Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis

    1/22

    Case Report Session Rotasi II

    OSTEOARTHRITIS

    Oleh :

    Hasra Mukhlisan

    0910312117

    Preseptor :

    dr. Sandra Yelli

    .

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

    PUSKESMAS SEBERANG PADANG

    PADANG

    2014

  • 8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis

    2/22

  • 8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis

    3/22

    maupun proses perubahan lokal pada sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari

    oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas

    mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama. Osteoarthritis primer lebih

    sering ditemukan dibanding OA sekunder. 1,2,3

    Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari suatu proses ketuaan yang

    tidak dapat dihindari. Para pakar yang meneliti penyakit ini sekarang berpendapat

    bahwa OA ternyata merupakan penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme

    kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum

    jelas diketahui. Jejas mekanis dan kimiawi pada sinovia sendi yang terjadi

    multifaktorial antara lain karena faktor umur, stres mekanik atau penggunaan sendi

    yang berlebihan, defek anatomik, obesitas, genetik, humoral dan faktor kebudayaan.

    Jejas mekanis dan kimiawi ini diduga merupakan faktor penting yang merangsang

    terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago di dalam cairan

    sinovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi, kerusakan kondrosit dan

    nyeri. Osteoarthritis ditandai dengan fase hipotrofi kartilago yang berhubungan

    dengan suatu peningkatan terbatas dari sintesis matriks makromolekul oleh kondrosit

    sebagai kompensasi perbaikan ( repair ). Osteoarthritis terjadi sebagai hasil kombinasi

    antara degradasi rawan sendi, remodelling tulang dan inflamasi cairan sendi. 1,2

    Beberapa penelitian membuktikan bahwa rawan sendi dapat melakukan

    perbaikan sendiri dimana kondrosit akan mengalami replikasi dan memproduksi

    matriks baru. Proses perbaikan ini dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan suatu

    polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan membantu komunikasi antar sel.

    Faktor ini menginduksi kondrosit untuk mensintesis asam deoksiribonukleat (DNA)

    dan protein seperti kolagen serta proteoglikan. Faktor pertumbuhan yang berperan

    adalah insuline-like growth factor (IGF-1), growth hormone, transforming growth

    factor (TGF- ) dan coloni stimulating factors (CSFs). Faktor pertumbuhan seperti

    IGF-1 memegang peranan penting dalam proses perbaikan rawan sendi. Pada keadaan

    inflamasi, sel menjadi kurang sensitif terhadap efek IGF-1. 1,2

    Faktor pertumbuhan TGF- mempunyai efek multipel pada matriks kartilago

    yaitu merangsang sintesis kolagen dan proteoglikan serta menekan stromelisin, yaitu

    enzim yang mendegradasi proteoglikan, meningkatkan produksi prostaglandin E 2

    (PGE 2) dan melawan efek inhibisi sintesis PGE 2 oleh interleukin-1 (IL1). Hormon

  • 8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis

    4/22

    lain yang mempengaruhi sintesis komponen kartilago adalah testosteron, -estradiol,

    platelet derivat growth factor (PDGF), fibroblast growth factor dan kalsitonin. 1,2

    Peningkatan degradasi kolagen akan mengubah keseimbangan metabolisme

    rawan sendi. Kelebihan produk hasil degradasi matriks rawan sendi ini cenderung berakumulasi di sendi dan menghambat fungsi rawan sendi serta mengawali suatu

    respon imun yang menyebabkan inflamasi sendi. Rerata perbandingan antara sintesis

    dan pemecahan matriks rawan sendi pada pasien OA kenyataannya lebih rendah

    dibanding normal yaitu 0,29 dibanding 1. 1,2

    Pada rawan sendi pasien OA juga terjadi proses peningkatan aktivitas

    fibrinogenik dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan terjadinya

    penumpukan trombus dan komplek lipid pada pembuluh darah subkhondral yang

    menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan subkhondral tersebut. Ini

    mengakibatkan dilepaskannya mediator kimiawi seperti prostaglandin dan interleukin

    yang selanjutnya menimbulkan bone angina lewat subkhondral yang diketahui

    mengandung ujung serabut saraf sensibel yang dapat menghantarkan rasa sakit.

    Penyebab rasa sakit itu dapat juga berupa akibat dari dilepasnya mediator kimiawi

    seperti kinin dan prostaglandin yang menyebabkan radang sendi, peregangan tendo

    atau ligamentum serta spasmus otot-otot ekstra artikuler akibat kerja yang berlebihan.

    Sakit pada sendi juga diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan periosteum dan

    radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan vena

    intramedular akibat statis vena intermedular karena proses remodelling pada trabekula

    dan subkhondrial. 1,2

    Peran makrofag di dalam cairan sendi juga penting, yaitu apabila dirangsang

    oleh jejas mekanis, material asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs, akan

    memproduksi sitokin aktivator plasminogen (PA) yang disebut katabolin. Sitokin

    tersebut adalah IL-1, IL-6, TNF- dan , dan interferon (IFN) dan . Sitokin-

    sitokin ini akan merangsang kondrosit melalui reseptor permukaan spesifik untuk

    memproduksi CSFs yang sebaliknya akan mempengaruhi monosit dan PA untuk

    mendegradasi rawan sendi secara langsung. Pasien OA mempunyai kadar PA yang

    tinggi pada cairan sendinya. Sitokin ini juga mempercepat resorpsi matriks rawan

    sendi. 1,2

    Interlekuin-1 mempunyai efek multipel pada sel cairan sendi, yaitu

    meningkatkan sintesis enzim yang mendegradasi rawan sendi, yaitu stromelisin dan

  • 8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis

    5/22

    kolagenosa, menghambat proses sintesis dan perbaikan normal kondrosit. Pada

    percobaan binatang ternyata pemberian human recombinant IL-1a sebesar 0,01 ng

    dapat menghambat sintesis glukoaminoglikan sebanyak 50% pada hewan normal.

    Khondrosit pasien OA mempunyai reseptor IL-1 2 kali lipat lebih banyak dibanding

    individu normal dan khondrosit sendiri dapat memproduksi IL-1 secara lokal. 1,2

    Faktor pertumbuhan dan sitokin tampaknya mempunyai pengaruh yang

    berlawanan selama perkembangan OA. Sitokin cenderung merangsang degradasi

    komponen matriks rawan sendi, sebaliknya faktor pertumbuhan merangsang sintesis,

    padahal IGF-1 pasien OA lebih rendah dibandingkan individu normal pada umur yang

    sama. Percobaan pada kelinci membuktikan bahwa puncak aktivitas sintesis terjadi

    setelah 10 hari perangsangan dan kembali normal setelah 3 4 minggu. 1,2

    1.3. Faktor-faktor Risiko Osteoarthritis

    Untuk penyakit dengan penyebab yang tak jelas, istilah faktor risiko (faktor

    yang meningkatkan risiko penyakit) adalah lebih tepat. Secara garis besar faktor

    risiko untuk timbulnya OA (primer) adalah seperti di bawah ini. Harus diingat bahwa

    masing-masing sendi mempunyai biomekanik, cedera, dan persentase gangguan yang

    berbeda, sehingga peran faktor-faktor risiko tersebut untuk masing-masing OA

    tertentu berbeda. Dengan melihat faktor-faktor risiko in, maka sebenarnya semua OA

    individu dapat dipandang sebagai: 1,2

    Faktor yang mempengaruhi predisposisi generalisata Faktor-faktor yang menyebabkan beban biomekanis tak normal pada sendi-

    sendi tertentu.

    Kegemukan, faktor genetik, dan jenis kelamin adalah faktor risiko umum yang

    penting. 1,2

    1.3.1. Umur

    Dari semua faktor risiko untuk timbulnya OA, faktor ketuaan adalah yang

    terkuat. Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan bertambahnya umur.

    OA hampir tidak pernah pada anak-anak, jarang pada usia di bawah 40 tahun, dan

    sering pada umur di atas 60 tahun. Akan tetapi harus diingat bahwa OA bukan akibat

    ketuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada ketuaan berbeda dengan perubahan

    pada OA. 1-4

  • 8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis

    6/22

    1.3.2. Jenis Kelamin

    Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan lelaki lebih

    sering terkena OA paha, pergelangan tangan, dan leher. Secara keseluruhan, di bawah

    45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada pria dan wanita, tetapi di atas 50 tahun

    (setelah menopause) frekuensi OA lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini

    menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis OA. 1-4

    1.3.3. Suku Bangsa

    Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA nampaknya terdapat perbadaan

    di antara masing-masing suku bangsa. Misalnya OA paha lebih jarang di antara

    orang-orang kulit hitam dan Asia daripada Kaukasia. OA lebih sering dijumpai pada

    orang-orang Amerika asli (Indian) daripada orang-orang kulit putih. Hal ini mungkin

    berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan

    kongenital dan pertumbuhan. 1-4

    1.3.4. Genetik

    Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA misalnya, pada ibu dari

    seorang wanit dengan OA pada sendi-sendi interfalang distal (nodus Heberden)

    terdapat 2 kali lebih sering OA pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya

    perempuan cenderung mempunyai 3 kali lebih sering, daripada ibu dan anak

    perempuan-perempuan dari wanita tanpa OA tersebut. Adanya mutasi dalam gen

    prokolagen II atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang sendi seperti

    kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan dalam

    timbulnya kecenderungan familial pada OA tertentu (terutama OA banyak sendi). 1-4

    1.3.5. Kegemukan dan Penyakit Metabolik

    Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya risiko untuk

    timbulnya OA baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya

    berkaitan dengan OA pada sendi yang menanggung beban, tetapi juga dengan OA

    sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Oleh karena itu, di samping faktor mekanis

    yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain

    (metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut. Peran faktor metabolik danhormonal pada kaitan antara OA dan kegemukan juga disokong oleh adanya kaitan

  • 8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis

    7/22

    antara OA dengan penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, dan hipertensi. Pasien-

    pasien osteoarthritis ternyata mempunyai risiko penyakit jantung koroner dan

    hipertensi yang lebih tinggi daripada orang tanpa osteoarthritis. 1-4

    1.3.6. Cedera Sendi, Pekerjaan, dan Olahraga

    Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus

    (misalnya tukang pahat, pemetik kapas) berkaitan dengan peningkatan risiko OA

    tertentu. Demikian juga cedera sendi dan olahraga yang sering menimbulkan cedera

    sendi berkaitan dengan risiko OA yang lebih tinggi. Peran beban benturan yang

    berulang pada timbulnya OA masih menjadi pertentangan. Aktivitas-aktivitas tertentu

    dapat menjadi predisposisi OA cedera traumatik (misalnya robekan meniskus,

    ketidakstabilan ligamen) yang dapat mengenai sendi. Akan tetapi, selain cedera yang

    nyata, hasil-hasil penelitian tak menyokong pemakaian yang berlebihan sebagai suatu

    faktor untuk timbulnya OA. Meskipun demikian, beban benturan yang berulang dapat

    menjadi suatu faktor penentu lokasi pada orang-orang yang mempunyai predisposisi

    OA dan dapat berkaitan dengan perkembangan dan beratnya OA. 1-4

    1.3.7. Kelainan Pertumbuhan

    Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha (misalnya penyakit Perthes dan

    dislokasi kongenital paha) telah dikaitkan dengan timbulnya OA paha pada usia

    muda. Mekanisme ini juga diduga berperan pada lebih banyaknya OA paha pada laki-

    laki dan ras tertentu. 1-4

    1.3.8. Faktor-faktor Lain

    Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan risiko terjadinya

    OA. Hal ini mungkin timbul karena tulang lebih padat (keras) tak membantu

    mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang

    rawan sendi menjadi lebih mudah robek. Faktor ini diduga berperan pada lebih

    tingginya OA pada orang gemuk dan pelari (yang umumnya mempunyai tulang yang

    lebih padat) dan kaitan negatif antara osteoporosis dan OA. Merokok dilaporkan

    menjadi faktor yang melindungi untuk timbulnya OA, walaupun mekanismenya

    belum jelas. 1-4

    1.3.9. Faktor-faktor untuk Timbulnya Keluhan

  • 8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis

    8/22

    Bagaimana timbul rasa nyeri pada OA sampai sekarang masih belum jelas.

    Demikian juga faktor-faktor apa yang membedakan OA radiografik saja

    (asimptomatik) dan OA simptomatik masih belum diketahui. Beberapa penelitian

    menunjukkan bahwa wanita dan orang yang gemuk cenderung lebih sering

    mempunyai keluhan daripada orang-orang dengan perubahan yang lebih ringan.

    Faktor-faktor lain yang diduga meningkatkan timbulnya keluhan adalah hipertensi,

    merokok, kulit putih, dan psikologis yang tak baik. 1-4

    1.4. Sendi-sendi yang Terkena

    Adanya predileksi OA pada sendi-sendi tertentu (karpometakarpal I,

    metatarsofalangeal I, sendi apofiseal tulang belakang, lutut, dan paha) adalah nyata

    sekali. Sebagai perbandingan, OA siku, pergelangan tangan, glenohumeral, atau

    pergelangan kaki jarang sekali dan terutama terbatas pada orang tua. Distribusi yang

    selektif seperti itu sampai sekarang masih sulit dijelaskan. Salah satu teori

    mengatakan bahwa sendi-sendi yang sering terkena OA adalah sendi-sendi yang

    paling akhir mengalami perubahan-perubahan evolusi, khususnya dalam kaitan

    dengan gerakan mencengkram dan berdiri dua kaki. Sendi-sendi tersebut mungkin

    mempunyai rancang bangun yang sub optimal untuk gerakan-gerakan yang mereka

    lakukan, mempunyai cadangan mekanis yang tak mencukupi, dan dengan demikian

    lebih sering gagal daripada sendi-sendi yang sudah mengalami adaptasi lebih

    lama. 1,2,3

    1.5. Riwayat Penyakit

    Pada umumnya pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhannya sudah

    berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan. 1,2,3

    1.5.1. Nyeri Sendi

    Keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali membawa pasien ke

    dokter (meskipun mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya).

    Nyeri baisanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.

    Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih

    dibandingkan gerakan yang lain. Nyeri pada OA juga dapat berupa penjalaran atau

    akibat radikulopati, misalnya pada OA servikal dan lumbal. OA lumbal yang

  • 8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis

    9/22

    menimbulkan stenosis spinal mungkin menimbulkan keluhan nyeri di betis, yang

    biasa disebut dengan claudicatio intermitten .1,2,3

    1.5.2. Hambatan Gerakan Sendi

    Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan

    dengan bertambahnya rasa nyeri. 1,2,3

    1.5.3. Kaku Pagi

    Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas,

    seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah

    bangun tidur. Kekakuan ini biasanya hanya bertahan selama beberapa menit, bila

    dibandingkan dengan kekakuan sendi dipagi hari yang disebabkan oleh rheumatoid

    arthritis yang terjadi lebih lama yaitu lebih dari 1 jam. 1,2,3

    1.5.4. Krepitasi

    Rasa gemertak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit. 1,2,3

    1.5.5. Pembesaran Sendi (Deformitas)

    Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (seringkali terlihat di

    lutut atau tangan) secara perlahan-lahan membesar. 1,2,3

    1.6. Pemeriksaan Fisik

    1.6.1. Hambatan Gerak

    Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini

    (secara radiologis). Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit,

    sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan gerak dapat

    konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu gerakan saja). 1,2,3

    1.6.2. Krepitasi

    Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut. Pada awalnya

    hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau

    dokter yang memeriksa. Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat

    terdengar sampai jarak tertentu. Gejala ini mungkin timbul karena gesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan atau secara pasif dimanipulasi. 1,2,3

  • 8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis

    10/22

    1.6.3. Pembengkakan Sendi yang Seringkali Asimetris

    Pembengkakan sendi pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi yang

    biasanya tidak banyak (

  • 8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis

    11/22

  • 8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis

    12/22

    Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya

    pada satu sendi

    Pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan)

    pada salah satu sendi secara terus menerus sekurang-kurangnyaselama 6 minggu

    Pembengkakan pada seurang-kurangnya salah satu sendi Pembengkakan sendi yang bersifat simetris Nodul subkutan pada daerah tonjolan tulang di daerah ekstensor Gambaran foto rontgen yang khas pada artritis reumatoid Uji aglutinasi faktor reumatoid

    Pengendapan cairan musin yang jelek Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia Gambaran histologik yang khas pada nodul

    Berdasarkan kriteria ini maka disebut:

    Klasik, bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-

    kurangnya 6 minggu

    Definitif, bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-

    kurangnya 6 minggu Kemungkinan reumatoid, bila terdapat 3 kriteria dan sudah

    berlangsung sekurang-kurangnya 4 minggu

    Artritis psoriatik

    Artritis psoriatik mengenai bagian distal jari tangan berupa artritis erosif yang

    menyebabkan destruksi tanpa adanya osteofit. 3

    Artritis gout

    Pada artritis gout biasanya bersifat poli-artritis kronik disertai dengan benjolan berupa tofus dan pada pemeriksaan radiologis terlihat adanya destruksi peri-

    artikuler. 3

    Artritis tuberkulosa 3

  • 8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis

    13/22

    1.10. Pengelolaan

    1.10.1. Penerangan

    Maksud dari penerangan adalah agar pasien mengetahui sedikit seluk-beluk

    tentang penyakitnya, bagaimana menjaganya agar penyakitnya tidak bertambah parah,

    serta persendiannya tetapi dapat dipakai. 1,2,3

    1.10.2. Terapi Fisik dan Rehabilitasi

    Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan

    melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit. 1,2,3

    1.10.3. Penurunan Berat Badan

    Berat badan yang berlebih ternyata merupakan faktor yang akan memperberat

    penyakit OA. Oleh karenanya berat badan harus selalu dijaga agar tidak berlebihan.

    Apabila berat badan berlebihan, maka harus diusahakan penurunan berat badan, bila

    mungkin mendekati berat badan ideal. 1,2,3

    1.11. Terapi Farmakologis

    1.11.1. Analgesik Oral Non Opiat

    Pada umumnya pasien telah mencoba untuk mengobati sendiri penyakitnya,

    terutama dalam hal mengurangi atau menghilangkan rasa sakit. Banyak sekali obat-

    obatan yang dijual bebas yang mampu mengurangi rasa sakit. Pada umumnya pasien

    mengetahui hal ini dari iklan pada media masa, baik cetak (koran), radio, maupun

    televisi. 1-4

    1.11.2. Analgesik Topikal

    Analgesik topikal dengan mudah dapat kita dapatkan dipasaran dan banyak

    sekali yang dijual bebas. Pada umumnya pasien telah mencoba terapi dengan cara ini,

    sebelum memakai oabt-obatan peroral lainnya. 1-4

    1.11.3. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)

    Apabila dengan cara-cara tersebut di atas tidak berhasil, pada umumnya pasien

    mulai datang ke dokter. Dalam hal seperti ini kita pikirkan untuk pemberian OAINS,

    oleh karena obat golongan ini di samping mempunyai efek analgetik juga mempunyaiefek anti inflamasi. Oleh karena pasien OA kebanyakan usia lanjut, maka pemberian

  • 8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis

    14/22

    obat-obatan jenis ini harus sangat berhati-hati. Jadi pilihlah obat yang efek

    sampingnya minimal dan dengan cara pemakaian yang sederhana, di samping itu

    pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya efek samping selalu harus dilakukan. 1-4

    1.11.4. Chondroprotective Agent

    Yang dimaksudkan dengan Chondroprotective Agent adalah obat-obatan yang dapat

    menjaga atau merangsang perbaikan ( repair ) tulang rawan sendi pada pasien OA.

    Sebagian peneliti menggolongkan obat-obatan tersebut dalam Slow Acting Anti

    Osteoarthritis Drugs (SAAODs) atau Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs

    (DMAODs). Sampai saat ini yang termasuk ke dalam golongan obat ini adalah:

    tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosamonoglikan, vitamin C,

    superoxide desmutase, dan sebagainya. 1,2

    Tetrasiklin dan derivatnya mempunyai kemampuan untuk menghambat kerja

    enzim MMP dengan cara menghambatnya. Salah satu contoh adalah

    doxycycline, sayangnya obat ini baru dipakai pada hewan dan belum dipakai

    pada manusia. 1,2

    Asam hialuronat, disebut juga sebagai viscosupplement oleh karena salah satu

    manfaat obat ini adalah dapat memperbaiki viskositas cairan sinovial, obat ini

    diberikan secara intra artikular. Asam hialuronat ternyata memegang peranan

    penting dalam pembentukan matriks tulang rawan melalui agregasi dengan

    proteoglikan. Di samping itu pada binatang percobaan, asam hialuronat dapat

    mengurangi inflamasi pada sinovium, menghambat angiogenesis dan

    khemotaksis sel-sel inflamasi. 1,2

    Glikosaminoglikan, dapat menghambat sejumlah enzim yang berperan dalam

    proses degradasi tulang rawan, antara lain: hialuronidase, protease, elastase,

    dan cathepsin B1 in vitro dan juga merangsang sintesis proteoglikan dan asam

    hialuronat pada kultur tulang rawan sendi manusia. 1,2

    Kondroitin sulfat, merupakan komponen penting pada jaringan kelompok

    vertebrata, dan terutama terdapat pada matriks ekstraseluler sekeliling sel.

    Salah satu jaringan yang mengandung kondroitin sulfat adalah tulang rawan

    sendi dan zat ini merupakan bagian dari proteoglikan. 1,2

  • 8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis

    15/22

    Vitamin C, dalam penelitian ternyata dapat menghambat aktivitas enzim

    lisozim. Pada pengamatan ternyata vitamin C mempunyai manfaat dalam

    terapi OA. 1,2

    Superoxide dismutase, dapat dijumpai pada setiap sel mamalia danmempunyai kemampuan untuk menghilangkan superoxide dan hydroxil

    radicals .1,2

    Steroid intra artikuler, pada penyakit arthritis reumatoid menunjukkan hasil

    yang baik. Kejadian inflamasi kadang-kadang dijumpai pada pasien OA, oleh

    karena ini kortikosteroid intra artikuler telah dipakai dan mampu mengurangi

    rasa sakit, walaupun hanya dalam waktu yang singkat. Penelitian selanjutnya

    tidak menunjukkan keuntungan yang nyata pada pasien OA, sehingga

    pemakaiannya dalam hal ini masih kontroversial. 1,2

    1.12. Terapi Bedah

    Tindakan operasi dilakukan apabila: 3

    Nyeri yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan atau tindakan lokal Sendi yang tidak stabil oleh karena subluksasi atau deformitas pada sendi Adanya kerusakan sendi pada tingkat lanjut Untuk mengkoreksi beban pada sendi agar distribusi terbagi sama rata.

  • 8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis

    16/22

    UNIVERSITAS ANDALAS

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

    STATUS PASIEN

    1. Identitas Pasien

    a. Nama/Kelamin/Umur : Ny. Z/perempuan/57 tahun

    b. Pekerjaan/Pendidikan : Ibu Rumah Tangga/Tamat SD

    c. Alamat : Muaro

    2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga

    a. Status Perkawinan : Menikah

    b. Jumlah anak : 5 orang

    c. Status ekonomi keluarga :

    Mampu, Penghasilan anak pasien dan menantu Rp5.000.000,00/bulan

    d. KB : Tidak ada

    e. Kondisi Rumah : Rumah permanen milik sendiri, satu tingkat, terdiri dari 4 kamar tidur,

    lantai keramik

    Pekarangan cukup luas Listrik ada Sumber air: PDAM, air minum: galon isi ulang Jamban ada 1 buah, di dalam rumah Sampah dijemput oleh petugas setiap hari

    Kesan : hygiene dan sanitasi baik.

    3. Kondisi lingkungan keluarga Pasien tinggal bersama suami, anak perempuannya, dan menantu, serta

    kedua orang cucu.

    Pasien tinggal di lingkungan perkotaan yang cukup padat penduduk.

    4. Aspek psikologis keluarga Hubungan pasien dengan anggota keluarga lain baik. Faktor stress dalam keluarga tidak ada.

  • 8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis

    17/22

    5. Keluhan Utama

    Nyeri pada lutut kanan yang hilang timbul sejak 2 hari yang lalu.

    6. Riwayat Penyakit Sekarang Nyeri pada lutut kanan yang hilang timbul sejak 2 hari yang lalu. Nyeri

    terutama dirasakan setelah pasien beraktivitas seperti menaiki tangga

    atau berjalan cukup jauh. Nyeri berlangsung selama 30 menit, tidak

    menjalar, dan berkurang dengan istirahat. Pasien belum mendapatkan

    pengobatan untuk sakitnya kali ini.

    Selain nyeri, pasien juga sering merasa kaku terutama pada pagi hari

    kira-kira selama 5 menit dan hilang saat pasien sudah menggerak-

    gerakkan lutut kanannya.

    Nyeri sudah dirasakan sejak 6 tahun yang lalu, nyeri hilang timbul

    dan bergantian di lutut kiri dan kanan, awalnya nyeri terasa ringan dan

    berangsur-angsur menjadi lebih nyeri dalam 1 tahun ini.

    Keadaan ini membuat pasien sulit berjalan sehingga pasien

    menggunakan tongkat.

    Merah dan panas pada sendi yang nyeri tidak ada. Riwayat kesemutan pada kaki tidak ada. Aktivitas berat sehari-hari tidak ada, pasien hanya sering di rumah dan

    melakukan pekerjaan rumah sehari-hari.

    7. Riwayat Penyakit Dahulu/Penyakit Keluarga Pasien sudah mengalami penyakit seperti ini selama 6 tahun terakhir,

    hilang timbul, dan pasien sudah mendapatkan pengobatan sebelumnya

    untuk penyakitnya ini.

    Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama

    seperti pasien.

    Riwayat penyakit diabetes mellitus, hipertensi, dan ginjal tidak ada. Riwayat sakit maag tidak ada.

    8. Pemeriksaan fisik

    Status Generalis

    Keadaan umum : Sakit sedang

    Kesadaran : Komposmentis Kooperatif

    Nadi : 84 kali/menit

  • 8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis

    18/22

    Nafas : 20 kali/menit

    Tekanan darah : 120/70 mmHg

    Suhu : afebris

    BB : 80 kg

    TB : 163 cm

    Status gizi : Baik, BMI: 26,1

    Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

    Thoraks

    Paru

    Inspeksi : Simetris kiri dan kanan statis dan dinamis

    Palpasi : Fremitus kiri dan kanan normal

    Perkusi : Sonor

    Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing-/-

    Jantung :

    Inspeksi : Iktus tidak terlihat

    Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

    Perkusi : Batas jantung dalam batas normal

    Auskultasi : Bunyi jantung murni, bising tidak ada

    Abdomen

    Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit

    Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)

    Perkusi : Timpani

    Auskultasi : Bising usus (+) normal

    Anggota gerak :

    Refleks fisiologis ++/++, refleks patologis -/-, oedem -/-, hipotrofi -/-

    Tungkai kanan (lutut):

    pergerakan terbatas, nyeri tekan (-), bengkak (-), kemerahan(-), panas

    (-)

    Tungkai kiri : dalam batas normal

    Jari-jari tangan dan kaki dalam batas normal.

    9. Laboratorium

    10. Pemeriksaan Anjuran Rontgen genu dekstra AP-lateral

  • 8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis

    19/22

    11. Diagnosis kerja

    Osteoarthritis genu dekstra

    12. Diagnosis banding

    Rheumatoid arthritis

    13. Manajemen

    Preventif :

    Menjaga berat badan agar tetap ideal dan menghindari berat badan

    yang berlebihan, karena berat badan yang berlebih dapat memperburuk

    penyakit.

    Berhati-hati agar tidak terjatuh, karena cedera dapat memperburuk

    penyakit.

    Menghindari aktivitas fisik yang berlebihan dalam kegiatan sehari-hari

    seperti jangan menaiki tangga.

    Promotif :

    Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakitnya, yaitu

    osteoarthritis yang disebabkan oleh proses penuaan dimana terjadi

    kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan

    berhubungan dengan usia lanjut, terutama pada sendi besar yangmenanggung beban tubuh.

    Mengedukasi keluarga pasien agar lingkungan sekitar pasien dijaga

    untuk melindungi pasien dari cedera, misalnya kerapian rumah dan

    lantai supaya tidak licin.

    Jelaskan kepada pasien untuk mengistirahatkan dan menghindari

    aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.

    Mengedukasi keluarga pasien untuk memberi motivasi kepada pasien,misalnya untuk membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-

    hari dan memberi pasien dorongan untuk berobat.

    Kuratif :

    Piroksikam tablet 10 mg diminum 1 x 1 tablet sehari setelah makan Bioneuron diminum 1 x 1 tablet sehari setelah makan Ranitidin tablet 150 mg diminum 2 x 1 tablet sehari sebelum makan

  • 8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis

    20/22

    Rehabilitatif :

    Kontrol teratur ke Puskesmas, datang kembali ke Puskesmas jika obat

    telah habis namun lutut masih nyeri.

    Istirahat yang cukup 6 jam per hari dan kurangi aktivitas yang

    berlebihan pada sendi yang sakit.

  • 8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis

    21/22

    Dinas Kesehatan Kodya PadangPuskesmas Seberang Padang

    Dokter : Hasra Mukhlisan

    Tanggal : 27 November 2014

    R/ Piroxicam tab 10 mg No. V

    S 1 dd tab 1

    R/ Bioneuron No. V

    S 1 dd tab 1

    R/ Ranitidin tab 150 mg No X

    S 2 dd tab 1

    Pro : Ny. ZUmur : 57 tahun

  • 8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis

    22/22

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Braunwald E, Fauci AS, et al. Degenerative joint disease. In: Harrisons

    manual of medicine 15th ed. Boston: McGraw-Hill, 2002.

    2. Setyohadi, Bambang, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta;

    PAPDI. 2004.

    3. Rosjad C. Kelainan Degeneratif Tulang dan Sendi. Dalam : Pengantar Ilmu

    Bedah Ortopedi. Ujung Pandang : Bintang Lamumpatue, 2007.

    4. Mansjoer A, dkk. Reumatologi. Dalam: Kapita selekta kedokteran. Jakarta:

    Media Aesculapius FKUI, 1999.