30
JURNAL PEMBERITAAN TENTANG ISU DEPARPOLISASI PILGUB DKI JAKARTA DI MEDIA CETAK (Analisis Framing Pemberitaan tentang isu Deparpolisasi Teman Ahok dalam Pilgub DKI Jakarta Tahun 2017 pada Harian Media Indonesia Periode Maret 2016) Oleh : Firdha Trisliana D0212043 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

D0212043… · Web viewThe data analysis used in this research is using Robert N. Entman model, which uses four elements, define problem, diagnose causes, make moral judgment, and

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: D0212043… · Web viewThe data analysis used in this research is using Robert N. Entman model, which uses four elements, define problem, diagnose causes, make moral judgment, and

JURNAL

PEMBERITAAN TENTANG ISU DEPARPOLISASI PILGUB DKI

JAKARTA DI MEDIA CETAK

(Analisis Framing Pemberitaan tentang isu Deparpolisasi Teman Ahok

dalam Pilgub DKI Jakarta Tahun 2017 pada Harian

Media Indonesia Periode Maret 2016)

Oleh :

Firdha Trisliana

D0212043

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2017

Page 2: D0212043… · Web viewThe data analysis used in this research is using Robert N. Entman model, which uses four elements, define problem, diagnose causes, make moral judgment, and

PEMBERITAAN TENTANG ISU DEPARPOLISASI PILGUB DKI

JAKARTA DI MEDIA CETAK

(Analisis Framing Pemberitaan tentang isu Deparpolisasi Teman Ahok

dalam Pilgub DKI Jakarta Tahun 2017 pada Harian

Media Indonesia Periode Maret 2016)

Firdha Trisliana

Mursito

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

The mass media has a very vital role in political life in the present and can be a driving factor for political change, because it has the power to shape the culture and political discourse. One of them is news about the elections of Jakarta Regional Head (Pilkada) in 2017, namely the issue of deparpolization of the advancement of Basuki Tjahja Purnama (Ahok) who chose individual path or independent path. Deparpolization is seen as a deliberate or unintentional attempt to reduce, or even eliminate the role of political parties in democracy. Researchers chose to analyze the news on Media Indonesia Daily because of its tendency in reporting about deparpolization issue of “Teman Ahok” in DKI Jakarta Gubernatorial in 2017 influenced the role of Media Indonesia's daily shareholder who also served as Chairman of Partai Nasional Demokrat (NasDem). This study aims to find out how the construction of the reality of events or framing the news on Daily Media Indonsesia related news coverage deparpolization “Teman Ahok” in Pilgub DKI Jakarta in 2017.

This research is a type of qualitative research that is text analysis with framing method. The data analysis used in this research is using Robert N. Entman model, which uses four elements, define problem, diagnose causes, make moral judgment, and treatment recommendation.

The research concludes that: Media Indonesia constructs that the nomination independently has no effect on deparpolization.

Keywords: Framing, Construction of Media Reality, Mass Media, Print Media.

1

Page 3: D0212043… · Web viewThe data analysis used in this research is using Robert N. Entman model, which uses four elements, define problem, diagnose causes, make moral judgment, and

Pendahuluan

Media massa memiliki peranan yang sangat vital dalam kehidupan politik

di masa sekaran. Media bukan saja sebagai sumber informasi politik, melainkan

juga kerap menjadi faktor pendorong terjadinya perubahan politik, karena media

massa memiliki kekuatan untuk membentuk budaya dan wacana politik. Salah

satunya yaitu pemberitaan mengenai Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Sejak

ini pula di daerah seluruh Nusantara, Pilkada mulai diwarnai calon Kepala Daerah

dari jalur perseorangan. Persyaratan calon perseorangan dilakukan dengan

dukungan persetujuan dan KTP masyarakat yang mendukung. Walaupun

demikian, dalam perkembangannya selama lebih dari lima tahun tercatat hanya

sedikit calon perseorangan yang dapat memenangi pilkada. Namun, calon-calon

melalui jalur perseorangan telah menorehkan warna baru dalam alam demokrasi

untuk mewujudkan Indonesia baru yang lebih baik.

Belakangan ini di Ibukota juga sedang ramai perihal pemberitaan

mengenai Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta tahun 2017. Hal yang

membuat pemberitaan lebih menarik mengenai Pilkada DKI Jakarta tahun 2017

adalah isu majunya Basuki Tjahja Purnama (Ahok) yang memilih jalur

perseorangan atau jalur independen ketimbang maju melalui partai politik. Ahok

selaku Gubernur DKI Jakarta seringkali diberitakan karena gaya kepemimpinan

yang kontroversial. Terakhir kali ia diberitakan akan maju sebagai cagub dalam

Pilgub 2017 melalui jalur independen dengan dukungan relawan Teman Ahok.

Walaupun akhirnya pada tanggal 27 Juli 2016, ia memutuskan untuk maju melalui

jalur partai politik setelah didukung oleh tiga partai tanpa syarat, yaitu Partai

Nasional Demokrat (Nasdem), Hanura, dan Golkar.

Majunya Ahok melalui jalur perseorangan pada Pilkada tahun 2017,

menarik perhatian masyarakat Jakarta khususnya untuk membuat suatu komunitas

bernama “Teman Ahok”. “Teman Ahok” adalah komunitas atau sekumupulan

relawan yang ingin mendukung Ahok melalui jalur independen dan menjadi

fasilitator untuk mencari dukungan bagi Ahok dengan cara mengumpulkan kartu

tanda penduduk (KTP).

2

Page 4: D0212043… · Web viewThe data analysis used in this research is using Robert N. Entman model, which uses four elements, define problem, diagnose causes, make moral judgment, and

“Teman Ahok” adalah fenomena baru dari demokrasi saat ini. Mereka

yang umumnya anak-anak muda dari berbagai latar belakang menginisiasi

kepentingan politik, dalam hal ini Ahok sebagai subjek dari sebuah ruang

demokratis. Namun apa yang dilakukan “Teman Ahok” itu mengundang kontra

bagi sebagaian partai politik, seperti munculnya isu mengenai deparpolisasi. Isu

mengenai deparpolisasi kerap sekali disangkutpautkan dengan pemberitaan

mengenai majunya Ahok melalui jalur independen atau perseorangan.

Deparpolisasi adalah upaya disengaja atau tidak disengaja mengurangi, atau

bahkan menihilkan peran partai politik dalam demokrasi

(https://m.tempo.co/read/news/2016/03/12/078753011/apa-itu-deparpolisasi-ini-

penjelasannya. diakses pada 09 Agustus 2016).

Surat Kabar harian Media Indonesia merupakan contoh media yang

memberitakan mengenai isu deparpolisasi. Dalam melakukan pemberitaan

tersebut, suatu media mempunyai sudut pandang yang berbeda dengan media

lainnya. Dengan kata lain, pemberitaan yang polemik mengenai isu deparpolisasi

berbeda antara satu media dengan media lainnya. Beberapa faktor yang

mempengaruhi terjadinya perbedaan pemberitaan tersebut antara lain, yaitu: sudut

pandang, visi, misi, tujuan, ideologi, dan kepentingan lainnya.

Media Indonesia mendukung apa pun keputusan yang diambil oleh Ahok.

Media Indonesia adalah surat kabar yang dimiliki oleh ketua umum partai Nasdem

yaitu Surya Paloh. Surya Paloh mengatakan bahwa partainya, yaitu Nasdem, akan

mendukung apa pun keputusan yang diambil oleh Ahok, baik maju melalui jalur

perseorangan atau jalur partai politik. Surya Paloh juga mengatakan bahwa

Nasdem mendukung Ahok tanpa syarat. Sedangkan keputusan Ahok untuk maju

melalui jalur perseorangan atau jalur independen mengundang kontra bagi

sebagaian partai politik, karena akan menimbulkan upaya deparpolisasi politik.

Ada perbedaan pandangan antara partai Nasdem yang mendukung Ahok maju

melalui jalur perseorangan dengan partai politik yang tidak setuju dengan

keputusan Ahok untuk maju melalui jalur perseorangan. Isu pemberitaan

deparpolisasi Teman Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 pada harian

3

Page 5: D0212043… · Web viewThe data analysis used in this research is using Robert N. Entman model, which uses four elements, define problem, diagnose causes, make moral judgment, and

Media Indonesia menjadi menarik untuk diteliti karena menjadi pro dan kontra di

antara partai politik.

Kecenderungan media massa dalam memberitakan berita isu deparpolisasi

Teman Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 juga menjadi pertimbangan

penting kenapa peneliti memilih berita ini sebagai bahan penelitian.

Kecenderungan media dalam memberitakan apakah media tersebut terkesan pro

atau kontra menjadi hal yang menarik untuk diteliti.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

”Bagaimana surat kabar harian Media Indonesia mengkonstruksi realitas peristiwa

atau membingkai (mem-frame) pemberitaan mengenai isu deparpolisasi Teman

Ahok dalam Pilgub DKI Jakarta tahun 2017?”

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konstruksi realitas

peristiwa atau pembingkaian berita pada surat kabar harian Media Indonesia

terkait pemberitaan isu deparpolisasi Teman Ahok dalam Pilgub DKI Jakarta

tahun 2017.

Tinjauan Pustaka

1. Pers dan Media Massa

Everett M. Rogers dikutip dalam Effendy (2003: 80) menyatakan

bahwa media massa terdiri dari media massa modern dan media massa

tradisional. Media massa modern terdiri dari surat kabar, radio, televisi, dan

bioskop, sementara media massa tradisional terdiri dari teater pantun dan

sebagainya.

Media massa mempunyai enam karakteristik khusus yang bersifat

umum. Pertama, penyampaian pesan (melalui media massa) ditujukan ke

khalayak luas, heterogen, anonim, tersebar, sertatak, serta tidak mengenal

4

Page 6: D0212043… · Web viewThe data analysis used in this research is using Robert N. Entman model, which uses four elements, define problem, diagnose causes, make moral judgment, and

batas geografis-kultural. Kedua, bentuk kegiatan komunikasi yang dilakukan

bersifat umum, bukan perorangan atau pribadi. Ketiga, pola penyampaiannya

cenderung berjalan satu arah. Keempat, komunikasi massa dilakukan secara

terencana, terjadwal, dan terorganisir dengan manajemen modern. Kelima,

penyampaian pesan dilakukan secara berkala, tidak bersifat temporer.

Keenam, isi pesan yang disampaikan mencakup berbagai aspek kehidupan,

baik yang bersifat informatif, edukatif, maupun hiburan (Mursito, 2006: 13-

15).

Pers berasal dari bahas Belanda, pers yang artinya menekan atau

mengepres. Kata itu merupakan padan kata press dalam baha inggris.

Sedangkan secara harfiah, pers atau perss mengacu pada komunikasi yang

dilakukan dengan perantara barang cetakan. Tetapi pers atau perss

sesungguhnya digunakan untuk merujuk semua kegiatan jurnalistik, terutama

kegiatan menghimpun berita, baik oleh wartawan media elektronik maupun

cetak (Kusumaningrat, 2005: 27-29).

2. Berita Surat Kabar sebagai Bentuk Komunikasi Massa

Komunikasi massa secara singkat dapat dikatakan sebagai komunikasi

melalui media massa. Media massa yang dimaksud adalah TV, koran, dan

radio. Bahkan saat ini dikenal juga dengan new media yang disebut sebagai

media baru atau internet.

Little John dalam Pawito menyatakan bahwa komunikasi massa

merupakan proses dimana organisai-organisasi media memproduksi dan

menyampaikan pesan-pesan kepada khalayak luasn dan proses di mana

pesan-pesan dicari, digunakan, dipahami, dan dipenuhi oleh khalayak

(Pawito, 2009: 16).

Surat kabar merupakan salah satu bentuk komunkasi massa. Hal yang

tidak dapat dipisahkan oleh surat kabar adalah berita. Berita adalah salah satu

produk jurnalistik, selain ada opini, tajuk rencana, dan lain-lain. Berita pada

dasarnya adalah laporan dari suatu peristiwa, bukan peristiwa itu sendiri.

Berita biasanya merupakan sebuah fakta yang menarik dan penting untuk

5

Page 7: D0212043… · Web viewThe data analysis used in this research is using Robert N. Entman model, which uses four elements, define problem, diagnose causes, make moral judgment, and

diketahui masyarakat yang biasanya di sampaikan melalui sebuah media.

Menurut Charnley dalam Wonohito (1977: 12) berita adalah laporan yang

hangat, padat, dan cermat mengenai suatu kejadian, bukan kejadian itu sendiri

(Mursito, 1999: 37).

Terdapat dua pandangan yang berbeda dalam melihat konsep berita.

Pertama, berita dipandang sebagai hasil konstruksi realitas dari suatu proses

manajemen produksi institusi media. Pandangan ini meyakini bahwa berita

merupakan cermin dari realitas (mirror of reality). Karenanya, berita harus

sama dan sebangun dengan fakta. Sedangkan pandangan yang kedua

menyatakan bahwa berita adalah hasil rekonstruksi realitas yang akan

melibatkan produksi dan pertukaran makna. Berita yang notabene adalah

hasil konstruksi realitas dari sebuah proses manajemen redaksional ternyata

tidak selalu menghasilkan makna yang sama seperti yang diharapkan oleh

wartawan dalam diri pembacanya. Berita bisa saja berbeda dengan realitas

sosialnya. Berita merupakan hasil rekonstruksi realitas yang sibjektif dari

proses kerja wartawan.

Dalam salah satu bukunya yang sangat berpengaruh, Making News,

Tuchman mengatakan bahwa berita adalah jendela dunia. Melalui berita kita

dapat mengetahui apa yang terjadi di belahan dunia lain. Tetapi apa yang kita

lihat, apa yang kita ketahui, dan apa yang kita rasakan mengenai dunia itu

tergantung pada jendela yang kita pakai. Dalam berita, jendela itu yang kita

sebuat dengan frame (bingkai) (Eriyanto, 2001: 4). Frame inilah yang

nantinya membedakan sebuah media massa memberitakan sebuah peristiwa

yang sama namun dengan penyajian yang bisa jadi berbeda. Jadi, sebuah

berita merupakan hasil realitas yang diciptakan dengan sudut pandang dan

konstruksi tertentu yang disajikan oleh seorang wartawan dalam pemberitaan

di media massa.

3. Berita di Media Cetak

Bentuk lain dari media cetak adalah surat kabar/ koran. Koran

merupakan media cetak paling tua dibandingkan dengan media cetak lainnya

6

Page 8: D0212043… · Web viewThe data analysis used in this research is using Robert N. Entman model, which uses four elements, define problem, diagnose causes, make moral judgment, and

seperti majalah, tabloid, dan buku. Menurut Mursito (2013: 81) berita adalah

realitas simbolik, realitas yang terdiri kata-kata yang membentuk sebuah

kalimat, yang tersusun secara sistematis dan terstruktur.

Dalam penulisan berita, terdapat dua, pendekatan, yaitu penulisan

berita objektif dan penulisan berita interpretatif. Pendekatan objektif beralasan

bahwa berita harus sepenuhnya berasal dari fakta di lapangan. Tidak ada

interpretasi, dan tidak ada tambahan fakta lain. Sedangkan berita interpretatif

adalah berita yang bahannya dari lapangan tetapi ditlengkapi dengan fakta

atau data lain untuk memperjelas berita, baik berupa data-data dari

dokumentasi tertulis maupun peristiwa di tempat-tempat lain dan di masa

lalu, bukan interpretasi dalam menafsirkan peristiwa berdasarkan

subyektivitas wartawan dengan memasukan opininya (Mursito, 2013: 98-99).

4. Deparpolisasi dan Calon Independen

Efek yang ditimbulkan akibat munculnya calon independen akan

menyebabkan deparpolisasi. Deparpolisasi adalah gejala psikologis yang

menghilangkan kepercayaan publik atas peran partai politik dalam demokrasi.

Calon perseorangan atau calon independen muncul karena ketidakpuasan

masyarakat terhadap partai politik. Dengan demikian, partai politik harus bisa

untuk segera menyelamatkan partai dari krisis deparpolisasi, partai politik

juga harus segera berbenah diri untuk melakukan suatu perubahan yang

signifikan agar mampu merubah opini publik terhadap kinerja buruk yang

ditampilkan oleh partai politik.

Sesuai dengan pasal 56 ayat 1 Undang-undang No. 12 Tahun 2008

disebutkan bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu

pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas

langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pasal ayat 2 disebutkan

bahwa pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan oleh

partai politik, gabungan partai politik, atau perseorangan yang didukung oleh

sejumlah orang yang memenuhi persyaratan sebagaimana ketentuan dalam

Undang-undang ini (UU No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah).

7

Page 9: D0212043… · Web viewThe data analysis used in this research is using Robert N. Entman model, which uses four elements, define problem, diagnose causes, make moral judgment, and

5. Karekteristik Liputan Politik

Dalam bukunya An Introduction to Political Communication, Brian

McNair menyatakan bahwa di era mediasi tersebut, dalam komunikasi politik

media massa berfungsi sebagai penyampai (transmitters) pesan-pesan politik,

sekaligus pengirim (senders) pesan politik yang dibuat oleh wartawan

(constructed) kepada audiens (McNair, 1955: 2-15). Jadi, bagi aktor politik

media massa dipakai untuk menyampaikan pesan politik mereka, agar

mendapat simpati masyarakat, sementara untuk wartawan, media massa

merupakan ruang untuk memproduksi pesan-pesan politik, karena hal-hal

yang terkait tentang politik memiliki nilai berita.

Liputan politik memiliki dimensi pembentukan opini publik. Dalam

komunikasi politik, aspek pembentukan opini memang menjadi tujuan utama

untuk memperoleh pencapaian-pencapaian politik para aktor politik. Nimmo

menjelaskan hubungan antara komunikasi politik dan opini politik, dengan

meminjam formula Harold Laswell (Nimo, 1978: 1- 20) :

Elemen who (siapa) yang dimaksudkan adalah komunikator politik; says what (mengatakan apa) adalah pesan simbol-simbol politik; in which channel (saluran) media penghubung, salah satunya adalah media massa; to whom (kepada siapa) adalah publik atau khalayak; dan with what effect (akibat apa) adalah dampak dari opini publik ini adalah mempengaruhi sosialisasi, partisipasi politik, dan juga kebijakan pejabat dalam mengambil keputusan.

Wartawan disarankan untuk lebih cermat dalam memahami peta

kekuatan dan kemudian meningkatkan profesionalisme, terutama berkenaan

dengan pertanyaan-pertanyaan seputar: partai besar apa, dengan platform

politik apa, angle liputan apa, dan harus ditulis bagaimana ketika perbedaan-

perbedaan begitu tajam, posisi-posisi di mana (misalnya aktor politik yang

netral, aktor politik yang terlibat, atau sekedar melapor) yang harus diambil

oleh pers ketika terjadi konflik fisik para pendukung parpol dan kasus

pelanggaran, sementara etika profesional kewartawanaan menekankan

perlunya kejujuran, akurasi, dan prinsip keberimbangan. Tujuan utama

liputan politik sendiri adalah menyediakan informasi yang akurat dan

terpercaya kepada masyarakat.

8

Page 10: D0212043… · Web viewThe data analysis used in this research is using Robert N. Entman model, which uses four elements, define problem, diagnose causes, make moral judgment, and

6. Pandangan Konstruksionisme

Konsep mengenai kontruksionisme diperkenalkan oleh sosiolog

interpretatif, Peter L.Berger bersama Thomas Luckman dalam buku The

Sosial Construction of Reality; A Threatise in the Sociological of Knowledge

(Sobur, 2009: 91). Mereka telah banyak menulis tentang konstruksi sosial

atas realitas. Teori konstruksi dapat dikatakan berada diantara teori fakta

sosial dan definisi sosial (Eriyanto, 2002: 15). Berger menyampaikan bahwa

manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis, dan plural

secara terus menerus.

Bagi Berger, realitas terbentuk tidak secara alami, namun realitas

merupakan fakta yang sengaja dibentuk dan dikonstruksikan oleh masing-

masing orang. Dengan kata lain setiap individu mempunyai konstruksi yang

berbeda-beda mengenai suatu realitas (Eriyanto, 2002: 18).

Pendekatan konstruksionis menjelaskan bagaimana seorang

komunikator (pengirim pesan) membentuk dan menampilkan suatu informasi,

sementara komunikan (penerima pesan) akan dipaksa menerima pesan apa

adanya. Seorang komunikator akan menampilkan fakta dengan realitas yang

ada kepada publik, memberikan pemaknaan sesuai pengalaman dan

pengetahuannya sendiri.

7. Konstruksi dalam Media Massa

Media massa merupakan sarana penyampaian pesan dari komunikator

kepada komunikan. Atau bisa dikatakan media massa sendiri lah yang

bertindak sebagai komunikator. Hal ini tak lain karena sumber informasi yang

disampaikan berasal dari reporter atau wartawan yang terikat dalam institusi

sebuah media massa. Komunikator dalam media massa sifatnya melembaga

dan bukan perorangan. Wartawan atau reporter merupakan bagian dalam

lembaga tersebut. Jadi, sikap dan perilaku wartawan telah diatur dan

diwajibkan patuh terhadap aturan yang diterapkan pada sistem yang telah

diciptakan dalam saluran komunikasi massa tersebut (Nurudin, 2003: 17).

9

Page 11: D0212043… · Web viewThe data analysis used in this research is using Robert N. Entman model, which uses four elements, define problem, diagnose causes, make moral judgment, and

Dapat dikatakan media bukan merupakan saluran bebas, media

mengonstruksi realitas sesuai dengan pandangan tertentu, bias, dan unsur

pemihakkan. Pandangan konstruksionis memandang media sebagai agen

konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas (Eriyanto, 2002: 26). Dengan

kata lain pandangan ini berseberangan dengan pandangan lain yang menyebut

media sebagai saluran bebas yang bersifat netral.

Namun saat ini konstruksi media massa bukan hanya dipengaruhi

oleh wartawan dan redaktur. Menurut Fishman berita bukanlah refleksi

atau distorsi dari realitas yang ada (Eriyanto, 2002: 116). Konstruksi

sebuah berita pada dasarnya telah melewati berbagai pandangan dan

kepentingan. Dalam proses seleksi berita, wartawan sebagai pencari berita

akan memilih peristiwa apa yang akan diberitakan dan mana yang

dianggap penting. Setelah itu berita masuk ke bagian redaktur, dimana

redaktur akan memilih berita sesuai pandangannya. Setiap bagian, baik

wartawan atau redaktur pada dasarnya membentuk konstruksi dan

realitasnya masing-masing (Eriyanto, 2002: 118).

Konstruksi realitas media ini sejalan dengan Teori isi berita oleh

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, dalam Mediating The

Message: Theories of Influences on Mass Media Content. Teori ini

menjelaskan pengaruh internal dan eksternal dalam pemberitaan media.

Pamela dan Reese membagi 5 leve pengaruh isi media yaitu, pengaruh

individu pekerja media (individual level), pengaruh dari rutinitas media

(media routines level), pengaruh dari organisasi media (organizational

level), pengaruh dari luar media (outside media level), dan yang terakhir

adalah pengaruh ideologi.

8. Analisis Framing

Akhir-akhir ini, konsep framing telah digunakan secara luas dalam

literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan

penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media. Artinya analisis ini

untuk membedah ideologi suatu media dalam mengkonstruksikan fakta.

10

Page 12: D0212043… · Web viewThe data analysis used in this research is using Robert N. Entman model, which uses four elements, define problem, diagnose causes, make moral judgment, and

Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke

dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti, atau lebih

diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya (Sobur,

2009: 162).

Framing merupakan pendekatan untuk melihat bagaimana realitas

dibentuk dan dikonstruksi oleh media (Eriyanto, 2002: 76). Proses itu

kemudian memunculkan adanya bagian yang lebih menonjol dalam sebuah

pemberitaan. Karena itulah khalayak lebih mudah mengingat aspek yang

ditonjolkan media dan melupakan aspek yang tidak ditonjolkan. Meski begitu

setiap media berbeda-beda dalam mengkonstruksi aspek yang akan

ditonjolkan.

Ada dua aspek penting dalam analisis framing, yaitu memilih fakta atau

realitas dan menuliskan fakta. Proses memilih fakta didasarkan pada asumsi,

wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tampak perspektif. Dalam memilih

fakta ini terkandung dua kemungkinan: apa yang dipilih (included) dan apa

yang dibuang (excluded).

Framing pada akhirnya menentukan bagaimana realitas itu hadir di

hadapan khalayak atau pembaca. Framing dapat mengakibatkan suatu

peristiwa yang sama dapat menghasilkan berita yang secara radikal berbeda

apabila wartawan mempunyai frame yang berbeda ketika melihat satu

peristiwa (Eriyanto, 2002: 97). Hal ini ditentukan oleh pengetahuan dan

pengalaman pribadi dari wartawan.

Metodologi

Jenis penelitian yang digunakan merupakan jenis penelitian kualitatif yaitu

analisis teks dengan metode framing. Dalam perspektif komunikasi, analisis

framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat

mengkonstruksi fakta (Sobur, 2012; 1620. Data dikumpulkan bukan dalam bentuk

angka namun dengan studi dokumen, catatan, dan observasi pengamatan.

Penelitian Kualitatif bertujuan untuk memberikan gambaran atau pemahaman

bagaimana suatu gejala dapat terjadi. Penelitia kualitatif tidak bermaksud untuk

11

Page 13: D0212043… · Web viewThe data analysis used in this research is using Robert N. Entman model, which uses four elements, define problem, diagnose causes, make moral judgment, and

memberikan penjelasan (explanation), mengontrol gejala komunikasi,

mengemukakan prediksi, atau menguji teori apapun, tetapi lebih untuk

mengemukakan gambaran atau realitas komunikasi yang terjadi (Pawito, 2007:

35).

Objek penelitan adalah fokus masalah yang nantinya akan dianalisis untuk

menjawab rumusan masalah penelitian. Oleh karena itu yang menjadi objek

penelitian ini adalah berita-berita mengenai isu deparpolisasi Teman Ahok dalam

Pilgub DKI Jakarta tahun 2017.

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah data utama dalam sebuah

penelitian, data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh

penyelidik untuk tujuan yang khusus. Data primer dalam penelitian ini yaitu:

Surat Kabar Harian Media Indonesia periode Maret 2016. Dalam penelitian ini

didapati kesulitan bahwa sumber tambahan yaitu wawancara dari pihak Media

Indonesia tidak bisa dipenuhi. Sumber data sekunder diperoleh untuk membantu

atau mendukung data primer. Pada penelitian ini data sekunder merupakan data

yang diperoleh melalui studi literatur dari artikel, buku, karya ilmiah, internet,

jurnal, atau dokumen yang relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan memilih berita

tentang isu deparpolisasi Teman Ahok dalam Pilgub DKI Jakarta tahun 2017

periode Maret 2016 dalam Surat Kabar Harian Media Indonesia.

Sajian dan Analisis Data

Analisis Framing merupakan analisis dengan pandangan konstruksionis,

dimana suatu realitas/ peristiwa di konstruksi oleh media yang kemudian disusun

sehingga menjadi sebuah berita yang bermakna. Dalam pandangan konstruksionis,

media bukan hanya sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang

mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihaknnya. Di

sini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan suatu

realitas (Eriyanto, 2002: 23). Realitas media adalah realitas sebatas yang “dapat

dijangkau” oleh wartawan, dan berdasarkan perspektif tertentu (Mursito BM,

2012: 15).

12

Page 14: D0212043… · Web viewThe data analysis used in this research is using Robert N. Entman model, which uses four elements, define problem, diagnose causes, make moral judgment, and

Salah satu peristiwa yang dikonstruksi melalui pemberitaan di media

massa adalah isu deparpolisasi Teman Ahok dalam Pilgub DKI Jakarta tahun

2017. Tujuan utama yang ingin diraih dalam analisis ini adalah untuk melihat

bagaimana media massa nasional seperti Media Indonesia membingkai peristiwa

tentang isu deparpolisasi Teman Ahok dalam Pilgub DKI Jakarta tahun 2017.

Berita yang diteliti adalah berita yang terbit mulai tanggal 1 Maret – 31 Maret

2016. Periode tersebut adalah periode dimana peristiwa tersebut tengah menjadi

wacana di dalam masyarakat dan banyak media massa di Indonesia. Berikut daftar

berita yang akan diteliti.

Framing dalam surat kabar harian Media Indonesia:

1. Define Problem

Dalam pemberitaan di Media Indonesia permasalahan yang muncul

adalah jalur independen yang akan diambil oleh Ahok tidak menyebabkan

terjadinya deparpolisasi. Sesuai dengan ideologi Media Indonesia, dimana

ideologi tersebut dipengaruhi oleh kedekatan politik antara Surya Paloh

selaku pimpinan dari Media Indonesia dengan Basuki Tjahaja Purnama

(Ahok). Selain itu, Surya Paloh yang juga menjabat sebagai Ketua Umum

Partai Nasdem mengambil sikap memberi dukungan tanpa syarat dan

mendukung apapun keputusan yang nantinya akan dipilih oleh Ahok. Hal

ini menegaskan adanya keterkaitan antara sikap partai Nasdem dengan

pemberitaan yang ada di Media Indonesia, oleh karena itu Media

Indonesia didalam pemberitaannya menyatakan bahwa jalur independen

yang akan diambil oleh Ahok tidak akan menjatuhkan peran parpol atau

upaya pengurangan peran parpol (deparpolisasi).

Hal inilah yang membuat partai politik khawatir atau merasa

terancam dengan keputusan Ahok untuk maju melalui jalur independen

atau perseorangan. Dalam pemberitannya Media Indonesia mengatakan

bahwa parpol tidak perlu khawatir dengan keputusan Ahok untuk maju

melalui jalur independen dan independen bukanlah penyebab terjadinya

deparpolisasi. Keputusan yang diambil oleh Ahok adalah hak setiap calon

13

Page 15: D0212043… · Web viewThe data analysis used in this research is using Robert N. Entman model, which uses four elements, define problem, diagnose causes, make moral judgment, and

kepala daerah yang ingin maju dalam Pilkada, baik maju melalui jalur

independen ataupun jalur parpol. Seperti dalam kutipan berikut ini:

“Itu merupakan hak politik warga negara yang ingin mencalonkan diri sebagai kepala daerah dalam pemilihan kepala daerah (pilkada).”

Selain kutipan dari berita diatas keputusan Ahok untuk maju

melalui jalur independen tentu bukan asal-asalan tetapi dibuat dengan

pertimbangan yang matang, salah satunya yaitu:

“Undang-undang menjamin hak warga Negara yang ingin maju di pilkada melalui jalur independen, selain melalui jalur parpol.”

2. Diagnose causes

Media Indonesia melihat sumber permasalahan dalam pemberitaan

ini adalah banyaknya hambatan yang ditemui jika mencalonkan diri

melalui jalur partai politik (parpol).

Menurut Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto

Wijaya bahwa keberanian Ahok untuk maju melalui jalur independen

dapat ditiru, karena hal ini bisa menjadi pendidikan politik bahwa kandidat

dan parpol menjadi sederajat. Salah satu contoh hambatan jika

mencalonkan diri melalui parpol, dapat dilihat pada berita “Jalur

Independen Terobos Hambatan Parpol”. Tidak ada kandidat dan parpol

yang bertetangan sehingga memunculkan mahar dan bagi-bagi jabatan.

Hal ini ditulis oleh Media Indonesia dalam kutipan berikut ini:

“Selain rentan memunculkan praktik politik transaksional, kebiasaan semacam itu sesungguhnya hanya mengakomodasi kepentingan parpol. Tidak mengherankan bila banyak calon yang menempuh jalur perseorangan (independen) karena pencalonan melalui parpol atau gabungan parpol harus melewati banyak hambatan.”

Selain kutipan tersebut, contoh hambatan lain yang diberitakan

oleh Media Indonesia adalah adanya kekumuhan politik yang didominasi

14

Page 16: D0212043… · Web viewThe data analysis used in this research is using Robert N. Entman model, which uses four elements, define problem, diagnose causes, make moral judgment, and

parpol. Kekumuhuan inilah yang membuat masyarakat tidak lagi percaya

kepada parpol. Seperti dalam kutipan berikut ini:

”Kini, saatnya politikus melawan kekumuhan politik dan berbenah diri agar berpihak kepada kepentingan rakyat ketimbang golongan. Bias jadi Negara kita gagal kalau politikus enggak mau naik menjadi negarawan. Pemimpin dari jalur independen itu salah satu (celah).”

3. Make moral judgement

Keputusan moral yang diambil Media Indonesia pada pemberitaan

ini adalah calon independen menunjukan langkah keberanian seorang

pemimpin. Sikapnya yang berani dan yakin itulah yang membuat Ahok

menjadi optimis untuk maju melalui jalur independen. Langkah

keberanian yang diambil oleh calon bertujuan untuk keluar dari

keniscayaan didikte parpol dan suatu upaya untuk menjaga hak demokrasi.

Hal ini disampaikana oleh Media Indonesia dalam beritanya sebagai

berikut:

“Bukan deparpolisasi. Ini Cuma soal entry. Pilkada serentak kan diperbolehkan jalur independen. Tidak perlu terlalu reaktif. Ini justru bagian dari kritik terhadap eksistensi parpol yang dalam proses candidacy sering kali menunggu injury time untuk cari yang terbaik”.

4. Treatment recommendation

Rekomendasi penyelesaiaan pada pemberitaan ini menurut Media

Indonesia adalah jalur independen dapat menjadi alternatif dalam pilkada.

Media Indonesia melihat permasalahan pencalonan melalui jalur

independen tidak menyebabkan terjadinya deparpolisasi dan tidak juga

bertentangan dengan konstitusi. Hal ini disampaikan oleh Media Indonesia

dalam beritanya sebagai berikut:

“Jalur independen dalam pemilihan kepala daerah tidak akan memunculkan deparpolisasi. Itu juga tidak bertentangan dengan konstitusi. Calon pasangan kepala daerah independen konstitusional selama dukungan itu diberikan kepada pasangan calon, bukan persoalan.”

15

Page 17: D0212043… · Web viewThe data analysis used in this research is using Robert N. Entman model, which uses four elements, define problem, diagnose causes, make moral judgment, and

Selain kutipan tersebut, pernyataan yang dikutip oleh Media

Indonesia dalam memberikan rekomendasi penyelesaian adalah

pernyataan Kepala Pusat Penelitian Politik, Syamsuddin Haris:

“Jalur independen tidak diartikan sebagai upaya untuk membatasi kehadiran parpol, tetapi sebagai koreksi agar kelak partai menjadi lebih baik dalam sistem pengaderan.”

Siapapun calon kandidat yang ingin maju dalam pemilu bisa

berasal dari mana saja, baik dari parpol maupun independen. Hal ini

dikarenakan sudah ditentukan dan disahkan dalam undang-undang. Seperti

dalam kutipan berita berikut ini:

“Pasal 6 huruf a dan Pasal 22 huruf e UUD 1945 menyatakan pemilihan umum bisa diikuti pasangan calon yang diusung partai politik ataupun secara perorangan atau independen.”

Berdasarkan pada ideologi yang ada dalam Media Indonesia, dapat kita

lihat bagaimana Framing yang dilakukan oleh Media Indonesia. Jika dilihat dari

hasil analisis menggunakan empat elemen dari Robert N. Entman, berita yang ada

dalam surat kabar harian Media Indonesia mengenai Isu deparpolisasi Teman

Ahok dalam Pilgub DKI Jakarta tahun 2017 mengedepankan sebuah ideologi,

yaitu ideologi politik. Dapat dilihat dri visi dan misi yang dimiliki oleh Media

Indonesia, bahwa adanya sikap independen yang ditunjukan dengan tidak adanya

keterikatan dengan partai politik dan bersikap netral tetapi berpengaruh kepada

masyarakat.

Kesimpulan

Dari hasil analisis menggunakan teknik analisis framing model Robert N.

Entman terhadap pemberitaan isu Deparpolisasi Teman Ahok dalam Pilgub DKI

Jakarta Tahun 2017 pada Harian Media Indonesia, dapat disimpulkan hasil

analisis sebagai beriukut:

Media Indonesia mengkonstruksi bahwa pencalonan secara independen

tidak berpengaruh pada deparpolisasi dan Media Indonesia mengambil sikap

16

Page 18: D0212043… · Web viewThe data analysis used in this research is using Robert N. Entman model, which uses four elements, define problem, diagnose causes, make moral judgment, and

memberi dukungan tanpa syarat serta mendukung apapun keputusan yang

nantinya akan dipilih oleh Ahok. Dukungan yang diberikan Media Indonesia

kepada Ahok dapat dilihat dari pemberiaan judul pada setiap berita yang berkaitan

dengan isu deparpolisasi dan pencalonan secara independen.

a. Define problem, Media Indonesia mendefinisikan berita mengenai Ahok

yang ingin maju secara independen dalam Pilgub DKI Jakarta tahun 2017

tidak menyebabkan terjadinya deparpolisasi.

b. Diagnose causes, Banyaknya hambatan yang ditemui jika mencalonkan

diri melalui jalur partai politik (parpol).

c. Make moral judgement, Calon independen menunjukan langkah

keberanian seorang pemimpin.

d. Treatment recommendation, Jalur independen dapat menjadi alternatif

dalam pilkada.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, peneliti memberikan beberapa

saran yang ditujukan untuk surat kabar harian Media Indonesia sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan satu media saja yaitu

surat kabar harian Media Indonesia. Perbandingan dengan media lain

dapat dilakukan pada penelitian selanjutnya guna melihat

pembingkaian berita dan macam-macam ideologi yang digunakan oleh

berbagai media massa.

2. Media Indonesia diharapkan dapat memberikan bacaan yang objektif

agar dapat memberikan informasi fakta-fakta terkait peristiwa yang

terjadi.

17

Page 19: D0212043… · Web viewThe data analysis used in this research is using Robert N. Entman model, which uses four elements, define problem, diagnose causes, make moral judgment, and

Daftar Pustaka

Alex Sobur, (2009), Analisis Teks Media, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Burhan Bungin, (2006), Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Prenada Media Group.

Dan D. Nimo, (1978), Political Communication and Public Opinion in America, Santa Monica: Goodyear Publishing.

Eriyanto, (2002), Analisis framing: Konstruksi, ideologi, dan Politik Media, Yogyakarta: Lkis.

Hikmat, Kusumaningrat, (2005), Jurnalistik Teori dan Praktik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mursito, B.M., (2006), Memahami Institusi Media Sebuah Pengantar, Surakarta: Lindu Pustaka.

Mursito, B.M., (1999), Penulisan Jurnalistik: Konsep dan Teknik Penulisan Berita. Surakarta: SPIKOM.

Mursito, B.M., (2012), Realitas Media, Surakarta: SPIKOM.

Nurudin, (2003), Komunikasi Massa, Malang: Cespur.

Pawito, (2009), Komunikasi Politik, Media Massa dan Kampanye Pilihan, Yogyakarta: Jalasutra.

18