31
CASE BASE DISCUSSION (CBD) TONSILOFARINGITIS KRONIK DISUSUN OLEH : FARKHANA DWI ARIYANI 01.209.5906 FK UNISSULA

Case Base Discussion

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cbd

Citation preview

Page 1: Case Base Discussion

CASE BASE DISCUSSION (CBD)

TONSILOFARINGITIS KRONIK

DISUSUN OLEH :

FARKHANA DWI ARIYANI

01.209.5906

FK UNISSULA

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN THT

RUMAH SAKIT TK.II dr. SOEDJONO MAGELANG

2013

Page 2: Case Base Discussion

LEMBAR PENGESAHAN

CASE BASE DISCUSSION (CBD)

TONSILOFARINGITIS KRONIK

Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas

Kepaniteraan Klinik Departemen THT Rumah Sakit Tk.II

dr. Soedjono Magelang

Oleh :

FARKHANA DWI ARIYANI

01.209.5906

Magelang, Juli 2013

Telah dibimbing dan disahkan oleh,

Pembimbing,

(Kolonel CKM dr. Budi Wiranto, Sp.THT )

Page 3: Case Base Discussion

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat-Nya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan laporan kasus ini. Penulis berharap agar laporan ini dapat

dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan dan instasi.

Dalam penyelesaian laporan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Mayor CKM dr. Budi Wiranto, Sp.THT

2. Teman-teman Departemen stase THT yang selama ini selalu memberikan dukungan

Penulis menyadari bahwa selama penulisan ini, penulis masih mempunyai banyak

kekurangan. Oleh karena itu penulis menerima saran dan kritikan untuk menyempurnakan

laporan ini.

Magelang, Juli 2013

Penulis

Page 4: Case Base Discussion

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan.............................................................................................................. 1

Kata Pengantar...................................................................................................................... 2

Daftar Isi.................................................................................................................... ........... 3

BAB I Pendahuluan............................................................................................................... 4

BAB II Status Pasien............................................................................................................. 5

BAB III Tinjauan Pustaka..................................................................................................... 12

BAB IV Pembahasan............................................................................................................ 26

Daftar Pustaka............................................................................................. 28

Page 5: Case Base Discussion

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi radang tenggorokan merupakan masalah yang sangat lazim, sehingga tiap

dokter harus siap menangani kasus tersebut. Kunci menuju pengobatan yang tepat adalah

pengambilan kelenjar limfe pada daerah orofaring.

Peradangan pada daerah tenggorokan secara klinis disebut sebagai tonsilitis. tonsil adalah

massa yang terdiri jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus di

dalamnya terdapat 3 macam tonsil, yaitu : Tonsil faringal (adenoid), Tonsil palatine

Tonsil lingual membentuk cincing Waldeyer.

Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik adalah rangsangan yang menahun dari

rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik,

dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat, kadang-kadang kuman berubah menjadi

kuman golongan gram negatif.

.

Page 6: Case Base Discussion

BAB II

STATUS PASIEN

II.1. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. R

Usia : 9 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Wates

Pekerjaan : Pelajar

Agama : Islam

II.2. ANAMNESIS

• Keluhan Utama : sakit pada tenggorokan

• Keluhan tambahan : rasa mengganjal saat makan, nafas berbau

• Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke UGD RST dr.Soedjono tanggal 23 Juli 2013 pukul 19.45. Pasien

mengeluh sakit pada tenggorokan sudah sejak 2 thn yang lalu. Sekitar 3 bulan terakhir

pasien merasa tidak enak saat makan seperti ada yang mengganjal. Sebelumnya

pasien sudah pernah berobat ke dokter 2x tapi masih merasakan tenggorokan sakit.

Kadang pasien merasakan nafas berbau

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat ISPA : disangkal

Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

Riwayat tonsillitis : pasien mengakui memiliki amandel kecil sejak

lama, namun pasien membiarkan dan tidak melakukan pengobatan

Riwayat sakit gigi : disangkal

Riwayat Pengobatan

Pasien sudah pernah diobati ke dokter 2x tetapi keluhan yang dirasakan berkurang

namun timbul kembali

Riwayat Penyakit Keluarga:

Dikeluarga tidak ada yang seperti ini

Riwayat Sosial Ekonomi

Kesan ekonomi cukup

Page 7: Case Base Discussion

II.3. PEMERIKSAAN FISIK

Status generalisata

Kesadaran : Compos mentis

Aktivitas : Normoaktif

Sikap : Kooperatif

Status gizi : Baik

Status lokalis (THT)

Kepala & leher :

• Kepala : mesocephale

• Wajah : simetris

• Leher : pembesaran kelj.limfe (-)

TELINGA

Bagian Auricula Dextra Sinistra

Auricula

Bentuk normal

nyeri tarik (-)

nyeri tragus (-)

Bentuk normal

nyeri tarik (-)

nyeri tragus (-)

Pre auricular

Bengkak (-)

nyeri tekan (-)

fistula (-)

Bengkak (-)

nyeri tekan (-)

fistula (-)

Retro auricularBengkak (-)

Nyeri tekan (-)

Bengkak (-)

Nyeri tekan (-)

MastoidBengkak (-)

Nyeri tekan (-)

Bengkak (-),

Nyeri tekan (-)

CAE

Serumen (+)

hiperemis (-)

Sekret (-)

Serumen (+)

hiperemis (-)

Sekret (-)

Membran

timpani

Intak

putih mengkilat

refleks cahaya (+)

Intak

putih mengkilat

refleks cahaya (+)

HIDUNG DAN SINUS PARANASAL

Page 8: Case Base Discussion

Luar: Kanan Kiri

Bentuk Normal Normal

Sinus Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)

Inflamasi/tumor (-) (-)

Rhinoskopi Anterior Kanan Kiri

Sekret (-) (-)

Mukosa hiperemis (-)

edema (-)

basah (-)

pucat (-)

hiperemis (-)

edema (-)

basah (-)

pucat (-)

Konka Media hipertrofi (-)

hiperemis (-)

hipertrofi (-)

hiperemis (-)

Konka Inferior hipertrofi (-)

hiperemis (-)

hipertrofi (-)

hiperemis (-)

Tumor (-) (-)

Septum Deviasi (-)

Massa (-) (-)

TENGGOROKAN

Lidah Ulcus (-) Stomatitis (-)

Uvula Bentuk normal, di tengah, hiperemis (-)

Tonsil Dextra Sinistra

Ukuran T3 T3

Permukaan Tidak rata Tidak rata

Warna Hiperemis (+) Hiperemis (+)

Kripte Melebar (+) Melebar (+)

Detritus (+) (+)

Faring Mukosa hiperemis (+), dinding rata, granular (-)

II.4. RINGKASAN

o Anamnesis

o Sakit pada tenggorokan (+)

Page 9: Case Base Discussion

o Disfagia (+)

o Nafas berbau (+)

o Rasa mengganjal di tenggorokan

o Pemeriksaan Fisik

o Pada pemeriksaan tenggorokan ditemukan tonsil dengan ukuran T3-T3,

permukaan tidak rata, warna hiperemis (+), kripte melebar (+), detritus (+)

II.5. USULAN PEMERIKSAAN

Darah Lengkap

Parameter Hasil Nilai rujukan

WBC (103/mm3) 19.9 4.0-10.0

RBC (106/mm3) 5.37 3.50 – 5.50

HGB (gr/dl) 15.3 ↑ 11.0 – 15.0

HCT (%) 47.4 36.8 – 48.0

PLT (103/mm3) 449 158 - 458

PCT (%) 0.32 ↑ 0.18 - 0.28

MCV (µm3) 79.4 ↓ 80.0 – 99.0

MCH (pg) 25.5 ↓ 26.0 – 32.0

MCHC (gr/dl) 32.2 32.0 – 36.0

RDW (%) 11.4 ↓ 11.5 – 14.5

MPV ( µm3) 11.7 ↑ 7.4 – 10.4

PDW (%) 15.8 ↑ 10.0 – 14.0

% Lym 8.5 ↓ 20.0 – 40.0

% Mon 5.4 1.0 – 15.0

% Gran 86,1 50.0 – 70.0

# Lym 1.7 0.6 - 4.1

# Mon 1.1 0.1 – 1.8

# Gran 17,1 2.8 – 7.0

Page 10: Case Base Discussion

GDS

Ureum/Creatinin

SGPT/SGOT

CT/BT

Kultur bakteri dan sensitifitas test

Foto thorax

Foto craniolateral ratio adenoid

II.6. DIAGNOSIS BANDING

Tonsilofaringitis Kronik eksaserbasi akut

Tonsilitis kronik eksaserbasi akut

Faringitis kronik eksaserbasi akut

II.7. DIAGNOSIS SEMENTARA

Tonsilofaringitis Kronik eksaserbasi akut

II.8. USULAN TERAPI:

Medikamentosa

o Infus RL 20 tpm

o Inj. Amoxilin 3x330 mg

o Antibiotik (Amoxilin syr. 3x250 mg)

o Analgetik (Asam mefenamat 3x250 mg)

Operatif

o Tonsilektomi

II.9. EDUKASI

Tirah baring Diet lunak, minum yang banyak Kumur dengan air hangat (obat kumur : NaCl, Povidon iodin)

II.10. PROGNOSA:

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Page 11: Case Base Discussion

Quo ad sanam : dubia ad bonam

Quo ad fungsionales : dubia ad bonam

II.11.FOLLOW UP

Tanggal 24-7-2013

S : sakit tenggorokan (+), rasa mengganjal saat makan (+)

O :

St generalis dbn

TD 120/80 mmHg, N 76x/min, S 36oC, RR 20x/min

St THT :

Telinga

Sekret -/-, serumen -/-, m timpani intak/intak

Hidung

Sekret -/-, konka hipeemis -/-, konka hipertrofi -/-

Tenggorokan

Uvula ditengah, T3/T3, detritus +, kripte melebar +

A : Tonsilitis kronik pre tonsilektomi

P : Infus RL 20 tpm

Antibiotik (Amoxilin syr. 3x250 mg)

Analgetik (Asam mefenamat 3x250 mg)

Tanggal 25-7-2013

S : rasa mengganjal saat makan (+)

O :

St generalis dbn

TD 110/80 mmHg, N 80 x/min, S 36,5oC, RR 20x/min

St THT :

Telinga

Sekret -/-, serumen -/-, m timpani intak/intak

Hidung

Sekret -/-, konka hiperemis -/-, konka hipertrofi -/-

Tenggorokan

Page 12: Case Base Discussion

Uvula ditengah, T0/T0, detritus -, kripte melebar -

A : Tonsilitis kronik post tonsilektomi

P : boleh pulang, kontrol ke poli hari Senin 31/7/2013

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III.1 ANATOMI

III.1.1 FARING

Page 13: Case Base Discussion

Faring adalah suatu kantung fibromuskular yang berbentuk seperti corong

dibagian atas dan sempit dibagian bawah, dari dasar tengkorak menyambung ke esofagus

setinggi S-6. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar): selaput lendir, fasia

faringobasiler, pembungkus otot, sebagian besar bukofaringeal.

Batas-batas faring :6

O Atas : rongga hidung melalui koana

O Bawah : esofagus melalui aditus laring

O Depan : rongga mulut melalui ismus orofaring

O Belakang : vertebra servikalis

Secara histologis faring terdiri dari :

- Mukosa

- Nasofaring : mukosa bersilia, epitel torak berlapis yang mengandung sel goblet

- Orofaring & laringofaring : epitel gepeng berlapis dan tidak bersilia

- Palut lendir (Mukous blanket) :

Daerah nasofaring dilalui udara respirasi yang temperaturnya berbeda-

beda (bagian atas nasofaring ditutupi oleh palut lender yang terletak di atas silia

dan bergerak kea rah belakang. Berfungsi menangkap partikel kotoran yang

terbawa oleh udara yang diisap, dan sebagai proteksi (enzim lyzozyme).

- Muskularis : sirkular (melingkar) & longitudinal (memanjang)

OTOT-OTOT

a.Otot sirkular faring (terletak di sebelah luar). Terdiri dari :

m. konstriktor faring superior

m. konstriktor faring media

m. konstriktor faring inferior

Berfungsi untuk mengecilkan lumen faring. Dipersyarafi oleh n.vagus (n.x). Pada

bagian belakang bertemu jaringan ikat: rafe faring (raphe pharyngis).

b. Otot Longitudinal (terletak di sebelah dalam). Terdiri dari :

M. Stilofaring

• untuk melebarkan faring dan menarik laring

• dipersyarafi oleh n.glossofaring (n.ix)

M. Palatofaring sebagai otot elevator penting waktu menelan

Page 14: Case Base Discussion

• mempertemukan istmus orofaring dan menaikkan bagian bawah faring dan

laring (n.vagus)/n.x

Otot Palatum Mole:

1. m. levator veli palatine: sebagian besar palatum mole mempersempit

isthmus faring dan memperlebar ostium tuba eustachius, n.x

2. m. tensor veli palatine: membentuk tenda palatum mole dan mengencangkan

bagian anterior palatum mole dan membuka tuba eustachius, n.x

3. m.palatoglossus: membentuk arcus anterior faring dan mempersempit isthmus

faring,n.x

4. m. palatofaring: bentuk arkus posterior faring,n.x

5. m.origo-origo orofaring: memperpendek dan menaikkan uvula ke atas, n.x

Vaskularisasi

- Cabang a. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial)

- Cabang a.maksila interna (cabang palatine superior)

Inervasi

- Persarafan motorik dan sensorik berasal dari pleksus faring yang dibentuk

oleh: cabang faring dari n.vagus (n.x), cabang n,glosofaring (n.ix), serabut

simpatis

Sistem limfatik

Superior : mengalir ke KGB retrofaring dan KGB servikal dalam atas

Media : mengalir ke KGB jugulo-digastrik dan kelenjar servikal dalam atas

Inferior : mengalir ke KGB servikal dalam bawah

PEMBAGIAN FARING

1.Nasofaring :

Batas atas : sinus sphenoid

Batas bawah : palatum mole

Batas depan : rongga hidung

Batas belakang : vertebra servikal I

Bangunan penting yang terdapat didalamnya adalah :

Adenoid

Fossa Rosenmuler

Kantong Rathke

Torus tubarius

Page 15: Case Base Discussion

Koana

Foramen jugulare

Bagian petrosus os temporalis

Foramen laserum

Muara tuba eustachius

2.Orofaring :

Batas atas : palatum mole

Batas bawah : tepi atas epiglotis

Batas depan : rongga mulut

Batas belakang : vertebra cervical

Struktur yang terdapat dalam orofaring adalah :

Dinding posterior faring

Tonsil palatina

Fosa tonsil

Fossa Tonsil

- dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior

- batas lateral: m. konstriktor faring superior

- batas atas: kutub atas (upper pole) terdapat fosa supratonsil

Uvula

Tonsil lingual

Foramen sekum

3. Laringofaring (hipofaring)

Superior: tepi atas epiglottis

o Anterior: laring

o Inferior: bagian anterior: cartilage krikoidea dan bagian posterior: porta

esophagus

o Posterior: vertebra servikalis IV-VI

- Struktur:

Epiglottis

Valekula (2 buah cekungan yang dibentuk oleh lig.glosoepiglotika medial dan

lateral)

Sinus piriformis (bagian lateral laringofaring dan di bawah dasarnya berjalan

n.laring superior dan a.carotis)

Page 16: Case Base Discussion

III.2. TONSIL

tonsil adalah massa yang terdiri jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan

kriptus di dalamnya terdapat 3 macam tonsil, yaitu :

1. Tonsil faringal (adenoid)

2. Tonsil palatine membentuk cincing Waldeyer

3. Tonsil lingual

Permukaan tonsil palatine (“tonsil”) bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah

disebut “kriptus”. Epitel yang melapisi tonsil adalah epitel skuamosa. Di dalam kriptus

ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan disebut dengan

detritus. Permukaan lateral melekat pada fasia faring “kapsul tonsil” .

- Vaskularisasi diperoleh dari:

a. a. palatina minor

b. a.palatina asendens

c. cabang tonsil a.maksila eksterna

d. a.faring ascendens

e. a.lingualis dorsal

- a.maksilaris eksterna (a.fasialis): a.tonsilaris dan a.palatina ascenden

- a.maksilaris interna: a. palatine descendes

- a.lingualis: a.lingualis dorsal

- a.pharyngeal ascendes

Page 17: Case Base Discussion

Tonsil Lingua terletak di dasar lidah dibagi menjadi 2 oleh ligamentum

glosoepiglotika. Di garis tengah, di anterior massa foramen sekum pada apeks sudut

yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata.

bawah: dorsal: a.palatina ascendens

anterior: a.lingualis dorsal

atas: a.faringeal ascendens dan a.palatina descenden

III.2 DEFINISI

Peradangan pada tonsil palatina, merupakan bagian dari cicin waldeyer (terdiri atas

susunan kelenjar limfe yang terdapat dalam rongga mulut, yaitu :

Tonsil faringeal (adenoid)

Tonsil palatina (tonsil faucial)

Tonsil lingual (tonsil pangkal lidah)

Tonsil tuba eustachius

Penyebaran infeksi melalui udara (air borne droplets) tangan dan ciuman. Dapat terjadi

pada semua umur terutama pada anak-anak

III.3 KLASIFIKASI DAN ETIOLOGIPembagian tonsilitis dibagi menjadi 3, yaitu :

Tonsilitis akut

Tonsilitis akut dibagi menjadi dua, yaitu tonsilitis viral penyebabnya adalah

EBV, Hemofillus influenzae, dan virus Coxschakie dan tonsilitis bakterial

penyebabnya adalah streptokokus beta hemolyticus, pneumokokus,

streptokokus viridan.

Tonsilitis Membranosa

Penyakit yang termasuk dalam golongan tonsilitis membranosa adalah tonsilitis

difteri penyebabnya adalah Corynebacterium diptheriae, tonsilitis septic, angina

plaut vincent dan penyakit kelainan darah seperti leukimia akut, angina

agranulositosis, dan infeksi mononukleosis.

Tonsilitis Kronik

Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik adalah rangsangan yang

menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk,

pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak

adekuat, kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan gram negatif.

Page 18: Case Base Discussion

III.4 PATOLOGI

Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan

limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan

parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti melebar. Secara klinik kripti ini

tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan

akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar fossa tonsilaris. Pada anak

proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe

III.5 PATOFISIOLOGI

Radang berulang yang dipicu oleh faktor predisposisi (rangsangan kronis rokok, makanan

tertentu, higiene mulut yang buruk, pasien yang biasa bernapas melalui mulut karena

hidungnya tersumbat, pengaruh cuaca dan pengobatan tonsilofaringitis sebelumnya yang

tidak adekuat)

Epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis

Jaringan limfoid akan menjadi jaringan parut

Page 19: Case Base Discussion

Kripti melebar

Kripti diisi oleh detritus

Menembus kapsul tonsil

Perlekatan dengan jaringan di sekitar fosa tonsilaris dan dapat disertai pembesaran kelenjar

submandibula

Reaksi Inflamasi pada Tonsil dan ada karies gigi

III.5 GEJALA DAN TANDA

Beberapa gejala dan tanda tonsilitis kronik :

Rasa mengganjal di tenggorok, kering

tonsil membesar

permukaan tidak rata

kriptus melebar berisi detritus

nafas berbau

III.6 DIAGNOSIS

o Anamnesis pasien merasakan rasa sakit pada tenggorokan, kering, rasa mengganjal

saat makan dan nafas berbauo Pemeriksaan Fisik saat inspeksi tampak tonsil membesar ditandai dengan adanya

hipertrofi dan jaringan parut, permukaan tidak rata, kriptus melebar tampak mengalami stenosis tapi eksudat yang seringkali purulen, atau kadang tampak satu atau dua kripta membesar seperti gambaran bahan keju atau seperti dempul berisi detritus

o Pemeriksaan Penunjang :

• Darah rutin• Kultur bakteri dan sensifitas test

III.7 DIAGNOSIS BANDING

Tonsilitis kronik Tonsilitis sepsisTonsilitis bakteri

III.8 PENATALAKSANAAN

Page 20: Case Base Discussion

Non medikamentosa

Tirah baring Diet lunak, minum yang banyak Kumur dengan air hangat (obat kumur : NaCl, Povidon iodin)

Medikamentosa

Antibiotik Cefadroxil 3 x 500 mg Anti inflamasi Dexamethasone 2 x 0,5 mg dewasa atau 0,08-0,3 anak-anak Analgetik Antalgin 3x500 mg Antipiretik Paracetamol 3x500 mg

Terapi Operatif :

Tonsilektomi operasi pengangkatan seluruh tonsila palatina

Adenotonsilektomi pengangkatan tonsila palatina dan jaringan limfoid di nasofaring yang dikenal sebagai adenoid

Indikasi Tonsilektomi

1. Indikasi Absolut Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan nafas atas,

disfagia berat, gangguan tidur, atau terdapat komplikasi cardiopulmonal

Abses peritonsil yang tidak respon terhadap pemberian pengobatan medis dan drainase, kecuali jika dilakukan fase akut

Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam Tonsilitis yang akan dilakukan biopsi untuk px. PA

2. Indikasi Relatif Terjadi 3x atau lebih infeksi tonsil pertahun meskipun diberikan obat

yang adekuat Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak ada respon terhadap

pengobatan medik Tonsilitis kronik atau berulang pada pembawa streptococcus yang

tidak membaik dengan pemberian antibiotik, kuman resisten terhadap beta-laktamase.

III.9 KOMPLIKASI

Radang kronik tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya berupa rinitis kronik, sinusitis atau otitis media secara perikontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis, artritis, miositis, nefritis uveitis, iridosiklitis, dermatitis, pruritus, urtikaria, furunkulosis.

Page 21: Case Base Discussion

BAB IV

PEMBAHASAN

Page 22: Case Base Discussion

Pasien datang ke UGD RST dr.Soedjono tanggal 23 Juli 2013 pukul 19.45 WIB.

Pasien mengeluh sakit pada tenggorokan sudah sejak 2 thn yang lalu. Sekitar 3 bulan terakhir

pasien merasa tidak enak saat makan seperti ada yang mengganjal. Sebelumnya pasien sudah

pernah berobat ke dokter 2x tapi masih merasakan tenggorokan sakit. Kadang pasien

merasakan nafas berbau Riwayat penyakit dahulu sebelumnya tidak pernah seperti ini riwayat

infeksi tenggorokan (+), HT, DM, dan penyakit kelainan darah (-). Riwayat pengobatan

pernah diobati ke dokter tapi belum sembuh juga. Riwayat Penyakit Keluarga dikeluarga

tidak ada yang seperti ini

Pada pemeriksaan tenggorokan ditemukan tonsil dengan ukuran T3-T3, permukaan

tidak rata, warna hiperemis (+), kripte melebar (+), detritus (+)

Maka dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka dapat diambil diagnosis

sementara yaitu epistaksis anterior. Mekanisme epistaksis dari pasien adalah :

Infeksi tenggorokan berulang

Tonsilitis kronik

Pasien diberikan terapi berupa :

Medikamentosa

o Infus RL 20 tpm

Mengandung Na, K, Ca, Cl, Basa. Diindikasikan untuk mengembalikan

keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik.

o Antibiotik (Amoxilin syr. 3x250 mg).

Mengandung penicilin. Diindikasikan untuk infeksi bakteri biasanya pada

faringitis akut, tonsilitis bakteri dengan dosis 3x500 mg atau eritromycin

dengan dosis 4x500 mg

o Analgetik (Asam Mefenamat 3x250 mg)

Mengandung Asam mefenamat . Diindikasikan untuk infeksi bakteri biasanya

pada faringitis akut, dengan dosis 3 x500 mg

o Anti Inflamasi (Dexamethason 2 x 0,5 mg)

Mengandung kortikosteroid. Diindikasikan untuk infeksi bakteri biasanya

pada faringitis akut, dengan dosis 3 x 0,5 mg atau 8-16 mg IM pada dewasa,

0,08-0,3 mg/kgBB

Terapi Operatif

Page 23: Case Base Discussion

o Tonsilektomi

Daftar Pustaka

1. Soepardi, EA et al. 2008. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

Kepala dan Leher. Fakultas Kedokteran Uniersitas Indonesia. Jakarta

Page 24: Case Base Discussion

2. http://emedicine.medscape.com/article/764188-overview

3. http://emedicine.medscape.com/article/764188-overview

http://www.cjmed.net/html/2006712_43.html?

PHPSESSID=28d51ad055ae04f2529d1241b27c0187 Cheng Fang Ming. 2006.

Efficacy of three therapeutic methods for peritonsillar abscess. Journal of Chinese

Clinical Medicine;2006,7;Vol.1,No.2.

4. Adams et al. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta

5. http://kireihimee.blogspot.com/2009/10/abses-peritonsiler.html

6. Snell, Richard, 2006, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Edisi 6, Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.