20
1 APLIKASI MODEL CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING (CCTL) DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB (Sebuah Gagasan Awal) Oleh Muhbib Abdul Wahab Abstrak Pembelajaran bahasa Arab di lembaga pendidikan kita masih dihadapkan pada berbagai persoalan linguistik dan non-linguistik. Salah satu persoalan dimaksud adalah kesan umum bahwa belajar bahasa Arab itu sangat sulit dan tidak menarik. Sementara itu, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran bahasa Arab sudah banyak bermunculan, namun semua itu belum sepenuhnya dapat menyelesaikan masalah tersebut secara efektif. Seiring dengan banyaknya model pembelajaran bahasa, tampaknya model pembelajaran kontekstual dan kreatif (CCTL) patut dipertimbangkan sebagai alternatif, karena model ini memberikan kesempatan terbuka kepada tenaga pendidik untuk mengembangkan proses pembelajaran bahasa Arab secara efektif dan menyenangkan, dengan melakukan kontekstualisasi dan responsi terhadap kebutuhan siswa sesuai dengan konteks dan situasi pembelajaran yang riil (nyata). Hanya saja, model ini menuntut tenaga pendidik untuk bekerja keras, berpikir kreatif, dan mampu menciptakan lingkungan pembelajaran bahasa Arab yang kondusif dan dinamis. Selain itu, model ini juga menghendaki adanya perumusan visi, misi, dan orientasi pembelajaran bahasa Arab yang jelas dari tenaga pendidik sehingga proses pembelajarannya berada pada ―jalur‖ yang benar dan mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran bahasa Arab, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik dan spiritual. Efektivitas model ini dicirikan oleh kebermaknaan materi bahasa Arab yang diberikan, dinamika situasi dan kondisi, terciptanya lingkungan berbahasa Arab yang hidup, dan produktivitas atau kreativitas peserta didik dalam berbahasa Arab (dapat dilihat dari performa empat keterampilan berbahasa plus keterampilan menerjemahkan). Kata Kunci: Model CCTL, visi, misi, dan orientasi pembelajaran, kontekstual, kreativitas, dan keterampilan berbahasa Arab. خص البحث ملة وغير لغويجو عدة مشاكلة يواتعليمي الساتناة في مؤسغة العربيليم ال تعلم وتعل يزال ولقد إنو غير جذاب.لغاية، وية صعب لم العرب إن تعلقائل ع النطبا شيوع ا بينها ية، ومن لغو أنـها لميم العربية، إتعلجرائية لليب اسا والطرق وامداخل كثرت ال تل ح حمشاكلل ل لوم يبدو أنتعليم والتعلية العمل أساليب متنوعة ل نشأت فيو الوقت الذي ال. وفي بشكل فعتيحسلوب ين ىذا ا ،عتبار عين اخذه في عي صالحبداقي والسياتعلم اوب ال أسل ومريح يل فعاليمها بشكلعربية وتعلم الملية تعلة لتطوير عمتعلمين فرصة كافيم واللمعل ل بي يتطلب منسلوبيمية الواقعية. غير أن ىذا اتعل المواقف اللسياق وسب مع اـهم ويتناياجات احتة. وفية العربية الحيلغوي البيئة الى جعلمواظبة علبتداعي وال التفكير ا المجهود فيم بذلمعل ال صيقتضيسلوب يموجب ىذا اغة العربية بليم اللية تعلم وتعللمطاف أن عمية ا نها اغة رؤية Penulis adalah Dosen dan Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31703/3/MUHBIB... · CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING (CCTL) DALAM

  • Upload
    ledang

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31703/3/MUHBIB... · CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING (CCTL) DALAM

1

APLIKASI MODEL

CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING (CCTL)

DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

(Sebuah Gagasan Awal)

Oleh Muhbib Abdul Wahab

Abstrak

Pembelajaran bahasa Arab di lembaga pendidikan kita masih dihadapkan pada berbagai persoalan linguistik dan non-linguistik Salah satu persoalan dimaksud adalah kesan umum bahwa belajar bahasa Arab itu sangat sulit dan tidak menarik Sementara itu pendekatan metode dan teknik pembelajaran bahasa Arab sudah banyak bermunculan namun semua itu belum sepenuhnya dapat menyelesaikan masalah tersebut secara efektif Seiring dengan banyaknya model pembelajaran bahasa tampaknya model pembelajaran kontekstual dan kreatif (CCTL) patut dipertimbangkan sebagai alternatif karena model ini memberikan kesempatan terbuka kepada tenaga pendidik untuk mengembangkan proses pembelajaran bahasa Arab secara efektif dan menyenangkan dengan melakukan kontekstualisasi dan responsi terhadap kebutuhan siswa sesuai dengan konteks dan situasi pembelajaran yang riil (nyata) Hanya saja model ini menuntut tenaga pendidik untuk bekerja keras berpikir kreatif dan mampu menciptakan lingkungan pembelajaran bahasa Arab yang kondusif dan dinamis Selain itu model ini juga menghendaki adanya perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab yang jelas dari tenaga pendidik sehingga proses pembelajarannya berada pada ―jalur yang benar dan mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran bahasa Arab baik kognitif afektif maupun psikomotorik dan spiritual Efektivitas model ini dicirikan oleh kebermaknaan materi bahasa Arab yang diberikan dinamika situasi dan kondisi terciptanya lingkungan berbahasa Arab yang hidup dan produktivitas atau kreativitas peserta didik dalam berbahasa Arab (dapat dilihat dari performa empat keterampilan berbahasa plus keterampilan menerjemahkan) Kata Kunci Model CCTL visi misi dan orientasi pembelajaran kontekstual kreativitas dan keterampilan berbahasa Arab

ملخص البحث

ال يزال تعلم وتعليم اللغة العربية في مؤسساتنا التعليمية يواجو عدة مشاكل لغوية وغير لغوية ومن بينها شيوع االنطباع القائل إن تعلم العربية صعب للغاية وإنو غير جذاب ولقد

لوال للمشاكل حل حتكثرت المداخل والطرق واألساليب اإلجرائية لتعليم العربية إال أنـها لم بشكل فعال وفي الوقت الذي نشأت فيو أساليب متنوعة لعملية التعلم والتعليم يبدو أن أسلوب التعلم السياقي واإلبداعي صالح ألخذه في عين االعتبار ألن ىذا األسلوب يتيح

بي للمعلم والمتعلمين فرصة كافية لتطوير عملية تعلم العربية وتعليمها بشكل فعال ومريح يلاحتياجاتـهم ويتناسب مع السياق والمواقف التعليمية الواقعية غير أن ىذا األسلوب يتطلب من المعلم بذل المجهود في التفكير االبتداعي والمواظبة على جعل البيئة اللغوية العربية الحية وفي

اغة رؤية نهاية المطاف أن عملية تعلم وتعليم اللغة العربية بموجب ىذا األسلوب يقتضي صي

Penulis adalah Dosen dan Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2

مستقبلية ورسائل واتجاىات واضحة من قبل المعلم لتسير عملية التعلم والتعليم على نـهج سليم يوصل بو إلى األىداف المعرفية والوجدانية والنفسحركية والروحية الواقعية من تعليم العربية

المتعلم وتتمثل فعالية ىذا األسلوب في اختيار المادة ذات المعنى المناسب الحتياجات دينامية المواقف التعليمية وإيجاد البيئة اللغوية العربية الحيوية ومستوى اإلنتاج واالبتداع عند

المتعلم في األداء اللغوي أي في إجادة المهارات اللغوية األربع باإلضافة إلى مهارة الترجمة

A Pendahuluan

Model pembelajaran belakangan ini banyak bermunculan Di antaranya adalah

pembelajaran kolaboratif quantum learning dan active learning1 Yang pertama menekankan

proses pembelajaran dalam bentuk kerjasama antar pembelajar sedangkan yang kedua

menekankan pada optimalisasi potensi pembelajar melalui teori modelling dengan lompatan-

lompatan dalam belajar Adapun yang ketiga mengoptimalkan tingkat partisipasi pembelajar

Belajar tidak hanya melalui optimalisasi kecerdasan intelegensi tetapi juga perlu diperkuat

dengan kecerdasan emosi dan lingkungan belajar yang nyaman serta menyenangkan

Kekurangan kedua model pembelajaran tersebut adalah belum dioptimalkannya proses kreatif

kecerdasan spiritual dan kontekstualisasi Padahal proses kreatif kekuatan doa pengaitan

materi pelajaran dengan nilai-nilai religius dan realitas sosial diasumsikan dapat

mempengaruhi akselarasi prestasi dan kreativitas pembelajaran yang optimal

Model pembelajaran yang dikembangkan dan harus menjadi prioritas utama saat ini

adalah membelajarkan peserta didik how to learn and how to think Hanya dengan dua

―keterampilan super inilah ndashmeminjam istilah Colin Rose dan Malcolm J Nichollmdash kita

dapat mengatasi perubahan dan kompleksitas serta menjadi manusia yang secara ekonomi

tidak tergantung dan tidak akan menganggur pada abad ke-21 Kita memang membutuhkan

perubahan baik pada apa yang dipelajari dan dalam cara bagaimana ia dipelajari2 Perubahan

substansi dan metodologi pembelajaran memungkinkan lahirnya perubahan cara berpikir

bertindak dan berkarya sehingga pada gilirannya melahirkan perubahan kualitas hidup yang

lebih baik

Model pembelajaran tradisional yang menempatkan dosen sebagai sumber utama

informasi dan pengetahuan tidak relevan lagi Pembelajaran yang hanya mengandalkan indera

pendengaran kini dipandang tidak efektif Peserta didik akan menyerap lebih banyak informasi

ketika disampaikan dalam bentuk visual dan auditori (pandang dan dengar) atau keduanya

audio-visual seperti dalam multimedia Dosen dituntut mampu memberikan motivasi

1 Baca M Silberman Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects (Massachusetts A Simon amp

Schuster Company 1996) 2 Colin Rose dan Malcolm J Nicholl Accelerated Learning for The 21

st Century (Cara Belajar Cepat

Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa (Bandung Nuansa Cet II 2002) h 13-15

3

(motivating) yang kuat dan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan

sehingga peserta didik dapat belajar secara efektif kontekstual dan kreatif

Model-model pembelajaran yang sudah ada tentu tidak luput dari kelemahan Karena

itu Contextual and Creative Teaching and Learning (CCTL) dipandang sebagai model

pembelajaran alternatif Pembelajaran kontekstual dan kreatif ini diasumsikan tidak hanya

potensial memandirikan mahasiswa melainkan juga menumbuhkan kreativitas dalam belajar

transformasi proses kreatif sehingga segenap potensi dan kompetensi mahasiswa dapat

dioptimalkan Model pembelajaran ini mengandaikan akselerasi pemerolehan informasi ilmu

keterampilan penciptaan suasana religius yang menyenangkan transformatif serta bermuara

pada pengembangan kompetensi berekspresi meneliti dan menulis karya ilmiah Model ini

diasumsikan dapat menumbuhkan tradisi intelektualisme dan profesionalisme yang kreatif dan

produktif sehingga pada gilirannya diharapkan dapat menjadi salah satu faktor pendukung

dalam realisasi universitas riset Menurut penulis indikator terwujudnya universitas riset ndash

yang dicita-citakan oleh UIN Jakarta- adalah meningkatnya baik kuantitas maupun kualitas

hasil penelitian yang dilakukan oleh sivitas akademika banyak karya ilmiah yang diterbitkan

baik dalam bentuk buku maupun artikel yang dimuat dalam jurnal nasional maupun

internasional Untuk mencapai cita-ideal tersebut mutlak diperlukan adanya model

pembelajaran kontekstual dan kreatif

Tulisan ini berusaha menjawab bagaimana aplikasi model contextual and creative

teaching and learning (CCTL) dalam pembelajaran bahasa Arab Faktor apa saja yang

mempengaruhi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab tersebut Dan mengapa

model CCTL perlu dikembangkan dan diorientasikan kepada pembelajaran bahasa Arab

B Konsep Pembelajaran Sebuah Kerangka Teoritik

1 Pengertian Belajar

Usia pendidikan dan pembelajaran diyakini sudah setua usia perabadan manusia karena

hakekat hidup ini adalah belajar Semua proses yang dilalui manusia dalam hidup merupakan

proses pembelajaran Manusia adalah makhluk pembelajar Manusia belajar untuk hidup

Tanpa belajar hidup tak bernilai dan peradaban tidak akan pernah berkembang maju3

Banyak pengertian belajar diberikan oleh para ahli Menurut sebuah situs internet

wwwemtechnetlearning teories jumlah teori belajar saat ini lebih dari 70 teori antara lain

Behaviorism Theory Cognitivism Theory Gestalt Theory Social Learning Theory Situated

Learning Constructivism Cooperative Learning Mastery Learning Active Learning

Accelerated Learning dan sebagainya

3 Ahmad Zakicirc Shacirclih lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc (Kairo Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyyah 1988) Cet

X h 296

4

Behaviorisme mendefinisikan belajar sebagai proses pemberian respon terhadap

stimulus Sementara Morgan (1978) menyatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang

relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman

Belajar berarti mendayagunakan potensi (fisik intelektual emosional moral dan spiritual)

menuju suatu pemahaman dan perubahan sikap perilaku dan kepribadian4

Belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik dalam membangun makna atau

pemahaman Karena itu belajar harus bermakna dan memberikan peningkatan pemahaman

peserta didik terhadap apa yang dipelajarinya Ada beberapa prinsip yang dapat dijadikan

sebagai pedoman dalam belajar yang bermakna yaitu (1) berpusat kepada peserta didik (2)

belajar dengan melakukan (learning by doing) (3) mengembangkan kemampuan sosial (4)

mengembangkan keingintahuan (curiosity) imajinasi dan fitrah bertuhan (5)

mengembangkan keterampilan dalam pemecahan masalah (6) mengembangkan kreativitas

peserta didik (7) mengembangkan kemampuan dalam menggunakan ilmu pengetahuan dan

teknologi (8) menumbuhkan kesadaran kebangsaan sebagai warga negara yang baik (9)

belajar sepanjang hayat dan (10) perpaduan kompetisi kerjasama dan solidaritas5

Robert M Gagne membedakan pola-pola belajar ke delapan tipe di mana yang satu

merupakan prasyarat bagi lainnya Delapan tipe belajar dimaksud adalah (1) belajar isyarat

(signal learning) (2) belajar stimulus-respon (stimulus-response learning) (3) perangkaian

(chaining) (4) asosiasi verbal (verbal association) (5) belajar diskriminasi (discrimination

learning) (6) belajar konsep (concept learning) (7) belajar aturan (rule learning) dan (8)

pemecahan masalah (problem solving)6 Kedelapan pola belajar ini menunjukkan hirarki

perkembangan psikologis mental intelektual dan sosial pembelajar

Pembelajaran tidak sama dengan pelatihan dan pengajaran karena pembelajaran

merupakan proses menjadi sedangkan pelatihan belajar melakukan dan pengajaran adalah

belajar mengetahui Tujuan pembelajaran adalah membentuk watak mendewasakan penalaran

dan pemikiran memandirikan sikap memerdekakan dan memberdayakan sementara tujuan

pelatihan adalah membentuk perilaku dan menerampilkan sedangkan tujuan pengajaran

adalah membentuk konsep dan mentransfer ilmu7 Pembelajaran merupakan upaya sistematis

dalam mengoptimalkan potensi manusia baik aspek kognitif afektif maupun psikomotorik

sosial dan spiritualnya sehingga peserta menjadi manusia dewasa dan memiliki integritas

keilmuan maupun moral

4 Ahmad Zakicirc Shacirclih lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc hellip h 380

5 Puskur Balitbang Depdiknas Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar (Jakarta Balitbang Depdiknas

2002) h 1-3 6 Saeful Bahri Djamarah dan Aswan Zain Strategi Belajar Mengajar (Jakarta Rineka Cipta 2002 dan

Robert M Gagne Condition of Learning (New York Holt Rinehart and Winson 1989) 7 Andreas Harefa Pembelajaran di Era Serba Otonomi (Jakarta Harian Kompas 2001) Cet I h 63-64

5

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan

sebuah proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang bertujuan untuk

pembentukan kepribadian dan kompetensi peserta didik sehingga memiliki kemampuan untuk

melakukan perubahan dan peningkatan kualitas hidup Pembelajaran tidak sekedar transfer

pengetahuan atau informasi melainkan juga penanaman nilai pembentukan sikap positif dan

penerampilan kecakapan-kecakapan profesional untuk kepentingan hidupnya (life skill) serta

kedewasaan berperilaku

2 Model Pembelajaran

Ernest Chang dan Don Simpson menawarkan model pembelajaran the circle of learning

individual and group process Model ini merupakan pengembangan dari model pembelajaran

tradisional yang lebih banyak menekankan pada tanggung jawab individual dalam proses

pembelajaran Pembelajaran dapat berlangsung tidak hanya tanggung jawab individual akan

tetapi dapat berbentuk kolaboratif melalui proses kehidupan kelompok Model ini

mendasarkan pada paradigma hubungan antara aktivitas dan orientasi Dalam proses

pembelajaran ada dua dimensi yaitu aktivitas pembelajaran dan orientasi proses Dari dimensi

aktivitas pembelajaran ada aktivitas yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan ada aktivitas yang

harus dilakukan bersama kelompok sebaya Dari dimensi orientasi proses ada proses

pembelajaran individu sebagai fokus dan ada proses pembelajaran kelompok sebagai fokus8

Hubungan dua dimensi itu menghasilkan lima pola atau model pembelajaran yaitu (1)

ceramah tradisional (traditional lectures) (2) belajar mandiri (self study) (3) pembelajaran

berbarengan (concurrent learning) (4) pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) dan

(5) pembelajaran aktif (active learning)9 Masing-masing memiliki karakteristik dan pola

tersendiri

Pertama model pembelajaran dengan ceramah Strategi pembelajaran dengan model

ceramah bercirikan (1) mendengarkan penjelasan pengajar (2) kegiatan dan lingkungan

dikendalikan oleh pengajar (3) pengetahuan yang diperoleh tergantung pada penangkapan

pembicaraan pengajar (4) sedikit dukungan teknologi dan (5) berlangsung dalam suasana

otoriter Model ini dinilai sangat tradisional karena pembelajaran berpusat pada satu sumber

yaitu pengajar10

Model ini kurang memberdayakan kompetensi pembelajar karena gurudosen

masih terlalu ―dominan sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan sementara peserta

8 Lihat Ernest Chang amp Don Simpson ―The Circle of Learning Individual and Group of

Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7 1997 9 Ernest Chang amp Don Simpson ―The Circlehellip ibid

10Lihat Mohammad Surya Tantangan Pembelajaran di Era Millenium dalam Jurnal

Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta No 9 Oktober 2002

6

didik kurang mandiri dalam mencari dan mengembangkan pengetahuannya Peserta didik

kurang dilatih untuk bersikap kritis dan partisipatif dalam belajar

Kedua model belajar mandiri Dalam model ini strategi pembelajaran dilakukan secara

mandiri oleh pembelajar dalam keseluruhan aktivitasnya Ciri-ciri model ini adalah (1)

berfokus pada pemikiran sendiri (2) prosesnya diarahkan sendiri (3) isi pengetahuan berupa

refleksi dan integrasi (4) menggunakan multimedia (5) penghargaan diri secara otonom

Model ini menuntut disiplin diri yang kuat dari pembelajar11

Motivasi pembelajar harus kuat

dan stabil agar pencapaian tujuan pembelajaran optimal

Ketiga model pembelajaran berbarengan Pembelajaran dengan model ini pada dasarnya

dilakukan atas tanggung jawab pembelajar sendiri namun dalam suasana berbarengan dengan

yang lain dan saling berinteraksi Ciri utama model ini adalah (1) dilakukan secara

partisipatif (2) dalam satu forum terbuka (3) dalam suasana saling menghargai (4) perspektif

terhadap materi dapat berbeda-beda (5) suasana demokratis dan didukung oleh teknologi

informasi12

Model pembelajaran ini memungkinkan peserta didik untuk terampil

mengekspresikan pendapatnya dan mempunyai sikap toleran dalam perbedaan pemahaman

dan pendapat

Keempat model pembelajaran kolaboratif Pembelajaran dilakukan dalam bentuk

kolaboratif (kerja sama) antar pembelajar dalam satu tim Karakteristik utama model ini

adalah (1) dilakukan melalui satu bentuk kerja sama (2) untuk mendapatkan konsensus (3)

adanya berbagai pemahaman nilai dan (4) adanya keputusan yang dibuat bersama atas dasar

nilai yang disepakati bersama Model ini cenderung demokratis dan dapat menumbuhkan

kebersamaan13

Hanya saja jika tidak dibimbing dan diarahkan oleh tenaga pendidik yang

profesional model ini akan mengalami disorientasi kehilangan arah dan akibatnya tujuan

pembelajaran tidak tercapai secara optimal

Kelima model pembelajaran aktif (active learning) merupakan model pembelajaran

yang meniscayakan dinamika interaktif antara pembelajar dan gurudosen Pembelajaran aktif

adalah pembelajaran yang mengajak siswamahasiswa untuk belajar secara aktif Ketika

belajar secara aktif berarti siswamahasiswa mendominasi aktivitas pembelajaran Dengan ini

mereka secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi kuliah

memecahkan persoalan atau mengaplikasikan hal baru yang mereka pelajari ke dalam suatu

persoalan yang ada dalam kehidupan nyata Belajar aktif sangat dibutuhkan oleh

siswamahasiswa untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal

11

Mohammad Surya Tantanganhellip ibid 12

Mohammad Surya Tantanganhellip ibid 13

Mohammad Surya Tantanganhellip Bandingkan dengan Anita Lie Cooperative Learning

Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas (Jakarta Grasindo 2002)

7

Belajar aktif adalah suatu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian

menyimpannya dalam otak Belajar aktif memungkinkan siswamahasiswa yang memiliki

learning style (gaya belajar) yang bervariasi dapat disinergikan dan dikolaborasikan satu sama

lain14

Menurut Silberman banyak strategi yang dapat dilakukan untuk menciptakan

pembelajaran aktif Di antaranya adalah (1) learning starts with question (belajar dimulai

dengan pertanyaan) (2) reading guide (membaca buku petunjuk) (3) Information search

(mencari informasi) (4) Critical incident (kejadian penting) (5) Everyone is teacher here

(setiap orang adalah guru dalam forum ini) (6) Jigsaw learning (pembelajaran ala Jigsaw) (7)

the Power of two (kekuatan berpasangan) (8) snowballing (belajar ala bola salaju) (9)

Brainstorming (curah gagasan) (10) Active debate (debat aktif) (11) Synergic teaching

(pengajaran bersinergi) (12) Role playing (bermain peran) dan (12) Concept mapping (peta

konsep atau pemetaan konsep)15

Selain kelima model tersebut ada pula model quantum learning Model ini pada

mulanya dicetuskan oleh Dr Georgi Lazanov Pembelajaran model ini didasarkan pada prinsip

bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi situasi belajar Melalui suggestology

pemercepatan belajar (accelarated learning) dapat dilakukan dengan dibarengi suasana penuh

kegembiraan Untuk menumbuhkan sugesti belajar positif dapat ditempuh melalui teknik

seperti memberikan kenyamanan meningkatkan partisipasi individu dan menghadirkan seni16

Model ini mensyaratkan lingkungan pembelajaran yang aman nyaman menggembirakan (ada

musiknya ruang belajar yang menarik dilengkapi gambar warna-warni ilustrasi peta dsb)

positif dan dilakukan dengan metode berupa mencontohkan permainan simulasi dan

simbol

3 Pembelajaran Kontekstual

Elaine B Johnson mendeskripsikan Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai

suatu sistem pembelajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa pembelajar akan belajar

apabila mereka menemukan makna dalam materi akademispelajaran dan apabila mereka dapat

mengaitkan sebuah informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka

dapatkan sebelumnya Dalam hal ini beliau menyatakan ―The CTL system is an educational

process that aims to help students see meaning in the academic material they are studying by

14

Hisyam Zaini dkk Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi (Yogyakarta CTSD

2002) h xii-xv 15

Mel Silberman manawarkan 101 strategi belajar aktif Penjelasan rincinya lihat Mel

Silberman Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects (Massachusetts A Simon amp

Schuster Company 1996) 16

Bobbi DePotter dan Mike Hernacki Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan

Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo

(Bandung Kaifa 1999) h 14-16

8

connecting academic subjects with the context of their daily lives that is with the context of

their personal sosial and cultural circumstances To achieve this aim the system

encompasses certain components17

Pendekatan kontekstual merupakan suatu sistem pembelajaran dalam suatu proses

pendidikan yang bertujuan untuk membantu peserta didik dengan mengaitkan materi pelajaran

dengan situasi dan kondisi personal sosial dan kultural mereka Pengaitan ini tentu saja

dimaksudkan agar materi pembelajaran tidak kehilangan relevansi dengan kehidupan peserta

didik dan perkembangan sosial yang ada

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong

mereka membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari Dengan kata lain CTL merupakan konsep pembelajaran yang

menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta

didik secara nyata sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan

kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari18

Asumsinya adalah bahwa jika peserta

didik kembali ke masyarakat maka ia dapat menjadikan apa yang pernah diperolehnya dalam

proses pembelajaran sebagai bekal dan keterampilan hidupnya

Johnson menyebutkan adanya delapan komponen yang tercakup dalam sistem

pendidikan yang menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL Kedelapan komponen

tersebut adalah (1) making meaningfull connections atau membuat kaitan yang bermakna (2)

doing significant work atau melakukan karya yang berarti (3) self-regulated learning atau

belajar dengan kontrol pribadi (4) collaborating atau bekerjasama (5) critical and creative

thinking atau berpikir kritis dan kreatif (6) nurturing the individual atau memupuk bakat

individu (7) reaching high standard atau mencapai standar yang cukup tinggi serta (8) using

authentic assessment atau menggunakan penilaian sebenarnya19

Sementara itu tim C-Star dari University of Washington memiliki pendapat serupa

meskipun beberapa dengan istilah yang sedikit berbeda dari yang dikemukakan oleh Johson

tersebut Tim ini menyebutkan adanya tujuh komponen utama CTL yang apabila diterapkan

ketujuhnya maka sebuah kelas dapat dikatakan menggunakan pendekatan CTL Ketujuh

komponen tersebut adalah (1) konstruktivisme (constructivism) (2) menemukan (inquiry) (3)

bertanya (questioning) (4) masyarakat belajar (learning community) (5) pemodelan

17

Elaine B Johnson Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos Here to Stay

(Thousand Oaks Corwin Press Inc 2002) p 25 18

E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 102 19

Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24

9

(modeling) (6) refleksi (reflection) serta (7) penilaian yang sebenarnya (authentic

assessment)20

Komponen pertama konstruktivisme (constructivism) merupakan pemikiran filosofis

yang mengasumsikan bahwa pengetahuan diperoleh dan dibangun manusia sedikit demi

sedikit kemudian hasilnya diperluas atau diperdalam melalui konteks yang terbatas dan

bukannya terjadi secara tiba-tiba (in a sudden) Sedangkan Menemukan (Inquiry) merupakan

suatu siklus pemerolehan pengetahuan yang terdiri dari langkah-langkah observasi bertanya

mengajukan dugaan pengumpulan data dan penyimpulan Bertanya (Questioning)

merupakan strategi utama yang bagi guru merupakan kegiatan untuk mendorong

membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sementara bagi siswa bertanya

merupakan bagian penting untuk menggali informasi mengkonfirmasi pengetahuan dan

mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui

Komponen keempat adalah Masyarakat Belajar (Learning Community) yakni situasi

yang diciptakan berdasarkan konsep yang menyarankan agar proses dan hasil pembelajaran

diperoleh dari bekerjasama (collaborating) dengan orang lain baik itu kerjasama siswa-siswa

siswa-pengajar maupun siswa-ahli Dalam Pemodelan (Modeling) pengajar (meskipun

kadang melibatkan siswa) memberi contoh mempresentasikan atau mendemonstrasikan

tentang cara bekerja sesuatu sebelum siswa mengerjakan tugas Sedangkan Refleksi

(Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang

(thinking back) tentang hal-hal yang sudah kita lakukan di masa lalu Refleksi merupakan

respon terhadap kejadian aktifitas maupun pengetahuan yang baru diterima Adapun

Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data

yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan

nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran

Pendekatan kontekstual merupakan pilihan strategi pembelajaran yang berpihak pada

dan memberdayakan siswa CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan

menyenangkan karena pembelajaran dilakukan secara alamiah sehingga peserta didik dapat

mempraktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya Pembelajaran kontekstual

mendorong peserta didik memahami hakekat makna dan manfaat belajar sehingga

memungkinkan rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar bahkan kecanduan belajar21

Dalam pembelajaran kontekstual tugas gurudosen adalah memberikan kemudahan

belajar kepada peserta didik dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang

memadai Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan tetapi

juga mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik

20

Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24 21

E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 103

10

belajar Lingkungan belajar yang kondusif sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan

keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan

Signifikansi lingkungan pembelajaran tampak pada hal-hal berikut (a) belajar efektif itu

dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik (b) pembelajaran harus

berpusat pada ˝bagaimana cara― peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka

Strategi belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya dan (c) umpan balik sangat penting bagi

peserta didik yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar dan (d)

menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting22

Jadi

kontekstualisasi pembelajaran diorientasikan kepada pemandirian peserta didik dalam

mengembangkan kompetensi dan kemampuannya untuk memecahkan masalah Belajar

memecahkan masalah mendorong peserta didik untuk mencari informasi atau melakukan

investigasi

4 Pembelajaran Kreatif

Pembelajaran kreatif mengharuskan tenaga pendidik dapat memunculkan kreativitas

peserta didik dalam kelas baik kreativitas berpikir maupun kreativitas dalam melakukan

sesuatu Kreativitas berpikir merupakan kemampuan imajinatif tetapi rasional Berpikir kreatif

berawal dari berpikir kritis yaitu menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya belum

ada atau memperbaiki seseuatu yang sebelumnya tidak baik23

Pembelajaran kreatif adalah

pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas dengan cara memanfaatkan

segenap potensi dan multi-kecerdasan yang dimiliki peserta didik secara maksimal Secara

implisit pembelajaran ini mengandung muatan baru yang disesuaikan dengan keadaan

terutama dalam penyajiannya yang lebih inovatif

Bila di dalam ruangan kelas tidak tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai guru

bisa memanfaatkan fasilitas yang ada termasuk mengeksploitasi secara maksimal alam

lingkungan di sekitarnya Dengan demikian pembelajaran ini mampu beradaptasi dengan

berbagai macam situasi dan keadaan sehingga bisa dilakukan di mana dan kapan saja

Karakter pembelajaran kreatif itu sangat fleksibel dan bergantung pada guru sang

kreator Ini menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut akan dapat disajikan oleh guru-guru

yang memiliki kreativitas tinggi Unsur kreativitas yang dipertaruhkan di sini pada dasarnya

dimiliki oleh setiap orang Orang-orang yang memiliki kreativitas tinggi biasanya dapat

memelihara unsur tersebut dengan baik begitu pun sebaliknya Pembelajaran kreatif dapat

dikembangkan melalui empat tahap Keempat tahap ini oleh Daniel Goleman disebut anatomi

22

Nurhadi Pendekatan Kontekstual (Malang Universitas Negeri Malang 2002) Cet I h 4 23

Abdul Rahman Shaleh Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta

Rajawali Pers 2005) Cet I h 158

11

momen kreatif24

Tahap pertama adalah persiapan yaitu proses pengumpulan berbagai

informasi untuk diuji Dalam tahap ini otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi

sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi Pengalaman hidup turut

menyumbang proses persiapan menjadi kreatif

Kedua inkubasi (disebut juga tahap istirahat) yaitu suatu rentang waktu untuk

merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis

tersebut rasional Hal ini antara lain dapat diperkuat dengan intuisi dan suara hati nurani

Dalam proses mengaitkan ide pikiran sebenarnya juga melakukan berbagai proses yaitu

menjajarkan memadukan memilah mengitari dan membayangkan ide

Ketiga illuminasi (pencerahan) Pengendapan informasi dan ―lamunan bahkan intuisi

akan membawa kepada pencerahan ketika secara seketika jawaban yang dicari datang

menemui pembelajar tanpa diketahui sumbernya Inilah tahapan yang biasanya memperoleh

limpahan perhatian Pembelajar mendapat inspirasi dan motivasi untuk menjawab tantangan

kreatif yang dihadapi25

Tahap lanjutannya adalah penerjemahan ketika pembelajar mengubah

wawasan menjadi tindakan

Keempat tahap pembuktianpelaksanaan (verifikasi) yaitu pengujian kembali hasil

hipotesis tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah rekomendasi Dalam tahap ini ada gagasan

berhasil dengan cepat sedang yang lain perlu waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan

Kemampuan dan keterampilan berpikir dibarengi hasrat kuat dan rasa gembira memainkan

peran penting dalam aktualisasi kreativitas

Selain itu Teresa M Amabile berpendapat bahwa proses pembelajaran kreatif itu

melalui lima tahap dan diibaratkan seperti orang membuat sop Kelima tahap dimaksud adalah

(1) tahap presentasi masalah (pembelajar menyadari adanya suatu masalah yang harus

dipelajari dan dicarikan solusinya (2) tahap persiapan (menyiapkan diri untuk belajar

menelaah bacaan yang relevan dengan masalah) (3) tahap penyimpulan gagasan (hasil

pembacaan biasa melahirkan gagasan sehingga ada titik simpul yang dapat dijadikan sebagai

inspirasi dan media pemecahan masalah (4) tahap validasi (aktualisasi gagasan dalam bentuk

tindakan dan karya kreatif) dan (5) tahap pengukuran hasil (evaluasi)26

Adapun strategi pembelajaran kreatif adalah (1) menyatu dengan masyarakat luas

termasuk berkolega dengan ilmuwan (2) merancang lingkungan yang bernilai tambah seperti

musik pencahayaan aroma warna yang indah dan menarik (3) mengembara keluar dari dunia

24

Daniel Goleman The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah Tempat Kerja

dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo (Bandung MLC 2005) Cet I h

30-37 25 Ayan Jordan E Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Yoour Creative Spirit and

Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan (Bandung Kaifa 2003) Cet V h 56 26

Lihat Teresa M Amabile Growing up Creative (New York Pinguin 1998)

12

sempit dengan belajar menemukan sudut pandang baru dan perenungan pribadi (4) menyulut

inspirasi dari permainan dan humor termasuk olah raga (5) mengembangkan daya pikir

dengan membaca kreatif menjelajahi toko buku dan dunia maya (6) menggemari kesenian

dan memaknai musik dalam jiwa kreatif (7) menggeluti teknologi (8) menghadapi tantangan

dengan teknik berpikir ampuh (9) membebaskan alam kesadaran lain dengan

memvisualisasikan tantangan kreatif dan (10) menyatu dengan jiwa kreatif termasuk di dalam

berdolsquoa dan bermeditasi27

D Strategi Aplikasi CCTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Berdasarkan ulasan teoritik tersebut setidaknya ada 10 strategi atau langkah CCTL

yang perlu dipenuhi ketika diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab Kesepuluh syarat

dan rukun dimaksud adalah (1) perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab

(2) desain rencana dan kontrak pembelajaran bahasa Arab (3) pendekatan dan strategi

pembelajaran kontekstual dan kreatif (4) penciptaan suasana pembelajaran yang religius

nyaman menyenangkan dan partisipatoris (5) pengembangan sikap positif dan berpikir

kreatif (6) optimalisasi multi-intelegensi dalam proses pembelajaran bahasa Arab (7)

pengembangan minat dan tradisi membaca meneliti dan menulis dengan bahasa Arab (8)

kontekstualisasi substansi pembelajaran dengan masalah-masalah sosial yang aktual dalam

kehidupan siswamahasiswa (9) optimalisasi pendayagunaan media dan teknologi pendidikan

dan (10) penciptaan sistem evaluasi pembelajaran yang kreatif dan efektif28

Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dan kreatif dapat diorientasikan kepada

sebuah visi misi dan orientasi pembelajaran itu sendiri yaitu misalnya mendayagunakan

bahasa Arab secara optimal dalam pemahaman sumber-sumber ajaran Islam Dapat juga

dirumuskan ―Belajar bahasa Arab komunikatif sebagai media untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi Karenanya pembelajar yang kreatif akan berpikir bagaimana

memahami dan menguasai bahasa Arab ndashminimal pasifmdash dengan baik Bagaimana bahasa

Arab yang sudah dipahami itu dapat diaplikasikan dalam pemahaman literatur keislaman yang

berbahasa Arab dan juga menulis karya dalam bahasa Arab Bagaimana wujud pemahaman itu

dapat diaktualisasikan dalam bentuk produk pemikiran Bagaimana produk pemikiran itu

dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan dan seterusnya Jadi pembelajaran kontekstual

27

Muhammad Fauzicirc Abd al-Maqshucircd al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah Muawwiqacirct wa

Acircliyacirct al-Muwacircjahah (Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah 2004) h 28

Kesepuluh ―syarat dan rukun tersebut diabstraksikan dari pemaduan model pembelajaran

kontekstual dan kreatif dan juga diperkuat dengan teori-teori linguistik dan psikologi belajar

Mengenai teori-teori dimaksud lihat Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm al-Ushailicirc al-Nazhariyyacirct al-

Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah (Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah 1999)

13

dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan

kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara

tuntas dan kreatif

Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan

melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)

tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29

Pada tahap pertama

pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti

simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua

pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara

berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat

sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan

tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati

struktur dan sistem bahasa Arab

Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang

kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu

ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa

Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan

pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan

dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran

bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian

besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab

sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi

motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30

Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu

dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan

posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam

belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar

bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta

Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab

yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa

Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-

29

Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc

(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30

Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa

belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa

Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan

akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang

ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)

14

wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31

dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru

bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat

menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan

alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut

memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan

memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara

aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran

bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan

lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan

untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab

Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh

bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan

derivasi)32

Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan

pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak

sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus

dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan

untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai

struktur kalimat

Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif

dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya

Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di

beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi

tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan

dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk

mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain

yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya

الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2

Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau

mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak

31

Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function

interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)

imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad

Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc

(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32

Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-

Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45

15

berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung

dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat

mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu

dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh

orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat

dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik

(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar

berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual

CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar

yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif

maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa

Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa

Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan

mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini

masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua

Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap

masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33

Penentuan

masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan

membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu

mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga

pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak

khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka

yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil

memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana

33

Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub

2006) Cet I h 34

16

pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah

dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan

dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau

majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah

E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL

Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab

ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-

linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu

1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa

Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam

mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang

profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa

Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik

untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan

dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas

belajar yang kontektual dan menyenangkan

2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab

keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang

menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan

(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa

butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai

3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran

bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)

Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan

sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang

kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk

memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya

sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional

4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga

pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan

berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan

hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini

adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin

untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta

17

didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya

dalam mempraktikkan bahasa Arab34

5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa

Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa

dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap

pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini

berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai

macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris

misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada

Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia

Mesir Syria dan sebagainya

6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku

bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur

tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih

mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur

Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan

―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada

pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi

akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan

penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku

(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya

7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari

dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung

kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada

umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan

daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin

berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja

keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi

pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau

belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa

Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke

arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola

atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya

34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab

―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab

dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta

Desember 2005

18

F Penutup

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan

masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa

pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak

semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa

Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan

atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu

dicarikan solusinya secara lebih dini

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam

pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya

tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang

jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam

pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula

penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi

pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki

kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan

kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi

bahasa Arab yang efektif

Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang

mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber

lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua

pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga

pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa

asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan

Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di

Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab

yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang

dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada

konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif

senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam

mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk

dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif

model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb

19

Daftar Pustaka

Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah

Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah

Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam

Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika

Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember

2005

Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative

Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa

Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group

of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7

DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari

Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa

Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka

Cipta

Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson

Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah

Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo

Bandung MLC

Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-

Mishriyyah

Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I

Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura

Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-

Kutub

Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos

Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc

Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo

Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc

Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois

Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002

Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang

Depdiknas

Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara

Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II

Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa

Jakarta Rajawali Pers 2005

Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A

Simon amp Schuster Company

Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam

Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta

No 9 Oktober 2002

Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin

20

Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco

Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-

Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah

Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi

Yogyakarta CTSD

Page 2: CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31703/3/MUHBIB... · CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING (CCTL) DALAM

2

مستقبلية ورسائل واتجاىات واضحة من قبل المعلم لتسير عملية التعلم والتعليم على نـهج سليم يوصل بو إلى األىداف المعرفية والوجدانية والنفسحركية والروحية الواقعية من تعليم العربية

المتعلم وتتمثل فعالية ىذا األسلوب في اختيار المادة ذات المعنى المناسب الحتياجات دينامية المواقف التعليمية وإيجاد البيئة اللغوية العربية الحيوية ومستوى اإلنتاج واالبتداع عند

المتعلم في األداء اللغوي أي في إجادة المهارات اللغوية األربع باإلضافة إلى مهارة الترجمة

A Pendahuluan

Model pembelajaran belakangan ini banyak bermunculan Di antaranya adalah

pembelajaran kolaboratif quantum learning dan active learning1 Yang pertama menekankan

proses pembelajaran dalam bentuk kerjasama antar pembelajar sedangkan yang kedua

menekankan pada optimalisasi potensi pembelajar melalui teori modelling dengan lompatan-

lompatan dalam belajar Adapun yang ketiga mengoptimalkan tingkat partisipasi pembelajar

Belajar tidak hanya melalui optimalisasi kecerdasan intelegensi tetapi juga perlu diperkuat

dengan kecerdasan emosi dan lingkungan belajar yang nyaman serta menyenangkan

Kekurangan kedua model pembelajaran tersebut adalah belum dioptimalkannya proses kreatif

kecerdasan spiritual dan kontekstualisasi Padahal proses kreatif kekuatan doa pengaitan

materi pelajaran dengan nilai-nilai religius dan realitas sosial diasumsikan dapat

mempengaruhi akselarasi prestasi dan kreativitas pembelajaran yang optimal

Model pembelajaran yang dikembangkan dan harus menjadi prioritas utama saat ini

adalah membelajarkan peserta didik how to learn and how to think Hanya dengan dua

―keterampilan super inilah ndashmeminjam istilah Colin Rose dan Malcolm J Nichollmdash kita

dapat mengatasi perubahan dan kompleksitas serta menjadi manusia yang secara ekonomi

tidak tergantung dan tidak akan menganggur pada abad ke-21 Kita memang membutuhkan

perubahan baik pada apa yang dipelajari dan dalam cara bagaimana ia dipelajari2 Perubahan

substansi dan metodologi pembelajaran memungkinkan lahirnya perubahan cara berpikir

bertindak dan berkarya sehingga pada gilirannya melahirkan perubahan kualitas hidup yang

lebih baik

Model pembelajaran tradisional yang menempatkan dosen sebagai sumber utama

informasi dan pengetahuan tidak relevan lagi Pembelajaran yang hanya mengandalkan indera

pendengaran kini dipandang tidak efektif Peserta didik akan menyerap lebih banyak informasi

ketika disampaikan dalam bentuk visual dan auditori (pandang dan dengar) atau keduanya

audio-visual seperti dalam multimedia Dosen dituntut mampu memberikan motivasi

1 Baca M Silberman Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects (Massachusetts A Simon amp

Schuster Company 1996) 2 Colin Rose dan Malcolm J Nicholl Accelerated Learning for The 21

st Century (Cara Belajar Cepat

Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa (Bandung Nuansa Cet II 2002) h 13-15

3

(motivating) yang kuat dan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan

sehingga peserta didik dapat belajar secara efektif kontekstual dan kreatif

Model-model pembelajaran yang sudah ada tentu tidak luput dari kelemahan Karena

itu Contextual and Creative Teaching and Learning (CCTL) dipandang sebagai model

pembelajaran alternatif Pembelajaran kontekstual dan kreatif ini diasumsikan tidak hanya

potensial memandirikan mahasiswa melainkan juga menumbuhkan kreativitas dalam belajar

transformasi proses kreatif sehingga segenap potensi dan kompetensi mahasiswa dapat

dioptimalkan Model pembelajaran ini mengandaikan akselerasi pemerolehan informasi ilmu

keterampilan penciptaan suasana religius yang menyenangkan transformatif serta bermuara

pada pengembangan kompetensi berekspresi meneliti dan menulis karya ilmiah Model ini

diasumsikan dapat menumbuhkan tradisi intelektualisme dan profesionalisme yang kreatif dan

produktif sehingga pada gilirannya diharapkan dapat menjadi salah satu faktor pendukung

dalam realisasi universitas riset Menurut penulis indikator terwujudnya universitas riset ndash

yang dicita-citakan oleh UIN Jakarta- adalah meningkatnya baik kuantitas maupun kualitas

hasil penelitian yang dilakukan oleh sivitas akademika banyak karya ilmiah yang diterbitkan

baik dalam bentuk buku maupun artikel yang dimuat dalam jurnal nasional maupun

internasional Untuk mencapai cita-ideal tersebut mutlak diperlukan adanya model

pembelajaran kontekstual dan kreatif

Tulisan ini berusaha menjawab bagaimana aplikasi model contextual and creative

teaching and learning (CCTL) dalam pembelajaran bahasa Arab Faktor apa saja yang

mempengaruhi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab tersebut Dan mengapa

model CCTL perlu dikembangkan dan diorientasikan kepada pembelajaran bahasa Arab

B Konsep Pembelajaran Sebuah Kerangka Teoritik

1 Pengertian Belajar

Usia pendidikan dan pembelajaran diyakini sudah setua usia perabadan manusia karena

hakekat hidup ini adalah belajar Semua proses yang dilalui manusia dalam hidup merupakan

proses pembelajaran Manusia adalah makhluk pembelajar Manusia belajar untuk hidup

Tanpa belajar hidup tak bernilai dan peradaban tidak akan pernah berkembang maju3

Banyak pengertian belajar diberikan oleh para ahli Menurut sebuah situs internet

wwwemtechnetlearning teories jumlah teori belajar saat ini lebih dari 70 teori antara lain

Behaviorism Theory Cognitivism Theory Gestalt Theory Social Learning Theory Situated

Learning Constructivism Cooperative Learning Mastery Learning Active Learning

Accelerated Learning dan sebagainya

3 Ahmad Zakicirc Shacirclih lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc (Kairo Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyyah 1988) Cet

X h 296

4

Behaviorisme mendefinisikan belajar sebagai proses pemberian respon terhadap

stimulus Sementara Morgan (1978) menyatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang

relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman

Belajar berarti mendayagunakan potensi (fisik intelektual emosional moral dan spiritual)

menuju suatu pemahaman dan perubahan sikap perilaku dan kepribadian4

Belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik dalam membangun makna atau

pemahaman Karena itu belajar harus bermakna dan memberikan peningkatan pemahaman

peserta didik terhadap apa yang dipelajarinya Ada beberapa prinsip yang dapat dijadikan

sebagai pedoman dalam belajar yang bermakna yaitu (1) berpusat kepada peserta didik (2)

belajar dengan melakukan (learning by doing) (3) mengembangkan kemampuan sosial (4)

mengembangkan keingintahuan (curiosity) imajinasi dan fitrah bertuhan (5)

mengembangkan keterampilan dalam pemecahan masalah (6) mengembangkan kreativitas

peserta didik (7) mengembangkan kemampuan dalam menggunakan ilmu pengetahuan dan

teknologi (8) menumbuhkan kesadaran kebangsaan sebagai warga negara yang baik (9)

belajar sepanjang hayat dan (10) perpaduan kompetisi kerjasama dan solidaritas5

Robert M Gagne membedakan pola-pola belajar ke delapan tipe di mana yang satu

merupakan prasyarat bagi lainnya Delapan tipe belajar dimaksud adalah (1) belajar isyarat

(signal learning) (2) belajar stimulus-respon (stimulus-response learning) (3) perangkaian

(chaining) (4) asosiasi verbal (verbal association) (5) belajar diskriminasi (discrimination

learning) (6) belajar konsep (concept learning) (7) belajar aturan (rule learning) dan (8)

pemecahan masalah (problem solving)6 Kedelapan pola belajar ini menunjukkan hirarki

perkembangan psikologis mental intelektual dan sosial pembelajar

Pembelajaran tidak sama dengan pelatihan dan pengajaran karena pembelajaran

merupakan proses menjadi sedangkan pelatihan belajar melakukan dan pengajaran adalah

belajar mengetahui Tujuan pembelajaran adalah membentuk watak mendewasakan penalaran

dan pemikiran memandirikan sikap memerdekakan dan memberdayakan sementara tujuan

pelatihan adalah membentuk perilaku dan menerampilkan sedangkan tujuan pengajaran

adalah membentuk konsep dan mentransfer ilmu7 Pembelajaran merupakan upaya sistematis

dalam mengoptimalkan potensi manusia baik aspek kognitif afektif maupun psikomotorik

sosial dan spiritualnya sehingga peserta menjadi manusia dewasa dan memiliki integritas

keilmuan maupun moral

4 Ahmad Zakicirc Shacirclih lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc hellip h 380

5 Puskur Balitbang Depdiknas Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar (Jakarta Balitbang Depdiknas

2002) h 1-3 6 Saeful Bahri Djamarah dan Aswan Zain Strategi Belajar Mengajar (Jakarta Rineka Cipta 2002 dan

Robert M Gagne Condition of Learning (New York Holt Rinehart and Winson 1989) 7 Andreas Harefa Pembelajaran di Era Serba Otonomi (Jakarta Harian Kompas 2001) Cet I h 63-64

5

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan

sebuah proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang bertujuan untuk

pembentukan kepribadian dan kompetensi peserta didik sehingga memiliki kemampuan untuk

melakukan perubahan dan peningkatan kualitas hidup Pembelajaran tidak sekedar transfer

pengetahuan atau informasi melainkan juga penanaman nilai pembentukan sikap positif dan

penerampilan kecakapan-kecakapan profesional untuk kepentingan hidupnya (life skill) serta

kedewasaan berperilaku

2 Model Pembelajaran

Ernest Chang dan Don Simpson menawarkan model pembelajaran the circle of learning

individual and group process Model ini merupakan pengembangan dari model pembelajaran

tradisional yang lebih banyak menekankan pada tanggung jawab individual dalam proses

pembelajaran Pembelajaran dapat berlangsung tidak hanya tanggung jawab individual akan

tetapi dapat berbentuk kolaboratif melalui proses kehidupan kelompok Model ini

mendasarkan pada paradigma hubungan antara aktivitas dan orientasi Dalam proses

pembelajaran ada dua dimensi yaitu aktivitas pembelajaran dan orientasi proses Dari dimensi

aktivitas pembelajaran ada aktivitas yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan ada aktivitas yang

harus dilakukan bersama kelompok sebaya Dari dimensi orientasi proses ada proses

pembelajaran individu sebagai fokus dan ada proses pembelajaran kelompok sebagai fokus8

Hubungan dua dimensi itu menghasilkan lima pola atau model pembelajaran yaitu (1)

ceramah tradisional (traditional lectures) (2) belajar mandiri (self study) (3) pembelajaran

berbarengan (concurrent learning) (4) pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) dan

(5) pembelajaran aktif (active learning)9 Masing-masing memiliki karakteristik dan pola

tersendiri

Pertama model pembelajaran dengan ceramah Strategi pembelajaran dengan model

ceramah bercirikan (1) mendengarkan penjelasan pengajar (2) kegiatan dan lingkungan

dikendalikan oleh pengajar (3) pengetahuan yang diperoleh tergantung pada penangkapan

pembicaraan pengajar (4) sedikit dukungan teknologi dan (5) berlangsung dalam suasana

otoriter Model ini dinilai sangat tradisional karena pembelajaran berpusat pada satu sumber

yaitu pengajar10

Model ini kurang memberdayakan kompetensi pembelajar karena gurudosen

masih terlalu ―dominan sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan sementara peserta

8 Lihat Ernest Chang amp Don Simpson ―The Circle of Learning Individual and Group of

Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7 1997 9 Ernest Chang amp Don Simpson ―The Circlehellip ibid

10Lihat Mohammad Surya Tantangan Pembelajaran di Era Millenium dalam Jurnal

Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta No 9 Oktober 2002

6

didik kurang mandiri dalam mencari dan mengembangkan pengetahuannya Peserta didik

kurang dilatih untuk bersikap kritis dan partisipatif dalam belajar

Kedua model belajar mandiri Dalam model ini strategi pembelajaran dilakukan secara

mandiri oleh pembelajar dalam keseluruhan aktivitasnya Ciri-ciri model ini adalah (1)

berfokus pada pemikiran sendiri (2) prosesnya diarahkan sendiri (3) isi pengetahuan berupa

refleksi dan integrasi (4) menggunakan multimedia (5) penghargaan diri secara otonom

Model ini menuntut disiplin diri yang kuat dari pembelajar11

Motivasi pembelajar harus kuat

dan stabil agar pencapaian tujuan pembelajaran optimal

Ketiga model pembelajaran berbarengan Pembelajaran dengan model ini pada dasarnya

dilakukan atas tanggung jawab pembelajar sendiri namun dalam suasana berbarengan dengan

yang lain dan saling berinteraksi Ciri utama model ini adalah (1) dilakukan secara

partisipatif (2) dalam satu forum terbuka (3) dalam suasana saling menghargai (4) perspektif

terhadap materi dapat berbeda-beda (5) suasana demokratis dan didukung oleh teknologi

informasi12

Model pembelajaran ini memungkinkan peserta didik untuk terampil

mengekspresikan pendapatnya dan mempunyai sikap toleran dalam perbedaan pemahaman

dan pendapat

Keempat model pembelajaran kolaboratif Pembelajaran dilakukan dalam bentuk

kolaboratif (kerja sama) antar pembelajar dalam satu tim Karakteristik utama model ini

adalah (1) dilakukan melalui satu bentuk kerja sama (2) untuk mendapatkan konsensus (3)

adanya berbagai pemahaman nilai dan (4) adanya keputusan yang dibuat bersama atas dasar

nilai yang disepakati bersama Model ini cenderung demokratis dan dapat menumbuhkan

kebersamaan13

Hanya saja jika tidak dibimbing dan diarahkan oleh tenaga pendidik yang

profesional model ini akan mengalami disorientasi kehilangan arah dan akibatnya tujuan

pembelajaran tidak tercapai secara optimal

Kelima model pembelajaran aktif (active learning) merupakan model pembelajaran

yang meniscayakan dinamika interaktif antara pembelajar dan gurudosen Pembelajaran aktif

adalah pembelajaran yang mengajak siswamahasiswa untuk belajar secara aktif Ketika

belajar secara aktif berarti siswamahasiswa mendominasi aktivitas pembelajaran Dengan ini

mereka secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi kuliah

memecahkan persoalan atau mengaplikasikan hal baru yang mereka pelajari ke dalam suatu

persoalan yang ada dalam kehidupan nyata Belajar aktif sangat dibutuhkan oleh

siswamahasiswa untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal

11

Mohammad Surya Tantanganhellip ibid 12

Mohammad Surya Tantanganhellip ibid 13

Mohammad Surya Tantanganhellip Bandingkan dengan Anita Lie Cooperative Learning

Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas (Jakarta Grasindo 2002)

7

Belajar aktif adalah suatu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian

menyimpannya dalam otak Belajar aktif memungkinkan siswamahasiswa yang memiliki

learning style (gaya belajar) yang bervariasi dapat disinergikan dan dikolaborasikan satu sama

lain14

Menurut Silberman banyak strategi yang dapat dilakukan untuk menciptakan

pembelajaran aktif Di antaranya adalah (1) learning starts with question (belajar dimulai

dengan pertanyaan) (2) reading guide (membaca buku petunjuk) (3) Information search

(mencari informasi) (4) Critical incident (kejadian penting) (5) Everyone is teacher here

(setiap orang adalah guru dalam forum ini) (6) Jigsaw learning (pembelajaran ala Jigsaw) (7)

the Power of two (kekuatan berpasangan) (8) snowballing (belajar ala bola salaju) (9)

Brainstorming (curah gagasan) (10) Active debate (debat aktif) (11) Synergic teaching

(pengajaran bersinergi) (12) Role playing (bermain peran) dan (12) Concept mapping (peta

konsep atau pemetaan konsep)15

Selain kelima model tersebut ada pula model quantum learning Model ini pada

mulanya dicetuskan oleh Dr Georgi Lazanov Pembelajaran model ini didasarkan pada prinsip

bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi situasi belajar Melalui suggestology

pemercepatan belajar (accelarated learning) dapat dilakukan dengan dibarengi suasana penuh

kegembiraan Untuk menumbuhkan sugesti belajar positif dapat ditempuh melalui teknik

seperti memberikan kenyamanan meningkatkan partisipasi individu dan menghadirkan seni16

Model ini mensyaratkan lingkungan pembelajaran yang aman nyaman menggembirakan (ada

musiknya ruang belajar yang menarik dilengkapi gambar warna-warni ilustrasi peta dsb)

positif dan dilakukan dengan metode berupa mencontohkan permainan simulasi dan

simbol

3 Pembelajaran Kontekstual

Elaine B Johnson mendeskripsikan Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai

suatu sistem pembelajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa pembelajar akan belajar

apabila mereka menemukan makna dalam materi akademispelajaran dan apabila mereka dapat

mengaitkan sebuah informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka

dapatkan sebelumnya Dalam hal ini beliau menyatakan ―The CTL system is an educational

process that aims to help students see meaning in the academic material they are studying by

14

Hisyam Zaini dkk Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi (Yogyakarta CTSD

2002) h xii-xv 15

Mel Silberman manawarkan 101 strategi belajar aktif Penjelasan rincinya lihat Mel

Silberman Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects (Massachusetts A Simon amp

Schuster Company 1996) 16

Bobbi DePotter dan Mike Hernacki Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan

Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo

(Bandung Kaifa 1999) h 14-16

8

connecting academic subjects with the context of their daily lives that is with the context of

their personal sosial and cultural circumstances To achieve this aim the system

encompasses certain components17

Pendekatan kontekstual merupakan suatu sistem pembelajaran dalam suatu proses

pendidikan yang bertujuan untuk membantu peserta didik dengan mengaitkan materi pelajaran

dengan situasi dan kondisi personal sosial dan kultural mereka Pengaitan ini tentu saja

dimaksudkan agar materi pembelajaran tidak kehilangan relevansi dengan kehidupan peserta

didik dan perkembangan sosial yang ada

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong

mereka membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari Dengan kata lain CTL merupakan konsep pembelajaran yang

menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta

didik secara nyata sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan

kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari18

Asumsinya adalah bahwa jika peserta

didik kembali ke masyarakat maka ia dapat menjadikan apa yang pernah diperolehnya dalam

proses pembelajaran sebagai bekal dan keterampilan hidupnya

Johnson menyebutkan adanya delapan komponen yang tercakup dalam sistem

pendidikan yang menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL Kedelapan komponen

tersebut adalah (1) making meaningfull connections atau membuat kaitan yang bermakna (2)

doing significant work atau melakukan karya yang berarti (3) self-regulated learning atau

belajar dengan kontrol pribadi (4) collaborating atau bekerjasama (5) critical and creative

thinking atau berpikir kritis dan kreatif (6) nurturing the individual atau memupuk bakat

individu (7) reaching high standard atau mencapai standar yang cukup tinggi serta (8) using

authentic assessment atau menggunakan penilaian sebenarnya19

Sementara itu tim C-Star dari University of Washington memiliki pendapat serupa

meskipun beberapa dengan istilah yang sedikit berbeda dari yang dikemukakan oleh Johson

tersebut Tim ini menyebutkan adanya tujuh komponen utama CTL yang apabila diterapkan

ketujuhnya maka sebuah kelas dapat dikatakan menggunakan pendekatan CTL Ketujuh

komponen tersebut adalah (1) konstruktivisme (constructivism) (2) menemukan (inquiry) (3)

bertanya (questioning) (4) masyarakat belajar (learning community) (5) pemodelan

17

Elaine B Johnson Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos Here to Stay

(Thousand Oaks Corwin Press Inc 2002) p 25 18

E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 102 19

Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24

9

(modeling) (6) refleksi (reflection) serta (7) penilaian yang sebenarnya (authentic

assessment)20

Komponen pertama konstruktivisme (constructivism) merupakan pemikiran filosofis

yang mengasumsikan bahwa pengetahuan diperoleh dan dibangun manusia sedikit demi

sedikit kemudian hasilnya diperluas atau diperdalam melalui konteks yang terbatas dan

bukannya terjadi secara tiba-tiba (in a sudden) Sedangkan Menemukan (Inquiry) merupakan

suatu siklus pemerolehan pengetahuan yang terdiri dari langkah-langkah observasi bertanya

mengajukan dugaan pengumpulan data dan penyimpulan Bertanya (Questioning)

merupakan strategi utama yang bagi guru merupakan kegiatan untuk mendorong

membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sementara bagi siswa bertanya

merupakan bagian penting untuk menggali informasi mengkonfirmasi pengetahuan dan

mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui

Komponen keempat adalah Masyarakat Belajar (Learning Community) yakni situasi

yang diciptakan berdasarkan konsep yang menyarankan agar proses dan hasil pembelajaran

diperoleh dari bekerjasama (collaborating) dengan orang lain baik itu kerjasama siswa-siswa

siswa-pengajar maupun siswa-ahli Dalam Pemodelan (Modeling) pengajar (meskipun

kadang melibatkan siswa) memberi contoh mempresentasikan atau mendemonstrasikan

tentang cara bekerja sesuatu sebelum siswa mengerjakan tugas Sedangkan Refleksi

(Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang

(thinking back) tentang hal-hal yang sudah kita lakukan di masa lalu Refleksi merupakan

respon terhadap kejadian aktifitas maupun pengetahuan yang baru diterima Adapun

Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data

yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan

nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran

Pendekatan kontekstual merupakan pilihan strategi pembelajaran yang berpihak pada

dan memberdayakan siswa CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan

menyenangkan karena pembelajaran dilakukan secara alamiah sehingga peserta didik dapat

mempraktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya Pembelajaran kontekstual

mendorong peserta didik memahami hakekat makna dan manfaat belajar sehingga

memungkinkan rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar bahkan kecanduan belajar21

Dalam pembelajaran kontekstual tugas gurudosen adalah memberikan kemudahan

belajar kepada peserta didik dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang

memadai Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan tetapi

juga mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik

20

Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24 21

E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 103

10

belajar Lingkungan belajar yang kondusif sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan

keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan

Signifikansi lingkungan pembelajaran tampak pada hal-hal berikut (a) belajar efektif itu

dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik (b) pembelajaran harus

berpusat pada ˝bagaimana cara― peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka

Strategi belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya dan (c) umpan balik sangat penting bagi

peserta didik yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar dan (d)

menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting22

Jadi

kontekstualisasi pembelajaran diorientasikan kepada pemandirian peserta didik dalam

mengembangkan kompetensi dan kemampuannya untuk memecahkan masalah Belajar

memecahkan masalah mendorong peserta didik untuk mencari informasi atau melakukan

investigasi

4 Pembelajaran Kreatif

Pembelajaran kreatif mengharuskan tenaga pendidik dapat memunculkan kreativitas

peserta didik dalam kelas baik kreativitas berpikir maupun kreativitas dalam melakukan

sesuatu Kreativitas berpikir merupakan kemampuan imajinatif tetapi rasional Berpikir kreatif

berawal dari berpikir kritis yaitu menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya belum

ada atau memperbaiki seseuatu yang sebelumnya tidak baik23

Pembelajaran kreatif adalah

pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas dengan cara memanfaatkan

segenap potensi dan multi-kecerdasan yang dimiliki peserta didik secara maksimal Secara

implisit pembelajaran ini mengandung muatan baru yang disesuaikan dengan keadaan

terutama dalam penyajiannya yang lebih inovatif

Bila di dalam ruangan kelas tidak tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai guru

bisa memanfaatkan fasilitas yang ada termasuk mengeksploitasi secara maksimal alam

lingkungan di sekitarnya Dengan demikian pembelajaran ini mampu beradaptasi dengan

berbagai macam situasi dan keadaan sehingga bisa dilakukan di mana dan kapan saja

Karakter pembelajaran kreatif itu sangat fleksibel dan bergantung pada guru sang

kreator Ini menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut akan dapat disajikan oleh guru-guru

yang memiliki kreativitas tinggi Unsur kreativitas yang dipertaruhkan di sini pada dasarnya

dimiliki oleh setiap orang Orang-orang yang memiliki kreativitas tinggi biasanya dapat

memelihara unsur tersebut dengan baik begitu pun sebaliknya Pembelajaran kreatif dapat

dikembangkan melalui empat tahap Keempat tahap ini oleh Daniel Goleman disebut anatomi

22

Nurhadi Pendekatan Kontekstual (Malang Universitas Negeri Malang 2002) Cet I h 4 23

Abdul Rahman Shaleh Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta

Rajawali Pers 2005) Cet I h 158

11

momen kreatif24

Tahap pertama adalah persiapan yaitu proses pengumpulan berbagai

informasi untuk diuji Dalam tahap ini otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi

sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi Pengalaman hidup turut

menyumbang proses persiapan menjadi kreatif

Kedua inkubasi (disebut juga tahap istirahat) yaitu suatu rentang waktu untuk

merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis

tersebut rasional Hal ini antara lain dapat diperkuat dengan intuisi dan suara hati nurani

Dalam proses mengaitkan ide pikiran sebenarnya juga melakukan berbagai proses yaitu

menjajarkan memadukan memilah mengitari dan membayangkan ide

Ketiga illuminasi (pencerahan) Pengendapan informasi dan ―lamunan bahkan intuisi

akan membawa kepada pencerahan ketika secara seketika jawaban yang dicari datang

menemui pembelajar tanpa diketahui sumbernya Inilah tahapan yang biasanya memperoleh

limpahan perhatian Pembelajar mendapat inspirasi dan motivasi untuk menjawab tantangan

kreatif yang dihadapi25

Tahap lanjutannya adalah penerjemahan ketika pembelajar mengubah

wawasan menjadi tindakan

Keempat tahap pembuktianpelaksanaan (verifikasi) yaitu pengujian kembali hasil

hipotesis tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah rekomendasi Dalam tahap ini ada gagasan

berhasil dengan cepat sedang yang lain perlu waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan

Kemampuan dan keterampilan berpikir dibarengi hasrat kuat dan rasa gembira memainkan

peran penting dalam aktualisasi kreativitas

Selain itu Teresa M Amabile berpendapat bahwa proses pembelajaran kreatif itu

melalui lima tahap dan diibaratkan seperti orang membuat sop Kelima tahap dimaksud adalah

(1) tahap presentasi masalah (pembelajar menyadari adanya suatu masalah yang harus

dipelajari dan dicarikan solusinya (2) tahap persiapan (menyiapkan diri untuk belajar

menelaah bacaan yang relevan dengan masalah) (3) tahap penyimpulan gagasan (hasil

pembacaan biasa melahirkan gagasan sehingga ada titik simpul yang dapat dijadikan sebagai

inspirasi dan media pemecahan masalah (4) tahap validasi (aktualisasi gagasan dalam bentuk

tindakan dan karya kreatif) dan (5) tahap pengukuran hasil (evaluasi)26

Adapun strategi pembelajaran kreatif adalah (1) menyatu dengan masyarakat luas

termasuk berkolega dengan ilmuwan (2) merancang lingkungan yang bernilai tambah seperti

musik pencahayaan aroma warna yang indah dan menarik (3) mengembara keluar dari dunia

24

Daniel Goleman The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah Tempat Kerja

dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo (Bandung MLC 2005) Cet I h

30-37 25 Ayan Jordan E Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Yoour Creative Spirit and

Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan (Bandung Kaifa 2003) Cet V h 56 26

Lihat Teresa M Amabile Growing up Creative (New York Pinguin 1998)

12

sempit dengan belajar menemukan sudut pandang baru dan perenungan pribadi (4) menyulut

inspirasi dari permainan dan humor termasuk olah raga (5) mengembangkan daya pikir

dengan membaca kreatif menjelajahi toko buku dan dunia maya (6) menggemari kesenian

dan memaknai musik dalam jiwa kreatif (7) menggeluti teknologi (8) menghadapi tantangan

dengan teknik berpikir ampuh (9) membebaskan alam kesadaran lain dengan

memvisualisasikan tantangan kreatif dan (10) menyatu dengan jiwa kreatif termasuk di dalam

berdolsquoa dan bermeditasi27

D Strategi Aplikasi CCTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Berdasarkan ulasan teoritik tersebut setidaknya ada 10 strategi atau langkah CCTL

yang perlu dipenuhi ketika diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab Kesepuluh syarat

dan rukun dimaksud adalah (1) perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab

(2) desain rencana dan kontrak pembelajaran bahasa Arab (3) pendekatan dan strategi

pembelajaran kontekstual dan kreatif (4) penciptaan suasana pembelajaran yang religius

nyaman menyenangkan dan partisipatoris (5) pengembangan sikap positif dan berpikir

kreatif (6) optimalisasi multi-intelegensi dalam proses pembelajaran bahasa Arab (7)

pengembangan minat dan tradisi membaca meneliti dan menulis dengan bahasa Arab (8)

kontekstualisasi substansi pembelajaran dengan masalah-masalah sosial yang aktual dalam

kehidupan siswamahasiswa (9) optimalisasi pendayagunaan media dan teknologi pendidikan

dan (10) penciptaan sistem evaluasi pembelajaran yang kreatif dan efektif28

Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dan kreatif dapat diorientasikan kepada

sebuah visi misi dan orientasi pembelajaran itu sendiri yaitu misalnya mendayagunakan

bahasa Arab secara optimal dalam pemahaman sumber-sumber ajaran Islam Dapat juga

dirumuskan ―Belajar bahasa Arab komunikatif sebagai media untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi Karenanya pembelajar yang kreatif akan berpikir bagaimana

memahami dan menguasai bahasa Arab ndashminimal pasifmdash dengan baik Bagaimana bahasa

Arab yang sudah dipahami itu dapat diaplikasikan dalam pemahaman literatur keislaman yang

berbahasa Arab dan juga menulis karya dalam bahasa Arab Bagaimana wujud pemahaman itu

dapat diaktualisasikan dalam bentuk produk pemikiran Bagaimana produk pemikiran itu

dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan dan seterusnya Jadi pembelajaran kontekstual

27

Muhammad Fauzicirc Abd al-Maqshucircd al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah Muawwiqacirct wa

Acircliyacirct al-Muwacircjahah (Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah 2004) h 28

Kesepuluh ―syarat dan rukun tersebut diabstraksikan dari pemaduan model pembelajaran

kontekstual dan kreatif dan juga diperkuat dengan teori-teori linguistik dan psikologi belajar

Mengenai teori-teori dimaksud lihat Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm al-Ushailicirc al-Nazhariyyacirct al-

Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah (Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah 1999)

13

dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan

kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara

tuntas dan kreatif

Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan

melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)

tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29

Pada tahap pertama

pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti

simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua

pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara

berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat

sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan

tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati

struktur dan sistem bahasa Arab

Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang

kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu

ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa

Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan

pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan

dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran

bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian

besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab

sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi

motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30

Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu

dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan

posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam

belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar

bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta

Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab

yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa

Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-

29

Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc

(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30

Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa

belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa

Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan

akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang

ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)

14

wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31

dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru

bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat

menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan

alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut

memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan

memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara

aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran

bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan

lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan

untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab

Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh

bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan

derivasi)32

Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan

pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak

sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus

dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan

untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai

struktur kalimat

Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif

dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya

Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di

beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi

tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan

dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk

mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain

yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya

الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2

Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau

mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak

31

Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function

interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)

imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad

Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc

(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32

Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-

Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45

15

berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung

dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat

mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu

dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh

orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat

dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik

(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar

berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual

CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar

yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif

maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa

Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa

Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan

mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini

masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua

Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap

masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33

Penentuan

masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan

membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu

mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga

pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak

khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka

yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil

memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana

33

Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub

2006) Cet I h 34

16

pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah

dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan

dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau

majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah

E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL

Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab

ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-

linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu

1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa

Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam

mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang

profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa

Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik

untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan

dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas

belajar yang kontektual dan menyenangkan

2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab

keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang

menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan

(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa

butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai

3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran

bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)

Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan

sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang

kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk

memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya

sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional

4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga

pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan

berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan

hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini

adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin

untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta

17

didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya

dalam mempraktikkan bahasa Arab34

5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa

Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa

dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap

pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini

berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai

macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris

misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada

Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia

Mesir Syria dan sebagainya

6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku

bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur

tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih

mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur

Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan

―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada

pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi

akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan

penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku

(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya

7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari

dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung

kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada

umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan

daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin

berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja

keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi

pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau

belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa

Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke

arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola

atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya

34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab

―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab

dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta

Desember 2005

18

F Penutup

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan

masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa

pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak

semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa

Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan

atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu

dicarikan solusinya secara lebih dini

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam

pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya

tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang

jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam

pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula

penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi

pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki

kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan

kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi

bahasa Arab yang efektif

Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang

mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber

lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua

pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga

pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa

asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan

Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di

Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab

yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang

dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada

konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif

senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam

mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk

dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif

model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb

19

Daftar Pustaka

Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah

Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah

Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam

Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika

Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember

2005

Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative

Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa

Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group

of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7

DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari

Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa

Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka

Cipta

Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson

Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah

Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo

Bandung MLC

Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-

Mishriyyah

Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I

Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura

Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-

Kutub

Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos

Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc

Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo

Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc

Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois

Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002

Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang

Depdiknas

Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara

Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II

Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa

Jakarta Rajawali Pers 2005

Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A

Simon amp Schuster Company

Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam

Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta

No 9 Oktober 2002

Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin

20

Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco

Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-

Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah

Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi

Yogyakarta CTSD

Page 3: CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31703/3/MUHBIB... · CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING (CCTL) DALAM

3

(motivating) yang kuat dan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan

sehingga peserta didik dapat belajar secara efektif kontekstual dan kreatif

Model-model pembelajaran yang sudah ada tentu tidak luput dari kelemahan Karena

itu Contextual and Creative Teaching and Learning (CCTL) dipandang sebagai model

pembelajaran alternatif Pembelajaran kontekstual dan kreatif ini diasumsikan tidak hanya

potensial memandirikan mahasiswa melainkan juga menumbuhkan kreativitas dalam belajar

transformasi proses kreatif sehingga segenap potensi dan kompetensi mahasiswa dapat

dioptimalkan Model pembelajaran ini mengandaikan akselerasi pemerolehan informasi ilmu

keterampilan penciptaan suasana religius yang menyenangkan transformatif serta bermuara

pada pengembangan kompetensi berekspresi meneliti dan menulis karya ilmiah Model ini

diasumsikan dapat menumbuhkan tradisi intelektualisme dan profesionalisme yang kreatif dan

produktif sehingga pada gilirannya diharapkan dapat menjadi salah satu faktor pendukung

dalam realisasi universitas riset Menurut penulis indikator terwujudnya universitas riset ndash

yang dicita-citakan oleh UIN Jakarta- adalah meningkatnya baik kuantitas maupun kualitas

hasil penelitian yang dilakukan oleh sivitas akademika banyak karya ilmiah yang diterbitkan

baik dalam bentuk buku maupun artikel yang dimuat dalam jurnal nasional maupun

internasional Untuk mencapai cita-ideal tersebut mutlak diperlukan adanya model

pembelajaran kontekstual dan kreatif

Tulisan ini berusaha menjawab bagaimana aplikasi model contextual and creative

teaching and learning (CCTL) dalam pembelajaran bahasa Arab Faktor apa saja yang

mempengaruhi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab tersebut Dan mengapa

model CCTL perlu dikembangkan dan diorientasikan kepada pembelajaran bahasa Arab

B Konsep Pembelajaran Sebuah Kerangka Teoritik

1 Pengertian Belajar

Usia pendidikan dan pembelajaran diyakini sudah setua usia perabadan manusia karena

hakekat hidup ini adalah belajar Semua proses yang dilalui manusia dalam hidup merupakan

proses pembelajaran Manusia adalah makhluk pembelajar Manusia belajar untuk hidup

Tanpa belajar hidup tak bernilai dan peradaban tidak akan pernah berkembang maju3

Banyak pengertian belajar diberikan oleh para ahli Menurut sebuah situs internet

wwwemtechnetlearning teories jumlah teori belajar saat ini lebih dari 70 teori antara lain

Behaviorism Theory Cognitivism Theory Gestalt Theory Social Learning Theory Situated

Learning Constructivism Cooperative Learning Mastery Learning Active Learning

Accelerated Learning dan sebagainya

3 Ahmad Zakicirc Shacirclih lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc (Kairo Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyyah 1988) Cet

X h 296

4

Behaviorisme mendefinisikan belajar sebagai proses pemberian respon terhadap

stimulus Sementara Morgan (1978) menyatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang

relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman

Belajar berarti mendayagunakan potensi (fisik intelektual emosional moral dan spiritual)

menuju suatu pemahaman dan perubahan sikap perilaku dan kepribadian4

Belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik dalam membangun makna atau

pemahaman Karena itu belajar harus bermakna dan memberikan peningkatan pemahaman

peserta didik terhadap apa yang dipelajarinya Ada beberapa prinsip yang dapat dijadikan

sebagai pedoman dalam belajar yang bermakna yaitu (1) berpusat kepada peserta didik (2)

belajar dengan melakukan (learning by doing) (3) mengembangkan kemampuan sosial (4)

mengembangkan keingintahuan (curiosity) imajinasi dan fitrah bertuhan (5)

mengembangkan keterampilan dalam pemecahan masalah (6) mengembangkan kreativitas

peserta didik (7) mengembangkan kemampuan dalam menggunakan ilmu pengetahuan dan

teknologi (8) menumbuhkan kesadaran kebangsaan sebagai warga negara yang baik (9)

belajar sepanjang hayat dan (10) perpaduan kompetisi kerjasama dan solidaritas5

Robert M Gagne membedakan pola-pola belajar ke delapan tipe di mana yang satu

merupakan prasyarat bagi lainnya Delapan tipe belajar dimaksud adalah (1) belajar isyarat

(signal learning) (2) belajar stimulus-respon (stimulus-response learning) (3) perangkaian

(chaining) (4) asosiasi verbal (verbal association) (5) belajar diskriminasi (discrimination

learning) (6) belajar konsep (concept learning) (7) belajar aturan (rule learning) dan (8)

pemecahan masalah (problem solving)6 Kedelapan pola belajar ini menunjukkan hirarki

perkembangan psikologis mental intelektual dan sosial pembelajar

Pembelajaran tidak sama dengan pelatihan dan pengajaran karena pembelajaran

merupakan proses menjadi sedangkan pelatihan belajar melakukan dan pengajaran adalah

belajar mengetahui Tujuan pembelajaran adalah membentuk watak mendewasakan penalaran

dan pemikiran memandirikan sikap memerdekakan dan memberdayakan sementara tujuan

pelatihan adalah membentuk perilaku dan menerampilkan sedangkan tujuan pengajaran

adalah membentuk konsep dan mentransfer ilmu7 Pembelajaran merupakan upaya sistematis

dalam mengoptimalkan potensi manusia baik aspek kognitif afektif maupun psikomotorik

sosial dan spiritualnya sehingga peserta menjadi manusia dewasa dan memiliki integritas

keilmuan maupun moral

4 Ahmad Zakicirc Shacirclih lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc hellip h 380

5 Puskur Balitbang Depdiknas Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar (Jakarta Balitbang Depdiknas

2002) h 1-3 6 Saeful Bahri Djamarah dan Aswan Zain Strategi Belajar Mengajar (Jakarta Rineka Cipta 2002 dan

Robert M Gagne Condition of Learning (New York Holt Rinehart and Winson 1989) 7 Andreas Harefa Pembelajaran di Era Serba Otonomi (Jakarta Harian Kompas 2001) Cet I h 63-64

5

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan

sebuah proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang bertujuan untuk

pembentukan kepribadian dan kompetensi peserta didik sehingga memiliki kemampuan untuk

melakukan perubahan dan peningkatan kualitas hidup Pembelajaran tidak sekedar transfer

pengetahuan atau informasi melainkan juga penanaman nilai pembentukan sikap positif dan

penerampilan kecakapan-kecakapan profesional untuk kepentingan hidupnya (life skill) serta

kedewasaan berperilaku

2 Model Pembelajaran

Ernest Chang dan Don Simpson menawarkan model pembelajaran the circle of learning

individual and group process Model ini merupakan pengembangan dari model pembelajaran

tradisional yang lebih banyak menekankan pada tanggung jawab individual dalam proses

pembelajaran Pembelajaran dapat berlangsung tidak hanya tanggung jawab individual akan

tetapi dapat berbentuk kolaboratif melalui proses kehidupan kelompok Model ini

mendasarkan pada paradigma hubungan antara aktivitas dan orientasi Dalam proses

pembelajaran ada dua dimensi yaitu aktivitas pembelajaran dan orientasi proses Dari dimensi

aktivitas pembelajaran ada aktivitas yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan ada aktivitas yang

harus dilakukan bersama kelompok sebaya Dari dimensi orientasi proses ada proses

pembelajaran individu sebagai fokus dan ada proses pembelajaran kelompok sebagai fokus8

Hubungan dua dimensi itu menghasilkan lima pola atau model pembelajaran yaitu (1)

ceramah tradisional (traditional lectures) (2) belajar mandiri (self study) (3) pembelajaran

berbarengan (concurrent learning) (4) pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) dan

(5) pembelajaran aktif (active learning)9 Masing-masing memiliki karakteristik dan pola

tersendiri

Pertama model pembelajaran dengan ceramah Strategi pembelajaran dengan model

ceramah bercirikan (1) mendengarkan penjelasan pengajar (2) kegiatan dan lingkungan

dikendalikan oleh pengajar (3) pengetahuan yang diperoleh tergantung pada penangkapan

pembicaraan pengajar (4) sedikit dukungan teknologi dan (5) berlangsung dalam suasana

otoriter Model ini dinilai sangat tradisional karena pembelajaran berpusat pada satu sumber

yaitu pengajar10

Model ini kurang memberdayakan kompetensi pembelajar karena gurudosen

masih terlalu ―dominan sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan sementara peserta

8 Lihat Ernest Chang amp Don Simpson ―The Circle of Learning Individual and Group of

Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7 1997 9 Ernest Chang amp Don Simpson ―The Circlehellip ibid

10Lihat Mohammad Surya Tantangan Pembelajaran di Era Millenium dalam Jurnal

Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta No 9 Oktober 2002

6

didik kurang mandiri dalam mencari dan mengembangkan pengetahuannya Peserta didik

kurang dilatih untuk bersikap kritis dan partisipatif dalam belajar

Kedua model belajar mandiri Dalam model ini strategi pembelajaran dilakukan secara

mandiri oleh pembelajar dalam keseluruhan aktivitasnya Ciri-ciri model ini adalah (1)

berfokus pada pemikiran sendiri (2) prosesnya diarahkan sendiri (3) isi pengetahuan berupa

refleksi dan integrasi (4) menggunakan multimedia (5) penghargaan diri secara otonom

Model ini menuntut disiplin diri yang kuat dari pembelajar11

Motivasi pembelajar harus kuat

dan stabil agar pencapaian tujuan pembelajaran optimal

Ketiga model pembelajaran berbarengan Pembelajaran dengan model ini pada dasarnya

dilakukan atas tanggung jawab pembelajar sendiri namun dalam suasana berbarengan dengan

yang lain dan saling berinteraksi Ciri utama model ini adalah (1) dilakukan secara

partisipatif (2) dalam satu forum terbuka (3) dalam suasana saling menghargai (4) perspektif

terhadap materi dapat berbeda-beda (5) suasana demokratis dan didukung oleh teknologi

informasi12

Model pembelajaran ini memungkinkan peserta didik untuk terampil

mengekspresikan pendapatnya dan mempunyai sikap toleran dalam perbedaan pemahaman

dan pendapat

Keempat model pembelajaran kolaboratif Pembelajaran dilakukan dalam bentuk

kolaboratif (kerja sama) antar pembelajar dalam satu tim Karakteristik utama model ini

adalah (1) dilakukan melalui satu bentuk kerja sama (2) untuk mendapatkan konsensus (3)

adanya berbagai pemahaman nilai dan (4) adanya keputusan yang dibuat bersama atas dasar

nilai yang disepakati bersama Model ini cenderung demokratis dan dapat menumbuhkan

kebersamaan13

Hanya saja jika tidak dibimbing dan diarahkan oleh tenaga pendidik yang

profesional model ini akan mengalami disorientasi kehilangan arah dan akibatnya tujuan

pembelajaran tidak tercapai secara optimal

Kelima model pembelajaran aktif (active learning) merupakan model pembelajaran

yang meniscayakan dinamika interaktif antara pembelajar dan gurudosen Pembelajaran aktif

adalah pembelajaran yang mengajak siswamahasiswa untuk belajar secara aktif Ketika

belajar secara aktif berarti siswamahasiswa mendominasi aktivitas pembelajaran Dengan ini

mereka secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi kuliah

memecahkan persoalan atau mengaplikasikan hal baru yang mereka pelajari ke dalam suatu

persoalan yang ada dalam kehidupan nyata Belajar aktif sangat dibutuhkan oleh

siswamahasiswa untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal

11

Mohammad Surya Tantanganhellip ibid 12

Mohammad Surya Tantanganhellip ibid 13

Mohammad Surya Tantanganhellip Bandingkan dengan Anita Lie Cooperative Learning

Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas (Jakarta Grasindo 2002)

7

Belajar aktif adalah suatu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian

menyimpannya dalam otak Belajar aktif memungkinkan siswamahasiswa yang memiliki

learning style (gaya belajar) yang bervariasi dapat disinergikan dan dikolaborasikan satu sama

lain14

Menurut Silberman banyak strategi yang dapat dilakukan untuk menciptakan

pembelajaran aktif Di antaranya adalah (1) learning starts with question (belajar dimulai

dengan pertanyaan) (2) reading guide (membaca buku petunjuk) (3) Information search

(mencari informasi) (4) Critical incident (kejadian penting) (5) Everyone is teacher here

(setiap orang adalah guru dalam forum ini) (6) Jigsaw learning (pembelajaran ala Jigsaw) (7)

the Power of two (kekuatan berpasangan) (8) snowballing (belajar ala bola salaju) (9)

Brainstorming (curah gagasan) (10) Active debate (debat aktif) (11) Synergic teaching

(pengajaran bersinergi) (12) Role playing (bermain peran) dan (12) Concept mapping (peta

konsep atau pemetaan konsep)15

Selain kelima model tersebut ada pula model quantum learning Model ini pada

mulanya dicetuskan oleh Dr Georgi Lazanov Pembelajaran model ini didasarkan pada prinsip

bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi situasi belajar Melalui suggestology

pemercepatan belajar (accelarated learning) dapat dilakukan dengan dibarengi suasana penuh

kegembiraan Untuk menumbuhkan sugesti belajar positif dapat ditempuh melalui teknik

seperti memberikan kenyamanan meningkatkan partisipasi individu dan menghadirkan seni16

Model ini mensyaratkan lingkungan pembelajaran yang aman nyaman menggembirakan (ada

musiknya ruang belajar yang menarik dilengkapi gambar warna-warni ilustrasi peta dsb)

positif dan dilakukan dengan metode berupa mencontohkan permainan simulasi dan

simbol

3 Pembelajaran Kontekstual

Elaine B Johnson mendeskripsikan Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai

suatu sistem pembelajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa pembelajar akan belajar

apabila mereka menemukan makna dalam materi akademispelajaran dan apabila mereka dapat

mengaitkan sebuah informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka

dapatkan sebelumnya Dalam hal ini beliau menyatakan ―The CTL system is an educational

process that aims to help students see meaning in the academic material they are studying by

14

Hisyam Zaini dkk Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi (Yogyakarta CTSD

2002) h xii-xv 15

Mel Silberman manawarkan 101 strategi belajar aktif Penjelasan rincinya lihat Mel

Silberman Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects (Massachusetts A Simon amp

Schuster Company 1996) 16

Bobbi DePotter dan Mike Hernacki Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan

Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo

(Bandung Kaifa 1999) h 14-16

8

connecting academic subjects with the context of their daily lives that is with the context of

their personal sosial and cultural circumstances To achieve this aim the system

encompasses certain components17

Pendekatan kontekstual merupakan suatu sistem pembelajaran dalam suatu proses

pendidikan yang bertujuan untuk membantu peserta didik dengan mengaitkan materi pelajaran

dengan situasi dan kondisi personal sosial dan kultural mereka Pengaitan ini tentu saja

dimaksudkan agar materi pembelajaran tidak kehilangan relevansi dengan kehidupan peserta

didik dan perkembangan sosial yang ada

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong

mereka membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari Dengan kata lain CTL merupakan konsep pembelajaran yang

menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta

didik secara nyata sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan

kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari18

Asumsinya adalah bahwa jika peserta

didik kembali ke masyarakat maka ia dapat menjadikan apa yang pernah diperolehnya dalam

proses pembelajaran sebagai bekal dan keterampilan hidupnya

Johnson menyebutkan adanya delapan komponen yang tercakup dalam sistem

pendidikan yang menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL Kedelapan komponen

tersebut adalah (1) making meaningfull connections atau membuat kaitan yang bermakna (2)

doing significant work atau melakukan karya yang berarti (3) self-regulated learning atau

belajar dengan kontrol pribadi (4) collaborating atau bekerjasama (5) critical and creative

thinking atau berpikir kritis dan kreatif (6) nurturing the individual atau memupuk bakat

individu (7) reaching high standard atau mencapai standar yang cukup tinggi serta (8) using

authentic assessment atau menggunakan penilaian sebenarnya19

Sementara itu tim C-Star dari University of Washington memiliki pendapat serupa

meskipun beberapa dengan istilah yang sedikit berbeda dari yang dikemukakan oleh Johson

tersebut Tim ini menyebutkan adanya tujuh komponen utama CTL yang apabila diterapkan

ketujuhnya maka sebuah kelas dapat dikatakan menggunakan pendekatan CTL Ketujuh

komponen tersebut adalah (1) konstruktivisme (constructivism) (2) menemukan (inquiry) (3)

bertanya (questioning) (4) masyarakat belajar (learning community) (5) pemodelan

17

Elaine B Johnson Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos Here to Stay

(Thousand Oaks Corwin Press Inc 2002) p 25 18

E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 102 19

Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24

9

(modeling) (6) refleksi (reflection) serta (7) penilaian yang sebenarnya (authentic

assessment)20

Komponen pertama konstruktivisme (constructivism) merupakan pemikiran filosofis

yang mengasumsikan bahwa pengetahuan diperoleh dan dibangun manusia sedikit demi

sedikit kemudian hasilnya diperluas atau diperdalam melalui konteks yang terbatas dan

bukannya terjadi secara tiba-tiba (in a sudden) Sedangkan Menemukan (Inquiry) merupakan

suatu siklus pemerolehan pengetahuan yang terdiri dari langkah-langkah observasi bertanya

mengajukan dugaan pengumpulan data dan penyimpulan Bertanya (Questioning)

merupakan strategi utama yang bagi guru merupakan kegiatan untuk mendorong

membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sementara bagi siswa bertanya

merupakan bagian penting untuk menggali informasi mengkonfirmasi pengetahuan dan

mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui

Komponen keempat adalah Masyarakat Belajar (Learning Community) yakni situasi

yang diciptakan berdasarkan konsep yang menyarankan agar proses dan hasil pembelajaran

diperoleh dari bekerjasama (collaborating) dengan orang lain baik itu kerjasama siswa-siswa

siswa-pengajar maupun siswa-ahli Dalam Pemodelan (Modeling) pengajar (meskipun

kadang melibatkan siswa) memberi contoh mempresentasikan atau mendemonstrasikan

tentang cara bekerja sesuatu sebelum siswa mengerjakan tugas Sedangkan Refleksi

(Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang

(thinking back) tentang hal-hal yang sudah kita lakukan di masa lalu Refleksi merupakan

respon terhadap kejadian aktifitas maupun pengetahuan yang baru diterima Adapun

Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data

yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan

nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran

Pendekatan kontekstual merupakan pilihan strategi pembelajaran yang berpihak pada

dan memberdayakan siswa CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan

menyenangkan karena pembelajaran dilakukan secara alamiah sehingga peserta didik dapat

mempraktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya Pembelajaran kontekstual

mendorong peserta didik memahami hakekat makna dan manfaat belajar sehingga

memungkinkan rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar bahkan kecanduan belajar21

Dalam pembelajaran kontekstual tugas gurudosen adalah memberikan kemudahan

belajar kepada peserta didik dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang

memadai Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan tetapi

juga mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik

20

Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24 21

E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 103

10

belajar Lingkungan belajar yang kondusif sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan

keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan

Signifikansi lingkungan pembelajaran tampak pada hal-hal berikut (a) belajar efektif itu

dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik (b) pembelajaran harus

berpusat pada ˝bagaimana cara― peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka

Strategi belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya dan (c) umpan balik sangat penting bagi

peserta didik yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar dan (d)

menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting22

Jadi

kontekstualisasi pembelajaran diorientasikan kepada pemandirian peserta didik dalam

mengembangkan kompetensi dan kemampuannya untuk memecahkan masalah Belajar

memecahkan masalah mendorong peserta didik untuk mencari informasi atau melakukan

investigasi

4 Pembelajaran Kreatif

Pembelajaran kreatif mengharuskan tenaga pendidik dapat memunculkan kreativitas

peserta didik dalam kelas baik kreativitas berpikir maupun kreativitas dalam melakukan

sesuatu Kreativitas berpikir merupakan kemampuan imajinatif tetapi rasional Berpikir kreatif

berawal dari berpikir kritis yaitu menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya belum

ada atau memperbaiki seseuatu yang sebelumnya tidak baik23

Pembelajaran kreatif adalah

pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas dengan cara memanfaatkan

segenap potensi dan multi-kecerdasan yang dimiliki peserta didik secara maksimal Secara

implisit pembelajaran ini mengandung muatan baru yang disesuaikan dengan keadaan

terutama dalam penyajiannya yang lebih inovatif

Bila di dalam ruangan kelas tidak tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai guru

bisa memanfaatkan fasilitas yang ada termasuk mengeksploitasi secara maksimal alam

lingkungan di sekitarnya Dengan demikian pembelajaran ini mampu beradaptasi dengan

berbagai macam situasi dan keadaan sehingga bisa dilakukan di mana dan kapan saja

Karakter pembelajaran kreatif itu sangat fleksibel dan bergantung pada guru sang

kreator Ini menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut akan dapat disajikan oleh guru-guru

yang memiliki kreativitas tinggi Unsur kreativitas yang dipertaruhkan di sini pada dasarnya

dimiliki oleh setiap orang Orang-orang yang memiliki kreativitas tinggi biasanya dapat

memelihara unsur tersebut dengan baik begitu pun sebaliknya Pembelajaran kreatif dapat

dikembangkan melalui empat tahap Keempat tahap ini oleh Daniel Goleman disebut anatomi

22

Nurhadi Pendekatan Kontekstual (Malang Universitas Negeri Malang 2002) Cet I h 4 23

Abdul Rahman Shaleh Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta

Rajawali Pers 2005) Cet I h 158

11

momen kreatif24

Tahap pertama adalah persiapan yaitu proses pengumpulan berbagai

informasi untuk diuji Dalam tahap ini otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi

sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi Pengalaman hidup turut

menyumbang proses persiapan menjadi kreatif

Kedua inkubasi (disebut juga tahap istirahat) yaitu suatu rentang waktu untuk

merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis

tersebut rasional Hal ini antara lain dapat diperkuat dengan intuisi dan suara hati nurani

Dalam proses mengaitkan ide pikiran sebenarnya juga melakukan berbagai proses yaitu

menjajarkan memadukan memilah mengitari dan membayangkan ide

Ketiga illuminasi (pencerahan) Pengendapan informasi dan ―lamunan bahkan intuisi

akan membawa kepada pencerahan ketika secara seketika jawaban yang dicari datang

menemui pembelajar tanpa diketahui sumbernya Inilah tahapan yang biasanya memperoleh

limpahan perhatian Pembelajar mendapat inspirasi dan motivasi untuk menjawab tantangan

kreatif yang dihadapi25

Tahap lanjutannya adalah penerjemahan ketika pembelajar mengubah

wawasan menjadi tindakan

Keempat tahap pembuktianpelaksanaan (verifikasi) yaitu pengujian kembali hasil

hipotesis tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah rekomendasi Dalam tahap ini ada gagasan

berhasil dengan cepat sedang yang lain perlu waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan

Kemampuan dan keterampilan berpikir dibarengi hasrat kuat dan rasa gembira memainkan

peran penting dalam aktualisasi kreativitas

Selain itu Teresa M Amabile berpendapat bahwa proses pembelajaran kreatif itu

melalui lima tahap dan diibaratkan seperti orang membuat sop Kelima tahap dimaksud adalah

(1) tahap presentasi masalah (pembelajar menyadari adanya suatu masalah yang harus

dipelajari dan dicarikan solusinya (2) tahap persiapan (menyiapkan diri untuk belajar

menelaah bacaan yang relevan dengan masalah) (3) tahap penyimpulan gagasan (hasil

pembacaan biasa melahirkan gagasan sehingga ada titik simpul yang dapat dijadikan sebagai

inspirasi dan media pemecahan masalah (4) tahap validasi (aktualisasi gagasan dalam bentuk

tindakan dan karya kreatif) dan (5) tahap pengukuran hasil (evaluasi)26

Adapun strategi pembelajaran kreatif adalah (1) menyatu dengan masyarakat luas

termasuk berkolega dengan ilmuwan (2) merancang lingkungan yang bernilai tambah seperti

musik pencahayaan aroma warna yang indah dan menarik (3) mengembara keluar dari dunia

24

Daniel Goleman The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah Tempat Kerja

dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo (Bandung MLC 2005) Cet I h

30-37 25 Ayan Jordan E Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Yoour Creative Spirit and

Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan (Bandung Kaifa 2003) Cet V h 56 26

Lihat Teresa M Amabile Growing up Creative (New York Pinguin 1998)

12

sempit dengan belajar menemukan sudut pandang baru dan perenungan pribadi (4) menyulut

inspirasi dari permainan dan humor termasuk olah raga (5) mengembangkan daya pikir

dengan membaca kreatif menjelajahi toko buku dan dunia maya (6) menggemari kesenian

dan memaknai musik dalam jiwa kreatif (7) menggeluti teknologi (8) menghadapi tantangan

dengan teknik berpikir ampuh (9) membebaskan alam kesadaran lain dengan

memvisualisasikan tantangan kreatif dan (10) menyatu dengan jiwa kreatif termasuk di dalam

berdolsquoa dan bermeditasi27

D Strategi Aplikasi CCTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Berdasarkan ulasan teoritik tersebut setidaknya ada 10 strategi atau langkah CCTL

yang perlu dipenuhi ketika diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab Kesepuluh syarat

dan rukun dimaksud adalah (1) perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab

(2) desain rencana dan kontrak pembelajaran bahasa Arab (3) pendekatan dan strategi

pembelajaran kontekstual dan kreatif (4) penciptaan suasana pembelajaran yang religius

nyaman menyenangkan dan partisipatoris (5) pengembangan sikap positif dan berpikir

kreatif (6) optimalisasi multi-intelegensi dalam proses pembelajaran bahasa Arab (7)

pengembangan minat dan tradisi membaca meneliti dan menulis dengan bahasa Arab (8)

kontekstualisasi substansi pembelajaran dengan masalah-masalah sosial yang aktual dalam

kehidupan siswamahasiswa (9) optimalisasi pendayagunaan media dan teknologi pendidikan

dan (10) penciptaan sistem evaluasi pembelajaran yang kreatif dan efektif28

Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dan kreatif dapat diorientasikan kepada

sebuah visi misi dan orientasi pembelajaran itu sendiri yaitu misalnya mendayagunakan

bahasa Arab secara optimal dalam pemahaman sumber-sumber ajaran Islam Dapat juga

dirumuskan ―Belajar bahasa Arab komunikatif sebagai media untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi Karenanya pembelajar yang kreatif akan berpikir bagaimana

memahami dan menguasai bahasa Arab ndashminimal pasifmdash dengan baik Bagaimana bahasa

Arab yang sudah dipahami itu dapat diaplikasikan dalam pemahaman literatur keislaman yang

berbahasa Arab dan juga menulis karya dalam bahasa Arab Bagaimana wujud pemahaman itu

dapat diaktualisasikan dalam bentuk produk pemikiran Bagaimana produk pemikiran itu

dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan dan seterusnya Jadi pembelajaran kontekstual

27

Muhammad Fauzicirc Abd al-Maqshucircd al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah Muawwiqacirct wa

Acircliyacirct al-Muwacircjahah (Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah 2004) h 28

Kesepuluh ―syarat dan rukun tersebut diabstraksikan dari pemaduan model pembelajaran

kontekstual dan kreatif dan juga diperkuat dengan teori-teori linguistik dan psikologi belajar

Mengenai teori-teori dimaksud lihat Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm al-Ushailicirc al-Nazhariyyacirct al-

Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah (Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah 1999)

13

dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan

kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara

tuntas dan kreatif

Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan

melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)

tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29

Pada tahap pertama

pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti

simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua

pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara

berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat

sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan

tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati

struktur dan sistem bahasa Arab

Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang

kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu

ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa

Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan

pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan

dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran

bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian

besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab

sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi

motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30

Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu

dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan

posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam

belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar

bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta

Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab

yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa

Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-

29

Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc

(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30

Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa

belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa

Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan

akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang

ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)

14

wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31

dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru

bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat

menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan

alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut

memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan

memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara

aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran

bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan

lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan

untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab

Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh

bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan

derivasi)32

Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan

pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak

sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus

dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan

untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai

struktur kalimat

Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif

dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya

Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di

beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi

tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan

dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk

mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain

yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya

الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2

Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau

mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak

31

Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function

interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)

imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad

Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc

(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32

Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-

Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45

15

berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung

dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat

mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu

dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh

orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat

dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik

(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar

berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual

CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar

yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif

maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa

Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa

Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan

mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini

masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua

Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap

masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33

Penentuan

masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan

membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu

mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga

pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak

khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka

yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil

memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana

33

Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub

2006) Cet I h 34

16

pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah

dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan

dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau

majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah

E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL

Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab

ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-

linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu

1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa

Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam

mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang

profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa

Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik

untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan

dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas

belajar yang kontektual dan menyenangkan

2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab

keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang

menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan

(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa

butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai

3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran

bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)

Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan

sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang

kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk

memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya

sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional

4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga

pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan

berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan

hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini

adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin

untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta

17

didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya

dalam mempraktikkan bahasa Arab34

5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa

Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa

dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap

pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini

berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai

macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris

misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada

Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia

Mesir Syria dan sebagainya

6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku

bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur

tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih

mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur

Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan

―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada

pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi

akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan

penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku

(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya

7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari

dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung

kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada

umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan

daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin

berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja

keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi

pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau

belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa

Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke

arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola

atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya

34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab

―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab

dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta

Desember 2005

18

F Penutup

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan

masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa

pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak

semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa

Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan

atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu

dicarikan solusinya secara lebih dini

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam

pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya

tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang

jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam

pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula

penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi

pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki

kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan

kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi

bahasa Arab yang efektif

Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang

mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber

lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua

pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga

pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa

asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan

Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di

Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab

yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang

dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada

konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif

senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam

mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk

dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif

model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb

19

Daftar Pustaka

Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah

Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah

Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam

Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika

Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember

2005

Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative

Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa

Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group

of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7

DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari

Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa

Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka

Cipta

Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson

Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah

Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo

Bandung MLC

Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-

Mishriyyah

Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I

Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura

Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-

Kutub

Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos

Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc

Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo

Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc

Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois

Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002

Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang

Depdiknas

Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara

Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II

Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa

Jakarta Rajawali Pers 2005

Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A

Simon amp Schuster Company

Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam

Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta

No 9 Oktober 2002

Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin

20

Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco

Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-

Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah

Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi

Yogyakarta CTSD

Page 4: CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31703/3/MUHBIB... · CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING (CCTL) DALAM

4

Behaviorisme mendefinisikan belajar sebagai proses pemberian respon terhadap

stimulus Sementara Morgan (1978) menyatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang

relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman

Belajar berarti mendayagunakan potensi (fisik intelektual emosional moral dan spiritual)

menuju suatu pemahaman dan perubahan sikap perilaku dan kepribadian4

Belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik dalam membangun makna atau

pemahaman Karena itu belajar harus bermakna dan memberikan peningkatan pemahaman

peserta didik terhadap apa yang dipelajarinya Ada beberapa prinsip yang dapat dijadikan

sebagai pedoman dalam belajar yang bermakna yaitu (1) berpusat kepada peserta didik (2)

belajar dengan melakukan (learning by doing) (3) mengembangkan kemampuan sosial (4)

mengembangkan keingintahuan (curiosity) imajinasi dan fitrah bertuhan (5)

mengembangkan keterampilan dalam pemecahan masalah (6) mengembangkan kreativitas

peserta didik (7) mengembangkan kemampuan dalam menggunakan ilmu pengetahuan dan

teknologi (8) menumbuhkan kesadaran kebangsaan sebagai warga negara yang baik (9)

belajar sepanjang hayat dan (10) perpaduan kompetisi kerjasama dan solidaritas5

Robert M Gagne membedakan pola-pola belajar ke delapan tipe di mana yang satu

merupakan prasyarat bagi lainnya Delapan tipe belajar dimaksud adalah (1) belajar isyarat

(signal learning) (2) belajar stimulus-respon (stimulus-response learning) (3) perangkaian

(chaining) (4) asosiasi verbal (verbal association) (5) belajar diskriminasi (discrimination

learning) (6) belajar konsep (concept learning) (7) belajar aturan (rule learning) dan (8)

pemecahan masalah (problem solving)6 Kedelapan pola belajar ini menunjukkan hirarki

perkembangan psikologis mental intelektual dan sosial pembelajar

Pembelajaran tidak sama dengan pelatihan dan pengajaran karena pembelajaran

merupakan proses menjadi sedangkan pelatihan belajar melakukan dan pengajaran adalah

belajar mengetahui Tujuan pembelajaran adalah membentuk watak mendewasakan penalaran

dan pemikiran memandirikan sikap memerdekakan dan memberdayakan sementara tujuan

pelatihan adalah membentuk perilaku dan menerampilkan sedangkan tujuan pengajaran

adalah membentuk konsep dan mentransfer ilmu7 Pembelajaran merupakan upaya sistematis

dalam mengoptimalkan potensi manusia baik aspek kognitif afektif maupun psikomotorik

sosial dan spiritualnya sehingga peserta menjadi manusia dewasa dan memiliki integritas

keilmuan maupun moral

4 Ahmad Zakicirc Shacirclih lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc hellip h 380

5 Puskur Balitbang Depdiknas Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar (Jakarta Balitbang Depdiknas

2002) h 1-3 6 Saeful Bahri Djamarah dan Aswan Zain Strategi Belajar Mengajar (Jakarta Rineka Cipta 2002 dan

Robert M Gagne Condition of Learning (New York Holt Rinehart and Winson 1989) 7 Andreas Harefa Pembelajaran di Era Serba Otonomi (Jakarta Harian Kompas 2001) Cet I h 63-64

5

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan

sebuah proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang bertujuan untuk

pembentukan kepribadian dan kompetensi peserta didik sehingga memiliki kemampuan untuk

melakukan perubahan dan peningkatan kualitas hidup Pembelajaran tidak sekedar transfer

pengetahuan atau informasi melainkan juga penanaman nilai pembentukan sikap positif dan

penerampilan kecakapan-kecakapan profesional untuk kepentingan hidupnya (life skill) serta

kedewasaan berperilaku

2 Model Pembelajaran

Ernest Chang dan Don Simpson menawarkan model pembelajaran the circle of learning

individual and group process Model ini merupakan pengembangan dari model pembelajaran

tradisional yang lebih banyak menekankan pada tanggung jawab individual dalam proses

pembelajaran Pembelajaran dapat berlangsung tidak hanya tanggung jawab individual akan

tetapi dapat berbentuk kolaboratif melalui proses kehidupan kelompok Model ini

mendasarkan pada paradigma hubungan antara aktivitas dan orientasi Dalam proses

pembelajaran ada dua dimensi yaitu aktivitas pembelajaran dan orientasi proses Dari dimensi

aktivitas pembelajaran ada aktivitas yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan ada aktivitas yang

harus dilakukan bersama kelompok sebaya Dari dimensi orientasi proses ada proses

pembelajaran individu sebagai fokus dan ada proses pembelajaran kelompok sebagai fokus8

Hubungan dua dimensi itu menghasilkan lima pola atau model pembelajaran yaitu (1)

ceramah tradisional (traditional lectures) (2) belajar mandiri (self study) (3) pembelajaran

berbarengan (concurrent learning) (4) pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) dan

(5) pembelajaran aktif (active learning)9 Masing-masing memiliki karakteristik dan pola

tersendiri

Pertama model pembelajaran dengan ceramah Strategi pembelajaran dengan model

ceramah bercirikan (1) mendengarkan penjelasan pengajar (2) kegiatan dan lingkungan

dikendalikan oleh pengajar (3) pengetahuan yang diperoleh tergantung pada penangkapan

pembicaraan pengajar (4) sedikit dukungan teknologi dan (5) berlangsung dalam suasana

otoriter Model ini dinilai sangat tradisional karena pembelajaran berpusat pada satu sumber

yaitu pengajar10

Model ini kurang memberdayakan kompetensi pembelajar karena gurudosen

masih terlalu ―dominan sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan sementara peserta

8 Lihat Ernest Chang amp Don Simpson ―The Circle of Learning Individual and Group of

Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7 1997 9 Ernest Chang amp Don Simpson ―The Circlehellip ibid

10Lihat Mohammad Surya Tantangan Pembelajaran di Era Millenium dalam Jurnal

Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta No 9 Oktober 2002

6

didik kurang mandiri dalam mencari dan mengembangkan pengetahuannya Peserta didik

kurang dilatih untuk bersikap kritis dan partisipatif dalam belajar

Kedua model belajar mandiri Dalam model ini strategi pembelajaran dilakukan secara

mandiri oleh pembelajar dalam keseluruhan aktivitasnya Ciri-ciri model ini adalah (1)

berfokus pada pemikiran sendiri (2) prosesnya diarahkan sendiri (3) isi pengetahuan berupa

refleksi dan integrasi (4) menggunakan multimedia (5) penghargaan diri secara otonom

Model ini menuntut disiplin diri yang kuat dari pembelajar11

Motivasi pembelajar harus kuat

dan stabil agar pencapaian tujuan pembelajaran optimal

Ketiga model pembelajaran berbarengan Pembelajaran dengan model ini pada dasarnya

dilakukan atas tanggung jawab pembelajar sendiri namun dalam suasana berbarengan dengan

yang lain dan saling berinteraksi Ciri utama model ini adalah (1) dilakukan secara

partisipatif (2) dalam satu forum terbuka (3) dalam suasana saling menghargai (4) perspektif

terhadap materi dapat berbeda-beda (5) suasana demokratis dan didukung oleh teknologi

informasi12

Model pembelajaran ini memungkinkan peserta didik untuk terampil

mengekspresikan pendapatnya dan mempunyai sikap toleran dalam perbedaan pemahaman

dan pendapat

Keempat model pembelajaran kolaboratif Pembelajaran dilakukan dalam bentuk

kolaboratif (kerja sama) antar pembelajar dalam satu tim Karakteristik utama model ini

adalah (1) dilakukan melalui satu bentuk kerja sama (2) untuk mendapatkan konsensus (3)

adanya berbagai pemahaman nilai dan (4) adanya keputusan yang dibuat bersama atas dasar

nilai yang disepakati bersama Model ini cenderung demokratis dan dapat menumbuhkan

kebersamaan13

Hanya saja jika tidak dibimbing dan diarahkan oleh tenaga pendidik yang

profesional model ini akan mengalami disorientasi kehilangan arah dan akibatnya tujuan

pembelajaran tidak tercapai secara optimal

Kelima model pembelajaran aktif (active learning) merupakan model pembelajaran

yang meniscayakan dinamika interaktif antara pembelajar dan gurudosen Pembelajaran aktif

adalah pembelajaran yang mengajak siswamahasiswa untuk belajar secara aktif Ketika

belajar secara aktif berarti siswamahasiswa mendominasi aktivitas pembelajaran Dengan ini

mereka secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi kuliah

memecahkan persoalan atau mengaplikasikan hal baru yang mereka pelajari ke dalam suatu

persoalan yang ada dalam kehidupan nyata Belajar aktif sangat dibutuhkan oleh

siswamahasiswa untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal

11

Mohammad Surya Tantanganhellip ibid 12

Mohammad Surya Tantanganhellip ibid 13

Mohammad Surya Tantanganhellip Bandingkan dengan Anita Lie Cooperative Learning

Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas (Jakarta Grasindo 2002)

7

Belajar aktif adalah suatu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian

menyimpannya dalam otak Belajar aktif memungkinkan siswamahasiswa yang memiliki

learning style (gaya belajar) yang bervariasi dapat disinergikan dan dikolaborasikan satu sama

lain14

Menurut Silberman banyak strategi yang dapat dilakukan untuk menciptakan

pembelajaran aktif Di antaranya adalah (1) learning starts with question (belajar dimulai

dengan pertanyaan) (2) reading guide (membaca buku petunjuk) (3) Information search

(mencari informasi) (4) Critical incident (kejadian penting) (5) Everyone is teacher here

(setiap orang adalah guru dalam forum ini) (6) Jigsaw learning (pembelajaran ala Jigsaw) (7)

the Power of two (kekuatan berpasangan) (8) snowballing (belajar ala bola salaju) (9)

Brainstorming (curah gagasan) (10) Active debate (debat aktif) (11) Synergic teaching

(pengajaran bersinergi) (12) Role playing (bermain peran) dan (12) Concept mapping (peta

konsep atau pemetaan konsep)15

Selain kelima model tersebut ada pula model quantum learning Model ini pada

mulanya dicetuskan oleh Dr Georgi Lazanov Pembelajaran model ini didasarkan pada prinsip

bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi situasi belajar Melalui suggestology

pemercepatan belajar (accelarated learning) dapat dilakukan dengan dibarengi suasana penuh

kegembiraan Untuk menumbuhkan sugesti belajar positif dapat ditempuh melalui teknik

seperti memberikan kenyamanan meningkatkan partisipasi individu dan menghadirkan seni16

Model ini mensyaratkan lingkungan pembelajaran yang aman nyaman menggembirakan (ada

musiknya ruang belajar yang menarik dilengkapi gambar warna-warni ilustrasi peta dsb)

positif dan dilakukan dengan metode berupa mencontohkan permainan simulasi dan

simbol

3 Pembelajaran Kontekstual

Elaine B Johnson mendeskripsikan Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai

suatu sistem pembelajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa pembelajar akan belajar

apabila mereka menemukan makna dalam materi akademispelajaran dan apabila mereka dapat

mengaitkan sebuah informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka

dapatkan sebelumnya Dalam hal ini beliau menyatakan ―The CTL system is an educational

process that aims to help students see meaning in the academic material they are studying by

14

Hisyam Zaini dkk Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi (Yogyakarta CTSD

2002) h xii-xv 15

Mel Silberman manawarkan 101 strategi belajar aktif Penjelasan rincinya lihat Mel

Silberman Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects (Massachusetts A Simon amp

Schuster Company 1996) 16

Bobbi DePotter dan Mike Hernacki Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan

Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo

(Bandung Kaifa 1999) h 14-16

8

connecting academic subjects with the context of their daily lives that is with the context of

their personal sosial and cultural circumstances To achieve this aim the system

encompasses certain components17

Pendekatan kontekstual merupakan suatu sistem pembelajaran dalam suatu proses

pendidikan yang bertujuan untuk membantu peserta didik dengan mengaitkan materi pelajaran

dengan situasi dan kondisi personal sosial dan kultural mereka Pengaitan ini tentu saja

dimaksudkan agar materi pembelajaran tidak kehilangan relevansi dengan kehidupan peserta

didik dan perkembangan sosial yang ada

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong

mereka membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari Dengan kata lain CTL merupakan konsep pembelajaran yang

menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta

didik secara nyata sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan

kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari18

Asumsinya adalah bahwa jika peserta

didik kembali ke masyarakat maka ia dapat menjadikan apa yang pernah diperolehnya dalam

proses pembelajaran sebagai bekal dan keterampilan hidupnya

Johnson menyebutkan adanya delapan komponen yang tercakup dalam sistem

pendidikan yang menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL Kedelapan komponen

tersebut adalah (1) making meaningfull connections atau membuat kaitan yang bermakna (2)

doing significant work atau melakukan karya yang berarti (3) self-regulated learning atau

belajar dengan kontrol pribadi (4) collaborating atau bekerjasama (5) critical and creative

thinking atau berpikir kritis dan kreatif (6) nurturing the individual atau memupuk bakat

individu (7) reaching high standard atau mencapai standar yang cukup tinggi serta (8) using

authentic assessment atau menggunakan penilaian sebenarnya19

Sementara itu tim C-Star dari University of Washington memiliki pendapat serupa

meskipun beberapa dengan istilah yang sedikit berbeda dari yang dikemukakan oleh Johson

tersebut Tim ini menyebutkan adanya tujuh komponen utama CTL yang apabila diterapkan

ketujuhnya maka sebuah kelas dapat dikatakan menggunakan pendekatan CTL Ketujuh

komponen tersebut adalah (1) konstruktivisme (constructivism) (2) menemukan (inquiry) (3)

bertanya (questioning) (4) masyarakat belajar (learning community) (5) pemodelan

17

Elaine B Johnson Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos Here to Stay

(Thousand Oaks Corwin Press Inc 2002) p 25 18

E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 102 19

Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24

9

(modeling) (6) refleksi (reflection) serta (7) penilaian yang sebenarnya (authentic

assessment)20

Komponen pertama konstruktivisme (constructivism) merupakan pemikiran filosofis

yang mengasumsikan bahwa pengetahuan diperoleh dan dibangun manusia sedikit demi

sedikit kemudian hasilnya diperluas atau diperdalam melalui konteks yang terbatas dan

bukannya terjadi secara tiba-tiba (in a sudden) Sedangkan Menemukan (Inquiry) merupakan

suatu siklus pemerolehan pengetahuan yang terdiri dari langkah-langkah observasi bertanya

mengajukan dugaan pengumpulan data dan penyimpulan Bertanya (Questioning)

merupakan strategi utama yang bagi guru merupakan kegiatan untuk mendorong

membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sementara bagi siswa bertanya

merupakan bagian penting untuk menggali informasi mengkonfirmasi pengetahuan dan

mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui

Komponen keempat adalah Masyarakat Belajar (Learning Community) yakni situasi

yang diciptakan berdasarkan konsep yang menyarankan agar proses dan hasil pembelajaran

diperoleh dari bekerjasama (collaborating) dengan orang lain baik itu kerjasama siswa-siswa

siswa-pengajar maupun siswa-ahli Dalam Pemodelan (Modeling) pengajar (meskipun

kadang melibatkan siswa) memberi contoh mempresentasikan atau mendemonstrasikan

tentang cara bekerja sesuatu sebelum siswa mengerjakan tugas Sedangkan Refleksi

(Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang

(thinking back) tentang hal-hal yang sudah kita lakukan di masa lalu Refleksi merupakan

respon terhadap kejadian aktifitas maupun pengetahuan yang baru diterima Adapun

Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data

yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan

nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran

Pendekatan kontekstual merupakan pilihan strategi pembelajaran yang berpihak pada

dan memberdayakan siswa CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan

menyenangkan karena pembelajaran dilakukan secara alamiah sehingga peserta didik dapat

mempraktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya Pembelajaran kontekstual

mendorong peserta didik memahami hakekat makna dan manfaat belajar sehingga

memungkinkan rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar bahkan kecanduan belajar21

Dalam pembelajaran kontekstual tugas gurudosen adalah memberikan kemudahan

belajar kepada peserta didik dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang

memadai Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan tetapi

juga mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik

20

Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24 21

E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 103

10

belajar Lingkungan belajar yang kondusif sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan

keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan

Signifikansi lingkungan pembelajaran tampak pada hal-hal berikut (a) belajar efektif itu

dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik (b) pembelajaran harus

berpusat pada ˝bagaimana cara― peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka

Strategi belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya dan (c) umpan balik sangat penting bagi

peserta didik yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar dan (d)

menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting22

Jadi

kontekstualisasi pembelajaran diorientasikan kepada pemandirian peserta didik dalam

mengembangkan kompetensi dan kemampuannya untuk memecahkan masalah Belajar

memecahkan masalah mendorong peserta didik untuk mencari informasi atau melakukan

investigasi

4 Pembelajaran Kreatif

Pembelajaran kreatif mengharuskan tenaga pendidik dapat memunculkan kreativitas

peserta didik dalam kelas baik kreativitas berpikir maupun kreativitas dalam melakukan

sesuatu Kreativitas berpikir merupakan kemampuan imajinatif tetapi rasional Berpikir kreatif

berawal dari berpikir kritis yaitu menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya belum

ada atau memperbaiki seseuatu yang sebelumnya tidak baik23

Pembelajaran kreatif adalah

pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas dengan cara memanfaatkan

segenap potensi dan multi-kecerdasan yang dimiliki peserta didik secara maksimal Secara

implisit pembelajaran ini mengandung muatan baru yang disesuaikan dengan keadaan

terutama dalam penyajiannya yang lebih inovatif

Bila di dalam ruangan kelas tidak tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai guru

bisa memanfaatkan fasilitas yang ada termasuk mengeksploitasi secara maksimal alam

lingkungan di sekitarnya Dengan demikian pembelajaran ini mampu beradaptasi dengan

berbagai macam situasi dan keadaan sehingga bisa dilakukan di mana dan kapan saja

Karakter pembelajaran kreatif itu sangat fleksibel dan bergantung pada guru sang

kreator Ini menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut akan dapat disajikan oleh guru-guru

yang memiliki kreativitas tinggi Unsur kreativitas yang dipertaruhkan di sini pada dasarnya

dimiliki oleh setiap orang Orang-orang yang memiliki kreativitas tinggi biasanya dapat

memelihara unsur tersebut dengan baik begitu pun sebaliknya Pembelajaran kreatif dapat

dikembangkan melalui empat tahap Keempat tahap ini oleh Daniel Goleman disebut anatomi

22

Nurhadi Pendekatan Kontekstual (Malang Universitas Negeri Malang 2002) Cet I h 4 23

Abdul Rahman Shaleh Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta

Rajawali Pers 2005) Cet I h 158

11

momen kreatif24

Tahap pertama adalah persiapan yaitu proses pengumpulan berbagai

informasi untuk diuji Dalam tahap ini otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi

sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi Pengalaman hidup turut

menyumbang proses persiapan menjadi kreatif

Kedua inkubasi (disebut juga tahap istirahat) yaitu suatu rentang waktu untuk

merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis

tersebut rasional Hal ini antara lain dapat diperkuat dengan intuisi dan suara hati nurani

Dalam proses mengaitkan ide pikiran sebenarnya juga melakukan berbagai proses yaitu

menjajarkan memadukan memilah mengitari dan membayangkan ide

Ketiga illuminasi (pencerahan) Pengendapan informasi dan ―lamunan bahkan intuisi

akan membawa kepada pencerahan ketika secara seketika jawaban yang dicari datang

menemui pembelajar tanpa diketahui sumbernya Inilah tahapan yang biasanya memperoleh

limpahan perhatian Pembelajar mendapat inspirasi dan motivasi untuk menjawab tantangan

kreatif yang dihadapi25

Tahap lanjutannya adalah penerjemahan ketika pembelajar mengubah

wawasan menjadi tindakan

Keempat tahap pembuktianpelaksanaan (verifikasi) yaitu pengujian kembali hasil

hipotesis tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah rekomendasi Dalam tahap ini ada gagasan

berhasil dengan cepat sedang yang lain perlu waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan

Kemampuan dan keterampilan berpikir dibarengi hasrat kuat dan rasa gembira memainkan

peran penting dalam aktualisasi kreativitas

Selain itu Teresa M Amabile berpendapat bahwa proses pembelajaran kreatif itu

melalui lima tahap dan diibaratkan seperti orang membuat sop Kelima tahap dimaksud adalah

(1) tahap presentasi masalah (pembelajar menyadari adanya suatu masalah yang harus

dipelajari dan dicarikan solusinya (2) tahap persiapan (menyiapkan diri untuk belajar

menelaah bacaan yang relevan dengan masalah) (3) tahap penyimpulan gagasan (hasil

pembacaan biasa melahirkan gagasan sehingga ada titik simpul yang dapat dijadikan sebagai

inspirasi dan media pemecahan masalah (4) tahap validasi (aktualisasi gagasan dalam bentuk

tindakan dan karya kreatif) dan (5) tahap pengukuran hasil (evaluasi)26

Adapun strategi pembelajaran kreatif adalah (1) menyatu dengan masyarakat luas

termasuk berkolega dengan ilmuwan (2) merancang lingkungan yang bernilai tambah seperti

musik pencahayaan aroma warna yang indah dan menarik (3) mengembara keluar dari dunia

24

Daniel Goleman The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah Tempat Kerja

dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo (Bandung MLC 2005) Cet I h

30-37 25 Ayan Jordan E Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Yoour Creative Spirit and

Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan (Bandung Kaifa 2003) Cet V h 56 26

Lihat Teresa M Amabile Growing up Creative (New York Pinguin 1998)

12

sempit dengan belajar menemukan sudut pandang baru dan perenungan pribadi (4) menyulut

inspirasi dari permainan dan humor termasuk olah raga (5) mengembangkan daya pikir

dengan membaca kreatif menjelajahi toko buku dan dunia maya (6) menggemari kesenian

dan memaknai musik dalam jiwa kreatif (7) menggeluti teknologi (8) menghadapi tantangan

dengan teknik berpikir ampuh (9) membebaskan alam kesadaran lain dengan

memvisualisasikan tantangan kreatif dan (10) menyatu dengan jiwa kreatif termasuk di dalam

berdolsquoa dan bermeditasi27

D Strategi Aplikasi CCTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Berdasarkan ulasan teoritik tersebut setidaknya ada 10 strategi atau langkah CCTL

yang perlu dipenuhi ketika diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab Kesepuluh syarat

dan rukun dimaksud adalah (1) perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab

(2) desain rencana dan kontrak pembelajaran bahasa Arab (3) pendekatan dan strategi

pembelajaran kontekstual dan kreatif (4) penciptaan suasana pembelajaran yang religius

nyaman menyenangkan dan partisipatoris (5) pengembangan sikap positif dan berpikir

kreatif (6) optimalisasi multi-intelegensi dalam proses pembelajaran bahasa Arab (7)

pengembangan minat dan tradisi membaca meneliti dan menulis dengan bahasa Arab (8)

kontekstualisasi substansi pembelajaran dengan masalah-masalah sosial yang aktual dalam

kehidupan siswamahasiswa (9) optimalisasi pendayagunaan media dan teknologi pendidikan

dan (10) penciptaan sistem evaluasi pembelajaran yang kreatif dan efektif28

Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dan kreatif dapat diorientasikan kepada

sebuah visi misi dan orientasi pembelajaran itu sendiri yaitu misalnya mendayagunakan

bahasa Arab secara optimal dalam pemahaman sumber-sumber ajaran Islam Dapat juga

dirumuskan ―Belajar bahasa Arab komunikatif sebagai media untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi Karenanya pembelajar yang kreatif akan berpikir bagaimana

memahami dan menguasai bahasa Arab ndashminimal pasifmdash dengan baik Bagaimana bahasa

Arab yang sudah dipahami itu dapat diaplikasikan dalam pemahaman literatur keislaman yang

berbahasa Arab dan juga menulis karya dalam bahasa Arab Bagaimana wujud pemahaman itu

dapat diaktualisasikan dalam bentuk produk pemikiran Bagaimana produk pemikiran itu

dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan dan seterusnya Jadi pembelajaran kontekstual

27

Muhammad Fauzicirc Abd al-Maqshucircd al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah Muawwiqacirct wa

Acircliyacirct al-Muwacircjahah (Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah 2004) h 28

Kesepuluh ―syarat dan rukun tersebut diabstraksikan dari pemaduan model pembelajaran

kontekstual dan kreatif dan juga diperkuat dengan teori-teori linguistik dan psikologi belajar

Mengenai teori-teori dimaksud lihat Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm al-Ushailicirc al-Nazhariyyacirct al-

Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah (Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah 1999)

13

dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan

kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara

tuntas dan kreatif

Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan

melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)

tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29

Pada tahap pertama

pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti

simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua

pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara

berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat

sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan

tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati

struktur dan sistem bahasa Arab

Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang

kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu

ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa

Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan

pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan

dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran

bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian

besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab

sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi

motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30

Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu

dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan

posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam

belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar

bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta

Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab

yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa

Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-

29

Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc

(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30

Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa

belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa

Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan

akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang

ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)

14

wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31

dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru

bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat

menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan

alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut

memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan

memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara

aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran

bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan

lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan

untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab

Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh

bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan

derivasi)32

Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan

pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak

sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus

dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan

untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai

struktur kalimat

Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif

dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya

Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di

beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi

tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan

dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk

mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain

yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya

الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2

Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau

mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak

31

Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function

interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)

imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad

Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc

(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32

Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-

Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45

15

berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung

dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat

mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu

dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh

orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat

dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik

(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar

berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual

CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar

yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif

maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa

Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa

Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan

mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini

masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua

Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap

masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33

Penentuan

masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan

membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu

mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga

pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak

khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka

yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil

memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana

33

Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub

2006) Cet I h 34

16

pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah

dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan

dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau

majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah

E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL

Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab

ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-

linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu

1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa

Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam

mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang

profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa

Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik

untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan

dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas

belajar yang kontektual dan menyenangkan

2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab

keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang

menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan

(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa

butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai

3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran

bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)

Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan

sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang

kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk

memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya

sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional

4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga

pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan

berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan

hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini

adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin

untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta

17

didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya

dalam mempraktikkan bahasa Arab34

5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa

Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa

dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap

pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini

berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai

macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris

misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada

Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia

Mesir Syria dan sebagainya

6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku

bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur

tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih

mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur

Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan

―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada

pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi

akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan

penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku

(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya

7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari

dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung

kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada

umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan

daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin

berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja

keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi

pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau

belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa

Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke

arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola

atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya

34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab

―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab

dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta

Desember 2005

18

F Penutup

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan

masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa

pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak

semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa

Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan

atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu

dicarikan solusinya secara lebih dini

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam

pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya

tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang

jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam

pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula

penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi

pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki

kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan

kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi

bahasa Arab yang efektif

Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang

mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber

lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua

pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga

pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa

asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan

Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di

Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab

yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang

dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada

konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif

senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam

mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk

dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif

model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb

19

Daftar Pustaka

Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah

Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah

Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam

Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika

Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember

2005

Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative

Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa

Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group

of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7

DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari

Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa

Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka

Cipta

Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson

Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah

Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo

Bandung MLC

Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-

Mishriyyah

Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I

Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura

Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-

Kutub

Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos

Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc

Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo

Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc

Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois

Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002

Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang

Depdiknas

Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara

Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II

Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa

Jakarta Rajawali Pers 2005

Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A

Simon amp Schuster Company

Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam

Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta

No 9 Oktober 2002

Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin

20

Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco

Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-

Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah

Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi

Yogyakarta CTSD

Page 5: CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31703/3/MUHBIB... · CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING (CCTL) DALAM

5

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan

sebuah proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang bertujuan untuk

pembentukan kepribadian dan kompetensi peserta didik sehingga memiliki kemampuan untuk

melakukan perubahan dan peningkatan kualitas hidup Pembelajaran tidak sekedar transfer

pengetahuan atau informasi melainkan juga penanaman nilai pembentukan sikap positif dan

penerampilan kecakapan-kecakapan profesional untuk kepentingan hidupnya (life skill) serta

kedewasaan berperilaku

2 Model Pembelajaran

Ernest Chang dan Don Simpson menawarkan model pembelajaran the circle of learning

individual and group process Model ini merupakan pengembangan dari model pembelajaran

tradisional yang lebih banyak menekankan pada tanggung jawab individual dalam proses

pembelajaran Pembelajaran dapat berlangsung tidak hanya tanggung jawab individual akan

tetapi dapat berbentuk kolaboratif melalui proses kehidupan kelompok Model ini

mendasarkan pada paradigma hubungan antara aktivitas dan orientasi Dalam proses

pembelajaran ada dua dimensi yaitu aktivitas pembelajaran dan orientasi proses Dari dimensi

aktivitas pembelajaran ada aktivitas yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan ada aktivitas yang

harus dilakukan bersama kelompok sebaya Dari dimensi orientasi proses ada proses

pembelajaran individu sebagai fokus dan ada proses pembelajaran kelompok sebagai fokus8

Hubungan dua dimensi itu menghasilkan lima pola atau model pembelajaran yaitu (1)

ceramah tradisional (traditional lectures) (2) belajar mandiri (self study) (3) pembelajaran

berbarengan (concurrent learning) (4) pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) dan

(5) pembelajaran aktif (active learning)9 Masing-masing memiliki karakteristik dan pola

tersendiri

Pertama model pembelajaran dengan ceramah Strategi pembelajaran dengan model

ceramah bercirikan (1) mendengarkan penjelasan pengajar (2) kegiatan dan lingkungan

dikendalikan oleh pengajar (3) pengetahuan yang diperoleh tergantung pada penangkapan

pembicaraan pengajar (4) sedikit dukungan teknologi dan (5) berlangsung dalam suasana

otoriter Model ini dinilai sangat tradisional karena pembelajaran berpusat pada satu sumber

yaitu pengajar10

Model ini kurang memberdayakan kompetensi pembelajar karena gurudosen

masih terlalu ―dominan sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan sementara peserta

8 Lihat Ernest Chang amp Don Simpson ―The Circle of Learning Individual and Group of

Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7 1997 9 Ernest Chang amp Don Simpson ―The Circlehellip ibid

10Lihat Mohammad Surya Tantangan Pembelajaran di Era Millenium dalam Jurnal

Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta No 9 Oktober 2002

6

didik kurang mandiri dalam mencari dan mengembangkan pengetahuannya Peserta didik

kurang dilatih untuk bersikap kritis dan partisipatif dalam belajar

Kedua model belajar mandiri Dalam model ini strategi pembelajaran dilakukan secara

mandiri oleh pembelajar dalam keseluruhan aktivitasnya Ciri-ciri model ini adalah (1)

berfokus pada pemikiran sendiri (2) prosesnya diarahkan sendiri (3) isi pengetahuan berupa

refleksi dan integrasi (4) menggunakan multimedia (5) penghargaan diri secara otonom

Model ini menuntut disiplin diri yang kuat dari pembelajar11

Motivasi pembelajar harus kuat

dan stabil agar pencapaian tujuan pembelajaran optimal

Ketiga model pembelajaran berbarengan Pembelajaran dengan model ini pada dasarnya

dilakukan atas tanggung jawab pembelajar sendiri namun dalam suasana berbarengan dengan

yang lain dan saling berinteraksi Ciri utama model ini adalah (1) dilakukan secara

partisipatif (2) dalam satu forum terbuka (3) dalam suasana saling menghargai (4) perspektif

terhadap materi dapat berbeda-beda (5) suasana demokratis dan didukung oleh teknologi

informasi12

Model pembelajaran ini memungkinkan peserta didik untuk terampil

mengekspresikan pendapatnya dan mempunyai sikap toleran dalam perbedaan pemahaman

dan pendapat

Keempat model pembelajaran kolaboratif Pembelajaran dilakukan dalam bentuk

kolaboratif (kerja sama) antar pembelajar dalam satu tim Karakteristik utama model ini

adalah (1) dilakukan melalui satu bentuk kerja sama (2) untuk mendapatkan konsensus (3)

adanya berbagai pemahaman nilai dan (4) adanya keputusan yang dibuat bersama atas dasar

nilai yang disepakati bersama Model ini cenderung demokratis dan dapat menumbuhkan

kebersamaan13

Hanya saja jika tidak dibimbing dan diarahkan oleh tenaga pendidik yang

profesional model ini akan mengalami disorientasi kehilangan arah dan akibatnya tujuan

pembelajaran tidak tercapai secara optimal

Kelima model pembelajaran aktif (active learning) merupakan model pembelajaran

yang meniscayakan dinamika interaktif antara pembelajar dan gurudosen Pembelajaran aktif

adalah pembelajaran yang mengajak siswamahasiswa untuk belajar secara aktif Ketika

belajar secara aktif berarti siswamahasiswa mendominasi aktivitas pembelajaran Dengan ini

mereka secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi kuliah

memecahkan persoalan atau mengaplikasikan hal baru yang mereka pelajari ke dalam suatu

persoalan yang ada dalam kehidupan nyata Belajar aktif sangat dibutuhkan oleh

siswamahasiswa untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal

11

Mohammad Surya Tantanganhellip ibid 12

Mohammad Surya Tantanganhellip ibid 13

Mohammad Surya Tantanganhellip Bandingkan dengan Anita Lie Cooperative Learning

Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas (Jakarta Grasindo 2002)

7

Belajar aktif adalah suatu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian

menyimpannya dalam otak Belajar aktif memungkinkan siswamahasiswa yang memiliki

learning style (gaya belajar) yang bervariasi dapat disinergikan dan dikolaborasikan satu sama

lain14

Menurut Silberman banyak strategi yang dapat dilakukan untuk menciptakan

pembelajaran aktif Di antaranya adalah (1) learning starts with question (belajar dimulai

dengan pertanyaan) (2) reading guide (membaca buku petunjuk) (3) Information search

(mencari informasi) (4) Critical incident (kejadian penting) (5) Everyone is teacher here

(setiap orang adalah guru dalam forum ini) (6) Jigsaw learning (pembelajaran ala Jigsaw) (7)

the Power of two (kekuatan berpasangan) (8) snowballing (belajar ala bola salaju) (9)

Brainstorming (curah gagasan) (10) Active debate (debat aktif) (11) Synergic teaching

(pengajaran bersinergi) (12) Role playing (bermain peran) dan (12) Concept mapping (peta

konsep atau pemetaan konsep)15

Selain kelima model tersebut ada pula model quantum learning Model ini pada

mulanya dicetuskan oleh Dr Georgi Lazanov Pembelajaran model ini didasarkan pada prinsip

bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi situasi belajar Melalui suggestology

pemercepatan belajar (accelarated learning) dapat dilakukan dengan dibarengi suasana penuh

kegembiraan Untuk menumbuhkan sugesti belajar positif dapat ditempuh melalui teknik

seperti memberikan kenyamanan meningkatkan partisipasi individu dan menghadirkan seni16

Model ini mensyaratkan lingkungan pembelajaran yang aman nyaman menggembirakan (ada

musiknya ruang belajar yang menarik dilengkapi gambar warna-warni ilustrasi peta dsb)

positif dan dilakukan dengan metode berupa mencontohkan permainan simulasi dan

simbol

3 Pembelajaran Kontekstual

Elaine B Johnson mendeskripsikan Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai

suatu sistem pembelajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa pembelajar akan belajar

apabila mereka menemukan makna dalam materi akademispelajaran dan apabila mereka dapat

mengaitkan sebuah informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka

dapatkan sebelumnya Dalam hal ini beliau menyatakan ―The CTL system is an educational

process that aims to help students see meaning in the academic material they are studying by

14

Hisyam Zaini dkk Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi (Yogyakarta CTSD

2002) h xii-xv 15

Mel Silberman manawarkan 101 strategi belajar aktif Penjelasan rincinya lihat Mel

Silberman Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects (Massachusetts A Simon amp

Schuster Company 1996) 16

Bobbi DePotter dan Mike Hernacki Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan

Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo

(Bandung Kaifa 1999) h 14-16

8

connecting academic subjects with the context of their daily lives that is with the context of

their personal sosial and cultural circumstances To achieve this aim the system

encompasses certain components17

Pendekatan kontekstual merupakan suatu sistem pembelajaran dalam suatu proses

pendidikan yang bertujuan untuk membantu peserta didik dengan mengaitkan materi pelajaran

dengan situasi dan kondisi personal sosial dan kultural mereka Pengaitan ini tentu saja

dimaksudkan agar materi pembelajaran tidak kehilangan relevansi dengan kehidupan peserta

didik dan perkembangan sosial yang ada

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong

mereka membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari Dengan kata lain CTL merupakan konsep pembelajaran yang

menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta

didik secara nyata sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan

kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari18

Asumsinya adalah bahwa jika peserta

didik kembali ke masyarakat maka ia dapat menjadikan apa yang pernah diperolehnya dalam

proses pembelajaran sebagai bekal dan keterampilan hidupnya

Johnson menyebutkan adanya delapan komponen yang tercakup dalam sistem

pendidikan yang menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL Kedelapan komponen

tersebut adalah (1) making meaningfull connections atau membuat kaitan yang bermakna (2)

doing significant work atau melakukan karya yang berarti (3) self-regulated learning atau

belajar dengan kontrol pribadi (4) collaborating atau bekerjasama (5) critical and creative

thinking atau berpikir kritis dan kreatif (6) nurturing the individual atau memupuk bakat

individu (7) reaching high standard atau mencapai standar yang cukup tinggi serta (8) using

authentic assessment atau menggunakan penilaian sebenarnya19

Sementara itu tim C-Star dari University of Washington memiliki pendapat serupa

meskipun beberapa dengan istilah yang sedikit berbeda dari yang dikemukakan oleh Johson

tersebut Tim ini menyebutkan adanya tujuh komponen utama CTL yang apabila diterapkan

ketujuhnya maka sebuah kelas dapat dikatakan menggunakan pendekatan CTL Ketujuh

komponen tersebut adalah (1) konstruktivisme (constructivism) (2) menemukan (inquiry) (3)

bertanya (questioning) (4) masyarakat belajar (learning community) (5) pemodelan

17

Elaine B Johnson Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos Here to Stay

(Thousand Oaks Corwin Press Inc 2002) p 25 18

E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 102 19

Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24

9

(modeling) (6) refleksi (reflection) serta (7) penilaian yang sebenarnya (authentic

assessment)20

Komponen pertama konstruktivisme (constructivism) merupakan pemikiran filosofis

yang mengasumsikan bahwa pengetahuan diperoleh dan dibangun manusia sedikit demi

sedikit kemudian hasilnya diperluas atau diperdalam melalui konteks yang terbatas dan

bukannya terjadi secara tiba-tiba (in a sudden) Sedangkan Menemukan (Inquiry) merupakan

suatu siklus pemerolehan pengetahuan yang terdiri dari langkah-langkah observasi bertanya

mengajukan dugaan pengumpulan data dan penyimpulan Bertanya (Questioning)

merupakan strategi utama yang bagi guru merupakan kegiatan untuk mendorong

membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sementara bagi siswa bertanya

merupakan bagian penting untuk menggali informasi mengkonfirmasi pengetahuan dan

mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui

Komponen keempat adalah Masyarakat Belajar (Learning Community) yakni situasi

yang diciptakan berdasarkan konsep yang menyarankan agar proses dan hasil pembelajaran

diperoleh dari bekerjasama (collaborating) dengan orang lain baik itu kerjasama siswa-siswa

siswa-pengajar maupun siswa-ahli Dalam Pemodelan (Modeling) pengajar (meskipun

kadang melibatkan siswa) memberi contoh mempresentasikan atau mendemonstrasikan

tentang cara bekerja sesuatu sebelum siswa mengerjakan tugas Sedangkan Refleksi

(Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang

(thinking back) tentang hal-hal yang sudah kita lakukan di masa lalu Refleksi merupakan

respon terhadap kejadian aktifitas maupun pengetahuan yang baru diterima Adapun

Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data

yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan

nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran

Pendekatan kontekstual merupakan pilihan strategi pembelajaran yang berpihak pada

dan memberdayakan siswa CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan

menyenangkan karena pembelajaran dilakukan secara alamiah sehingga peserta didik dapat

mempraktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya Pembelajaran kontekstual

mendorong peserta didik memahami hakekat makna dan manfaat belajar sehingga

memungkinkan rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar bahkan kecanduan belajar21

Dalam pembelajaran kontekstual tugas gurudosen adalah memberikan kemudahan

belajar kepada peserta didik dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang

memadai Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan tetapi

juga mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik

20

Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24 21

E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 103

10

belajar Lingkungan belajar yang kondusif sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan

keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan

Signifikansi lingkungan pembelajaran tampak pada hal-hal berikut (a) belajar efektif itu

dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik (b) pembelajaran harus

berpusat pada ˝bagaimana cara― peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka

Strategi belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya dan (c) umpan balik sangat penting bagi

peserta didik yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar dan (d)

menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting22

Jadi

kontekstualisasi pembelajaran diorientasikan kepada pemandirian peserta didik dalam

mengembangkan kompetensi dan kemampuannya untuk memecahkan masalah Belajar

memecahkan masalah mendorong peserta didik untuk mencari informasi atau melakukan

investigasi

4 Pembelajaran Kreatif

Pembelajaran kreatif mengharuskan tenaga pendidik dapat memunculkan kreativitas

peserta didik dalam kelas baik kreativitas berpikir maupun kreativitas dalam melakukan

sesuatu Kreativitas berpikir merupakan kemampuan imajinatif tetapi rasional Berpikir kreatif

berawal dari berpikir kritis yaitu menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya belum

ada atau memperbaiki seseuatu yang sebelumnya tidak baik23

Pembelajaran kreatif adalah

pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas dengan cara memanfaatkan

segenap potensi dan multi-kecerdasan yang dimiliki peserta didik secara maksimal Secara

implisit pembelajaran ini mengandung muatan baru yang disesuaikan dengan keadaan

terutama dalam penyajiannya yang lebih inovatif

Bila di dalam ruangan kelas tidak tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai guru

bisa memanfaatkan fasilitas yang ada termasuk mengeksploitasi secara maksimal alam

lingkungan di sekitarnya Dengan demikian pembelajaran ini mampu beradaptasi dengan

berbagai macam situasi dan keadaan sehingga bisa dilakukan di mana dan kapan saja

Karakter pembelajaran kreatif itu sangat fleksibel dan bergantung pada guru sang

kreator Ini menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut akan dapat disajikan oleh guru-guru

yang memiliki kreativitas tinggi Unsur kreativitas yang dipertaruhkan di sini pada dasarnya

dimiliki oleh setiap orang Orang-orang yang memiliki kreativitas tinggi biasanya dapat

memelihara unsur tersebut dengan baik begitu pun sebaliknya Pembelajaran kreatif dapat

dikembangkan melalui empat tahap Keempat tahap ini oleh Daniel Goleman disebut anatomi

22

Nurhadi Pendekatan Kontekstual (Malang Universitas Negeri Malang 2002) Cet I h 4 23

Abdul Rahman Shaleh Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta

Rajawali Pers 2005) Cet I h 158

11

momen kreatif24

Tahap pertama adalah persiapan yaitu proses pengumpulan berbagai

informasi untuk diuji Dalam tahap ini otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi

sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi Pengalaman hidup turut

menyumbang proses persiapan menjadi kreatif

Kedua inkubasi (disebut juga tahap istirahat) yaitu suatu rentang waktu untuk

merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis

tersebut rasional Hal ini antara lain dapat diperkuat dengan intuisi dan suara hati nurani

Dalam proses mengaitkan ide pikiran sebenarnya juga melakukan berbagai proses yaitu

menjajarkan memadukan memilah mengitari dan membayangkan ide

Ketiga illuminasi (pencerahan) Pengendapan informasi dan ―lamunan bahkan intuisi

akan membawa kepada pencerahan ketika secara seketika jawaban yang dicari datang

menemui pembelajar tanpa diketahui sumbernya Inilah tahapan yang biasanya memperoleh

limpahan perhatian Pembelajar mendapat inspirasi dan motivasi untuk menjawab tantangan

kreatif yang dihadapi25

Tahap lanjutannya adalah penerjemahan ketika pembelajar mengubah

wawasan menjadi tindakan

Keempat tahap pembuktianpelaksanaan (verifikasi) yaitu pengujian kembali hasil

hipotesis tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah rekomendasi Dalam tahap ini ada gagasan

berhasil dengan cepat sedang yang lain perlu waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan

Kemampuan dan keterampilan berpikir dibarengi hasrat kuat dan rasa gembira memainkan

peran penting dalam aktualisasi kreativitas

Selain itu Teresa M Amabile berpendapat bahwa proses pembelajaran kreatif itu

melalui lima tahap dan diibaratkan seperti orang membuat sop Kelima tahap dimaksud adalah

(1) tahap presentasi masalah (pembelajar menyadari adanya suatu masalah yang harus

dipelajari dan dicarikan solusinya (2) tahap persiapan (menyiapkan diri untuk belajar

menelaah bacaan yang relevan dengan masalah) (3) tahap penyimpulan gagasan (hasil

pembacaan biasa melahirkan gagasan sehingga ada titik simpul yang dapat dijadikan sebagai

inspirasi dan media pemecahan masalah (4) tahap validasi (aktualisasi gagasan dalam bentuk

tindakan dan karya kreatif) dan (5) tahap pengukuran hasil (evaluasi)26

Adapun strategi pembelajaran kreatif adalah (1) menyatu dengan masyarakat luas

termasuk berkolega dengan ilmuwan (2) merancang lingkungan yang bernilai tambah seperti

musik pencahayaan aroma warna yang indah dan menarik (3) mengembara keluar dari dunia

24

Daniel Goleman The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah Tempat Kerja

dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo (Bandung MLC 2005) Cet I h

30-37 25 Ayan Jordan E Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Yoour Creative Spirit and

Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan (Bandung Kaifa 2003) Cet V h 56 26

Lihat Teresa M Amabile Growing up Creative (New York Pinguin 1998)

12

sempit dengan belajar menemukan sudut pandang baru dan perenungan pribadi (4) menyulut

inspirasi dari permainan dan humor termasuk olah raga (5) mengembangkan daya pikir

dengan membaca kreatif menjelajahi toko buku dan dunia maya (6) menggemari kesenian

dan memaknai musik dalam jiwa kreatif (7) menggeluti teknologi (8) menghadapi tantangan

dengan teknik berpikir ampuh (9) membebaskan alam kesadaran lain dengan

memvisualisasikan tantangan kreatif dan (10) menyatu dengan jiwa kreatif termasuk di dalam

berdolsquoa dan bermeditasi27

D Strategi Aplikasi CCTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Berdasarkan ulasan teoritik tersebut setidaknya ada 10 strategi atau langkah CCTL

yang perlu dipenuhi ketika diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab Kesepuluh syarat

dan rukun dimaksud adalah (1) perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab

(2) desain rencana dan kontrak pembelajaran bahasa Arab (3) pendekatan dan strategi

pembelajaran kontekstual dan kreatif (4) penciptaan suasana pembelajaran yang religius

nyaman menyenangkan dan partisipatoris (5) pengembangan sikap positif dan berpikir

kreatif (6) optimalisasi multi-intelegensi dalam proses pembelajaran bahasa Arab (7)

pengembangan minat dan tradisi membaca meneliti dan menulis dengan bahasa Arab (8)

kontekstualisasi substansi pembelajaran dengan masalah-masalah sosial yang aktual dalam

kehidupan siswamahasiswa (9) optimalisasi pendayagunaan media dan teknologi pendidikan

dan (10) penciptaan sistem evaluasi pembelajaran yang kreatif dan efektif28

Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dan kreatif dapat diorientasikan kepada

sebuah visi misi dan orientasi pembelajaran itu sendiri yaitu misalnya mendayagunakan

bahasa Arab secara optimal dalam pemahaman sumber-sumber ajaran Islam Dapat juga

dirumuskan ―Belajar bahasa Arab komunikatif sebagai media untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi Karenanya pembelajar yang kreatif akan berpikir bagaimana

memahami dan menguasai bahasa Arab ndashminimal pasifmdash dengan baik Bagaimana bahasa

Arab yang sudah dipahami itu dapat diaplikasikan dalam pemahaman literatur keislaman yang

berbahasa Arab dan juga menulis karya dalam bahasa Arab Bagaimana wujud pemahaman itu

dapat diaktualisasikan dalam bentuk produk pemikiran Bagaimana produk pemikiran itu

dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan dan seterusnya Jadi pembelajaran kontekstual

27

Muhammad Fauzicirc Abd al-Maqshucircd al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah Muawwiqacirct wa

Acircliyacirct al-Muwacircjahah (Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah 2004) h 28

Kesepuluh ―syarat dan rukun tersebut diabstraksikan dari pemaduan model pembelajaran

kontekstual dan kreatif dan juga diperkuat dengan teori-teori linguistik dan psikologi belajar

Mengenai teori-teori dimaksud lihat Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm al-Ushailicirc al-Nazhariyyacirct al-

Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah (Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah 1999)

13

dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan

kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara

tuntas dan kreatif

Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan

melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)

tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29

Pada tahap pertama

pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti

simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua

pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara

berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat

sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan

tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati

struktur dan sistem bahasa Arab

Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang

kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu

ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa

Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan

pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan

dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran

bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian

besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab

sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi

motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30

Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu

dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan

posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam

belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar

bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta

Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab

yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa

Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-

29

Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc

(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30

Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa

belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa

Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan

akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang

ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)

14

wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31

dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru

bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat

menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan

alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut

memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan

memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara

aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran

bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan

lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan

untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab

Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh

bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan

derivasi)32

Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan

pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak

sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus

dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan

untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai

struktur kalimat

Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif

dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya

Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di

beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi

tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan

dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk

mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain

yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya

الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2

Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau

mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak

31

Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function

interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)

imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad

Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc

(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32

Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-

Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45

15

berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung

dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat

mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu

dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh

orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat

dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik

(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar

berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual

CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar

yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif

maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa

Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa

Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan

mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini

masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua

Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap

masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33

Penentuan

masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan

membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu

mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga

pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak

khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka

yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil

memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana

33

Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub

2006) Cet I h 34

16

pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah

dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan

dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau

majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah

E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL

Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab

ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-

linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu

1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa

Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam

mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang

profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa

Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik

untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan

dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas

belajar yang kontektual dan menyenangkan

2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab

keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang

menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan

(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa

butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai

3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran

bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)

Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan

sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang

kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk

memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya

sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional

4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga

pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan

berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan

hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini

adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin

untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta

17

didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya

dalam mempraktikkan bahasa Arab34

5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa

Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa

dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap

pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini

berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai

macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris

misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada

Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia

Mesir Syria dan sebagainya

6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku

bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur

tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih

mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur

Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan

―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada

pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi

akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan

penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku

(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya

7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari

dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung

kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada

umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan

daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin

berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja

keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi

pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau

belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa

Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke

arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola

atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya

34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab

―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab

dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta

Desember 2005

18

F Penutup

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan

masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa

pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak

semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa

Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan

atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu

dicarikan solusinya secara lebih dini

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam

pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya

tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang

jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam

pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula

penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi

pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki

kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan

kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi

bahasa Arab yang efektif

Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang

mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber

lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua

pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga

pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa

asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan

Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di

Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab

yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang

dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada

konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif

senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam

mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk

dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif

model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb

19

Daftar Pustaka

Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah

Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah

Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam

Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika

Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember

2005

Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative

Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa

Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group

of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7

DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari

Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa

Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka

Cipta

Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson

Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah

Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo

Bandung MLC

Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-

Mishriyyah

Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I

Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura

Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-

Kutub

Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos

Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc

Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo

Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc

Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois

Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002

Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang

Depdiknas

Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara

Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II

Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa

Jakarta Rajawali Pers 2005

Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A

Simon amp Schuster Company

Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam

Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta

No 9 Oktober 2002

Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin

20

Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco

Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-

Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah

Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi

Yogyakarta CTSD

Page 6: CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31703/3/MUHBIB... · CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING (CCTL) DALAM

6

didik kurang mandiri dalam mencari dan mengembangkan pengetahuannya Peserta didik

kurang dilatih untuk bersikap kritis dan partisipatif dalam belajar

Kedua model belajar mandiri Dalam model ini strategi pembelajaran dilakukan secara

mandiri oleh pembelajar dalam keseluruhan aktivitasnya Ciri-ciri model ini adalah (1)

berfokus pada pemikiran sendiri (2) prosesnya diarahkan sendiri (3) isi pengetahuan berupa

refleksi dan integrasi (4) menggunakan multimedia (5) penghargaan diri secara otonom

Model ini menuntut disiplin diri yang kuat dari pembelajar11

Motivasi pembelajar harus kuat

dan stabil agar pencapaian tujuan pembelajaran optimal

Ketiga model pembelajaran berbarengan Pembelajaran dengan model ini pada dasarnya

dilakukan atas tanggung jawab pembelajar sendiri namun dalam suasana berbarengan dengan

yang lain dan saling berinteraksi Ciri utama model ini adalah (1) dilakukan secara

partisipatif (2) dalam satu forum terbuka (3) dalam suasana saling menghargai (4) perspektif

terhadap materi dapat berbeda-beda (5) suasana demokratis dan didukung oleh teknologi

informasi12

Model pembelajaran ini memungkinkan peserta didik untuk terampil

mengekspresikan pendapatnya dan mempunyai sikap toleran dalam perbedaan pemahaman

dan pendapat

Keempat model pembelajaran kolaboratif Pembelajaran dilakukan dalam bentuk

kolaboratif (kerja sama) antar pembelajar dalam satu tim Karakteristik utama model ini

adalah (1) dilakukan melalui satu bentuk kerja sama (2) untuk mendapatkan konsensus (3)

adanya berbagai pemahaman nilai dan (4) adanya keputusan yang dibuat bersama atas dasar

nilai yang disepakati bersama Model ini cenderung demokratis dan dapat menumbuhkan

kebersamaan13

Hanya saja jika tidak dibimbing dan diarahkan oleh tenaga pendidik yang

profesional model ini akan mengalami disorientasi kehilangan arah dan akibatnya tujuan

pembelajaran tidak tercapai secara optimal

Kelima model pembelajaran aktif (active learning) merupakan model pembelajaran

yang meniscayakan dinamika interaktif antara pembelajar dan gurudosen Pembelajaran aktif

adalah pembelajaran yang mengajak siswamahasiswa untuk belajar secara aktif Ketika

belajar secara aktif berarti siswamahasiswa mendominasi aktivitas pembelajaran Dengan ini

mereka secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi kuliah

memecahkan persoalan atau mengaplikasikan hal baru yang mereka pelajari ke dalam suatu

persoalan yang ada dalam kehidupan nyata Belajar aktif sangat dibutuhkan oleh

siswamahasiswa untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal

11

Mohammad Surya Tantanganhellip ibid 12

Mohammad Surya Tantanganhellip ibid 13

Mohammad Surya Tantanganhellip Bandingkan dengan Anita Lie Cooperative Learning

Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas (Jakarta Grasindo 2002)

7

Belajar aktif adalah suatu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian

menyimpannya dalam otak Belajar aktif memungkinkan siswamahasiswa yang memiliki

learning style (gaya belajar) yang bervariasi dapat disinergikan dan dikolaborasikan satu sama

lain14

Menurut Silberman banyak strategi yang dapat dilakukan untuk menciptakan

pembelajaran aktif Di antaranya adalah (1) learning starts with question (belajar dimulai

dengan pertanyaan) (2) reading guide (membaca buku petunjuk) (3) Information search

(mencari informasi) (4) Critical incident (kejadian penting) (5) Everyone is teacher here

(setiap orang adalah guru dalam forum ini) (6) Jigsaw learning (pembelajaran ala Jigsaw) (7)

the Power of two (kekuatan berpasangan) (8) snowballing (belajar ala bola salaju) (9)

Brainstorming (curah gagasan) (10) Active debate (debat aktif) (11) Synergic teaching

(pengajaran bersinergi) (12) Role playing (bermain peran) dan (12) Concept mapping (peta

konsep atau pemetaan konsep)15

Selain kelima model tersebut ada pula model quantum learning Model ini pada

mulanya dicetuskan oleh Dr Georgi Lazanov Pembelajaran model ini didasarkan pada prinsip

bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi situasi belajar Melalui suggestology

pemercepatan belajar (accelarated learning) dapat dilakukan dengan dibarengi suasana penuh

kegembiraan Untuk menumbuhkan sugesti belajar positif dapat ditempuh melalui teknik

seperti memberikan kenyamanan meningkatkan partisipasi individu dan menghadirkan seni16

Model ini mensyaratkan lingkungan pembelajaran yang aman nyaman menggembirakan (ada

musiknya ruang belajar yang menarik dilengkapi gambar warna-warni ilustrasi peta dsb)

positif dan dilakukan dengan metode berupa mencontohkan permainan simulasi dan

simbol

3 Pembelajaran Kontekstual

Elaine B Johnson mendeskripsikan Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai

suatu sistem pembelajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa pembelajar akan belajar

apabila mereka menemukan makna dalam materi akademispelajaran dan apabila mereka dapat

mengaitkan sebuah informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka

dapatkan sebelumnya Dalam hal ini beliau menyatakan ―The CTL system is an educational

process that aims to help students see meaning in the academic material they are studying by

14

Hisyam Zaini dkk Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi (Yogyakarta CTSD

2002) h xii-xv 15

Mel Silberman manawarkan 101 strategi belajar aktif Penjelasan rincinya lihat Mel

Silberman Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects (Massachusetts A Simon amp

Schuster Company 1996) 16

Bobbi DePotter dan Mike Hernacki Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan

Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo

(Bandung Kaifa 1999) h 14-16

8

connecting academic subjects with the context of their daily lives that is with the context of

their personal sosial and cultural circumstances To achieve this aim the system

encompasses certain components17

Pendekatan kontekstual merupakan suatu sistem pembelajaran dalam suatu proses

pendidikan yang bertujuan untuk membantu peserta didik dengan mengaitkan materi pelajaran

dengan situasi dan kondisi personal sosial dan kultural mereka Pengaitan ini tentu saja

dimaksudkan agar materi pembelajaran tidak kehilangan relevansi dengan kehidupan peserta

didik dan perkembangan sosial yang ada

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong

mereka membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari Dengan kata lain CTL merupakan konsep pembelajaran yang

menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta

didik secara nyata sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan

kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari18

Asumsinya adalah bahwa jika peserta

didik kembali ke masyarakat maka ia dapat menjadikan apa yang pernah diperolehnya dalam

proses pembelajaran sebagai bekal dan keterampilan hidupnya

Johnson menyebutkan adanya delapan komponen yang tercakup dalam sistem

pendidikan yang menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL Kedelapan komponen

tersebut adalah (1) making meaningfull connections atau membuat kaitan yang bermakna (2)

doing significant work atau melakukan karya yang berarti (3) self-regulated learning atau

belajar dengan kontrol pribadi (4) collaborating atau bekerjasama (5) critical and creative

thinking atau berpikir kritis dan kreatif (6) nurturing the individual atau memupuk bakat

individu (7) reaching high standard atau mencapai standar yang cukup tinggi serta (8) using

authentic assessment atau menggunakan penilaian sebenarnya19

Sementara itu tim C-Star dari University of Washington memiliki pendapat serupa

meskipun beberapa dengan istilah yang sedikit berbeda dari yang dikemukakan oleh Johson

tersebut Tim ini menyebutkan adanya tujuh komponen utama CTL yang apabila diterapkan

ketujuhnya maka sebuah kelas dapat dikatakan menggunakan pendekatan CTL Ketujuh

komponen tersebut adalah (1) konstruktivisme (constructivism) (2) menemukan (inquiry) (3)

bertanya (questioning) (4) masyarakat belajar (learning community) (5) pemodelan

17

Elaine B Johnson Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos Here to Stay

(Thousand Oaks Corwin Press Inc 2002) p 25 18

E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 102 19

Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24

9

(modeling) (6) refleksi (reflection) serta (7) penilaian yang sebenarnya (authentic

assessment)20

Komponen pertama konstruktivisme (constructivism) merupakan pemikiran filosofis

yang mengasumsikan bahwa pengetahuan diperoleh dan dibangun manusia sedikit demi

sedikit kemudian hasilnya diperluas atau diperdalam melalui konteks yang terbatas dan

bukannya terjadi secara tiba-tiba (in a sudden) Sedangkan Menemukan (Inquiry) merupakan

suatu siklus pemerolehan pengetahuan yang terdiri dari langkah-langkah observasi bertanya

mengajukan dugaan pengumpulan data dan penyimpulan Bertanya (Questioning)

merupakan strategi utama yang bagi guru merupakan kegiatan untuk mendorong

membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sementara bagi siswa bertanya

merupakan bagian penting untuk menggali informasi mengkonfirmasi pengetahuan dan

mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui

Komponen keempat adalah Masyarakat Belajar (Learning Community) yakni situasi

yang diciptakan berdasarkan konsep yang menyarankan agar proses dan hasil pembelajaran

diperoleh dari bekerjasama (collaborating) dengan orang lain baik itu kerjasama siswa-siswa

siswa-pengajar maupun siswa-ahli Dalam Pemodelan (Modeling) pengajar (meskipun

kadang melibatkan siswa) memberi contoh mempresentasikan atau mendemonstrasikan

tentang cara bekerja sesuatu sebelum siswa mengerjakan tugas Sedangkan Refleksi

(Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang

(thinking back) tentang hal-hal yang sudah kita lakukan di masa lalu Refleksi merupakan

respon terhadap kejadian aktifitas maupun pengetahuan yang baru diterima Adapun

Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data

yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan

nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran

Pendekatan kontekstual merupakan pilihan strategi pembelajaran yang berpihak pada

dan memberdayakan siswa CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan

menyenangkan karena pembelajaran dilakukan secara alamiah sehingga peserta didik dapat

mempraktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya Pembelajaran kontekstual

mendorong peserta didik memahami hakekat makna dan manfaat belajar sehingga

memungkinkan rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar bahkan kecanduan belajar21

Dalam pembelajaran kontekstual tugas gurudosen adalah memberikan kemudahan

belajar kepada peserta didik dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang

memadai Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan tetapi

juga mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik

20

Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24 21

E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 103

10

belajar Lingkungan belajar yang kondusif sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan

keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan

Signifikansi lingkungan pembelajaran tampak pada hal-hal berikut (a) belajar efektif itu

dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik (b) pembelajaran harus

berpusat pada ˝bagaimana cara― peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka

Strategi belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya dan (c) umpan balik sangat penting bagi

peserta didik yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar dan (d)

menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting22

Jadi

kontekstualisasi pembelajaran diorientasikan kepada pemandirian peserta didik dalam

mengembangkan kompetensi dan kemampuannya untuk memecahkan masalah Belajar

memecahkan masalah mendorong peserta didik untuk mencari informasi atau melakukan

investigasi

4 Pembelajaran Kreatif

Pembelajaran kreatif mengharuskan tenaga pendidik dapat memunculkan kreativitas

peserta didik dalam kelas baik kreativitas berpikir maupun kreativitas dalam melakukan

sesuatu Kreativitas berpikir merupakan kemampuan imajinatif tetapi rasional Berpikir kreatif

berawal dari berpikir kritis yaitu menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya belum

ada atau memperbaiki seseuatu yang sebelumnya tidak baik23

Pembelajaran kreatif adalah

pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas dengan cara memanfaatkan

segenap potensi dan multi-kecerdasan yang dimiliki peserta didik secara maksimal Secara

implisit pembelajaran ini mengandung muatan baru yang disesuaikan dengan keadaan

terutama dalam penyajiannya yang lebih inovatif

Bila di dalam ruangan kelas tidak tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai guru

bisa memanfaatkan fasilitas yang ada termasuk mengeksploitasi secara maksimal alam

lingkungan di sekitarnya Dengan demikian pembelajaran ini mampu beradaptasi dengan

berbagai macam situasi dan keadaan sehingga bisa dilakukan di mana dan kapan saja

Karakter pembelajaran kreatif itu sangat fleksibel dan bergantung pada guru sang

kreator Ini menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut akan dapat disajikan oleh guru-guru

yang memiliki kreativitas tinggi Unsur kreativitas yang dipertaruhkan di sini pada dasarnya

dimiliki oleh setiap orang Orang-orang yang memiliki kreativitas tinggi biasanya dapat

memelihara unsur tersebut dengan baik begitu pun sebaliknya Pembelajaran kreatif dapat

dikembangkan melalui empat tahap Keempat tahap ini oleh Daniel Goleman disebut anatomi

22

Nurhadi Pendekatan Kontekstual (Malang Universitas Negeri Malang 2002) Cet I h 4 23

Abdul Rahman Shaleh Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta

Rajawali Pers 2005) Cet I h 158

11

momen kreatif24

Tahap pertama adalah persiapan yaitu proses pengumpulan berbagai

informasi untuk diuji Dalam tahap ini otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi

sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi Pengalaman hidup turut

menyumbang proses persiapan menjadi kreatif

Kedua inkubasi (disebut juga tahap istirahat) yaitu suatu rentang waktu untuk

merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis

tersebut rasional Hal ini antara lain dapat diperkuat dengan intuisi dan suara hati nurani

Dalam proses mengaitkan ide pikiran sebenarnya juga melakukan berbagai proses yaitu

menjajarkan memadukan memilah mengitari dan membayangkan ide

Ketiga illuminasi (pencerahan) Pengendapan informasi dan ―lamunan bahkan intuisi

akan membawa kepada pencerahan ketika secara seketika jawaban yang dicari datang

menemui pembelajar tanpa diketahui sumbernya Inilah tahapan yang biasanya memperoleh

limpahan perhatian Pembelajar mendapat inspirasi dan motivasi untuk menjawab tantangan

kreatif yang dihadapi25

Tahap lanjutannya adalah penerjemahan ketika pembelajar mengubah

wawasan menjadi tindakan

Keempat tahap pembuktianpelaksanaan (verifikasi) yaitu pengujian kembali hasil

hipotesis tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah rekomendasi Dalam tahap ini ada gagasan

berhasil dengan cepat sedang yang lain perlu waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan

Kemampuan dan keterampilan berpikir dibarengi hasrat kuat dan rasa gembira memainkan

peran penting dalam aktualisasi kreativitas

Selain itu Teresa M Amabile berpendapat bahwa proses pembelajaran kreatif itu

melalui lima tahap dan diibaratkan seperti orang membuat sop Kelima tahap dimaksud adalah

(1) tahap presentasi masalah (pembelajar menyadari adanya suatu masalah yang harus

dipelajari dan dicarikan solusinya (2) tahap persiapan (menyiapkan diri untuk belajar

menelaah bacaan yang relevan dengan masalah) (3) tahap penyimpulan gagasan (hasil

pembacaan biasa melahirkan gagasan sehingga ada titik simpul yang dapat dijadikan sebagai

inspirasi dan media pemecahan masalah (4) tahap validasi (aktualisasi gagasan dalam bentuk

tindakan dan karya kreatif) dan (5) tahap pengukuran hasil (evaluasi)26

Adapun strategi pembelajaran kreatif adalah (1) menyatu dengan masyarakat luas

termasuk berkolega dengan ilmuwan (2) merancang lingkungan yang bernilai tambah seperti

musik pencahayaan aroma warna yang indah dan menarik (3) mengembara keluar dari dunia

24

Daniel Goleman The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah Tempat Kerja

dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo (Bandung MLC 2005) Cet I h

30-37 25 Ayan Jordan E Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Yoour Creative Spirit and

Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan (Bandung Kaifa 2003) Cet V h 56 26

Lihat Teresa M Amabile Growing up Creative (New York Pinguin 1998)

12

sempit dengan belajar menemukan sudut pandang baru dan perenungan pribadi (4) menyulut

inspirasi dari permainan dan humor termasuk olah raga (5) mengembangkan daya pikir

dengan membaca kreatif menjelajahi toko buku dan dunia maya (6) menggemari kesenian

dan memaknai musik dalam jiwa kreatif (7) menggeluti teknologi (8) menghadapi tantangan

dengan teknik berpikir ampuh (9) membebaskan alam kesadaran lain dengan

memvisualisasikan tantangan kreatif dan (10) menyatu dengan jiwa kreatif termasuk di dalam

berdolsquoa dan bermeditasi27

D Strategi Aplikasi CCTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Berdasarkan ulasan teoritik tersebut setidaknya ada 10 strategi atau langkah CCTL

yang perlu dipenuhi ketika diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab Kesepuluh syarat

dan rukun dimaksud adalah (1) perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab

(2) desain rencana dan kontrak pembelajaran bahasa Arab (3) pendekatan dan strategi

pembelajaran kontekstual dan kreatif (4) penciptaan suasana pembelajaran yang religius

nyaman menyenangkan dan partisipatoris (5) pengembangan sikap positif dan berpikir

kreatif (6) optimalisasi multi-intelegensi dalam proses pembelajaran bahasa Arab (7)

pengembangan minat dan tradisi membaca meneliti dan menulis dengan bahasa Arab (8)

kontekstualisasi substansi pembelajaran dengan masalah-masalah sosial yang aktual dalam

kehidupan siswamahasiswa (9) optimalisasi pendayagunaan media dan teknologi pendidikan

dan (10) penciptaan sistem evaluasi pembelajaran yang kreatif dan efektif28

Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dan kreatif dapat diorientasikan kepada

sebuah visi misi dan orientasi pembelajaran itu sendiri yaitu misalnya mendayagunakan

bahasa Arab secara optimal dalam pemahaman sumber-sumber ajaran Islam Dapat juga

dirumuskan ―Belajar bahasa Arab komunikatif sebagai media untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi Karenanya pembelajar yang kreatif akan berpikir bagaimana

memahami dan menguasai bahasa Arab ndashminimal pasifmdash dengan baik Bagaimana bahasa

Arab yang sudah dipahami itu dapat diaplikasikan dalam pemahaman literatur keislaman yang

berbahasa Arab dan juga menulis karya dalam bahasa Arab Bagaimana wujud pemahaman itu

dapat diaktualisasikan dalam bentuk produk pemikiran Bagaimana produk pemikiran itu

dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan dan seterusnya Jadi pembelajaran kontekstual

27

Muhammad Fauzicirc Abd al-Maqshucircd al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah Muawwiqacirct wa

Acircliyacirct al-Muwacircjahah (Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah 2004) h 28

Kesepuluh ―syarat dan rukun tersebut diabstraksikan dari pemaduan model pembelajaran

kontekstual dan kreatif dan juga diperkuat dengan teori-teori linguistik dan psikologi belajar

Mengenai teori-teori dimaksud lihat Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm al-Ushailicirc al-Nazhariyyacirct al-

Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah (Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah 1999)

13

dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan

kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara

tuntas dan kreatif

Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan

melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)

tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29

Pada tahap pertama

pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti

simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua

pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara

berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat

sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan

tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati

struktur dan sistem bahasa Arab

Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang

kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu

ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa

Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan

pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan

dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran

bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian

besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab

sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi

motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30

Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu

dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan

posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam

belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar

bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta

Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab

yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa

Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-

29

Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc

(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30

Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa

belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa

Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan

akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang

ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)

14

wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31

dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru

bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat

menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan

alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut

memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan

memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara

aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran

bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan

lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan

untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab

Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh

bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan

derivasi)32

Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan

pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak

sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus

dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan

untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai

struktur kalimat

Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif

dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya

Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di

beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi

tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan

dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk

mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain

yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya

الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2

Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau

mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak

31

Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function

interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)

imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad

Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc

(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32

Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-

Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45

15

berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung

dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat

mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu

dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh

orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat

dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik

(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar

berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual

CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar

yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif

maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa

Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa

Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan

mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini

masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua

Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap

masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33

Penentuan

masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan

membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu

mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga

pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak

khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka

yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil

memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana

33

Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub

2006) Cet I h 34

16

pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah

dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan

dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau

majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah

E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL

Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab

ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-

linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu

1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa

Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam

mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang

profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa

Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik

untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan

dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas

belajar yang kontektual dan menyenangkan

2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab

keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang

menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan

(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa

butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai

3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran

bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)

Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan

sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang

kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk

memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya

sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional

4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga

pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan

berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan

hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini

adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin

untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta

17

didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya

dalam mempraktikkan bahasa Arab34

5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa

Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa

dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap

pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini

berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai

macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris

misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada

Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia

Mesir Syria dan sebagainya

6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku

bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur

tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih

mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur

Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan

―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada

pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi

akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan

penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku

(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya

7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari

dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung

kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada

umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan

daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin

berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja

keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi

pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau

belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa

Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke

arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola

atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya

34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab

―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab

dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta

Desember 2005

18

F Penutup

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan

masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa

pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak

semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa

Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan

atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu

dicarikan solusinya secara lebih dini

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam

pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya

tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang

jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam

pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula

penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi

pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki

kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan

kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi

bahasa Arab yang efektif

Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang

mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber

lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua

pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga

pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa

asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan

Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di

Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab

yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang

dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada

konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif

senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam

mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk

dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif

model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb

19

Daftar Pustaka

Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah

Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah

Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam

Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika

Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember

2005

Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative

Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa

Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group

of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7

DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari

Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa

Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka

Cipta

Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson

Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah

Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo

Bandung MLC

Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-

Mishriyyah

Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I

Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura

Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-

Kutub

Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos

Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc

Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo

Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc

Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois

Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002

Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang

Depdiknas

Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara

Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II

Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa

Jakarta Rajawali Pers 2005

Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A

Simon amp Schuster Company

Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam

Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta

No 9 Oktober 2002

Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin

20

Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco

Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-

Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah

Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi

Yogyakarta CTSD

Page 7: CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31703/3/MUHBIB... · CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING (CCTL) DALAM

7

Belajar aktif adalah suatu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian

menyimpannya dalam otak Belajar aktif memungkinkan siswamahasiswa yang memiliki

learning style (gaya belajar) yang bervariasi dapat disinergikan dan dikolaborasikan satu sama

lain14

Menurut Silberman banyak strategi yang dapat dilakukan untuk menciptakan

pembelajaran aktif Di antaranya adalah (1) learning starts with question (belajar dimulai

dengan pertanyaan) (2) reading guide (membaca buku petunjuk) (3) Information search

(mencari informasi) (4) Critical incident (kejadian penting) (5) Everyone is teacher here

(setiap orang adalah guru dalam forum ini) (6) Jigsaw learning (pembelajaran ala Jigsaw) (7)

the Power of two (kekuatan berpasangan) (8) snowballing (belajar ala bola salaju) (9)

Brainstorming (curah gagasan) (10) Active debate (debat aktif) (11) Synergic teaching

(pengajaran bersinergi) (12) Role playing (bermain peran) dan (12) Concept mapping (peta

konsep atau pemetaan konsep)15

Selain kelima model tersebut ada pula model quantum learning Model ini pada

mulanya dicetuskan oleh Dr Georgi Lazanov Pembelajaran model ini didasarkan pada prinsip

bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi situasi belajar Melalui suggestology

pemercepatan belajar (accelarated learning) dapat dilakukan dengan dibarengi suasana penuh

kegembiraan Untuk menumbuhkan sugesti belajar positif dapat ditempuh melalui teknik

seperti memberikan kenyamanan meningkatkan partisipasi individu dan menghadirkan seni16

Model ini mensyaratkan lingkungan pembelajaran yang aman nyaman menggembirakan (ada

musiknya ruang belajar yang menarik dilengkapi gambar warna-warni ilustrasi peta dsb)

positif dan dilakukan dengan metode berupa mencontohkan permainan simulasi dan

simbol

3 Pembelajaran Kontekstual

Elaine B Johnson mendeskripsikan Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai

suatu sistem pembelajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa pembelajar akan belajar

apabila mereka menemukan makna dalam materi akademispelajaran dan apabila mereka dapat

mengaitkan sebuah informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka

dapatkan sebelumnya Dalam hal ini beliau menyatakan ―The CTL system is an educational

process that aims to help students see meaning in the academic material they are studying by

14

Hisyam Zaini dkk Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi (Yogyakarta CTSD

2002) h xii-xv 15

Mel Silberman manawarkan 101 strategi belajar aktif Penjelasan rincinya lihat Mel

Silberman Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects (Massachusetts A Simon amp

Schuster Company 1996) 16

Bobbi DePotter dan Mike Hernacki Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan

Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo

(Bandung Kaifa 1999) h 14-16

8

connecting academic subjects with the context of their daily lives that is with the context of

their personal sosial and cultural circumstances To achieve this aim the system

encompasses certain components17

Pendekatan kontekstual merupakan suatu sistem pembelajaran dalam suatu proses

pendidikan yang bertujuan untuk membantu peserta didik dengan mengaitkan materi pelajaran

dengan situasi dan kondisi personal sosial dan kultural mereka Pengaitan ini tentu saja

dimaksudkan agar materi pembelajaran tidak kehilangan relevansi dengan kehidupan peserta

didik dan perkembangan sosial yang ada

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong

mereka membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari Dengan kata lain CTL merupakan konsep pembelajaran yang

menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta

didik secara nyata sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan

kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari18

Asumsinya adalah bahwa jika peserta

didik kembali ke masyarakat maka ia dapat menjadikan apa yang pernah diperolehnya dalam

proses pembelajaran sebagai bekal dan keterampilan hidupnya

Johnson menyebutkan adanya delapan komponen yang tercakup dalam sistem

pendidikan yang menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL Kedelapan komponen

tersebut adalah (1) making meaningfull connections atau membuat kaitan yang bermakna (2)

doing significant work atau melakukan karya yang berarti (3) self-regulated learning atau

belajar dengan kontrol pribadi (4) collaborating atau bekerjasama (5) critical and creative

thinking atau berpikir kritis dan kreatif (6) nurturing the individual atau memupuk bakat

individu (7) reaching high standard atau mencapai standar yang cukup tinggi serta (8) using

authentic assessment atau menggunakan penilaian sebenarnya19

Sementara itu tim C-Star dari University of Washington memiliki pendapat serupa

meskipun beberapa dengan istilah yang sedikit berbeda dari yang dikemukakan oleh Johson

tersebut Tim ini menyebutkan adanya tujuh komponen utama CTL yang apabila diterapkan

ketujuhnya maka sebuah kelas dapat dikatakan menggunakan pendekatan CTL Ketujuh

komponen tersebut adalah (1) konstruktivisme (constructivism) (2) menemukan (inquiry) (3)

bertanya (questioning) (4) masyarakat belajar (learning community) (5) pemodelan

17

Elaine B Johnson Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos Here to Stay

(Thousand Oaks Corwin Press Inc 2002) p 25 18

E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 102 19

Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24

9

(modeling) (6) refleksi (reflection) serta (7) penilaian yang sebenarnya (authentic

assessment)20

Komponen pertama konstruktivisme (constructivism) merupakan pemikiran filosofis

yang mengasumsikan bahwa pengetahuan diperoleh dan dibangun manusia sedikit demi

sedikit kemudian hasilnya diperluas atau diperdalam melalui konteks yang terbatas dan

bukannya terjadi secara tiba-tiba (in a sudden) Sedangkan Menemukan (Inquiry) merupakan

suatu siklus pemerolehan pengetahuan yang terdiri dari langkah-langkah observasi bertanya

mengajukan dugaan pengumpulan data dan penyimpulan Bertanya (Questioning)

merupakan strategi utama yang bagi guru merupakan kegiatan untuk mendorong

membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sementara bagi siswa bertanya

merupakan bagian penting untuk menggali informasi mengkonfirmasi pengetahuan dan

mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui

Komponen keempat adalah Masyarakat Belajar (Learning Community) yakni situasi

yang diciptakan berdasarkan konsep yang menyarankan agar proses dan hasil pembelajaran

diperoleh dari bekerjasama (collaborating) dengan orang lain baik itu kerjasama siswa-siswa

siswa-pengajar maupun siswa-ahli Dalam Pemodelan (Modeling) pengajar (meskipun

kadang melibatkan siswa) memberi contoh mempresentasikan atau mendemonstrasikan

tentang cara bekerja sesuatu sebelum siswa mengerjakan tugas Sedangkan Refleksi

(Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang

(thinking back) tentang hal-hal yang sudah kita lakukan di masa lalu Refleksi merupakan

respon terhadap kejadian aktifitas maupun pengetahuan yang baru diterima Adapun

Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data

yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan

nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran

Pendekatan kontekstual merupakan pilihan strategi pembelajaran yang berpihak pada

dan memberdayakan siswa CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan

menyenangkan karena pembelajaran dilakukan secara alamiah sehingga peserta didik dapat

mempraktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya Pembelajaran kontekstual

mendorong peserta didik memahami hakekat makna dan manfaat belajar sehingga

memungkinkan rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar bahkan kecanduan belajar21

Dalam pembelajaran kontekstual tugas gurudosen adalah memberikan kemudahan

belajar kepada peserta didik dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang

memadai Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan tetapi

juga mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik

20

Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24 21

E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 103

10

belajar Lingkungan belajar yang kondusif sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan

keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan

Signifikansi lingkungan pembelajaran tampak pada hal-hal berikut (a) belajar efektif itu

dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik (b) pembelajaran harus

berpusat pada ˝bagaimana cara― peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka

Strategi belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya dan (c) umpan balik sangat penting bagi

peserta didik yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar dan (d)

menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting22

Jadi

kontekstualisasi pembelajaran diorientasikan kepada pemandirian peserta didik dalam

mengembangkan kompetensi dan kemampuannya untuk memecahkan masalah Belajar

memecahkan masalah mendorong peserta didik untuk mencari informasi atau melakukan

investigasi

4 Pembelajaran Kreatif

Pembelajaran kreatif mengharuskan tenaga pendidik dapat memunculkan kreativitas

peserta didik dalam kelas baik kreativitas berpikir maupun kreativitas dalam melakukan

sesuatu Kreativitas berpikir merupakan kemampuan imajinatif tetapi rasional Berpikir kreatif

berawal dari berpikir kritis yaitu menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya belum

ada atau memperbaiki seseuatu yang sebelumnya tidak baik23

Pembelajaran kreatif adalah

pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas dengan cara memanfaatkan

segenap potensi dan multi-kecerdasan yang dimiliki peserta didik secara maksimal Secara

implisit pembelajaran ini mengandung muatan baru yang disesuaikan dengan keadaan

terutama dalam penyajiannya yang lebih inovatif

Bila di dalam ruangan kelas tidak tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai guru

bisa memanfaatkan fasilitas yang ada termasuk mengeksploitasi secara maksimal alam

lingkungan di sekitarnya Dengan demikian pembelajaran ini mampu beradaptasi dengan

berbagai macam situasi dan keadaan sehingga bisa dilakukan di mana dan kapan saja

Karakter pembelajaran kreatif itu sangat fleksibel dan bergantung pada guru sang

kreator Ini menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut akan dapat disajikan oleh guru-guru

yang memiliki kreativitas tinggi Unsur kreativitas yang dipertaruhkan di sini pada dasarnya

dimiliki oleh setiap orang Orang-orang yang memiliki kreativitas tinggi biasanya dapat

memelihara unsur tersebut dengan baik begitu pun sebaliknya Pembelajaran kreatif dapat

dikembangkan melalui empat tahap Keempat tahap ini oleh Daniel Goleman disebut anatomi

22

Nurhadi Pendekatan Kontekstual (Malang Universitas Negeri Malang 2002) Cet I h 4 23

Abdul Rahman Shaleh Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta

Rajawali Pers 2005) Cet I h 158

11

momen kreatif24

Tahap pertama adalah persiapan yaitu proses pengumpulan berbagai

informasi untuk diuji Dalam tahap ini otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi

sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi Pengalaman hidup turut

menyumbang proses persiapan menjadi kreatif

Kedua inkubasi (disebut juga tahap istirahat) yaitu suatu rentang waktu untuk

merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis

tersebut rasional Hal ini antara lain dapat diperkuat dengan intuisi dan suara hati nurani

Dalam proses mengaitkan ide pikiran sebenarnya juga melakukan berbagai proses yaitu

menjajarkan memadukan memilah mengitari dan membayangkan ide

Ketiga illuminasi (pencerahan) Pengendapan informasi dan ―lamunan bahkan intuisi

akan membawa kepada pencerahan ketika secara seketika jawaban yang dicari datang

menemui pembelajar tanpa diketahui sumbernya Inilah tahapan yang biasanya memperoleh

limpahan perhatian Pembelajar mendapat inspirasi dan motivasi untuk menjawab tantangan

kreatif yang dihadapi25

Tahap lanjutannya adalah penerjemahan ketika pembelajar mengubah

wawasan menjadi tindakan

Keempat tahap pembuktianpelaksanaan (verifikasi) yaitu pengujian kembali hasil

hipotesis tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah rekomendasi Dalam tahap ini ada gagasan

berhasil dengan cepat sedang yang lain perlu waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan

Kemampuan dan keterampilan berpikir dibarengi hasrat kuat dan rasa gembira memainkan

peran penting dalam aktualisasi kreativitas

Selain itu Teresa M Amabile berpendapat bahwa proses pembelajaran kreatif itu

melalui lima tahap dan diibaratkan seperti orang membuat sop Kelima tahap dimaksud adalah

(1) tahap presentasi masalah (pembelajar menyadari adanya suatu masalah yang harus

dipelajari dan dicarikan solusinya (2) tahap persiapan (menyiapkan diri untuk belajar

menelaah bacaan yang relevan dengan masalah) (3) tahap penyimpulan gagasan (hasil

pembacaan biasa melahirkan gagasan sehingga ada titik simpul yang dapat dijadikan sebagai

inspirasi dan media pemecahan masalah (4) tahap validasi (aktualisasi gagasan dalam bentuk

tindakan dan karya kreatif) dan (5) tahap pengukuran hasil (evaluasi)26

Adapun strategi pembelajaran kreatif adalah (1) menyatu dengan masyarakat luas

termasuk berkolega dengan ilmuwan (2) merancang lingkungan yang bernilai tambah seperti

musik pencahayaan aroma warna yang indah dan menarik (3) mengembara keluar dari dunia

24

Daniel Goleman The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah Tempat Kerja

dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo (Bandung MLC 2005) Cet I h

30-37 25 Ayan Jordan E Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Yoour Creative Spirit and

Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan (Bandung Kaifa 2003) Cet V h 56 26

Lihat Teresa M Amabile Growing up Creative (New York Pinguin 1998)

12

sempit dengan belajar menemukan sudut pandang baru dan perenungan pribadi (4) menyulut

inspirasi dari permainan dan humor termasuk olah raga (5) mengembangkan daya pikir

dengan membaca kreatif menjelajahi toko buku dan dunia maya (6) menggemari kesenian

dan memaknai musik dalam jiwa kreatif (7) menggeluti teknologi (8) menghadapi tantangan

dengan teknik berpikir ampuh (9) membebaskan alam kesadaran lain dengan

memvisualisasikan tantangan kreatif dan (10) menyatu dengan jiwa kreatif termasuk di dalam

berdolsquoa dan bermeditasi27

D Strategi Aplikasi CCTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Berdasarkan ulasan teoritik tersebut setidaknya ada 10 strategi atau langkah CCTL

yang perlu dipenuhi ketika diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab Kesepuluh syarat

dan rukun dimaksud adalah (1) perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab

(2) desain rencana dan kontrak pembelajaran bahasa Arab (3) pendekatan dan strategi

pembelajaran kontekstual dan kreatif (4) penciptaan suasana pembelajaran yang religius

nyaman menyenangkan dan partisipatoris (5) pengembangan sikap positif dan berpikir

kreatif (6) optimalisasi multi-intelegensi dalam proses pembelajaran bahasa Arab (7)

pengembangan minat dan tradisi membaca meneliti dan menulis dengan bahasa Arab (8)

kontekstualisasi substansi pembelajaran dengan masalah-masalah sosial yang aktual dalam

kehidupan siswamahasiswa (9) optimalisasi pendayagunaan media dan teknologi pendidikan

dan (10) penciptaan sistem evaluasi pembelajaran yang kreatif dan efektif28

Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dan kreatif dapat diorientasikan kepada

sebuah visi misi dan orientasi pembelajaran itu sendiri yaitu misalnya mendayagunakan

bahasa Arab secara optimal dalam pemahaman sumber-sumber ajaran Islam Dapat juga

dirumuskan ―Belajar bahasa Arab komunikatif sebagai media untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi Karenanya pembelajar yang kreatif akan berpikir bagaimana

memahami dan menguasai bahasa Arab ndashminimal pasifmdash dengan baik Bagaimana bahasa

Arab yang sudah dipahami itu dapat diaplikasikan dalam pemahaman literatur keislaman yang

berbahasa Arab dan juga menulis karya dalam bahasa Arab Bagaimana wujud pemahaman itu

dapat diaktualisasikan dalam bentuk produk pemikiran Bagaimana produk pemikiran itu

dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan dan seterusnya Jadi pembelajaran kontekstual

27

Muhammad Fauzicirc Abd al-Maqshucircd al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah Muawwiqacirct wa

Acircliyacirct al-Muwacircjahah (Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah 2004) h 28

Kesepuluh ―syarat dan rukun tersebut diabstraksikan dari pemaduan model pembelajaran

kontekstual dan kreatif dan juga diperkuat dengan teori-teori linguistik dan psikologi belajar

Mengenai teori-teori dimaksud lihat Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm al-Ushailicirc al-Nazhariyyacirct al-

Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah (Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah 1999)

13

dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan

kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara

tuntas dan kreatif

Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan

melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)

tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29

Pada tahap pertama

pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti

simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua

pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara

berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat

sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan

tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati

struktur dan sistem bahasa Arab

Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang

kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu

ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa

Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan

pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan

dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran

bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian

besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab

sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi

motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30

Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu

dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan

posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam

belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar

bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta

Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab

yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa

Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-

29

Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc

(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30

Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa

belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa

Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan

akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang

ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)

14

wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31

dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru

bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat

menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan

alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut

memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan

memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara

aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran

bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan

lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan

untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab

Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh

bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan

derivasi)32

Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan

pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak

sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus

dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan

untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai

struktur kalimat

Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif

dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya

Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di

beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi

tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan

dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk

mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain

yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya

الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2

Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau

mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak

31

Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function

interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)

imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad

Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc

(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32

Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-

Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45

15

berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung

dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat

mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu

dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh

orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat

dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik

(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar

berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual

CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar

yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif

maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa

Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa

Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan

mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini

masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua

Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap

masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33

Penentuan

masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan

membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu

mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga

pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak

khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka

yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil

memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana

33

Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub

2006) Cet I h 34

16

pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah

dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan

dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau

majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah

E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL

Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab

ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-

linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu

1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa

Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam

mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang

profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa

Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik

untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan

dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas

belajar yang kontektual dan menyenangkan

2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab

keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang

menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan

(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa

butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai

3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran

bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)

Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan

sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang

kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk

memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya

sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional

4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga

pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan

berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan

hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini

adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin

untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta

17

didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya

dalam mempraktikkan bahasa Arab34

5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa

Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa

dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap

pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini

berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai

macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris

misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada

Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia

Mesir Syria dan sebagainya

6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku

bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur

tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih

mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur

Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan

―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada

pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi

akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan

penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku

(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya

7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari

dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung

kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada

umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan

daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin

berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja

keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi

pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau

belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa

Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke

arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola

atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya

34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab

―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab

dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta

Desember 2005

18

F Penutup

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan

masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa

pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak

semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa

Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan

atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu

dicarikan solusinya secara lebih dini

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam

pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya

tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang

jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam

pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula

penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi

pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki

kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan

kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi

bahasa Arab yang efektif

Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang

mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber

lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua

pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga

pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa

asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan

Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di

Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab

yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang

dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada

konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif

senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam

mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk

dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif

model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb

19

Daftar Pustaka

Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah

Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah

Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam

Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika

Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember

2005

Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative

Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa

Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group

of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7

DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari

Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa

Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka

Cipta

Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson

Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah

Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo

Bandung MLC

Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-

Mishriyyah

Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I

Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura

Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-

Kutub

Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos

Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc

Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo

Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc

Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois

Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002

Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang

Depdiknas

Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara

Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II

Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa

Jakarta Rajawali Pers 2005

Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A

Simon amp Schuster Company

Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam

Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta

No 9 Oktober 2002

Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin

20

Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco

Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-

Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah

Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi

Yogyakarta CTSD

Page 8: CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31703/3/MUHBIB... · CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING (CCTL) DALAM

8

connecting academic subjects with the context of their daily lives that is with the context of

their personal sosial and cultural circumstances To achieve this aim the system

encompasses certain components17

Pendekatan kontekstual merupakan suatu sistem pembelajaran dalam suatu proses

pendidikan yang bertujuan untuk membantu peserta didik dengan mengaitkan materi pelajaran

dengan situasi dan kondisi personal sosial dan kultural mereka Pengaitan ini tentu saja

dimaksudkan agar materi pembelajaran tidak kehilangan relevansi dengan kehidupan peserta

didik dan perkembangan sosial yang ada

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong

mereka membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari Dengan kata lain CTL merupakan konsep pembelajaran yang

menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta

didik secara nyata sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan

kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari18

Asumsinya adalah bahwa jika peserta

didik kembali ke masyarakat maka ia dapat menjadikan apa yang pernah diperolehnya dalam

proses pembelajaran sebagai bekal dan keterampilan hidupnya

Johnson menyebutkan adanya delapan komponen yang tercakup dalam sistem

pendidikan yang menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL Kedelapan komponen

tersebut adalah (1) making meaningfull connections atau membuat kaitan yang bermakna (2)

doing significant work atau melakukan karya yang berarti (3) self-regulated learning atau

belajar dengan kontrol pribadi (4) collaborating atau bekerjasama (5) critical and creative

thinking atau berpikir kritis dan kreatif (6) nurturing the individual atau memupuk bakat

individu (7) reaching high standard atau mencapai standar yang cukup tinggi serta (8) using

authentic assessment atau menggunakan penilaian sebenarnya19

Sementara itu tim C-Star dari University of Washington memiliki pendapat serupa

meskipun beberapa dengan istilah yang sedikit berbeda dari yang dikemukakan oleh Johson

tersebut Tim ini menyebutkan adanya tujuh komponen utama CTL yang apabila diterapkan

ketujuhnya maka sebuah kelas dapat dikatakan menggunakan pendekatan CTL Ketujuh

komponen tersebut adalah (1) konstruktivisme (constructivism) (2) menemukan (inquiry) (3)

bertanya (questioning) (4) masyarakat belajar (learning community) (5) pemodelan

17

Elaine B Johnson Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos Here to Stay

(Thousand Oaks Corwin Press Inc 2002) p 25 18

E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 102 19

Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24

9

(modeling) (6) refleksi (reflection) serta (7) penilaian yang sebenarnya (authentic

assessment)20

Komponen pertama konstruktivisme (constructivism) merupakan pemikiran filosofis

yang mengasumsikan bahwa pengetahuan diperoleh dan dibangun manusia sedikit demi

sedikit kemudian hasilnya diperluas atau diperdalam melalui konteks yang terbatas dan

bukannya terjadi secara tiba-tiba (in a sudden) Sedangkan Menemukan (Inquiry) merupakan

suatu siklus pemerolehan pengetahuan yang terdiri dari langkah-langkah observasi bertanya

mengajukan dugaan pengumpulan data dan penyimpulan Bertanya (Questioning)

merupakan strategi utama yang bagi guru merupakan kegiatan untuk mendorong

membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sementara bagi siswa bertanya

merupakan bagian penting untuk menggali informasi mengkonfirmasi pengetahuan dan

mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui

Komponen keempat adalah Masyarakat Belajar (Learning Community) yakni situasi

yang diciptakan berdasarkan konsep yang menyarankan agar proses dan hasil pembelajaran

diperoleh dari bekerjasama (collaborating) dengan orang lain baik itu kerjasama siswa-siswa

siswa-pengajar maupun siswa-ahli Dalam Pemodelan (Modeling) pengajar (meskipun

kadang melibatkan siswa) memberi contoh mempresentasikan atau mendemonstrasikan

tentang cara bekerja sesuatu sebelum siswa mengerjakan tugas Sedangkan Refleksi

(Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang

(thinking back) tentang hal-hal yang sudah kita lakukan di masa lalu Refleksi merupakan

respon terhadap kejadian aktifitas maupun pengetahuan yang baru diterima Adapun

Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data

yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan

nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran

Pendekatan kontekstual merupakan pilihan strategi pembelajaran yang berpihak pada

dan memberdayakan siswa CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan

menyenangkan karena pembelajaran dilakukan secara alamiah sehingga peserta didik dapat

mempraktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya Pembelajaran kontekstual

mendorong peserta didik memahami hakekat makna dan manfaat belajar sehingga

memungkinkan rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar bahkan kecanduan belajar21

Dalam pembelajaran kontekstual tugas gurudosen adalah memberikan kemudahan

belajar kepada peserta didik dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang

memadai Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan tetapi

juga mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik

20

Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24 21

E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 103

10

belajar Lingkungan belajar yang kondusif sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan

keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan

Signifikansi lingkungan pembelajaran tampak pada hal-hal berikut (a) belajar efektif itu

dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik (b) pembelajaran harus

berpusat pada ˝bagaimana cara― peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka

Strategi belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya dan (c) umpan balik sangat penting bagi

peserta didik yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar dan (d)

menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting22

Jadi

kontekstualisasi pembelajaran diorientasikan kepada pemandirian peserta didik dalam

mengembangkan kompetensi dan kemampuannya untuk memecahkan masalah Belajar

memecahkan masalah mendorong peserta didik untuk mencari informasi atau melakukan

investigasi

4 Pembelajaran Kreatif

Pembelajaran kreatif mengharuskan tenaga pendidik dapat memunculkan kreativitas

peserta didik dalam kelas baik kreativitas berpikir maupun kreativitas dalam melakukan

sesuatu Kreativitas berpikir merupakan kemampuan imajinatif tetapi rasional Berpikir kreatif

berawal dari berpikir kritis yaitu menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya belum

ada atau memperbaiki seseuatu yang sebelumnya tidak baik23

Pembelajaran kreatif adalah

pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas dengan cara memanfaatkan

segenap potensi dan multi-kecerdasan yang dimiliki peserta didik secara maksimal Secara

implisit pembelajaran ini mengandung muatan baru yang disesuaikan dengan keadaan

terutama dalam penyajiannya yang lebih inovatif

Bila di dalam ruangan kelas tidak tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai guru

bisa memanfaatkan fasilitas yang ada termasuk mengeksploitasi secara maksimal alam

lingkungan di sekitarnya Dengan demikian pembelajaran ini mampu beradaptasi dengan

berbagai macam situasi dan keadaan sehingga bisa dilakukan di mana dan kapan saja

Karakter pembelajaran kreatif itu sangat fleksibel dan bergantung pada guru sang

kreator Ini menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut akan dapat disajikan oleh guru-guru

yang memiliki kreativitas tinggi Unsur kreativitas yang dipertaruhkan di sini pada dasarnya

dimiliki oleh setiap orang Orang-orang yang memiliki kreativitas tinggi biasanya dapat

memelihara unsur tersebut dengan baik begitu pun sebaliknya Pembelajaran kreatif dapat

dikembangkan melalui empat tahap Keempat tahap ini oleh Daniel Goleman disebut anatomi

22

Nurhadi Pendekatan Kontekstual (Malang Universitas Negeri Malang 2002) Cet I h 4 23

Abdul Rahman Shaleh Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta

Rajawali Pers 2005) Cet I h 158

11

momen kreatif24

Tahap pertama adalah persiapan yaitu proses pengumpulan berbagai

informasi untuk diuji Dalam tahap ini otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi

sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi Pengalaman hidup turut

menyumbang proses persiapan menjadi kreatif

Kedua inkubasi (disebut juga tahap istirahat) yaitu suatu rentang waktu untuk

merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis

tersebut rasional Hal ini antara lain dapat diperkuat dengan intuisi dan suara hati nurani

Dalam proses mengaitkan ide pikiran sebenarnya juga melakukan berbagai proses yaitu

menjajarkan memadukan memilah mengitari dan membayangkan ide

Ketiga illuminasi (pencerahan) Pengendapan informasi dan ―lamunan bahkan intuisi

akan membawa kepada pencerahan ketika secara seketika jawaban yang dicari datang

menemui pembelajar tanpa diketahui sumbernya Inilah tahapan yang biasanya memperoleh

limpahan perhatian Pembelajar mendapat inspirasi dan motivasi untuk menjawab tantangan

kreatif yang dihadapi25

Tahap lanjutannya adalah penerjemahan ketika pembelajar mengubah

wawasan menjadi tindakan

Keempat tahap pembuktianpelaksanaan (verifikasi) yaitu pengujian kembali hasil

hipotesis tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah rekomendasi Dalam tahap ini ada gagasan

berhasil dengan cepat sedang yang lain perlu waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan

Kemampuan dan keterampilan berpikir dibarengi hasrat kuat dan rasa gembira memainkan

peran penting dalam aktualisasi kreativitas

Selain itu Teresa M Amabile berpendapat bahwa proses pembelajaran kreatif itu

melalui lima tahap dan diibaratkan seperti orang membuat sop Kelima tahap dimaksud adalah

(1) tahap presentasi masalah (pembelajar menyadari adanya suatu masalah yang harus

dipelajari dan dicarikan solusinya (2) tahap persiapan (menyiapkan diri untuk belajar

menelaah bacaan yang relevan dengan masalah) (3) tahap penyimpulan gagasan (hasil

pembacaan biasa melahirkan gagasan sehingga ada titik simpul yang dapat dijadikan sebagai

inspirasi dan media pemecahan masalah (4) tahap validasi (aktualisasi gagasan dalam bentuk

tindakan dan karya kreatif) dan (5) tahap pengukuran hasil (evaluasi)26

Adapun strategi pembelajaran kreatif adalah (1) menyatu dengan masyarakat luas

termasuk berkolega dengan ilmuwan (2) merancang lingkungan yang bernilai tambah seperti

musik pencahayaan aroma warna yang indah dan menarik (3) mengembara keluar dari dunia

24

Daniel Goleman The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah Tempat Kerja

dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo (Bandung MLC 2005) Cet I h

30-37 25 Ayan Jordan E Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Yoour Creative Spirit and

Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan (Bandung Kaifa 2003) Cet V h 56 26

Lihat Teresa M Amabile Growing up Creative (New York Pinguin 1998)

12

sempit dengan belajar menemukan sudut pandang baru dan perenungan pribadi (4) menyulut

inspirasi dari permainan dan humor termasuk olah raga (5) mengembangkan daya pikir

dengan membaca kreatif menjelajahi toko buku dan dunia maya (6) menggemari kesenian

dan memaknai musik dalam jiwa kreatif (7) menggeluti teknologi (8) menghadapi tantangan

dengan teknik berpikir ampuh (9) membebaskan alam kesadaran lain dengan

memvisualisasikan tantangan kreatif dan (10) menyatu dengan jiwa kreatif termasuk di dalam

berdolsquoa dan bermeditasi27

D Strategi Aplikasi CCTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Berdasarkan ulasan teoritik tersebut setidaknya ada 10 strategi atau langkah CCTL

yang perlu dipenuhi ketika diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab Kesepuluh syarat

dan rukun dimaksud adalah (1) perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab

(2) desain rencana dan kontrak pembelajaran bahasa Arab (3) pendekatan dan strategi

pembelajaran kontekstual dan kreatif (4) penciptaan suasana pembelajaran yang religius

nyaman menyenangkan dan partisipatoris (5) pengembangan sikap positif dan berpikir

kreatif (6) optimalisasi multi-intelegensi dalam proses pembelajaran bahasa Arab (7)

pengembangan minat dan tradisi membaca meneliti dan menulis dengan bahasa Arab (8)

kontekstualisasi substansi pembelajaran dengan masalah-masalah sosial yang aktual dalam

kehidupan siswamahasiswa (9) optimalisasi pendayagunaan media dan teknologi pendidikan

dan (10) penciptaan sistem evaluasi pembelajaran yang kreatif dan efektif28

Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dan kreatif dapat diorientasikan kepada

sebuah visi misi dan orientasi pembelajaran itu sendiri yaitu misalnya mendayagunakan

bahasa Arab secara optimal dalam pemahaman sumber-sumber ajaran Islam Dapat juga

dirumuskan ―Belajar bahasa Arab komunikatif sebagai media untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi Karenanya pembelajar yang kreatif akan berpikir bagaimana

memahami dan menguasai bahasa Arab ndashminimal pasifmdash dengan baik Bagaimana bahasa

Arab yang sudah dipahami itu dapat diaplikasikan dalam pemahaman literatur keislaman yang

berbahasa Arab dan juga menulis karya dalam bahasa Arab Bagaimana wujud pemahaman itu

dapat diaktualisasikan dalam bentuk produk pemikiran Bagaimana produk pemikiran itu

dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan dan seterusnya Jadi pembelajaran kontekstual

27

Muhammad Fauzicirc Abd al-Maqshucircd al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah Muawwiqacirct wa

Acircliyacirct al-Muwacircjahah (Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah 2004) h 28

Kesepuluh ―syarat dan rukun tersebut diabstraksikan dari pemaduan model pembelajaran

kontekstual dan kreatif dan juga diperkuat dengan teori-teori linguistik dan psikologi belajar

Mengenai teori-teori dimaksud lihat Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm al-Ushailicirc al-Nazhariyyacirct al-

Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah (Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah 1999)

13

dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan

kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara

tuntas dan kreatif

Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan

melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)

tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29

Pada tahap pertama

pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti

simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua

pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara

berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat

sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan

tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati

struktur dan sistem bahasa Arab

Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang

kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu

ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa

Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan

pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan

dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran

bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian

besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab

sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi

motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30

Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu

dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan

posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam

belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar

bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta

Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab

yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa

Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-

29

Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc

(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30

Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa

belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa

Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan

akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang

ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)

14

wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31

dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru

bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat

menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan

alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut

memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan

memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara

aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran

bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan

lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan

untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab

Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh

bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan

derivasi)32

Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan

pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak

sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus

dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan

untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai

struktur kalimat

Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif

dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya

Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di

beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi

tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan

dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk

mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain

yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya

الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2

Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau

mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak

31

Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function

interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)

imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad

Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc

(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32

Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-

Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45

15

berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung

dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat

mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu

dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh

orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat

dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik

(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar

berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual

CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar

yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif

maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa

Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa

Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan

mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini

masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua

Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap

masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33

Penentuan

masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan

membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu

mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga

pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak

khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka

yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil

memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana

33

Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub

2006) Cet I h 34

16

pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah

dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan

dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau

majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah

E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL

Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab

ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-

linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu

1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa

Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam

mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang

profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa

Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik

untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan

dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas

belajar yang kontektual dan menyenangkan

2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab

keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang

menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan

(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa

butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai

3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran

bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)

Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan

sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang

kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk

memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya

sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional

4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga

pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan

berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan

hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini

adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin

untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta

17

didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya

dalam mempraktikkan bahasa Arab34

5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa

Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa

dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap

pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini

berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai

macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris

misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada

Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia

Mesir Syria dan sebagainya

6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku

bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur

tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih

mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur

Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan

―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada

pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi

akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan

penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku

(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya

7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari

dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung

kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada

umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan

daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin

berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja

keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi

pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau

belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa

Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke

arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola

atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya

34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab

―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab

dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta

Desember 2005

18

F Penutup

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan

masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa

pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak

semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa

Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan

atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu

dicarikan solusinya secara lebih dini

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam

pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya

tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang

jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam

pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula

penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi

pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki

kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan

kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi

bahasa Arab yang efektif

Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang

mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber

lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua

pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga

pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa

asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan

Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di

Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab

yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang

dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada

konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif

senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam

mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk

dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif

model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb

19

Daftar Pustaka

Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah

Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah

Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam

Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika

Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember

2005

Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative

Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa

Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group

of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7

DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari

Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa

Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka

Cipta

Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson

Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah

Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo

Bandung MLC

Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-

Mishriyyah

Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I

Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura

Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-

Kutub

Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos

Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc

Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo

Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc

Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois

Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002

Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang

Depdiknas

Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara

Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II

Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa

Jakarta Rajawali Pers 2005

Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A

Simon amp Schuster Company

Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam

Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta

No 9 Oktober 2002

Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin

20

Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco

Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-

Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah

Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi

Yogyakarta CTSD

Page 9: CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31703/3/MUHBIB... · CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING (CCTL) DALAM

9

(modeling) (6) refleksi (reflection) serta (7) penilaian yang sebenarnya (authentic

assessment)20

Komponen pertama konstruktivisme (constructivism) merupakan pemikiran filosofis

yang mengasumsikan bahwa pengetahuan diperoleh dan dibangun manusia sedikit demi

sedikit kemudian hasilnya diperluas atau diperdalam melalui konteks yang terbatas dan

bukannya terjadi secara tiba-tiba (in a sudden) Sedangkan Menemukan (Inquiry) merupakan

suatu siklus pemerolehan pengetahuan yang terdiri dari langkah-langkah observasi bertanya

mengajukan dugaan pengumpulan data dan penyimpulan Bertanya (Questioning)

merupakan strategi utama yang bagi guru merupakan kegiatan untuk mendorong

membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sementara bagi siswa bertanya

merupakan bagian penting untuk menggali informasi mengkonfirmasi pengetahuan dan

mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui

Komponen keempat adalah Masyarakat Belajar (Learning Community) yakni situasi

yang diciptakan berdasarkan konsep yang menyarankan agar proses dan hasil pembelajaran

diperoleh dari bekerjasama (collaborating) dengan orang lain baik itu kerjasama siswa-siswa

siswa-pengajar maupun siswa-ahli Dalam Pemodelan (Modeling) pengajar (meskipun

kadang melibatkan siswa) memberi contoh mempresentasikan atau mendemonstrasikan

tentang cara bekerja sesuatu sebelum siswa mengerjakan tugas Sedangkan Refleksi

(Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang

(thinking back) tentang hal-hal yang sudah kita lakukan di masa lalu Refleksi merupakan

respon terhadap kejadian aktifitas maupun pengetahuan yang baru diterima Adapun

Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data

yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan

nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran

Pendekatan kontekstual merupakan pilihan strategi pembelajaran yang berpihak pada

dan memberdayakan siswa CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan

menyenangkan karena pembelajaran dilakukan secara alamiah sehingga peserta didik dapat

mempraktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya Pembelajaran kontekstual

mendorong peserta didik memahami hakekat makna dan manfaat belajar sehingga

memungkinkan rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar bahkan kecanduan belajar21

Dalam pembelajaran kontekstual tugas gurudosen adalah memberikan kemudahan

belajar kepada peserta didik dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang

memadai Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan tetapi

juga mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik

20

Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24 21

E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 103

10

belajar Lingkungan belajar yang kondusif sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan

keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan

Signifikansi lingkungan pembelajaran tampak pada hal-hal berikut (a) belajar efektif itu

dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik (b) pembelajaran harus

berpusat pada ˝bagaimana cara― peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka

Strategi belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya dan (c) umpan balik sangat penting bagi

peserta didik yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar dan (d)

menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting22

Jadi

kontekstualisasi pembelajaran diorientasikan kepada pemandirian peserta didik dalam

mengembangkan kompetensi dan kemampuannya untuk memecahkan masalah Belajar

memecahkan masalah mendorong peserta didik untuk mencari informasi atau melakukan

investigasi

4 Pembelajaran Kreatif

Pembelajaran kreatif mengharuskan tenaga pendidik dapat memunculkan kreativitas

peserta didik dalam kelas baik kreativitas berpikir maupun kreativitas dalam melakukan

sesuatu Kreativitas berpikir merupakan kemampuan imajinatif tetapi rasional Berpikir kreatif

berawal dari berpikir kritis yaitu menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya belum

ada atau memperbaiki seseuatu yang sebelumnya tidak baik23

Pembelajaran kreatif adalah

pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas dengan cara memanfaatkan

segenap potensi dan multi-kecerdasan yang dimiliki peserta didik secara maksimal Secara

implisit pembelajaran ini mengandung muatan baru yang disesuaikan dengan keadaan

terutama dalam penyajiannya yang lebih inovatif

Bila di dalam ruangan kelas tidak tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai guru

bisa memanfaatkan fasilitas yang ada termasuk mengeksploitasi secara maksimal alam

lingkungan di sekitarnya Dengan demikian pembelajaran ini mampu beradaptasi dengan

berbagai macam situasi dan keadaan sehingga bisa dilakukan di mana dan kapan saja

Karakter pembelajaran kreatif itu sangat fleksibel dan bergantung pada guru sang

kreator Ini menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut akan dapat disajikan oleh guru-guru

yang memiliki kreativitas tinggi Unsur kreativitas yang dipertaruhkan di sini pada dasarnya

dimiliki oleh setiap orang Orang-orang yang memiliki kreativitas tinggi biasanya dapat

memelihara unsur tersebut dengan baik begitu pun sebaliknya Pembelajaran kreatif dapat

dikembangkan melalui empat tahap Keempat tahap ini oleh Daniel Goleman disebut anatomi

22

Nurhadi Pendekatan Kontekstual (Malang Universitas Negeri Malang 2002) Cet I h 4 23

Abdul Rahman Shaleh Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta

Rajawali Pers 2005) Cet I h 158

11

momen kreatif24

Tahap pertama adalah persiapan yaitu proses pengumpulan berbagai

informasi untuk diuji Dalam tahap ini otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi

sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi Pengalaman hidup turut

menyumbang proses persiapan menjadi kreatif

Kedua inkubasi (disebut juga tahap istirahat) yaitu suatu rentang waktu untuk

merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis

tersebut rasional Hal ini antara lain dapat diperkuat dengan intuisi dan suara hati nurani

Dalam proses mengaitkan ide pikiran sebenarnya juga melakukan berbagai proses yaitu

menjajarkan memadukan memilah mengitari dan membayangkan ide

Ketiga illuminasi (pencerahan) Pengendapan informasi dan ―lamunan bahkan intuisi

akan membawa kepada pencerahan ketika secara seketika jawaban yang dicari datang

menemui pembelajar tanpa diketahui sumbernya Inilah tahapan yang biasanya memperoleh

limpahan perhatian Pembelajar mendapat inspirasi dan motivasi untuk menjawab tantangan

kreatif yang dihadapi25

Tahap lanjutannya adalah penerjemahan ketika pembelajar mengubah

wawasan menjadi tindakan

Keempat tahap pembuktianpelaksanaan (verifikasi) yaitu pengujian kembali hasil

hipotesis tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah rekomendasi Dalam tahap ini ada gagasan

berhasil dengan cepat sedang yang lain perlu waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan

Kemampuan dan keterampilan berpikir dibarengi hasrat kuat dan rasa gembira memainkan

peran penting dalam aktualisasi kreativitas

Selain itu Teresa M Amabile berpendapat bahwa proses pembelajaran kreatif itu

melalui lima tahap dan diibaratkan seperti orang membuat sop Kelima tahap dimaksud adalah

(1) tahap presentasi masalah (pembelajar menyadari adanya suatu masalah yang harus

dipelajari dan dicarikan solusinya (2) tahap persiapan (menyiapkan diri untuk belajar

menelaah bacaan yang relevan dengan masalah) (3) tahap penyimpulan gagasan (hasil

pembacaan biasa melahirkan gagasan sehingga ada titik simpul yang dapat dijadikan sebagai

inspirasi dan media pemecahan masalah (4) tahap validasi (aktualisasi gagasan dalam bentuk

tindakan dan karya kreatif) dan (5) tahap pengukuran hasil (evaluasi)26

Adapun strategi pembelajaran kreatif adalah (1) menyatu dengan masyarakat luas

termasuk berkolega dengan ilmuwan (2) merancang lingkungan yang bernilai tambah seperti

musik pencahayaan aroma warna yang indah dan menarik (3) mengembara keluar dari dunia

24

Daniel Goleman The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah Tempat Kerja

dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo (Bandung MLC 2005) Cet I h

30-37 25 Ayan Jordan E Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Yoour Creative Spirit and

Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan (Bandung Kaifa 2003) Cet V h 56 26

Lihat Teresa M Amabile Growing up Creative (New York Pinguin 1998)

12

sempit dengan belajar menemukan sudut pandang baru dan perenungan pribadi (4) menyulut

inspirasi dari permainan dan humor termasuk olah raga (5) mengembangkan daya pikir

dengan membaca kreatif menjelajahi toko buku dan dunia maya (6) menggemari kesenian

dan memaknai musik dalam jiwa kreatif (7) menggeluti teknologi (8) menghadapi tantangan

dengan teknik berpikir ampuh (9) membebaskan alam kesadaran lain dengan

memvisualisasikan tantangan kreatif dan (10) menyatu dengan jiwa kreatif termasuk di dalam

berdolsquoa dan bermeditasi27

D Strategi Aplikasi CCTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Berdasarkan ulasan teoritik tersebut setidaknya ada 10 strategi atau langkah CCTL

yang perlu dipenuhi ketika diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab Kesepuluh syarat

dan rukun dimaksud adalah (1) perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab

(2) desain rencana dan kontrak pembelajaran bahasa Arab (3) pendekatan dan strategi

pembelajaran kontekstual dan kreatif (4) penciptaan suasana pembelajaran yang religius

nyaman menyenangkan dan partisipatoris (5) pengembangan sikap positif dan berpikir

kreatif (6) optimalisasi multi-intelegensi dalam proses pembelajaran bahasa Arab (7)

pengembangan minat dan tradisi membaca meneliti dan menulis dengan bahasa Arab (8)

kontekstualisasi substansi pembelajaran dengan masalah-masalah sosial yang aktual dalam

kehidupan siswamahasiswa (9) optimalisasi pendayagunaan media dan teknologi pendidikan

dan (10) penciptaan sistem evaluasi pembelajaran yang kreatif dan efektif28

Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dan kreatif dapat diorientasikan kepada

sebuah visi misi dan orientasi pembelajaran itu sendiri yaitu misalnya mendayagunakan

bahasa Arab secara optimal dalam pemahaman sumber-sumber ajaran Islam Dapat juga

dirumuskan ―Belajar bahasa Arab komunikatif sebagai media untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi Karenanya pembelajar yang kreatif akan berpikir bagaimana

memahami dan menguasai bahasa Arab ndashminimal pasifmdash dengan baik Bagaimana bahasa

Arab yang sudah dipahami itu dapat diaplikasikan dalam pemahaman literatur keislaman yang

berbahasa Arab dan juga menulis karya dalam bahasa Arab Bagaimana wujud pemahaman itu

dapat diaktualisasikan dalam bentuk produk pemikiran Bagaimana produk pemikiran itu

dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan dan seterusnya Jadi pembelajaran kontekstual

27

Muhammad Fauzicirc Abd al-Maqshucircd al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah Muawwiqacirct wa

Acircliyacirct al-Muwacircjahah (Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah 2004) h 28

Kesepuluh ―syarat dan rukun tersebut diabstraksikan dari pemaduan model pembelajaran

kontekstual dan kreatif dan juga diperkuat dengan teori-teori linguistik dan psikologi belajar

Mengenai teori-teori dimaksud lihat Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm al-Ushailicirc al-Nazhariyyacirct al-

Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah (Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah 1999)

13

dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan

kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara

tuntas dan kreatif

Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan

melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)

tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29

Pada tahap pertama

pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti

simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua

pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara

berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat

sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan

tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati

struktur dan sistem bahasa Arab

Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang

kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu

ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa

Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan

pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan

dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran

bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian

besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab

sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi

motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30

Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu

dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan

posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam

belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar

bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta

Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab

yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa

Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-

29

Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc

(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30

Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa

belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa

Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan

akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang

ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)

14

wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31

dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru

bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat

menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan

alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut

memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan

memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara

aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran

bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan

lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan

untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab

Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh

bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan

derivasi)32

Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan

pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak

sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus

dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan

untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai

struktur kalimat

Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif

dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya

Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di

beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi

tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan

dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk

mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain

yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya

الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2

Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau

mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak

31

Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function

interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)

imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad

Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc

(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32

Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-

Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45

15

berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung

dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat

mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu

dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh

orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat

dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik

(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar

berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual

CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar

yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif

maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa

Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa

Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan

mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini

masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua

Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap

masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33

Penentuan

masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan

membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu

mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga

pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak

khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka

yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil

memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana

33

Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub

2006) Cet I h 34

16

pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah

dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan

dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau

majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah

E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL

Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab

ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-

linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu

1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa

Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam

mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang

profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa

Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik

untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan

dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas

belajar yang kontektual dan menyenangkan

2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab

keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang

menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan

(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa

butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai

3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran

bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)

Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan

sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang

kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk

memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya

sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional

4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga

pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan

berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan

hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini

adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin

untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta

17

didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya

dalam mempraktikkan bahasa Arab34

5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa

Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa

dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap

pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini

berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai

macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris

misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada

Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia

Mesir Syria dan sebagainya

6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku

bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur

tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih

mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur

Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan

―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada

pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi

akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan

penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku

(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya

7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari

dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung

kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada

umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan

daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin

berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja

keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi

pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau

belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa

Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke

arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola

atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya

34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab

―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab

dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta

Desember 2005

18

F Penutup

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan

masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa

pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak

semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa

Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan

atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu

dicarikan solusinya secara lebih dini

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam

pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya

tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang

jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam

pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula

penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi

pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki

kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan

kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi

bahasa Arab yang efektif

Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang

mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber

lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua

pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga

pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa

asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan

Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di

Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab

yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang

dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada

konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif

senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam

mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk

dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif

model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb

19

Daftar Pustaka

Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah

Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah

Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam

Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika

Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember

2005

Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative

Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa

Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group

of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7

DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari

Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa

Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka

Cipta

Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson

Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah

Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo

Bandung MLC

Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-

Mishriyyah

Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I

Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura

Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-

Kutub

Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos

Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc

Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo

Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc

Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois

Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002

Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang

Depdiknas

Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara

Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II

Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa

Jakarta Rajawali Pers 2005

Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A

Simon amp Schuster Company

Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam

Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta

No 9 Oktober 2002

Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin

20

Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco

Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-

Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah

Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi

Yogyakarta CTSD

Page 10: CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31703/3/MUHBIB... · CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING (CCTL) DALAM

10

belajar Lingkungan belajar yang kondusif sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan

keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan

Signifikansi lingkungan pembelajaran tampak pada hal-hal berikut (a) belajar efektif itu

dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik (b) pembelajaran harus

berpusat pada ˝bagaimana cara― peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka

Strategi belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya dan (c) umpan balik sangat penting bagi

peserta didik yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar dan (d)

menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting22

Jadi

kontekstualisasi pembelajaran diorientasikan kepada pemandirian peserta didik dalam

mengembangkan kompetensi dan kemampuannya untuk memecahkan masalah Belajar

memecahkan masalah mendorong peserta didik untuk mencari informasi atau melakukan

investigasi

4 Pembelajaran Kreatif

Pembelajaran kreatif mengharuskan tenaga pendidik dapat memunculkan kreativitas

peserta didik dalam kelas baik kreativitas berpikir maupun kreativitas dalam melakukan

sesuatu Kreativitas berpikir merupakan kemampuan imajinatif tetapi rasional Berpikir kreatif

berawal dari berpikir kritis yaitu menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya belum

ada atau memperbaiki seseuatu yang sebelumnya tidak baik23

Pembelajaran kreatif adalah

pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas dengan cara memanfaatkan

segenap potensi dan multi-kecerdasan yang dimiliki peserta didik secara maksimal Secara

implisit pembelajaran ini mengandung muatan baru yang disesuaikan dengan keadaan

terutama dalam penyajiannya yang lebih inovatif

Bila di dalam ruangan kelas tidak tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai guru

bisa memanfaatkan fasilitas yang ada termasuk mengeksploitasi secara maksimal alam

lingkungan di sekitarnya Dengan demikian pembelajaran ini mampu beradaptasi dengan

berbagai macam situasi dan keadaan sehingga bisa dilakukan di mana dan kapan saja

Karakter pembelajaran kreatif itu sangat fleksibel dan bergantung pada guru sang

kreator Ini menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut akan dapat disajikan oleh guru-guru

yang memiliki kreativitas tinggi Unsur kreativitas yang dipertaruhkan di sini pada dasarnya

dimiliki oleh setiap orang Orang-orang yang memiliki kreativitas tinggi biasanya dapat

memelihara unsur tersebut dengan baik begitu pun sebaliknya Pembelajaran kreatif dapat

dikembangkan melalui empat tahap Keempat tahap ini oleh Daniel Goleman disebut anatomi

22

Nurhadi Pendekatan Kontekstual (Malang Universitas Negeri Malang 2002) Cet I h 4 23

Abdul Rahman Shaleh Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta

Rajawali Pers 2005) Cet I h 158

11

momen kreatif24

Tahap pertama adalah persiapan yaitu proses pengumpulan berbagai

informasi untuk diuji Dalam tahap ini otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi

sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi Pengalaman hidup turut

menyumbang proses persiapan menjadi kreatif

Kedua inkubasi (disebut juga tahap istirahat) yaitu suatu rentang waktu untuk

merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis

tersebut rasional Hal ini antara lain dapat diperkuat dengan intuisi dan suara hati nurani

Dalam proses mengaitkan ide pikiran sebenarnya juga melakukan berbagai proses yaitu

menjajarkan memadukan memilah mengitari dan membayangkan ide

Ketiga illuminasi (pencerahan) Pengendapan informasi dan ―lamunan bahkan intuisi

akan membawa kepada pencerahan ketika secara seketika jawaban yang dicari datang

menemui pembelajar tanpa diketahui sumbernya Inilah tahapan yang biasanya memperoleh

limpahan perhatian Pembelajar mendapat inspirasi dan motivasi untuk menjawab tantangan

kreatif yang dihadapi25

Tahap lanjutannya adalah penerjemahan ketika pembelajar mengubah

wawasan menjadi tindakan

Keempat tahap pembuktianpelaksanaan (verifikasi) yaitu pengujian kembali hasil

hipotesis tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah rekomendasi Dalam tahap ini ada gagasan

berhasil dengan cepat sedang yang lain perlu waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan

Kemampuan dan keterampilan berpikir dibarengi hasrat kuat dan rasa gembira memainkan

peran penting dalam aktualisasi kreativitas

Selain itu Teresa M Amabile berpendapat bahwa proses pembelajaran kreatif itu

melalui lima tahap dan diibaratkan seperti orang membuat sop Kelima tahap dimaksud adalah

(1) tahap presentasi masalah (pembelajar menyadari adanya suatu masalah yang harus

dipelajari dan dicarikan solusinya (2) tahap persiapan (menyiapkan diri untuk belajar

menelaah bacaan yang relevan dengan masalah) (3) tahap penyimpulan gagasan (hasil

pembacaan biasa melahirkan gagasan sehingga ada titik simpul yang dapat dijadikan sebagai

inspirasi dan media pemecahan masalah (4) tahap validasi (aktualisasi gagasan dalam bentuk

tindakan dan karya kreatif) dan (5) tahap pengukuran hasil (evaluasi)26

Adapun strategi pembelajaran kreatif adalah (1) menyatu dengan masyarakat luas

termasuk berkolega dengan ilmuwan (2) merancang lingkungan yang bernilai tambah seperti

musik pencahayaan aroma warna yang indah dan menarik (3) mengembara keluar dari dunia

24

Daniel Goleman The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah Tempat Kerja

dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo (Bandung MLC 2005) Cet I h

30-37 25 Ayan Jordan E Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Yoour Creative Spirit and

Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan (Bandung Kaifa 2003) Cet V h 56 26

Lihat Teresa M Amabile Growing up Creative (New York Pinguin 1998)

12

sempit dengan belajar menemukan sudut pandang baru dan perenungan pribadi (4) menyulut

inspirasi dari permainan dan humor termasuk olah raga (5) mengembangkan daya pikir

dengan membaca kreatif menjelajahi toko buku dan dunia maya (6) menggemari kesenian

dan memaknai musik dalam jiwa kreatif (7) menggeluti teknologi (8) menghadapi tantangan

dengan teknik berpikir ampuh (9) membebaskan alam kesadaran lain dengan

memvisualisasikan tantangan kreatif dan (10) menyatu dengan jiwa kreatif termasuk di dalam

berdolsquoa dan bermeditasi27

D Strategi Aplikasi CCTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Berdasarkan ulasan teoritik tersebut setidaknya ada 10 strategi atau langkah CCTL

yang perlu dipenuhi ketika diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab Kesepuluh syarat

dan rukun dimaksud adalah (1) perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab

(2) desain rencana dan kontrak pembelajaran bahasa Arab (3) pendekatan dan strategi

pembelajaran kontekstual dan kreatif (4) penciptaan suasana pembelajaran yang religius

nyaman menyenangkan dan partisipatoris (5) pengembangan sikap positif dan berpikir

kreatif (6) optimalisasi multi-intelegensi dalam proses pembelajaran bahasa Arab (7)

pengembangan minat dan tradisi membaca meneliti dan menulis dengan bahasa Arab (8)

kontekstualisasi substansi pembelajaran dengan masalah-masalah sosial yang aktual dalam

kehidupan siswamahasiswa (9) optimalisasi pendayagunaan media dan teknologi pendidikan

dan (10) penciptaan sistem evaluasi pembelajaran yang kreatif dan efektif28

Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dan kreatif dapat diorientasikan kepada

sebuah visi misi dan orientasi pembelajaran itu sendiri yaitu misalnya mendayagunakan

bahasa Arab secara optimal dalam pemahaman sumber-sumber ajaran Islam Dapat juga

dirumuskan ―Belajar bahasa Arab komunikatif sebagai media untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi Karenanya pembelajar yang kreatif akan berpikir bagaimana

memahami dan menguasai bahasa Arab ndashminimal pasifmdash dengan baik Bagaimana bahasa

Arab yang sudah dipahami itu dapat diaplikasikan dalam pemahaman literatur keislaman yang

berbahasa Arab dan juga menulis karya dalam bahasa Arab Bagaimana wujud pemahaman itu

dapat diaktualisasikan dalam bentuk produk pemikiran Bagaimana produk pemikiran itu

dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan dan seterusnya Jadi pembelajaran kontekstual

27

Muhammad Fauzicirc Abd al-Maqshucircd al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah Muawwiqacirct wa

Acircliyacirct al-Muwacircjahah (Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah 2004) h 28

Kesepuluh ―syarat dan rukun tersebut diabstraksikan dari pemaduan model pembelajaran

kontekstual dan kreatif dan juga diperkuat dengan teori-teori linguistik dan psikologi belajar

Mengenai teori-teori dimaksud lihat Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm al-Ushailicirc al-Nazhariyyacirct al-

Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah (Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah 1999)

13

dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan

kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara

tuntas dan kreatif

Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan

melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)

tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29

Pada tahap pertama

pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti

simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua

pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara

berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat

sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan

tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati

struktur dan sistem bahasa Arab

Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang

kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu

ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa

Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan

pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan

dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran

bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian

besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab

sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi

motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30

Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu

dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan

posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam

belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar

bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta

Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab

yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa

Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-

29

Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc

(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30

Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa

belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa

Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan

akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang

ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)

14

wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31

dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru

bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat

menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan

alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut

memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan

memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara

aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran

bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan

lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan

untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab

Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh

bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan

derivasi)32

Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan

pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak

sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus

dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan

untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai

struktur kalimat

Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif

dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya

Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di

beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi

tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan

dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk

mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain

yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya

الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2

Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau

mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak

31

Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function

interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)

imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad

Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc

(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32

Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-

Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45

15

berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung

dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat

mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu

dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh

orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat

dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik

(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar

berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual

CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar

yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif

maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa

Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa

Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan

mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini

masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua

Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap

masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33

Penentuan

masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan

membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu

mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga

pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak

khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka

yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil

memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana

33

Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub

2006) Cet I h 34

16

pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah

dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan

dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau

majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah

E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL

Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab

ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-

linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu

1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa

Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam

mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang

profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa

Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik

untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan

dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas

belajar yang kontektual dan menyenangkan

2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab

keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang

menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan

(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa

butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai

3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran

bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)

Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan

sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang

kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk

memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya

sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional

4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga

pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan

berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan

hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini

adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin

untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta

17

didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya

dalam mempraktikkan bahasa Arab34

5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa

Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa

dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap

pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini

berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai

macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris

misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada

Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia

Mesir Syria dan sebagainya

6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku

bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur

tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih

mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur

Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan

―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada

pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi

akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan

penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku

(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya

7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari

dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung

kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada

umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan

daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin

berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja

keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi

pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau

belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa

Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke

arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola

atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya

34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab

―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab

dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta

Desember 2005

18

F Penutup

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan

masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa

pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak

semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa

Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan

atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu

dicarikan solusinya secara lebih dini

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam

pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya

tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang

jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam

pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula

penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi

pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki

kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan

kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi

bahasa Arab yang efektif

Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang

mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber

lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua

pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga

pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa

asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan

Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di

Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab

yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang

dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada

konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif

senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam

mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk

dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif

model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb

19

Daftar Pustaka

Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah

Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah

Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam

Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika

Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember

2005

Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative

Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa

Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group

of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7

DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari

Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa

Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka

Cipta

Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson

Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah

Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo

Bandung MLC

Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-

Mishriyyah

Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I

Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura

Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-

Kutub

Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos

Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc

Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo

Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc

Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois

Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002

Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang

Depdiknas

Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara

Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II

Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa

Jakarta Rajawali Pers 2005

Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A

Simon amp Schuster Company

Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam

Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta

No 9 Oktober 2002

Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin

20

Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco

Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-

Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah

Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi

Yogyakarta CTSD

Page 11: CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31703/3/MUHBIB... · CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING (CCTL) DALAM

11

momen kreatif24

Tahap pertama adalah persiapan yaitu proses pengumpulan berbagai

informasi untuk diuji Dalam tahap ini otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi

sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi Pengalaman hidup turut

menyumbang proses persiapan menjadi kreatif

Kedua inkubasi (disebut juga tahap istirahat) yaitu suatu rentang waktu untuk

merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis

tersebut rasional Hal ini antara lain dapat diperkuat dengan intuisi dan suara hati nurani

Dalam proses mengaitkan ide pikiran sebenarnya juga melakukan berbagai proses yaitu

menjajarkan memadukan memilah mengitari dan membayangkan ide

Ketiga illuminasi (pencerahan) Pengendapan informasi dan ―lamunan bahkan intuisi

akan membawa kepada pencerahan ketika secara seketika jawaban yang dicari datang

menemui pembelajar tanpa diketahui sumbernya Inilah tahapan yang biasanya memperoleh

limpahan perhatian Pembelajar mendapat inspirasi dan motivasi untuk menjawab tantangan

kreatif yang dihadapi25

Tahap lanjutannya adalah penerjemahan ketika pembelajar mengubah

wawasan menjadi tindakan

Keempat tahap pembuktianpelaksanaan (verifikasi) yaitu pengujian kembali hasil

hipotesis tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah rekomendasi Dalam tahap ini ada gagasan

berhasil dengan cepat sedang yang lain perlu waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan

Kemampuan dan keterampilan berpikir dibarengi hasrat kuat dan rasa gembira memainkan

peran penting dalam aktualisasi kreativitas

Selain itu Teresa M Amabile berpendapat bahwa proses pembelajaran kreatif itu

melalui lima tahap dan diibaratkan seperti orang membuat sop Kelima tahap dimaksud adalah

(1) tahap presentasi masalah (pembelajar menyadari adanya suatu masalah yang harus

dipelajari dan dicarikan solusinya (2) tahap persiapan (menyiapkan diri untuk belajar

menelaah bacaan yang relevan dengan masalah) (3) tahap penyimpulan gagasan (hasil

pembacaan biasa melahirkan gagasan sehingga ada titik simpul yang dapat dijadikan sebagai

inspirasi dan media pemecahan masalah (4) tahap validasi (aktualisasi gagasan dalam bentuk

tindakan dan karya kreatif) dan (5) tahap pengukuran hasil (evaluasi)26

Adapun strategi pembelajaran kreatif adalah (1) menyatu dengan masyarakat luas

termasuk berkolega dengan ilmuwan (2) merancang lingkungan yang bernilai tambah seperti

musik pencahayaan aroma warna yang indah dan menarik (3) mengembara keluar dari dunia

24

Daniel Goleman The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah Tempat Kerja

dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo (Bandung MLC 2005) Cet I h

30-37 25 Ayan Jordan E Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Yoour Creative Spirit and

Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan (Bandung Kaifa 2003) Cet V h 56 26

Lihat Teresa M Amabile Growing up Creative (New York Pinguin 1998)

12

sempit dengan belajar menemukan sudut pandang baru dan perenungan pribadi (4) menyulut

inspirasi dari permainan dan humor termasuk olah raga (5) mengembangkan daya pikir

dengan membaca kreatif menjelajahi toko buku dan dunia maya (6) menggemari kesenian

dan memaknai musik dalam jiwa kreatif (7) menggeluti teknologi (8) menghadapi tantangan

dengan teknik berpikir ampuh (9) membebaskan alam kesadaran lain dengan

memvisualisasikan tantangan kreatif dan (10) menyatu dengan jiwa kreatif termasuk di dalam

berdolsquoa dan bermeditasi27

D Strategi Aplikasi CCTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Berdasarkan ulasan teoritik tersebut setidaknya ada 10 strategi atau langkah CCTL

yang perlu dipenuhi ketika diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab Kesepuluh syarat

dan rukun dimaksud adalah (1) perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab

(2) desain rencana dan kontrak pembelajaran bahasa Arab (3) pendekatan dan strategi

pembelajaran kontekstual dan kreatif (4) penciptaan suasana pembelajaran yang religius

nyaman menyenangkan dan partisipatoris (5) pengembangan sikap positif dan berpikir

kreatif (6) optimalisasi multi-intelegensi dalam proses pembelajaran bahasa Arab (7)

pengembangan minat dan tradisi membaca meneliti dan menulis dengan bahasa Arab (8)

kontekstualisasi substansi pembelajaran dengan masalah-masalah sosial yang aktual dalam

kehidupan siswamahasiswa (9) optimalisasi pendayagunaan media dan teknologi pendidikan

dan (10) penciptaan sistem evaluasi pembelajaran yang kreatif dan efektif28

Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dan kreatif dapat diorientasikan kepada

sebuah visi misi dan orientasi pembelajaran itu sendiri yaitu misalnya mendayagunakan

bahasa Arab secara optimal dalam pemahaman sumber-sumber ajaran Islam Dapat juga

dirumuskan ―Belajar bahasa Arab komunikatif sebagai media untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi Karenanya pembelajar yang kreatif akan berpikir bagaimana

memahami dan menguasai bahasa Arab ndashminimal pasifmdash dengan baik Bagaimana bahasa

Arab yang sudah dipahami itu dapat diaplikasikan dalam pemahaman literatur keislaman yang

berbahasa Arab dan juga menulis karya dalam bahasa Arab Bagaimana wujud pemahaman itu

dapat diaktualisasikan dalam bentuk produk pemikiran Bagaimana produk pemikiran itu

dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan dan seterusnya Jadi pembelajaran kontekstual

27

Muhammad Fauzicirc Abd al-Maqshucircd al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah Muawwiqacirct wa

Acircliyacirct al-Muwacircjahah (Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah 2004) h 28

Kesepuluh ―syarat dan rukun tersebut diabstraksikan dari pemaduan model pembelajaran

kontekstual dan kreatif dan juga diperkuat dengan teori-teori linguistik dan psikologi belajar

Mengenai teori-teori dimaksud lihat Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm al-Ushailicirc al-Nazhariyyacirct al-

Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah (Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah 1999)

13

dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan

kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara

tuntas dan kreatif

Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan

melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)

tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29

Pada tahap pertama

pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti

simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua

pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara

berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat

sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan

tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati

struktur dan sistem bahasa Arab

Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang

kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu

ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa

Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan

pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan

dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran

bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian

besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab

sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi

motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30

Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu

dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan

posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam

belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar

bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta

Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab

yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa

Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-

29

Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc

(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30

Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa

belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa

Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan

akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang

ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)

14

wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31

dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru

bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat

menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan

alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut

memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan

memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara

aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran

bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan

lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan

untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab

Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh

bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan

derivasi)32

Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan

pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak

sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus

dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan

untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai

struktur kalimat

Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif

dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya

Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di

beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi

tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan

dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk

mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain

yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya

الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2

Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau

mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak

31

Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function

interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)

imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad

Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc

(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32

Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-

Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45

15

berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung

dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat

mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu

dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh

orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat

dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik

(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar

berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual

CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar

yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif

maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa

Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa

Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan

mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini

masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua

Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap

masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33

Penentuan

masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan

membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu

mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga

pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak

khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka

yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil

memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana

33

Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub

2006) Cet I h 34

16

pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah

dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan

dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau

majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah

E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL

Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab

ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-

linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu

1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa

Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam

mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang

profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa

Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik

untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan

dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas

belajar yang kontektual dan menyenangkan

2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab

keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang

menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan

(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa

butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai

3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran

bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)

Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan

sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang

kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk

memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya

sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional

4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga

pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan

berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan

hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini

adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin

untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta

17

didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya

dalam mempraktikkan bahasa Arab34

5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa

Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa

dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap

pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini

berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai

macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris

misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada

Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia

Mesir Syria dan sebagainya

6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku

bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur

tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih

mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur

Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan

―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada

pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi

akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan

penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku

(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya

7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari

dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung

kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada

umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan

daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin

berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja

keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi

pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau

belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa

Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke

arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola

atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya

34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab

―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab

dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta

Desember 2005

18

F Penutup

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan

masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa

pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak

semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa

Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan

atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu

dicarikan solusinya secara lebih dini

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam

pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya

tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang

jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam

pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula

penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi

pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki

kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan

kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi

bahasa Arab yang efektif

Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang

mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber

lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua

pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga

pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa

asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan

Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di

Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab

yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang

dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada

konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif

senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam

mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk

dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif

model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb

19

Daftar Pustaka

Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah

Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah

Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam

Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika

Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember

2005

Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative

Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa

Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group

of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7

DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari

Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa

Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka

Cipta

Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson

Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah

Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo

Bandung MLC

Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-

Mishriyyah

Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I

Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura

Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-

Kutub

Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos

Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc

Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo

Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc

Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois

Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002

Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang

Depdiknas

Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara

Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II

Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa

Jakarta Rajawali Pers 2005

Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A

Simon amp Schuster Company

Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam

Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta

No 9 Oktober 2002

Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin

20

Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco

Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-

Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah

Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi

Yogyakarta CTSD

Page 12: CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31703/3/MUHBIB... · CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING (CCTL) DALAM

12

sempit dengan belajar menemukan sudut pandang baru dan perenungan pribadi (4) menyulut

inspirasi dari permainan dan humor termasuk olah raga (5) mengembangkan daya pikir

dengan membaca kreatif menjelajahi toko buku dan dunia maya (6) menggemari kesenian

dan memaknai musik dalam jiwa kreatif (7) menggeluti teknologi (8) menghadapi tantangan

dengan teknik berpikir ampuh (9) membebaskan alam kesadaran lain dengan

memvisualisasikan tantangan kreatif dan (10) menyatu dengan jiwa kreatif termasuk di dalam

berdolsquoa dan bermeditasi27

D Strategi Aplikasi CCTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Berdasarkan ulasan teoritik tersebut setidaknya ada 10 strategi atau langkah CCTL

yang perlu dipenuhi ketika diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab Kesepuluh syarat

dan rukun dimaksud adalah (1) perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab

(2) desain rencana dan kontrak pembelajaran bahasa Arab (3) pendekatan dan strategi

pembelajaran kontekstual dan kreatif (4) penciptaan suasana pembelajaran yang religius

nyaman menyenangkan dan partisipatoris (5) pengembangan sikap positif dan berpikir

kreatif (6) optimalisasi multi-intelegensi dalam proses pembelajaran bahasa Arab (7)

pengembangan minat dan tradisi membaca meneliti dan menulis dengan bahasa Arab (8)

kontekstualisasi substansi pembelajaran dengan masalah-masalah sosial yang aktual dalam

kehidupan siswamahasiswa (9) optimalisasi pendayagunaan media dan teknologi pendidikan

dan (10) penciptaan sistem evaluasi pembelajaran yang kreatif dan efektif28

Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dan kreatif dapat diorientasikan kepada

sebuah visi misi dan orientasi pembelajaran itu sendiri yaitu misalnya mendayagunakan

bahasa Arab secara optimal dalam pemahaman sumber-sumber ajaran Islam Dapat juga

dirumuskan ―Belajar bahasa Arab komunikatif sebagai media untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi Karenanya pembelajar yang kreatif akan berpikir bagaimana

memahami dan menguasai bahasa Arab ndashminimal pasifmdash dengan baik Bagaimana bahasa

Arab yang sudah dipahami itu dapat diaplikasikan dalam pemahaman literatur keislaman yang

berbahasa Arab dan juga menulis karya dalam bahasa Arab Bagaimana wujud pemahaman itu

dapat diaktualisasikan dalam bentuk produk pemikiran Bagaimana produk pemikiran itu

dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan dan seterusnya Jadi pembelajaran kontekstual

27

Muhammad Fauzicirc Abd al-Maqshucircd al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah Muawwiqacirct wa

Acircliyacirct al-Muwacircjahah (Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah 2004) h 28

Kesepuluh ―syarat dan rukun tersebut diabstraksikan dari pemaduan model pembelajaran

kontekstual dan kreatif dan juga diperkuat dengan teori-teori linguistik dan psikologi belajar

Mengenai teori-teori dimaksud lihat Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm al-Ushailicirc al-Nazhariyyacirct al-

Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah (Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah 1999)

13

dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan

kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara

tuntas dan kreatif

Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan

melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)

tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29

Pada tahap pertama

pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti

simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua

pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara

berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat

sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan

tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati

struktur dan sistem bahasa Arab

Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang

kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu

ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa

Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan

pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan

dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran

bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian

besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab

sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi

motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30

Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu

dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan

posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam

belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar

bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta

Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab

yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa

Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-

29

Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc

(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30

Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa

belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa

Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan

akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang

ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)

14

wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31

dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru

bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat

menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan

alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut

memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan

memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara

aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran

bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan

lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan

untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab

Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh

bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan

derivasi)32

Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan

pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak

sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus

dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan

untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai

struktur kalimat

Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif

dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya

Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di

beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi

tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan

dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk

mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain

yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya

الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2

Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau

mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak

31

Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function

interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)

imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad

Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc

(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32

Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-

Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45

15

berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung

dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat

mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu

dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh

orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat

dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik

(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar

berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual

CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar

yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif

maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa

Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa

Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan

mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini

masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua

Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap

masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33

Penentuan

masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan

membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu

mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga

pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak

khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka

yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil

memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana

33

Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub

2006) Cet I h 34

16

pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah

dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan

dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau

majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah

E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL

Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab

ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-

linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu

1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa

Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam

mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang

profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa

Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik

untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan

dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas

belajar yang kontektual dan menyenangkan

2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab

keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang

menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan

(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa

butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai

3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran

bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)

Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan

sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang

kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk

memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya

sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional

4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga

pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan

berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan

hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini

adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin

untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta

17

didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya

dalam mempraktikkan bahasa Arab34

5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa

Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa

dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap

pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini

berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai

macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris

misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada

Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia

Mesir Syria dan sebagainya

6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku

bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur

tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih

mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur

Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan

―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada

pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi

akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan

penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku

(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya

7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari

dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung

kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada

umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan

daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin

berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja

keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi

pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau

belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa

Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke

arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola

atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya

34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab

―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab

dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta

Desember 2005

18

F Penutup

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan

masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa

pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak

semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa

Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan

atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu

dicarikan solusinya secara lebih dini

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam

pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya

tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang

jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam

pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula

penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi

pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki

kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan

kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi

bahasa Arab yang efektif

Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang

mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber

lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua

pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga

pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa

asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan

Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di

Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab

yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang

dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada

konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif

senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam

mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk

dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif

model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb

19

Daftar Pustaka

Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah

Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah

Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam

Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika

Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember

2005

Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative

Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa

Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group

of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7

DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari

Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa

Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka

Cipta

Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson

Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah

Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo

Bandung MLC

Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-

Mishriyyah

Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I

Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura

Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-

Kutub

Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos

Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc

Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo

Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc

Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois

Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002

Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang

Depdiknas

Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara

Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II

Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa

Jakarta Rajawali Pers 2005

Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A

Simon amp Schuster Company

Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam

Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta

No 9 Oktober 2002

Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin

20

Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco

Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-

Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah

Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi

Yogyakarta CTSD

Page 13: CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31703/3/MUHBIB... · CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING (CCTL) DALAM

13

dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan

kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara

tuntas dan kreatif

Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan

melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)

tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29

Pada tahap pertama

pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti

simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua

pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara

berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat

sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan

tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati

struktur dan sistem bahasa Arab

Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang

kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu

ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa

Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan

pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan

dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran

bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian

besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab

sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi

motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30

Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu

dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan

posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam

belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar

bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta

Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab

yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa

Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-

29

Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc

(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30

Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa

belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa

Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan

akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang

ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)

14

wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31

dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru

bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat

menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan

alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut

memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan

memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara

aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran

bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan

lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan

untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab

Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh

bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan

derivasi)32

Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan

pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak

sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus

dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan

untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai

struktur kalimat

Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif

dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya

Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di

beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi

tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan

dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk

mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain

yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya

الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2

Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau

mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak

31

Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function

interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)

imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad

Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc

(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32

Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-

Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45

15

berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung

dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat

mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu

dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh

orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat

dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik

(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar

berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual

CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar

yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif

maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa

Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa

Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan

mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini

masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua

Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap

masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33

Penentuan

masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan

membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu

mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga

pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak

khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka

yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil

memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana

33

Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub

2006) Cet I h 34

16

pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah

dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan

dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau

majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah

E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL

Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab

ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-

linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu

1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa

Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam

mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang

profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa

Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik

untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan

dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas

belajar yang kontektual dan menyenangkan

2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab

keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang

menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan

(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa

butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai

3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran

bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)

Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan

sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang

kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk

memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya

sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional

4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga

pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan

berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan

hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini

adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin

untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta

17

didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya

dalam mempraktikkan bahasa Arab34

5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa

Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa

dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap

pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini

berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai

macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris

misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada

Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia

Mesir Syria dan sebagainya

6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku

bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur

tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih

mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur

Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan

―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada

pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi

akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan

penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku

(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya

7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari

dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung

kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada

umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan

daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin

berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja

keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi

pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau

belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa

Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke

arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola

atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya

34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab

―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab

dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta

Desember 2005

18

F Penutup

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan

masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa

pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak

semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa

Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan

atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu

dicarikan solusinya secara lebih dini

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam

pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya

tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang

jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam

pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula

penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi

pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki

kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan

kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi

bahasa Arab yang efektif

Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang

mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber

lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua

pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga

pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa

asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan

Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di

Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab

yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang

dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada

konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif

senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam

mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk

dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif

model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb

19

Daftar Pustaka

Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah

Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah

Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam

Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika

Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember

2005

Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative

Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa

Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group

of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7

DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari

Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa

Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka

Cipta

Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson

Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah

Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo

Bandung MLC

Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-

Mishriyyah

Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I

Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura

Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-

Kutub

Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos

Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc

Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo

Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc

Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois

Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002

Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang

Depdiknas

Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara

Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II

Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa

Jakarta Rajawali Pers 2005

Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A

Simon amp Schuster Company

Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam

Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta

No 9 Oktober 2002

Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin

20

Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco

Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-

Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah

Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi

Yogyakarta CTSD

Page 14: CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31703/3/MUHBIB... · CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING (CCTL) DALAM

14

wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31

dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru

bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat

menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan

alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut

memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan

memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara

aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran

bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan

lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan

untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab

Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh

bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan

derivasi)32

Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan

pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak

sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus

dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan

untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai

struktur kalimat

Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif

dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya

Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di

beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi

tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan

dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk

mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain

yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya

الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2

Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau

mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak

31

Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function

interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)

imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad

Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc

(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32

Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-

Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45

15

berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung

dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat

mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu

dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh

orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat

dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik

(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar

berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual

CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar

yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif

maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa

Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa

Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan

mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini

masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua

Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap

masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33

Penentuan

masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan

membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu

mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga

pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak

khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka

yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil

memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana

33

Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub

2006) Cet I h 34

16

pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah

dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan

dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau

majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah

E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL

Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab

ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-

linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu

1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa

Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam

mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang

profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa

Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik

untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan

dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas

belajar yang kontektual dan menyenangkan

2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab

keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang

menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan

(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa

butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai

3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran

bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)

Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan

sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang

kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk

memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya

sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional

4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga

pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan

berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan

hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini

adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin

untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta

17

didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya

dalam mempraktikkan bahasa Arab34

5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa

Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa

dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap

pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini

berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai

macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris

misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada

Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia

Mesir Syria dan sebagainya

6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku

bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur

tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih

mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur

Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan

―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada

pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi

akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan

penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku

(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya

7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari

dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung

kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada

umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan

daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin

berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja

keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi

pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau

belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa

Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke

arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola

atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya

34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab

―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab

dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta

Desember 2005

18

F Penutup

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan

masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa

pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak

semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa

Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan

atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu

dicarikan solusinya secara lebih dini

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam

pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya

tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang

jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam

pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula

penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi

pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki

kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan

kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi

bahasa Arab yang efektif

Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang

mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber

lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua

pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga

pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa

asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan

Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di

Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab

yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang

dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada

konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif

senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam

mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk

dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif

model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb

19

Daftar Pustaka

Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah

Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah

Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam

Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika

Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember

2005

Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative

Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa

Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group

of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7

DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari

Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa

Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka

Cipta

Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson

Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah

Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo

Bandung MLC

Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-

Mishriyyah

Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I

Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura

Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-

Kutub

Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos

Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc

Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo

Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc

Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois

Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002

Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang

Depdiknas

Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara

Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II

Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa

Jakarta Rajawali Pers 2005

Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A

Simon amp Schuster Company

Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam

Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta

No 9 Oktober 2002

Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin

20

Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco

Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-

Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah

Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi

Yogyakarta CTSD

Page 15: CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31703/3/MUHBIB... · CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING (CCTL) DALAM

15

berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung

dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat

mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu

dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh

orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat

dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik

(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar

berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual

CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar

yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif

maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa

Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa

Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan

mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini

masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua

Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap

masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33

Penentuan

masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan

membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu

mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga

pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak

khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka

yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil

memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana

33

Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub

2006) Cet I h 34

16

pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah

dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan

dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau

majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah

E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL

Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab

ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-

linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu

1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa

Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam

mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang

profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa

Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik

untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan

dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas

belajar yang kontektual dan menyenangkan

2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab

keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang

menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan

(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa

butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai

3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran

bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)

Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan

sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang

kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk

memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya

sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional

4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga

pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan

berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan

hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini

adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin

untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta

17

didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya

dalam mempraktikkan bahasa Arab34

5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa

Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa

dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap

pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini

berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai

macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris

misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada

Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia

Mesir Syria dan sebagainya

6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku

bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur

tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih

mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur

Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan

―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada

pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi

akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan

penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku

(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya

7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari

dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung

kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada

umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan

daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin

berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja

keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi

pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau

belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa

Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke

arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola

atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya

34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab

―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab

dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta

Desember 2005

18

F Penutup

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan

masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa

pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak

semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa

Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan

atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu

dicarikan solusinya secara lebih dini

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam

pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya

tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang

jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam

pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula

penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi

pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki

kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan

kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi

bahasa Arab yang efektif

Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang

mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber

lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua

pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga

pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa

asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan

Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di

Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab

yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang

dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada

konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif

senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam

mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk

dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif

model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb

19

Daftar Pustaka

Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah

Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah

Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam

Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika

Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember

2005

Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative

Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa

Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group

of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7

DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari

Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa

Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka

Cipta

Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson

Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah

Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo

Bandung MLC

Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-

Mishriyyah

Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I

Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura

Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-

Kutub

Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos

Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc

Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo

Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc

Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois

Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002

Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang

Depdiknas

Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara

Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II

Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa

Jakarta Rajawali Pers 2005

Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A

Simon amp Schuster Company

Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam

Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta

No 9 Oktober 2002

Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin

20

Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco

Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-

Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah

Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi

Yogyakarta CTSD

Page 16: CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31703/3/MUHBIB... · CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING (CCTL) DALAM

16

pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah

dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan

dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau

majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah

E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL

Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab

ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-

linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu

1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa

Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam

mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang

profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa

Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik

untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan

dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas

belajar yang kontektual dan menyenangkan

2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab

keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang

menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan

(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa

butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai

3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran

bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)

Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan

sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang

kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk

memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya

sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional

4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga

pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan

berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan

hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini

adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin

untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta

17

didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya

dalam mempraktikkan bahasa Arab34

5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa

Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa

dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap

pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini

berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai

macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris

misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada

Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia

Mesir Syria dan sebagainya

6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku

bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur

tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih

mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur

Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan

―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada

pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi

akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan

penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku

(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya

7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari

dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung

kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada

umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan

daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin

berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja

keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi

pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau

belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa

Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke

arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola

atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya

34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab

―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab

dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta

Desember 2005

18

F Penutup

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan

masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa

pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak

semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa

Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan

atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu

dicarikan solusinya secara lebih dini

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam

pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya

tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang

jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam

pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula

penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi

pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki

kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan

kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi

bahasa Arab yang efektif

Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang

mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber

lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua

pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga

pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa

asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan

Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di

Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab

yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang

dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada

konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif

senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam

mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk

dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif

model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb

19

Daftar Pustaka

Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah

Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah

Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam

Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika

Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember

2005

Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative

Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa

Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group

of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7

DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari

Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa

Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka

Cipta

Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson

Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah

Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo

Bandung MLC

Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-

Mishriyyah

Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I

Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura

Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-

Kutub

Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos

Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc

Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo

Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc

Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois

Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002

Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang

Depdiknas

Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara

Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II

Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa

Jakarta Rajawali Pers 2005

Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A

Simon amp Schuster Company

Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam

Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta

No 9 Oktober 2002

Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin

20

Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco

Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-

Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah

Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi

Yogyakarta CTSD

Page 17: CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31703/3/MUHBIB... · CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING (CCTL) DALAM

17

didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya

dalam mempraktikkan bahasa Arab34

5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa

Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa

dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap

pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini

berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai

macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris

misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada

Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia

Mesir Syria dan sebagainya

6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku

bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur

tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih

mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur

Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan

―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada

pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi

akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan

penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku

(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya

7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari

dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung

kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada

umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan

daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin

berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja

keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi

pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau

belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa

Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke

arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola

atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya

34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab

―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab

dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta

Desember 2005

18

F Penutup

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan

masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa

pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak

semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa

Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan

atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu

dicarikan solusinya secara lebih dini

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam

pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya

tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang

jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam

pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula

penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi

pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki

kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan

kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi

bahasa Arab yang efektif

Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang

mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber

lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua

pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga

pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa

asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan

Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di

Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab

yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang

dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada

konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif

senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam

mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk

dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif

model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb

19

Daftar Pustaka

Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah

Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah

Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam

Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika

Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember

2005

Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative

Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa

Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group

of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7

DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari

Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa

Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka

Cipta

Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson

Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah

Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo

Bandung MLC

Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-

Mishriyyah

Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I

Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura

Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-

Kutub

Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos

Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc

Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo

Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc

Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois

Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002

Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang

Depdiknas

Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara

Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II

Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa

Jakarta Rajawali Pers 2005

Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A

Simon amp Schuster Company

Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam

Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta

No 9 Oktober 2002

Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin

20

Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco

Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-

Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah

Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi

Yogyakarta CTSD

Page 18: CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31703/3/MUHBIB... · CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING (CCTL) DALAM

18

F Penutup

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan

masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa

pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak

semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa

Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan

atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu

dicarikan solusinya secara lebih dini

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam

pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya

tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang

jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam

pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula

penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi

pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki

kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan

kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi

bahasa Arab yang efektif

Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang

mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber

lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua

pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga

pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa

asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan

Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di

Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab

yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang

dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada

konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif

senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam

mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk

dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif

model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb

19

Daftar Pustaka

Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah

Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah

Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam

Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika

Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember

2005

Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative

Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa

Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group

of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7

DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari

Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa

Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka

Cipta

Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson

Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah

Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo

Bandung MLC

Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-

Mishriyyah

Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I

Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura

Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-

Kutub

Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos

Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc

Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo

Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc

Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois

Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002

Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang

Depdiknas

Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara

Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II

Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa

Jakarta Rajawali Pers 2005

Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A

Simon amp Schuster Company

Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam

Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta

No 9 Oktober 2002

Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin

20

Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco

Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-

Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah

Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi

Yogyakarta CTSD

Page 19: CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31703/3/MUHBIB... · CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING (CCTL) DALAM

19

Daftar Pustaka

Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah

Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah

Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam

Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika

Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember

2005

Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative

Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa

Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group

of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7

DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari

Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa

Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka

Cipta

Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson

Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah

Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo

Bandung MLC

Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-

Mishriyyah

Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I

Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura

Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-

Kutub

Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos

Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc

Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo

Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc

Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois

Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002

Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang

Depdiknas

Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara

Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II

Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa

Jakarta Rajawali Pers 2005

Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A

Simon amp Schuster Company

Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam

Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta

No 9 Oktober 2002

Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin

20

Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco

Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-

Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah

Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi

Yogyakarta CTSD

Page 20: CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31703/3/MUHBIB... · CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING (CCTL) DALAM

20

Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-

Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco

Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-

Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd

al-Wathaniyyah

Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi

Yogyakarta CTSD