17
ANALYSIS CASE ANESTESI UMUM LARYNGEAL MASK AIRWAY PADA TUMOR MAMAE Mirad Aditya Andrian Astoguno B. P Pembimbing: dr.Dublianus, Sp. An dr Tati Sp.An

Case General Anasthesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

general anasthesia

Citation preview

Page 1: Case General Anasthesia

ANALYSIS CASEANESTESI UMUM

LARYNGEAL MASK AIRWAY PADA TUMOR MAMAE

Mirad Aditya Andrian Astoguno B. PPembimbing:

dr.Dublianus, Sp. An dr Tati Sp.An

Page 2: Case General Anasthesia

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN PENUNJANG

KESAN ANESTESI

KESIMPULAN

Nama: Ny. I

Umur : 24 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Cilegon

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Agama : Islam

Status : Kawin

Tanggal Masuk : 13 Desember 2015

Page 3: Case General Anasthesia

•ada benjolan di payudara kanan semenjak 2 bulan

Keluhan utama

•sebesar kelereng, benjolan teraba lunak, mudah digerakkan dan tidak terasa sakit dan benjolan•tidak mengkonsumsi pil KB dan obat hormonal lainnya

Riwayat Penyakit Sekarang

•Penyakit jantung, hipertensi, penyakit hati, penyakit ginjal, penyakit paru, asma dan diabetes mellitus disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu

•mengkonsumsi obat-obat herbal seperti sarang semut

Riwayat Kebiasaa

n dan Pengobat

an

•Alergi terhadap obat-obatan, makanan dan operasi sebelumnya disangkal.

Riwayat

Alergi

ANAMNESIS

Page 4: Case General Anasthesia

Pemeriksaan FisikKeadaan Umu

m

Kesadaran

: Compos mentisKesan sakit

: Tampak sakit sedang

Tan

da Vita

l

Tekanan darah

: 100/70 mmHgNadi

: 84 x/menitSuhu

: 36,50

CPernapasan

: 20x/menit, Thorakoabdominal

Antropo

metri

Berat badan

: 55 kgTinggi badan

: 160 cmBody Mass Index (BMI): 18,9 kg/m2

Status gizi

: cukup

Page 5: Case General Anasthesia

Status Generalis•Normocephali, rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merataKepala• oedem palpebra (-/- ), konjungtiva anemis -/-, sklera

ikterik -/-Mata• Tidak ada septum deviasi, sekret (-)Hidung•

Sianosis (-)Karies gigi (-)Tonsil T1-T1 Tenang, Faring tidak hiperemis

Mulut• Normotia , benjolan -/-, nyeri tekan -/-Telinga•Otot bantu pernafasan M. Sternocleidomastoideus (-), trakea di tengah, deviasi trakea (-), kelenjar tiroid tidak teraba membesar, pembesaran KGB (-)Leher•Tidak ada karies, gigi goyang, gigi tanggal, maupun gigi palsuGigi

Page 6: Case General Anasthesia

Pemeriksaan Fisik ThoraksINSPEKSI• Bentuk normal, gerak napas simetris, tidak terdapat kelainan

kulit

PALPASI• vocal fremitus teraba simetris di kedua hemithoraks, pergerakan

dinding dada simetris saat inspirasi maupun ekspirasi.

PERKUSI• Sonor diseluruh lapang paru

AUSKULTASI• Paru : Suara nafas vesikuler diseluruh lapang paru kiri-kanan,

ronkhi (-/-), wheezing (-/-)• Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Pemeriksaan Fisik

AbdomenPerut supel, terlihat datar, simetris, tidak terdapat sikatrik maupun pelebaran

vena.

PunggungTidak ditemukan tanda-tanda inflamasi maupun kelainan bentuk vertebrae.

EkstremitasTidak terdapat sikatrik, sianosis maupun edema dikedua tungkai. Turgor kulit baik,

akral hangat, CRT <2 detik.

Page 7: Case General Anasthesia

Status LokalisRegio Mammae Sinistra In

spe

ksi

Tampak payudara kiri dan kanan tidak simetris, tampak benjolan pada payudara kiri, kulit payudara diatas benjolan sama dengan kulit sekitarnya.

Palp

asi

teraba massa di payudara regio superomedial, benjolan kurang lebih 1x1x1 cm. Benjolan teraba licin, tidak teraba sakit

KGB

axila dextra sinistra, supero-infero clavikula dextra-sinistra tidak teraba.

Page 8: Case General Anasthesia

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Glukosa Darah

Sewaktu156mg/Dl <200 mg/dl

SGOT 12 u/l < 31 u/l

SGPT 12 u/l <31 u/l

Ureum 14 mmol/l 17-43 mmol/l

Kreatinin 0,6 mmol/l 0,6-1,2 mmol/l

Hemoglobin 13,4 g/dl 12 – 16 g/dl

Leukosit 89000/uL 5000 – 10000 /uL

Hematokrit 40,4% 37 – 43 %

Trombosit 331000/uL 150-450 ribu/uL

Golongan Darah/Rhesus

B Rh +

HbsAg Negatif

Anti HIV Non reaktif

Natrium 139,3 mmol/L 135-155 mmol/L

Kalium 4,17 mmol/L 3,6-5,5 mmol/L

Chlorida 107,9 mmol/L 95-107 mmol/L

Page 9: Case General Anasthesia

LAPORAN ANESTESIA

PREOPERATIF

• Pasien dipuasakan selama 8 jam• Pemasangan intravena fluid drip RL 500 cc, mengalir

lancar• Keadaan Umum

• Kesan Sakit : Tampak sakit sedang• Kesadaran : Compos mentis• Tinggi Badan : 160 cm• Berat Badan : 55 kg

• Tanda-Tanda Vital• Tekanan Darah : 100/70 mmHg• Nadi : 84

x/menit• Respirasi : 20 x/menit• Suhu : 36,5 °C

PREMEDIKASI

ANESTESI• Sebelum tindakan anestesia dilakukan, pasien

diberikan Ondansetron 4 mg secara bolus intravena.

monitor tekanan darah dan

saturasi oksigen serta denyut nadi

dilakukan pemberian

fentanyl 100mcg, dilanjutkan dengan

propofol 200mg

pasang sungkup dengan ukuran sesuai, yakni

no3, dengan mengatur isoflurane 2, oksigen dann N2O 2l/menit,

lakukan pumping

pasang LMA dengan benar, lakukan

pengujian pompa, agar mengetahui LMA sudah

terpasang dengan benar, fiksasi LMApemantauan tekanan

darah dan frekuensi nadi tiap 5 menit

inspeksi pernapasan spontan kepada pasien

dan saturasi oksigenmonitoring input cairan

infus

Page 10: Case General Anasthesia

Jam Tindakan TD Nadi Saturasi

11.50

Pasien masuk kamar operasi,

dibaringkan di meja operasi

kemudian dilakukan pemasangan

manset kaki kanan, dan pulse

oksimetri di ibu jari tangan kiri.

Berikan premedikasi ondancetron

4mg IV. Setelah itu dilakukan

tindakan anastesi LMA

120/76 80 98

11.55 Operasi dimulai 120/78 80 99

12.00 120/74 70 99

12.05 120/76 80 100

12.10

Diberikan Tramadol 100 mg drip

Dilakukan ekstubasi

Operasi selesai

120/75 80 100

Page 11: Case General Anasthesia

LAPORAN ANESTESI

Diagnosis Pra Bedah

• Tumor mamae sinistra

Diagnosis Pasca Bedah

• Tumor mame sinistra susp fam

Penatalaksanaan Pre O

• RL 500ml II

Penatalaksanaan Anestesi

• Jenis Pembedahan : eksisi massa• Jenis Anestesia : general anestesia• Teknik Anestesi : LMA ukuran 3• Mulai Anestesi: 11.50• Mulai Operasi : 11.55• Premedikasi : Ondansetron 4 mg IV• Medikasi : fentanyl 100mcg, propofol 200mg,

isoflurane, n2o, o2. • Medikasi Tambahan : Tramadol 100 mg• Repirasi : pernapasan spontan• Cairan selama operasi : RL 500ml I• Selesai Operasi : 12.05

Post Operatif

• Pasien masuk ke dalam ruang pemulihan kemudian dibawa kembali ke ruang rawat inap.

• Observasi tanda-tanda vital• Keadaan Umum : tampak sakit ringan• Kesadaran : compos mentis• Tekanan Darah : 110/60• Nadi : 62 x/menit• Respirasi : 20 x/menit• Saturasi Oksigen : 99%

Page 12: Case General Anasthesia

Variabel Skor Skor Pasien

Aktivitas

Gerak ke-4 anggota gerak atas perintah

Gerak ke-2 anggota gerak atas perintah

Tidak respon

2

1

0

2

Respirasi

Dapat bernapas dalam dan batuk

Dispnea, hipoventilasi

Apnea

2

1

02

Sirkulasi

Perubahan ,< 20 % TD sistol preoperasi

Perubahan 20-50 % TD sistol preoperasi

Perubahan .> 50 % TD sistol preoperasi

2

1

02

Kesadaran

Sadar penuh

Dapat dibangunkan

Tidak respon

2

1

0

1

Warna kulit

Merah

Pucat

Sianotik

2

1

0

2

Skor Total 9

≥ 9 : Pindah dari unit perawatan pasca anestesi≥ 8 : Dipindahkan ke ruang perawatan bangsal≥ 5 : dipindahkan ke ruang perawatan intensif

(ICU)

Page 13: Case General Anasthesia

Anestesi umum adalah tindakan untuk menghilangkan nyeri secara sentral disertai dengan hilangnya kesadaran dan bersifat pulih

kembali atau reversible.

Anestesi memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut:

• Hipnotik/sedasi: hilangnya kesadaran

• Analgesia: hilangnya respon terhadap nyeri

• Muscle relaxant: relaksasi otot rangka

Cara anastesi dapat dipilih sebagai berikut• Umur

• Status Fisik• Posisi Pembedahan

• Keterampilan dan kebutuhan dokter pembedah• Keterampilan dan pengalaman dokter anestesiologi

• Keinginan Pasien• Bahaya Kebakaran dan Ledakan

Faktor-faktor ydapat mempengaruhi anastesi umum :• Faktor respirasi• Faktor sirkulasi• Faktor jaringan

• Faktor zat anestesika

1. Penilaian dan persiapan pra anestesia2. Penilaian pra bedah

• Anamnesis • Pemeriksaan fisik

• Pemeriksaan laboratorium• Kebugaran untuk anestesia• Klasifikasi status fisik• Masukan oral

Premedikasi1. Menimbulkan rasa nyaman bagi pasien

2. Memudahkan atau memperlancar induksi3. Mengurangi jumlah obat-obat anestesi

4. Menekan refleks-refleks yang tidak diinginkan (muntah/liur)5. Mengurangi sekresi kelenjar saliva dan lambung

6. Mengurangi rasa sakit

Obat-obat yang sering digunakan:Analgesik narkotik

Petidin ( amp 2cc = 100 mg), dosis 1-2 mg/kgBBMorfin ( amp 2cc = 10 mg), dosis 0,1 mg/kgBBFentanyl ( fl 10cc = 500 mg), dosis 1-3µgr/kgBB

Analgesik non narkotikPonstanTramolToradon

Hipnotik Ketamin ( fl 10cc = 100 mg), dosis 1-2 mg/kgBBPentotal (amp 1cc = 1000 mg), dosis 4-6 mg/kgBB

SedatifDiazepam/valium/stesolid ( amp 2cc = 10mg), dosis 0,1 mg/kgBBMidazolam/dormicum (amp 5cc/3cc = 15 mg),dosis 0,1mg/kgBBPropofol/recofol/diprivan (amp 20cc = 200 mg), dosis 2,5 mg/kgBBDehydrobenzperidon/DBP (amp 2cc = 5 mg), dosis 0,1 mg/kgBB

Anti emeticSulfas atropine (anti kolinergik) (amp 1cc = 0,25 mg),dosis 0,001 mg/kgBBDBPNarfoz, rantin, primperan.

Untuk persiapan induksi anestesi diperlukan ‘STATICS’:S : Scope Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung. Laringo-Scope, pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang.T : Tube Pipa trakea.pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5 tahun dengan balon (cuffed).A : Airway Pipa mulut faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak menyumbat jalan napas.T : Tape Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.I : Introducer Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel) yang mudah dibengkokan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan.C : Connector Penyambung antara pipa dan peralatan anestesiaS : Suction penyedot lender, ludah danlain-lainnya.

Induksi intravena• Tiopental (pentotal, tiopenton)• Propofol (diprivan, recofol)

• Ketamin (ketalar)• Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil)

Induksi intramuscularInduksi inhalasi

• N2O• Halotan (fluotan)

• Enfluran (etran, aliran)• Isofluran (foran, aeran)• Desfluran (suprane)• Sevofluran (ultane)

Induksi per rectalInduksi mencuri

Pelumpuh otot nondepolarisasi Tracurium 20 mg (Antracurium)

Rumatan Anastesi (MAINTAINANCE)Dapat dikerjakan secara intravena (anestesi intravena total) atau dengan inhalasi atau dengan campuran intravena inhalasi.Rumatan anestesi mengacu pada trias anestesi yaitu tidur rinan (hypnosis) sekedar tidak sadar, analgesia cukup, diusahakan agar pasien selama dibedah tidak menimbulkan nyeri dan relaksasi otot lurik yang cukup.

Tatalaksana Jalan NapasHidung

Menuju nasofaringMulut

Menuju orofaringManuver tripel jalan napasJalan napas faringSungkup mukaSungkup laring (Laryngeal mask)Pipa trakea (endotracheal tube)Laringoskopi dan intubasi

Indikasi intubasi trakeaMenjaga patensi jalan napas oleh sebab apapun.Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasiPencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi

Secara garis besar dikenal dua macam laringoskop:1. Bilah, daun (blade) lurus (Macintosh) untuk bayi-

anak-dewasa2. Bilah lengkung (Miller, Magill) untuk anak besar-

dewasa.

Klasifikasi tampakan faring pada saat membuka mulut terbuka maksimal dan lidah dijulurkan maksimal menurut Mallapati dibagi menjadi 4 gradasi.

Gradasi Pilar faring UvulaPalatum Molle

1 + + +

2 - + +

3 - - +

4 - - -

Page 14: Case General Anasthesia

Laringeal mask airway ( LMA ) adalah alat supra glotis airway, didesain untuk memberikan dan menjamin tertutupnya bagian dalam laring untuk ventilasi spontan dan memungkinkan ventilasi kendali pada mode level (<

15 cm H2O) tekanan positif. Alat ini tersedia dalam 7 ukuran untuk neonatus, infant, anak kecil, anak besar, kecil, normal dan besar

LMA dapat dibagi menjadi 3 :1. Clasic LMA

2. Fastrach LMA3. Proseal LMA4. Flexible LMA

Indikasi :• Sebagai alternatif dari ventilasi face mask atau intubasi ET untuk airway management. LMA bukanlah suatu penggantian ET, ketika pemakaian ET menjadi suatu indikasi.• Pada penatalaksanaan dificult airway yang diketahui atau yang tidak diperkirakan.• Pada airway management selama resusitasi pada pasien yang tidak sadarkan diri

Kontraindikasi :• Pasien-pasien dengan resiko aspirasi isi lambung ( penggunaan pada emergency adalah pengecualian ).• Pasien-pasien dengan penurunan compliance sistem pernafasan, karena seal yang bertekanan rendah pada cuff LMA akan mengalami kebocoran pada tekanan inspirasi tinggi dan akan terjadi pengembangan lambung. • Tekanan inspirasi puncak harus dijaga kurang dari 20 cm H2O untuk meminimalisir kebocoron cuff dan pengembangan lambung.• Pasien-pasien yang membutuhkan dukungan ventilasi mekanik jangka waktu lama.• Pasien-pasien dengan reflex jalan nafas atas yang intack karena insersi dapat memicu terjadinya laryngospasme.

Efek Samping : Efek samping yang paling sering ditemukan adalah nyeri

tenggorok, dengan insidensi 10 % dan sering berhubungan dengan over inflasi cuff LMA. Efek samping yang utama adalah aspirasi.

Lima tes sederhana dapat dilakukan untuk meyakinkan ketepatan posisi cLMA :1. ”End point” yang jelas dirasakan selama insersi.2. Posisi cLMA menjadi naik keluar sedikit dari mulut saat cuff di inflasi.3. Leher bagian depan tampak mengelembung sedikit selama cuff di inflasi.4. Garis hitam di belakang cLMA tetap digaris tengah.5. Cuff cLMA tidak tampak dimulut.

Page 15: Case General Anasthesia

KesimpulanLaringeal mask airway ( LMA ) adalah alat supra glotis airway, didesain untuk memberikan dan menjamin tertutupnya bagian dalam laring untuk ventilasi spontan dan memungkinkan ventilasi kendali pada mode level (< 15 cm H2O) tekanan positifLMA dapat dibagi menjadi 3 : Clasic LMA, Fastrach LMA, Proseal LMA, Flexible LMA dengan spesifikasinya masing-masing.Pemasangan LMA tetap membutuhkan pemilihan kasus yang selektif. Dengan memperhatikan indikasi dan kontraindikasi.Untuk insersi LMA membutuhkan kedalaman anestesi yang adekuatDiperlukan suatu optimalisasi dalam hal ketepatan penempatan.Digunakan ventilasi bertekanan rendah setelah dilakukan insersi dan pasien dapat di ektubasi dalam keadaan sadar penuh.

Page 16: Case General Anasthesia

Daftar Pustaka

• Dewoto HR, et al. Farmakologi dan Terapi Edisi 5, cetak ulang dengan tambahan, tahun 2012. Analgesik opioid dan antagonisnya. Balai Penerbit FKUI Jakarta 2012; 210-218.

• Muhiman, Muhardi, dr. et al. Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta; 65-71

• Latief, Said A, Sp.An; Suryadi, Kartini A, Sp.An; Dachlan, M. Ruswan, Sp.An. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta 2010; 46-47, 81

• Calvey, Norman; Williams, Norton. Principles and Practice of Pharmacology for Anaesthetists. Fifth edition. Blackwell Publishing 2008; 110-126, 207-208

• Miller, Ronald D. MD, et. al. Miller’s anesthesia. Elseveir 2010. CDROOM. Accessed on 4 Maret 2013.

• Fentanyl. Available at: http://www.webmd.com/pain-management/fentanyl. Accessed on 3 Maret 2013.

• Propofol. Available at: http://reference.medscape.com/drug/diprivan-propofol-343100#0. Accessed on 3 Maret 2013

• Sandham J. Total Intravena Anesthesia. May 2009. Available at http://www.ebme.co.uk/arts/tiva/index.php. accessed on 10 Maret 2013.

• Hong LY, et al. Predictive performance of ‘Diprifusor’ TCI system in patients• during upper abdominal surgery under propofol/fentanyl anesthesia. Available at

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1390758/pdf/JZUSB06-0043.pdf. accessed on 10 Maret 2013.

Page 17: Case General Anasthesia

TERIMA KASIHFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILEGON