30
Page | 5 Dok. A. M. Akyas 06 Februari 2011: An Introduction to Scientific Method

blogs.unpad.ac.idblogs.unpad.ac.id/akyas/files/2012/02/1-Intrudksi-MET-IIM-2012.do… · Web viewblogs.unpad.ac.id

  • Upload
    lekiet

  • View
    225

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

P a g e | 5

Dok. A. M. Akyas 06 Februari 2011: An Introduction to Scientific Method

P a g e | 6

Prolog1

Tulisan singkat ini dipersiapkan sebagai bahan introduksi bagi mata kuliah Metoda Ilmiah dan Pelaporan Karya Ilmiah (MIPKI) yang diberikan di Semester Genap pada Program Studi Agroteknologi (Agrotek), Program S1, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Urgensi dari mata kuliah ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Seorang lulusan S1 adalah seorang sarjana, seorang scholar, yang bisa melanjutkan ke Program lanjutannya, yaitu S2, dan kemudian ke S3 untuk mencapai derajat akademik tertinggi yaitu Doctor atau Phylosophy Doctor. Namun walaupun setelah lulus S1 ia langsung bekerja, tetap saja ia seorang scholar, seorang ilmuwan yang harus tahu apa itu ilmu, atau lebih tepat apa essensi atau hakekat ilmu. Dia harus tahu sejauh mana daya jangkau ilmu, dan apa keterbatasannya. Ilmu dan turunannya teknologi memang sangat siginifikan membawa peradaban dunia pada tingkatnya yang sekarang, namun juga ternyata mengandung sisi negatif yang makin lama makin membesar, yang mengancam keberlangsungan planet kita. Kerusakan lingkungan, pemanasan global, terpinggirnya penduduk asli Amerika, Afrika dan Australia, dan yang sekarang sedang mengancam adalah kekurangan pangan dunia. Kesemuanya itu atas nama ilmu dan teknologi. Ilmuwan yang tidak memahami hakekat ilmu akan mudah terjebak pada anggapan bahwa ilmu adalah segalanya, ilmu pasti benarnya dan tidak ada yang lebih benar dari ilmu. Akibat lanjutannya adalah menjadi ilmuwan yang tidak reserve2 dalam kiprah3 keilmuannya, bahkan secara tidak sadar mungkin menjadi penyumbang pada makin membesarnya dampak negatif dari Ilmu.

Lebih jauh, walaupun mungkin ia lulusan S1 yang hanya berkiprah di bidang teknologi, tetap saja sebagai seorang teknolog yang mumpuni dia harus tahu ilmu. Mengapa demikian? Seperti diketahui teknologi dominan yang membawa manusia ke puncak peradaban yang sekarang adalah teknologi berbasis ilmu. 4 Memang ada teknologi yang tidak langsung diturunkan dari ilmu, yaitu teknologi yang berkembang dari kiprah trial and error. Namun tetap saja setelah jadi teknologi, justifikasi5 ilmunya harus dicari dan diketahui, sebab bila tidak teknologi itu menjadi teknologi steril, sulit diadapatasi dan disebarluaskan.

Pemahaman tentang essensi atau hakekat ilmu dapat dimulai dengan pemahaman tentang apa bedanya ilmu6 (pengetaguan ilmiah) dengan pengetahuan bukan ilmu (pengetahuan non ilmiah). Langkah berikutnya adalah pemahaman tentang bagaimana ilmu itu dibangun, dan ditumbuh-kembangkan melalui penelitian, dan selanjutnya bagaimana cara meng”infer”7 hasil penelitian tersebut. Secara keseluruhan itulah yang dimaksud dengan Metode Ilmiah.

Introduksi ini terdiri dari 5(lima) Bab. Bagian pertama adalah Ilmu dan Metoda Ilmiah, bagian kedua Metoda Ilmiah dan Metoda Penelitian, bagian tiga Ilmu dan Teknologi, Bagian empat Issue Kontemporer: Daya Jangkau dan Keterbatasan Ilmu dan Teknologi, dan kemudian ditutup oleh bagian lima Catatan Penutup.

1 prologue (AmE prolog) = a speech, etc. at the beginning of a play, book, or film/movie that introduces it2 Reserve = a feeling that you do not want to accept or agree to sth, etc. until you are quite sure that it is all right to do so. She trusted him without reserve.3 kiprah = derap kegiatan4 Contoh dramatis perkembangan teknologi berbasis sain: pergerakan dari teori relativitas Einstein ke produksi fusi-nuclear di laboratorium, kemudian ke produksi bom atom di Los Alamos;Yang terbaru adalah teknologi genetik berkembang dari sain ilmu genetika. Simak juga kaitan antara Ilmu Dasar, Ilmu Terapan dan Teknologi5 justification = a good reason why sth exists or is done

6 Yang disebut ilmu dalam diskusi kita adalah ilmu empirikal atau sain empirikal, bukan Ilmu Formal seperti filsafat dan metematika. Juga bukan ilmu dalam pengertian ilm dari Tasauf, yang kalau ditulis dengan huruf besar berarti Yang Maha Mengetahui, salah satu dari asma Alloh. Juga berbeda dengan terma Ilmu- Pengetahuan, yang umumnya menjadi terma Filsafat Ilmu Sosial, karena ingin mencakup ilmu-ilmu yang tidak sepenuhnya “sain empirikal” seperti Ilmu Hukum dan Ilmu Humaniora pada umumnya.

7 infer = sth (from sth) to reach an opinion or decide that sth is true on the basis of information that is available (SYN DEDUCE):

Dok. A. M. Akyas 06 Februari 2011: An Introduction to Scientific Method

P a g e | 7

Bagian I: Ilmu dan Mtode Ilmiah

Kaitan antara Ilmu dan Metoda Ilmiah adalah sebagai berikut: Ilmu adalah sejenis pengetahuan yang diperoleh (baca: dibangun dan ditumbuh-kembangkan) melalui suatu cara tertentu yang disebut metode ilmiah. Dengan perkataan lain, pengetahuan yang ditumbuh-kembangkan melalui metoda ilmiah menghasilkan pengetahuan yang disebut ilmu (berikut turunannya yaitu teknologi), yang berbeda dengan pengetahuan yang dikembangkan dengan cara/ metode lain. atau metode yang “tidak ilmiah”. Filsafat, matematika, wahyu, paririmbon, panca sila bukan ilmu, karena tidak dihasikan oleh metoda ilmiah.

Lalu apa itu metoda Ilmiah? Kita akan mencoba membuat refleksi tentang metoda ilmiah. Pijakan yang nyaman untuk memulai refleksi8 adalah dengan jalan membuat definisi dan pembedaan. Membuat definisi adalah menempatkan sesuatu ke dalam dunia makna sedemikian rupa sehingga sesuatu itu dapat didiskusikan dan/atau dapat dimanfaatkan secara tepat. Simak definisi berikut: Metode Ilmiah adalah suatu cara investigasi9 untuk meningkatkan pemahaman tentang fenomena10, dengan menggabungkan cara berfikir berbasis empiri (induktif), dan berbasis ratio (deduktif), yang inferensinya dipandu oleh kriteria kebenaran11, menghasilkan explanasi yang dapat diandalkan, dan dioperasionalkan dalam berbagai metoda penelitian sesuai dengan tahap ke”tahuannya”.

Dari definisi tersebut tersirat 5(lima) hal yang perlu dielaborasi12; (1) yang menjadi konsern13 ilmu adalah eksplanasi14 tentang fenomena (baik fenomena alam maupun fenomena sosial ); (2) cara berpikirnya merupakan gabungan dari cara berpikir induktif15 (berbasis empiri) dengan cara berpikir deduktif16 (berbasis ratio); (3) inferensinya dipandu oleh kriteria kebenaran, (4) eksplanasi fenomena itu harus dapat diandalkan; dan (5) investigasinya dijabarkan dalam berbagai metode penelitian;. Kelima item ini akan terelaborasi dengan menelusuri wujud17 pengetaguan yang disebut ilmu dan membedakannya dengan pengetahuan lain, sebagaimana dapat

Definisi Metode Ilmiah

5(lima) item elaborasi

8 reflective = thinking deeply about things9 investigation =a scientific or academic examination of the facts of a subject or problem:10 Phenomenon, (plural phenomena) = a fact or an event in nature or society, especially one that is not fully understood11 Bandingkan dengan definisi-definisi berikut: a way of investigation based on collecting, analyzing, and interpreting sense data to determine the most probable

explanation ( Barry, 1980) an effort to achieve increasing understanding of phenomenon by (1) defining problem so as to build on available

knowledge, (2) obtaining information esential for dealing with these problems, (3) analyzing and interpreting these data in accordance with clearly defined rules, and (4) communicating the results of these efforts to others (Phillips, 1976)

12 elaborate = (on / upon sth) to explain or describe sth in a more detailed way:13 konsern = concern = be about, curahan perhatian14 Explanation = a statement, fact, or situation that tells you why sth happened15 inductive = using particular facts and examples to form general rules and principles (dari khusus ke umum)16 deductive = using knowledge about things that are generally true in order to think about and understand particular situations or problems (dari umum ke khusus)17 Wujud = perform/ performa

Dok. A. M. Akyas 06 Februari 2011: An Introduction to Scientific Method

P a g e | 8

diikuti dalam uraian berikut.

llmu adalah sekelompok pengetahuan yang memunyai ciri pembeda tertentu, dan dapat disebut sebagai suatu cabang dari pengetahuan18. Lalu apa itu pengetahuan? Segala hal yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu disebut Pengetahuan. Jadi terma Pengetahuan adalah suatu terma generik19 yang mencakup segala cabang pengetahuan yang kita miliki.

Berdasarkan fungsi atau kegunaannya pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori20, yaitu pengetahuan tentang: (1)Etika; yang baik dan yang buruk, (2) Estetika; yang indah dan yang jelek, dan (3) Logika; yang benar dan yang salah. Dalam kategori ini Ilmu merupakan pengetahuan yang termasuk ke dalam kategori yang ke tiga y.i. Logika21.

Dari mana manusia memperoleh pengetahuan itu? Manusia menjadi ber”pengetahuan” karena manusia adalah mahluk berpikir, merasa dan mengindera. Disamping itu manusia juga dapat memperoleh pengethauan lewat intuisi22 dan wahju yang disampaikan Tuhan melalui utusanNya. Karena itu juga pengetahuan dapat digolongkan berdasarkan sumbernya, y.i.,pengetahuan yang bersumber dari (1) pikiran, (2) perasaan, (3) indera, (4) intuisi, dan dari(5) wahyu. Dalam kategorisasi ini ilmu merupakan gabungan dari sumber pikiran (ratio) dan indera. Seni bukan ilmu, karena tidak bersumber dari ratio, walaupun sebagian bersumber dan dinikmati oleh indera. Demikian pula filsafat bukan ilmu, karena walaupun bersumer dari ratio/pikiran, tapi tidak bersumber dari indera.

Sampai disini uraian kita baru sebatas ilmu berbeda dari pengetahuan lain, karena berbeda fungsi dan sumbernya. Perbedaan berikutnya adalah perbedaan obyek telaah (ontologi), perbedaan dalam hal bagaimana pengetahuan itu dibangun(epistemologi) dan perbedaan dalam hal bagaimana pngetahuan yang telah dibangun itu digunakan/ dimanfaatkan (aksiologi23) (Suriasumantri, 1990, Djajasukanta, 1990).

Berbicara tentang apa pengetahuan itu? Atau apa yang menjadi obyek telaahnya? Itulah pertanyaan ontologis. Yang menjadi obyek telaah ilmu adalah fenomena, yaitu fakta (facts) atau kejadian

Ilmu = cabang atau salah satu jenis pengetahuan.

Apa itu Pengetahuan?

Kategorisasi pengetahuan berdasar fungsi: Etika, Estetika, dan Logika

Sumber pengetahuan: (1) pikiran, (2) perasaan, (3) indera, (4) intuisi,(5) wahyu

Ilmu = gabungan dari ratio dan indera

Perbedaan ilmu dengan pengetahuan lain dapat dilacak dari ontologi, epistemologi dan aksiologi.

Ontologi: Konsern ilmu adalah fenomena; konsern wahyu adalah divine revelation!

18 Bandingkan definisi-definisi berikut: Ilmu adalah kumpulan Ilmu Pengetahuan yang dikumpulkan manusia melalui penggunaan akalnya, dan disusun

dalam bentuk yang berpola (Andi Hakim Nasution, 1980) Ilmu adalah suatu eksplorasi ke alam materi, dan yang mencari hubungan-hubungan alamiah yang teratur

mengenai fenomena yang diamati serta bersifat mampu menguji diri sendiri (science is an exploration in the material univers, based on observation, which seek natural axplanatory relations and which itself testing (Helton, 1958, cit Akyas, 2009)

19 generic = shared by, including or typical of a whole group of things; not SPECIFIC20 category = a group of people or things with particular features in common21 Logika disini diartikan secara luas, sebab terdapat pengertian lain dari logika yang lebih sempit, yaitu cara berfikir menurut aturan tertentu. Aturan berfikir ini dalam kegiatan keilmuan dipatuhi denga penuh kedisiplinan, yang menyebabkan ilmu dikenal sebagai displin pengetahuan yang relatif lebih teratur dan terorganisasi.22 intuition = the ability to know sth by using your feelings rather than considering the facts23 Apapun jenis pengetahuannya, apakah itu ilmu, filsafat, seni atau cabang pengetahuan lain dapat ditelusuri melalui tiga ciri pembeda, yaitu melalui apa (ontologi), bagaimana (epistemolgi), dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut diketahui, disusun dan dimanfaatkan. Ketiga aspek inilah yang mencirikan hakekat suatu pengetahuan dan sekaligus membedakannya dengan pengetahuan lain.

Dok. A. M. Akyas 06 Februari 2011: An Introduction to Scientific Method

P a g e | 9

(events) di dunia fisik (alam) dan dunia sosial yang tidak atau belum dimengerti24. Karenanya wujud ilmu adalah “keterangan” tentang fenomena alam dan sosial sebagai hasil manusia mempelajari alam (“external world”), yang dapat ditangkap oleh indera dan diolah oleh logika/ penalaran/ patokan benar-salah). Filsafat dan matematika bukan ilmu, karena hanya berkaitan dengan logika; demikian juga Seni (perasaan) dan wahyu (divine revelation25)

Mari kita lihat perbedaan ilmu dengan pengetahuan lain dari sudut epistemologi.

Secara epistomologis ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam, y.i. indera/ empiris26 dan pikiran/ ratio. Artinya setelah fakta, fenomena, atau gejala alam ditangkap oleh indera, kita mencoba berolah pikir, agar fakta atau gejala alam itu dapat kita jelaskan sedemikian rupa sehingga tidak lagi menjadi misteri. Penjelasan (sebagai hasil olah pikir) itu akan memungkinkan kita untuk meramalkan sesuatu yang akan terjadi dan dengan demikian memungkinkan kita untuk mengontrol gejala tersebut27. Kegiatan berolah pikir itu disebut ber”nalar” dan prosesnya disebut penalaran 28 . Namun penalaran dalam rangka membangun ilmu, tidak sembarangan.

Dalam upaya untuk menemukan kebenaran, atau mungkin lebih baik disebut ”kebenaran ilmiah”29, ilmu mendasarkan dirinya kepada kriteria kebenaran. Dengan perkataan lain suatu kesimpulan itu dapat dinyatakan benar secara ilmiah bila memenuhi atau sesuai dengan kriteria kebenaran. Kriteria kebenaran - atau sering juga disebut teori ilmu - yang dimaksud adalah koherensi, korespondensi, dan pragmatisme.

Koherensi.Kesimpulan dari suatu eksperimen mungkin saja secara statistik benar30, artinya teruji, namun belum tentu mengandung kebenaran ilmiah, bila kesimpulan itu ternyata mengandung argumentasi-argumentasi yang tidak konsistens. Jadi hanya bila ada konsistensi dalam alur berpikir, maka kesimpulan yang ditarik adalah benar. Kekonsistenan ini bukan saja harus terjadi antara komponen-komponen argumentasi yang langsung menyusun kesimpulan itu, akan tetapi juga secara keseluruhan harus tetap konsisten dengan teori-teori

Epistemologi. Ilmu dibangun dengan pikiran/ratio dan indera.

Ciri utama epistemologi ilmu adalah: inferensinya menggunakan teori ilmu atau sering disebut kriteria kebenaran.

Teori Ilmu pertama Koherensi: hanya bila ada konsistensi dalam alur berpikir, maka kesimpulan yang ditarik adalah benar.

24 Lihat footnote no. 17.25 divine = coming from or connected with God; revelation = something that is considered to be a sign or message from God26 Fakta empiris adalah fakta yang dapat dialami langsung oleh manusia lewat pancainderanya.27 Definisi ilmu dari Helton (1958, lihat foot note no.17) sangat pas dengan statemen ini.28 Penalaran (reasoning) adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan faktas-fakta atau

evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan (Borys Kerap, 1983, cit Akyas, 2009)29 Para ilmuwan biasanya menghindarkan diri dari penggunaan kata “benar”, untuk suatu kesimpulan ilmiah, tapi

menggunakan kata teruji. karena yang dimaksud dengan kebenran disini adalah kebenaran relatif, yang terikat waktu dan ruang, dan bukan kebenaran mutlak yang berasal dari Tuhan, Sang Pencipta. Dalam Al-Qur’an, tingkat kebenaran ini dibedakan menjadi tiga: ilmul yaqin y.i. kebenaran berdasarkan nalar/ratio, ’ainul yaqin y.i. kebenaran berdasarkan fakta, dan haqqul yaqin y.i. kebenaran yang Haq, kenaran mutlak, Tuhan Sang Pencipta (Suwardi, 2004).

30 Kesimpulan yang ditarik bahwa karbol dapat meningkatkan laju tumbuh tanaman misalnya, tidak mengandung kebenaran ilmiah, walaupun secara statistik telah teruji. Mengapa? Karena ini tidak konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya yang menyatakan bahwa karbol mengandung desinfektan yang menyebabkan penggumpalan protrein. Demikian pula halnya kesimpulan yang menyatakan bahwa herbisida tertentu mampu mengurangi serangan hama helopeltis pada tanaman teh adalah kesimpulan yang tidak mengandung kebenaran ilmiah.

Dok. A. M. Akyas 06 Februari 2011: An Introduction to Scientific Method

P a g e | 10

atau kesimpulan-kesimpulan sebelumnya. Ciri kebenaran yang bertumpu kepada azas konsistensi inilah yangt disebut koherensi.

Teori koherensi ini memberikan dampak lebih jauh; y.i. tubuh ilmu menjadi tersususn secara sangat sitematis. Hal ini tidak lain karena pengetahuan ilmiah berpegang sangat ketat kepada azas konsistensi. Laiknya sebuah piramida terbalik, ilmu menyusun tubuh pengeta-huannya secara konsisten berdasarkan pengetahuan ilmiah sebelumnya.

Kriteria koherensi ini bukan monopoli pengetahuan ilmiah, akan tetapi juga digunakan oleh pengetahuan lain, filsafat misalnya. Namun mengapa ilmu berkembang dengan sangat pesat, jauh lebih pesat dari pengetahuan lainnya? Hal ini disebabkan karena ilmu bersandar kepada teori kebenaran lainnya, y.i. korepondnsi.

Korespondensi. Korespondensi merupakan kriteria kebenaran yang mendasarkan diri kepada kriteria tentang kesesuaian antara materi yang dikandung oleh suatu pernyataan dengan obyek yang dikenai pernyataan itu. Bila kita menyatakan ”gula itu rasanya manis”, maka pernyataan itu adalah benar bila dalam kenyataannya gula itu memang manis. Jadi ilmu tidak hanya mengandalkan pikiran dalam menyusun pengetahuan yang bersifat rasional, konsisten dan sistematis berdasarkan kriteria koherensi, akan tetapi juga sekaligus mengandalkan pancaindera untuk menguji apakah pernyataan yang dihasilkan oleh proses berpikir itu juga sesuai dengan kenyataan sebenarnya berdasarkan kriteria korespondensi. Itulah yang disebut ilmu itu a-posteriori : kesimpulan-kesimpulan ilmiah ditarik setelah dilakukan pengujian berulang-ulang, berbeda dengan filsafat yang a-priori: kesimpulan-kesimpulannya ditarik tanpa pengujian. Kesimpulan-kesimpulan ilmu diterima oleh semua orang (jadi universal) karena teruji ”kebenarannya”, atau dapat diandalkan, sedangkan filsafat diterima pengikutnya31 (jadi terbatas) karena secara spekulatif32-kontemplatif33 meyakinkan. Karenanya pengetahuan ilmiah itu menjadi dapat diandalkan, artinya bila komponen-komponennya dapat dipenuhi, maka dapat diulang kembali dengan hasil yang sama, atau dapat digunakan untuk meramal, atau mengontrol kejadian. Ciri keilmuan ini disebut reproduceable.

Pragmatisme. Apakah dengan cara demikian pengetahuan ilmiah dapat sampai kepada kebenaran mutlak? Tidak, tidak mungkin dan memang tidak perlu. Yang penting adalah – karena sifat keterandalannya, karena sifat reproduceablenya – pengetahuan ilmiah itu dapat berfungsi, walaupun hanya untuk kurun waktu dan ruang tertentu. Inilah kriteria kebaran bertikutnya; pragmatisme.

Pragmatisme adalah teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada kriteria tentang berfungsi tidaknya suatu pernyataan dalam lingkup ruang dan waktu tertentu. Jadi bila suatu pengethuan ilmiah secara fungsional mampu menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala alam tertentu, maka secara pragmatis pengetahuan ilmiah itu adalah benar. Bila kemudian muncul pengetahuan ilmiah yang lain yang lebih fungsional, maka ”kebenaran” kita alihkan kepada pengetahuan ilmiah yang baru tersebut. Jadi secara pragmatis dunia keilmuan memberikan preferensi kepada pengetahuan ilmiah yang bersifat lebih meyakinkan dan lebih bersifat universal, katimbang pengetahuan ilmiah

Buah dari teori koherence adalah Ilmu menjadi sangat rasional dan tersusun secara sistematis

Teori Ilmu yang kedua adalah korespondensi: simpulan yang ditarik harus diuji berulang-ulang secara empiri. (a-posteriori))

Ilmu a-posteriori, filsafat a-priori (simpulannya ditarik tanpa pengujian)

Buah korespondensi adalah ilmu menjadi dapat diandalkan (reproduceable) sehingga dierima oleh semua orang (universal)>>>

Teori ilmu yang ketiga adalah Pragmatisme: Kebenaran ilmiah bersifat pragmatis, mana yang paling dapat diandalkan atau paling fumgsional.

Kebenaran ilmiah adalah kebenaran fungsional mampu menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala alam tertentu,bukan kebenaran mutlak

31 Karena itu dalam filsafat kita mengenal adanya “penganut”, “aliran”, “kelompok”, atau “madhab”.32 speculation = the act of forming opinions about what has happened or what might happen without knowing all the facts33 Contemplation = the act of thinking deeply about sth.

Dok. A. M. Akyas 06 Februari 2011: An Introduction to Scientific Method

P a g e | 11

sebelumnya. Diungkapkan secara lain: pragmatgisme berprefernsi kepada yang mempunyai kemungkinan paling besar dapat menjamin keterandalan. Bukankah ilmu hanya untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol gejala alam?

Ciri keilmuan demikian biasanya diungkapkan sebagai: ilmu bersifat probabilistik.

Aksiologi. Untuk apa pengetahuan (ilmu) itu dibangun, atau akan digunakan untuk apa ilmu yang telah dibangun itu? Itulah perftanyaan-pertanyaan aksiologis. Apakah aspek aksiologis ini diletakkan mengawali kegiatan keilmuan, pada saat melakukan kegiatan keilmuan atau mengakhiri kegiatan keilmuan.

Peran aspek aksiologi ini, akan dan harus lebih menonjol dalam memanfaatkan kebenaran ilmiah yang telah dicapai, atau dalam teknologi, bila teknologi diartikan sebagai pemanfaatan Ilmu atau sebagian Ilmu untuk kepentingan manusia. Teknologi, walaupun pada dasarnya bebas nilai - karena diturunkan dari ilmu yang bebas nilai, selain bermanfaat, juga mengandung potensi merusak dan potensi kekuasaan; dan power tends to corrupt!

Dari uraian-uraian tersebut kiranya empat dari lima item yang perlu dielaborasi dari definisi Metode Ilmiah, yaitu (1) yang menjadi konsern34 ilmu adalah eksplanasi tentang fenomena (baik fenomena alam maupun fenomena sosial ); (2) cara berpikirnya merupakan gabungan dari berpikir induktif (berbasis empiri) dengan cara berpikir deduktif (berbasis ratio); dan (3) inferensinya dipandu oleh kriteria kebenaran dan (4) eksplanasi itu harus dapat diandalkan. Item yang ke lima yaitu; “investigasinya dijabarkan dalam berbagai metode penelitian” akan terelaborasi oleh uraian Bag. II: Metode Ilmiah dan Metode Penelitian sebagai berikut.

Ilmu bersifat probabilistik!

Aksiologi;

Pada pengetahuan yang berupa ilmu, peran aksiologi ini terutama terletak pada teknologi (penjabaran dsari ilmu.

Power tends to corrupt!

Bagian II : Metode Ilmiah dan Metode Penelitian

Penelitian pada dasarnya adalah pengembangan lebih lanjut dari kemampuan menggunakan nalar (reasoning ability) dalam kehidupan keseharian kita.

Pengetahuan adalah segala apa yang kita ketahui. Salah satu pengetahan itu adalah ilmu atau pengetahuan ilmiah, yang diperoleh dengan cara tertentu yaitu diperoleh melalui metoda ilmiah. Puncak dari pengetahuan ilmiah adalah kausalitas atau pengetahuan tentang sebab akibat. Inilah pada dasarnya yang disebut teori. Teori atau kausalitas merupakan produk dari pengukuhan proposisi35 yang diperoleh dari hasil membanding-bandingkan atau apa yang disebut tahapan komparasi. Apa yang kita banding-bandingkan? Yang kita bandingkan adalah obek yang riil, obyek yang nyata, karena itu kita sebut realitas obyek. Obyek yang riil artinya obyek yang dapat ditangkap oleh indera, yang dapat dipersepsi oleh sensasi kita (sens36 perception37). Obyek-obyek yang dipersepsi itu oleh akal, oleh kemampuan nalar kita dideskripsi, dan

Penelitian = pengembangan dari reasoning ability

Puncak ilmu adalah kausalias (teori)

Teori = produk dari proposisi

Proposisi = produk dari komparasi

34 konsern = concern = be about, curahan perhatian35 Suatu statement yang siap untuk dinyatakan benar atau salah; a true or false statement

Dok. A. M. Akyas 06 Februari 2011: An Introduction to Scientific Method

P a g e | 12

kemudian dipilah-pilah berdasarkan kesamaan dan atau ketidak-samaannya. Proses itu kita sebut taxonomical, yang merupakan tahapan menuju terbentuknya konsep. Proses mengonsep realitas ini kita sebut tahapan konseptualisasi. Konsep-konsep itulah yang diperbandingkan dalam tahapan komparasi tersebut di muka, bukan realitas obyek tunggal. Urutan proses-proses itu dapat digambarkan dalam bagan berikut;

Sumber:Akyas (1993)

Proses-proses itu dipandu oleh apa yang disebut kriteria kebenaran atau teori ilmu38. Keseluruhan proses situ disebut metoda ilmiah39. Oleh karena itu setiap macam ilmu bila dibedah (anatomi ilmu) di dalamnya akan terdapat realitas obyek terdeskripsi, konsep, proposisi, dan teori. Porsi mana yang paling besar mencerminkan tingkat kemajuan dari ilmu itu. Ilmu yang sudah berkembang porsi teorinya lebih besar katimbang ilmu yang belum berkembang40.

Taxonomy = pemilahan obyek yang telah terdeskripsi

Obyek-obyek dalam satu taxon diastukan dalam konsep (konseptualisasi)

Bagan urutan proses ke’tahuan’ dan kegiatan pengembangan ilmu

Anatomi ilmu = realitas obyek terdeskripsi, konsep, dan teori

Apa itu Penelitian?

Masalah peneltian berada pada tiap tahapan “ketahuan”

Macam alasan penelitian dilakukan

36 sense = indera, (sight, hearing, smell, taste and touch) that your body uses to get information about the world around you37 perception = the way you notice things, especially with the senses: the ability to understand the true nature of sth SYN INSIGHT38 Criteria kebenaran atau teori ilmu terdiri dari coherence (konsisten, sejalan/tidak bertetangan dengan pengetahuan sebelumnya), corepondence (apa yang dinyatakan sesuai dengan kenyataannya) dan pragmatis (paling dapat diandalkan); lihat uraian sebelumnya (Bag.I)39 Lihat definisi yang sudah kita elaborasi.40 Dari sudut pandang ini, ilmu-ilmu alamiah dinilai lebih maju katimbang ilmu-ilmu sosial. Apakah Sejarah termasuk ilmu? (Sebagian besar isinya “realitas obyek terdeskripsi”). Itulah pula sebabnya komunitas ilmu alamiah lebih suka menterjemahkan sciense = sain, sedangkan komunitas ilmu-ilmun sosial merasa lebih pas menterjemahkan sciense = ilmu pengetahguan.

Dok. A. M. Akyas 06 Februari 2011: An Introduction to Scientific Method

>>>>>>>>>>>>>>>KONSEP >>>>>>>>>>PROPOSISI>>konseptualisasi komparasi

>>>>>>>>TEORIverifikasi

OBYEK >>>>> REALITAS OBYEK >>>>>>>>TAXONOMI>>> deskripsi pemilahan

P a g e | 13

Lalu apa yang disebut penelitian? Semua upaya sadar untuk meningkatkan pemahaman kita dalam tiap tahapan menuju terbentuknya hubungan kausal atau teori tersebut disebut penelitian. Dengan perkataan lain masalah penelitian atau masalah yang akan diteliti itu bisa terdapat pada tiap tahapan “ketahuan”. Jadi ada penelitian yang dilakukan karena:

• obyek belum diketahui atau obyek belum terdeskripsi atau deskripsinya perlu diperbaiki (obyek belum diketahui atau perlu dimantapkan), atau

• obyek sudah diketahui namun belum dipilah atau belum dikonsep (pembentukan konsep atau proposisi), atau

• hubungan itu perlu dikukuhkan, atau perlu lebih dikukuhkan (Teori belum atau perlu dimantapkan)

Oleh karena masalah yang diteliti beda tahapannya, maka kerja penelitian dan bentuk penitiannyapun berbeda. Dalam hubungan ini dapat dipilah menjadi:

• Kerja penelitian dalam lingkup pendeskripsian / pemantapan realitas obyek dan pembentukan konsep / proposisi disebut taksonomikal, dan hasil yang dicapainya disebut deskripsi;

• kerja penelitian pembentukan / pemantapan teori disebut teoritikal dan hasil yang dicapainya berupa eksplanasi.

Bentuk penelitiannya dapat berupa: penelitian eksploratif, penelitian eksplanatif dan penelitian verifikatif. Tabel berikut kiranya dapat lebih memperjelas:

Sumber: Rusidi (1980).

Akyas et. Al.,(2004) dalam upaya mengembangkan teknologi hidroponik di Laboratorium Kultur Terkendali, Fakultas Pertanian, Unpad, mengoperasionalkan 3 (tiga) macam penelitian, yaitu; penelitian deskriptif (survey), penelitian experimental hipotetik, dan penelitian rekayasa (engineering, atau penelitian eksperimental aksiomatik).

Macam kerja penelitian

Macam bentuk penelitian

Tabel Profil Penelitian

Deduksi = proses nalar dari yang umum (teori) ke yang khusus (ramalan)

Induksi proses nalar dari yang khusus (partikular) ke yang umum (generalisasi)

Dok. A. M. Akyas 06 Februari 2011: An Introduction to Scientific Method

TABEL PROFIL METODA PENELITIAN

TAXONOMICAL

DESCRIPTION

INDUCTIVE

P a g e | 14

Telah disebutkan bahwa puncak tahapan keilmuan adalah hubungan kausal atau teori. Bila faktor-faktor yang menjadi sebab dipenuhi, maka akibatnya dapat diperkirakan. Artinya teori menghasilkan ramalan. Kegiatan nalar dari teori (dari yang umum) ke ramalan (yang khusus) disebut deduksi (menggunakan logika dan matematika). Proses untuk membuktikan kebenaran dari lamaran itu disebut pengukuhan atau verifikasi, yang ditempuh melalui percobaan/eksperimental. Hasil verifikasi disebut fakta. Fakta-fakta yang terkumpul dapat diklassifikasikan kembali, dicoba dicari hubungan-hubungannya melalui pengamatan yang intensif dan terkadang juga menggunakan percobaan dan statistika, menghasilkan teori. Jadi dari yang khusus (partikular41; fakta-fakta yang banyak sekali) ke generalisasi, yang umum; proses nalar ini disebut induksi. Lingkaran itulah yang disebut azas hipotetiko-deduktif-verifikatif, seperti dapat disimak pada bagan berikut: AZAS HIPOTHETICO-DEDUKTIVE-VERIFIKATIVE

TEORI RAMALANdeduksidengan logikadan matematika

FAKTA

dengan pengamatanyang selalu dikukuhkandengan percobaan

Dengan pengamatanTerkadang ditambahPercobaan dan statistika

ORD

E OBS

ERVA

SIORD

E KONSE

PTUAL

ISAS

II

pengamatan realitas obyek /konseptualisasi

Sumber: Suria Sumantri (1981)

Langkah Penelitian

Telah dikatakan penelitian adalah instrumen untuk mengembangkan pengetahuan ilmiah, atau secara lebih terinci sejalan dengan paparan di atas, penelitian adalah upaya untuk memperoleh atau meningkatkan pemahaman atas suatu obyek, baik obyek dalam artian realitas tunggal (obyek, konsep), maupun obyek yang merefleksikan hubungan antar konsep atau phenomena. Upaya untuk meningkatkan pemahaman ini ditempuh melalui langkah

1. mendefinisikan masalah dan memposisikannya pada ilmu pengetahuan dewasa ini (biasa disebut kajian reflektif)

2. menjaring semua informasi yang berkaitan dengan masalah ini, dengan metoda yang sesuai42,

azas hipotetiko-deduktif-verifikatif

Definisi lain dari penelitian

4 (empat) langkah penelitian

Kajian reflektif

Macam Produk Hasil Peneltian

41 particular = used to emphasize that you are referring to one individual person, thing or type of thing and not others

Dok. A. M. Akyas 06 Februari 2011: An Introduction to Scientific Method

P a g e | 15

3. menganalisis dan menginterpretasikan data dengan mengacu pada aturan-aturan baku,

4. mengkomunikasikan hasil ini ke pada yang lain43.

Dalam mendefinisikan masalah, sipeneliti merenung-dalam apa sesungguhnya yang ingin dia ketahui, apa yang telah diketahui tentang obyek/masalah itu saat ini44, dan bagaimana kemungkinannya agar ia dapat bergerak kearah pemahaman yang lebih baik. Langkah berikutnya adalah menggali semua data yang relevan yang berkaitan dengan masalah ini, dengan menggunakan tehnik investigasi yang cocok dengan batasan masalah yang kita buat45.Wujud hasil penelitian / sumbangan ilmiah yang dihasilkannya dapat berupa: (a)teori baru, (b)perbaikan / penyempurnaan / pengukuhan teori existing, (3) teknologi baru, (c) penyempurnaan / adaptasi teknologi existing, (d) deskripsi dan/atau eksplanasi realitas obyek (fenomen/evidensi/fakta) baru,

Bagian III: Ilmu dan Teknologi

Bagaimana hubungan antara ilmu dan teknologi? Sering disebutkan bahwa teknologi adalah turunan atau penjabaran dari ilmu. Namun dalam awal perjalanan sejarahnya nampak bahwa teknologi muncul lebih dahulu katimbang ilmu. Dalam upayanya untuk eksis, manusia mencoba membuat sesuatu agar dapat bertahan hidup lebih mudah dan lebih nyaman. Secara trial and error akhirnya mereka memperoleh sesuatu cara yang dapat lebih mempermudah bekerjasama dan atau memanipulasi alam sekitarnya untuk keuntungan mereka. Itulah yang disebut teknologi. Dalam perkembangan berikutnya, didorong oleh rasa ingin tahu yang besar (curiocity), manusis mulai mencoba memahami bagaimana evidensi alamiah (fenomena) yang terjadi disekitarnya berproses/ bekerja. Mereka berangsur-ansgsur makin banyak tahu bagaimana alam itu bekerja. Inilah pada dasarnya yang disebut ilmu. Dengan ilmu itu manusia mulai belajar secara lebih terprogram bagaimana memanfaatkan alam untuk kepentingan dirinya. Inilah yang disebut teknologi berbasis ilmu.

Pada wujudnya yang sekarang hubungan ilmu dan teknologi memang tidak sesedarhana itu; makin kompleks dan kait mengkait. Uraian berikut mencoba berrefleksi46 tentang hubungan ilmu dan teknogi.

Secara traditional aktivitas intelegensia47 manusia ada dua, yaitu practikal dan teoritikal

Teknologi muncul lebih dulu dari ilmu

Konsern ilmu; bagaimana alam bekerja

Teknologi berbasis ilmu, teknologi berbasis trial and error.

42 Penentuan variable dan pemilihan metoda percobaan pada penelitian experimental. Pada peneltitian deskriptif, mungkin menggunakan teknik dan instrumen yang khusus; keterandalannya sering sangat tergantung kepada akurasi teknik dan instrumen yang digunakan.43 Jadi mengkomunikaikan hasil penelitian ilmu merupakan bagian tidak terpisahkan dari penelitian itu sendiri, karena ilmu pada dasarnya adalah upaya komunal (lihat Bagian III dari tulisan ini)44 Mencari reference{(tertulis (lietatur, dokumen), tidak tertulis (keterangan akhli)}45 Teknik penelitian46 Lihat footnote no. 7.47 Intelligent = good at learning, understanding and thinking in a logical way about things; showing this ability

Dok. A. M. Akyas 06 Februari 2011: An Introduction to Scientific Method

P a g e | 16

• Intelegensia praktikal berkaitan dengan kemampuan bertahan hidup (survival) dan kesejahteraan dengan adaptasi dan/atau mengontrol lingkungan dan interst pada outcome atau hasil akhir

• Intetegensia teoretikal lebih concern pada mencari tahu dan memahami dan - seperti seni - sering sekali tidak tertarik pada praktek, dan hasil akhir yang spesifik

Dengan dasar pembedaan tersebut hubungan antara sain dan teknologi dapat digambagkan dalam bagan berikut

BAGAN HUBUNGAN ANTARA ILMU DAN TEKNOLOGI

Teknologi Ilmu

macam pengetahuan

bagimana mengerjakan ini

apa masalahnya? mengapa?

manusia sebagai

pembuat dan pelakuaktif dalam aktivitas kehidupan

sipencari tahu yang sangat ingin tahu dan penemu apa yang ada disana (diluar dirinya/ external world)

metoda invensi48, trial & error dengan tujuan/hasil ahir sebagai pedoman

membangun hipotesis, menguji, konfirmasi dan diskonfirmasi dengan komunitas ilmu

tujuan menemukan apa yang seharusnya dilakukan untuk menghasilkan, mencegah atau mengubah evidensi dan realitas

menemukan realitas eksternal dan apa yang telah terjadi atau tidak terjadi dan mengapa

Sumber: Kegley (1989)

Bagan tersebut dapat dielaborasi lebih jauh sebagai berikut:

Konsern ilmu terutama adalah menemukan realitas eksternal yang ada dan mengembangkan eksplanasi teoritis agar dapat menjelaskan apa yang telah atau akan terjadi dan mengapa. Sain berusaha menemukan hukum umum (seperti; Hukum Gravitasi Fisika Newton,dan Teori Relativitas Einstein) yang menjadikan berbagai fenomena alamiah dapat dimengerti oleh manusia. Metodanya menggunakan modus testing hipotesis dengan eksperimentasi49 yang open ended50. Hasilnya ditest dan ditest kembali dalam komunitas ilmiah. Jadi ilmu pada hakekatnya adalah upaya komunal. Sejatinya

Intelegensia praktikan, intelegensi teoritical

Bagan Hubungan antara Ilmu dan Teknologi (sekaligus memperlihatkan perbedaannya)

Konsern Ilmu = menemukan realitas external dan mengembangkan eksplanasi teoritis

modus testing hipotesis dengan eksperimentasi

Ilmu = upaya komunal, suatu

48 Invent = to produce or design sth that has not existed before49 Perhatikan! Hipotesis diangkat dari proposisi hasil membanding-bandingkan (komparasi) konsep; experiment adalah pe3ngukuhan. Lihat paparan di Bagian II!50 Ujung atau akhir yang selalu terbuka untuk diteruskan/ dibuka kembali.

Dok. A. M. Akyas 06 Februari 2011: An Introduction to Scientific Method

P a g e | 17

adalah milik publik, suatu aktivitas yang terbuka.

Sisi lain hubungan ilmu dan teknologi adalah bahwa teknologi sebagai aktivitas manusia yang universal dan historis muncul sebelum sain, sedang evidensi riil tentang pengetahuan teoritis (ilmu) baru muncul kemudian (pada peradaban Yunani?51). Dalam bentuk kontemporernya, ilmu sebagai pengetahuan teoritis experimental pada dasarnya bergantung pada dan diimplementasikan melalui instrumen52 teknologi. (telescope pada astronomi modern, mikroskop pada biologi, dsb.)

Selanjutnya, sejarah dan prioritas ontologis53 ilmu dan teknologi, menunjukkan bahwa ilmu dan teknologi berinteraksi dalam berbagai cara dan sangat kompleks

• Perkembangan teknologi dan praktik-praktiknya (tekniknya) menstimulasi masalah ilmu dan teori. Contoh: perkembangan mesin uap yang menginisiasi penelitian panas dan enerji mendorong terbentuknya sain dan hukum-hukum termodinamika.

– Sebaliknya teori meletakkan dasar bagi perkembangan teknologi. Contoh dramatis perkembangan teknologi berbasis sain: pergerakan dari teori relativitas Einstein ke produksi fusi-nuclear di laboratorium, kemudian ke produksi bom atom di Los Alamos;Yang terbaru adalah teknologi genetik berkembang dari sain (ilmu) genetika.

Hubungan ilmu dan teknologi nyata menjadi semakin komplkeks bila orang menelaah bidang-bidang yang disebut ilmu terapan dan praktik berbasis ilmu seperti kedokteran dan pertanian kontemporer (biologi molekuler, genetical engineering).

Perbedaan-dan hubungan kesaling-terkaitan ini akan dan harus menjadi pertimbangan dalam menyikapi dampak negatif ilmu dan teknologi, seperti akan kita bahas dalam Bag, IV.

aktivitas yang terbuka

Ilmu dalam bentuk kontemporernya bergantung pada dan dimplementasikan melalui instrumen teknologi.

Ilmu dan teknologi berinterkasi secar complex.

Teknologi menstimuli masalah ilmu

Sebaliknya ilmu meletakkan dasar bagi perkembangan teknologi

Ilmu terapan dan praktek (teknologi) berbasis ilmu

Contoh ilmu terapan dan praktek berbasis ilmu.

Bagian IV: Issue Kontemporer54 : Daya Jangkau dan Keterbatasan

Ilmu dan Teknologi)

Simak hasil gilang gemilang kemampuan dan eksakta teknologi manusia berikut ini:• Menurut rencana setelah 34 kali mengitari bumi, selama dua

setengah hari, pesawat ruang angkasa Columbia harus mendarat di landasan Danau Garam Rogers di California pada jam 01.22 WIB.

• Sejak 9 menit sebelum lepas landas sampai dengan empat menit terakhir ketika komandan Young mengambil alih kemudi dan mendaratkannya, pesawat ruang angkasa ulang alik (yang mampu

Sukses pesawat ruang Angkasa Columbia, bukti ilmu sangat akurat.

51 Ini masih dipertanyakan, mungkin China atau India lebih dahulu.52 Instrument = something that is used by sb in order to achieve sth53 Prioritas ontologis = priorotas obyek telaah atau priorotas yang menjadi konsern.54 Contemporary = belonging to the present time SYN MODERN:

Dok. A. M. Akyas 06 Februari 2011: An Introduction to Scientific Method

P a g e | 18

terbang 25 kali kecepatan suara itu), dikemudikan oleh tiga komputer yang bekerja secara otomatis dengan kemampuan 325 000 langkah setiap detik.

• Tepat pada jam 01.21 lewat 50 detik, jadi hanya 10 detik lebih pagi dari rencana, operasi pesawat bersayap yang pertama mengangkasa ke luar bumi itu diselesaikan menurut jadwal.

Cuplikan berita itu mengukuhkan betapa akurat55nya ilmu dan teknologi yang dijabarkan darinya. Namun demikian coba simak bagaimana ilmu itu dibangun seperti telah diuraikan di muka. Kajian epistemologis menunjukkan betapa relatifnya kebenaran ilmiah. • Kebenaran ilmu adalah kebenaran pragmatis (Kriteria

Kebenaran No 3). Ilmu universal, diakui dimanapun, selama belum ada yang membuktikan salah.

• Selama 400 tahun kita dikuasai oleh faham determinstik!56. Faham ini goyah setelah munculnya teori relativitas dari einstein dan mekanika kuantum!

• sampai saat ini kita masih menggunakan 2 teori cahaya; teori partikel dan teori gelombang! The real electron is a mystery. We can approache it as a

particle, putting aside those experiments which prove it to be a wave. Or we can assume it is a wave, forgetting the data that prove it to be a particle. (Oppenheimer, 1947)

Kiranya ucapan Nietschze, seorang filsuf eksentrik Jerman, benar adanya: “kebenaran (bacal: ilmiah) adalah kekeliruan yang tertangguhkan”. Ilmu dan turunannya teknologi sangat akurat, namun tetap relatif. Akurasi ilmu yang telah menjamin kita bisa membuat teknolgi yang dapat diandalkan, namun sekaligus mengandung sisi negatif yang makin lama makin membesar. Itulah issue kontemporer ilmu (dan Teknologi)! Kontroversi ini akan kita bahas lebih detail dalam uraian berikut.

Kemajuan dewasa ini diterima sebagai sinonim dari kemajuan ilmu dan teknologi; ilmu dan teknologi secara luas diterima sebagai sangat menentukan dan tanpa masalah. Ilmu dan teknologi - yang telah menopang pembangunan negara-negara industry (developed countries), dianggap oleh banyak kalangan sebagai kunci pembangunan masa depan yang sehat dan sejahtera. Anggapan “ilmu dan teknologi sebagai sangat menentukan dan tanpa masalah” ini menjadi anggapan utama di negara-negara industri baru yang sedang berkembang (developing countries) dengan pesat. Namun demikian, walaupun pertumbuhan cepat ini diyakini sebagai bukti dari kecocokan pendekatan ilmu dan teknologi, di banyak bagian dunia lonceng tanda bahaya telah berbunyi; Global warming, kerusakan lingkungan/ bencana alam, penyakit, pembangunan yang tidak berkelanjutan, penjajahan ekonomi, budaya dan politik, yang mengancam eksistensi planet kita, kesemuanya adalah atas nama ilmu.

Demikian juga revolusi hijau yang pernah dibanggakan semua orang

amun kajian Epistemologi ilmu menunjukkan bahwa ilmu tidak mutlak

Keebenaran ilmiah adalah kebenaran pragmatis!

Teori ganda cahaya!

Kebenaran menurut Nietsche.

Kemajuan dewasa ini sinonim kemajuan ilmu dan teknologi

Ilmu dianggap sebagai sangat menentukan dan tanpa masalah!

Sisi negatip dari ilmu

Contoh dampak negatif dari ilmu

55 accurate = correct and true in every detail56 determinism = (philosophy) the belief that people are not free to choose what they are like or how they behave, because these things are decided by their background, surroundings and other things over which they have no control

Dok. A. M. Akyas 06 Februari 2011: An Introduction to Scientific Method

P a g e | 19

mampu mengatasi kekurangan pangan dunia, ternyata mengandung sisi suram yang sangat memprihatinkan, dan jauh lebih besar dari sisi positifnya?– Sosial : petani terpinggirkan, budaya mereka ikut termarjinalisasi,

kearifan memudar – Ekonomi : semakin besar upaya pembangunan di sektor pertanian,

semakin besar pula dampak negatifnya bagi kesejahteraan petani. – Lingkungan : kerusakan alam dan punahnya SDA– Menurunnya lahan pertanian produktif (meningkatnya lahan

marginal) ==> Tanah pertanian sakit – Terjadinya pergeseran pola konsumsi pangan – Komoditi lokal termarjinalisasi

Pertanyaannya adalah, mengapa masih begitu banyak orang yang tetap yakin bahwa ilmu dan teknologi adalah segalanya dan tanpa masalah? Ada empat assumsi dasar yaitu yang dalam literatur disebut Metronian Norms, yang menjadi argumen dan membuat orang yakin bahwa kerja keilmuan itu obyektif dan bebas nilai.

1) Universalism dimaksudkan untuk menjamin bahwa pengetahuan dievaluasi berdasar kriteria obyektif dan impersonal dan bahwa kemajuan pengetahuan hanya dinilai atas dasar merit57.

2) Cummunalism mengandung arti bahwa produk ilmu bersifat komunal dan bukannya privat, dan bahwa kegiatan keilmuan pada dasarnya adalah sebuah kegiatan kooperatif

3) Disinterestedness mengacu pada idea bahwa kerja keilmuan melibatkan minat yang mendalam namun tidak memihak dalam memecahkan masalah-masalah dunia, (dan ini) menjadi dasar pengukuhan bahwa ilmu secara etis bebas nilai.

4) Organized Skeptisism (penyertaan skeptisisme) adalah penggunaan keragu-raguan sebagai alat metodologis, yang berinteraksi dengan norma-norma lainnya.

Bila keempat norma itu berjalan tanpa cacat dalam kerja keilmuan, memang orang patut yakin bahwa ilmu obyektif dan bebas nilai. Namun dalam prakteknya ternyata tidak demikian. Ada beberapa hal, yang menjadi perdebatan dan perbincangan banyak orang (issue58), yang menyebabkan norma mertonian itu tidak dapat dilaksanakan dengan utuh. Beberapa diantaranya adalah;59

- Issue Epistemologis Herman Suwardi- Issue Reduksionisme- Issue Big Science- Issue Paradigma dari Kuhn- Issue World View dari Kegley

ISSUE EPISTEMOLOGIS HERMAN SUWARDI (HS)

Revolusi Hijau?

Argumen ilmu benar signifikan tanpa masalah (Norma Metronian)

Beberapa issue seputar Norma Metronian.

57 merit = the quality of being good and of deserving praise, reward or admiration58 issue = an important topic that people are discussing or arguing about59 Issue reduksionisme, dan Issue Big Science dapat ditenggarai sebagai gabungan issue epistemologis dan aksiologis, sedang issue paradigma dari Kuhn, tergolong ketiganya; ontologis, epistemologis, dan aksiologis.

Dok. A. M. Akyas 06 Februari 2011: An Introduction to Scientific Method

P a g e | 20

Bila ilmu berdampak negatif, kebanyakan awam berpendapat karena cara menggunakan ilmu (teknologi) itu yang salah; tidak bertanggung jawab, tidak bermoral, serakah, dlsb. Jadi kebanyakan orang lebih berargumentasi aksiologis. Namun sebenarnya secara eistemologis-pun ilmu sudah mengandung kemungkinan mengandung beberapa aspek yang tidak positif, karena ilmu sebenarnya tidak netral. Salah seorang yang berpendapat demikian adalah Herman Suwardi.

Seperti diketahui, puncak dari ilmu adalah teori atau kausalitas; ..... if x than y.....; setiap proposisi selalu berimplikasi pada proposisi berikutnya, sehingga yang disebut ilmu dalam wujudnya yang sekarang adalah rangkaian proposisi (deduksi) yang telah diku-kuhkan. Pertanyaannya adalah kapan atau darimana munculnya proposisi yang pertama atau proposisi awal. Ternyata proposisi awal, atau yang sering disebut sebagai pemula pikir60 adalah proposisi yang membenarkan diri sendiri, atau proposisi yang pasti benarnya (self evident propositon). Menurut Herman Suwardi, melencengnya ilmu, atau dampak negatif yang makin membesar dari ilmu (baca: dan teknologi) bersumber dari proposisi yang dianggap oleh semua orang benar. Herman Suwardi berargumen proposisi yang dianggap benar (walaupun oleh semua orang) belum tentu benar. Siapa yang menjamin itu benar? Maka lanjut Herman Suwardi; mengapa tidak dimulai dari proposisi yang benar mutlak, yaitu proposisi dari Yang Maha Mutlak, proposisi yang berasal dari Tuhan Seru Sekalian Alam, yang disampaikan oleh rasulNya! Yang berpikir demikian bukan hanya Herman Suwardi, tapi juga misalnya dari golongan agama lain, seperti Greg Sutopo, dan dalam dunia internasional dipelopori oleh Fritjop Capra61.

Dalam konteks pembicaraan kita, argumen Herman Suwardi mengukuhkan bahwa Ilmu secara epistemologis tidaklah netral atau bukan semata kiprah rasional. Karenanya kita harus menyikapi ilmu dengan reserve6263. Secara epistemologis, ketidak netralan ilmu sebenarnya sudah melekat (inherent) dengan sipencari tahu (individu ilmuwan atau komunjitas ilmiah) itu sendiri. 64

ISSUE “REDUKSIONISME”

Teori dapat didefinisikan sebagai miniatur, model atau

Issue epistemologi HS

Ilmu ada adalah rangkaian proposisi yang telah dikukuhkan

Dalam kegiatan awal keilmuan tersangkut pertimbangan nilai.

Adakah proposisi yang pasti benar? Siapa yang menjamin kebenaran proposisi awal itu?

Ternyata ilmu bukan kiprah rational semata.

60 Menurut Descart, proposisi awal atau pemula pikir itu berasal dari intuisi (intuition deduction)61 Di Indonesia Selo Sumardjan Institute membuat club membahas pemikiran Fritjop Capra ini, dengan melibatkan ilmuwan berbagai disiplin dan tokoh lintas agama.62 Reserve = a feeling that you do not want to accept or agree to sth, etc. until you are quite sure that it is all right to do so63 Herman Suwardi mengusulkan dikembangkannya apa yang dia sebut Ilmu Tauhidullah; Pemula pikirnya dimulai dari wahyu, diimplikasikan menjadi rangkaian proposisi yang fungsional dengan tetap dikontrol oleh wahyu (menuntut kerja sama yang terus menerus antara ulama dan ilmuwan). Fritjop Capra mengusulkan meditasi ala agama-agama Timur (Non Samawi; hindu, buda, Tao) harus menjadi pelengkap dalam mencari kebenaran ilmiah.

64 Perlu disadarai bahwa fakta, obyek, atau masalah yang menjadi perhatian pencari kebenaran ilmiah, tergantung dari pertanyaan yang diajukan oleh pencari kebenaran ilmiah itu; karena dialah yang menentukan fakta mana yang menjadi masalah atau fakta mana yang relevan. Jadi fakta inherent dengan sang pencari kebenaran ilmiah. Fakta tergantung dari jiwa yang memformulasikan pertanyaan-pertanyaan, atau tergantung dari aksioma-aksioma mana yang dipilih. Itulah juga sebabnya mengapa ilmu berkembang menjadi sangat antroposentris. Jadi jelas dalam awal kegiatan keilmuan, tersangkut pertimbangan nilai, atau berkaitan dengan sistem nilai.

Dok. A. M. Akyas 06 Februari 2011: An Introduction to Scientific Method

P a g e | 21

penyederhanaan dari bentuk hubungan kausalitas dari realitas dunia yang kompleks. Jadi bila ilmu mencari yang sederhana, maka fenomena yang kompleks harus disederhanakan agar dapat diakses oleh investigasi ilmiah. Karenany dalam mencari kesederhanan, ilmu merangkul “reduksionisme”65, Tetapi dalam proses ini terjadi kehilangan makna karena “keseluruhan lebih besar dari penjumlahan komponen-komponennya”.

Lebih jauh interaksi antara komponen atau pecahan yang lebih kecil (sub atomik) dengan lingkungan dan komponen lain memberi hasil yang berbeda dibandingkan bila keseluruhannya dipelajari secara langsung. Reaksi sinar matahari terhadap khlorophyl dalam tabung (in-vitro) berbeda dengan reaksi khlorophyl intact (in-vivo).

ISSUE BIG SCIENCE

Dalam konteks ini model atau teori dapat didefinisikan demikian; “Model atau teori pada dasarnya adalah konstruksi dari abstraksi hasil observasi empiris dari evidensi alamiah”. Model ini kemudian dianggap berhasil bila dapat digunakan untuk memprediksi evidensi alamiah masa depan. Pada evidensi sederhana seperti evidensi arus listrik (“Little Science”), model ini biasanya tidak menjadi masalah. Masalah muncul terutama bila evidensinya menyangkut jumlah dan macam faktor yang banyak (“Big Science”)66 Pada kasus macam ini data empirik yang diobservasi kurang mencukupi untuk memenuhi pembuatan model, karenanya sejumlah besar assumsi terpaksa dibuat untuk memenuhi semua kriteria yang diperlukan. Jadi masalah bisa terjadi baik pada waktu membuat model, maupun pada waktu menggunakan model untuk prediksi evidensi.

Selanjutnya “Big Science” biasanya dioperasikan oleh suatu team yang terorganisasi dengan baik, bekeja dibawah organisasi besar dipandu oleh imperasi67 kommersial dan/atau bahkan militer. Imperasi ini tidak saja membatasi agenda riset, akan tetapi juga membatasi komunikasi yang lebih luas. Jadi universalism, communalism dan disinterestedness dikompromikan; demikian juga organized skeptisism dibatasi norm-norm kepentingan kommersial dan/atau militer.

Jadi pada “big science” akurasi ilmu terpasung oleh berbagai assumsi yang terpaksa dibuat, serta imperasi komersial dan militer (non metrronian-norm).

ISSUE PARADIGMA DARI KUHN

Thomas kuhn (1962)68 (*) akhli sejarah sain, menemukan bahwa ternyata ilmu tidak berkembang evolutif-kumulatif makin lama makin kokoh seperti piramida terbalik (lihat perbincangan epistemologi ilmu di muka). Menurut Kuhn perkembangan ilmu itu

Teori = model, miniatur atau penyederhanaan realitas dunia yang kompleks.

Reduksionisme >>> Fenomena yang kompleks harus disederhanakan agar dapat diakses

Reduksi menyebabkan kehilangan makna

Teori atau model adalah konstruksi dari abstraksi hasil observasi empiris dari evidensi alamiah.

Model berhasil bila dapat dipakai untuk memprediksi

Pada big-science, yang melibatkan faktor dalam macam dan jumlah yang besar, terpaksa dibuat beberapa assumsi; karenanya akurasi berkurang

Big science dioperasikan oleh organisasi dan risos yang besar, sehingga imperasi kommersial, politik dan bahkan militer sangat mungkin!

Kuhn: Ilmu tidak berkembang evolutif-kumulatif, tapi melalui pergeseran paradigma.

Kiprah komunitas ilmiah(jenis experimen, jenis pertanyaa, dan masalah) ditentukan oleh paradigma

Ilmu tidak berkembang evolutif-kumulatif; bukan pengokohan, tapi melalui pergeseran paradigma.

65 reductionism = the belief that complicated things can be explained by considering them as a combination of simple parts66 misalnya dalam perhitungan berapa produktivitas perikanan tangkap di laut untuk menjamin keberlanjutan, atau dalam modelling iklim global.67 Imperasi = imperative, perintah, tuntutan , tekanan68 dalam bukunya Structure and Scientific Revolution

Dok. A. M. Akyas 06 Februari 2011: An Introduction to Scientific Method

P a g e | 22

bukan berupa pengokohan (corroboration69), melainkan melalui pergeseran paradigma70.

Bagi Kuhn paradigmalah yang menentukan: jenis-jenis eksperimen yang dilakukan para ilmuwan, jenis-jenis pertanyaan yang mereka ajukan, dan masalah yang mereka anggap penting.

Selama paradigma ini dapat digunakan dengan memuaskan, maka kegiatan ilmiah berjalan normal. Ini disebut masa normal atau normal science.

Pergeseran paradigma mengubah konsep-konsep dasar yang melandasi riset dan mengilhami standar-standar pembuktian baru, teknik-teknik riset baru, serta jalur-jalur teori dan eksperimen baru yang secara radikal tidak bisa dibandingkan lagi dengan yang lama. Cara-cara (aplikasi paradigma) baru ini akhirnya makin mapan, dengan demikian kegiatan keilmuan kembali normal (masa sain normal). Jadi menurut Kuhn, ilmu berkembang melalui siklus; masa normal -> masa krisis -> revolusi ilmiah -> masa normal -> masa krisis -> revolusi ilmiah -> ----------dst.

Paradigma yang terpilih (paradigma pengganti) ini menurut Kuhn adalah campuran berbagai elemen, termasuk ke dalamnya elemen psikologis dan fakta sosial. Jadi menurut Kuhn tidak ada landasan observasi murni bagi pengukuhan teori ilmiah. Pilihan ilmu bagi Kuhn adalah fenomena sosial/kultural dan pertumbuhan ilmu melibatkan komunitas ilmiah, kepercayaan, praktik, dan kommitmen mereka, termasuk kepercayaan, praktik, dan kommitmen kelompok budaya dalam ruang dan waktu itu.

Jadi dengan bukti historis yang sangat meyakinkan, Kuhn menunjukkan baha ilmu tidklah bebas nilai. .

ISSUE ILMU SEBAGAI “WORLD VIEW” DARI KEGLEY

Ilmu – sekalipun merupakan sudut pandang yang penting dan sangat signifikan– menurut Kegley, tetap hanyalah merupakan sebagian dari cara untuk melihat dan memahami dunia, disamping world view lainnya seperti culture71, dan agama. Ilmu sebagai pengetahuan yang diterima secara sosial, sudah tentu terkondisikan oleh konteks sejarah dan komunalnya. Jadi tidak sepenuhnya otonom, dan kiprah rasional semata.

Demikian pula halnya teknologi adalah bagian dari kesejarahan umat manusia sejak awal. Teknologi adalah sebuah bentuk kreativitas manusia (sama seperti seni misalnya) dan inheren sebagai sebuah cara manusia mengada (maujud)72. Menjadi manusia adalah suatu

Paradigma pengganti bukan kelanjutan logis dari paradigma lama, tapi produk berbagai elemen dalam ruang dan waktu itu.

Pergeseran paradigma berlangsung dalam siklus masa normal->> masa krisis ->> revolusi ilmiah ->>masa normal ->> masa krisis ->> dst

Paradigma = campuran berbagai elemen, termasuk ke dalamnya elemen psikologis dan falta sosial.

Tidak ada landasan observasi murni bagi pengukuhan teori ilmiah

Ilmu = sebagian dari cara untuk melihat dan memahami dunia

Ilmu tidak sepenuhnya otonom dan kiprah rasional semata, tapi terkondisikan oleh konteks sejarah dan komunalnya

Teknologi adalah bentuk kreativitas manusia, instrumen manusia mengada

69 corroborate = to provide evidence or information that supports a statement, theory, etc70 Paradigma ilmu menurut Kuhn adalah suatu kerangka teoritis, atau suatu cara memandang dan memahami alam, yang digunakan oleh suatu komunitas ilmiah sebagai pandangan dunianya (world view); jadi merupakan “lensa” yang dimiliki bersama, yang dengannya mereka (para anggota komunitas ilmiah itu) membaca, menafsirkan, mengungkap dan memahami alam.71 culture = the customs and beliefs, art, way of life and social organization of a particular country or group:72 Agar manusia bisa mengada, bisa exsist bertahan hidup, manusia berkreasi menciptakan alat bantu/ instrumen yang disebut teknologi.

Dok. A. M. Akyas 06 Februari 2011: An Introduction to Scientific Method

P a g e | 23

“proses menjadi” dan teknologi adalah salah satu instrumennnya. Kita “menjadi” secara teknologis. Teknologi adalah refleksi73 dan realitas manusia itu sendiri; manusia yang intelejen atau kurang intelejen, dan nilai-nilai kemanusiaannya adalah jelmaan dari teknologi.

Jadi teknologi dan ilmu tidak bisa lepas dari kesejarahan, sikap soial dan budaya komunitasnya74.

Jadi Ilmu dan teknologi tidak bisa lepas dari kesejarahan, sikap sosial dan budaya komunitasnya.

Closing Remarks

Sebagai catatan penutup (closing rwmarks) dari tulisan ini saya ingin membuat epilog75 sebagai berikut:• Ilmu adalah salahsatu jenis pengetahuan yang diperoleh dengan metoda tertentu, yaitu

Metode Ilmiah. Melalui Metode Ilmiah muncul karakteristik ilmu yang berbeda dengan pengetahuan lain.

• Pengetahuan yang disebut ilmu, yang membatasi obyek telaahnya pada fenomena alam muncul dengan karakteristik explanasi yang sangat dapat diandalkan (ingat kasus Pesawat Ruang Angkasa Columbia), dan universal. Metoda Ilmiah memagari proses infestigasi (membaca fakta) dan proses penarikan kesimpulannya (inferensi) agar tetap rasional bebas dari sistem nilai dan referensi apapun. Pagar-pagar itu disarikan dalam apa yang disebut Norma Metronian yaitu Universalism, Communalism, Disinterestedness, dan Organized Skeptisism.

• Sampai disini muncul keyakinan yang sangat kuat, bahwa ilmu adalah segalanya dan tanpa masalah. Baru dipenghujung abad ke 20 - dicanangkan antara lain oleh Kuhn (1962), Tarnas (1993), Sutomo,(1995), Herman Suwardi (2004), Kegley (1989) dan Healey (1989) - mulai muncul pandangan pandangan skeptis dan kritis, dan kemudian membuktikannya bahwa disamping peranannya yang sangat signifikan, ilmu (dan turunannya teknologi) juga menimbulkan dampak negatif yang makin lama makin membesar mengancam keberlangsungan hidup planet kita.

• ........ dan seperti telah dipaparkan dalam contoh 5 (lima) Issue Kontemporer di atas, ternyata dampak negatif itu bersumber, bahkan mendaging (melekat) kepada kiprah keilmuan itu sendiri. Ilmu menjadi bermasalah karena pemula pikir yang diyakini benar tapi belum tentu benar (Herman Suwardi), karena masalah yang melekat pada “Big Science” dan masalah ikutannya yaitu adanya imperasi ekonomi dan militer), karena penyederhanaan masalah (issue reduksionisme), karena paradigma yang digunakan komunitas ilmiah (Kuhn), karena masalah yang melekat pada ilmu sebagai bagian dari world view dan pada teknologi sebagai salah satu bentuk kreativitas manusia.

• Lalu what next? Kita tidak perlu menjadi nihilis terhadap ilmu, ilmu disamping sisi negatifnya, tetap signifikan sebagai world view. Ilmu harus tetap ditumbuh kembangkan sebagai bagian tidak terpisahkan dari ibadah kita, sebagai bagian dari to adore the Creator!76 We adore Thou,

73 Showing the state or nature; Kehebatannya dalam mencetak gol, bukan merupakan refleksi dari tim (sepakbola) itu secara keseluruhan; arti lain refleksi = thinking deeply about things.74 Karena komunitas barat membawa nilai-nilai sosial dan budaya yang inheren kepadanya, maka prktek memandang dunia (ilmu) dan praktek mengskses dunia sekitar (teknogi, baik sebagai instrumen kiprah trial and error, maupun penjabaran dari teknologi), telah menyebabkan halalnya praktek-praktek perbudakan, separatisme, dan pemarjinalan suku-suku asing di Amerika, Afrika dan Australia. Demikian juga dampak negatif ilmu terhadap lingkungan, adalah refleksi dari “nilai-nilai” barat, karena sejak 7 abad yang lalu, yang memegang otoritas ilmu adalah dunia barat.75 epilogue = a speech, etc. at the end of a play, book, or film/movie that comments on or acts as a CONCLUSION to what has happened76 Ada yang meyakini membesarnya dam,pak negatif dari ilmu karena orang terperangkap pada motto Descarts (1596-1650); Ilmu untuk kemaslahatan Manusia, karena akhirnya ilmu menjadi sangat antoposentris (memusat pada manusia), melupkan alam dan mahluk lain diluar manusia. Karenanya dianjurkan untuk kembali ke motto Aristoteles;

Dok. A. M. Akyas 06 Februari 2011: An Introduction to Scientific Method

P a g e | 24

O Lord!.Jadi apa yang dapat kita perbuat? • Yang pertama adalah adanya kesadaran, bahwa dalam menghadapi ilmu dan teknologi, baik

sebagai sebagai ilmuwan maupun teknolog, peneliti maupun praktisi, kita harus selalu reserve. Paling tidak kita tidak menjadi penyumbang “sadar” terhadap makin negatifnya dampak ilmu dan teknologi.

• Yang kedua, mungkin sudah saatnya untuk merenung ulang, mengapa kita tidak mulai mengikuti anjuran Herman Suwardi dan Greg Sutopo agar semua kiprah keilmuan kita dipandu dan berpedoman kepada proposisi yang benar mutlak, yaitu wahyu dari Sang Maha Pencipta77.

• Yang ketiga,kita harus yakin bahwa teknologi kita mampu mengangkat kemanusiaan kita ke dalam manusia seutuhnya, yang holistik dalam terma aspek fisik, psikis, sosiologis, moral dan spiritual. Apakah teknologi meninggikan pilihan dan martabat manusia, atau teknologi akhirnya mendegradasi kemanusiaan dan menjadikan manusia hilang kemanusiaannya.

Sayang sekali, manusia juga bersifat angkuh dan terjerap ke dalam penggunaan teknologi yang berlebihan dan ceroboh. Mari kita menjadi pencipta dan pemilih teknologi yang reflektif, hati-hati dan rendah hati.

Referensi dan Bahan Bacaan Lain.

Akyas, A.M. 1993. Metoda Ilmiah dan metoda Penelitian. Penataran Metodologi Penelitian untuk Kovertis Wil. 4. Lembaga Penelitian Unpad. Tidak dipublikasikan

Akyas, A. M. 2009. Bahan Ajar Metoda Ilmiah Ilmu- Ilmu Alam. Fakultas Pewrtanian Universitas Padjadjaran. Tidak Dipublikasikan.

Akyas, A. M.2008.Bahan Ajar Filsafat Ilmu. Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran. Tidak Dipublikasikan.

Akyas, A. M. 2005. Membangun Kemandirian dan Ketahanan Pangan. Beberapa Catatan untuk RPPK. Simposium Revitalisasi Pertanian, diselenggarakan dalam Rangka Dies Natalis Universitas Padjadjaran, Bandung 1 September 2005.

Akyas, A. M., Widayat, D., Nursuhud. 2004. Research and Development in Hydroponics technology at the Laboratory of Horticulture Padjadjaran University. A case with Tomato Cuvar, Recento. The 5th International Symposium-cum-Workshop in Southeast Asia. The Role of German Alumni in Rural/ Regional Development and Entrepreneurship, 23 -27 August 2004, Phnom Penh,Cambodia. Proceeding.

Akyas, A.M. 2000. Penelitian dalam Bidang Ilmu Tanaman. Suatu Refleksi Epistemologis. (2000). Journal Bionatura, Vol 1 No. 2

Anonim. 2006. Revitalisasi Pertanian dan Dialog Kebudayaan. Penerbit Buku Kompas. Cetakan Pertama. Jakarta.

Barry, Vincent. 1980. Philisophy ; A text with reading. Wadsworth Publishing Company. Belmont, California

Capra, Fritjop. 2000. The Tao of Physics. Menyingkap Kesedjadjaran Fisika Modern dan Mistisisme Timur. Jalasutra. Yogyakarta.

Djajasukanta, Husen. 1990. Bahan Penataran Petode Penelitian. Lembaga Penelitian, Universitas Padjadjaran. Tidak dipublikasikan.

Ilmu dikembqngkan untuk mengagumi ciptaan Tuhan, to adore the Creator!77 Sabda Tuhan/ Wahyu, bila telah dibaca, dan diinterpretasi memang menjadi “mahluk” juga dengan segala kekurangan yang melekat padanya, sehungga dapat terjebak pada “Arogansi Gereja” abad Pertengahan. Namun hal ini dapat dihindarkan dengan dialog setara yang terus menerus antara ilmuwan dan cleric (ulama).

Dok. A. M. Akyas 06 Februari 2011: An Introduction to Scientific Method

P a g e | 25

Gardner, Martin (Ed.). 1994. Great Essays in Science. Prometheus Books, New York.

Healey, S, A.1996. Science, Technology and Their Contemporary Problem. dalam International Conference on Values and Attitudes in Science and Technology. International Journal of Science & Technology, Kuala lumpur, Mslaysia, 3-6 September, 1996. Special Issue.

Kegley, Jacquelyn Ann K. (1996). Science, Technology, Human Values and Choices. dalam International Conference on Values and Attitudes in Science and Technology. International Journal of Science & Technology, Kuala lumpur, Mslaysia, 3-6 September, 1996. Special Issue.

Kuhn, Thomas. 1962. The Structure of Scientifiuc Revolution. University of Chicago Press. Chicago.

Nasr, Seyyed, Hossein. 1986. Sains dan Peradaban di Dalam Islam. J. Mahyudin

Philips, Bernard, S. 1976. Social Research. Strategy and Tactics. Macmillan Publishing Co. Inc. New York.

Rusidi. 1980. Bahan Ajar Metode Penelitian dan Penulisan Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Padjdadjaran. Tidak Dipublikasikan.

Soetomo, Greg. 1995. Sains & Problem Ketuhanan. Kanisius, Yokyakarta.

Sunardi, St. 1999. Nietzsche.LkiS Yogyakarta. Cetakan Kedua, Maretv 1999

Suriasumantri, Yuyun.1990. Filsafat Ilmu. Sebuah Pengantar Populer. Cetakan VI. PT. Gelora Aksara Pratama. Jakarta.

Suriasumantri, Yuyun. 1981. Ilmu dalam Perspektif. Pt Gramedia, Jakarta.

Suwardi, Herman. 2004. Roda Berputar, Dunia Bergulir. Kognisi baru tentang timbul tenggelamnya sivilisasi. Bakti Mandiri. Bandung

Tarnas, Richard. 1993. The Passion of Western Mind. Baltimore Books. New York, USA

Wilarjo, L. (1981). Ilmu dan Humaniora dalam Surisumantriu, Y. (ed.). Ilmu Dalam Perspektif. Pt Gramedia, Jakarta.

Zimmerman, Barry, E., and David J. Zimmerman. 1995. Nature Curiosity Shop. Contemporary Books, USA.

Dok. A. M. Akyas 06 Februari 2011: An Introduction to Scientific Method