Upload
larasnovitasari
View
71
Download
4
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
.
Citation preview
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 1
Laporan Akhir
Praktikum Unit Operasi Teknik
01
COMPRESSIBLE FLOWCOMPRESSIBLE FLOWCOMPRESSIBLE FLOWCOMPRESSIBLE FLOW
Disusun Oleh: 1. Cahya Tri Rama (1106070905) 2. G.M. Widhi Kusuma (1106011972) 3. Laras Novita Sari (1106070930) 4. Trivika Lemona (1106019716)
Departemen Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Depok, 2013
KELOMPOK 20
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur sama-sama kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum UOP 1 untuk modul “Compressible
Flow” ini. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah memberikan bantuan dalam melakukan praktikum dan juga menyelesaikan laporan
praktikum UOP 1 untuk modul compressible flow ini. Pihak-pihak yang turut membantu
penulis antara lain :
1. Bapak Ir. Dijan Supramono, M.Sc. selaku dosen pembimbing praktikum modul konduksi
yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dukungan dan nasehat dalam
pelaksanaan praktikum dan pembuatan laporan praktikum ini.
2. Dian Ikramina selaku asisten laboratorium praktikum modul compressible flow yang
telah banyak mendampingi praktikan selama kegiatan praktikum.
3. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan dan semangat
kepada penulis.
4. Pihak-pihak lain yang turut membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak
langsung selama penulisan proposal ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa “Tiada gading yang tak retak”. Penulis-pun juga
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan praktikum ini. Oleh
sebab itu, penulis memohon maaf apabila terjadi kesalahan teknis maupun non teknis di dalam
laporan praktikum ini. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk
perbaikan pada penulisan berikutnya. Akhir kata, penulis berharap agar laporan praktikum
UOP 1 untuk modul konduksi ini dapat menjadi sumber referensi di bidang Teknik Kimia
yang bermanfaat bagi banyak pihak.
Terima kasih,
Depok. Desember 2013
Penulis
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 3
Daftar Isi
BAB I ........................................................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................................................. 4
1. Latar Belakang .................................................................................................................................................... 4
2. Tujuan Percobaan ............................................................................................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................................................................................. 6
Persamaan Bernoulli ................................................................................................................................................. 8
Compresible dan Incompresible Flow ............................................................................................................. 9
Bilangan Reynold....................................................................................................................................................... 11
Venturimeter ............................................................................................................................................................... 12
Orificemeter ................................................................................................................................................................. 13
BAB III ................................................................................................................................................................................... 15
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA ............................................................................................ 15
Percobaan 1 :Pengaruh Proses Kompresi Pada Aliran Udara .......................................................... 15
Percobaan 2 :Karakteristik Aliran Tekanan Untuk Saluran Konvergen Divergen ............... 20
Percobaan 3 : Efisiensi Diffuser/Saluran Diffuser .................................................................................. 21
Percobaan 4 :Hubungan Koefisien Friksi/Gesekan dengan Bilangan Re pada Pipa ........... 24
Percobaan 5 :Aliran Melalui Orifice ................................................................................................................ 27
Percobaan 6 :Kompresor ...................................................................................................................................... 30
BAB IV ANALISIS............................................................................................................................................................. 35
4.1. Percobaan Pengaruh Proses Kompresi Pada Aliran Udara ................................................ 35
4.2. Efisiensi Difuser / Saluran Difuser ................................................................................................... 39
4.3. Hubungan Koefisien Friksi/Gesekan dengan Bilangan Re pada Pipa ........................... 42
4.4. Percobaan aliran melalui orifice ........................................................................................................ 45
4.5. Percobaan Kompresor ............................................................................................................................. 49
BAB V ..................................................................................................................................................................................... 54
PENUTUP ............................................................................................................................................................................. 54
5.1. Kesimpulan .................................................................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................................................... 55
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 4
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Fluida didefinisikan sebagai suatu substansi yang terus menerus mengalami deformasi
atau mengalir ketika diberikan tegangan geser. Jika tidak ada tegangan geser yang diberikan
maka fluida tidak akan mengalir (diam) sehingga tidak ada tegangan geser yang terjadi pada
fluida. Hal demikian dikatakan statika fluida dimana yang bekerja hanya tegangan normal
saja.Bila kita mencoba mengubah bentuk suatu massa fluida, maka di dalam fluida tersebut
akan terbentuk lapisan-lapisan, di mana lapisan yang satu akan mengalir di atas lapisan yang
lain, sehingga tercapai bentuk baru. Selama perubahan bentuk tersebut, terdapat tegangan
geser (shear stress), yang besarnya bergantung pada viskositas fluida dan laju alir fluida relatif
terhadap arah tertentu. Bila fluida telah mendapatkan bentuk akhirnya, semua tegangan geser
tersebut akan hilang sehingga fluida berada dalam keadaan kesetimbangan. Pada temperatur
dan tekanan tertentu, setiap fluida mempunyai densitas tertentu.
Normalnya, ketika kita meninjau keadaan gerak dari suatu sistem partikel, kita akan
berusaha memberikan informasi mengenai posisi darisetiap partikel sebagai fungsi waktu.
Tetapi untuk kasus fluida adametode yang lebih mudah yang dikembangkan mula-mula oleh
Euler.Dalam metode ini kita tidak mengikuti pergerakan masing-masing partikel, tetapi kita
memberi informasi mengenai keadaan fluida pada setiaptitik ruang dan waktu. Keadaan fluida
pada setiap titik ruang dan untukseluruh waktu diberikan oleh informasi mengenai massa jenis
�(��, �) dankecepatan fluida ��(��, �).Aliran fluida dapat dikategorikan menurut beberapa
kondisi, yaitu:
1. Bila vektor kecepatan fluida di semua titik �� = �� bukan merupakan fungsi waktu maka
alirannya disebut aliran tetap (steady), sebaliknyabila tidak maka disebut aliran tak
tetap (non steady).
2. Bila di dalam fluida tidak ada elemen fluida yang berotasi relatif terhadap suatu titik
maka aliran fluidanya disebut alira irrotasional, sedangkan sebaliknya disebut aliran
rotasional.
3. Bila massa jenis ρ adalah konstan, bukan merupakan fungsi ruang dan waktu, maka
alirannya disebut aliran tak termampatkan, sebaliknya akan disebut termampatkan.
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 5
4. Bila terdapat gaya gesek dalam fluida maka alirannya disebut aliran kental, sedangkan
sebaliknya akan disebut aliran tak kental. Gaya gesek ini merupakan gaya-gaya
tangensial terhadap lapisan-lapisan fluida, dan menimbulkan disipasi energi mekanik.
Dalam percobaan kali ini, kita akan mempelajari jenis aliran fliuda termampatkan
(compressible flow), dimana fluida yg mengalir dalam pipa akan mengalami hambatan berupa
gesekan dengan dinding pipa hal ini mengakibatkan berkurangnya laju aliran dan penurunan
tekanan. Walaupun dapat terjadi berbagai jenis kehilangan energi gerak, umunnya hambatan
yang paling utama adalah akibat gesekan tadi.Besarnya hambatan aliran karena gesekan sangat
tergantung dari kekasaran dinding pipa dan bentuk dari pipa yang menyebabkan terjadinya
penurunan atau kehilangan tekanan aliran. Jenis gesekan ini dikenal dengan dengan gesekan
aliran dan besarnya tahanan itu sendiri di ukur dengan koefisien gesekan,f.
2. Tujuan Percobaan
Percobaan Compressible Flow ini memiliki tujuan percobaan dalam pelaksanaannya,
sebagai berikut:
1. Untuk menunjukan pengaruh kompresi pada aliran udara di dalam saluran konvergen-
divergen.
2. Untuk menunjukan suatu fenomena dari penghambatan (chocking).
3. Menyelidiki tekanan sepanjang saluran divergen.
4. Untuk menyelidiki hubungan antara koefisien friksi dengan bilangan Reynold untuk
sebuah pipa yang diberikan.
5. Menentukan hubungan antara laju aliran dengan beda tekanan pada orifice.
6. Menentukan koefisien pelepasan (discharge coefficient) dari orificemeter.
7. Untuk menyelidiki variasi kenaikan tekanan, input daya, dan efisiensi (isotermal dan
keseluruhan) terhadap laju alir massa pada kecepatan konstan.
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 6
BAB II
LANDASAN TEORI
Fluidamerupakan zat yang dapat mengalir yang mempunyai partikel yang mudah
bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisahan massa. Ketahanan fluida terhadap perubahan
bentuk sangat kecil sehingga fluida dapat dengan mudah mengikuti bentuk ruang. Selain itu,
fluida merupakan zat yang dapat mengalami perubahan bentuk secara kontinu bila terkena
tegangan geser walaupun relatif kecil. Gaya geser adalah komponen gaya yang menyinggung
permukaan dan jika dibagi dengan luas permukaan tersebut menjadi tegangan geser rata-rata
pada permukaan itu.Bila kita mencoba mengubah bentuk suatu massa fluida, maka di dalam
fluidatersebut akan terbentuk lapisan-lapisan di mana lapisan yang satu akan mengalir di
ataslapisan yang lain, sehingga tercapai bentuk baru. Selama perubahan bentuk
tersebut,terdapat tegangan geser (shear stress), yang besarnya bergantung pada viskositas
fluidadan laju alir fluida relatif terhadap arah tertentu. Bila fluida telah mendapatkan
bentukakhirnya, semua tegangan geser tersebut akan hilang sehingga fluida berada
dalamkeadaan kesetimbangan.
Suatu massa fluida yang mengalir selalu dapat dibagi-bagi menjadi tabung aliran,bila
aliran tersebut adalah tunak, waktu tabung-tabung tetap tidak berubah bentuknya dan fluida
yang pada suatu saan berada didalam sebuah tatung akan tetap berada dalam tabung ini
seterusnya. Kecepatan aliran didalam tabung aliran adalah sejajar dengan tabung dan
mempunyai besar berbanding terbalik dengan luas penampangnya.
Konsep aliran fluida yang berkaitan dengan aliran fluida dalam pipa adalah :
1. Hukum kekentalan Massa
2. Hukum kekentalan energi
3. Hukum kekentalan momentum
4. Katup
5. Orificemeter
Pada temperatur dan tekanan tertentu, setiap fluida mempunyaidensitas tertentu. Jika
densitas hanya sedikit terpengaruh oleh perubahan yang suhu dantekanan yang relatif besar,
fluida tersebut bersifat incompressible. Tetapi jika densitasnyapeka terhadap perubahan
variabel temperatur dan tekanan, fluida tersebut digolongkancompresible. Fluida meliputi
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 7
cairan dan gas yang menempati ruang yang mengalir di bawah pengaruhgravitasi, sehingga
fluida cenderung tidak mempertahankan bentuknya. Sifat gas adalah memiliki volume dan
bentuk yang tidak tetap. Gas akan berkembangmengisi beberapa wadah tertutup dimana gas itu
beradadan jika wadah itu terbuka,gas akanbocor.Pada gas cairmolekul-molekulnya terpisah
sangat jauh. Molekul-molekul tersebut menggunakan gaya satusama lain saat bertubrukan,
akibatnya setiap molekul bergerak bebas pada garis lurus sampaimenabrak molekul lainnya
atau dinding wadah. Ini adalah gerak molekul tidak terbatas yang menyebabkan perluasan gas
yang tidak dapat terpisahkan. Selanjutnyagas yang sangatcaircenderung memliki sifat yang
samakarena frekuensi benturan molekulnya sangat kecilsehingga perilaku perbedaan gas
bukan disebabkan oleh perbedaan gaya dari kedua molekultersebut.Gas memiliki sifat khusus
yang dihasilkan dari pemuaiannya,seperti halnya cairan yangmemiliki sifat khusus yang
dikarenakan cairan memiliki permukaan. Meskipun demikian, gas dancairan memiliki
beberapa sifat umum yang disebabkan dari sifat ketidakkakuannya. Kata fluidadigunakan pada
gas dan cairan saat membicarakan sifat yang umum pada keduanya.
Zat cair biasanya dianggap zat yang incompresible, sedangkan gasumumnya dikenal
sebagai zat yang compresible.Perilaku zat cair yang mengalir sangat bergantung pada
kenyataan apakah fluidaitu berada di bawah pengaruh bidang batas padat atau tidak. Di daerah
yang pengaruhgesekan dinding kecil, tegangan geser dapat diabaikan dan perilakunya
mendekati fluidaideal,yaitu incompresible dan mempunyai viskositas 0.
Aliran dapat diklasifikasikan (digolongkan) dalam banyak jenis seperti: turbulen,
laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak seragam, rotasional, tak
rotasional.Aliran fluida melalui instalasi (pipa) terdapat dua jenis aliran yaitu :
1. Aliran laminer
2. Aliran turbulen
Cairan dengan rapat massa yang akan lebih mudah mengalir dalam keadaan laminer.
Dalam aliran fluida perlu ditentukan besarannya, atau arah vektor kecepatan aliran pada suatu
titik ke titik yang lain. Agar memperoleh penjelasan tentang medan fluida, kondisi rata-rata
pada daerah atau volume yang kecil dapat ditentukan dengan instrument yang sesuai.
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 8
Pengukuran aliran adalah untuk mengukur kapasitas aliran, massa laju aliran, volume
aliran. Pemilihan alat ukur aliran tergantung pada ketelitian, kemampuan pengukuran, harga,
kemudahan pembacaan, kesederhanaan dan keawetan alat ukur tersebut.
Dalam pengukuran fluida termasuk penentuan tekanan, kecepatan, debit, gradien
kecepatan, turbulensi dan viskositas. Terdapat banyak cara melaksanakan pengukuran-
pengukuran, misalnya : langsung, tak langsung, gravimetrik,volumetrik, elektronik,
elektromagnetik dan optik. Pengukuran debit secara langsung terdiri dari atas penentuan
volume atau berat fluida yang melalui suatupenampang dalam suatu selang waktu tertentu.
Metoda tak langsung bagi pengukuran debit memerlukan penentuan tinggi tekanan, perbedaan
tekanan atau kecepatan dibeberapa dititik pada suatu penampang dan dengan besaran
perhitungan debit. Metode pengukuran aliran yang paling teliti adalah penentuan gravimerik
atau penentuan volumetrik dengan berat atau volume diukur atau penentuan dengan
mempergunakan tangki yang dikalibrasikan untuk selang waktu yang diukur.
Pada prinsipnya besar aliran fluida dapat diukur melalui :
1. Kecepatan (velocity)
2. Berat (massanya)
3. Luas bidang yang dilaluinya
4. Volumenya.
Persamaan Bernoulli Persamaan momentum aliran fluida ( visvous & compressible) dianalisa dengan
mempergunakan persamaan Navier Stokes. Bila persamaan ini diterapkan pada aliran tanpa
gesekan (nonviscous / inviscid) diperoleh persamaan Euler yaitu :
ρ ρg pDV
Dt− ∇ =
dimana :
ρ : massa jenis ( kg/m3 )
g : percepatan gravitasi ( 9,8 m / dt2)
∇p : gradien tekanan (N/m)
DV
Dt : turunan total vektor kecepatan terhadap waktu
Praktikum POT
Kelompok 20
Dari persamaan Euler dan persamaan Hukum II Newt
Bernoulli dengan asumsi :
- aliran tunak (steady
- aliran tak mampu mampat (
- aliran tanpa gesekan (
- aliran menurut garis arus ( sepanjang
dimana :
p : tekanan fluida ( Pa)
z : perubahan ketinggian ( m)
V : kecepatan fluida ( m/dt
C : konstan/tetap
Persamaan Bernoulli dapat pula diturunkan dari Persamaan Energi dan Hukum
Thermodinamika I dengan kondisi khusus bahwa perubahan energi dalam fl
dengan perubahan energi panas persatuan massa fluida.
Compresible dan Incompresible FlowSelain aliran laminar dan turbulen, s
dibagi menjadi dua jenis, yaitu aliran termampatkan
dimampatkan (incompressible)
- Aliran Termampatkan
Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan berubahnya besaran
kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida
termampatkan adalah: udara, gas alam, dll. Persamaan Bernoulli untuk aliran termampatkan
adalah sebagai berikut:
di mana:
Praktikum POT – Compressible Flow
Dari persamaan Euler dan persamaan Hukum II Newton akan diperoleh persamaan
steady)
aliran tak mampu mampat (incompressible)
aliran tanpa gesekan ( inviscid/non viscous)
aliran menurut garis arus ( sepanjang streamline)
pgz
VC
ρ+ + =
2
2
p : tekanan fluida ( Pa)
z : perubahan ketinggian ( m)
V : kecepatan fluida ( m/dt2)
Persamaan Bernoulli dapat pula diturunkan dari Persamaan Energi dan Hukum
Thermodinamika I dengan kondisi khusus bahwa perubahan energi dalam fl
dengan perubahan energi panas persatuan massa fluida.
Compresible dan Incompresible Flow Selain aliran laminar dan turbulen, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, aliran dapat
dibagi menjadi dua jenis, yaitu aliran termampatkan (compressible) dan aliran yang tidak dapat
ncompressible).
Aliran Termampatkan
Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan berubahnya besaran
kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida
mampatkan adalah: udara, gas alam, dll. Persamaan Bernoulli untuk aliran termampatkan
Page 9
on akan diperoleh persamaan
Persamaan Bernoulli dapat pula diturunkan dari Persamaan Energi dan Hukum
Thermodinamika I dengan kondisi khusus bahwa perubahan energi dalam fluida akan sama
eperti yang telah dijelaskan sebelumnya, aliran dapat
dan aliran yang tidak dapat
Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan berubahnya besaran
kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida
mampatkan adalah: udara, gas alam, dll. Persamaan Bernoulli untuk aliran termampatkan
Praktikum POT
Kelompok 20
= energi potensial gravitasi per satuan massa; jika gravitasi konstan maka
= entalpi fluida per satuan massa
di mana adalah energi
internal spesifik.
- Aliran Tak-termampatka
Aliran tak-termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan tidak berubahn
besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida tak
termampatkan adalah: air, berbagai jenis minyak, emulsi, dll. Bentuk Persamaan
untuk aliran tak-termampatkan adalah sebagai berikut:
di mana:
v = kecepatan fluida
g = percepatan gravitasi bumi
h = ketinggian relatif terhadap suatu referensi
p = tekanan fluida
ρ = densitas fluida
Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak
berikut:
• Aliran bersifat tunak (steady state)
• Tidak terdapat gesekan (inviscid)
Dalam bentuk lain, Persamaan Bernoulli dapat dituliskan sebagai berikut:
Bila aliran inkompresibel maka persamaan energi untuk aliran:
Praktikum POT – Compressible Flow
= energi potensial gravitasi per satuan massa; jika gravitasi konstan maka
fluida per satuan massa
Catatan:,
adalah energi termodinamika per satuan massa, juga disebut sebagai energi
termampatkan
termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan tidak berubahn
besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida tak
termampatkan adalah: air, berbagai jenis minyak, emulsi, dll. Bentuk Persamaan
termampatkan adalah sebagai berikut:
= kecepatan fluida
percepatan gravitasi bumi
= ketinggian relatif terhadap suatu referensi
fluida
fluida
Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak-termampatkan dengan asumsi
Aliran bersifat tunak (steady state)
Tidak terdapat gesekan (inviscid)
bentuk lain, Persamaan Bernoulli dapat dituliskan sebagai berikut:
Bila aliran inkompresibel maka persamaan energi untuk aliran:
Page 10
= energi potensial gravitasi per satuan massa; jika gravitasi konstan maka
per satuan massa, juga disebut sebagai energi
termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan tidak berubahn
besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida tak
termampatkan adalah: air, berbagai jenis minyak, emulsi, dll. Bentuk Persamaan Bernoulli
termampatkan dengan asumsi-asumsi sebagai
bentuk lain, Persamaan Bernoulli dapat dituliskan sebagai berikut:
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 11
2
v shaft friction
p vm. c .T Q W W
2
∆ + + = − − ρ
&
Dengan mengabaikan kerja, panas dan rugi-rugi kerja, kita memperoleh:
( )0 11
0
2k p pv
−=
ρ
( )0 22
0
2k p pv
−=
ρ
Dari persamaan kontinuitas m .a.v konstan= ρ =& , maka: a1v1=a2v2. Jadi p0-p2=(a1/a2)
2.(p0-p1)
Bilangan Reynold Bilangan Reynolds merupakan besaran fisis yang tidak berdimensi. Bilangan ini
dipergunakan sebagai acuan dalam membedakan aliran laminier dan turbulen di satu pihak,
dan di lain pihak dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk mengetahui jenis-jenis aliran yang
berlangsung dalam air. Hal ini didasarkan pada suatu keadaan bahwa dalam satu tabung/pipa
atau dalam satu tempat mengalirnya air, sering terjadi perubahan bentuk aliran yang satu
menjadi aliran yang lain. Perubahan bentuk aliran ini pada umumnya tidaklah terjadi secara
tiba-tiba tetapi memerlukan waktu, yakni suatu waktu yang relatif pendek dengan diketahuinya
kecepatan kristis dari suatu aliran. Kecepatan kritis ini pada umumnya akan dipengaruhi oleh
usayaran pipa, jenis zat cair yang lewat dalam pipa tersebut.
Berikut merupakan persamaan yang menyatakan Bilangan Reynolds :
�� = ���
Berdasarkan Bilangan Reynolds, aliran fluida terbagi atas tiga jenis, dintaranya sebagai
berikut :
• Aliran Laminar
Aliran ini terjadi pada kecepatan fluida yang sangat rendah. Sehingga
kisaran bilangan Reynolds nya adalah Re<2100.
• Aliran Turbulen
Aliran ini terjadi pada kecepatan aliran fluida yang tinggi. Sehingga range
Bilangan Reynoldsnya adalah Re>4000.
• Aliran Transisi
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 12
Aliran ini terjadi pada kecepatan yang sedang. Sehingga range Bilangan
Reynolds berada dianatar aliran laminar dan aliran tubulen, yaitu :
2100<Re<4000.
Koefisien Gesek
Koefisien gesek dipengaruhi oleh kecepatan, karena distribusi kecepatan pada aliran
laminar dan aliran turbulen berbeda, maka koefisien gesek erbeda pula untuk masing–masing
jenis aliran . Pada aliran Laminar dalam pipa tertutup (closed conduits) mempunyai distribusi
vektor kecepatan , Pada aliran laminar vektor kecepatan yang berlaku adalah kecepatan dalam
arah z saja.
Venturimeter
Pipa venture merupakan sebuah pipa yang memiliki penampang bagian tengahnya lebih
sempit dan diletkkan mendatar dengan dilengkapi pipa pengendali untuk mengetahui
permukaan air yang ada sehingga besarnya tekanan dapat diperhitungkan. Dalam pipa venture
ini luas penampang pipa bagian tepi memiliki penampang yang lebih luas daripada bagian
tengahnya zat cair dialirkan melalui pipa yang penampangnya lebih besar lalu akan mengalir
melalui pipa yang memiliki penampang yang lebih sempit. Dengan demikian maka akan
terjadi perubahan kecepatan.
Apabila kecepatan aliran yang melalui penampang lebih besar adalah v1 dan kecepatan
aliran yang melalui pipa sempit adalah v2, maka kecepatan yang lewat pipa sempit akan
memiliki laju yang lebih besar (v1 < v2). Dengan cara demikian tekanan yang ada pada bagian
pipa lebih sempit akan menjadi lebih kecil daripada tekanan pada bagian pipa yang
berpenampang lebih besar. Lihat gambar di bawah ini.
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 13
Untuk venturimeter inidapatdibagi 3 bagian utama yaitu :
a) Bagian Inlet
Bagian yang berbentuk lurus dengan diameter yang sama seperti diameter pipa
atau cerobong aliran. Lubang tekanan awal ditempatkan pada bagian ini.
b) Inlet Cone
Bagian yang berbentuk seperti kerucut, yang berfungsi untuk menaikkan
tekanan fluida.
c) Throat (leher)
Bagian tempat pengambilan beda tekanan akhir bagian ini berbentuk bulat
datar. Hal ini dimaksudkan agar tidak mengurangi atau menambah kecepatan dari
aliran yang keluar dari inlet cone.
Persamaan yang digunakan dalam venturimeter:
� = �1��1
� = ������� ∙ ��∙� ∙(∆")
keterangan:
Cv : koefisien venturi
Β : 0
1
D
D ; D1<D0
ρ : massa jenis fluida
gc : 32,174 2sec⋅
⋅
f
m
lb
ftlb = 1kg m N-1 det2
Orificemeter Orifice Plate (Sebuah plat lubang) adalah pelat tipis dengan lubang di tengah. Hal ini
biasanya ditempatkan dalam pipa aliran fluida di mana. Ketika cairan mencapai pelat orifice,
dengan lubang di tengah, cairan dipaksa untuk berkumpul untuk pergi melalui lubang kecil,
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 14
titik konvergensi maksimum sebenarnya terjadi tak lama hilir orifice fisik, pada titik kava
disebut contracta (lihat gambar sebelah kanan). Seperti tidak demikian, kecepatan dan
perubahan tekanan. Di luar contracta vena, cairan mengembang dan kecepatan dan tekanan
perubahan sekali lagi. Dengan mengukur perbedaan tekanan fluida antara bagian pipa normal
dan di vena contracta, tingkat aliran volumetrik dan massa dapat diperoleh dari persamaan
Bernoulli.
Prinsip meteran orifice identik dengan prinsip venturi, Penurunan penampang arus aliran
melalui orifice itu menyebabkan tinggi tekan kecepatan meningkat tetapi tinggi tekan
menurun, dan penurunan tekanan antara kedua titik sadap diukur dengan
manometer.Persamaan Bernoulli memberikan dasar untuk mengkorelasikan peningkatan tinggi
tekan kecepatan dengan penurunan tinggi tekan tekanan.Ada satu kesulitan pokok yang
terdapat pada meteran orifice yang tidak terdapat pada venturi. Oleh karena orifice itu tajam,
arus fluida itu memisah disebelah hilir, disitu terbentuk vena kontrakta.
Orifice Plate yang paling sering digunakan untuk pengukuran kontinyu cairan di dalam
pipa. Mereka juga digunakan dalam beberapa sistem sungai kecil untuk mengukur aliran di
lokasi di mana sungai melewati gorong-gorong atau saluran. Hanya sebagian kecil sungai
sesuai untuk penggunaan teknologi sejak piring harus tetap sepenuhnya terendam yaitu
pendekatan pipa harus penuh, dan sungai harus secara substansial bebas dari puing-puing.
Standar-standar rancang yang terperinci sudah tersedia secara luas di dalam literature,
yang harus diikuti dengan ketat agar kerja meteran tersebut dapat diramalkan dengan teliti
tanpda kalibrasi. Tetapi sebagai pendekaran, persamaan di bawah ini cukup memadai untuk
digunakan.
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 15
#$ = �%����� ∙ ��� ∙(&'�&()
Keterangan :
#$ : Kecepatan melalui orifice
) : Rasio diameter orifice terhadap diameter pipa
*+, *, : Tekanan pada bagian a dan b
-$ : Koefisien orifice
BAB III
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
Percobaan 1 :Pengaruh Proses Kompresi Pada Aliran Udara Prosedur Percobaan
1. Menyambungkan salah satu tabung miring dengan range 12,7 mm untuk membaca P0 –
P1. Sambungkan manometer tabung miring lainnya (dengan range 25,4 mm) untuk
membaca P2 – P0. Aturlah aliran (laju udara 5 kg/s,7 kg/s, 9 kg/s, 11 kg/s, dan13 kg/s)
untuk mendapatkan penambahan-penambahan (P0 – P1) yang hampir sama dan untuk
masing-masing harga laju alir bacalah kedua manometer tersebut.
2. Mengulangi dengan manometer tabung miring dengna range 50,8 mm dan dengan sebuah
manometer tabung air raksa untuk mengukur P0 – P2 dengan laju udara 25 kg/s, 35 kg/s, 40
kg/s, 45 kg/s, dan50 kg/s.
Data Hasil Pengamatan
- Pengukuran dengan Manometer Minyak 12.7 mm dan Manometer Minyak 25.4 mm.
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 16
Laju Udara
Minyak 12.7
mm (kPa)
Minyak 25.4
mm (kPa) *. − *� *. − *�
5 0.01 0.04
7 0.01 0.25
9 0.02 0.51
11 0.03 1.3
13 0.05 1.4
- Pengukuran dengan Manometer Minyak 50.8 mm dan Manometer Air Raksa.
Laju Udara
Minyak 50.8
mm (kPa)
Air Raksa
(mmHg) *. − *� *. − *�
5 0.01 0.01
7 0.015 0.03
9 0.01 0.05
11 0.02 0.07
13 0.03 0.1
Pengolahan Data
Dari percobaan ini kita membandingkan kecepatan aliran udara yang dihasilkan dari
percobaan dengan kecepatan aliran udara secara teoritis. Untuk mengetahui kecepatan aliran
udara dalam suatu sistem, maka kita dapat menggunakan persamaan neraca massa energi.
Berikut adalah persamaannya.
0.∆ 1*� +��2 + -�. 45 = � −6� −67 … (1)
Karena pada percobaan tidak ada perpindahan panas dan kerja yang terjadi, sehingga
besar kalor yang terdapat pada persamaan neraca massa dapat diabaikan. Dengan begitu, kita
bisa mendapatkan persamaan yang menghasilkan besar kecepatan alir udara :
�� = 2Δ*� … (2) Untuk mencari nilai kecepatan aliran udara, dibutuhkan nilai massa jenis dari fluida
yang digunakan. Pada percobaan ini, fluida yang digunakan adalah udara. Sehingga massa
jenis udara dapat dicari seperti berikut.
Udara terdiri dari : (Basis 100 mol)
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 17
79% :� ≈ 0.790?@ Maka berat gas nitrogen dalam udara adalah sebesar :
0 = AB� = 0.7928 = 22.12D
21% E� ≈ 0.210?@ Maka berat gas oksigen dalam udara adalah sebesar :
0 = AB� = 0.2132 = 6.72D
Sehingga berat total udara adalah : 22.12 g + 6.72 g = 28.84 g = 0.02884 kg
Massa jenis udara :
� = *.0�. 4 = 101325 × 0.02848.314 × 298 = 1.179 KD 0L⁄
Setelah didapatkan massa jenis dari udara, maka kita dapat mencari kecepatan aliran
udara dengan menggunakan persamaan 2. Berikut adalah persamaan untuk mencari kecepatan
aliran udara pada titik 1 dan 2.
�� =N2 (*$ −*�)�$ … (3) �� =N2 (*$ −*�)�$ … (4)
Setelah dilakukan perhitungan kecepatan aliran udara berdasarkan data sesuai dengan
praktikum. Maka, kita perlu melakukan perhitungan kecepatan aliran udara secara teoritis. Hal
yang terlebih dahulu dilakukan adalah, plot grafik hubungan hubungan *. − *� dengan
*. − *�.
• Pengukuran dengan Manometer Minyak 12.7 mm dan Manometer Minyak 25.4 mm.
Praktikum POT
Kelompok 20
Grafik 1. Hubungan Antara P0
Manometer Minyak 25.4 mm.
• Pengukuran dengan Manometer Minyak 50.8 mm dan Manometer Air
Laju Udara
5
7
9
11
13
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
0 0.01 0.02
P0
-P2
(k
Pa
)Manometer Minyak 12.7 mm Dengan Manometer
Praktikum POT – Compressible Flow
Grafik 1. Hubungan Antara P0-P1 dengan P0-P2 Pada Manometer Minyak 12.7 mm dengan
Pengukuran dengan Manometer Minyak 50.8 mm dan Manometer Air
Laju Udara
Minyak 50.8
mm (kPa)
Air Raksa
(kPa)
P0-P1 P0-P2
0.01 0.001333224
0.015 0.003999672
0.01 0.00666612
0.02 0.009332568
0.03 0.01333224
y = 34.01x
R² = 0.850
0.03 0.04 0.05 0.06
P0-P1 (kPa)
Manometer Minyak 12.7 mm Dengan Manometer
Minyak 25.4 mm
Series1
Linear (Series1)
Page 18
P2 Pada Manometer Minyak 12.7 mm dengan
Pengukuran dengan Manometer Minyak 50.8 mm dan Manometer Air Raksa.
Air Raksa
y = 34.01x - 0.116
R² = 0.850
Series1
Linear (Series1)
Praktikum POT
Kelompok 20
Grafik 2. Hubungan Antara P0
Manometer Air Raksa.
Setelah didapatkan kedua grafik diatas, maka dapat diketahui nilai gradient dari
masing-masing persamaan garis lurus yang dihasilkan dari grafik tersebut. Gradient yang
dihasilkan sebanding dengan nilai
dapat mengetahui kecepatan aliran udara dengan menggunakan persamaan kontinuitas, yaitu :
sedangkan untuk *. − *�. Persamaannya adalah sebagai berikut.
sehingga,
0
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012
0.014
0 0.005 0.01
P0
-P2
(k
Pa
)Manometer Minyak 50.8 mm Dengan Manometer Air
Praktikum POT – Compressible Flow
Grafik 2. Hubungan Antara P0-P1 dengan P0-P2 Pada Manometer Minyak 50.8 mm denga
Setelah didapatkan kedua grafik diatas, maka dapat diketahui nilai gradient dari
masing persamaan garis lurus yang dihasilkan dari grafik tersebut. Gradient yang
dihasilkan sebanding dengan nilai (��/��)�. Dengan diketahuinya(��/�dapat mengetahui kecepatan aliran udara dengan menggunakan persamaan kontinuitas, yaitu :
��. �� =��. ��
�� = ���� . ��
samaannya adalah sebagai berikut.
���� ≈ N*$ −*�*$ −*�
N*$ −*�*$ −*� ≈ ����
*$ −*�*$ −*� ≈ P����Q�
*$ −*� =P����Q� (*$ −*�)
y = 0.490x
R² = 0.776
0.015 0.02 0.025 0.03 0.035
P0-P1 (kPa)
Manometer Minyak 50.8 mm Dengan Manometer Air
Raksa
Series1
Linear (Series1)
Page 19
P2 Pada Manometer Minyak 50.8 mm dengan
Setelah didapatkan kedua grafik diatas, maka dapat diketahui nilai gradient dari
masing persamaan garis lurus yang dihasilkan dari grafik tersebut. Gradient yang
��)�, maka kita juga
dapat mengetahui kecepatan aliran udara dengan menggunakan persamaan kontinuitas, yaitu :
y = 0.490x - 0.001
R² = 0.776
Manometer Minyak 50.8 mm Dengan Manometer Air
Series1
Linear (Series1)
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 20
Dengan adanya perhitungan secara teoritis, maka perlu diperhitungkan persentase
kesalahan relatifnya. Berikut adalah persamaannya.
*��R�A�SR�T�RS@SℎSA��@S�VW = X��,&YZ −��,[Y$Z\X��,[Y$Z\
Dari penjelasan pengolahan data diatas, maka berikut adalah hasil perhitungan dengan
menggunakan Microsoft Excel.
• Pengukuran dengan Manometer Minyak 12.7 mm dan Manometer Minyak 25.4 mm.
Laju
Udara
Minyak
12.7 mm
Minyak
25.4 mm V1 V2 Teoritis
%KR
P0-P1 P0-P2 P0-P2 V2
5 0.01 0.04 0.130244111 0.260488222 0.34018 0.759648 0.65709
7 0.01 0.25 0.130244111 0.651220554 0.34018 0.759648 0.14273
9 0.02 0.51 0.184192988 0.930128996 0.68036 1.074305 0.13420
11 0.03 1.3 0.225589417 1.485011345 1.02054 1.315749 0.12864
13 0.05 1.4 0.291234686 1.541069102 1.7009 1.698625 0.09275
• Pengukuran dengan Manometer Minyak 50.8 mm dan Manometer Air Raksa.
Laju
Udara
Minyak
50.8 mm
Air
Raksa
(mmHg) V1 V2
Teoritis %KR
P0-P1 P0-P2 P0-P2 V2
5 0.01 0.0013 0.130244111 0.047556475 0.004904 0.09121 0.4786
7 0.015 0.0039 0.159515807 0.082370231 0.007356 0.11171 0.26262
9 0.01 0.0067 0.130244111 0.106339511 0.004904 0.09121 0.1659
11 0.02 0.0093 0.184192988 0.125822606 0.009808 0.12899 0.02454
13 0.03 0.0133 0.225589417 0.150386779 0.014712 0.15798 0.04805
Percobaan 2 :Karakteristik Aliran Tekanan Untuk Saluran Konvergen
Divergen Prosedur Percobaan
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 21
1. Menyambungkan manometer tabung miring untuk range 50,8 mm untuk membaca P0 – P1
dan manometer air raksa untuk membaca P0 –P2 dan P0 – P3.
2. Mengatur laju alir untuk mendapatkan variasi P0 – P3 pada perubahan yang hampir sama
(kira-kira 20 pembacaan). Untuk masing – masing laju alir, bacalah semua manometer.
Ambilah data P0 sebagai harga barometer (tekanan udara luar).
3. Mengitung ρ = P0/ (RT) dan ( )1002 PPkam percobaan −=•
ρ. Buatkan tabelnya.
4. Menggambar ṁ vs P0 – P3 serta P0 – P2 vs P0 – P3.
5. Memberikan pendapat anda tentang bentuk-bentuk grafik tersebut
6. Membandingkan harga ṁ dan r = P1/P0 dengan harga-harga teoritis yang diperoleh dari
rumus:( )
−
−=
+•γ
γγ
ργγ
ρ12
0
010 1
2rr
Pam teori
Percobaan 3 : Efisiensi Diffuser/Saluran Diffuser Prosedur Percobaan
1. Menggunakan manometer tabung miring range 25,4 mm untuk membaca P0– P1, P0–
P2, dan P0– P3. Membuat variasi laju alir udara (5 kg/s, 7 kg/s, 9 kg/s, 11 kg/s, dan13
kg/s), kemudian membaca manometer untuk masing-masing laju alir.
2. Mengulangi langkah 1 dengan manometer air raksa untuk laju alir yang lebih tinggi
(laju udara 30 kg/s, 35 kg/s, 40 kg/s, 45 kg/s, dan 50 kg/s).
3. Untuk masing-masing perangkat, menggambarkan P3-P2 vs P1-P2 dan memperkirakan
efisiensi diffuser.
4. Memberikan pendapat tentang pengaruh kompresibilitas terhadap efisiensi diffuser.
Data Hasil Pengamatan
- Pengukuran dengan menggunaakan Manometer Minyak 25.4 mm
Laju Udara Minyak 25.4 mm *. − *� *. − *� *. − *L
5 0.02 0.09 0.07
7 0.02 0.27 0.14
9 0.03 0.54 0.25
11 0.03 0.88 0.38
13 0.04 1.47 0.56
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 22
- Pengukuran dengan menggunakan Manometer Air Raksa
Laju Udara Air Raksa *. − *� *. − *� *. − *L
30 1 5 2
35 1 13 3
40 0.5 18 5
45 0.5 23 7
50 0.5 29 11
Pengolahan Data
Untuk mengetahui nilai efisiensi dari diffuser ini adalah dengan menggunakan
persamaan seperti berikut.
] = *L − *�*� − *�
Nilai (*L − *�) dan (*� − *�) bisa didapatkan dari hasil yang telah didapatkan dari percobaan.
Berikut adalah persamaannya :
(*L − *�) = (*. − *�) − (*. − *L) (*� − *�) = (*. − *�) − (*. − *�) Berdasarkan penjelasan pengolahan data diatas, maka berikut merupakan hasil
perhitungan dengan menggunakan Microsoft Excel.
• Pengukuran dengan menggunaakan Manometer Minyak 25.4 mm
Laju Udara Perbedaan Tekanan (kPa)
Efisiensi % Efisiensi *L − *� *� − *�
5 0.02 0.07 0.285714286 28.57142857
7 0.13 0.25 0.52 52
9 0.29 0.51 0.568627451 56.8627451
11 0.5 0.85 0.588235294 58.82352941
13 0.91 1.43 0.636363636 63.63636364
AVERAGE 0.519788133 51.97881334
• Pengukuran dengan menggunakan Manometer Air Raksa
Laju Udara Perbedaan Tekanan (kPa)
Efisiensi %Efisiensi *L − *� *� − *�
Praktikum POT
Kelompok 20
30 3
35 10
40 13
45 16
50 18
AVERAGE
Berdasarkan pengolahan data yang t
korelasi antara *� − *� terhadap
manometer air raksa. Berikut adalah grafiknya.
• Pengukuran dengan menggunaakan Manometer Minyak 25.4 mm
Grafik 3. Hubungan Antara P1
Dari grafik diatas maka didapatkan persamaan garis lurus sebagai berikut :
Dari persamaan garis tersebut, besar dari gradient persamaan garis lurus tersebut adal
sebanding dengan efisiensi Diffuser. Berikut adalah persamaan yang memiliki keterkaitan
dengan persamaan garis lurus yang didapat.
maka, efisiensi dari diffuser adalah 0.6527 (65.27%)
• Pengukuran dengan menggunakan Mano
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
0
P3
-P2
Manometer Minyak 25.4 mm
Praktikum POT – Compressible Flow
3 4 0.75
10 12 0.833333333
13 17.5 0.742857143
16 22.5 0.711111111
18 28.5 0.631578947
AVERAGE 0.733776107
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka kita bisa mendapatkan grafik
terhadap *L − *� dari masing-masing manometer minyak 25.4 mm dan
manometer air raksa. Berikut adalah grafiknya.
Pengukuran dengan menggunaakan Manometer Minyak 25.4 mm
Grafik 3. Hubungan Antara P1-P2 dengan P3-P2 Pada Manometer Minyak 25.4 mm
Dari grafik diatas maka didapatkan persamaan garis lurus sebagai berikut :
^ = 0.6527� − 0.036
Dari persamaan garis tersebut, besar dari gradient persamaan garis lurus tersebut adal
sebanding dengan efisiensi Diffuser. Berikut adalah persamaan yang memiliki keterkaitan
dengan persamaan garis lurus yang didapat.
(*L − *�) = ](*� − *�) efisiensi dari diffuser adalah 0.6527 (65.27%)
Pengukuran dengan menggunakan Manometer Air Raksa
y = 0.652x
R² = 0.998
0.5 1 1.5 2
P1-P2
Manometer Minyak 25.4 mm
Series1
Linear (Series1)
Page 23
75
0.833333333 83.33333333
0.742857143 74.28571429
0.711111111 71.11111111
0.631578947 63.15789474
0.733776107 73.37761069
elah dilakukan, maka kita bisa mendapatkan grafik
masing manometer minyak 25.4 mm dan
P2 Pada Manometer Minyak 25.4 mm
Dari grafik diatas maka didapatkan persamaan garis lurus sebagai berikut :
Dari persamaan garis tersebut, besar dari gradient persamaan garis lurus tersebut adalah
sebanding dengan efisiensi Diffuser. Berikut adalah persamaan yang memiliki keterkaitan
y = 0.652x - 0.036
R² = 0.998
Series1
Linear (Series1)
Praktikum POT
Kelompok 20
Grafik 4. Hubungan Antara P1
Dari grafik diatas maka didapatkan persamaan garis lurus sebagai berikut :
Dari persamaan garis tersebut, besar dari gradient persamaan garis lurus
sebanding dengan efisiensi Diffuser. Berikut adalah persamaan yang memiliki keterkaitan
dengan persamaan garis lurus yang didapat.
maka, efisiensi dari diffuser adalah 0.6126 (61.26%)
Percobaan 4 :Hubungan
Pipa
Prosedur Percobaan
1. Menggunakan manometertabung miring range 25.4 mm untuk membaca P
Menggunakan manometer raksa untuk membaca P
laju alir yaitu 6 kg/s, 8 kg/s, 1
2. Mencatat perbedaan tekanan yang didapat.
3. Membuat tabel f, Nre, log f, log Nre, 1/
4. Menggambarkan log f vs log Nre dan 1/
5. Apakah hubungan empirik Blausius f = 0,079 Nre
berapa?
6. Apakah hubungan Nikuradse
dan pada range berapa?
0
5
10
15
20
25
0 5
P3
-P2
Praktikum POT – Compressible Flow
Grafik 4. Hubungan Antara P1-P2 dengan P3-P2 Pada Manometer Air Raksa
Dari grafik diatas maka didapatkan persamaan garis lurus sebagai berikut :
^ = 0.6126� + 1.6477
Dari persamaan garis tersebut, besar dari gradient persamaan garis lurus
sebanding dengan efisiensi Diffuser. Berikut adalah persamaan yang memiliki keterkaitan
dengan persamaan garis lurus yang didapat.
(*L − *�) = ](*� − *�) efisiensi dari diffuser adalah 0.6126 (61.26%)
Koefisien Friksi/Gesekan dengan Bilangan Re pada
Menggunakan manometertabung miring range 25.4 mm untuk membaca P
Menggunakan manometer raksa untuk membaca P0– P2 dan P0– P
laju alir yaitu 6 kg/s, 8 kg/s, 10 kg/s, 12 kg/s, dan14 kg/s.
Mencatat perbedaan tekanan yang didapat.
Membuat tabel f, Nre, log f, log Nre, 1/√f dan log (Nre . √f).
Menggambarkan log f vs log Nre dan 1/√f vs log (Nre . √f).
Apakah hubungan empirik Blausius f = 0,079 Nre -1/4 dapat dipakai dan pada range Nre
Apakah hubungan Nikuradse-von Karman 1/√f = 4 log (Nre . √f) –
dan pada range berapa?
y = 0.612x + 1.647
10 15 20 25 30
P1-P2
Manometer Air Raksa
Series1
Linear (Series1)
Page 24
P2 Pada Manometer Air Raksa
Dari persamaan garis tersebut, besar dari gradient persamaan garis lurus tersebut adalah
sebanding dengan efisiensi Diffuser. Berikut adalah persamaan yang memiliki keterkaitan
Koefisien Friksi/Gesekan dengan Bilangan Re pada
Menggunakan manometertabung miring range 25.4 mm untuk membaca P0– P1.
P3. Membuat variasi
dapat dipakai dan pada range Nre
0,396 dapat dipakai
y = 0.612x + 1.647
R² = 0.969
Series1
Linear (Series1)
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 25
Data Hasil Pengamatan
Laju Alir M.Minyak 25.4 mm M.Minyak 50.8 mm
P0-P1 (kPa) P0-P2 (kPa) P0-P3 (kPa)
6 0.01 0.02 0.03
8 0.03 0.04 0.06
10 0.06 0.08 0.1
12 0.09 0.1 0.15
14 0.14 0.14 0.22
Pengolahan Data
Persamaan-persamaan yang digunakan untuk mengolah data adalah:
1. Persamaan Koefisien Friksi
W = _(*� −*L)4@K(*. −*�) dengan:
_ = 0.019150
@ = 1.20
2. Persamaan Bilangan Reynold
�� = �_̀ N2K(*. − *�)�
dengan:
� = 1.18 KD 0L⁄
` = 1.171 × 10�a × P 393b + 393Q Pb + 273273 Q:R 0�⁄ = 1.21 × 10�a:R 0�⁄
#A�#Kb = 25℃
3. Persamaan Blasius
W = 0.0791���.,�a
4. Persamaan Nikuradse von Karman
Praktikum POT
Kelompok 20
Dengan menggunakan persamaan yang ada diatas, maka kita dapat melakukan pengolahan
data dengan menggunakan bantuan Ms. Excel sehingga didapatkan:
Perhitungan Faktor Friksi (Blasius)
Laju Alir P0-P1
(Pa)
P2
(Pa)
6 10
8 30
10 60
12 90
14 140
Perhitungan Faktor Friksi (von Karman)
-2.44
-2.42
-2.4
-2.38
-2.36
-2.34
-2.32
-2.3
-2.28
4.6
log
f
Praktikum POT – Compressible Flow
1�W = 4 logg���Wh0.396
menggunakan persamaan yang ada diatas, maka kita dapat melakukan pengolahan
data dengan menggunakan bantuan Ms. Excel sehingga didapatkan:
Perhitungan Faktor Friksi (Blasius)
P2-P3
(Pa) k v Re
10 0.84 29.61899045 5.53E+04
20 0.855 51.75761949 9.66E+04
20 0.86 73.41003979 1.37E+05
50 0.865 90.16955308 1.68E+05
80 0.868 112.6560421 2.10E+05
log Re log f
4.742467465 -2.287440383
4.984871506 -2.348041393
5.136652673 -2.385986685
5.22595713 -2.408312799
5.322651702 -2.432486442
Perhitungan Faktor Friksi (von Karman)
y = -0.25x - 1.101
R² = 1
4.6 4.8 5 5.2 5.4
log Re
Grafik lof f vs log Re
Series1
Linear (Series1)
Page 26
menggunakan persamaan yang ada diatas, maka kita dapat melakukan pengolahan
f
5.53E+04 5.16E-03
9.66E+04 4.49E-03
1.37E+05 4.11E-03
1.68E+05 3.91E-03
2.10E+05 3.69E-03
Linear (Series1)
Praktikum POT
Kelompok 20
Laju Alir P0-P1
(Pa)
P2
(Pa)
6 10
8 30
10 60
12 90
14 140
Percobaan 5 :Aliran Melalui Orifice
Prosedur Percobaan
1. Menyambungkan manometer tabung miring untuk membaca P
berikut:
13.5
14
14.5
15
15.5
16
16.5
17
1/f
^0
.5
Praktikum POT – Compressible Flow
P2-P3
(Pa) k v Re
10 0.84 29.61899045 5.53E+04
20 0.855 51.75761949 9.66E+04
20 0.86 73.41003979 1.37E+05
50 0.865 90.16955308 1.68E+05
80 0.868 112.6560421 2.10E+05
1/ akar f log Re*akar f
13.92259504 3.598747273
14.92865551 3.81085081
15.59528595 3.94365933
16.0013417 4.021800731
16.4529289 4.106408481
Percobaan 5 :Aliran Melalui Orifice
Menyambungkan manometer tabung miring untuk membaca P0-P1 danP
y = 4.974x - 4.001
R² = 0.999
13.5
14
14.5
15
15.5
16
16.5
17
3.4 3.6 3.8 4 4.2
log(Re.f^0.5)
Grafik log (Re.f^0.5) vs log
1/f^0.5
Series1
Linear (Series1)
Page 27
akar f
5.53E+04 0.07182569
9.66E+04 0.066985269
1.37E+05 0.064121941
1.68E+05 0.062494759
2.10E+05 0.060779452
danPy-P3 seperti gambar
Linear (Series1)
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 28
Gambar 5. Manometer tabung miring
2. Membuat variasi aliran agar memberikan penambahan P0-P1 yang sama dan membaca laju
aliran masing-masing kedua manometer.
3. Menggambarkan grafik hubungan antara k(P0-P1) terhadap Py-P3. Lalu menentukan harga
C dari kemiringan grafik tersebut.
4. Menganalisa mengapa C demikian menjadi sangat kecil dibandingkan dengan C pada
venturimeter dan apakah bilangan Reynold juga mempunyai pengaruh yang berarti pada C.
Data Hasil Pengamatan
Laju (kg/s) P0-P1 (kPa) P0-P2 (kPa) P0-P3 (kPa)
6 0.01 0.01 0.05
8 0.013 0.015 0.19
10 0.015 0.02 0.37
12 0.019 0.03 0.63
14 0.02 0.04 1.05
Pengolahan Data
Persamaan yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah:
0i = -. SN2��(*� − *L)1 − A�
dengan:
S = @#SR?�VWVj�
A = k��lSA_VADSA@#SR P __1Q
_ = _VS0����?�VWVj� = 0,02540
1
0
2 3
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 29
- = K?�WVRV�Ak�@�kSRSA^SAD���DSA�#ADS@V�SAK?0k��RVl�@
0i = S��2�.K(*. − *�) Sehingga,
S��2�.K(*. − *�) = -� S�1 − A� 2�(*� − *�)
K(*. − *�) = -� 11 − A� S�S�� (*� − *L)
^ = 0�
dengan:
_ = _VS0����?�VWVj� = 0.0254
_� = _VS0����kVkS = 0,03810
S� = @#SRkVkS = 0,001140�
S = @#SR?�VWVj� = 0,0005060�
Dengan menggunakan rumus-rumus diatas maka kita dapat mengolah data menjadi:
Laju P0-P1 (Pa) P2-P3 (Pa) k (Buku
perry) k(P0-P1)
6 10 40 0.87001 8.7001
8 13 175 0.870025 11.310325
10 15 350 0.87004 13.0506
12 19 600 0.87005 16.53095
14 20 1010 0.87006 17.4012
Praktikum POT
Kelompok 20
Dengan persamaan diatas dan menggunakan ba
mendapatkan nilai C yaitu 0.18164
Percobaan 6 :Kompresor
Prosedur Percobaan
1. Menyambungkan manometer tabung miring untuk mengatur tekanan di dalam leher
saluran (P0-P1) dan menyambungkan man
kompresor (P3-Py).
2. Mendapatkan rpm poros terbesar yang dapat diatur pada seluruh
dan mengoperasiikannya pada kecepatan nominal terdekat di bawah maksimumnya.
3. Mengatur aliran agar memb
P0-P1, P3-P2, θ1,θ2 dan momen puntir poros (Tr).
temperatur atmosfer.
4. Menghitung efisiensi termodinamika dan total serta menyajikannya dalam
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
0
k(P
0-P
1)
0 1
Praktikum POT – Compressible Flow
Dengan persamaan diatas dan menggunakan bantuan Ms. Excel maka kita
mendapatkan nilai C yaitu 0.18164
Percobaan 6 :Kompresor
Gambar 6. Skematik Percobaan 6
Menyambungkan manometer tabung miring untuk mengatur tekanan di dalam leher
) dan menyambungkan manometer air raksa untuk mengukur tekanan pada
Mendapatkan rpm poros terbesar yang dapat diatur pada seluruh range
dan mengoperasiikannya pada kecepatan nominal terdekat di bawah maksimumnya.
Mengatur aliran agar memberikan perubahan-perubahan P0-P1 yang sama, dan membaca
dan momen puntir poros (Tr). Membaca tekanan atmosfir P
Menghitung efisiensi termodinamika dan total serta menyajikannya dalam
y = 0.008x + 9.521
R² = 0.892
500 1000 1500
P2-P3 (Pa)
Grafik k(P0-P1) vs (P2-P3)
Series1
Linear (Series1)
2
3
Page 30
ntuan Ms. Excel maka kita
Menyambungkan manometer tabung miring untuk mengatur tekanan di dalam leher
ometer air raksa untuk mengukur tekanan pada
range dari laju-laju aliran
dan mengoperasiikannya pada kecepatan nominal terdekat di bawah maksimumnya.
yang sama, dan membaca
Membaca tekanan atmosfir P0 dan
Menghitung efisiensi termodinamika dan total serta menyajikannya dalam bentuk tabel
y = 0.008x + 9.521
R² = 0.892
Series1
Linear (Series1)
Tr
ω
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 31
Data Hasil Pengamatan
Beban
(gr) Laju Alir rpm T out T in P0-P1 (kPa) P0-P2 (mmHg) P0-P3 (mmHg)
50 36 39.36 30 31.5 0.35 16 4
60 39 41.62 30.2 31 0.4 19 5
70 42 45.44 30.5 32 0.45 20 6
80 45 48.32 31 32 0.5 23 7
90 48 51.78 31 32.5 0.58 25 8
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 32
Persamaan-persamaan yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah:
1. Massa Jenis
�. = *. × mB�. b. = 101325 × 0.028848.314 × 298 = 1.179KD/0L
dengan:
*. = 101.325K*S
� = 8.314 n 0?@. T⁄
b. = 25℃
2. Laju Alir
0i = S��2�.K(*. − *�) dengan:
S� = 0,02540
3. Efisiensi Isotermal Termodinamika
"o�"p q r1 − "o�"p�"q stt���(bL − b�)
dengan:
u = 1,4
bL = 4VA
b� = 4?#�
4. Efisiensi Isotermal Keseluruhan
0i "o�"p q r1 − "o�"p�"q sv. 4�
dengan
4� = w(DS^Sl��S�) × @ @ = xS�SKSA�S�SDS�VRR#0l#k?�?R0?�?�_�ADSAk�0l��S�
= 34.2j0
Dengan menggunakan persamaan-persamaan di atas, dilakukan pengolahan data
sehingga didapatkan:
Praktikum POT
Kelompok 20
Beban (N) rad/s
0.49 4.11968
0.588 4.35622667
0.686 4.75605333
0.784 5.05749333
0.882 5.41964
P3-P2 (kPa)
1.5998688
1.8665136
1.8665136
2.1331584
2.2664808
0
0.5
1
1.5
2
2.5
0 0.005
P3
-P2
(k
Pa
)
Praktikum POT – Compressible Flow
delta T k Tr (Nm)
4.11968 1.5 0.871 0.16758
4.35622667 0.8 0.871015 0.201096
4.75605333 1.5 0.87134 0.234612
5.05749333 1 0.87143 0.268128
5.41964 1.5 0.871485 0.301644
P2 (kPa) rad/s * Tr Eff Termo Eff Total
1.5998688 0.690375974 0.02907422 0.039585899
1.8665136 0.876019758 0.06286546 0.038460476
1.8665136 1.115827185 0.03352824 0.032032357
2.1331584 1.356055572 0.05680553 0.031383261
2.2664808 1.634801888 0.03999944 0.029614724
y = 105.3x -
R² = 0.942
0.01 0.015 0.02 0.025 0.03
m (kg/s)
P3-P2 vs m
Series1
Linear (Series1)
Page 33
m
0.02153519
0.023022285
0.024423376
0.025745829
0.027729981
Eff Total
0.039585899
0.038460476
0.032032357
0.031383261
0.029614724
- 0.632
R² = 0.942
Linear (Series1)
Praktikum POT
Kelompok 20
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
0 0.005
w.T
r
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0 0.005
Eff
. T
erm
o
Praktikum POT – Compressible Flow
0.01 0.015 0.02 0.025 0.03
m (kg/s)
w.Tr vs m
y = 0.880x + 0.022
R² = 0.020
0.01 0.015 0.02 0.025 0.03
m (kg/s)
Eff. Termo vs m
Series1
Linear (Series1)
Page 34
y = 156.4x - 2.696
R² = 0.996
Series1
Linear (Series1)
y = 0.880x + 0.022
R² = 0.020
Linear (Series1)
Praktikum POT
Kelompok 20
4.1. Percobaan Pengaruh Proses Kompresi Pada Aliran Udara
Analisa Percobaan
Percobaan pertama ini
udara di dalam saluran konvergen dan divergen.
adalah saluran yang memiliki perbedaan diameter sehingga menghasilkan perbedaan tekanan.
Berdasarkan teori, semakin besar suatu diameter penampang pipa amaka akan semakin besar
pula tekanannya namun kecepatan aliran udara akan semakin kecil. Hal yang
percobaan ini adalahmengukur
laju alir udara dimana laju alir udara dapat divariasikan apabila adanya variasi daya yang
diberikan pada kompresor. Semakin besar daya motor pada ko
kecepatan tangensial kompresor akan semakin besar, sehingga nantinya laju alir udara
menjadi lebih besar karena kompresor akan menarik udara dengan semakin kuat.
Input variabel pada percobaan ini yaitu interval laju alir. Percobaa
laju alirnya relatif lebih kecil yaitu 5 kg/s, 7 kg/s, 9 kg/s, 11 kg/s, dan 13 kg/s sehingga
pengukuran output variablenya yaitu tekanan menggunakan manometer minyak inclined.
Tekanan yang diukur yaitu pada titik 1 (P
Manometer yang dipasang miring (inclined) memungkinkan pengukuran perbedaan tekanan
0
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
0.03
0.035
0.04
0.045
0 0.005
Eff
To
tal
Praktikum POT – Compressible Flow
BAB IV
ANALISIS
Percobaan Pengaruh Proses Kompresi Pada Aliran Udara
Percobaan pertama ini bertujuan untuk menunjukkan pengaruh kompresi pada aliran
udara di dalam saluran konvergen dan divergen.Pada percobaan ini, saluran yang digu
adalah saluran yang memiliki perbedaan diameter sehingga menghasilkan perbedaan tekanan.
Berdasarkan teori, semakin besar suatu diameter penampang pipa amaka akan semakin besar
pula tekanannya namun kecepatan aliran udara akan semakin kecil. Hal yang
mengukurnilai P0-P1 dan P0-P2yang dilakukandengan cara
dimana laju alir udara dapat divariasikan apabila adanya variasi daya yang
. Semakin besar daya motor pada kompresor tersebut, maka
kecepatan tangensial kompresor akan semakin besar, sehingga nantinya laju alir udara
menjadi lebih besar karena kompresor akan menarik udara dengan semakin kuat.
Input variabel pada percobaan ini yaitu interval laju alir. Percobaan I bagian 1 interval
laju alirnya relatif lebih kecil yaitu 5 kg/s, 7 kg/s, 9 kg/s, 11 kg/s, dan 13 kg/s sehingga
pengukuran output variablenya yaitu tekanan menggunakan manometer minyak inclined.
Tekanan yang diukur yaitu pada titik 1 (P1) dan titik 2 (P2) pada pipa relatif terhadap Po.
Manometer yang dipasang miring (inclined) memungkinkan pengukuran perbedaan tekanan
0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03
m (kg/s)
Efisiensi Total vs m
Page 35
Percobaan Pengaruh Proses Kompresi Pada Aliran Udara
enunjukkan pengaruh kompresi pada aliran
Pada percobaan ini, saluran yang digunakan
adalah saluran yang memiliki perbedaan diameter sehingga menghasilkan perbedaan tekanan.
Berdasarkan teori, semakin besar suatu diameter penampang pipa amaka akan semakin besar
pula tekanannya namun kecepatan aliran udara akan semakin kecil. Hal yang dilakukan dalam
dengan cara memvariasikan
dimana laju alir udara dapat divariasikan apabila adanya variasi daya yang
mpresor tersebut, maka
kecepatan tangensial kompresor akan semakin besar, sehingga nantinya laju alir udara
menjadi lebih besar karena kompresor akan menarik udara dengan semakin kuat.
n I bagian 1 interval
laju alirnya relatif lebih kecil yaitu 5 kg/s, 7 kg/s, 9 kg/s, 11 kg/s, dan 13 kg/s sehingga
pengukuran output variablenya yaitu tekanan menggunakan manometer minyak inclined.
) pada pipa relatif terhadap Po.
Manometer yang dipasang miring (inclined) memungkinkan pengukuran perbedaan tekanan
y = -1.76x + 0.077
R² = 0.880
Series1
Linear (Series1)
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 36
yang relatif kecil. Manometer miring ada 3 jenis skala kemiringan 12,7, 25,4 dan 50,8.
Manometer inclined 12,7 memiliki sudut kemiringan dari bidang horizontal yang paling kecil
dan 50,8 memiliki sudut kemiringan dari bidang horizontal paling besar. Bagian 2 dari
percobaan ini, laju alir udara atau input variabelnya lebih besar, berkisar 25 kg/s,30 kg/s,35
kg/s, 40 kg/s, 45 kg/s. Penggunaan manometer raksa dan manometer minyak inclined 50,8
digunakan. Penggunaan manometer jenis ini cukup digunakan karena mengingat laju alir yang
relatif besar.
Analisis Data dan Perhitungan
Dari percobaan ini, terdapatlima variasi laju alir massa udara, sehingga membuat data
*� − *. dan *� − *. menjadi bervariasi juga. Pengambilan data tentang perbedaan tekanan
dari posisi 1 dan 2 terhadap posisi awal dilakukan supaya bisa didapatkan kecepatan aliran
udara dalam pipa. Berdasarkan data yang telah didapatkan, dapat dilihat bahwa seiring dengan
meningkatnya laju alir massa udara, nilai *. − *� dan *. − *� juga semakin meningkat. Hal
ini dikarenakan, sesuai dengan persamaan neraca massa energy, yang dimana besar tekanan
berbanding lurus dengan laju alir massa. Sehingga apabila laju alir massa meningkat, maka
tekanan juga akan semakin meningkat. Tetapi apabila laju alir massa semakin menurun, maka
tekanan yang dihasilkan juga akan semakin menurun.
Pada pengukuran dengan menggunakan Manometer Minyak 12.7 mm dan Manometer
Minyak 25.4 mm, dapat dilihat bahwa perbedaan tekanan yang dihasilkan memiliki nilai yang
kecil. Hal ini dikarenakan laju yang digunakan juga kecil sehingga pada praktikum ini kita
menggunakan manometer minyak dlaam ukuran yang kecil. Selain itu perbedaan tekanan yang
dihasilkan pada manometer minya 25.4 mm lebih besar dari manometer minyak 12.7 mm. Hal
ini dikarenakan pada posisi 2, memiliki lubang aliran udara yang cenderung lebih besar jika
dibandingkan dengan posisi yang pertama.
Sedangkan, pada pengukuran dengan menggunakan manometer Minyak 50.8 mm dan
Manometer Air Raksa, perubahan tekanan yang terjadi juga tidak begitu berbeda jauh dengan
perubahan tekanan yang telah diukur dengan manometer minyak 12.7 mm dan 25.4 mm. Hal
ini dikarenakan laju alir massa udara yang digunakan memiliki variasi yang sama. Sehingga
tidak menutup kemungkinan apabila tidak terjadi perbedaan tekananyang jauh dengan
pengukuran sebelumnya. Selain itu, faktor pengukuran yang dilakukan pada posisi yang sama
juga bisa mendorong perbedaan yang tipis dengan pengukuran yang sebelumnya. Karena
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 37
apabila posisi yang digunakan juga sama, maka luas permukaan yang digunakan juga
cenderung sama.
Pada percobaan kedua, nilai *. − *� lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai *. −*�. Hal ini dikarenakan mengingat laju alir massa udara yang terlalu kecil dan kemampuan
membaca tekanan pada air raksa yang tingkat ketelitiannya kurang dari manometer minyak
menyebabkan pada saat pembacaan tinggi tekanan menjadi memiliki sedikit perbedaan.
Setelah didapatkan perbedaan tekanan dari masing-masing manometer, maka terdapat 2
grafik yang dihasilkan dari percobaan ini. Kedua grafik tersebut menggambarkan hubungan
antara nilai *. − *� dengan *. − *�. Pada grafik pertama hubungan yang digambarkan adalah
pada manometer minyak 12.7 mm dengan manometer minyak 25.4 mm. persamaan garis yang
dihasilkan dari grafik ini adalah :
^ = 34.018� − 0.1164
sedangkan persamaan garis yang dihasilkan dari grafik kedua adalah sebagai berikut :
^ = 0.4904� − 0.0014
Berdasarkan kedua persamaan garis lurus tersebut, maka didapatkan gradient dari
masing-masing persamaan garis. Besar gradient sebanding dengan nilai y�� ��z {�. Sehingga
dengan adanya korelasi antara nilai gradient dengan kuadrat dari rasio luas permukaan ini,
dapat digunakan persamaan kontinuitas untuk dapat mencari menemukan nilai dari *. − *�
dan |� secara teoritis.
Sesuai dengan perhitungan yang telah dilampirkan, pada persamaan garis pertama, nilai
gradient sebesar 34.018. Sedangkan nilai gradient pada persamaan garis yang kedua adalah
sebesar 0.4904. adanya perbedaan besar gradient ini memberikan efek pada nilai *. − *� dan
|� secara teoritis. Karena *. − *� dan |� pada percobaan dengan menggubakan manometer
minyak 12.7 mm dan 25.4 mm menjadi lebih besar jika dibandingkan dengan percobaan
dengan manometer minya 50.8 mm dan manometer air raksa. Kecilnya nilai gradient pada
persamaan kedua ini dipengaruhi oleh nilai laju alir massa udara yang sangat kecil.
Setelah didapatkan nilai gradient, bisa didapatkan nilai *. − *� dan |�. Nilai *. − *�
dan |� pada percobaan pertama ini cenderung mengalami kenaikan. Hal ini dipengaruhi oleh
laju alir massa udara yang semakin meningkat yang disebabkan luas permukaan yang semakin
mengecil sehingga udara yang masuk tekanannya semakin membesar. Begitu juga halnya pada
percobaan kedua yang dimana menggunakan manometer 50.8 mm dan manometer air raksa.
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 38
Akan tetapi pada laju alir massa 9 kg/s, nilai *. − *� dan |� mengalami penurunan. Hal ini
kemungkinan terjadi kesalahan yang akan dijelaskan pada analisis kesalahan lebih lanjut.
Selain itu, dengan menggunakan persamaan 3 dan persamaan 4, bisa didapatkan |� dan
|�. Berdasarkan perhitungan nilai |� dan |� cenderung meningkat. Hal ini merupakan
pengaruh dari meningkatnya tekanan pada kondisi 1 dan kondisi 2 dari kondisi awalnya.
Karena dengan adanay peningkatan tekanan, udara akan terkompressible sehingga membuat
laju alir udaranya semakin meningkat karena udara itu semakin tertekan.
Analisis Grafik
Pada praktikum pertama ini, grafik yang dihasilkan ada dua dan menggambarkan
korelasi antara *. − *� terhadap *. − *�. Kedua grafik mempunyai nilai gradient yang positif.
Hal ini menunjukkan bahwa Meningkatnya nilai *. − *� akan berpengaruh juga dengan
meningkatnya nilai *. − *�. Selain itu, pada grafik juga memiliki nilai ��<1. Pada grafik
percobaan pertama nilai �� = 0.85033 sedangkan pada grafik kedua nilai �� = 0.77642. Hal
ini menunjukkan adanya penyimpangan pada praktikum sehingga menyebabkan error pada
pengolahan datanya. Penyimpangan yang terjadi bisa disebabkan karena manometer minyak
maupun air raksa yang digunakan kondisinya kurang baik sehingga berpengaruh pada
pengukuran tekanan.
Nilai gradient yang terdapat pada persamaan garis sebanding dengan y�� ��z {�.
Sehingga dengan menggunakan persamaan kontiunuitas, bisa didapatkan perbandingan dengan
besar tekanan dan laju alirnya.
Analisis Kesalahan
Kesalahan pada pengolahan ini bisa dilihat dari dua cara. Pertama, bisa dilihat melalui
persentase kesalahan relative yang didapat pada pengolahan data. Kedua, bisa dilihat dari nilai
�� yang nilainya kurang dari satu pada grafik yang dihasilkan. Munculnya penyimpangan ini
bisa disebabkan oleh beberapa factor. Berikut adalah factor-faktor yang memungkinkan
terjadinya penyimpangan ini :
1. Kesalahan praktikan dalam membaca skala tinggi tekanan terhadap masing-masing
manometer
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 39
2. Manometer minyak yang kemungkinan telah terjadi kontaminasi dengan zat lain.
Sehingga dengan ini menyebabkan kekurang akuratan tinggi tekanan yang dihasilkan.
3. Laju alir udara pada percobaan yang diukur menggunakan manometer air raksa terlalu
kecil, sehingga sulit untuk membaca parameter perubahan tekanan pada manometer.
4. Ketinggian air raksa manometer yang tidak konstan juga menyebabkan kesulitan untuk
membaca tinggi tekanan.
4.2. Efisiensi Difuser / Saluran Difuser
Analisa Percobaaan
Percobaan ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh kompresi pada aliran udara di
dalam saluran konvergen-divergen. Penggunaan bagian konvergen dalam suatu aliran adalah
untuk meningkatkan kecepatan gas dan menurunkan tekanannya. Sedangkan dalam bagian
divergen, aliran itu bisa subsonik maupun supersonik. Tujuan penggunaan bagian divergen
pada kedua jenis aliran tersebut berbeda. Dalam aliran subsonik, tujuan penggunaan bagian
divergen adalah untuk menurunkan kecepatan dan mendapatkan kembali tekanan sesuai
persamaan Bernoulli. Dalam aliran supersonik, tujuan penggunaan bagian divergen adalah
untuk mendapatkan bilangan Mach yang lebih dari satu.
Untuk menyelidiki tekanan sepanjang saluran divergen, praktikan melakukan dua
bagian percobaan untuk mengukur tekanan di sepanjang saluran divergen. Percobaan bagian
pertama, pengukuran tekanan menggunakan manometer tabung miring yang berisi minyak
dengan kemiringan (inclined) 25.4 mm, sedangkan pada percobaan bagian kedua, pengukuran
tekanan menggunakan manometer air raksa. Variasi data yang diambil dilakukan dengan
mengubah-ubah daya motor pada kompresor sehingga didapatkan laju alir udara yang berbeda-
beda. Kompresor berfungsi sebagai alat yang memberikan udara sebagai umpan pada saluran.
Untuk manometer tabung miring berisi minyak menggunakan interval laju alir yang relatif
lebih kecil, yaitu 5 kg/s, 7 kg/s, 9 kg/s, 11 kg/s, dan 13 kg/s. Penggunaan interval laju alir yang
relatif kecil ini disebabkan oleh pengukuran perbedaan tekanan pada manometer yang
dipasang miring (inclined) menghasilkan perbedaan tekanan yang relatif kecil. Sebaliknya,
pada manometer air raksa, laju alir udara atau input variabelnya lebih besar, berkisar 30 kg/s,
35 kg/s, 40 kg/s, 45 kg/s, dan 50 kg/s, karena skala pada manometer raksa ini relatif lebih
besar dibandingkan dengan manometer tabung miring sehingga laju alir yang digunakan pun
besar agar perbedaan tekanan tersebut dapat dibaca atau diukur. Tekanan yang diukur pada
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 40
percobaan ini ialah tekanan pada titik 1 (P1), titik 2 (P2), dan titik 3 (P3) pada pipa relatif
terhadap Po (tekanan udara luar).
Analisis Data dan Pengolahan Data
Pada percobaan ketiga bertujuan untuk mencari nilai efisiensi dari Diffuser.
Berdasarkan percobaan ketiga ini, terdapat dua variasi pengambilan data, yaitu dengan
Manometer Minya 25.4 mm dan Manometer Air Raksa. Hal ini dilakukan supaya dapat
membandingkan nilai efisiensi manometer satu dengan yang lainnya.
Pada manometer minyak 25.4 mm, praktikan mengambil lima data dalam laju alir
massa yang berbeda, yaitu pada kisaran 5 kg/s, 7 kg/s, 9 kg/s, 11 kg/s, dan 13 kg/s. Hal ini
berbeda dengan manometer air raksa yang dimana kisaran laju alir massa yang diambil pada
30 kg/s, 35 kg/s, 40 kg/s, 45 kg/s dan 50 kg/s. Adanya perbedaan pengambilan kisaran laju alir
massa pada tiap manometer dikarenakan, manometer miring memliki kemampuan untuk
membaca kecepatan laju alir berdasarkan perbedaan tekanan yang rendah. Sedangkan, pada
manometer air raksa memiliki kemampuan untuk menentukan kecepatan aliran berdasarkan
perbedaan tekanan yang besar.
Berdasarkan hasil percobaan, praktikan mendapatkan tiga data, yaitu : *. − *�; *. − *�
dan *. − *L. Pada data percobaan, praktikan mendapatkan perubahan tekanan yang semakin
meningkat seiring meningkatnya laju alir massa udara yang dialirkan. Hal ini telah dibahas
pada praktikum pertama yang dimana kecenderungan meningkatnya laju alir massa disebabkan
karena berdasarkan persamaan neraca massa, nilai keduanya terlihat sebanding.
Selain itu, berdasarkan data, nilai *. − *� selalu lebih besar jika dibandingkan dengan
*. − *�. Dan *. − *� selalu lebih kecil jika dibandingkan dengan *. − *L. Hal ini dikarenakan
ruang tempat udara mengalir dari posisi 1 menuju 2 semakin mengecil, sehingga tekanan
udaranya pun akan semakin membesar supaya udara dapat melewati pipa tersebut. Lalu, ketika
udara akan melewati dari posisi 2 menuju 3, ruang tempat udara mengalir sedikit membesar.
Sehingga tekanan yang dibutuhkan udara untuk mengalir menjadi lebih sedikit jika
dibandingkan dengan tekanan yang dibutuhkan dari posisi 2 menuju 2. Akan tetapi, perubahan
tekanan pada posisi 3 tidak lebih kecil jika dibandingkan dengan posisi pertama. Karena ruang
tempat udara mengalir sedikit lebih besar jika dibandingkan pada ruang kondisi pertama.
Dengan adanya ketiga data yang didapatkan ini, praktikan dapat menghitung nilai efisiensi
dari Diffuser yang dimana persamaan mencari efisiensi adalah sebagai berikut :
] = *L − *�*� − *�
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 41
Nilai *L − *� biasa didapatkan dari selisih antara (*. − *�)dengan(*. − *L). Sedangkan,
*� − *� bisa didapatkan dari selisih antara (*. − *�)dengan(*. − *�). Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa nilai efisiensi rata-
rata dari pengukuran dengan menggunakan manometer minyak 25.4 mm adalah sebesar
51.98%. Sedangkan nilai efisiensi diffuser rata-rata dari pengukuran dengan menggunakan
manometer air raksa adalah sebesar 73.78%. Perbedaan nilai efisiensi diffuser dari pengukuran
menggunakan manometer yang berbeda dikarenakan bahan pengukur yang ada pada
manometer itu sendiri. Saat mengukur dengan manometer air raksa, air raksa cenderung tidak
stabil. Sehingga menyulitkan praktikan untuk membaca skala yang tertera pada gelas. Akan
tetapi, untuk manometer minyak, ia memiliki kemampuan untuk membaca skala yang lebih
kecil sehingga memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
manometer air raksa. Karena tingkat pembulatan angkanya juga menjadi rendah.
Selain itu, factor lain yang membuat hasil efisiensi berbeda adalah dari laju alir massa
pada manometer air raksa yang lebih besar jika dibandingkan dengan manometer minyak 25.4
mm. Dengan digunakannya laju alir massa yang semakin besar, maka aliran akan menjadi
lebih turbulen dan menyebabkan kemungkinan untuk kehilangan energy semakin kecil. Oleh
karena itu, tingkat efisiensi juga kemungkinan bisa akan jadi meningkat.
Sifat kekompresibilitasnya dari fluida juga dapat berpengaruh terhadap nilai efisiensi
dari diffuser. Karena sesuai dengan persamaan awal efisiensi diffuser, yaitu :
] = (*L − *�)�L(*� − *�)��
pada persamaan asli dari efisiensi diffuser terlihat bahwa ada pengaruh massa jenis dari fluida
itu sendiri. Hal ini dikarenakan, pada kondisi ketiga, aliran udara yang keluar akan berubah
besar massa jenisnya karena telah terkompresi dalam pipa. Hanya saja, pada percobaan ini
aliran fluida dianggap sebagai aliran yang inkompresibel sehingga perbedaan nilai massa jenis
bisa diabaikan.
Analisis Grafik
Dalam percobaan ini, grafik yang dihasilkan sebanyak 2 grafik. Kedua grafik tersebut
menghubungkan korelasi antara (*L − *�) dengan (*� − *�) yang dimana grafik pertama
pengukurannya menggunakan Manometer Minyak 25.4 mm. Sedangkan, grafik yang kedua
menggunakan Manometer Air Raksa.
Pada percobaan dengan Manometer Minyak 25.4 mm, grafik memunculkan persamaan
garis lurus, yaitu :
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 42
^ = 0.6527� − 0.036
sedangkan pada Manometer Air Raksa, persamaan garis lurus yang didapatkan adalah :
^ = 0.6126� + 1.6477
dari kedua grafik tersebut, dapat dilihat bahwa keduanya memiliki nilai gradient yang positif.
Hal ini menggambarkan bahwa perubahan (*L − *�) sebanding dengan (*� − *�) sehingga
garis yang dihasilkan adalah lurus dari kiri bawah ke kanan atas.
Selain itu, sesuai dengan rumus efisiensi diffuser dan komponen yang diplotkan
terhadap grafik, dapat disimpulkan bahwa besar gradien pada persamaan garis lurus tersebut
merupakan nilai efisiensi dari Diffuser itu sendiri. Pada Manometer Minyak 25.4 mm, nilai
efisiensi diffusernya adalah 65.27%. Sedangkan, nilai efisiensi diffuser pada manomater Air
Raksa adalah 61.26%.
Analisis Kesalahan
Pada grafik yang dihasilkan, dapat diketahui bahwa nilai �� kurang dari satu. Hal ini
menyimpulkan, bahwa terdapat penyimpangan pada data yang seharusnya praktikan dapatkan.
Berikut merupakan hal yang memungkinkan adanya penyimpangan tersebut :
1. Kesalahan praktikan dalam membaca skala manometer air raksa. Mengingat air raksa
kondisi nya cenderung tidak stabil saat akan membaca perbedaan tekanan.
2. Adanya pembulatan saat perhitungan sehingga menyebabkan data yang dihasilkan
kurang akurat.
3. Adanya kontaminasi zat lain pada manomater minyak yang menyebabkan pengukuran
perbedaan tekanan menjadi kurang teliti.
4.3. Hubungan Koefisien Friksi/Gesekan dengan Bilangan Re pada Pipa
Analisa Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara koefisien friksi dengan
bilangan Reynold. Percobaan dilakukan pada sebuah pipa yang mempunyai faktor kekasaran
tertentu serta memiliki gesekan. Dengan demikian akan terjadi friksi antara udara yang
mengalir pada pipa dengan dinding pipa tersebut.
Untuk mendapatkan variasi data pada percobaan ini, laju alir udara divariasikan yaitu 6
kg/s, 8 kg/s, 10 kg/s, 12 kg/s, dan14 kg/s. Variasi dari laju alir ini bertujuan agar dapat
mengetahui pengaruh perbedaan tekanan di ketiga titik dengan posisi yang berbeda dengan
friksi yang terjadi di masing-masing titik tersebut.
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 43
Kemudian, titik-titik yang diukur perbedaan tekanannya dalah *. − *�, *. − *�, *. −*Lsebab dari perbedaan tersebut dapat dihitung besar perubahan tekanan *� − *L dan *� − *�
karena terdapat perbedaan antara kondisi kedua daerah tersebut. Pada daerah antara titik 1 dan
2, masih terjadi boundary layer yang menyebabkan daerah tersebut masih berstatus developing
section. Sedangkan pada daerah antara titik 2 dan 3, gradien kecepatan fluida diasumsikan
sama dengan nol atau sudah konstan sehingga tekanan pada daerah ini yang dihitung untuk
mendapat besar koefisien friksi aliran tersebut. Kemudian dari data yang didapat pada
percobaan, kita dapat menghitung besarnya bilangan reynold aliran ini.
Pada tekanan yang dekat dengan udara atmosfer, friksi yang terjadi masih cukup kecil,
yang ditandai dengan perbedaan tekanan yang kecil. Semakin ke dalam pipa, maka perbedaan
tekanan akan semakin besar dikarenakan semakin tingginya juga friksi yang terjadi. Hal ini
terlihat pada percobaan, dimana nilai *. − *� < *. − *� < *. − *L.
Analisis Hasil dan Pengolahan
Percobaan ini memiliki tujuan untuk menyelidiki hubungan antara koefisien friksi
dengan bilangan Reynold. Percobaan dilakukan pada sebuah pipa yang mempunyai faktor
kekasaran tertentu. Dengan demikian akan terjadi friksi antara udara yang mengalir dengan
dinding pipa tersebut.
Untuk mendapatkan variasi data pada percobaan ini, laju alir udara divariasikan. Dari
data dapat dilihat bahwa semakin besar laju aliran yang diberikan maka semakin besar pula
perubahan tekanannya. Semakin kecepatannya maka penurunan tekanan di downstream akan
semakin besar.
Pada tekanan yang dekat dengan udara atmosfer, friksi yang terjadi masih cukup kecil,
yang ditandai dengan perbedaan tekanan yang kecil. Semakin ke dalam pipa, maka perbedaan
tekanan akan semakin besar dikarenakan semakin tingginya juga friksi yang terjadi. Hal ini
terlihat pada percobaan, dimana nilai *. − *� < *. − *� < *. − *L.
Kita dapat lihat bahwa semakin besar laju aliran yang diberikan maka akan semakin
besar perubahan tekanannya. Semakin besar kecepatannya maka penurunan tekanan di
downstream juga akan semakin besar. Aliran laminer dan aliran turbulen dipengaruhi oleh
bilangan Reynold, viskositas gradien tekanan, dan kekasaran permukaan . Sedangkan untuk
menentukan tebal boundary layer dipengaruhi oleh panjang pipa, viskositas, kecepatan aliran,
dan kekasaran permukaan.
Praktikum POT
Kelompok 20
Dari grafik log f vs log Nre terlihat bahwa koefisien friksi pipa berbanding terbalik
dengan bilangan Reynold secara logaritmik, sehingga dapat dikatakan semakin besar bilangan
Reynold (semakin turbulen aliran) maka faktor friksi semakin kecil dan pada akhirnya pada
saat nilai Nre lebih besar dari 10
Reynold tidak lagi berpengaruh pada f. Hal ini terjadi karena pada aliran yang turbulen, fluida
akan membentuk sudut tertentu terhadap dinding pipa sehingga friksi akan berkurang berbeda
dengan aliran laminar di mana sebagian besar fluida menyentuh pe
menimbulkan friksi.
Apabila persamaan tersebut dinyatakan dalam bentuk logaritmik akan menjadi:
Maka dengan menggunaka
sebagai Y dan log Nre dimasukkan sebagai X akan diperoleh hasil:
S = −1.1018
l = −0.25
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa hubungan secara matematis bilangan reynold
yang didapat memilki kemiripan dengan persamaan blasius
-
-
-
-
-
-
-
log
f
Praktikum POT – Compressible Flow
Dari grafik log f vs log Nre terlihat bahwa koefisien friksi pipa berbanding terbalik
Reynold secara logaritmik, sehingga dapat dikatakan semakin besar bilangan
Reynold (semakin turbulen aliran) maka faktor friksi semakin kecil dan pada akhirnya pada
saat nilai Nre lebih besar dari 105 (dimana persamaan Blasius tidak berlaku lagi) dan bilan
Reynold tidak lagi berpengaruh pada f. Hal ini terjadi karena pada aliran yang turbulen, fluida
akan membentuk sudut tertentu terhadap dinding pipa sehingga friksi akan berkurang berbeda
dengan aliran laminar di mana sebagian besar fluida menyentuh pe
25.0.079,0 −= Nref
Apabila persamaan tersebut dinyatakan dalam bentuk logaritmik akan menjadi:
( )( ) Nref
Nref
log25,010237,1log
log25,0079,0loglog
−+−=
−+=
Y = a + b X
Maka dengan menggunakan analisis least square, di mana harga log f dimasukkan
sebagai Y dan log Nre dimasukkan sebagai X akan diperoleh hasil:
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa hubungan secara matematis bilangan reynold
yang didapat memilki kemiripan dengan persamaan blasius W = 0.079���
y = -0.25x - 1.101
R² = 1-2.44
-2.42
-2.4
-2.38
-2.36
-2.34
-2.32
-2.3
-2.28
4.5 5 5.5
log Re
Grafik lof f vs log Re
Series1
Linear (Series1)
Page 44
Dari grafik log f vs log Nre terlihat bahwa koefisien friksi pipa berbanding terbalik
Reynold secara logaritmik, sehingga dapat dikatakan semakin besar bilangan
Reynold (semakin turbulen aliran) maka faktor friksi semakin kecil dan pada akhirnya pada
(dimana persamaan Blasius tidak berlaku lagi) dan bilangan
Reynold tidak lagi berpengaruh pada f. Hal ini terjadi karena pada aliran yang turbulen, fluida
akan membentuk sudut tertentu terhadap dinding pipa sehingga friksi akan berkurang berbeda
dengan aliran laminar di mana sebagian besar fluida menyentuh permukaan pipa dan
Apabila persamaan tersebut dinyatakan dalam bentuk logaritmik akan menjadi:
least square, di mana harga log f dimasukkan
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa hubungan secara matematis bilangan reynold �..�a
Linear (Series1)
Praktikum POT
Kelompok 20
Adapun grafik hubungan antara logNre
adalah berbanding lurus di mana semakin besar log(Nre
besar. Ternyata untuk Nre>20.000 hubungan tersebut dinyatakan oleh Nikuradse
dalam persamaan 4/1 =f
pengolahan data dengan analisa least square.
Dari hasil pengolahan data didapat :
Persamaan yang diperoleh dari pengolahan data memiliki penyimpangan yang
signifikan dari persamaan Nikuradse
tidak berlaku dalam percobaan ini dikarenakan fluida yang digunakan adalah fluida yang
terkompresibel, sedangkan persamaan ini berlaku untuk fluida yang inkompresi
4.4. Percobaan aliran melalui orifice
Analisa Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk memperoleh hubungan antara laju aliran dengan beda
tekanan pada orifice. Oleh karena itu, dalam percobaan ini dilakukan variasi laju alir, untuk
13.5
14
14.5
15
15.5
16
16.5
17
1/f
^0
.5
Praktikum POT – Compressible Flow
Adapun grafik hubungan antara logNre√f dengan 1/√f, hubungan yang diperoleh
dalah berbanding lurus di mana semakin besar log(Nre√f) maka harga 1/√f juga akan semakin
Ternyata untuk Nre>20.000 hubungan tersebut dinyatakan oleh Nikuradse
( ) 60,0.log0,4 −fNre . Kondisi ini dapat digambarkan dari
golahan data dengan analisa least square.
( ) 60,0.log0,4/1 −= fNref
Y = b X + a
Dari hasil pengolahan data didapat :
S = −4.0011
l = 4.9743
Persamaan yang diperoleh dari pengolahan data memiliki penyimpangan yang
signifikan dari persamaan Nikuradse-Von-Karman. Hal ini menunjukan bahwa persamaan ini
tidak berlaku dalam percobaan ini dikarenakan fluida yang digunakan adalah fluida yang
terkompresibel, sedangkan persamaan ini berlaku untuk fluida yang inkompresi
Percobaan aliran melalui orifice
Percobaan ini bertujuan untuk memperoleh hubungan antara laju aliran dengan beda
tekanan pada orifice. Oleh karena itu, dalam percobaan ini dilakukan variasi laju alir, untuk
y = 4.974x - 4.001
R² = 0.999
13.5
14
14.5
15
15.5
16
16.5
17
3.4 3.6 3.8 4 4.2
log(Re.f^0.5)
Grafik log (Re.f^0.5) vs log
1/f^0.5
Series1
Linear (Series1)
Page 45
√f dengan 1/√f, hubungan yang diperoleh
√f) maka harga 1/√f juga akan semakin
Ternyata untuk Nre>20.000 hubungan tersebut dinyatakan oleh Nikuradse-Von-Karman
Kondisi ini dapat digambarkan dari
Persamaan yang diperoleh dari pengolahan data memiliki penyimpangan yang cukup
Karman. Hal ini menunjukan bahwa persamaan ini
tidak berlaku dalam percobaan ini dikarenakan fluida yang digunakan adalah fluida yang
terkompresibel, sedangkan persamaan ini berlaku untuk fluida yang inkompresibel.
Percobaan ini bertujuan untuk memperoleh hubungan antara laju aliran dengan beda
tekanan pada orifice. Oleh karena itu, dalam percobaan ini dilakukan variasi laju alir, untuk
Linear (Series1)
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 46
melihat bagaimana pengaruhnya terhadap beda tekanan antara P0- P1, P0-P2, serta P0-P3.
Pengukuran beda tekanan pada 3 titik yang berbeda dimaksudkan untuk membuktikan bahwa
semakin dekat dengan udara atmosfer, maka friksi yang terjadi semakin kecil, yang
menyebabkan nilai beda tekanannya juga kecil, semakin ke dalam maka pengaruh friksi akan
semakin besar sehingga pressure loss nya pun akan semakin besar. Sedangkan pada bagian
orifice, luas penampangnya diperkecil, sehingga meningkatkan kecepatan fluida. Namun
sebagai efeknya, akan terjadi pressure loss yang besar. Maka dari masing-masing laju alir,
seharusnya nilai P0-P3 selalu lebih besar dibandingkan dengan P0-P2, dimana beda tekanan P0-
P3 diukur di sebelah plat orifice diletakkan. Pressure drop yang semakin besar akan
menyebabkan laju alir massa semakin besar. Dengan memvariasikan nilai laju alir massa, dan
melihat bagaimana pengaruhnya terhadap beda tekanan yang dihasilkan, maka kita akan
melihat hubungan antara laju alir massa dengan beda tekanan secara terbalik. Dalam
percobaan ini akan dibuktikan suatu pernyataan bahwa laju alir massa yang semakin besar
disebabkan oleh pressure drop yang besar. Hal ini berlaku dengan memberlakukan Persamaan
Bernoulli, yang menganggap bahwa dalam percobaan ini, aliran dianggap sebagai suatu aliran
inkompressibel.
Tujuan lain dari percobaan ini adalah untuk menentukan koefisien pelepasan dari
orificemeter. Pada percobaan ini aliran fluida mengalir melewati orifice. Nilai koefisien
pelepasan dipengaruhi oleh bilangan Reynold karena nilai koefisien tersebut depengaruhi oleh
jenis aliran fluida. Koefisien pelepasan adalah rasio antara massa fluida keluaran pipa dan
masukan pipa. Semakin besar nilai koefisien pelepasan, maka semakin kecil massa yang hilang
akibat friksi yang terjadi pada dinding pipa. Perbedaan massa masuk dan massa keluar pipa ini
disebabkan karena fluida yang digunakan adalah kompresibel. Dengan adanya beda tekanan
pada titik masuk dan titik keluaran, maka densitas fluida di titik masukan akan berbeda pula
dengan densitas fluida keluar pipa, sehingga massanya juga akan berubah. Selain itu, pengaruh
lainnya adalah perbandingan antara diameter orifice dengan diameter pipa. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, perubahan luas penampang secara mendadak pada saat melewati
lubang orifice akan memperbesar kecepatan, namun memperkecil laju alir. Dengan kata lain,
semakin kecil perbandingan diameter orifice dengan diameter pipa, maka pressure
drop/pressure loss nya akan semakin besar. Untuk pencapaian tujuan ini maka kondisi aliran
dianggap sebagai suatu aliran kompressibel bertekanan rendah sehingga densitas fluida di
semua titik dalam orifice meter dapat dianggap tetap, sehingga nilai koefisien pelepasan akan
bernilai konstan.
Praktikum POT
Kelompok 20
Analisis Data dan Perhitungan
Tujuan percobaan ini adalah u
drop melalui pipa orifice. Berdasarkan data pengamatan yang ada dapat dilihat bahwa semakin
besar laju alir maka perbedaan tekanan P2
luas penampang pada orifice lebih kecil dibanding dengan luas penampang pada pipa. Aliran
fluida mengalir dari upstream ke downstream.
Pada percobaan ini aliran fluida mengalir melewati orifice. Nilai koefisien pelepasan
dipengaruhi oleh bilangan Reynold karena nilai koef
aliran fluida. Koefisien pelepasan adalah rasio antara massa fluida keluaran pipa dan masukan
pipa. Semakin besar nilai koefisien pelepasan, maka semakin kecil massa yang hilang akibat
friksi yang terjadi pada dinding
disebabkan karena fluida yang digunakan adalah kompresibel. Dengan adanya beda tekanan
pada titik masuk dan titik keluaran, maka densitas fluida di titik masukan akan berbeda pula
dengan densitas fluida keluar pipa, sehingga massanya juga akan berubah.
lainnya adalah perbandingan antara diameter orifice dengan diameter pipa. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, perubahan luas penampang secara mendadak pada saat melewati
lubang orifice akan memperbesar kecepatan, namun memperkecil laju alir. Dengan kata lain,
semakin kecil perbandingan diameter orifice dengan diameter pipa, maka pressure
drop/pressure loss nya akan semakin besar. Untuk pencapaian tujuan ini maka kondisi aliran
dianggap sebagai suatu aliran kompressibel bertekanan rendah sehingga densitas fluida di
semua titik dalam orifice meter dapat dianggap tetap, sehingga nilai koefisien pelepasan akan
bernilai konstan
Berdasarkan dari persamaan Bernoulli (kita menganggap udar
gas ideal):
Dengan persamaan kontinuitas
Berdasarkan kedua persamaan ini kitadapat mensubstitusi sehingga mendapatkan:
Praktikum POT – Compressible Flow
Tujuan percobaan ini adalah untuk menyelidiki hubungan antara laju alir dan pressure
drop melalui pipa orifice. Berdasarkan data pengamatan yang ada dapat dilihat bahwa semakin
besar laju alir maka perbedaan tekanan P2-P3 akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena
da orifice lebih kecil dibanding dengan luas penampang pada pipa. Aliran
fluida mengalir dari upstream ke downstream.
Pada percobaan ini aliran fluida mengalir melewati orifice. Nilai koefisien pelepasan
dipengaruhi oleh bilangan Reynold karena nilai koefisien tersebut depengaruhi oleh jenis
Koefisien pelepasan adalah rasio antara massa fluida keluaran pipa dan masukan
pipa. Semakin besar nilai koefisien pelepasan, maka semakin kecil massa yang hilang akibat
friksi yang terjadi pada dinding pipa. Perbedaan massa masuk dan massa keluar pipa ini
disebabkan karena fluida yang digunakan adalah kompresibel. Dengan adanya beda tekanan
pada titik masuk dan titik keluaran, maka densitas fluida di titik masukan akan berbeda pula
keluar pipa, sehingga massanya juga akan berubah.
lainnya adalah perbandingan antara diameter orifice dengan diameter pipa. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, perubahan luas penampang secara mendadak pada saat melewati
rifice akan memperbesar kecepatan, namun memperkecil laju alir. Dengan kata lain,
semakin kecil perbandingan diameter orifice dengan diameter pipa, maka pressure
drop/pressure loss nya akan semakin besar. Untuk pencapaian tujuan ini maka kondisi aliran
nggap sebagai suatu aliran kompressibel bertekanan rendah sehingga densitas fluida di
semua titik dalam orifice meter dapat dianggap tetap, sehingga nilai koefisien pelepasan akan
Berdasarkan dari persamaan Bernoulli (kita menganggap udara yang mengalir sebagai
Dengan persamaan kontinuitas
Berdasarkan kedua persamaan ini kitadapat mensubstitusi sehingga mendapatkan:
Page 47
ntuk menyelidiki hubungan antara laju alir dan pressure
drop melalui pipa orifice. Berdasarkan data pengamatan yang ada dapat dilihat bahwa semakin
P3 akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena
da orifice lebih kecil dibanding dengan luas penampang pada pipa. Aliran
Pada percobaan ini aliran fluida mengalir melewati orifice. Nilai koefisien pelepasan
isien tersebut depengaruhi oleh jenis
Koefisien pelepasan adalah rasio antara massa fluida keluaran pipa dan masukan
pipa. Semakin besar nilai koefisien pelepasan, maka semakin kecil massa yang hilang akibat
pipa. Perbedaan massa masuk dan massa keluar pipa ini
disebabkan karena fluida yang digunakan adalah kompresibel. Dengan adanya beda tekanan
pada titik masuk dan titik keluaran, maka densitas fluida di titik masukan akan berbeda pula
Selain itu, pengaruh
lainnya adalah perbandingan antara diameter orifice dengan diameter pipa. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, perubahan luas penampang secara mendadak pada saat melewati
rifice akan memperbesar kecepatan, namun memperkecil laju alir. Dengan kata lain,
semakin kecil perbandingan diameter orifice dengan diameter pipa, maka pressure
drop/pressure loss nya akan semakin besar. Untuk pencapaian tujuan ini maka kondisi aliran
nggap sebagai suatu aliran kompressibel bertekanan rendah sehingga densitas fluida di
semua titik dalam orifice meter dapat dianggap tetap, sehingga nilai koefisien pelepasan akan
a yang mengalir sebagai
Berdasarkan kedua persamaan ini kitadapat mensubstitusi sehingga mendapatkan:
Praktikum POT
Kelompok 20
Dengan P1 = tekanan pipa, P
Perbedaan P0-P1 cenderung me
pada titik nol dan satu tidak berbeda jauh atau cenderung sama sehingga kecepatan cenderung
konstan dan perbedaan tekanan menjadi sangat kecil.
Dari hasil percobaan didapatkan beberapa data yang kemudian
grafik untuk mengetahui koefisien pelepasan. Bentuk grafik itu antara lain:
Dengan mengasumsikan bahwa sel
densitas fluida di semua titik dalam orifice dapat dianggap tetap. Dalam persamaan tersebut,
kita plot nilai (P2-P3) sebagai sumbu x dengan k(P0
didapatkan:
Dengan memplot grafi
dapat berlaku sehingga kita dapat mencari nilai C. Dari data pengamatan kita mendapatkan
nilai C yaitu 0.18164. Nilai C pada orifice ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai C pada
venturimeter. Koefisien pelepasan pada venturimeter akan lebih besar dibandingkan orifice
karena hambatan yang disebabkan oleh orifice lebih besar. Hambatan ini besar karena luas
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
0
k(P
0-P
1)
Praktikum POT – Compressible Flow
= tekanan pipa, Pc = tekanan orifice, dan Ac = luas vena contracta.
P1 cenderung mendekati nol hal ini disebabkan karena diameter pipa
pada titik nol dan satu tidak berbeda jauh atau cenderung sama sehingga kecepatan cenderung
konstan dan perbedaan tekanan menjadi sangat kecil.
Dari hasil percobaan didapatkan beberapa data yang kemudian diolah dan dijadikan
grafik untuk mengetahui koefisien pelepasan. Bentuk grafik itu antara lain:
K(*. − *�) = -� ����p +p+�p (*� − *L)
^ = 0�
Dengan mengasumsikan bahwa seluruh aliran kompresibel bertekanan rendah maka
densitas fluida di semua titik dalam orifice dapat dianggap tetap. Dalam persamaan tersebut,
P3) sebagai sumbu x dengan k(P0-O1) sebagai sumbu y sehingga
Dengan memplot grafik dan menemukan persamaan linearnya maka persamaan diatas
dapat berlaku sehingga kita dapat mencari nilai C. Dari data pengamatan kita mendapatkan
0.18164. Nilai C pada orifice ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai C pada
efisien pelepasan pada venturimeter akan lebih besar dibandingkan orifice
karena hambatan yang disebabkan oleh orifice lebih besar. Hambatan ini besar karena luas
y = 0.008x + 9.521
R² = 0.892
500 1000 1500
P2-P3 (Pa)
Grafik k(P0-P1) vs (P2-P3)
Series1
Linear (Series1)
Page 48
= tekanan orifice, dan Ac = luas vena contracta.
ndekati nol hal ini disebabkan karena diameter pipa
pada titik nol dan satu tidak berbeda jauh atau cenderung sama sehingga kecepatan cenderung
diolah dan dijadikan
uruh aliran kompresibel bertekanan rendah maka
densitas fluida di semua titik dalam orifice dapat dianggap tetap. Dalam persamaan tersebut,
O1) sebagai sumbu y sehingga
k dan menemukan persamaan linearnya maka persamaan diatas
dapat berlaku sehingga kita dapat mencari nilai C. Dari data pengamatan kita mendapatkan
0.18164. Nilai C pada orifice ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai C pada
efisien pelepasan pada venturimeter akan lebih besar dibandingkan orifice
karena hambatan yang disebabkan oleh orifice lebih besar. Hambatan ini besar karena luas
y = 0.008x + 9.521
R² = 0.892
Series1
Linear (Series1)
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 49
penampang yang tiba-tiba menjadi lebih kecil sehingga mengakibatkan energi loss yg cukup
signifikan. Sedangkan nilai C pada venturimeter bergantung pada nilai Reynold.
Kesalahan yang terjadi pada praktikum ini bisa terjadi saat pembacaan manometer yang
kurang akurat menyebabkan plot grafik tidak mencapai R2 yang cukup sempurna. Manometer
raksa juga tidak cocok dengan percobaan ini karena beda tekanan pada kedua titik tersebut
sangat kecil. Hal ini karena pada manometer raksa memiliki ketelitian yang lebih besar (+1
mmHg), sehingga kurang akurat apabila membaca beda tekanan yang nilainya kurang dari 1
mmHg. Untuk pembacaan yang lebih tepat, seharusnya menggunakan manometer miring,
karena ketelitiannya mencapai 0.01 kPa.
4.5. Percobaan Kompresor
Analisa Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan efek variasi pressure drop, input daya, dan
efisiensi isothermal terhadap laju alir massa pada kecepatan konstan. Laju alir udara diatur,
kemudian beban pada kompresor ditambahkan dan dilakukan pembacaan terhadap rpm poros
kompresor dan pressure drop pada setiap titik serta menentukan temperatur di titik 2 dan 3.
Semakin besar laju alir fluida, maka perbedaan tekanan yang ada dari tiap titik juga
semakin besar. Hal ini karena adanya persamaan energi yang berlaku pada percobaan ini,
yakni :
∆EnergiKinetik + ∆EnergiTekanan = 0
Pada percobaan ini, akan dilihat besar laju alir fluida yang sesuai dengan beban yang
digunakan untuk mendapatkan kondisi kompressor yang stabil. Selain untuk mendapatkan
kondisi tersebut di atas, variasi beban yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui nilai torsi
atau momen puntir poros kompressor terhadap beban yang digunakan. Nilai ini pun akan
berpengaruh terhadap kecepatan putaran poros kompressor untuk mendapatkan kondisi
kompressor yang stabil. Beda tekanan yang timbul akan mempengaruhi nilai laju alir massa
fluida yang mengalir dalam pipa, dimana nilai ini dipengaruhi pula oleh variasi beban yang
digunakan. Tekanan dan temperatur udara atmosfer pun perlu dicari nilainya, dalam kaitannya
dengan perhitungan massa jenis udara, guna menghitung laju alir massa fluida dalam pipa.
Analisis Data dan Perhitungan
Praktikum POT
Kelompok 20
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan efek cariasi pressure drop, input daya, dan
efisiensi isothermal terhadap laju alir massa pada kecepatan konstan. Laju udara
kemudian beban pada kompresor kemudian beban pada kompresor ditambahkan dan dilakukan
pembacaan terhadap rpm poros kompresor dan pressure drop pada setiap titik.
Pada percobaan ini, dilihat bahwa besar laju fluida yang sesuai dengan beban digunak
untuk mendapatkan kondisi kompresor yang stabil. Untuk mendapatkan kondisi yang stabil,
variasi beban yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui nilai torsi atau momen puntir poros
kompressor terhadap beban yang digunakan. Nilai ini pun akan berpengaruh
kecepatan putaran poros kompressor untuk mendapatkan kondisi kompressor yang stabil. Beda
tekanan yang muncul akan mempengaruhi nilai laju alir massa fluid yang mengalir dalam pipa,
dimana nilai ini dipengaruhi oleh variasi beban yang digunakan.
Berdasarkan data yang didapat, temperatur aliran masuk dan keluar kompressor,
memiliki perbedaan sekitar 1
konstan pada setiap kenaikan laju alir yang terjadi. Perbedaan temperature ini disebabkan
karena terjadi kenaikan suhu pada fluida yang memasuki kompressor. Kenaikan suhu ini
terjadi karena adanya friksi antar sesama partikel fluida, juga mungkin terjadi karena adanya
friksi antara partikel fluida dengan dinding bagian dalam kompressor.
Pengaruh laju alir massa terhadap perbedaan tekanan
0
0.5
1
1.5
2
2.5
0 0.005
P3
-P2
(k
Pa
)
Praktikum POT – Compressible Flow
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan efek cariasi pressure drop, input daya, dan
efisiensi isothermal terhadap laju alir massa pada kecepatan konstan. Laju udara
kemudian beban pada kompresor kemudian beban pada kompresor ditambahkan dan dilakukan
pembacaan terhadap rpm poros kompresor dan pressure drop pada setiap titik.
Pada percobaan ini, dilihat bahwa besar laju fluida yang sesuai dengan beban digunak
untuk mendapatkan kondisi kompresor yang stabil. Untuk mendapatkan kondisi yang stabil,
variasi beban yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui nilai torsi atau momen puntir poros
kompressor terhadap beban yang digunakan. Nilai ini pun akan berpengaruh
kecepatan putaran poros kompressor untuk mendapatkan kondisi kompressor yang stabil. Beda
tekanan yang muncul akan mempengaruhi nilai laju alir massa fluid yang mengalir dalam pipa,
dimana nilai ini dipengaruhi oleh variasi beban yang digunakan.
Berdasarkan data yang didapat, temperatur aliran masuk dan keluar kompressor,
memiliki perbedaan sekitar 1-2˚C, dan perbedaan pada percobaan praktikan relatif tidak
konstan pada setiap kenaikan laju alir yang terjadi. Perbedaan temperature ini disebabkan
arena terjadi kenaikan suhu pada fluida yang memasuki kompressor. Kenaikan suhu ini
terjadi karena adanya friksi antar sesama partikel fluida, juga mungkin terjadi karena adanya
friksi antara partikel fluida dengan dinding bagian dalam kompressor.
h laju alir massa terhadap perbedaan tekanan
y = 105.3x
R² = 0.942
0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03
m (kg/s)
P3-P2 vs m
Series1
Linear (Series1)
Page 50
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan efek cariasi pressure drop, input daya, dan
efisiensi isothermal terhadap laju alir massa pada kecepatan konstan. Laju udara diatur,
kemudian beban pada kompresor kemudian beban pada kompresor ditambahkan dan dilakukan
pembacaan terhadap rpm poros kompresor dan pressure drop pada setiap titik.
Pada percobaan ini, dilihat bahwa besar laju fluida yang sesuai dengan beban digunakan
untuk mendapatkan kondisi kompresor yang stabil. Untuk mendapatkan kondisi yang stabil,
variasi beban yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui nilai torsi atau momen puntir poros
kompressor terhadap beban yang digunakan. Nilai ini pun akan berpengaruh terhadap
kecepatan putaran poros kompressor untuk mendapatkan kondisi kompressor yang stabil. Beda
tekanan yang muncul akan mempengaruhi nilai laju alir massa fluid yang mengalir dalam pipa,
Berdasarkan data yang didapat, temperatur aliran masuk dan keluar kompressor,
˚C, dan perbedaan pada percobaan praktikan relatif tidak
konstan pada setiap kenaikan laju alir yang terjadi. Perbedaan temperature ini disebabkan
arena terjadi kenaikan suhu pada fluida yang memasuki kompressor. Kenaikan suhu ini
terjadi karena adanya friksi antar sesama partikel fluida, juga mungkin terjadi karena adanya
y = 105.3x - 0.632
R² = 0.942
Series1
Linear (Series1)
Praktikum POT
Kelompok 20
Dapat kita lihat pada grafik diatas bahwa semakin besar laju alir yang diberikan maka
beda tekanan akan semakin besar. Hal ini dapat dilihat dari persamaan diatas dimana nilai
perbedaan tekanan sebanding denga
semakin rendah, ini merupakan prinsip dari persamaan Hukum Bernoulli. Pada percobaan
praktikan menggunakan laju alir tetap dengan variasi beban yang ditambahkan pada setiap kali
pengambilan data. Jika beban bertambah maka nilai Tr akan bertambah karena gaya yang
dibutuhkan kompresor untuk melakukan rotasi semakin besar. Hal ini menyebabkan kecepatan
fluida pada titik 3 meningkat. Begitu pula dengan nilai P1, karena penambahan kecepatan
sehingga nilai P1 cenderung turun. Hal ini menyebabkan nilai P0
percobaan, data yang diperoleh praktikan sesuai dengan rumus
Dimana dengan bertambahnya pressure drop maka akan menaikan laju alir fluida
tersebut.
Pengaruh laju alir massa terhadap
Pada grafik ini terlihat bahwa nilai sumbu y sebandingan nilai sumbu x maka itu berarti
semakin besar laju alir makan nilai omega dan Tr akan semakin besar juga. Nilai
dipengaruhi oleh berat beban yang diberikan kompresor dan putaran komp
beban maka nilai Tr akan semakin besar dan daya motor yang diperlukan untuk memutar juga
semakin besar. Gaya sentrifugal akan bertambah besar seiring dengan nilai Tr,
rumus F=mv2/r dimana v=ω.r, maka jika nilai F besar ni
yang semakin besar juga akan menyebabkan nilai kecepatan tangensial (
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
0 0.005
w.T
r
Praktikum POT – Compressible Flow
Dapat kita lihat pada grafik diatas bahwa semakin besar laju alir yang diberikan maka
beda tekanan akan semakin besar. Hal ini dapat dilihat dari persamaan diatas dimana nilai
perbedaan tekanan sebanding dengan laju alir. Semakin tinggi kecepatan maka tekanan akan
semakin rendah, ini merupakan prinsip dari persamaan Hukum Bernoulli. Pada percobaan
praktikan menggunakan laju alir tetap dengan variasi beban yang ditambahkan pada setiap kali
beban bertambah maka nilai Tr akan bertambah karena gaya yang
dibutuhkan kompresor untuk melakukan rotasi semakin besar. Hal ini menyebabkan kecepatan
fluida pada titik 3 meningkat. Begitu pula dengan nilai P1, karena penambahan kecepatan
1 cenderung turun. Hal ini menyebabkan nilai P0-P1 semakin besar. Pada saat
percobaan, data yang diperoleh praktikan sesuai dengan rumus
( )100.21 PPkam −= ρ
Dimana dengan bertambahnya pressure drop maka akan menaikan laju alir fluida
h laju alir massa terhadap v. 4�
Pada grafik ini terlihat bahwa nilai sumbu y sebandingan nilai sumbu x maka itu berarti
semakin besar laju alir makan nilai omega dan Tr akan semakin besar juga. Nilai
dipengaruhi oleh berat beban yang diberikan kompresor dan putaran kompresor. Semakin berat
beban maka nilai Tr akan semakin besar dan daya motor yang diperlukan untuk memutar juga
Gaya sentrifugal akan bertambah besar seiring dengan nilai Tr,
.r, maka jika nilai F besar nilai ω semakin besar. Nilai
akan menyebabkan nilai kecepatan tangensial (
0.01 0.015 0.02 0.025 0.03
m (kg/s)
w.Tr vs m
Page 51
Dapat kita lihat pada grafik diatas bahwa semakin besar laju alir yang diberikan maka
beda tekanan akan semakin besar. Hal ini dapat dilihat dari persamaan diatas dimana nilai
n laju alir. Semakin tinggi kecepatan maka tekanan akan
semakin rendah, ini merupakan prinsip dari persamaan Hukum Bernoulli. Pada percobaan
praktikan menggunakan laju alir tetap dengan variasi beban yang ditambahkan pada setiap kali
beban bertambah maka nilai Tr akan bertambah karena gaya yang
dibutuhkan kompresor untuk melakukan rotasi semakin besar. Hal ini menyebabkan kecepatan
fluida pada titik 3 meningkat. Begitu pula dengan nilai P1, karena penambahan kecepatan
P1 semakin besar. Pada saat
Dimana dengan bertambahnya pressure drop maka akan menaikan laju alir fluida
Pada grafik ini terlihat bahwa nilai sumbu y sebandingan nilai sumbu x maka itu berarti
semakin besar laju alir makan nilai omega dan Tr akan semakin besar juga. Nilai v. 4�
resor. Semakin berat
beban maka nilai Tr akan semakin besar dan daya motor yang diperlukan untuk memutar juga
Gaya sentrifugal akan bertambah besar seiring dengan nilai Tr, sesuai dengan
semakin besar. Nilai Daya motor
akan menyebabkan nilai kecepatan tangensial (ω) menjadi
y = 156.4x - 2.696
R² = 0.996
Series1
Linear (Series1)
Praktikum POT
Kelompok 20
bertambah. Dengan bertambahnya
semakin besar sehingga tekanan lebih kecil sehingga
dan P0-P1 yang lebih besar sehingga laju alir massa menjadi naik. Selain itu, momen puntir
yang semakin besar akan membuat gas semakin terkompresi lebih rapat. Dengan begitu
terdapat perbedan tekanan yang lebih bes
fluida yang menyebabkan laju alir massa fluida semakin besar. Pada percobaan ini praktikan
mendapatkan data yang sesuai dengan teori yang berlaku bahwa nilai laju alir berbanding lurus
dengan nilai v. 4�.
Pengaruh laju alir massa terhadap efisiensi termodinamika
Efisiensi termodinamika dipengaruhi oleh perbedaan suhu antara masukan dan keluaran
kompresor. Perbedaan suhu ini terjadi karena friksi yang terjadi antara sesama partikel fluida
dan dinding. Berdasarkan teori, perbedaan suhu yang terjadi akan semakin kecil seiring dengan
bertambahnya nilai laju alir. Hal tersebut disebakan oleh semakin tingginya laju alir fluida
sehingga waktu tinggal dalam pipa akan semakin mengecil dan friksi terhadap
akan semakin kecil.
Pada percobaan ini praktikan mendapatkan nilai R
dikarena perbedaan suhu yang terjadi tidak relatif konstan. Hal ini menybabkan nilai efisiensi
termo yang tidak konstan.
Pengaruh laju alir massa terhadap efisiensi total
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0 0.005
Eff
. T
erm
o
Praktikum POT – Compressible Flow
bertambah. Dengan bertambahnya ω, kecepatan alir di dekat kompressor (titik 3) juga
semakin besar sehingga tekanan lebih kecil sehingga memberikan nilai P2-
P1 yang lebih besar sehingga laju alir massa menjadi naik. Selain itu, momen puntir
yang semakin besar akan membuat gas semakin terkompresi lebih rapat. Dengan begitu
terdapat perbedan tekanan yang lebih besar dan menjadi driving force untuk aliran massa
fluida yang menyebabkan laju alir massa fluida semakin besar. Pada percobaan ini praktikan
mendapatkan data yang sesuai dengan teori yang berlaku bahwa nilai laju alir berbanding lurus
Pengaruh laju alir massa terhadap efisiensi termodinamika
Efisiensi termodinamika dipengaruhi oleh perbedaan suhu antara masukan dan keluaran
kompresor. Perbedaan suhu ini terjadi karena friksi yang terjadi antara sesama partikel fluida
Berdasarkan teori, perbedaan suhu yang terjadi akan semakin kecil seiring dengan
bertambahnya nilai laju alir. Hal tersebut disebakan oleh semakin tingginya laju alir fluida
sehingga waktu tinggal dalam pipa akan semakin mengecil dan friksi terhadap
Pada percobaan ini praktikan mendapatkan nilai R2 yang tidak mendekati 1 hal ini
dikarena perbedaan suhu yang terjadi tidak relatif konstan. Hal ini menybabkan nilai efisiensi
massa terhadap efisiensi total
y = 0.880x + 0.022
R² = 0.020
0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03
m (kg/s)
Eff. Termo vs m
Series1
Linear (Series1)
Page 52
, kecepatan alir di dekat kompressor (titik 3) juga
-P3 yang lebih besar
P1 yang lebih besar sehingga laju alir massa menjadi naik. Selain itu, momen puntir
yang semakin besar akan membuat gas semakin terkompresi lebih rapat. Dengan begitu
ar dan menjadi driving force untuk aliran massa
fluida yang menyebabkan laju alir massa fluida semakin besar. Pada percobaan ini praktikan
mendapatkan data yang sesuai dengan teori yang berlaku bahwa nilai laju alir berbanding lurus
Efisiensi termodinamika dipengaruhi oleh perbedaan suhu antara masukan dan keluaran
kompresor. Perbedaan suhu ini terjadi karena friksi yang terjadi antara sesama partikel fluida
Berdasarkan teori, perbedaan suhu yang terjadi akan semakin kecil seiring dengan
bertambahnya nilai laju alir. Hal tersebut disebakan oleh semakin tingginya laju alir fluida
sehingga waktu tinggal dalam pipa akan semakin mengecil dan friksi terhadap dinding pipa
yang tidak mendekati 1 hal ini
dikarena perbedaan suhu yang terjadi tidak relatif konstan. Hal ini menybabkan nilai efisiensi
y = 0.880x + 0.022
R² = 0.020
Series1
Linear (Series1)
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 53
Laju alir masa seharusnya berbanding lurus dengan efisiensi total. Hal ini dikarenakan
nilai P3-P2 yang semakin besar seiring dengan penambahan laju alir. Sesuai dengan rumus
sebagai berikut:
rT
PPPPm
⋅
−−
−
ω
ρρ 0
23
0
23 1
Pada percobaan, praktikan tidak mendapat hasil yang sesuai dengan teori. Hal ini
disebabkan oleh karena efek dari penambahan beban lebih berpengaruh terhadap gaya
sentrifugal serta kecepatan tangensialnya dibandingkan terhadap perubahan tekanan.
Perbedaan pengaruh ini dapat disebabkan oleh karena alat ukur yang kurang optimal dalam
fungsinya untuk mengukur. Manometer minyak yang digunakan sulit untuk mengukur pada
perbedaan yang sangat rendah. Selain itu juga terdapat minyak di dalam selang yang
mengganggu pengukuran, sehingga pengukuran kurang akurat.
Nilai efisiensi termal total selalu lebih kecil daripada nilai efisiensi termal termodinamik.
Hal ini disebabkan pada perhitungan efisiensi termal termodinamik tidak memperhitungkan
kehilangan energi pada kompressor (kehilangan energi karena friksi yang terjadi didalam
kompressor). Efisiensi termodinamik hanya memperhitungkan perbedaan tekanan dan suhu
pada kompresor.
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 54
BAB V
PENUTUP 5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah:
- Tekanan dapat dipengaruhi oleh luas penampang saluran dimana semakin kecil luas
penampang, maka kecepatan aliran akan semakin bertambah namun tekanan semakin
berkurang. Saluran dengan diameter penampang yang berbeda ini dinamakan saluran
divergen konvergen. Pada aliran konvergen, kecepatan fluida akan semakin besar. Hal
ini didasarkan pada persamaan kontinuitas.
- Efisiensi difuser dapat dihitung dengan cara ] = (P3–P2)/(P1-P2). Nilai efisiensi akan
semakin besar apabila P3semakin besar dibandingkan P1atau P1semakin kecil dengan
acuan P2.
- Koefisien friksi pipa berbanding terbalik dengan bilangan Reynold secara logaritmik,
sehingga dapat dikatakan semakin besar bilangan Reynold (semakin turbulen
aliran),maka faktor friksi semakin kecil.
- Persamaan Blasius terbukti dapat menyatakan hubungan antara koefisien friksi dengan
bilangan Reynold. Persamaan Blasius berlaku pada 2100<Re<105. Untuk aliran
laminar, persamaan yang berlaku untuk menyatakan hubungan antara koefisien friksi
dengan bilangan Reynold adalah Heigen- Poiseuvile f = 16/Re.
- Nilai koefisien pelepasan dari orificemeter lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai C
pada venturimeter. Hal ini disebabkan karena hambatan pada orificemeter lebih besar.
Nilai C menunjukkan perbandingan antara massa keluaran dan masukan pipa.
Penentuan nilai C ini dengan membuat hubungan antara P2-P3 dan P0-P1yang
berbanding lurus.
- Kompresor digunakan untuk menaikan tekanan fluida kerja dengan cara menurunkan
volume dari fluida tersebut. P3–P2, ω Tr, efisiensi termodinamik, dan efisiensi total
berbanding lurus dengan laju alir massa (m).
Praktikum POT – Compressible Flow
Kelompok 20 Page 55
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1989. Modul Praktikum POT 1. Depok : Departemen Teknik Gas dan Petrokimia
Francis, JRD. 1975. Fluid Mechanics For Engineering Students. 4th ed. Philadelphia :
International Ideas INC.
McCabe, Warren L, Julian C. Smith, Peter Harriott. 1999. Operasi Teknik Kimia. Alih bahasa E Jasjfi.
Jakarta : Erlangga.
Nevers, Noel de. 1991. Fluids Mechanics for Chemical Engineering, second edition. Singapore:
McGraw-Hill Book. Co.
Streeter and Wylie.1979. Fluid Mechanics. 7thed. New York : Mc-Graw Hill.