14
CIRI-CIRI PENDIDIKAN ISLAM TRADISIONAL: POTRET KEHIDUPAN PESANTREN DI PULAU JAWA Juwariyah 1 Abstract As an Islamic educational institution, the exiztance of Pesantren arised from Islamic preaching broadcasting carried art by ulama. Its past and present with all development the names adhered to it, pesantren remain different from other educational institutionary ardless of the foet that basically both have some similavities. As its teaching initialy starts in mosque, pesantren puts emphasis on internalizing Islamic doctrine w-hich later on becomes the basis for building a roble character in the development ofummah. The main difference between pesantren and other institution is that other institution has a direct orientation toward market, while pesantren has its orienation toward implanting spiritual values which is apperenthy more oriented toward God. Therefore, it is justiviable to compere and contrast these two district educational institution so as to find art similavities and differences. Kata Kunci: Pendidikan antara realitas dan idealitas. A. Pendahuluan Dunia pesantren dalam gambaran total memperlihatkan dirinya seperti sebuah parameter, suatu faktoryang secara tebal mewarnai kehidupan kelompok masyarakat luas. Sementara dirinya sendiri seolah sulit untuk berubah dan mengikuti dinamika perkembangan masyarakat sekelilingnya. Atau setidaknya perubahan itu hanya dapat dipahami dalam skala panjang, kalau tidak dikatakan tetap. Hal demikian melahirkan gambaran masyarakat umum bahwa pesantren merupakan suatu pribadi yang sulit untuk diajak berbicara mengenai perubahan. Sehingga muncul pandangan sementara orang bahwa dunia pesantren hampir-hampirsebagai lambang keterbelakangan. 2 1 - Doktoranda, Magister Agama, dosen Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Kandidat Doktor IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. 2 - Dawam Rahardjo, Pesantren dan Pembaharuan, PT. Pustaka LP3ES, 1995,

CIRI-CIRI PENDIDIKAN ISLAM TRADISIONAL Potret Kehidupan

  • Upload
    lenhi

  • View
    256

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: CIRI-CIRI PENDIDIKAN ISLAM TRADISIONAL Potret Kehidupan

CIRI-CIRI PENDIDIKAN ISLAM TRADISIONAL:POTRET KEHIDUPAN PESANTREN DI PULAU JAWA

Juwariyah1

Abstract

As an Islamic educational institution, the exiztance ofPesantren arised from Islamic preaching broadcasting carriedart by ulama. Its past and present with all development thenames adhered to it, pesantren remain different from othereducational institutionary ardless of the foet that basically bothhave some similavities.

As its teaching initialy starts in mosque, pesantren putsemphasis on internalizing Islamic doctrine w-hich later onbecomes the basis for building a roble character in thedevelopment ofummah.

The main difference between pesantren and otherinstitution is that other institution has a direct orientation towardmarket, while pesantren has its orienation toward implantingspiritual values which is apperenthy more oriented toward God.Therefore, it is justiviable to compere and contrast these twodistrict educational institution so as to find art similavities anddifferences.

Kata Kunci: Pendidikan antara realitas dan idealitas.

A. Pendahuluan

Dunia pesantren dalam gambaran total memperlihatkan dirinyaseperti sebuah parameter, suatu faktoryang secara tebal mewarnaikehidupan kelompok masyarakat luas. Sementara dirinya sendiriseolah sulit untuk berubah dan mengikuti dinamika perkembanganmasyarakat sekelilingnya. Atau setidaknya perubahan itu hanya dapatdipahami dalam skala panjang, kalau tidak dikatakan tetap. Haldemikian melahirkan gambaran masyarakat umum bahwa pesantrenmerupakan suatu pribadi yang sulit untuk diajak berbicara mengenaiperubahan. Sehingga muncul pandangan sementara orang bahwadunia pesantren hampir-hampirsebagai lambang keterbelakangan.2

1- Doktoranda, Magister Agama, dosen Jurusan Kependidikan Islam,Fakultas Tarbiyah dan Kandidat Doktor IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

2- Dawam Rahardjo, Pesantren dan Pembaharuan, PT. Pustaka LP3ES, 1995,

Page 2: CIRI-CIRI PENDIDIKAN ISLAM TRADISIONAL Potret Kehidupan

Berangkatdari pendapat sementara orang mengenai lembagapendidikan yang dikenal dengan pesantren, sebagaimana tersebutdi atas, maka tulisan ini akan mencoba menguak tentang apa danbagaimana sebenarnya pesantren, khususnya di pulau Jawa. Bagai-mana sejarah kelahiran pesantren yang merupakan lembagatradisional itu, bagaimana pula perkembangannya, cirri-cirinya, sistempendidikannya, serta peranan kyai di dalamnya.

B. Sejarah Pertumbuhan dan perkembangan PondokPesantren

Pengetahuan kita tentang asal usul pesantren dapat dikatakankurang cukup banyak. Bahkan secara past! barangkali kita pun tidakmengetahui kapan lembaga tersebut muncul untuk pertama kalinya.Berbagai penelitian mengatakan bahwa pesantren rnerupakan jenispusat Islam kedua setelah masjid pada awal periode abad ke 16.3

Menurut beberapa catatan, agama Islam masuk ke pulau Jawasejaktahun 1416, meskipun orang-orang Islam waktu itu belum ba-nyak, yakni mereka hanya sebagai saudagar-saudagaratau pegawaidari kerajaan Majapahit di pelabuhan-pelabuhan pulau Jawa. Bahkanmenurut sebagian ahli sejarah, Islam sudah masuk pulau Jawasebelum tahun 1416. Hal itu dapat dibuktikan dengan terdapatnyabatu nisan pada kuburan Maulana Malik Ibrahim di Gresik, yang terukirtanggal meninggalnya tahun 882 H, atau 1419 M4. Penyiaran Islamyang pertama di Pulau jawa kemudian dilakukan oleh para Wall Songoyang mengambil masjid sebagai pusat kegiatannya, di sampingpesantren sebagai sarana ke dua. Adapun para Wall Songo itu merekaadalah :1. Syaikh Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Gujarat, India. Dialah

yang dikatakan sebagai pertama mendirikan pondok pesantrendi Indonesia, yang santrinya itu kemudian banyak yang menjadimuballigh, dan menyiarkan agama Islam ke seluruh Pulau Jawa.5

2. Sunan Raden Rahmat, yang terkenal dengan nama Sunan Ampel.la berasal dari Kamboja, Indo China. Disamping menyebarkanagama Islam di Jawa Timur, ia membuka asrama para santri diAmpel Surabaya. Dan menurut sebagian ahli sejarah dialahsebenarnya pembina pondok pesantren pertama di Jawa Timur.Dialah yang mengangkat Raden Fatah sebagai Bupati GlagahWangi Bintara Demak dengan gelar Syah Sri Alam Akbar AI-Fatah,dan kemudian ia mendirikan pondok pesantren di sana.

Martin Van Bruinessen, Kltab Kuning Pesantren dan Tarekat Tradisi-tradisiIslam di Indonesia, Jakarta: Dharma Bhakti, 1982, h. 20.Marwan Saridjo dkk., Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, Jakarta:Dharma Bhakti, 1982, h.20.Ibid., h.22.

1 36 Ciri-ciri ftnaiaiBan Islam Traaieional : . . . (Juwariyan)

Page 3: CIRI-CIRI PENDIDIKAN ISLAM TRADISIONAL Potret Kehidupan

3. Sunan Makhmud Ibrahim, yang lebih dikenal dengan sebutanSunan Bonang. la anak dari Sunan Ampel yang lahir tahun 1465,dari perkawinannya dengan Nyi Ageng Manila, seorang putri dariArya Teja, tumenggung kerajaan Majapahit yang berkuasa diTuban.

4. Raden Paku, yang terkenal dengan Sunan Giri, putra MaulanaIshak, berasal dari Arab yang datang ke Pulau Jawa pada Abadke 14. Sunan Giri merupakan hasil perkawinan Maulana Ishakdengan Putri Raja Blambangan. Dia yang mula-mula mengadakansistem pendidikan anak dengan menggunakan permainan yangbersifat agama.

5. Syarif Hidayatullah, yang terkenal dengan nama Sunan GunungJati, atau Fatahillah yang pertama kali menyebarkan agama Islamdi Jawa Barat dan Sunda Kelapa.

6. Sunan Kudus, yang nama aslinya adalah Ja'far Shidiq. Sunan inilahyang menyiarkan agama Islam di Jawa Tengah, di pesisir sebelahutara.

7. Sunan Muriapada, yang nama aslinya adalah Raden Prawoto.Dalam menyiarkan agama Islam, Sunan ini mengadakan pen-dekatan kepada para pedagang, nelayan dan pelaut.

8. Sunan Drajat. Nama asli dari sunan ini adalah Syariffudin. la jugaseorang putra dari Sunan Ampel, yang terkenal saleh dan berjiwasosial, serta sangat memperhatikan terhadap nasib anak yatimdan fakir miskin.

9. Sunan Kalijaga. Dia adalah R.M. Syahid, yang menurut sejarahnyadia adalah pencipta wayang kulit, suatu kesenian Jawa yang diajadikan sebagai alat penyiaran agama Islam di Jawa Tengah bagianselatan.

Dari para wali inilah kemudian masjid-masjid dan pesantren-pesantren didirikan sebagai pusat kegiatan keagamaan, dan pen-cetakan kader-kader muballigh untuk melanjutkan misinya menyiar-kan agama Islam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sejarahpesantren di Jawa adalah bermula semenjak datangnya para WaliSongo untuk menyiarkan agama Islam di tanah Jawa.6 Hanya sajapada waktu itu tentu saja masih dalam bentuk yang sangat sederhana.Seperti halnya pesantren yang didirikan Sunan Ampel atau RadenRahmat di daerah Kembangkuning (Surabaya), yang pada pertamakali didirikan hanya memiliki tiga orang santri, yaitu Wiryo Suroyo,Abu Hurairah, dan kyai Bangkuning. Dalam pesantren inilah RadenPaku mondok sejak usia 11 tahun. Karena kemudian setelah beberapalama la meneruskan pelajarannya ke pesantren ayahnya di Pasai,dan sekembalinya ke Gresik ia mendirikan pesantren di tempat yangterletak di atas sebuah gunung, maka kemudian ia dikenal dengan

6' Ibid., h.22

Kependidikan Islam, Vol. 1. No.2, Agustus 2003-Januari 2004 \ 37

Page 4: CIRI-CIRI PENDIDIKAN ISLAM TRADISIONAL Potret Kehidupan

sebutan Sunan Giri7. Dapatdikatakan di sini bahwa pesantren padaawalnya hanyalah merupakan tempat pengkajian agama yang bolehdikatakan kurang terorganisir, dengan seorang alim atau Kyai yangmenyediakan dirinya untuk ditimba ilmunya oleh para santri yangdatang kepadanya, dengan menggunakan metode halaqah atausorogan. Namun dalam perjalanannya pesantren mengalami berbagaimacam peningkatan dan kemajuan dalam berbagai seni, baik fisikmaupun non fisik.

Sikap pengelola pesantren yang semula bersifat ekstrim feudal(enggan melebur menjadi satu dengan santri), yang berakibat peng-hormatan santri yang berlebihan, berangsur mengalami perubahandan kemajuan, dengan semakin bergesernya masyarakatagraris keindustri, yang diikuti dengan meningkatnya pendidikan, khususnyadi lingkungan pesantren.8

Walaupun di sisi lain gambaran tentang Kyai seringkali masihdiasosiasikan dengan tokoh yang kolot, fanatik, sulit diajak berdialog,dan mungkinjuga puritan. Suatu gambaran yang sebenarnya bersifatapriori, bahkan mungkin merupakan prasangka yang kurang ber-alasan. Karena dugaan semacam itu sebenarnya menyangkut aspekpribadi, dan bukan aspek kelompok sosial. Karena seorang Kyai se-bagaimana juga manusia-manusia lainnya, memiliki sikap dan kepri-badian yang berbeda-beda. Sehingga tidak semua kyai dapat dikata-kan sebagai identik dengan kekolotan, kefanatikan dan sebangsanya.9

Dengan demikian kondisi pesantren sebagai lembaga di bawahpimpinannya akan sangat bervariasi sesuai dengan kesanggupan kyaiuntuk mengikuti perkembangan yang terjadi.

Mengingat besar peran pondok pesantren sebagai lembagapendidikan Islam, maka beberapa peneliti di antaranya SoegardaPoerbakawatja dan Amir Hamzan Wirjosukarto menginginkan akankelestarian sistem pendidikan pesantren tersebut.10

Di bawah ini beberapa faktor yang menyebabkan pondokpesantren mampu berkembang dan tetap dapat mempertahankaneksistensinya. Di antara faktor-faktor itu adalah:1. Karena agama Islam sudah tersebar luasdi wilayah pelosoktanah

air, dengan masjid dan pesantren merupakan sarana pengem-bangannya yang cukup populer.

2. Kedudukan kyai dan ulama yang cukup memperoleh perhatianpara penguasa Islam waktu itu telah sangat membantu kelancaran

7 Ibid., h. 25•• Zubaidi Habibullah As'ari, Moralitas Pendidikan Pesantren, Yogyakarta:

PT. Kurnia Kalam Semesta, 1995, h. 49-50.9- Dawam Rahardjo, Pesantren dan Pembaharuan, Jakarta: LP3ES, 1995,

h. 15.10' Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan Islam Dalam

Kurun Modern, Jakarta: LP3ES, 1994, h. 23.

138 Ciri-ciri Pencil diban Islam Traaisional:... (Juwariyan)

Page 5: CIRI-CIRI PENDIDIKAN ISLAM TRADISIONAL Potret Kehidupan

kehidupan pesantren. Bahkan sebagai contoh, Pondok Pesantrenlegal Sari di Jawa Timur didirikan atas anjuran Susuhunan IIpada tahun 1792.

3. Usaha Belanda rnemecah belah antara penguasa dan ulama telahmempertinggi semangat jihad umat Islam untuk melawanBelanda, yang disusul oleh pendirian beberapa pesantren olehpara ulama yang hijrah ketempatyang jauhdari intaian Belanda.

4. Kebutuhan rakyat dan umat Islam yang semakin mendesak akansarana pendidikan yang Islami dan melayani kepentingan umatsecara umum, karena sekolah-sekolah Belanda hanya dapatdimasuki oleh anak-anak dari kelas tertentu.

5. Semakin lancarnya hubungan antara Indonesia dan Mekkah yangmembuka peluang bag! pemuda Islam untuk belajar di Mekkah,dan kemudian sepulangnya mereka mendirikan pesantren-pesantren di daerah mereka tinggal.11

C. Beberapa pesantren tertua di pulau Jawa.

Dengan latar belakang faktor-faktor tersebut di atas makabermunculanlah pondok pesantren-pondok pesantren di Pulau Jawa,baik di Jawa Timur, Barat, maupun Tengah.

Di Jawa Timur lahir pondok pesantren di antaranya : Wonokoyo,Pelangitan, Terenggilis, Siwalan Panji, Paculgoang, Ngalam, PojokKulon dan lain sebagainya.

Di Jawa Tengah yang termasuk deretan pondok pesantren tertuaadalah Pondok Pesantren Ahiyatu al-Saniyah , Muawinah al-Muslimin,Pondok Pesantren Kudsiyah, Pondok Pesantren Tasywi al-Tullab, danPondok Pesantren Ma'ahid al-Diniyah al Islamiyah al-Jawiyah, yangsemuanya terletak di Kudus.

Di Jawa Barat terdapat Pondok Pesantren Mulabarak, PondokPesantren Cipasung, Pondok Pesantren al-Falak Pagentongan di Bogor,dan Pondok Pesantren al-Khairiyah di Banten.12

D. Ciri-Ciri Pendidikan Pesantren

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional, me-miliki cirri-ciri khusus, yang barangkali tidak dimiliki lembaga pen-didikan lain di luar pesantren secara umum. Sedangkan istilah tradisi-onal yang menjadi predikat lembaga pendidikan semacam pesantrenitu, menurut Zamakhsyari Dhofier adalah suatu kondisi yang masihterikat kuat dengan pikiran-pikiran para ulama ahli fiqh, hadits, tafsir,kalam serta tasawuf, yang hidup antara abad ke tujuh sampai abadke tiga belas. Walaupun hal itu bukan berarti bahwa pesantren-

"• Marwan Saridjo dkk. , Sejarah Pondok Pesantren, h. 41-43.12 Ibid., h. 44-45.

Kependidikan Islam, Vol. 1. No.2, Agustus 2003-Januari 2004 \ 39

Page 6: CIRI-CIRI PENDIDIKAN ISLAM TRADISIONAL Potret Kehidupan

pesantren tradisional yang hidup dewasa ini tetap terbelenggu dalambentuk-bentuk pikiran dan aspirasi yang diciptakan ulama pada masaitu. Sebab walaupun semenjak abad 13 sampai akhir 19 perumusantradisional sedikit sekali mengalami perubahan, namun dalam kenya-taannya struktur kehidupan pesantren telah banyak mengalamiperubahan.13

Tuntutan kehidupan pesantren dengan realitas zaman telahmemaksa sementara para tokoh pesantren untuk melakukan studibanding terhadap sistem budaya pesantren dengan budaya kontem-porer, yang dengan mengkaitkan modernitas pesantren dan budayakaum santri, akan memperkuat karakteristik tradisi pesantren dengantanpa melepas keterkaitannya dengan dunia luar.14 Karena sepertidikatakan Kuntowijoyo yang dikutip Zubaidi, bahwa jika pesantrenhanya dilihat dari sisi sebuah "lembaga tua", tanpa mengenal watak-watak barunya, maka hal itu tidak akan menolong dalam analisissosial dunia pesantren.15

Tradisi pesantren merupakan salah satu bentuk budaya hasilakulturasi budaya Indonesia dengan ajaran Islam. Oleh karena itutradisi pesantren tidak kita temui selain di Indonesia, khususnya diPulau Jawa, dimana praktek keislaman masih banyak diwarnai denganbudaya lokal. Oleh karena itu umat Islam di Jawa khususnya danmuslim Indonesia pada umumnya perlu berhati-hati serta harus mam-pu membedakan antara apa yang benar-benar Islam universal danapa yang Jawa lokal. Karena walaupun akulturasi budaya telah diakui,namun jelas ada perbedaan antara budaya lokal dan universalismeIslam. Dalam hal ini tradisi pesantren mengandung nilai intrinsikIslam yang universal, yaitu kewajiban rnelaksanakan ajaran agamaIslam. Akan tetapl di samping itu ia juga mengandung nilai instru-mental yang lokal yaitu model akulturasinya diambil dari budaya Jawa.Sehingga di tempat lain akan sangat mungkin nilai universal Islamitu dilakukan dengan tradisi yang berbeda.

Berkaitan dengan dunia pesantren dan pemikiran-pemikirannyaitu, Wahid Zaini mengatakan bahwa santri sebagai obyek yangsekaligus subyek pendidikan pesantren itu memiliki tiga ciri pokokyaitu : 1. relatif memiliki kepedulian terhadap kewajiban-kewajibanainiah sebagai hamba Allah. 2. menjaga hubungan baik dengan Allahsebagai Penciptadan Pemiliknya. 3. menjaga hubungan baik terhadapsesama.16

Di samping itu terdapat beberapa aspek lain yang menjadi cirikehidupan dan pendidikan pesantren. Beberapa aspek itu diantaranya:

13- Zubaidi Habibullah, Moralitas, h. 17-18»• Ibid. , h. 19.15 Ibid. , h. 25.16 Wahid Zaini, Dunia Pemikiran Kaum Santri, Yogyakarta: Kurnia Atam

Semesta, 1995, h. 86.

Ciri-ciri PenaiaiRan Islam Traaisional:... (Juwariyan)

Page 7: CIRI-CIRI PENDIDIKAN ISLAM TRADISIONAL Potret Kehidupan

1. Pemberian pengajaran dengan metode, struktur dan literaturtradisional, baik dia berupa pendidikan formal di sekolah ataumadrasah dengan jenjang pendidikan yang bertingkat-tingkat,maupun dengan sistem halaqah, dan sorogan, yang ciri utamadari pengajaran ini adalah penekanan terhadap pemahaman se-cara harfiah atas suatu kitab tertentu. Hal demikian akan membuatrendahnya daya analisa para santri.

2. Pemeliharaan terhadap nilai tertentu, yang barangkali untuk me-mudahkan dapat disebut dengan sub kultur pesantren. Tata nilaiatau sub kultur dimaksud adalah penekanan kepada nilai ibadahterhadap setiap kegiatan yang dilakukan santri, termasuk taatdan memuliakan guru merupakan sarana untuk memperolehpengetahuan agama yang hakiki.17

Dua ciri pendidikan pesantren sebagai contoh tersebut di atas,jika dilihat dari satu sisi memang mengandung nilai-nilai positif,namun hal itu bukan berarti di dalamnya tidak menyimpan segi-seginegatif. Sisi positif dari ciri pendidikan pesantren tersebut diantaranyadapat disebutkan bahwa dengan memiliki sikap hidup yang diciptakansendiri oleh dunia pesantren dengan dilandasi tata nilai seperti ter-sebut di atas, santri akan memiliki sikap hidup sendiri yang terlepasdari lingkungan struktural yang ada di luar pesantren, yang ada padagilirannya akan mampu membuat santri hidup mandiri dan lepasdari ketergantungannya terhadap lembaga masyarakat yangmanapun.

Kemampuan menanamkan prinsip "ibadah" terhadap setiapaktifitas yang dilakukannya sebenarnya merupakan dambaan darisetiap muslim, yang itu barangkali hanyatumbuh suburdi lingkunganpesantren. Hanya saja kurang adanya landasan filsafat pendidikanyang jelas, serta perencanaan yang terperinci dan rasional terhadapproses atau jalannya pendidikan itu sendiri, merupakan kekuranganyang harus dilengkapi dan secara bertahap dan terus menerusdisempurnakan.18

Hal lain yang merupakan ciri kehidupan pesantren adalah polahidup yang sederhana dan sikap tunduk dan patuh kepada kyai atauguru yang terkadang dilakukan secara berlebihan.

Kyai sebagai pendiri, sekaligus pelaksana dan guru, serta santrisecara langsung diberi pelajaran oleh kyai, dan tinggal bersamanyauntuk jangka waktu beberapa lama, tinggal di asrama, termasuk ciritersendiri bagi kehidupan dunia pesantren.19

17 Abdurrahman Wahid, Bunga Rampai Pesantren, Jakarta: CV. DharmaBhakti, 1979, h. 73.

»e- Ibid. , h. 319- Manfred Ziemek, Pesantren Da/am Perubahan SosiaS, Terj. Butche

Soendjojo, Judul asli, Pesantren Islamische Bildung in Sozialen Wandel,Jakarta: P3M. , 1986, h. 100.

KepenJidikan Islam, Vol.1. No.2, Agustus 2003-Jatmari 2004

Page 8: CIRI-CIRI PENDIDIKAN ISLAM TRADISIONAL Potret Kehidupan

E. Sistem Pendidikan Pesantren

Menurut tradisi pesantren pengetahuan biasanya diukur olehjumlah buku-buku yang dipelajarinya, dan kepada ulama mana iaberguru, jumlah buku-buku standar yang harus dipelajari dan dikuasaipara santri telah ditentukan oleh lembaga. Di samping buku-bukulain yang dipilih sendiri oleh santri untuk dikaji kepada guru ahlinyasecara khusus.

Jumlah buku yang dipelajari di pesantren sangat terbatas.Namun hal itu tidak berarti bahwa pendidikan pesantren membatasicara berpikirdan perhatian santri. Terutama jurisprudensi Islam yangsangat mengandung tantangan dan argumentasi. Sebab buku-bukutentang jurisprudensi mencakup berbagai aspek kehidupan, baiktingkah laku, hubungan personal, masyarakat, ataupun hubunganmanusia dengan Tuhan. Ini mengandung makna bahwa jurisprudensiIslam memiliki cakupan yang luas dan mendasar.20

Dengan demikian dapat dilihat bahwa sistem pendidikan yangdilaksanakan pesantren lebih mengutamakan terbentuknya kepri-badian santri secara utuh sesuai tuntutan Islam. Tentu saja tanpamengurangi arti penting dari setiap bentuk pengetahuan.

Adapun pengajaran yang diberikan di pesantren, dalam hal iniyang dimaksud adalah pemindahan pengetahuan kepada santrimeliputi persoalan-persoalan pokok ajaran agama dan ilmu-ilmu yangberkaitan dengan bahasa Arab, seperti nahwu sharaf, dan ilmu-ilmualat lain yang dianggap penting. Di samping itu ilmu fiqh, hadits,tafsir, dan tasawuf juga merupakan materi pokok dalam pesantren.21

Metode pengajaran yang lazim dipergunakan di pesantrenmeliputi :1. Wetonan, istilah ini menurut sejarahnya berasal ari kata "wektu"

(Jawa), dinamakan demikian karena pelajaran itu diberikan padawaktu-waktu tertentu. Metode ini sering juga disebut denganbandongan atau halaqah.

2. Sorogan, yaitu dengan cara seorang santri menghadap guru satuper satu dengan membawa kitab yang akan dikaji. Istilah soroganini berasal dari kata "sorog" (Jawa), yang berarti menyodorkankitabnya ke hadapan kyai atau gurunya. Konon pengajaran denganmetode ini di samping pemindahan pengetahuan kepada santrijuga bertujuan untuk melimpahkan nilai-nilai sebagai prosespemindahan budaya.22

Metode pengajaran pesantren dengan segala kelebihan dankekurangannya sampai sekarang sanantiasa menjadi bahan per-

20 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan HidupKyai, Jakarta: LP3ES, 1982, h. 22

21 Marwan Saridjo, dkk. , Sejarah, h. 30."- Ibid. , h. 32.

142 Ciri-ciri Pendidiban Islam Tradisional:... (Juwariyan)

Page 9: CIRI-CIRI PENDIDIKAN ISLAM TRADISIONAL Potret Kehidupan

debatan. Karena debatakademikdi bidang pendidikan memang meru-pakan persoalan yang tidak akan pernah selesai. Dan dalam kenyata-annya memanglah tidak ada satu konsep atau teori sebelumnya.Karena teori baru merupakan kesinambungan dan kelanjutan dariteori yang telah ada sebelumnya.23

Oleh karena itu pondok pesantren yang telah menyandangpredikat modern pun tidak mungkin secara total lepas dari sistem-sistem pendidikan pesantren tradisional yang telah lama ada.

F. Peranan Kyai Dalam Pelaksanaan Pendidikan Pesantren

Pada awal pembahasan telah disinggung bahwa pesantrenmerupakan lembaga pendidikan yang menjadikan kyai sebagai titiksentral dari setiap kegiatan yang ada dalam pesantren.

Sebelum melanjutkan pembahasan tentang peranan kyai dalampelaksanaan pendidikan di pesantren, ada baiknya disebutkan disinifaktor-faktor yang harus dipenuhi agar seseorang berhak disebutkyai.

Dalam masyarakat tradisional seseorang dapat menjadi kyaiatau berhak disebut kyai, jika ia diterima masyarakat sebagai kyai,lantaran orang minta nasehat kepadanya, atau mengirimkan anaknyasupaya belajar kepadanya. Memang untuk menjadi kyai tidak adakriteria formal, seperti persyaratan studi, ijazah dan lain sebagainya.Namun ada beberapa persyaratan non formal yang harus dipenuhioleh seorang kyai, sebagaimana juga terdapat syarat non formalmenentukan seseorang menjadi kyai besar atau kecil.

Menurut Abu Bakar Aceh sebagaimana dikutip oleh Karel A.Steenbrink dalam bukunya Pesantren Madrasah Sekolah PendidikanIslam Dalam Kurun Modernf ada empat faktor yang menyebabkanseseorang menjadi kyai besar yaitu: 1. pengetahuannya, 2.kesalehannya, 3. keturunannya, dan 4. jumlah murid atau santrinya.24

Walaupun harus diakui faktor keturunan ini tidak selalu meru-pakan faktor yang harus dimiliki oleh seorang kyai. Sehingga bisasaja seorang kyai yang tidak mempunyai jalurlangsung dari keturunankyai, dan sebaliknya banyak keturunan kyai yang tidak sempatmenyandang predikat kyai.

G. Perbedaan antara Kyai dan Ulama

Hirohiko dalam bukunya Kyai dan Perubahan Sosial menyatakanadanya perbedaan antara kyai dan ulama dengan mengatakan bahwa,kyai dibedakan dari ulama lantaran pengaruh kharismanya yang luas.

"• Mastuhu, dalam Ahmad Tafsir, Epistimologi Untuk Ilmu Pendidikan Islam,Bandung: t.p. , 1995, h. 46.

"• Karel A. Steenbrink, Pesantren, h. 109.

Kependidikan Islam, Vol.1. No.2, Agustus 2003-Januari 2004 143

Page 10: CIRI-CIRI PENDIDIKAN ISLAM TRADISIONAL Potret Kehidupan

Disamping itu kyai dipercayai memiliki keunggulan, baiksecara moralmaupun sebagai seorang alim. Sementara peran ulama lebih meng-hunjam kedalam sistem sosial dan struktur masyarakat desa yangkhas, lokal, dan otonom. Sementara kepemimpinan kyai tidakterikatoleh struktur desa yang normatif.25

Dalam kaitannya dengan pendidikan pesantren, seorang kyaidengan para pembantunya merupakan hirarki kekuasaan satu-satu-nya yang secara eksplisit diakui dalam lingkungan pesantren. Ditegak-kan di atas kewibawaan moral sang kyai sebagai penyelamat bagipara santrinya dari kemungkinan melangkah ke arah kesesatan, di-mana kekuasaan ini memiliki perwatakan yang absolut. Hirartki internini yang sama sekali tidak mau berbagi tempat dengan kekuasaandari luar dalam aspek-aspek yang paling sederhana sekalipun. Halini yang membedakan kehidupan pesantren dengan kehidupan umumdi sekitarnya.

Karena demikian besar kekuasaan dan pengaruh seorang kyaiatas para santrinya, maka santri akan merasa senantiasa ada keter-kaitan yang mendalam terhadap kyai dalam gerak langkahnya, yangsecara berangsur akan menjadi sumber inspirasi dalam kehidupanpribadinya.26

Secara umum kyai memiliki wewenang penuh di dalam mem-bawa perjalanan pesantren untuk diarahkan kepada suatu tujuanyang telah digariskan. Oleh sebab itu pelaksanaan proses pendidikanyang terjadi di dalam pesantren pun sangattergantung kepada kyaiuntuk mengaturnya. Walaupun biasanya operasionalnya dilakukanoleh para guru atau para pembantunya, namun ide-ideyang mewar-nainya tetap tidak lepas dari campur tangan kyai.

Ada hal yang perlu diingat dlsini, bahwa pessantren merupakanlembaga transformasi nilai yang bertugas untuk membentuk mentalspiritual santri dalam segala bidang kehidupan. Dengan kata lainbahwa transfer pengetahuan dari para pengasuh kepada para santriitu hanya nerupakan salah satu bagian saja dari sistem programyang dimiliki dan diterapkan oleh pesantren.

Maka tuntunan agar santri menghormati kyai bukanlah merupa-kan pengembangan terhadap budaya kelas, dan menutup sama sekalitabirantara santri dan kyai, seperti yang dikatakan sementara orang.Dan jika pun ada benarnya apa yang dikatakan orang tentang halyang demikian, barangkali sisi negatif itu disebabkan oleh faktorpsikologis, yang terefleksi dalam tingkah laku santri. Karena santrimenganggap kyai sebagai figuryang ditokohkan, yang dalam banyakhal memiliki keunggulan, maka dia merasa dirinya kecil dan kurang

25- Hiroko Horikoshi, Kyai dan Perubahan Sosial, Jakarta: P3M, 1987, h.211

26- Dawam Rahardjo, Pesantren, h. 42-43.

Ciri-ciri Pendiaiban Islam Tradisional:... (Juwariyan)

Page 11: CIRI-CIRI PENDIDIKAN ISLAM TRADISIONAL Potret Kehidupan

bermakna di hadapannya, sehingga perasaan demikian melahirkanketaatan, yang terkadang dinilai sebagai berlebihan dari dirinya.

Namun demikian memang harus diakui bahwa kyai betapa punmenduduki posisi sentral dalam dunia pesantren. Karena di sampingkeberadaannya sebagai satu-satunya figur yang sangat disegani dandihormati, kyai juga diyakini dapat memberikan barokah kepada parasantrinya lantaran kyai dianggap sebagai orang suci yang dekatdengan Tuhan."

Walaupun belakangan in! timbul semacam gugatan dari ka-langan ilmuwan modern terhadap model ketundukan santri kepadakyai yang terkaitan mutlak dan tanpa syarat. Sebagian kalanganilmuwan modern mempertanyakan apakah model ketundukan dankepatuhan semacam itu masih relevan untuk era global seperti se-karang, di tengah-tengah gencarnya manusia modern menyuarakanegalitarianisme serta kebebasan berpendapat, berbicara dan berbuat?

Manusia modern melihat bahwa kepatuhan "mutlak" oleh parasantri terhadap kyai cepatatau lambatakan menjadi belenggu yangmemasung daya kritis dan kreatif anak yang pada gilirannya akanmelahirkan kejumudan dalam dunia pesantren.28

Reran dan pengaruh kyai dalam proses pendidikan ala pesantrenmemang cukup dominan, namun apakah tuduhan sementara manusiamodern tentang pesantren yang terkesan sumbang semuanya benar?Untuk memperoleh jawaban yang akurat tentu perlu penelitian lebihcermat. Karena kita tentu akan melihat bahwa kaum santri yangconcern dengan tradisi pesantren tentu akan menolak pandangannegatif dari sementara orang yang mengatasnamakan manusiamodern, yang dialamatkan kepada pesantren tersebut. Sebab diyakinibahwa pandangan negatif akan menghambat transformasi nilai-nilaiIslam yang sedang gencar dilakukan oleh pesantren, yang tentunyatermasuk penghormatan santri teradap kyai.

Usaha transformasi nilai-nilai Islam akan menjadi tergangguketika tradisi pesantren termasuk kepatuhan terhadap kyai digugatsebagai fenomena yang membawa dampak negatif, yang pada giliran-nya akan menggeser pemahaman dan penghayatan terhadap suatuideologi semacam pesantren secara benar akan menjadi prasyaratbagi terwujudnya sebuah transformasi. Sebagaimana hal itu pulayang mula-mula diintrodusir oleh Wali Songo kepada masyarakatHindu Budha ketika mereka bermaksud membentuk komunitasmuslim dengan mentransfer nilai-nilai Islam di dalamnya.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa ketika pemahaman danpenghayatan kaum santri terhadap tradisi pesantren menjadi lunturmaka akan sangat sulit baga kyai untuk melakukan perubahan danperbaikan sesuai sistem yang ada dan berlaku di dalam pesantren.

27 Hiroko Horikoshi, Kyai dan Perubahan Sosial, (Jakarta : P3M1987), h.23228 Zubaidi, Moralitas., h.32

KependidiUn Islam, Vol.1. No.2, Agustus 2003-Januari 2004 145

Page 12: CIRI-CIRI PENDIDIKAN ISLAM TRADISIONAL Potret Kehidupan

Yang ujung-ujungnya bisa saja pesantren yang selama ini dipandangoleh pemerintah sebagai pengemban misi"mengeluarkan manusia darikegelapan menuju terang benderang" (QS, 14:1), akan menjadi mandul.Hal itu disebabkan karena secaa historik menurut sistem pendidikanpesantren, suatu perubahan baru dapatdilaksanakan apabila setidaknyadua persyaratan telah terpenuhi. Pertama, adanya nilai-nilai ide, yaituketeguhan memegang prinsip kepesantrenan dalam rangka mencapaicita-cita Islam. Kedua, adanya pelaku yang menyesuaikan diri dengannilai-nilai tersebut. Yaitu kepatuhan mengikuti tata cara dan aturan"baku" yang telah dianut oleh masyarakat pesantren. Tanpa persyaratanseperti tersebut di atas seandanya terjadi suatu perubahan, maka iahanya dijadikan peluang untuk menjauhi norma-norrna yang ada ataubahkan membuang sama sekali tradisi pesantren.

Oengan demikian barangkali tidaklah berlebihan bila dikatakanbahwa sikap hormat dan taat kepada kyai memanglah dibudayakandi dalam masyarakat pesantren, maka penghormatan itu pada dasar-nya ditujukan pada keutamaan-keutamaan yang dimiliki kyai, bukansemata-mata kepada orangnya. Karena bukankah ketika orang yangmenyandang jabatan kyai itu tidak lagi memenuhi persyaratan-persyaratan yang harus dimiliki, seperti melakukan penyimpangan-penyimpangan terhadap ajaran agama, maka penghormatan danketaatan itu bukan lagi merupakan hal yang wajib dilakukan.

H. Penutup

Bahwa pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional secarapersis awal keberadaanya kurang banyak diketahui orang. Hanyasaja menurut sebagian dari hasil penelitian, bahwa pendiri pertamapondok pesantren adalah seorang syekh dari Gujarat yang bernamaMaulana Malik Ibrahim, yang maksud pertama dari pendiriannya itudiperuntukkan sebagai tempat mencetak kader dan mubaligh untukmenyiarkan agama Islam.

Pada masa penjajahan Belanda pesantren semakin menjamur,karena adanya tekanan-tekanan dari Belanda terhadap umat Islamserta upaya untuk memecah belah umat Islam, karena Belanda tahubahwa apabita umat Islam bersatu, maka tentu hal itu akan mengan-cam keberadaanya sebagai pihak penjajah.

Namun sikap dan rekayasa Belanda tersebut justru menjadipendorong bagi para penguasa muslim untuk memberikan perhatiankhusus kepada para kyai dan ulama muslim yang notabene rnereka-mereka mempunyai semangattinggi di samping memiliki massa untukmengusir Belanda.

Bahwa tradisi pesantren hanya dapat ditemui di tanah air, olehkarena itu ia memang merupakan hasil akulkturasi budaya Indonesiadengan ajaran Islam. Oleh karena itu sebagai muslim yang konsistenterhadap ajaran Alquran, harus pandai-pandai memilah dan memilih

Ciri-ciri Pendidikan Islam Traaisional:... (Juwariyan)

Page 13: CIRI-CIRI PENDIDIKAN ISLAM TRADISIONAL Potret Kehidupan

antara apa yang memang benar-benar Islam universal, dan apa yangJawa lokal, yang keduanya masih sering berbenturan dalam masya-rakat pesantren.

Bahwa hal-halyang baikdan perluditeladani, tentu tidaksedikitterdapatdalam pola pendidikan ala pesantren. Namun kekurangan-kekurangan yang ada barangkali lebih menjurus ke arah sulitnyadunia pesantren menyatu dan melebur didirinya ke dalam pesatnyaperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan tan-tangan yang secara serius perlu memperoleh perhatian.

KepeniUikan Islam, Vol.1. No.2, Agustus 2003-Januari 2004 147

Page 14: CIRI-CIRI PENDIDIKAN ISLAM TRADISIONAL Potret Kehidupan

DAFTAR PUSTAKA

Asy'ari, Zubaidi Habibullah. Moralitas Pendidikan Pesantren.Yogyakarta: PT Kurnia Kalam Semesta, 1996.

Bruinessen, Martin Van. Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat Tradisi-tradisiIslam diIndonesia. Bandung: Mizan, 1995.

Dhofir, Zamakhsari, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan HidupKyai. Jakarta: LP3ES, 1982.

Horikoshi, Hiroko. Kyai dan Perubahan Sosial. Jakarta: P3M, 1987.Nars, Sayyed Hossein. Islam tradisi di Tengah Kancah Dunia Modern.

Bandung: Pustaka, 1994.Rahardjo, M. Dawam. Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta: LP3ES,

1995Saridjo, Marwan. Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia. Jakarta:

Dharma Bhakti, 1982.Steenbrink, Karel A. Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan Islam

Dalam Kurun Modern. Jakarta: PT. Pustaka, LP3ES, 1994.Syarif, Musthafa. AdministrasiPesantren. Jakarta: PT. Paryu Barkah,

1979Tafsir, Ahmad. Epistimologi Untuk Ilmu Pendidikan Islam. Bandung:

Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Jati, 1995.Wahid,Abdurrahman. Bunga Rampai Pesantren. Jakarta : PT. Dharma

Bhakti, 1979.Zaini, A. Wahid. Dunia Pemikiran Kaum Santri. Yogyakarta: PT. Kurnia

Kalam Semesta, 1994.Ziemek, Manfred. Pesantren Dalam Perubahan Sosial. Terj. Butche

B. Soendjojo, Judul asli. Pesantren Islamische Bildung inSozialen Wandel. Jakarta: P3M, 1986.

Ciri-ciri Pendidikan Islam Traaisiona):... (Juwariyan)