ...................................................................35
3.3 Rangkaian Elektronika..................................................................35
3.3.1 Rangkaian Pengendali Nilai Hambatan Pada SelPeltier....35
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
11/110
3.3.2 Rangkaian Sensor Temperatur .............................................37
3.3.3 Rangkaian Power Supply.....................................................37
3.3.5.1 Rangkaian Power Supply 5V...................................38
3.3.5.2 Rangkaian Power Supply 12V.................................38
3.3.5.3 Rangkaian Power Supply 15V.................................393.3.4 Rangkaian Penguat AD620..................................................40
3.3.5 Rangkaian PWM untuk Variabel Tegangan Pada Heater....40
3.3.6 Rangkaian Mikrokontroler AT Mega 16 .............................44
3.4 Perancangan Software Sistem.......................................................46
BAB 4 : HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISA DATA...............................51
4.1 Data ADC Heater ......................................................................................51
4.2 Data Pengujian Nilai Pwm terhadap Tegangan (V)..................................54
4.3 Data Nilai Hambatan Pada Heater ............................................................56
4.4 Data Sensor Temperatur Ds1820 terhadap Termometer...........................57
4.5 Pengambilan Data Efisiensi Sel Peltier.....................................................584.5.1 PengujianDaya Sel Peltier dengan Variabel nilai Hambatan ..........58
4.5.1.1 Pengujian Sistem Pengukur Daya pada Nilai R (1.7 dan 6.3)58
4.5.2 Perhitungan Efisiensi Sel Peltier Dengan Beberapa Metode...........60
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................64
5.1 Kesimpulan ...............................................................................................64
5.2 Saran .........................................................................................................65
DAFTAR REFERENSI ..................................................................................66
LAMPIRAN....................................................................................................
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
12/110
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Blok Diagram Sistem Instrumentasi ..................................................5
Gambar 2.1 Thomas Johan Seebeckdan Eksperimen efekSeebeck...................... 9Gambar 2.2 Eksperimen Rangkaian dari EfekSeebeck.........................................9
Gambar 2.3 Jean Charles Athanese Peltierdan Eksperimen efekPeltier..........10
Gambar 2.4 Eksperimen Rangkaian dari EfekPeltier.........................................10
Gambar 2.5 Skematik Sel Peltier .........................................................................11
Gambar 2.6 Sel Peltier .........................................................................................11
Gambar 2.7 Ikatan Kovalen .................................................................................13
Gambar 2.8 Struktur Pita energi Semikonduktor tipe-N dan tipe-P ....................13
Gambar 2.9 Ukuran Sel Peltier ............................................................................14
Gambar 2.10 Sistem Kerja Mesin Panas..............................................................20
Gambar 2.11 Pin Konfigurasi DS1820 ................................................................23
Gambar 2.12 Parameter PWM High Time...........................................................25
Gambar 2.13 Duty CyclePWM ...........................................................................25
Gambar 2.14 Pengaturan PWM pada ATMEGA.................................................26
Gambar 2.15 Compare Duty Cycle ......................................................................27
Gambar 2.16 Duty CyclePada Tegangan ............................................................28
Gambar 2.17 Perhitungan Pengontrolan Tegangan .............................................28
Gambar 2.18 Relay Posisi Normally Close dan Normally Open..........................29
Gambar 2.19 Relay kaki 8 ....................................................................................30
Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem ......................................................................31
Gambar 3.2 Blok Perancangan Mekanik Sistem .................................................33
Gambar 3.3 Perancangan Tampak Depan Perancangan Sistem ..........................33
Gambar 3.4 Sistem Pendingin..............................................................................34
Gambar 3.5 Mekanik Sistem Pada Sistem Pendingin..........................................34
Gambar 3.6 Perancangan Mekanik Sistem Pemanas ...........................................35
Gambar 3.7 Rangkaian Pengendali Nilai Hambatan Pada Sel Peltier .................36
Gambar 3.8 Rangkaian 1-wire Ds1820................................................................37
Gambar 3.9 Rangkaian Power Supply 5V ...........................................................38
Gambar 3.10 Rangkaian Power Supply 12V .......................................................38
Gambar 3.11 Rangkaian Powerv Supply 15V ..................................................39
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
13/110
Gambar 3.12 Rangkaian Penguat AD620............................................................40
Gambar 3.13 Rangkaian PWM Untuk Variabel Tegangan Pada Heater .............41
Gambar 3.15 Input Signal PWM .........................................................................42
Gambar 3.16 Rangkaian Mikrokontroler ATMEGA16.......................................44
Gambar 3.17 Flowchart Monitoring pada Software Bascom ..............................47
Gambar 3.18 Flowchart Monitoring pada Software LabView ............................48
Gambar 3.19 Front Panel Monitor pada Software LabView ...............................50
Gambar 3.20 Blok Diagram Monitor pada Software Labview............................50
Gambar 4.1 Grafik Nilai ADC (1) Terhadap Tegangan (V)................................53
Gambar 4.2 Grafik Nilai ADC (2) Terhadap Tegangan (V)................................53
Gambar 4.3 Grafik Nilai PWM Terhadap Tegangan (V1) ...................................55
Gambar 4.4 Grafik Nilai PWM Terhadap Tegangan (V1) ..................................55
Gambar 4.5 Nilai Hambatan Pada Heater Terhadap Suhu...................................57
Gambar 4.6 Grafik Ds1820 terhadap Termometer ..............................................58
Gambar 4.7 Pengujian Efisiensi Metode Carnot..................................................61
Gambar 4.8 Pengujian Efisiensi Metode Actual..................................................61
Gambar 4.9 Pengujian Efisiensi Metode Adjusted ..............................................62
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
14/110
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Periodik Untuk Elemen Semikonduktor ..............................................12
Tabel 2.2 Spesifikasi Sel Peltier ..........................................................................14
Tabel 4.1 Data ADC Heater.................................................................................51
Tabel 4.2 Nilai PWM Terhadap Tegangan Heater ..............................................54
Tabel 4.3 Data Nilai Hambatan Pada Heater .......................................................56
Tabel 4.4 Data sistem Pengukur Daya (R=1,7)................................................59
Tabel 4.5 Data sistem Pengukur Daya (R=6.3)................................................59
Tabel 4.6 Data sistem Pengukur Daya (R=0)..................................................59
Tabel 4.7 Data Hasil Efisiensi Sel Peltier (R=1,7)...........................................60
Tabel 4.8 Data Hasil Efisiensi Sel Peltier (R=6.3)...........................................60
Tabel 4.9 Data Hasil Efisiensi Arus dan r dalam Sel Peltier ..............................63
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
15/110
DAFTAR PERSAMAAN
Halaman
Persamaan 2.1 .......................................................................................................10
Persamaan 2.2 .......................................................................................................10
Persamaan 2.3 .......................................................................................................11
Persamaan 2.4 .......................................................................................................15
Persamaan 2.5 .......................................................................................................16
Persamaan 2.6 .......................................................................................................17
Persamaan 2.7 .......................................................................................................17
Persamaan 2.8 .......................................................................................................18
Persamaan 2.9 .......................................................................................................19
Persamaan 2.10 .....................................................................................................19
Persamaan 2.11 .....................................................................................................19
Persamaan 2.12 .....................................................................................................20Persamaan 2.13 .....................................................................................................21
Persamaan 2.14 .....................................................................................................21
Persamaan 2.15 .....................................................................................................22
Persamaan 2.16 .....................................................................................................22
Persamaan 2.17 .....................................................................................................22
Persamaan 2.18 .....................................................................................................27
Persamaan 2.19 .....................................................................................................27
Persamaan 2.20 .....................................................................................................28
Persamaan 4.1 .......................................................................................................52Persamaan 4.2 .......................................................................................................52
Persamaan 4.3 .......................................................................................................52
Persamaan 4.4 .......................................................................................................52
Persamaan 4.5 .......................................................................................................54
Persamaan 4.6 .......................................................................................................54
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
16/110
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Program Bascom
Lampiran 2 Data sistem
Lampiran 3 DataSheet Sel Peltier
Lampiran 4 DataSheet AD620
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
17/110
BAB 1
PENDAHULUAN
Bagian bab ini merupakan bagian pendahuluan yang menjelaskan latar
belakang, tujuan penelitian, deskripsi singkat dari penelitian, batasan-batasan
masalah yang akan diteliti, kemudian metode yang digunakan selama penelitian
dan sistematika penulisan dari pembuatan sistem pengukur efisiensi selPeltier
berbasis mikrokontroler.
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan energi dunia semakin lama semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk dan pusat-pusat industri. Menurut data yang
berhasil dihimpun (berbagai sumber), dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta
jiwa, Indonesia merupakan negara dengan tingkat kebutuhan energi nomor 5
dunia setelah Amerika, China, dan India. Sebagian besar kebutuhan energi itu
dialokasikan pada sektor kebutuhan rumah tangga, transportasi, dan industri.
Cadangan energi di Indonesia diperkirakan akan mampu mencukupi kebutuhan
energi dalam negeri selama kurun waktu lebih dari 100 tahun mendatang. Namun
demikian, bukan berarti para pengguna sumber energi tersebut bisa semena-mena
sehingga tidak memikirkan generasi mendatang. Berbagai upaya telah ditempuh
sebagai antisipasi penyediaan sumber energi alternatif. Indonesia adalah salah satu
negara yang memiliki sumber energi alamiah yang sangat besar. Mulai dari
minyak bumi, batubara, gas alam, dan lain sebagainya. Letak geografis Indonesia
juga cukup menguntungkan karena memperoleh paparan cahaya matahari
sepanjang tahun. Oleh karena itulah, selain memanfaatkan bahan bakar fosil parailmuwan Indonesia juga berusaha memanfaatkan energi surya dengan membuat
sel surya atau selphotovoltaic (Energi_Indonesia,artikel).
Tersedianya sumber energi belum menjamin bahwa energi tersebut dapat
digunakan secara efisien dan efektif. Hal ini sangat bergantung pada alat yang
digunakan. Saat ini, system kerja mesin masih berbasis pada teknologi yang
pertama kali dicetuskan oleh James Watt yang mengawali revolusi industri di
Inggris awal abad ke19. Penemuan tersebut tentu saja tidak lepas dari peran
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
18/110
2
ilmuwan eksperimentalis terbesar sepanjang masa, Michael Faraday, yang telah
berhasil meletakkan dasar-dasar teori dan eksperimen bagaimana cara mengubah
energi yang tersedia di alam untuk digunakan sebagai pendukung kehidupan
sehari-hari. Maka terciptalah berbagai macam mesin dan alat-alat penunjang
kehidupan lainnya yang memanfaatkan, terutama, bahan bakar minyak. Seiring
dengan perkembangan teknologi, alat-alat tersebut semakin lama semakin
berkembang. Tidak hanya terbatas pada fungsi namun juga portabilitas dan
kemudahan manusia dalam mengoperasikannya. Namun, ada satu masalah yang
hingga saat ini belum ditemukan jalan keluar yang memuaskan yaitu efisiensi.
Menurut Sadi Carnot, efisiensi sebuah mesin tidak mungkin mencapai
100%. Hal ini berarti setiap penggunaan sejumlah bahan bakar tertentu, tidak
seluruhnya dimanfaatkan untuk melakukan kerja. Dengan kata lain, sebagian
energi tersebut terbuang menjadi energi lain yang tentu saja, tidak bisa
dimanfaatkan. Energi buang tersebut yang paling dominan adalah berupa energi
panas. Setiap mesin selalu menghasilkan panas di mana panas ini dibuang begitu
saja ke lingkungan yang menurut beberapa ahli turut andil dalam bencana ekologi
global warming. Selain itu, panas yang terbuang ini juga menyebabkan mesin
cepat rusak atau aus pada bagian-bagian tertentu.
Teknologi yang sekarang banyak dikembangkan selalu mengusahakan
agar panas yang dihasilkan sebuah mesin tidak berlebihan. Misalnya pada laptop.
Sebagian besar laptop menggunakan kipas internal dan sistem manajemen panas
lainnya untuk membuang panas yang dihasilkan mesin demi menjaga keawetan
mesin. Hal ini menunjukkan bahwa panas yang dihasilkan laptop belum bias
dimanfaatkan. Buktinya, panas yang dihasilkan tersebut dibuang begitu saja.
Masih banyak lagi fenomena sejenis yang intinya residu kerja mesin berupa panasitu belum bisa dimanfaatkan.
Pada tahun 1821,Thomas Johann Seebeckmelakukan sebuah eksperimen
dengan menggunakan tembaga dan besi. Kedua logam itu dirangkai menjadi
sebuah sambungan di mana salah satu sisi logam dipanaskan sedangkan satu sisi
logam yang lainnya tetap dijaga pada suhu konstan. Jarum kompas yang
sebelumnya telah diletakkan di antara dua plat tersebut ternyata mengalami
penyimpangan/bergerak. MenurutAmpere, terdefleksinya jarum kompas tersebut
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
19/110
3
tentu disebabkan karena adanya medan magnet yang dihasilkan oleh plat logam
yang dipanaskan. Dalam kondisi tersebut, medan magnet hanya bisa dihasilkan
dari proses induksi elektromagnetik yaitu medan magnet yang ditimbul karena
adanya arus listrik pada logam.
Namun demikian, pada saat itu Seebeck belum mengetahui secara
menyeluruh hasil eksperimen yang ia peroleh. Baru pada periode berikutnya,
penemuanSeebeck ini dikaji lebih lanjut oleh Jean Charles Peltier. Terdorong
dari rasa ingin tahunya yang sangat tinggi, Peltier mencoba merancang sebuah
eksperimen yang diharapkan dapat memberikan hasil yang berkebalikan dengan
apa yang diperoleh Seebeck. Peltier mengalirkan listrik pada dua buah logam
yang direkatkan dalam sebuah rangkaian. Ketika arus listrik mengalir, terjadi
penyerapan panas pada sambungan kedua logam tersebut dan pelepasan panas
pada sambungan yang lainnya. Pelepasan dan penyerapan panas ini bersesuaian
dengan arah aliran arus listrik yang diberikan pada logam. Penemuan yang terjadi
pada tahun 1934 ini kemudian dikenal dengan efek Peltier. Penemuan Seebeck
dan Peltier inilah yang kemudian menjadi dasar pengembangan teknologi yang
dapat mengubah panas menjadi energi listrik yang lazim disebut sebagai
generator termoelektrik.
PenemuanSeebeckdanPeltiermerupakan dasar pengembangan teknologi
yang dapat mengubah panas menjadi energi listrik yang lazim disebut sebagai
generator termoelektrik.
Teknologi termoelektrik inilah yang akan diterapkan untuk memanfaatkan
energi panas yang dibuang oleh mesin. Tentu saja, hal ini tidak ada sangkut
pautnya dengan efisiensi mesin. Dengan teknologi termoelektrik ini, panas yang
terbuang dapat dimanfaatkan kembali menjadi energi yang bisa dikonsumsimesin. Teknologi termoelektrik merupakan teknologi yang relatif lebih efisien,
ramah lingkungan, tahan lama, dan mampu menghasilkan energi dalam skala kecil
hingga skala besar. Prinsip dasar dari teknologi termoelektrik adalah mengubah
energi panas menjadi energi listrik secara langsung (generator termoelektrik) atau
penyerap panas (pendingin termoelektrik).
Untuk menghasilkan arus dan tegangan listrik, sebuah material
termoelektrik (biasanya semikonduktor) cukup diletakkan pada dua daerah yang
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
20/110
4
memiliki beda temperatur (bagian yang suhunya lebih tinggi disebut sumber
panas). Dalam hal ini pengembangan teknologi termoelektrik sebagai
pengembangan energi alternatif seperti energi angin, sel matahari (Solar Cell),
OTEC (Ocean Thermal Energi Conversion), panas bumi dan lain sebagainya
perlu diperhatikan baik dari pemerintah, industri, perguruan tinggi, dan
masyarakat. Teknologi termoelektrik ini diterapkan pada pembangkit listrik pada
sumber panas, akan tetapi sampai pada saat ini pembangkit listrik dari sumber
panas yang sekarang ini banyak digunakan melalui beberapa proses. Contoh
penerapan dalam kehidupan sehari-hari bahan bakar fosil yang menghasilkan
putaran turbin ketika dibakar dengan tekanan yang sangat tinggi. Kemudian hasil
putaran turbin akan digunakan untuk memproses tenaga listrik. Efisiensi energi
pembangkit ini masih rendah akibat beberapa kali proses yang berubah-ubah [15].
Dengan memanfaatkan teknologi termoelekrik, maka difokuskan untuk
meneliti berapa besar efisiensi yang dihasilkan dari penelitian yang berjudul
Rancang Bangun Sistem Pengukur Efisiensi sel Peltier Berbasis Mikrokontroler.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah membuat alat ukur yang dapat mengetahui
nilai efisiensi sel Peltier dari adanya perubahan beda temperatur berbasis
mikrokontroller.
1.3 Deskripsi singkat
Dalam sistem ini selPeltierdimanfaatkan sebagai penghasil energi listrik,
dimana selPeltier akan mengubah energi panas menjadi energi listrik. SelPeltier
mempunyai dua sisi yang berbeda yaitu sisi panas dan sisi dingin. Sisi panas selPeltierakan dihubungkan dengan sumber energi panas yang berasal dari sebuah
sistem pemanas, dalam hal ini sistem pemanas yang digunakan yaitu resistor
keramik yang terhubung dengan daya listrik. Sedangkan sisi dingin pada sel
Peltierdihubungkan dengan sistem pendingin dalam hal ini menggunakan aliran
air di dalam plat alumanium sehingga sistem pendingin akan dijaga konstan
temperaturnya. Sistem pemanas mengalirkan panas menuju selPeltier sehingga
sel Peltier akan menghasilkan arus dan suhu pada sistem pemanas akan
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
21/110
5
mengalami kenaikan suhu. Arus yang dihasilkan oleh sel Peltier akan melewati
resistor (R) sehingga didapatkan nilai tegangannya dan energi listrik (E) dapat
terukur.
Gambar 1.1 Blok Diagram Sistem
Blok diagram diatas merupakan perancangan pengukur efisiensi sel
Peltier. Dimana mikrokontroler akan membaca besarnya energi yang dihasilkan
oleh selPeltier. Dalam hal ini sistem pemanas yang terhubung dengan selPeltier
akan dihubungkan dengan sumber daya listrik yang tegangannya dapat
divariasikan. Pengukur tegangan yang dihubungkan dengan mikrokontroler akan
mengukur daya listrik yang dihasilkan. Sistem ini menggunakan dua sensor suhu
yaitu sensor suhu (DS1820). Sensor suhu ini akan dihubungkan dengan sistem
pendingin dan sistem pemanas sehingga sensor suhu akan menghasilkan beda
temperatur yang akan dibaca oleh mikrokontroler. Hasil data yang diperoleh dari
alat ini adalah data energi(E) yang terukur dari selPeltierdan hasil perubahan
panas ( ) sehingga dapat menghasilkan efisiensi sel Peltier =
. Semua
data yang diperoleh akan dibaca oleh mikrokontroler dan akan ditampilkan oleh
LCD dan PC.
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
22/110
6
1.4 Batasan Masalah
Tugas akhir ini bertujuan untuk mendapatkan hasil akhir yang baik, sesuai
apa yang diinginkan dan tidak terjadi penyimpangan terhadap permasalahan yang
akan ditinjau, maka batasan masalah yang adalah sebagai berikut:
1. Membuat sistem yang dapat mengukur daya listrik dan membuat sistem
kendali untuk pemanas.
2. Membuat sistem mekanik untuk temperatur dingin dalam hal ini
menggunakan air es.
3. Mengukur tegangan yang dihasilkan sel Peltier untuk memperoleh
besarnya energi listrik dengan menggunakan mikrokontroler.
4. Membandingkan hasil energi listrik (E) yang dihasilkan sel Peltier
terhadap perubahan panas ( ), sehingga dapat mengukur efisiensi dari
selPeltier =
.
1.5 Metode Penelitian
Metoda penelitian yang akan dilakukan terdiri dari beberapa tahap
diantaranya adalah sebagai berikut :
1.5.1 Studi Literatur
Metode ini digunakam untuk memperoleh informasi tentang teori-teori
dasar sebagai sumber penulisan skripsi. Informasi dan pustaka yang
berkaitan dengan masalah ini diperoleh dari literatur, penjelasan yang
diberikan dosen pembimbing, rekan-rekan kerja mahasiswa, informasi dari
internet, data sheet, dan buku-buku yang berhubungan dengan skripsi
penulis.
1.5.2 Perancangan dan Pembuatan Alat
Perancang alat merupakan awal penulis untuk mencoba memahami,
menerapkan, dan menggabungkan semua literatur yang diperoleh maupun
yang telah dipelajari untuk melengkapi sistem serupa yang pernah
dikembangkan, dan selanjutnya penulis dapat merealisasikan sistem sesuia
dengan tujuan.
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
23/110
7
1.5.3 Uji Sistem
Uji sistem ini berkaitan dengan pengujian alatserta pengambilan data dari
alat yang telah dibuat.
1.5.4 Metoda Analisis
Metode ini merupakan pengamatan terhadap data yang diperoleh dari
pengujian alat serta pengambilan data. Pengambilan data meliputi
kecepatan memberikan perintah sampai tanggapan sistem berupa
ketepatan pengeksekusian perintah. Setelah itu dilakukan penganalisisan
sehingga dapat ditarik kesimpulan dan saran-saran untuk pengembangan
lebih lanjut.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari bab-bab yang memuat
beberapa sub-bab. Untuk memudahkan pembacaan dan pemahaman maka skripsi
ini dibagi menjadi beberapa bab yaitu:
BAB 1 Pendahuluan
Pendahuluan berisi latar belakang, permasalahan, batasan masalah,
tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan dari
skripsi ini.
BAB 2 Teori Dasar
Teori dasar berisi landasan-landasan teori sebagai hasil dari studi
literatur yang berhubungan dalam perancang bangunan dan
elektronik.
BAB 3 Perancangan SistemPada bab ini akan dijelaskan secara keseluruhan sistem kerja dari
semua elektronika yang terlibat.
BAB 4 Pengujian Sistem dan Pengambilan Data
Bab ini berisi tentang unjuk kerja alat sebagai hasil dari perancangan
sistem. Pengujian akhir dilakukan dengan menyatukan seluruh
bagian-bagian kecil dari sistem untuk memastikan bahwa sistem
dapat berfungsi sesuai dengan tujuan awal.
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
24/110
8
BAB 5 Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan berisi simpulan yang diperoleh dari pengujian sistem
dan pengambilan data selama penelitian berlangsung, selain itu juga
Kesimpulan memuat saran untuk pengembangan lebih lanjut dari
penelitian ini.
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
25/110
BAB 2
TEORI DASAR
Bab ini akan menguraikan teori dan konsep dasar yang akan menjadi
landasan dalam perancangan sistem dan pembuatan alat sehingga bab dua ini akan
menjadi acuan untuk bab selanjutnya.
2.1 Efek Seebeck
Penemuan pertama kali terkait dengan termelektrik terjadi pada tahun
1821, seorang fisikawan jerman yang bernamaThomas Johan Seebeckmelakukan
eksperimen dengan menggunakan dua material logam yang berbeda yaitu
tembaga dan besi. Kedua logam itu dirangkai menjadi sebuah sambungan dimana
salah satu sisi logam dipanaskan dan sedangkan satu sisi logam yang lainnya
teteap dijaga pada suhu konstan sehingga arus akan mengalir pada rangkaian
tersebut. Arus listrik yang mengalir akan mengindikasikan adanya beda potensial
antara ujung-ujung kedua sambungan. Jarum kompas yang sebelumnya telah
diletakkan diantara dua plat tersebut ternyata mengalami penyimpangan atau
bergerak hal ini disebabkan adanya medan magnet yang dihasilkan dari proses
induksi elektromagnetik yaitu medan magnet yang timbul karena adanya arus
listrik pada logam [20].Dibawah ini adalah simulasi dari rangkaian kedua logam A
dan logam B.
Gambar 2.1Thomas Johan Seebeck dan eksperimen efekSeebeck[14].
Gambar 2.2 Eksperimen Rangkaian dari efekSeebeck[13].
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
26/110
10
Hubungan anatara tegangan (V) dan perbedaaan temperatur
( dan ) antara kedua ujung logam ( dan ) dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut.
= ( ( ) ( )) (2.1)
= ( ) ( ) (2.2)
Keterangan :
V : Tegangan pada logam A dan logam B (Volt)
S dan S : Koefisien Seebeck dari logam A dan logam B
T dan T : Temperatur 1 (K) dan Temperatur 2 (K)
2.2 Efek Peltier
Pada tahun 1834 seorang fisikawan bernama Jean Charle Athanase
Peltier, menyelidiki kembali eksperimen dari efekSeebeck.Peltier menemukan
kebalikan dari fenomena Seebeck yaitu ketika arus listrik mengalir pada suatu
rangkaian dari material logam yang berbeda terjadi penyerapan panas pada
sambungan kedua logam tersebut dan pelepasan panas pada sambungan yang
lainnya. Pelepasan dan penyerapan panas bersesuaian dengan arah arus listrik
pada logam. Hal ini dikenal dengan efekPeltier[21].
Gambar 2.3Jean Charles Athanese Peltierdan Eksperimen efekPeltier[14]
.
Gambar 2.4 Eksperimen Rangkaian dari efekPeltier[13]
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
27/110
11
= ( )= ( ) (2.3)
Keterangan :
Q atau Q aliran panas (J)
dan koefisienPeltier
I arus yang mengalir (A)
2.3 SelPeltier
Pada abad ke 19 tahun 1834 Jeans Charles Athanase Peltiermenemukan
efek pendingin. Dimana ketika arus listrik mengalir pada dua bahan konduktor
yang berbeda yang menyebabkan adanya penyerapan dan pelepasan panas.
Namun Peltier gagal karena penjelasan fenomena fisika lemah hal ini tidak
mematuhi hukumOhm. Tahun 1909 dan 1911 ilmuwan lainnya yaitu Altenkirch
menunjukkan bahwa bahan termoelektrik pendingin membutuhkan koefisien
Seebeckyang tinggi [22].
Gambar 2.5 Skematik SelPeltier[22]
Konsep dasar dari sel peltier yaitu efekSeebeckdan efekPeltier, dimana
sel Peltier ini merupakan bahan semikonduktor yang bertipe-p dan tipe-n.
Semikonduktor merupakan bahan setengah penghantar listrik yang disebabkan
perbedaan gaya ikat diantara atom-atom, ion-ion, atau molekul-molekul.
Gambar 2.6 SelPeltier[21].
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
28/110
12
Semua ikatan zat padat atau bahan padat yang lainnya disebabkan adanya
gaya listrik dan tergantung pada jumlah elektron terluar pada struktur atom. Bahan
padat yang dimaksud adalah bahan padat seperti konduktor, isolator,
semikonduktor atau pun superkonduktor). Untuk penyusun dari bahan padat
terbagi menjadi dua bagian yaitu bahan padat krisal dan bahan padat amorf.
Bahan padat kristal merupakan suatu bahan padat dengan struktur partikelnya
disusun secara keteraturan yang panjang dan berulang secara periodik, contohnya
Silicon, Germanium, Gallium, Arsenid, dsb. Sedangkan bahan padat amorf
struktur partikelnya disusun dengan keteraturan yang pendek dan tidak berulang
secara periodik, contohnya Amorphous Silicon [19].
Tabel 2.1 Tabel Periodik Untuk Elemen Semikonduktor[19]
KOLOM III KOLOM IV KOLOM V
5 B
BORON
10,82
6 C
CARBON
12,01
7 N
NITROGEN
14,008
13 AL
ALUMINIUM
26,97
14 Si
SILICON
28,09
15 P
PHOSPHORUS
31,02
31 Ga
GALLIUM
69,72
32 Ge
GERMANIUM
72,60
33 As
ARSENIC
74,91
49 In
INDIUM
112,8
5 Sn
TIN
118,7
5 Sb
ANTIMONY
121,8
Semikonduktor terbagi menjadi dua yaitu semikonduktor Intrinsik (murni)dan semikonduktor Ekstrinsik (tidak murni). Semikonduktor instrinsik merupakan
jenis semikonduktor yang murni dengan elektron valensi empat, misalnya silicon
dan germanium, keduanya terletak pada kolom empat dan table periodik. Silicon
dan germanium dibentuk oleh tetrahedral dimana setiap atom akan menggunakan
bersama atom elektron valensi dengan atom-atom tetangganya. Gambar dibawah
ini menunjukkan adanya ikatan valensi dan elektron valensi.
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
29/110
13
Gambar 2.7 Ikatan Kovalen [Piranti_Semikonduktor.Pdf]
Semikonduktor ektrinsik merupakan semikonduktor tidak murni dimana
terjadi penambahan elektron. Proses penambahan disebut Doping untukmendapatkan elektron valensi bebas dalam jumlah lebih banyak dan permanen,
yang diharapkan agar dapat mengahantarkan listrik. Doping dibagi menjadi dua
tipe yaitu tipe-N dan tipe-P, dimana semikonduktor tipe-N yang menghasilkan
muatan negatif dan merupakan donor untuk melepaskan elektron sedangkan
semikonduktor tipe-P menghasilkan muatan positif.
Gambar 2.8 Struktur Pita Energi Semikonduktor tipe-N dan tipe-P[21]
Dalam penjelasan semikonduktor maka dapat disimpulkan bahwa didalam
sel Peltier (thermoelectric cooler peltier) terdapat bahan semikonduktor dengan
tipe-N dan tipe-P yang apabila kedua tipe tersebut diberi arus lisrtik akan
menimbulkan beda potensial. Dibawah ini adalah gambar sel Peltier yang
digunakan dalam pembuatan system ini yaitu selPeltier yang mempunyai 12V
dan 14,5 W.
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
30/110
14
Gambar 2.9 Ukuran Sel Peltier[9]
Agar bisa mengetahui karakteristik dari selPeltiermaka tabel dibawah ini
menjelaskan panas maksimum dan suhu maksimum. Kemudian input dari
tegangan maksimum dan arus maksimum serta resistansi dari elemen atau sel
Peltiertersebut.
Tabel 2.2 Spesifikasi SelPeltier[9]
No Keterangan Simbol ukuran Kondisi
1 Temperatur Maksimum T 200
2 Dingin Maksimum 33 Temperatur Ruang
Th = 30
3 Perubahan temperatur
maksimum
68 Temperatur Ruang
Th = 30
4 Input tegangan maksimum 15,4 Temperatur Ruang
Th = 30
5 Arus maksimum 3,0 Temperatur Ruang
Th = 30
6 Resistansi R 3,2-3,5 Temperatur Batas
Th = 25
7 Parallel 0,05mm
2.4 Perpindahan Panas
Perpindahan kalor merupakan ilmu yang meramalkan perpindahan energi
karena perbedaan suhu diantara benda atau material. Ilmu perpindahan kalor tidak
hanya mencoba menjelaskna bagaimana energi kalor itu berpindah dari satu benda
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
31/110
15
ke benda lain, tetapi juga meramalkan laju perpindahan yang terjadi pada kondisi-
kondisi tertentu. Ilmu perpindahan kalor melengkapi hukum pertama dan hukum
kedua termodinamika [3]. Perkembangan ilmu fisika dari ilmuanCount Rumford
(1753-1814), Massa Chusetts, dan Sir James Prescolt Joule (1818-1819)
melakukan percobaan bahwa aliran panas merupakan perpindahan energi dari
sistem dan lingkungan. Apabila perpindahan energi terjadi pada perbedaaan suhu
maka hal ini disebut pengaliran panas [7]. Perpindahan kalor terjadi pada 3 proses
yaitu konduksi, konveksi, dan Radiasi.
2.4.1 Konduksi
Konduksi (hantaran) merupakan perpindahan panas pada benda padat yang
terjadi apabila benda tersebut berada pada suhu tinggi ke suhu yang lebih rendah.
Suhu tinggi akan melepaskan kalor sehingga suhu rendah akan menerima kalor
dan terjadi kesetimbangan termal [9]. Perpindahan panas yang diusulkan oleh
ilmuan Perancis J.B.J.Fourier, tahun 1882 yaitu laju aliran panas dengan cara
konduksi dalam suatu bahan sama dengan hasil kali dari tiga buah besaran
berikut.
k, konduksi termal
A, luas penampang melalui panas yang mengalir dengan cara konduksi,
yang harus diukur tegak
dT/dx, gradient suhu pada penampang yaitu perubahan suhu T terhadap
jarak dalam arah aliran panas x [4].
Untuk menuliskan persamaan matematika maka harus melihat tanda
(positif dan negative). Arah x ditetapkan merupakan arah aliran positif. Menuruthokum termodinamika panas akan mengalir secara otomatis dari suhu tinggi ke
suhu yang lebih rendah, maka aliran panas akan menjadi positif bila gradiennya
negative [4]. Maka dari persamaan diatas maka hubungan konduktivitas dapat
ditulis sebagai berikut.
= (2.4)
Dimana :
q = laju perpindahan kalor (J atau J/detik)
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
32/110
16
k = konduktivitas atau kehantaran termal (watt/meter)
A = luas penampang (m )
= perubahan suhu terhadap perubahan posisi (C/m atau K/m)
2.4.1.1 Konduktivitas Termal
Konduktivitas termal (daya hantar panas) terjadi pada fungsi suhu, dan
akan bertambah sedikit saat suhu naik namun variasi kenaikannya kecil dan sering
diabaikan. Konduktivitas termal didefinisiskan sebagai arus (negatif) per satuan
luas yang tegak lurus pada aliran dan per satuan gradient suhu [7]. Dapat ditulis
dengan persamaan matematika sebagai berikut.
= ( )
(2.5)
Dimana:
K : konduktivitas termal (watt/meter)
A = luas penampang (m )
H : panas yang mengalir dari kiri ke kanan
= perubahan suhu terhadap perubahan posisi (C/m atau K/m)
Dari persamaan 2.5 makin besar konduktivitas termal k, makin besar pula
arus panas namun factor-faktor lain tetap sama. Oleh karena itu bahan yang nilai
k-nya besar adalah penghantar panas yang baik sedangkan bila k-nya kecil bukan
penghantar panas yang baik[7].
2.4.2 Konveksi
Istilah konveksi merupakan perpindahan panas dari satu tempat ketempat
lain akibat perpindahan bahannya sendiri. Proses konveksi adalah ketika bahan
yang dipanaskan mengalir akibat perbedaan rapat massa. Konveksi yang dipaksa
ketika bahan yang dipanaskan dipaksa bergerak dengan menggunakan alat peniup
atau pompa [7]. Konveksi juga dinyatakan laju perpindahan panas antara suatau
permukaan dan suatu fluida sehingga menurut ilmuan Inggris,Isaac Newtonpada
tahun 1701 perpindahan panas secara konveksi dapat menggunakan persamaan
berikut ini[3]
.
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
33/110
17
= = ( ) (2.6)
Dimana:
Laju perubahan panas dengan cara konveksi (J/s)
Luas perpindahan panas( )
Beda antara suhu permukaan dan suhu fluida ( ).
Permukaan perpindahan panas atau koefisien perpindahan panas( )
Dari persamaan 2.6 koefisien konveksi ( ) bergantung pada viskositas
fluida, kecepatan, kapasitas kalor, gradien suhu, rapat massa fluida, bentuk
permukaan [3].
2.4.3 Radiasi
Pancaran (emisi) energi terus-menerus dari permukaan semua benda.
Energi ini dinamakan energiradian dan dalam bentuk gelombang elektromagnet.
Gelombang ini bergerak secepat cahaya dan dapat melewati ruang hampa serta
melalui udara. Energiradian yang dipancarkan oleh suatu permukaan, per satuan
waktu dan per satuan luas, bergantung pada sifat permukaan serta suhu. Pada suhu
rendah banyaknya radiasi kecil dan panjang gelombangnya relative panjang,
sedangkan jika suhu naik banyaknya radiasi akan meningkat dengan cepat dan
sebanding dengan suhu multak pangkat empat [7].
Fisikawan yang berasal dari Austria pada tahun 1884, J Stefan dan
L.Boltzmann menyatakan bahwa suatu benda hitam mana pun diatas suhu nol
mutlak meradiasikan energi dengan laju yang sebanding dengan suhu multak
pangkat empat. Walaupun laju pancaran (rate of emission) tidak tergantung pada
kondisi sekitar, perpindahan bersih (netto) panas radiasi memerlukan adanya
perbedaan suhu permukaan antara dua benda diantara pertukaran panas
berlangsung [4]. Untuk persamaan matematika dapat dilihat berikut ini.
= ( ) (2.7)
Dimana:
q : Laju perpindahan panas secara radiasi (Joule/sekon)
: konstanta Stefen-Boltzmann (5,67x10 ) K
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
34/110
18
A : Luas Permukaan(m )
T dan T : Perubahan suhu dari suhu 1 dan suhu 2 (K)
Dari persamaan 2.7 disebut hukum Stefen-Boltzmann tentang radiasi
termal, dan berlaku hanya untuk benda hitam. Untuk radiasi elektromagnetik
persamaannya tidak sesederhana ini. Fenomena aliran radiasi disebut dengan
fenomena yang rumit hal ini dikarenakan perhitungannya jangan menggunakan
persamaan yang sederhana. Namun untuk sementara ini bahwa dalam teori ini
hanya menekankan adanya perbedaan mekanisme fisik antara perpindahan kalor
radiasi dengan sistem perpindahan kalor secara konduksi dan konveksi [3].
2.5 Daya Listrik
Energi listrik merupakan bentuk energi yang dihasilkan dari adanya beda
potensial antara dua titik, sehingga membentuk sebuah arus listrik dan
mendapatkan kerja listrik. Energi listrik dinyatakan sebagai arus listrik yang
bermuatan listrik negatif atau elektron karena adanya perbedaan beda potensial.
Pada tahun (1787-1854) Georg Simon Ohm menentukan dan melakukan
eksperimen bahwa arus I pada logam sebanding dengan beda potensial V.
kemudian jika pada logam atau kawat diberikan hambatan R terhadap arus maka
elektron-elektron diperlambat karena adanya interaksi dengan atom-atom.
Sehingga makin tinggi hambatan, makin kecil arus I pada suatu tegangan V. Hal
ini dikenal dengan hukum Ohm, akan tetapi banyak fisikawan menyatakan ini
bukan merupakan hukum melainkan definisi hambatan. Pernyataan hukumOhm
apabila arus yang melalui konduktor logam sebanding dengan tegangan, akan
tetapi R konstan
[2]
. Hubungan antara arus, tegangan dan hambatan dapatdinyatakan sebagai berikut.
= (2.8)
Dimana:
R : hambatan ()
V : Tegangan (Volt)
I : Arus Listrik (A)
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
35/110
19
Energi listrik yang diubah menjadi energi panas atau cahaya akan terjadi
banyak tumbukan elektron yang bergerak dan atom pada kawat sehingga
menyebabkan arus menjadi besar. Pada kawat setiap tumbukan, sebagian energi
elektron ditransfer ke atom yang ditumbuknya akibatnya energi kinetik atom
bertambah dengan demikian temperatur elemen kawat bertambah. Energi panas
yang bertambah dapat ditransfer sebagai kalor dengan perpindahan panas secara
konduksi dan konveksi [2].
Daya merupakan suatu besaran yang penting dalam rangkaian listrik. Daya
merupakan kecepatan perubahan Energi. Untuk mencari daya yang diubah ke
listrik maka energi yang diubah merupakan muatanQ yang bergerak melintasi
beda potensial sebesarV sehingga perubahan tersebut ditulis Q. Jadi persamaan
matematika dalam menghitung daya(P).
= (2.9)
muatan yang mengalir per detik yang merupakan I. jika suatu tegangan v
dikenakan pada unsur dimana di dalamnya mengalir arus(A) ,sehingga daya (P)
dapat ditulis dengan persamaan berikut.
= (2.10)
Dimana :
P : Daya Listrik (Watt atau J/det)
I : Arus Listrik (A)
V : Beda Potensial (Volt)
Untuk menghitung daya pada hambatan hambatan(R) dapat ditulis dengan
hukum ohm pada persamaan (2.9), sehingga daya listrik juga dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut ini.
= (2.11)
Dimana :
P : Daya Listrik (Watt atau J/det)
I : Arus Listrik (A)
R : hambatan ()
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
36/110
20
2.6 Efisiensi
Pada mesin diperlukan beberapa perhitungan efisiensi yang berguna untuk
mengetahui seberapa besar efisiensi dari mesin yang mengeluarkan panas dan
kerja dari mesin itu sendiri. Efisiensi didefinisikan sebagai fraksi antara kerja
yang dihasilkan dengan energi panas yang masuk ke mesin.
= 100% (2.12)
Dimana :
: Efisiensi
W : Kerja (J)
: Energi Panas (J)
Jika diinterpretasikan sebagai = 100% artinya seluruh energi panas
seluruhnya diubah menjadiW. nilai adalah antara 0 sampai 1. Semakin
besar maka semakin bagus mesin tersebut akan tetapi pada kenyataannya tidak
ada mesin yang mengubah panas menjadi kerja seluruhnya. Oleh karena itu perlu
diadakan perbandingan untuk beberapa metode dari efisiensi, maka efisiensi yang
akan dikaitkan dengan sistem ini adalah efisiensi Actual, efisiensi Carnot danefisiensi Adjusted [16].
2.6.1 Actual Efficiency
Metode yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah metode actual
efficiency yaitu mencari efisiensi yang sebenarnya. Mesin yang bekerja akan
mengeluarkan panas sehingga panas yang dikeluarkan oleh mesin akan diolah lagi
menjadi energi listrik, sehingga efisiensi didefinisikan sebagai kerja yang
dilakukan mesin yang dibagi dengan input panas yang diterima oleh mesin [16].
Gambar 2.10 Sistem Kerja Mesin Panas [16].
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
37/110
21
= (2.13)
Dimana :
: EfisiensiW : Kerja (J)
Q : Energi Panas (J)
Sehingga efisiensi sebenarnya dilakukan untuk menghitung daya yang
dihasilkan oleh kerja mesin dengan daya masukan dari mesin panas. Dimana
daya kerja ( ) yang dikeluarkan oleh mesin bisa dihitung dengan persamaan
(2.11) sedangkan daya panas dari inputan mesin dapat dihitung denganmenggunakan persamaan (2.10) oleh karena itu, efisiensi yang sebenarnya dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut [16].
= (2.14)
Dimana :
: Efisiensi
P : Daya Kerja Mesin (W)
P : Daya Mesin Panas (W)
2.6.2 Carnot Efficiency
Fisikawan Prancis (1824) Sadi Carnot menunjukkan bahwa efisiensi
maksimum dari mesin panas hanya bergantung pada suhu antara mesin yang
beroperasi bukan pada jenis mesin. Berdasarkan dalil dari Carnot, mesin yang
bekerja antara suhu yang tinggi menuju suhu yang rendah dimana satuan dari suhu
tersebut dalam satuanKelvin. Kelvin mengemukakan pada dua suhu yang tertentu
tidak adanya bergantung pada sifat zat kerja akan tetapi hanya merupakan fungsi
suhu. Efisiensi mesin Carnot dipengaruhi oleh suhu panas dan suhu dingin,
sehingga semakin besar beda temperatur maka semakin efisien kerja dari mesin
Carnot. Agar mencapai efisiensi mesin 100% maka suhu dingin haruslah 0
Kelvin.
Pada saat ini belum ada eksperimen yang dapat meraih suhu hingga
benar-benar 0 mutlak, maka dari itu tidak mungkin efisiensi mesin mempunyai
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
38/110
22
efisien 0 hal ini sama saja mesin tidak dapat melakukan kerja apapun. Sehingga
dapat menyimpulkan bahwa efisiensi Carnotberkisar antara 0 sampai 1 [16].
Dengan persamaan dibawah ini maka efisiensi Carnot dapat dihitung sebagai
berikut.
= (2.15)
Dimana:
: EfisiensiCarnot.
: suhu panas (K)
: suhu dingin (K)
2.6.3 Adjusted Efficiency
Metode selanjutnya adalah menghitung efisiensi suhu disekitar atau
lingkungan. Metode ini dilakukan berguna untuk menghitung perubahan suhu
yang terjadi ketika panas yang dikeluarkan oleh mesin lebih besar atau tidak.
Perhitungan dari kerugian energi dan menambahkannya kembali pada .
Hal ini menunjukkan bahwa, kerugian atau kehilangan energi yang terbuang akan
dicatat dan efisiensi yang dihasilkan mendekati efisiensi Carnot yang
menunjukkan efisiensi maksimum tidak mungkin mencapai 100% [16]. Sehingga
efisiensi lingkungan dapat diukur dengan menggunakan persamaan dibawah ini :
= =( )
(2.16)
Untuk mencari resistansi ( r ) :
= (2.17)
Dimana :
: EfisiensiAdjusted
P : Daya Kerja Sel Peltier ke Dua (W)
P : Daya heater ke Dua (W)
: Arus Sel Peltier (A)
: Hambatan di Dalam Sel Peltier ()
P : Daya Heater ada hambatan (W)
P ( ) : Daya Heater Tanpa hambatan (W)
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
39/110
23
V : Output Tegangan Sel Peltier Ada Hambatan (V)
V : Output Tegangan Sel Peltier tanpa hambatan (V)
: Hambatan Luar Sel Peltier ()
2.7 Sensor Temperatur
Sensor temperatur merupakan alat yang dapat mendeteksi adanya
perubahan suhu menjadi keluaran signal listrik sehingga keluaran suhu yang
dikeluarkan oleh sistem atau lingkungan dalam zat (padat, gas, cair) bisa terukur.
Dalam pembuatan alat ukur suhu terdapat banyak sensor temperatur yang
digunakan dalam hal pembuatan sistem ini digunakan sensor temperatur yaitu
DS1820. Sensor suhu Ds 1820 ini dikeluarkan olesDallas Semiconductoryang
bisa membaca dengan menggunakan protokol komunikasi satu wire. Ds1820
memiliki tiga pin yang terdiri dari +5, DQ (Datainput/output) danGround.
Gambar 2.11 Pin Konfigurasi DS1820 [Datasheet DS1820.Pdf]
DS1820 mempunyai keunggulan yaitu data yang dikeluarkan berupa data
digital dengan ketelitian 0.5C yang bisa dibaca oleh mikrokontroler. Pin yang
dihubungkan hanya menggunakan satu port untuk komunikasi serial, dengan
kemampuan dari DS1820 adalah memiliki 64-bit, tidak memerlukan komponen
eksternal, power supply berkisar 3V sampai 5.5V, suhu yang akan diukur bisa
mencapai -55C sampai 125C dengan keakuratan data dari -10C sampai 85C,
resolusi dari ds 1820 ini adalah 9-bit dengan kecepatan mengukur suhu 750ms
sampai 800ms [8].
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
40/110
24
2.8 Pulse Width Modulation (PWM)
PWM atau Pulse Width Modulation merupakan suatu teknik yang
digunakan unuk mengontrol kerja suatu alat yang memerlukan aruspull in yang
besar untuk menghindari disipasi daya yang berlebihan dari alat yang dikontrol,
atau untuk menghasilkan variabel output tegangan DC. Signal PWM dapat
menggunakan dua metode yaitu menggunakan rangkaian Op-amp dan
menggunakan metode digital. Metode analog yaitu umumnya digunakan langsung
padapower supply, setiap perubahanPWMnya dipengaruhi oleh besarnyapower
supply dan menggunakan resolusi pwm dari 5.000 atau lebih. Kemudian
keluarannya harus disaring dengan low-pass filter. Sedangkan metode digital yaitu
setiap perubahan PWM nya dipengaruhi oleh resolusi dari PWM itu sendiri.
Misalnya PWM digital 8bit berarti PWM tersebut memiliki resolusi 2 =256,
sehingga nilai keluaranPWMini memiliki 256 variasi yaitu mulai dari 0-255 yang
menunjukkan duty cycle nya 0-100% dari keluaran PWM tersebut [18]. Pada
perancangan sistem ini, mengunakan signal PWM dengan metode digital yang
dibangkitkan oleh mikrokontroler ATMEGA 16. Signal ditentukan dengan
menentukan frekuensi dan waktu dari variabelONdanOFF.
ParameterPWM dimana mempunyai tiga bagian periode, frekuensi dan
waktu. Periode (T) merupakan durasi waktu dari satu siklusPWM. Sedangkan
frekuensi merupakan pengulangan siklus ouput PWM, dimana F=1/T dengan
satuan Hertz. Lebar pulsa adalah waktu selama satu siklusPWM adalah ON,
dan apabila tidakON maka logika tinggi atau logika rendah tergantung pada
aplikasi yang digunakan. Gambar2.13 merupakan logika tinggi yang diasumsikan
keadaan ON dan durasi waktu interval ditandai dengan . Sedang kan
Duty Cycle adalah rasio waktu ON untuk periode ( /T). Hal ini sering
diberikan simbol D yang dapat divariasi dari 0 hingga 1, 0 menunjukkan bahwa
t=0 atau t ada wktu untukONsementara 1 menunjukkan t=T atau selaluON[12].
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
41/110
25
Gambar 2.12 ParameterPWM High Time[12].
Gambar 2.13 merupakan pemodulasian sinyal yang beragam untuk
menentukanduty cycle yang diinginkan sesuai dengan kegunaan dari sistem [17].
Gambar 2.13Duty Cycle PWM[17].
Proses pembangkitan signalPWMpada mikrokontrolerATMEGA 16 ada 2
cara yaitu pertama signal PWM di trigger dari port input atau output yang
berfungsi sebagaioutput. Sedangkan kedua signalPWMditriggerpada program
dari timer atau counter sehingga proses pengaturan high atau low untuk signal
digital dapat dikendalikan dengan menentukan periodeON danOffpada register
gelombang PWM[6]
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
42/110
26
Gambar 2.14 PengaturanPWMpadaATMEGA
[18]
Resolusi adalah jumlah variasi perubahan nilai dalam PWM tersebut.
Misalkan suatuPWM memiliki resolusi 8 bit berartiPWM ini memiliki variasi
perubahan nilai sebanyak 2 pangkat 8 = 256 variasi mulai dari 0 255 perubahan
nilai. Compare adalah nilai pembanding. Nilai ini merupakan nilai referensi duty
cycle dari PWM tersebut. Nilai compare bervariasi sesuai dengan resolusi dari
PWM. pada gambar nilai compare ditandai dengan garis warna merah, dimana
posisinya diantara dasar segitiga dan ujung segitiga. Clear digunakan untuk
penentuan jenis komparator apakah komparator inverting atau non-inverting.
Mikrokontroler akan membandingkan posisi keduanya, misalkan bila PWMdiset
pada kondisi clear down, berarti apabila garis segitiga berada dibawah garis
merah (compare) maka PWM akan mengeluarkan logika 0. Begitu pula
sebaliknya apabila garis segitiga berada diatas garis merah (compare) makaPWM
akan mengeluarkan logika 1. Lebar sempitnya logika 1 ditentukan oleh posisi
compare, lebar sempitnya logika 1 itulah yang menjadi nilai keluaran PWM,dan
kejadian ini terjadi secara harmonik terus-menerus. Maka dari itu nilai compare
inilah yang dijadikan nilai duty cycle PWM. Clear Up adalah kebalikan (invers)
dariClear Downpada keluaran logikanya [18].
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
43/110
27
Gambar 2.15Compare Duty Cycle[18]
Prescale digunakan untuk menentukan waktu perioda dari pada PWM.
Nilaiprescale bervariasi yaitu 1, 8, 64, 128, 256, 1024. Misalkan jika prescale
diset 64 berartitimer/PWMakan menghitung 1 kali bilaclockdi CPU sudah 64
kali, Clock CPU adalah clok mikrokontroler itu sendiri. Perioda dariPWMdapat
dihitung menggunakan rumus:
= (2.18)
Setting prescale disini digunakan untuk mendapatkan frekuensi dan
periode kerjaPWMsesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Untuk perhitungan
duty cycle dengan cara mengatur lebar pulsa on dan off dalam satu periode
gelombang melalui pemberian besar sinyal referensi output dari suatuPWMakan
didapat duty cycle yang diinginkan. Duty cycle dari PWM dapat dinyatakan
sebagai:
= 100% (2.19)
Duty cycle 100% berarti sinyal tegangan pengatur sistem dilewatkan
seluruhnya. Jika tegangan catu 100V, maka keluaran dari sistem akan mendapat
tegangan 100V. pada duty cycle 50%, tegangan pada sistem hanya akan
diberikan 50% dari total tegangan yang ada, begitu seterusnya.
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
44/110
28
Gambar 2.16Duty CyclepadaTegangan[18]
Perhitungan Pengontrolan tegangan output sistem dengan metode PWM
cukup sederhana.
Gambar 2.17 Perhitungan Pengontolan Tegangan[18]
Dengan menghitung duty cycle yang diberikan, akan didapat tegangan
outputyang dihasilkan. Sesuai dengan rumus yang telah dijelaskan pada gambar
yaitu.
= (2.20)
Verage voltage merupakan teganganoutputpada motor yang dikontrol oleh sinyal
PWM. a adalah nilai duty cycle saat kondisi sinyal on. b adalah nilai duty
cycle saat kondisi sinyal off. Vfull adalah tegangan maximum pada motor.
Dengan menggunakan rumus diatas, maka akan didapatkan tegangan output
sesuai dengan sinyal kontrolPWMyang dibangkitkan [18].
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
45/110
29
2.9 Relay
Relay adalah saklar mekanik yang dikendalikan atau dikontrol secara
elektronik (elektromagnetik). Saklar padarelay akan terjadi perubahan posisiOFF
keONpada saat diberikan energi elektromagnetik padarelay tersebut.Relaypada
dasarnya terdiri dari 2 bagian utama yaitu saklar mekanik dan sistem pembangkit
elektromagnetik (induktor inti besi). saklar atau kontaktor relay dikendalikan
menggunakan tegangan listrik yang diberikan ke induktor pembangkit magnet
untuk menarik armatur tuas saklar atau kontaktorrelay.Relay yang ada dipasaran
terdapat berbagai bentuk dan ukuran dengan tegangan kerja dan jumlah saklar
yang bervariasi [23].
Relay dibutuhkan dalam rangkaian elektronika sebagaieksekutorsekaligus
interface antara beban dan sistem kendali elektronik yang berbeda sistem power
supply nya. Secara fisik antara saklar atau kontaktor denganelektromagnetik relay
terpisah sehingga antara beban dan sistem control terpisah. Bagain utamarelay
elektromagnetik adalah kumparan elektromagnetik, saklar atau kontaktor, swing
armature, danspring pegas [23].
Dari konstruksirelay elektromekanik diatas dapat diuraikan sistem kerja
atau proses relay bekerja. Pada saat elektromagnet tidak diberikan sumber
tegangan maka tidak ada medan magnet yang menarikarmature, sehingga saklar
relay tetap terhubung ke terminal NC (Normally Close) seperti terlihat pada
gambar konstruksi dibawah. Kemudian pada saat elektromagnet diberikan sumber
tegangan maka terdapat medan magnet yang menarikarmature, sehingga saklar
relay terhubung ke terminal NO (Normally Open) seperti terlihat pada gambar
dibawah [23]
Gambar 2.18Relay PosisiNormally Open dan Normally Close[23]
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
46/110
30
Relay elektromekanik memiliki kondisi saklar atau kontaktor dalam 3
posisi. Ketiga posisi saklar atau kontaktorrelay ini akan berubah pada saatrelay
mendapat tegangan sumber pada elektromagnetnya[23].
1. PosisiNormally Open (NO), yaitu posisi saklar relay yang terhubung ke
terminal NO (Normally Open). Kondisi ini akan terjadi pada saat relay
mendapat tegangan sumber pada elektromagnetnya.
2. PosisiNormally Colse (NC), yaitu posisi saklarrelay yang terhubung ke
terminal NC (Normally Close). Kondisi ini terjadi pada saat relay tidak
mendapat tegangan sumber padaelektromagnetnya.
3. PosisiChange Over (CO), yaitu kondisi perubahan armatur saklarrelay
yang berubah dari posisi NC ke NO atau sebaliknya dari NO ke NC.
Kondisi ini terjadi saat sumber tegangan diberikan ke elektromagnetatau
saat sumber tegangan diputus darielektromagnet relay.
Relay dapat digunakan untuk mengontrol motor AC dengan rangkaian
kontrol DC atau beban lain dengan sumber tegangan yang berbeda antara
tegangan rangkaian kontrol dan tegangan beban. Diantara aplikasi relay yang
dapat ditemui diantaranya adalah.
Relay sebagaikontrol ON/OFbeban dengan sumber tegang berbeda.
Relay sebagaiselektoratau pemilih hubungan.
Relay sebagaieksekutorrangkaiandelay (tunda).
Relay sebagaiprotektor atau pemutus arus pada kondisi tertentu
Berikut ini adalah gambar relay yang digunakan dalam sistem ini yang
mempunyai tipeHRS2Hdengan tegangan 12V[10].
Gambar 2.19Relay kaki 8[10]
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
47/110
BAB 3
PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM
Bab 3 menjelaskan tentang perancangan dan cara kerja sistem yang
menjabarkan prosedur dari perangkathardware (mekanik dan rangkaian) serta
software (program) pada Rancang Bangun Sistem Efisiensi SelPeltierBerbasis
Mikrokontroler
3.1 Sistem Mekanik
Sistem ini dirancang dengan menggunakan teknologi termoelektrik.
Dimana Teknologi ini diterapkan untuk memanfaatkan energi listrik yang
terbuang oleh mesin. Sistem ini menggunakan selPeltieryang akan dimanfaatkan
sebagai penghasil energi listrik. Sel Peltierbekerja ketika terjadi perbedaan
temperatur diantara ujung-ujung sel dan menghasilkan arus listrik.. Sistem
mekanik dapat dilihat pada blok diagram dibawah ini.
Gambar 3.1 Blok Diagram sistem
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
48/110
32
Penjelasan diatas sudah diketahui bahwa sistem ini menggunakan sel
Peltier, dengan tujuan berapa besar nilai efisiensi yang dihasil kan oleh sel
Peltier. Dengan kata lain nilai efisiensi dari sel Peltier =
yaitu
perbandingan antara nilai energi listrik(E) keluaran dari selPeltierdengan nilai
input dari Sistem pemanas atau perubahan panas dari sistem pemanas ( ).
Berikut ini merupakan penjelasan dan fungsi dari masing-masing gambar 3.1.
Sel Peltier mempunyai dua sisi yang berbeda yaitu sisi panas dan sisi
dingin. Ketika sistem pemanas dinyalakan arus akan melewati beberapa resistor
(R) sehingga suhu dari permukaan selPeltierakan berubah, perubahan suhu pada
sistem pemanas akan dibaca oleh sensor suhu DS1820 yang dihubungkan pada
mikrokontroler. Kemudian daya (P) sistem pemanas akan diukur dengan
menggunakan R total dari Heater dan variabel tegangan dengan menggunakan
ADC. Sedangkan sistem pendingin dihubungkan dengan sisi dingin sel Peltier,
suhu pada sistem pendingin akan dijaga konstan yang dibaca oleh sensor suhu
DS1820. SelPeltierbekerja ketika terjadi beda temperatur sehingga menghasilkan
arus listrik. Semua data yang terukur akan dibaca oleh mikrokontroler melalui
RS232 pada PC yang ditampilkan pada LCD dan program monitoring LabVIEW.
3.2 Perancangan Mekanik
Dalam Perancangan mekanik meliputi tiga perancangan mekanik yaitu
perancangan sistem, perancangan mekanik sistem pemanas, perancangan mekanik
sistem pendingin.
3.2.1 Blok Sistem
Pada gambar 3.2 merupakan gambar keseluruhan mekanik sistem. Desain
pertama yang dilakukan membuat kotak dengan bahan dasar yang terbuat dari
kaca dengan ketebalan 5 milimeter, panjang 50cm, tinggi 15cm dan lebar 15cm
sehingga sistem ini berbentuk persegi panjang.
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
49/110
33
Gambar 3.2 Blok Perancangan mekanik sistem
Gambar 3.3 Perancangan tampak depan perancangan sistem
Pada gambar 3.2 terlihat sistem mempunyai dua bagian. Bagian sistem
pertama merupakan tempat sirkulasi air es yang berisikan selang dan pompa air
sedangkan bagian sistem kedua tempat meletakkan sistem pemanas, sistem
pendingin, dan selPeltier. Perancangan sistem ini disertai dengan tiga sensor suhu
(Ds1820) yang diletakkan pada sistem pemanas, sistem pendingin dan suhu pada
sistem (lingkungan). Dimana perancangan sistem ini akan dihubungkan dengan
rangkaian elektronika, power supply dan variabel tegangan yang akan
dikendalikan oleh mikrokontroler.
Sedangkan pada gambar 3.3 merupakan perancangan mekanik 3 dimensi
yang didalamnya terdapat sistem pemanas dan sistem pendingin serta sel Peltier.
sistem ini akan dikendalikan oleh rangkaian elektronika dan mikrokontroler.
Dimana nantinya output dari sistem ini akan dimonitoring monitoring komputer
dengan menggunakansoftware LabVIEW dan ditampilkan pada teks LCD.
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
50/110
34
3.2.2 Sistem Pendingin.
Mekanik sistem pendingin didesain dengan menggunakan bahan dasar
plat. Plat ini mempunyai ukuran dengan ketebalan 2 cm, lebar 12,1cm dan
panjang 10,3 cm. Ketebelan plat ini berfungsi sebagai aliran air yang terhubung
dengan pipa didalam plat tersebut. Ukuran pipa untuk mekanik sistem pendingin
yaitu 6,5 cm dengan diameter 0,2 cm. Pipa tersebut dihubungkan dengan selang
air, dimana pompa air sebagai pengendali air. Terjadinya aliran air didalam plat
bertujuan agar suhu pada sistem pendingin dijaga konstan.
Gambar 3.4 Sistem pendingin
Pada gambar 3.4 mekanik sistem pendingin dihubungkan pada sisi dingin
sel Peltier. Dibawah ini merupakan gambar perancangan mekanik sistem
pendingin dengan dua buah pipa yang sudah didesain dan siap digunakan dalam
penelitian ini.
Gambar 3.5 Mekanik pada sistem pendingin
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
51/110
35
3.2.3 Sistem Pemanas
Untuk sistem pemanas di desain sama seperti sistem pendingin dengan
ukuran plat alumanium panjang 10,3cm dan lebar 12,1 cm. namun perbedaan
perancangan sistem pemanas yaitu pada ketebalan platnya 0,5cm. Pemanas
(Heater) diletakkan ditengah-tengah plat alumanium sehingga panas yang
dihasilkan heater akan menyebar kepermukaan plat alumanium.
Gambar 3.6 Perancangan mekanik sistem pemanas
Heater yang digunakan adalah enam resistor keramik yang dipasang
secara parallel dihubungkan dengan daya listrik. Dimana fungsi dari sistem
pemanas adalah untuk mengalirkan aliran arus pada sisi panas selPeltiersehingga
selPeltierakan menghasilkan output berupa tegangan.
3.3 Rangkaian Elektronika
Pada sistem ini diperlukan perangkat hardware rangkaian elektronika
dimana rangkaian elektronika ini nantinya akan menjalankan sistem dari
perancangan mekanik sistem. Rangkaian elektronika merupakan gabungan
komponen-komponen listrik dan komponen elektronik lainnya. Dibawah ini akan
dijelaskan fungsi dari masing-masing rangkaian elektronika yang digunakan
dalam pembuatan sistem ini.
3.3.1 Rangkaian Pengendali Nilai Hambatan Pada SelPeltier
Untuk mengetahui nilai Efisiensi selPeltiermaka ada baiknya mengetahui
nilai hambatan yang digunakan. Dalam hal ini nilai hambatan yang digunakan
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
52/110
36
adalah 4 buah resistor 0 , 1, 2, dan 4. Variasi nilai hambatan bertujuan
agar mendapatkan perbandingan nilai efisiensi selPeltier.
Gambar 3.7 Rangkaian pengendali nilai hambatan pada selPeltier
Empat buah resistor dihubungkan dengan on off relay. Dimana Relay
dihubungkan dengan diode 4007 yang berfungsi sebagai penyearah(rectifier) dan
tegangan positif +V dari mikrokontroler. Diode terhubung pada transistor ke kaki
kolektor, kaki basis dihubungkan dengan resistor dan emitter langsung ke GND.
Transistor berfungsi untuk menguatkan arus yang masuk sehingga dapat
menggerakkan relay dan resistor sebagai pembagi tegangan yang terhubunglangsung ke mikrokontroler.
Pada penelitian ini hambatan pada sel Peltier akan dikendalikan oleh
mikrokontroler dengan menggunakan prinsip kerja dari relay. Hambatan yang
diubah-ubah pada selPeltierbertujuan membandingkan hasil efisiensi dariouput
Sel Peltier seberapa besar efisiensi dari perbedaan hambatan tersebut. Ketika
relay diberikan logika 0001 maka mikrokontroler akan memberi perintah pada
input S1 dengan hambatan 0,5 yang merupakan relay akan mati (off). Sedangkan
S1
R21 0 R22 1 R23 2 R24 4
S2 S3 S4
D1 4007 D24007 D3 4007 D44007
T8
BC547
T9
BC547
R29
2K7
R26
2K7
T10
BC547
T11
BC547
R27
2K7
R28
2K7
GND GND GND
+V +V
12
J7
CELL
S1 S2 S3 S4
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
53/110
37
untuk perintah relay on ketika relay diberikan logika 0010 yang berarti 2 sehingga
mikrokontroler akan memerintahkan input S2 aktif dengan demikian nilai
hambatan akan terukur yang nantinya akan menjadi fungsi pembagi tegangan sel
Peltier. Dalam hal ini relay akan aktif ketika diberikan logika dengan nilai genap
sedangkan ketika diberi logika nilai ganjil maka relay akan mati (off). Selanjutnya
untuk mengaktifkan input S3 dan S4 nilai hambatan pada sel Peltier akan diberi
perintah dari mikrokontroler sesuai dengan nilai logika genap.
3.3.2 Rangkaian Sensor Temperatur
Sensor suhu yang digunakan adalah sensor suhu DS1820. Sensor suhu Ds
1820 ini dikeluarkan oles Dallas Semiconductor yang bisa membaca dengan
menggunakan protokol komunikasi satu wire. DS1820 memiliki tiga pin yang
terdiri dari +5, DQ (Data input/output) dan Ground. Perangcangan rangkaian
sensor suhu dapat dilihat dari gambar berikut.
Gambar 3.8 Rangkaian 1-wire DS1820
Untuk mengukur suhu pada sistem diperlukan tiga buah sensor suhu, yang
diletakkan pada sistem pemanas, sistem pendingin dan keseluruhan sistem. Sensor
suhu ini langsung dihubungkan ke mikrokontroler dengan 3 pin yaitu VCC, Data
dan GND. Fungsi dari sensor DS1 untuk mengukur suhu pada sistem pemanas
yang akan diukur ketika sistem pemanas bekerja sehingga sensor akan mendeteksi
suhu pada sistem pemanas, sedangkan DS2 dihubungkan dengan sistem pendingin
yang nantinya suhu akan dijaga konstan dan DS3 berfungsi sebagai mengukur
suhu ruangan atau pada sistem.
3.3.3 Rangkaian Power Supply
Rangkaian elektronika membutuhkan power supply, dimana power supply
yang dibutuhkan mempunyai fungsi masing-masing. Power supply yang
digunakan dalam pembuatan sistem ini adalah 5 Volt, 12 Volt dan 15 Volt.
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
54/110
38
3.3.3.1 RangkaianPower Supply 5V
Rangkaian 3.9 ini digunakan sebagai sumber tegangan mikrokontroler
dengan sumber tegangan 5V AC. Rangkaian ini menggunakan dioda bridge
sebagai penyearah tegangan dari input Ac trafo menjadi tegangan DC.
Gambar 3.9 Rangkaianpower supply (5V)
Dari input terminal blok J1 Arus akan mengalir dan melewati kapasitor.
Fungsi kapasitor disini sebagai filter kemudian Resistor berfungsi untuk
mengurangi arus. Semakin besar tegangan, maka arus yang keluar tidak terlalu
besar (kecil) dan resistor yang digunakan harus lebih besar, jadi semakin besar
resistor maka semakin kecil nilai arus yang diberikan sehingga transistor aktif.
Transistor berfungsi sebagai penguat dan IC 7812 berfungsi sebagai regulator
sehingga tegangan berubah menjadi 5VDC yang terhubung pada ouput J2,
kemudian J2 akan dihubungkan dengan mikrokontroler.
3.3.3.2 RangkaianPower Supply 12V
Rangkaian power supply 12V digunakan sebagai sumber tegangan yang
terhubung dengan sistem pemanas. Sumber tegangan ini mempunyai daya 120
Watt dengan arus 10 Ampere.
Gambar 3.10 Rangkaianpower supply 12V
+
C2
4700u
F
R1 47
T1
TIP2955
Vin1
GND
2
+6V 3
IC1
7805
C3330nF
+C4
100uF
12
J2
+
C1
4700u
F
12
J1AC
AC
V+
V-
D15A
V
0V
+4700uFC2
+4700uFC1
+100uFC4
GND12V
Vin1
GND
2
Vout 3
IC 7812
12
J1
330nFC3
47
R1
TIP2955T1
12
J2
12
J3
12VGND
AC1 +
AC2
-
D1BRIDGE
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
55/110
39
Perancangan rangkaianpower supply 12 Volt menggunakan diodabridge
sebagai penyearah tegangan dari input Ac trafo menjadi tegangan DC. Pada
rangkaian terdapat beberapa kapasitor yang berfungsi sebagai filter sehingga
ouput tegangannya akan menjadi stabil. Transistor sebagai penguat arus yang
terhubung dengan IC 7812 yang berfungsi sebagairegulatorpenghasil tegangan
12VDC yang terhubung langsung ke GND.
3.3.3.3 RangkaianPower Supply 15V
Rangkaian ini merupakan sumber tegangan pada rangkaian pengkondisian
signal yaituinstrumentasi amplifierdengan keluaran tegangan 15Volt.
Gambar 3.11 Rangkaianpower supply 15V
Rangkaian ini menggunakan dioda bridge sebagai penyearah tegangan dari
input Ac trafo menjadi tegangan DC. J3 merupakan input dari power supply
dengan 3kaki, kaki 1 dan 3 terhubung dengan trafo yang menyebabkan tegangan
AC berubah menjadi tegangan DC. Sedangkan kaki 2 langsung terhubung dengan
J4 ouput. Kapasitor pada rangkaian berfungsi sebagai filter sehingga tegangan
yang melewati kapasitor akan ditampung terlebih dahulu kemudian resistor pada
rangkaian berfungsi untuk mengurangi arus yang masuk atau sebagai hambatan.
AC
AC
V+
V-
D26A
+
C5
4700uF
+
C6
4700uF
12
3
J3
R2 47Vin1
GND
2
+15V3
IC27815
Vin2
GND
1
-15V3
IC37915
R3 47
T2
TIP2955
T3
TIP3055
C7330nF
+C9
100uF
C8330nF
+C10
100uF
123
J4
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
56/110
40
Sehingga transitor akan aktif dan menjadi saturasi dari fungsinya kapasitor
sebagai penguat yang dihubungkan dengan IC 7815 sebagai regulator +15VDC
sedangkan IC 7915 berfungsi sebagai regulator tegangan -15VDC. Kemudian
ouput J4 dihubungkan denganinstrumentasi amplifier.
3.3.4 Rangkaian Penguat AD620
Gambar 3.12 Rangkaian penguat (AD620)
Pada Sel Peltier, keluaran differensial sensor ini, diinputkan ke tahap
penguatan, dalam hal ini dikarenakan keluaran tegangan dari sel peltier sangat
kecil yaitu sekitar 0.99mV sampai 1.79mV. AD620 akan dihubungkan dengan
mikrokontroler, mikrokontroler hanya dapat membaca tegangan antara 0V
sampai 5V sehingga dibutuhkan penguatan 100x. Keluaran dari penguataan
AD620 ini difilter terlebih dahulu sebelum diberi input ke pin adc darimikrokontroler.
3.3.5 Rangkaian PWM untuk Variabel Tegangan padaHeater
PWM atau Pulse Width Modulation merupakan suatu teknik yang
digunakan unuk mengontrol kerja suatu alat yang memerlukan arus pull in yang
besar untuk menghindari disipasi daya yang berlebihan dari alat byang dikontrol,
atau untuk menghasilkan variabeloutputtegangan DC. Pada penelitian ini PWM
10K10K
10K10K
Vref
+Vs -Vs
24.7K
24.7K
2
1
8
3
7 5 4
6
IC7
AD620
C10 104 C11 104
+VS GND -VS
VR4
50K
12
J1
R25
2K7
+
C12
106
GND
1
2
J2
8/21/2019 Digital 20353137 S45675 Rancang Bangun
57/110
41
digunakan untuk mengatur sumber daya padaHeatersehingga dapat mendeteksi
tingkat panasnya heater yang diatur oleh signal PWM dengan persentase duty
cycle yang diberikan.
Gambar 3.13 Rangkaian PWM untuk variabel tegangan pada heater
Rangkaian diatas merupakan rangkaian perancangan pwm untuk
mengendali tegangan pada heater. Rangkaian ini dihubungkan dengan heater
dengan tujuan untuk memberikan signal input berupa PWM sehingga signal pwm
akan masuk pada input rangkaian pengendali tegangan padaheater.Supply heater
yang digunakan pada sistem ini mempunyai daya 120 watt yang berfungsi sebagai
aktuator yang memberikan daya panas pada sel Peltier. Ketiga signal PWM
masuk kerangkaian signal tersebut akan dideteksi oleh osiloskop, apakah keluaran
signal tersebut berbentuk gelombang kotak atau tidak. Ternyata input signal PWM
terdeteksi dengan keluaran berupa gelombang kotak sehingga signal tersebut
masuk kekaki basis pada transistor BC547 yang berfungsi untuk menguatkan arus
IN+IN-
BC
E
IC1 4N28
R3 10K
T2