Upload
acuankho
View
3.852
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Tlsn ini merupakan laporan PKL saya selama PKL di Garuda pada agustus
2007, bagi yang mau berkonsultasi dan menayaka hal lainnya dapat hbngi sy
081585915086 (aris)
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Latar Belakang PKL
Saat ini dunia berubah dengan begitu cepatnya. Kehidupan, masyarakat,
dan perekonomian menjadi lebih kompleks. Persaingan semakin hari semakin
sengit. Untuk memenangkan persaingan itu tentunya kita harus memiliki
kompetensi serta nilai jual yang tinggi. Kompetensi yang tinggi itu hanya dapat
terwujud jika terdapat sistem pendidikan yang baik dan berkualitas.
Kita menyadari bahwa realita pendidikan di Indonesia masih jauh dari
harapan. Hal ini terjadi karena masih rendahnya perhatian dan kesadaran dari
berbagai pihak akan pentingnya pendidikan. Selain itu juga, sistem pendidikan
yang diterapkan di Indonesia juga tidak berjalan dengan efektif .
Terlepas dari itu semua kita harus tetap optimis dan melakukan hal-hal
yang terbaik untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Salah satunya adalah
dengan membekali diri kita dengan pendidikan dan ilmu pengetahuan yang
bermanfaat sebanyak mungkin. Salah satu wujud kongkrit dari membekali diri
dengan dengan ilmu pengetahuan itu adalah mengikuti kegiatan Praktek Kerja
Lapangan (PKL)
Seperti pernyataan diatas tadi unsur yang mempengaruhi kualitas Sumber Daya
Manusia adalah mutu pendidikan. Selain itu unsur lain yang tidak kalah
pentingnya untuk menciptkan manusia yang berkualitas adalah kemampuan
komunikasi, dan kesadaran diri dalam bersosialisasi dengan lingkungannya.
Untuk menciptakan SDM yang memiliki kemampuan untuk dapat terjun dalam
dunia pekerjaan, maka diadakanlah mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL)
sebagai unit tugas yang harus diikuti oleh setiap Mahasiswa dalam rangka
mengembangkan pengetahuan mahasiswa.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah salah satu mata kuliah yang wajib
diikuti oleh setiap mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Mata kuliah ini
lebih bersifat praktis. Dalam artian mahasiswa tidak mengikuti perkuliahan
sebagaimana perkuliahan pada umumnya, dimana terjadi interaksi tatap muka
antar dosen-mahasiswa di kelas. Mata kuliah praktikum ini adalah kesempatan
besar bagi para mahasiswa untuk ‘terjun’ langsung melakukan pengamatan dan
mengerjakan kegiatan-kegiatan kerja yang berkaitan dengan bidang komunikasi.
Mata kuliah ini juga bermanfaat bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu-
ilmu yang telah didapatnya selama kuliah. Dalam mata kuliah ini mahasiswa akan
dihadapkan kepada sebuah realiata dunia kerja yang begitu kompetitif dan
membutuhkan tingkat adaptasi yang tinggi.
Garuda Indonesia merupakan salah satu operator penerbangan milik
pemerintah (BUMN) yang telah cukup berpengalaman dan lama dalam
meyediakan jasa transportasi udara di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan
berbagai macam peristiwa dan kejadian yang menuntut keahlian dan pengalaman
berbagai macam unit kerjanya untuk menangulanginya.
Peristiwa itu bisa berupa incident atau accident yang setiap saat bisa
terjadi dan tentunya akan menciptakan situasi krisis yang cukup kompleks. Situasi
itu jika tidak ditangani secara terencana dan baik tentunya akan menghambat
kinerja perusahaan. Dalam menghadapi sebuah situasi krisis penulis memberikan
penilaian yang cukup baik kepada Garuda. Penulis cukup terharu dan takjub
dengan penanganan kecelakaan GA-200 rute Jakarta-Yogyakarta yang terjadi di
Bandar Udara Adisutjipto, Yogyakarta pada 3 Maret 2007 lalu. Penanganan
korban begitu baik dan cepat, arus informasi yang diberikan begitu terbuka dan
uptuded, dan hal yang membuat penulis lebih salut lagi adalah setelah Emirsyah
Satar, CEO Garuda terjun langsung ke lokasi kejadian sesaat setelah terjadinya
kecelakaan. Dan beliau sangat terbuka sekali menjawab berbagai pertanyaan
wartawan. Selain itu sebagai maskapai nasional yang mengutamakan
kenyamanan dan keamanan Garuda telah memiliki standar baku dalam
menghadapi situasi krisis (Crisis Plan). Garuda telah memiliki tim Emergency
Response Plan (EPR) yang terlatih dalam menghadapi situasi krisis. Tidak semua
perusahaan, khususnya maskapai penerbangan di Indonesia memiliki kepedulian
tinggi terhadap situasi krisis seperti Garuda. Garuda memiliki sense of crisis yang
bagus.
Garuda Indonesia juga memiliki strategi pemasaran yang cukup jitu dalam
menghadapi persaingan di dunia usaha penerbangan yang semakin tinggi. Untuk
menghadapi persaingan jasa penerbangan yang menawarkan harga murah garuda
menghadirkan Garuda CitiLink yang menawarkan tarif murah (LCC) yang
megedepankan ketepatan waktu. Selain itu garuda juga menawarkan berbagai
macam kemudahan dan kenyamanan bagi konsumenya dengan meluncurkan
layanan etravel. Layanan ini memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi para
calon penumpang dalam memperoleh tiket dan melakukan reservasy. Selain itu
Garuda Indonesia juga memberikan apresiasi yang cukup tinggi bagi para
pelanganya untuk dapat menjadi anggota Garuda Frequent Flyer. Anggota Garuda
frequent Flyer ini tentunya akan mendapatkan prioritas serta berbagai macam
keuntungan yang ditawarkan Garuda.
Berdasarkan hal diatas itu lah yang menyebabkan penulis sangat tertarik
sekali untuk dapat mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Garuda Indonesia.
Meskipun penulis menyadari saat ini begitu banyak masalah yang menerpa
operator plat merah ini. Salah satu masalah itu adalah larangan terbang Uni Eropa
terhadap seluruh maskapai penerbangan Indonesia. Namun menurut keterangan
bapak Singgih Handoyo selaku GM Komunikasi Exsternal Garuda Indonesia,
“masalah ini merupakan masalah antar regulator saja dan Garuda Indonesia telah
memenuhi standar yang diinginkan Uni Eropa”. Beliau juga menambahkan
“masalah ini muncul karena keterlambatan pihak regulator kita (dalam hal ini
Dirjen Perhubungan Udara) dalam merespon surat yang telah dilayangkan Uni
Eropa, sebelum menjatuhkan larangan terbang tersebut”. Beliau optimis larangan
ini hanya bersifat sementara karena Garuda terus melakukan pembenahan disegala
bidang.
1.2. Ruang Lingkup PKL
Dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah penulis lakukan di
Garuda Indonesia pada tanggal 16 Juli 2007 sampai dengan 16 Agustus 2007 lalu,
penulis ditempatkan sesuai dengan penjurusan penulis yaitu di Dinas Corporate
Communications Garuda Indonesia. Banyak sekali ilmu dan pengalaman yang
penulis dapatkan.
Dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah penulis lakukan di
Garuda Indonesia tersebut penulis menjadi tambah yakin betapa pentingnya peran
sebuah Dinas Corporate Communications dalam memberikan informasi yang
kompeten bagi publiknya, baik publik internal maupun publik exsternal.
Dalam memberikan informasi untuk publik internalnya Dinas Corporate
Communications berkewajiban untuk memberikan informasi yang berguna baik
bagi penambahan pengetahuan karyawan maupun memberikan informasi yang
bermanfaat bagi para direksi untuk membuat kebijakan yang diangap perlu. Selain
itu dinas Corporate Communications juga harus mampu menyampaikan serta
mensosialisasikan berbagai macam kebijaksanaan perusahaan.
Dalam menjalankan fungsinya Dinas Corporate Communications Garuda
Indonesia harus mampu memberikan informasi yang akurat mengenai kondisi
terkini perusahaan kepada masyarakat. Informasi yang disampaikan tersebut harus
berdasarkan realita yang terjadi. Selain itu informasi yang disajikan harus
disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan perusahaan dan masyarakat.
Karena pada kenyataanya Dinas Corporate Communications memainkan peran di
perbatasan (boundary role). Peran yang menuntut propesionalime dinas ini untuk
menjadi penghubung yang baik antara perusahaan dengan publik intrernal dan
ekstrernalnya. sikap netral mutlak dibutuhkan.
Dalam konteks ini Dinas Corporate Communications ini telah
menjalankan fungsi public relations. Fungsi yang telah dijalankan Dinas
Corporate Communications Garuda Indonesia itu sesuai dengan fungsi public
relations menurut Betrand R Canfield. Dalam bukunya “Public Relations
Principles and problems” (Berrtand R Canfield 1964) mengemukakan tiga fungsi
Public Relations :
1. It should serve the public’s interest (mengabdi kepada kepentingan publik)
2. Maintain good communications (memelihara komunikasi yang baik)
3. And stress good morals and manners (menitikberatkan moral dan tingkah
laku yang baik).
1.3. Tujuan PKL
Maksud dan tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah :
1. Memberikan tambahan wawasan dan pengembangan behavior
attitude dalam realitas kerja secara umum.
2. Mendapatakan kesempatan dalam memahami aplikasi komunikasi
dalam suatu perusahaan
3. Memperkenalkan dunia kerja di bidang komunikasi
4. Memberikan gambaran secara nyata kepada mahasiswa mengenai
lingkungan dan situai kerja di suatu perusahaan dan meningkatkan
pengetahuan serta wawasan mahasiswa mengenai dunia kerja yang akan
diterjuni nanti.
5. Membantu mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang telah
didapatkan di bangku perkuliahan kedalam satu lingkungan kerja yang
sesungguhnya dimana melalui kegiatan ini mahasiswa diharapkan dapat
mengukur kemampuannya yang berkaitan dengan disiplin Ilmunya.
6. Melatih mahasiswa agar dapat menjadi tenaga kerja profesional,
kreatif, dan produktif dalam menyelesaikan tugasnya serta mengajarkan
Mahasiswa dalam mengidentifikasi masalah serta dalam mencari
pemecahan masalahnya.
1.4. Manfaat PKL
Berikut adalah manfaat penulis selama mengikuti Kerja Praktek
1. Menambah Ilmu pengetahuan serta pengalaman penulis di bidang dunia
komunikasi
2. Menambah dan meningkatkan wawasan penulis mengenai praktek
menghadapi publik internal dan eksternal Dinas Corporate
Communications.
3. Penulis dapatkan mengaplikasikan keahlian penulis dalam bidang
teknologi informasi.
4. Mengembangkan sikap profesional penulis untuk memasuki lapangan
pekerjaan yang sebenarnya.
5. Mengetahui iklim dan budaya kerja karyawan Garuda Indonesia
khususnya di Dinas Corporate Communications.
6. Memperluas koneksi penulis.
7. Menambah kepercayaan penulis dalam berkomunikasi baik secara antar
pribadi maupun di hadapan orang banyak.
BAB II
GAMBARAN UMUM GARUDA INDONESIA
2.1. Sejarah Singkat Garuda Indonesia
Sebuah maskapai penerbangan adalah sebuah organisasi yang
menyediakan jasa penerbangan bagi penumpang atau barang. Mereka menyewa
atau memiliki pesawat terbang untuk menyediakan jasa tersebut dan dapat
membentuk kerja sama atau aliansi dengan maskapai lainnya untuk keuntungan
bersama. Saat ini Garuda Indonesia memiliki 62 Armada dan 47 Destinasi.
Penerbangan Garuda Indonesia atau lebih dikenali sebagai Garuda
Indonesia merupakan perusahaan penerbangan Indonesia. Garuda adalah nama
burung mitos. Garuda Indonesia berawal dari tahun 1940-an, di mana Indonesia
masih berperang melawan Belanda. Pada saat itu, Garuda terbang dengan pesawat
DC-3.
26 Januari 1949 dianggap sebagai hari jadi maskapai penerbangan ini.
Pada saat itu nama maskapai ini adalah Indonesian Airways. Pesawat pertama
mereka bernama Seulawah atau Gunung Emas, dana untuk membeli pesawat ini
didapatkan dari sumbangan masyarakat Aceh, pesawat tersebut dibeli seharga
120,000 dolar malaysia yang sama dengan 20 kg emas. Maskapai ini tetap
mendukung Indonesia sampai revolusi terhadap Belanda berakhir. Pada tanggal
tersebut pesawat Dakota RI-001 “Seulewah” ini melaksankan misi niaganya yang
pertama kali.
Namun maskpai ini baru beroperasi pada tanggal 31 Maret 1950 dengan
sejumlah pesawat yang diterima Pemerintah Republik Indonesia dari peusahaan
penerbangan KLM. Pemerintah Burma banyak menolong maskapai ini pada masa
awal maskapai ini. Oleh karena itu, pada saat maskapai ini diresmikan sebagai
perusahaan pada 31 Maret 1950, Garuda menyumbangkan Pemerintah Burma
sebuah pesawat DC-3. Pada 1953, maskapai ini memiliki 46 pesawat, tetapi pada
1955 pesawat Catalina mereka harus pensiun. Tahun 1956 mereka membuat rute
penerbangan pertama ke Mekkah.
Tahun 1960-an adalah saat kemajuan pesat maskapai ini. Tahun 1965
Garuda mendapat dua pesawat baru yaitu pesawat jet Convair 990 dan pesawat
turboprop Lockheed L-118 Electra. Pada tahun 1961 dibuka jalur menuju Bandara
Internasional Kai Tak di Hong Kong dan tahun 1965 tibalah era jet, dengan DC-8
mereka membuat jalur penerbangan ke Bandara Schiphol di Haarlemmeer,
Belanda, Eropa.
Tahun 1970-an Garuda mengambil perangkat DC-9 dan juga Pesawat Jet
kecil Fokker F28 saat itu Garuda memiliki 36 pesawat F28 dan merupakan
operator pesawat terbesar di dunia untuk jenis pesawat tersebut, sementara pada
1980-an mengadopsi perangkat dari Airbus, seperti A300. Dan juga Boeing 737,
juga McDonnell Douglas MD-11.
Garuda semakin berkembang dan seluruh pesawatnya kemudian terdiri
dari pesawat bermesin jet. Kekuatan armadanya berturut-turut ditambah dengan
tipe-tipe pesawat seperti; Douglas DC-10, Boeing B-747, Airbus A-300, dan A-
330.
Sebagai perusahaan penerbangan pembawa bendera bangsa nasional,
Garuda Indonesia berjuang sekuat tenaga dalam menegakan citra bangsa dan
negara melalui pelayananya. Kini jaringan penerbangan Garuda Indonesia telah
menjangkau seluruh wilyah Indonesia, sedangkan keluar negeri meliputi kota-kota
di benua Asia dan Australia. Garuda Indonesia juga digunakan dalam mengangkut
ribuan jemaah haji setiap tahunya. Selain itu Garuda Indonesia meupakan sarana
kunjungan resmi kepala negara ke berbagai negara.
2.1. Struktur Garuda Indonesia
Struktur Garuda Indonesia dipegang oleh seorang Direktur Utama atau
CEO sebagai pengelola perusahaan dalam mengambil keputusan yang bersifat
strategis dan dibantu oleh enam orang Direktur (lihat lampiran). Enam Orang
Direktur tersebut di Garuda Indonesia disebut sebagai EVP (Executife Vice
President) dan membawahi beberapa VP (Vice President). Direktur Utama atau
CEO membawahi:
1. EVP Business Support and Corporate Affairs yang terdiri atas
a. VP Corporate Planning
b. VP Human Resources Management
c. VP Corporate Communications
d. VP Corporate Affair
e. VP Business Support
2. EVP Finance yang terdiri atas
a. VP Managerial Accounting
b. VP Tresury Management
c. VP Financial Accounting
3. EVP Enginering, Maintanance and Information System yang terdiri atas
a. VP Quality Assurance and Safety
b. VP Aircraft Maintanance
c. VP Informations System
4. EVP Operations yang terdiri atas
a. VP Flight Planning and Operational Control
b. VP Flight Operations
c. VP Flight Support and Development
d. VP cabin Services
5. EVP Services yang terdiri atas
a. VP Service Delivery
b. Service Ground Support
c. Custumer Relation Management
6. EVP Sales and Marketing yang terdiri atas
a. VP Marketing Product Strategy
b. VP Network Management
c. VP Revenue Management
d. VP Sales Distributions
2.2. Sekilas Tentang Dinas Corporate Communications Garuda Indonesia
Dinas Corporate Communicatins Garuda Indonesia di pimpin oleh seorang
Vice President (VP) Corporate Communications yang membawi tiga orang orang
setingkat GM (Grand Manager). Ketiga GM itu adalah GM Komunikasi Visual
and Multimedia, GM Komunikasi Ekternal, GM Komunikasi Internal.
Dinas ini didirikan sebagai supporting unit perusahaan.Tugas dinas ini
adalah menjalankan fungsi manajemen komunikasi (Internal dan Ekstrenal)
dilaksanakan secara terencana, terarah dan berkelanjutan. Dinas ini merupakan
bagian dari top manajemen yang berperan sebagai Liaison atau mediator atau
boundary antar organisasi dengan publiknya.Peran ini di wujudkan dalam bentuk :
1. Membantu manajemen dalam membangun opini publik
2. Membantu Manajemen Menelola isu-isu yang menyangkut atau
berpengaruh terhadap perusahaan
3. Membantu mempertahankan image (citra) positif perusahaan melalui
teknik-teknik komunikasi
2.3. Visi Misi dan Tujuan Garuda Indonesia
2.3.1 Visi Garuda Indonesia
Visi Garuda Indonesia yang terbaru adalah : Menjadi perusahaan
penerbangan pilihan utama di Indonesia yang berdaya saing Internasional. Dari
paparan tersebut dapat kita mengambil sebuah kesimpulan bahwa Garuda
Indonesia mempunyai tujuan untuk menjadi perusahaan penerbangan yang
berkualitas baik secara nasional dan internasional dan Garuda Indonesia ingin
menjadi pilihan utama rakyat Indonesia.
2.3.2 Misi Garuda Indonesia
Misi Garuda Indonesia adalah : memberikan pelayanan dan jasa angkutan
yang memberikan kepuasan kepada pengguna jasa secara terpadu dan propesional
dan didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten. Dari paparan tersebut
dapat kita simpulkan bahwa dalam mewujudkan menjadikan Garuda Indonesia
dalam menjadi Pilihan Utama di Indonesia dan berdaya saing internasional
Garuda Indonesia berupaya memberikan pelayanan dan kepuasan bagi penguna
jasanya dengan didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten.
2.3.3 Tujuan Garuda Indonesia
Tujuan atau sasaran yang inggin dicapai garuda Indonesia adalah sbb
1. Membuat Garuda Indonesia menjadi tuan rumah di dalam negeri
(penerbangan domestik) dan mampu berkompetisi setara dengan
perusahaan internasional lainya.
2. Garuda Indonesia sebagai usaha yang bergerak dibidang cunsumer service
3. Menjadi leading carrier dalam penerbangan dalam negeri dan flag carrier
dalam penerbangan internasional
Dalam mewujudkan tujuan itu diterapkan sebuah strategi yaitu menata ulang
seluruh aspek operasi, bisnis dan manajemen. Penjabaran strategi itu adalah sbb :
1. Strategi Jangka Pendek adalah sbb :
a. Menata ulang kegiatan operasi dan manajemen Garuda Indonesia agar
penerbangan Garuda Indonesia kembali menjadi penerbangan yang
tepat waktu dengan kualitas pelayanan yang prima.
b. Menata ulang aspek bisnis agar seluruh penerbangan Garuda Indonesia
menjadi Positf.
2. Jangka Menengah adalah :
Membangun organisasi dan manajemen Garuda Indonesia yang efektif
agar mampu mengembangkan bisnis Garuda Indonesia sejajar dengan
perusahaan penerbangan internasional.
3. Jangka Panjang adalah :
Meningkatkan operasi dan bisnis Garuda Indonesia agar mampu melayani
penerbnagan yang menjangkau tujuan penerbangan (destination) yang
semakin luas di manca negara.
2.3.4 Nilai-Nilai Budaya Garuda Indonesia
Nilai Budaya Garuda Indonesia disebut FLY-HI penjabaranya adalah sbb:
1. Efficient and Effective : Insan Garuda Indonesia meyakini bahwa
bekerja secara efesien dan efektif akan memberikan hasil yang
optimal. Untuk itu Insan Garuda Indonesia senatiasa melakukan
tugas yang diembanya secara teliti, tepat dan akurat dalam waktu
sesingkat mungkin dan tenaga serta biaya se-efisien mungkin tanpa
mengorbankan kualitas.
2. Loyalty : Insan Garuda Indonesia meyakini bahwa kesetiaan
terhadap perusahaan dan dedikasi untuk mewujudkan kerjasama
tim akan menghasilkan sinergi bagi pencapaian tujuan perusahaan,
oleh karenanya Insan Garuda Indonesia dapat melaksanakan setiap
tugas yang didelegasikan kepadanya dengan penuh dedikasi,
tanggung jawab dan disiplin.
3. Custumer Centricity : Insan Garuda Indonesia meyakini bahwa
kepuasan pelangan merupakan landasan dari kepercayaan dan
kesetiaanya kepada Garuda Indonesia yang akan menunjang
tercapainya tujuan perusahaan secara berkesinambungan, oleh
karenanya Insan Garuda Indonesia harus senantiasa penuh
perhatian, siap membantu dan melayani pelanggan.
4. Honesty and Openness : Insan Garuda Indonesia meyakini bahwa
kejujuran dan keterbukaan akan membangun suatu sikap saling
percaya dan saling pengertian baik sesama insan Garuda Indonesia
maupun dengan pelanggan dan atau pihak lain yang relevan, oleh
karenanya Insan Garuda Indonesia harus selalu jujur, tulus dan
ikhlas dalam menjalankan seluruh aktifitasnya dan melakukan
komunikasi dua arah yang jelas dan transparan dengan
memperhatikan prinsip kehati-hatian dan tetap menjaga
kerahasiaan.
5. Integrity : Insan Garuda Indonesia meyakini bahwa integritasnya
sebagai mahluk beriman harus selalu dijaga dalam rangka
menghasilkan karya yang terbaik untuk perusahaan, oleh
karenanya Insan Garuda Indonesia harus menjaga harkat dan
martabat serta menghindarkan diri dari perbutan tercela yang dapat
merusak citra profesi dan perusahaan.
BAB III
HASIL PKL
3.1. Kegiatan Yang Telah Dilakukan
Banyak sekali pengalaman serta kegiatan yang telah penulis dapatakan
selama penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Dinas Corporate
Communications diantarnya adalah ikut serta mendampingi beberapa Direktur
Garuda Indonesia dalam sidak yang dilakukan Mentri Perhubungan RI dan
bebrapa anggota komisi V DPR RI ke pusat perawatan Garuda Indonesia GMF di
Cengkareng pada 23 Juli 2007. Kegiatan lain yang telah penulis lakukan adalah
ikut serta dalam Training Media Relations Bagi Branch Office di Hotel Alila pada
tanggal 01 Agustus 2007. Pengalaman Berharga yang penulis bisa dapatkan
adalah menjadi delegasi Garuda Indonesia dalam seminar Intelectual Businee
Community di Financial Club Niaga Tower pada tanggal 27 Juli 2007. Selain itu
penulis juga diberikan kepercayaan untuk membantu press Conference Garuda
Indonesia yang bertema “Laporan Kinerja Garuda Indonesia Dalam Semester
Pertama 2007” yang diselengarakan pada 02 Agustus 2007. Namun kegiatan
utama penulis adalah membantu pembuatan kliping. Penulis sangat senang dan
beruntung bisa bergabung dengan Dinas Corporate Communication Garuda
Indonesia. Hal ini karena penulis banyak sekali diberikan berbagai macam ilmu
dan pengalaman yang tentunya bermanfaat bagi masa depan penulis.
Setiap hari Dinas Corporate Communication Garuda Indonesia membuat
kliping. Kliping ini nantinya akan berguna selain untuk sumber informasi bagi
karyawan juga berguna untuk direksi dalam membuat kebijakan yang diangap
perlu. Direktur Utama, Executive Vice President dan Vice President setiap hari
mendapatkan satu buah kliping hari ini. Kliping ini setiap harinya juga diupload
ke dalam media intranet perusahaan.
Kliping merupakan salah satu kegiatan Public Relations, ada beberapa
pengertian tentang kliping, salah satunya menurut Onong Uchjana Effendy
(1989:53) kliping atau guntingan berita adalah kolom-kolom berita dari surat
kabar, majalah dan media cetak lainya yang digunting kemudian dilekatkan ke
kertas kosong uguna keperluan tertentu.
Pengertian lain mengenai kliping menurut Anton Moeliono dalam “Kamus
Besar Bahasa Indonesia” Departemen Pendidikan dan Kebudyaan (1990:867),
Kliping adalah guntingan artikel atau berita dan surat kabar, majalah dan
sebagainya yang dianggap penting untuk disimpan atau di dokumentasikikan.
Banyak sekali manfaat dari pembuatan kliping ini. Diantaranya adalah
akan menambahnya pengetahuan orang-orang yang membacanya serta pembaca
menjadi lebih mengerti tentang berbagai persoalan. Isu yang diangkat kliping juga
bisa digunakan sebagai bahan diskusi antar Direksi. Kliping juga bisa digunakan
sebagai keterangan-keterangan yang dipakai untuk mengambil sebuah keputusan.
Bahan Kliping yang dibuat oleh Dinas Corporate Communication Garuda
Indonesia diambil dari hampir seluruh media cetak nasional, internasional maupun
dari media cetak daerah. Selain dari media cetak bahan yang digunakan dalam
pembuatan kliping ini juga diambil dari media online (internet). Berita-berita yang
disajikan umumnya berita-berita yang terkait dengan perusahaan, berkaitan
dengan Kompetitor ataupun isu-isu yang terkait dengan dunia penerbangan.
Adapun kegiatan rutin yang dilakukan oleh penulis setiap harinya adalah
sbb:
1. Memilih dan menyeleksi berita-berita yang terdapat di media cetak lokal,
nasional dan internasional serta dari media on line (internet)
2. Memfoto copy berita-berita yang terpilih,
3. Mengunting dan menempel berita tersebut ke dalam sebuah blangko,
4. Membuat daftar isi dan fokus berita hari ini,
5. Mendesign cover kliping
6. Melakukan pemindaian (Scan) seluruh kliping tersebut sebelum
memuatnya kedalam media online perusahaan (intranet),
7. Menganalisa setiap berita yang ada dalam kliping.
Kegiatan-kegiatan diatas tentunya tidak semuanya penulis kerjakan dalam
setiap hari. Setiap harinya terdapat pembagian tugas yang jelas dan berbeda-beda.
Namun tak jarang juga penulis mengerjakan hampir semua tugas tersebut. Rincian
tugas-tugas yang telah dilakukan penulis lakukan terdapat dalam lampiran.
3.2. Upaya Dinas Corporate Communications PT Garuda Indonesia Dalam
Menghadapi Situasi Krisis
Krisis menurut Soemirat dan Ardianto: 2005 merupakan masa gawat atau
saat genting, dimana situasi tersebut merupakan titik baik atau sebaliknya. Krisis
merupakan salah satu momok yang cukup menakutkan bagi sebagian besar
perusahaan. Terlebih lagi apabila krisis itu menimpa sebuah perusahaan yang
bergerak dalam bidang jasa. Krisis memiliki korelasi positif dengan brand image
suatu perusahaan. Saat krisis merupakan keadaan yang vital bagi perusahaan.
Kesalahan dalam menangani krisis akan memberikan dampak negatif yang lebih
jauh. Tetapi tidak selamanya suatu krisis memberikan dampak negatif. Suatu
krisis apabila ditangani secara benar, baik dan penuh terencana akan memberikan
sesuatu yang menguntungkan bagi perusahaan.
Dalam kondisi krisis Public Relations adalah pihak yang paling berwenang
untuk mengelola krisis. Hal ini karena mereka adalah sebuah unit kerja yang
berhubungan langsung dengan publik perusahaan. Idialnya Public Relation
Officer harus mampu mengubah sebuah situasi krisis menjadi titik balik
perusahaan.
Pada hakekatnya Public Relations dan pubic affairs yang dalam hal ini
adalah Dinas Corporate Communications PT Garuda Indonesia adalah kegiatan
mengantisipasi, berusaha melihat kejadian apa yang akan terjadi di masa
mendatang. Kegiatan melihat ke masa depan akan melatih para eksekutif untuk
memikirkan hal-hal yang “tidak dipikirkan” dan kondisi krisis. Krisis
menciptakan perusahaan dalam posisi menjadi perhatian masyarakat sehingga
mempertanyakan kompetensi manajemen perusahaan. Oleh karena itu perusahaan
harus berkomunikasi dengan cepat, akurat dan terampil dengan beberapa
kelompok penting seperti karyawan, media dan pemegang saham.
Krisis sebetulnya bisa dialami oleh setiap perusahaan. Persoalanya adalah
bagaimana menyikapi krisis sehingga selamat dari krisis. Kondisi saat ini dimana
informasi mengenai apapun mudah diakses mengharuskan setiap perusahaan
untuk terbuka dan tidak bersikap defensif dalam menghadapi sebuah krisis.
Bersikap defensif akan menurunkan kredibilitas dan kepercayaan berbagai pihak.
Hal ini karena seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan meningkatnya
kapabilitas intelektual seseorang akan menciptakan masyarakat yang kritis.
Hampir semua organisasi pernah mengalami krisis, wajar kalau kemudian
sekarang ini timbul kesadaran dari pimpinan organisasi bahwa mereka
memerlukan kesiapan tersendiri untuk menghadapi krisis, terutama yang berkaitan
dengan media relations atau hubungan dengan pers.
Seperti diketahui, kemajuan teknologi media, akan dengan mudah dan
cepat menyampaikan informasi krisis ke seluruh penjuru. Berita mengenai krisis,
isu miring, atau pun berita negatif akan dengan cepat menyebar ke mana-mana.
Teknologi internet yang kini menjadi bagian dari kehidupan kita menyebabkan
mudahnya memperoleh informasi.
Penyebab terjadinya krisis adalah karena keterbatasan manusia mengatasi
berbagai tuntutan lingkungan atau kegagalan teknologi tinggi. Beberapa contoh,
memperlihatkan hal tersebut kepada kita. Musibah lainnya yang dapat
menyebabkan krisis adalah pemogokan masal, kebakaran, kecelakaan, ancaman
pengambilalihan perusahaan, peraturan baru yang merugikan, skandal, resesi
ekonomi, dan sebagainya.
Pada dasarnya ada dua macam kemungkinan krisis. Pertama, yang bisa
diperhitungkan, dan kedua, yang tidak bisa diperhitungkan. Yang bisa
diperhitungkan, berkaitan erat dengan karakteristik atau bidang kegiatan yang
digeluti oleh suatu organisasi. Sedangkan yang tidak bisa diantisipasi adalah krisis
eksternal yang juga sama-sama berbahaya.
Organisasi perlu membentuk tim manajemen krisis yang permanen dan
ramping, agar mereka dapat selelu berkomunikasi. Bila terjadi krisis, tim ini harus
mengambil inisiatif dan memberikan respon pertama untuk menjelaskan kepada
publik, jangan sampai tim merespon akibat pertanyaan pers. Upaya menutup-
nutupi krisis bisa berakibat fatal, misalnya pers semakin aktif menurunkan tim
investigasinya untuk mengorek krisis lebih dalam.
Tugas utama yang harus dilakukan oleh tim krisis adalah melakukan
identifikasi krisis dan menentukan langkah-langkah apa yang harus dilakukan.
Semua tim harus bisa menjelaskan pesan-pesan komunikasi yang sudah
disepakati. Tim manajemen krisis harus menghindari pernyataan off the record,
karena dia benar-benar menguasai masalahnya. Baik sekali kalau diterbitkan buku
petunjuk penanggulangan krisis.
Ada hal penting yang diingat oleh praktisi PR, soal pers, dalam situasi
krisis, yaitu :
1. Pers beranggapan bahwa berita buruk adalah berita yang baik bagi pers.
2. Pers seperti burung pemakan bangkai, akan mencecar korban dengan
pertanyaan-pertanyaan yang bisa memojokkan.
Dalam konteks tersebut, penting untuk diketahui bagaimana strategi
berhubungan dengan media yang baik. Karena hal demikian akan menjadi salah
satu kunci penting, bagaimana PR dapat mengambil dan memainkan peranannya
dengan baik.
Selain pers, stakeholder lainnya juga penting untuk dihadapi secara
khusus. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan krisis pasti akan
diajukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Tim juga harus bisa menjelaskan
hal yang sama kepada stakeholder.
Untuk memuluskan program PR, bisa pula dihadirkan pihak ketiga yang
dianggap kompeten dan netral. Pihak ketiga ini bisa perorangan maupun
organisasi yang dianggap bisa memberikan opini yang independen, namun
menguntungkan.
Disinilah peranan lobbying yang seharusnya selalu dilakukan oleh PR
menjadi sangat berarti. Hubungan baik dengan pihak tokoh masyarakat, para
pengamat, LSM, karyawan berpengaruh, dapat menjadi pihak ketiga yang penting
untuk memuluskan program PR, baik sebagai nara sumber pers, atau pun
menjelaskan kepada publik mengenai masalah yang terjadi.
Dengan demikian, PR dapat berperan sebagai penarik dan penilai
kesimpulan atas opini, sikap serta aspirasi dari berbagai kelompok masyarakat
(internal dan eksternal) yang terkena dampak kegiatan PR. Selain itu, PR dapat
juga mengajukan usul atau saran kebijakan atau etika perilaku tertentu yang akan
menyelaraskan kepentingan klien dengan kelompok masyarakat tertentu. Juga, PR
dapat merencanakan dan melaksanakan rencana janga pendek, menengah, dan
panjang untuk menciptakan dan meningkatkan pengertian dan pemahanan
terhadap objek, kegiatan, metode dan masalah yang dihadapi.
Pentingnya peranan PR dalam menghadapi isu atau krisis jelas tidak bisa
diragukan lagi. Tidak bisa dibayangkan bagaimana jadinya bila organisasi
mengalami krisis dan diisukan negatif, tapi tidak ada sfat PR yang menanganinya.
Pasti isu akan semakin berkembang dan krisis akan semakin membesar.
Penulis sangat tertarik sekali mengkaji masalah krisis ini di PT. Garuda
Indonesia karena perusahaan ini memiliki sense of crisis yang bagus. Hal ini
sangat terlihat sekali dalam kasus kecelakaan di Yogya. Penulis tambah salut lagi
setelah Emirsyah Satar, CEO Garuda terjun langsung ke lokasi kejadian sesaat
setelah terjadinya kecelakaan. Dan beliau sangat terbuka sekali menjawab
berbagai pertanyaan wartawan. Selain itu sebagai maskapai nasional yang
mengutamakan kenyamanan dan keamanan Garuda Indonesia telah memiliki
standar baku dalam menghadapi situasi krisis (Crisis Plan). Garuda Indonesia
telah memiliki Emergency Response Plan (EPR) yang disiapakan untuk
menghadapi situasi krisis. Tidak semua perusahaan, khususnya maskapai
penerbangan di Indonesia memilki kepedulian tinggi terhadap situasi krisis seperti
Garuda Indonesia.
Hal ini tentunya akan memberikan dampak yang positif. Citra (image)
Garuda Indonesia dimata masyarakat perlahan namun pasti akan pulih. Selain itu
kepercayaan masyarakat terhadap Garuda juga akan meningkat. Dengan
meningkatnya kepercayaan tentunya akan memberikan keuntungan bagi Garuda.
Karena dalam dunia usaha jasa khususnya tranportasi kepercayaan masyarakat
harus dijaga sebaik mungkin. Kepercayaan masyarakat adalah nayawa mereka.
Public Relations Officer harus mampu mengelola pesan yang baik untuk
menciptakan citra (image) positif perusahaanya dimata masyarakat. Dari contoh
kasus Yogya 2007, peran Public Relations Officer Garuda telah berjalan dengan
semestinya. Sehinga kasus tadi tidak memberikan pengaruh buruk bagi Garuda
Indonesia.
3.2.1 Emergency Response Plan (EPR) Sebagai Solusi Garuda Dalam
Menghadapi Situasi Krisis
Krisis bisa menimpa setiap perusahaan. Setiap perusahaan harus siap
untuk jika menghadapi situasi krisis. Bersikap reaktif bukan merupakan solusi
yang baik. Setiap perusahaan harus memiliki formulasi yang terencana dan teruji
untuk menghadapi sebuah situasi krisis. Perusahaan penerbangan memiliki resiko
krisi yang lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan lain. Garuda
Indonesia memiliki Emergency Response Plan (EPR) sebagai langkah antisipasi
jika menghadapi situasi krisis.
Krisis ini bisa disebabkan oleh permasalahan internal maupun
permasalahan eksternal. Permasalan internal ini bisa berupa ketidakpuasan
karyawan akan kebijaksanaan manajemen ataupun karena kurang kompetenya
manajemen dalam melaksanakan tugasnya. Namun krisis yang paling berbahaya
adalah jika krisis itu ditimbulkan karena dari faktor eksternal. Dalam jasa
penerbangan kecelakaan merupakan sebuah momok yang paling ditakutkan.
Kecelakaan akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan baik secara materi
maupun immateri. oleh karena itu dalam penulisan ini penulis lebih memfokuskan
diri dalam kiat-kiat Garuda Indonesia dalam menghadapi situasi krisis yang
disebabkan oleh kecelakaan pesawatnya.
3.2.2. Contoh Aplikasi Accident atau Incident Manual (AIM)
Seperti telah disingung diatas Garuda Indonesia telah memiliki Accident
atau Incident Manual (AIM) yang disebut Emergency Response Plan (ERP).
Accident atau Incident Manual (AIM) dibuat sejalan dengan tujuan perusahaan
dalam menguranggi kecelakaan yang disebabkan oleh kelalaian para propesional
(professional negligence). Tujuan dari Accident atau Incident Manual (AIM) ini
adalah sebagai panduan dalam melakukan koordinasi intern Garuda Indonesia jika
terjadi incident atau accident pada armada Garuda dan armada yang disewa
Garuda untuk operasional, sebagai system pelaporan internal dalam penanganan
incident atau accident serta upaya pencegahan agar tidak berulang kejadian yang
sama atau mirip.
Accident atau Incident Manual (AIM) disebarkan ke seluruh perwakilan
setempat Garuda Indonesia, jajaran teknik, jajaran operasi, jajaran niaga, jaran
HRD dan Umum dan diharapkan dapat segera disosialisasikan kepada jajaran
dibawahnya, khusunya yang langsung berada di lini depan. Accident atau Incident
Manual (AIM) ini saling menunjang terhadap manual yang sudah ada, khusunya
Aircraft Crisis Manual (ACM) dan Basic Operational Manual (BOM).
Dalam Accident atau Incident Manual (AIM) telah ditentukan jenis-jenis
kejadian (occurrences) yang menyangkut dengan keselamatan penerbangan yang
wajib dilaporkan kepada Dinas Keselamatan Penerbangan (Aviation Safety) yang
tertuan dalam penulisan Air Safety Report (ASR). ASR akan ditempatkan di
seluruh Perwakilan Setempat GAruda dan di pesawat dalam Navigation Bag.
Petugas pelapor (reporting official) juga telah diatur dalam Accident atau
Incident Manual (AIM), PIC akan bertanggung jawab untuk seluruh insiden yang
terjadi di udara atau di darat, KK/MM bertangung jawab untuk seluruh insiden
yang terjadi di darat jika tidak terdapat awak kokpit atau awak kabin dan terjadi
bukan di home base, MM bertangung jawab untuk seluruh insiden yang terjadi di
darat jika tidak terdapat awak kokpit atau awak kabin dan terjadi bukan di home
base.
Laporan awal kejadian dapat segera disampaikan secara lisan melalui
telepon atau fax ke Dinas Pengendali Operasi (SOC), Dinas Keselamatan
Penerbangan (DS) serta pejabat GAruda sesuai dengan daftar yang ada pada
Accident atau Incident Manual (AIM). Sedangkan informasi lanjut dengan
mengirimkan ASR kepada Dinas Keselamatan Penerbangan melalui fax atau
langsung memasukanya ke dalam ASR Box yang ada di Crew Centre.
Seluruh Insiden yang takan dilakukan investigasi oleh masing-masing
bagiab jika bukan merupakan insiden serius, sedangkan insiden serius akan
ditangani oleh tim antar bagian yang diketuai oleh DS. Hasil investigasi berupa
Safety Recommendation yang akan disampaiakna didepan Air Safety Committee.
3.2.3. Aspek Komunikasi Dalam Penanganan Accident
Sebagai media resmi, situs Garuda Indonesia cukup informatif. Informasi
kecelakaan langsung tertayang pukul 09.22 WIB. Terpaut dua jam 27 menit Pada
saat yang sama, dimuat informasi mengenai penerbangan khusus untuk keluarga
korban. Tak lupa, ditampilkan pula nomor kontak khusus untuk keluarga korban.
Lalu jam 14.00 WIB, informasi mengenai status penumpang GA200 juga
dipublikasikan di web. Malamnya, puku 19:45 WIB ditulis mengenai dua korban
yang telah teridentifikasi.
Begitu cepat dan efektifnya pihak Garuda Indonesia dalam menyikapi
sebuah accident di Yogya lalu mustahil terwujud bila Garuda Indonesia tidak
memiliki Accident atau Incident Manual (AIM). Bila terjadi sebuah krisis salah
satu pendekatan yang digunakan untuk menagulanginya adalah aspek komunikasi.
Dalam hal ini tugas ini diemban oleh Dinas Corporate Communications Garuda
Indonesia. Adapun tugas Dinas ini jika terjadi sebuah accident adalah sb :
1. Mengaktifkan dan mengelola Media Information Center (MIC) sebagai
pusat informasi bagi media massa.
2. Bertindak sebagai juru bicara (spoke person) perusahaan.
3.Menyampaikan penjelasan pertama menggenai accident yang terjadi
sesegara mungkin dan memberikan updated informasi kepada media sesuai
perkembangan penanganan accident.
4.Meyiapkan atau membuat berita pers secara berkelanjutan sesuai
perkembangan penanganan accident.
5. Menyelengarakan konferensi pers sesuai perkembangan yang terjadi.
6. Memonitor perkembangan pemberitaan media.
7. Menganalisa Pemberitaan Media.
8. Menyampaikan penjelasan atau informasi kepada publik internal
menyangkut accident yang terjadi
Strategi yang dijalankan untuk melaksanakan tugas tersebut adalah sbb :
1. Mengaktifkan communications team sesuai perincian tugas dan
tanggungjawabnya.
2. Melaksanakan koordinasi dengan pihak terkait dalam penanganan
accident.
3. Menjadi sumber informasi yang cepat, akurat serta menyampaikan
informasi yang penting dan mengurangi situasi ketidakpastian.
4. Bersikap penuh perhatian, jujur, terbuka serta tidak berspekulatif.
5. Memahami data atau informasi tentang aspek safety dan prosedur dalam
penanganan accident.
Sasaran yang inggin dicapai adalah sbb :
1. Secara bertahapa mampu menciptakan atau merubah situasi ketidakpastian
menjadi kondisi yang pasti.
2. Membantu media massa untuk senantiasa fokus terhadaa data yang ada,
sesuai perkembangan penanganan accident.
3. Menjaga kepercayaan public bahwa penerbangan merupakan moda
transportasi yang aman dan mengutamakan aspek safety.
4. menciptakan kondisi atau gamabaran bahwa Garuda Indonesia merupakan
penerbangan yang safe dan perusahaan yang menunjukan sikap peduli
terhadap para korban dan anggota keluarganya.
3.2.4. Upaya Recovery Garuda Indonesia Pasca Accident GA-200
Reputasi Garuda Indonesia saat itu tengah diuji oleh sebuah krisis berupa
kecelakaan. Ketepatan penanganan terhadap krisis inilah yang kan menentukan
pertaruhan reputasi. Dalam sebuah perusahaan idealnya harus ada SOP (standar
operating procedure) dalam menangani sebuah krisis seperti incident atau
accident. Jika kita bandingkan dengan kasus terhadap kasus Lion Air di Solo atau
kasus Adam Air di Sulawesi, Garuda memang jauh lebih siap dalam komunikasi
krisisnya.
Kesibukan meningkat di Kantor Pusat Garuda di Jalan Merdeka Selatan,
paska musibah penerbangan Garuda GA-200 tujuan Jakarta-Yogyakarta 07 Maret
2007 lalu. Tidak lama setelah peristiwa itu Presdir Garuda Emirsyah Satar sudah
terlihat terjun langsung menjelaskan ke televisi-televisi, radio dan media massa
tentang kejadianya dengan bahasa yang bagus, sederhana dan jelas. Ia berkali-kali
menyampaikan empatinya kepada para korban, serta berjanji untuk memberikan
santunan secepatnya.
Dalam situasi krisis, kesigapan dan kemampuan perusahaan menangani
masalah memang akan teruji. Atau dengan kata lain dengan adanya musibah ini
orang akan jadi tahu kompetensi kemampuan komunikasi Garuda Indonesia.
Menurut Ong Hock Chuan, Technical Advisor Maverick “Garuda teergolong
cepat dan efisien dalam bertindak”.
Bandingkan dengan musibah Adam Air yang terjadi tepat awal tahun
2007. Ketika pesawat beserta 102 penumpangnya hilang kontak, respon Adam Air
begitu lemah. Adam Air baru secara resmi mengumumkan kronologis kejadian
kepada masyarakat 6 jam setelah kejadian. Seperti kita ketahui hilangnya kontak
pesawat dari pantuan radar terjadi pada pukul 15.07 Waktu Indonesia Tengah.
Penanganan terhadap keluarga korban juga menjadi sorotan tajam. Keluarga
korban terombang-ambing oleh berita yang simpang-siur. Bahkan terkesan
manajemen maupun direksi Adam Air terkesan bersikap defensif. Justru
pemerintah yang diwakili Mentri Perhubungan dan TNI Angkatan Udara terlihat
agresif menjelaskan duduk soalnya.
Berbeda dengan Garuda Indonesia. Selaku Presdir Garuda Emirsyah Satar
berupaya mencoba meredam persoalan dengan menemui banyak pihak untuk
minta maaf dan menjelaskan duduk soalnya. Penanganan kepada korban dan
keluarganya juga dilakukan secara maksimal. Kepada salah satu korban, Prof
Koesnadi, Mantan Rektor UGM, Garuda menyediakan fasilitas VIP untuk prosesi
pengambilan jenazah hingga pemakamanya. Asuransi almarhum pun yang
berjumlah miliaran rupiah juga segera dikeluarkan. Dan tidak sampai satu bulan,
masalah asuransi ini sudah sepenuhnya dapat tersalurkan kepada seluruh korban.
Konsumen akan puas dan nyaman jika setiap perusahaan maskapai
penerbangan seperti Garuda, memiliki mekanisme krisis manajemen yang terjaga
alur kerjanya. Sistem penanganan krisis ini harus dirancang dari awal dengan
mengedepankan kepentingan konsumen.
Penanganan accident ibarat dua sisi mata uang. Pada satu sisi dapat
menjadi wahana pemulihan reputasi perusahaan (turning point-titik balik), jika
penangananya berlangsung secara baik. Namun disisi lain, akan menjadi
kehancuran kedua dari reputasi perusahaan jika penanganan accident tidak
berhasil.
Walaupun langkah penanganan krisis yang dilakukan Garuda sudah bagus,
namun sesunguhnya maskpai ini menyimpan masalah yang besar, yakni citra dan
reputasi yang terpuruk. Untuk itulah perlu dilakukan recovery image untuk
mengembalikan kepercayaan masyarakat. Wujud dari recovery image adalah sbb ;
1. Kembali kepada jati perusahaan. Maskpai penerbangan adalah perusahaan
jasa layanan. Artinya layanan menjadi pioritas penting dengan
menggunakan ukuran kepuasan pelanggan.
2. Menyusun strategi komunikasi yang efektif agar publik paham dengan
kesungguhan manajemen dalam mengatasi persoalan. Seperti diketahui,
selam ini publik cenderung percaya dengan persepsi yang sudah
meningkat derajatnya menjadi citra. Persepsi yang buruk akan membawa
kepada citra yang buruk. Oleh karena itu, untuk mengubah citra, persepsi
buruk itu perlahan-lahan harus dihilangkan. Caranya adalah dengan
melakukan dengan sebuah strategi komunikasi dan langkah nyata yang
terencana.
3. Memperbaiki citra harus dilakukan ke seluruh stakeholders. Hal ini karena
sebenarnya yang berkepentingan terhadap citra baik bukan hanya publik
atau pelangan, melainkan juga internal perusahaan maupun mitra kerja
yang terkait. Di kalangan internal, citra positif memiliki pengaruh terhadap
produktivitas karyawan. Begitu pula kerjasama dengan pihak lain akan
lebih baik jika reputasi perusahaan juga baik.
3.2.5. Bentuk Tanggung Jawab Garuda Dalam Accident GA-200
Bentuk tanggung jawab Garuda dalam accident GA-200 adalah sbb :
1. Garuda menangung seluruh biaya pengobatan para penumpang hingga
sehat (termasuk biaya berobat jalan).
2. Menyediakan penerbangan gratis bagi keluarga korban dari tempat asal
menuju Yogyakarta dan sebaliknya (dari Yogyakarta-Jakarta).
3. Menerbangkan para korban yang selamat ke kota atau tempat sesuai
dengan keinginan korban.
4. Menerbangkan jenasah ke kota atau ketempat sesuai keinginan keluarga
korban dan memberikan uang bantuan pemakamaan sebesar Rp10 juta.
5. Menyampaikan santunan kepada korban meninggal dunia sebesar Rp 600
juta (uang asuransi, uang simpati, dan penggantian bagasi).
6. Memberikan santunan kepada korban yang selamat (tidak meninggal
dunia) sebesar Rp 75 juta (uang simpati dan penggantian bagasi).
3.2.6. Kronologis Penanganan Accident GA-200
Kronologis penanganan accident GA-200 adalah sbb :
1. Media information center menyampaikan informasi pertama kalinya ke
publik atau media massa perihal kejadian GA-200 kurang dari 3 jam
setelah accident.
2. Media information center menyampaikan informasi secara
berkesinambungan sesuai dengan perkembangan yang terjadi di tempat
kejadian.
3. CEO Garuda Indonesia langsung berada di tempat kejadian dan memimpin
penangganan accident.
4. Keluarga penumpang diterbangkan ke tempat kejadian sekitar 5 jam
setelah accident.
5. Pemberian uang simpati Garuda Indonesia kepada seluruh penumpang
GA-200 mulai dilaksanakan 3 hari setelah accident
6. Penyampaian santunan asuransi kepada keluarga penumpang mulai
dilaksanakan 7 hari setelah accident.
Selain melakukan hal-hal diatas Garuda Indonesia juga melakukan
aktifitas penanganan informasi. Kegiatan itu adalah sbb :
1. Menyampaikan berita pers secara berkala berupa uptodated report.
2. Menyelengarakan 4 kali konfrensi pers (3 kali di hari pertama kejadian dan
1 kali di saat preliminary report KNKT pada 11 April 2007.
3. Penyampaian informasi mengenai nomor-nomor telepon Garuda untuk
membantu keluarga korban.
4. Menyelengarakan atau mengkoordinasikan talk-show di 3 stasiun TV
dengan nara sumber President dan CEO Garuda Indonesia (Metro TV,
Trans TV pada 07 Maret 2007 dan SCTV pada 08 Maret 2007).
5. Membuat Corporate-Ad (Ucapan Duka Cita Garuda) di Metro TV
(ditayangkan sejak hari pertama kejadian dan di media cetak pada 08
Maret 2007.
6. Penyampaian Informasi mengenai perkembangan penanganan accident
secara live melalui radio station network (ElShinta, Trijaya FM, dll).
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Tidak bisa dipungkiri lagi hari demi tingkat persaingan makin tinggi saja.
Hampir setiap dimensi kehidupan mengalami persaingan. Begitu pula halnya
dengan dunia usaha. Persaingan yang sehat tentunya akan membetuk iklim usaha
yang sehat juga. Dan tentunya konsumen juga kan diuntungkan. Hal ini karena
harga yang ditawarkan tentunya akan semakin terjangkau.
Persaingan juga terjadi dalam usaha layanan jasa penerbangan di
Indonesia. Terlebih lagi sejak pemerintah mengeluarkan kebijakan yang
memudahkan untuk mendirikan sebuah maskapai penerbangan. Kebijakan ini
mengakibatkan banyaknya bermunculan maskapai penerbangan baru. Hal ini
tentunya akan menambah tingkat persaingan antar maskapai. Dampak persaingan
ini adalah semakin murahnya harga tiket pesawat. Hal ini tentunya akan
menguntungkan konsumen. Namun hendaknya setiap maskapai tidak
mengabaikan aspek safety. Aspkek safety merupakan aspek yang sangat penting
dalam jasa penerbangan.
Untuk menjawab tantangan itu tentunya Garuda Indonesia selaku
maskapai yang sudah cukup berpengalaman di Indonesia mempunyai strategi jitu
untuk memenagkan persaingan. Salah satunya adalah dengan menerapkan sistem
marketing yang terencana dan terpadu. Bentuk strategi marketing yang ditawarkan
Garuda Indonesia adalah etravel. Garuda Indonesia berupaya untuk mewujudkan
kenyaman bagi pelanganya untuk melakukan perjalanya. Selain itu untuk
menjawab tantangan persaingan yang semakin tinggi garuda meluncurkan layanan
citilink yang menawarkan penerbangan murah dengan mengedepankan kedepan
waktu.
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam jasa penerbangan tentunya
Garuda Indonesia sanggat membutuhkan kepercayaan dari masyarakat.
Kepercayaan itu hanya dapat terwujud jika Garuda Indonesia memiliki citra yang
positif. Citra yang baik akan terwujud jika manajemen Garuda Indonesia mampu
mejalankan fungsinya dengan baik. Citra perusahaan akan terpuruk jika
perusahaan tidak mampu menangani sebuah krisis dengan baik dan benar.
Setiap perusahaan mempunyai peluang untuk mengalami krisis. Sehebat
apa pun sebuah perusahaan, pasti akan menghadapi masalah. Oleh karena itu
setiap perusahaan harus siap dan mampu menghadapi sebuah situasi krisis. Setiap
perusahaan publik harus memiliki Crisis Plan, yaitu manual yang berisikan hal-hal
yang harus dilakukan saat krisis terjadi. Selain itu idealnya untuk perusahaan yang
berkaitan dengan keselamatan jiwa seseorang juga selain memiliki Crisis Plan,
tetapi juga pernah melakukan simulasi seolah-olah peristiwa krisis itu terjadi.
Sebagai sebuah perusahaan publik Garuda Indonesia telah memiliki
Emergency Response Plan (ERP) sebagai sebuah manual yang berisikan hal-hal
yang harus dilakukan jika terjadi sebuah krisis. Garuda Indonesia sendiri juga
melakukan simulasi seolah-olah dalam kondisi krisis setiap 6 bulan sekali. Krisis
dalam konteks ini adalah terjadinya incident atau accident.
Krisis jika dikelola dengan baik akan menjadi titik balik yang tentunya
akan memberikan nilai tambah yang menguntungkan bagi perusahaan tersenut.
Namun jika suatu perusahaan tidak siap dan mampu menangani suatu krisis, maka
tentunya krisis tersebut akan semakin membuat perusahaan tersebut akan semakin
terpuruk. Hal ini karena hilangnya kepercayaan masyarakat yang telah terbentuk.
Tidak mudah untuk memulihkanya, dibutuhkan sebuah proses dan waktu yang
panjang.
Umumnya perusahaan yang ada di Indonesia memandang krisis itu
sebagai sebuah ancaman (threat) sehingga ditangani dengan sikap defensif.
Padahal, jika jeli melihatnya, krisis bisa juga diubah menjadi sebuah peluang. Hal
ini karena ketika krisis menimpa sebuah perusahaan pastinya perusahaan tersebut
akan mendapatkan publikasi yang cukup besar. Kuncinya dalam hal ini adalah
perusahan itu harus mampu mengontrol informasi. Bersikap defensif tidak akan
menyelesaikan krisis, hal ini justru kan merusak brand image perusahan tersebut.
Dalam dunia pemasaran, brand image adalah kumpulan asosiasi merek
yang saling berkaitan. Bila image merek terganggu karena terjadinya suatu krisis
yang tidak dapat ditangani dengan baik, maka harus ada perbaikan dalam asosiasi
dari merek tersebut. Dalam sebuah perusahaan penciptaan dan perbaikan brand
image biasanya menjadi tanggung jawab public relations.
Sebagai sebuah perusahaan penerbangan yang mempunyai pengalaman
yang cukup lama di Indonesia tentunya Garuda Indonesia mempunya metode
penanganan krisis yang baku dan terlatih. Kecelakaan adalah suatu hal yang
sewaktu-waktu bisa mengancam Garuda. Namun tentunya Garuda harus siap dan
mampu mengatasi jika terjadi suatu kecelakaan. Tentunya kita semua tahu dalam
accident GA-200 di Yogyakarta Maret 2007 lalu Garuda siap dan mampu
mengatasinya.
Garuda Indonesia telah melakukan tindakan yang benar yaitu menangani
krisis dengan mengunakan pendekatan komunikasi dan dengan sepenuh hati
menunjukan rasa tanggung jawabnya dengan melakukan langkah-langkah yang
tepat. Informasi mengenai kecelakaan tersebut mudah diakses, selain itu korban
dan keluarga korban juga tidak terlantar. Uang simpati yang berupa uang asuransi,
uang simpati dan biaya penganti bagasi seluruh penumpang telah dibayarkan
dalam waktu kurang dari 1 bulan. Bentuk tanggung jawab tersebut diperkuat lagi
dengan sikap Presiden Direktur mereka Emirsya Satar yang bersikap kooperatif
dengan wartawan dan langsung terjun ke lokasi kejadian sesaat setelah accident
GA-200 terjadi. Emirsyah Satar juga tidak segan-segan untuk meminta maaf dan
menyampaiakan rasa simpatinya kepada semua pihak. Hal inilah yang
membedakan Garuda Indonesia dengan maskapai penerbangan domestik lain
dalam hal penanganan kasus kecelakaan. Umumnya maskapai penerbangan
domestik lain lebih bersikap defensif dan ada kesan tidak siap jika sebuah
kecelakaan menimpa armadanya.
4.2 Saran-saran
Posisi Garuda Indonesia sebagai maskapai yang tebesar di Indonesia saat
ini bukanlah merupakan jaminan, jika di dalam perjalananya Garuda tidak mampu
beradaptasi dengan tuntutan jaman yang terus mengalami perubahan dan tingkat
persaingan yang semakin tinggi. Indosat harus mampu menemukan solusi yang
jitu dalam menghadapi ancaman itu dengan melucurkan program-program yang
tepat. Yang menjadi saran dari penulis untuk Garuda Indonesia adalah sbb :
1.Senantiasa melakukan kreasi dan inovasi serta aktualisasi diri,
2.Memperbaiki kualitas pelayanan
3.Meningkatkan sarana dan prasarana yang dimiliki, agar kegiatan bekerja
sehari-hari dapat dilakukan secara maksimal.
4.Melakukan promosi produk baru seharusnya menjadi perhatian utama,
karena promosi merupakan media customer dalam mengenal dan jatuh
hati produk yang ditawarkan.
5. Menggalakkan penyelenggaraan penghargaan bagi karyawan, supaya
semangat kompetisi untuk maju lebih terasa.
6. Kedisiplinan dan tanggungjawab tugas harus lebih ditingkatkan oleh
seluruh karyawan.
7. Tetap mempertahankan iklim kerja yang berbasis kekeluargaan, dan
menciptakan iklim kerja yang kompetitif.
8. Merumuskan program kerja yang lebih terstruktur, guna hasil proses
pembelajaran yang lebih maksimal dan terarah
9. Memperbaiki Mutu SDM dan lebih memberdayakan karyawan.
10. Tidak segan-segan untuk menganti karyawan yang kurang produktif.
11. Terus melakukan perbaikan khusunya dalam aspek safety dan
penangulangan krisis
12. Lebih gencar lagi dalm melakukan kegiatan Corporate Sosial Responbility