73
Laporan Hasil Tutorial (PBL #3 – Blok 11) Kelompok 4 Tutor : dr. Iskandar

Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Ini hasil tutorial Problem Based Learning Blok 11 (system Urogenital) FK UNSRI, tahun 2008 kira kira.Kasus kali ini tentang Mr. Brown yang mengalami gangguan miksi, dan dari hasil pemeriksaan didapatkan hiperplasia prostat, dan kemudian di analisa sebagai suatu Benign Prostatic Hyperplasia.Semoga berguna !

Citation preview

Page 1: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Laporan Hasil Tutorial(PBL #3 – Blok 11)

Kelompok 4Tutor : dr. Iskandar

Page 2: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Cast,

Andre SaputraMuhammad Nasir

Teddy WijayaChintya Mutiara

Dian Ariani Intan Noor Indah

Maria UlvaPuri Maya Sari

Rizky NovaniWinda Nestamer

Page 3: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

SkenarioMr. Brown 60 years old come to emergency room with chief

complaint cannot voiding spontaneously since 3 hours ago and suffered from lower abdominal pain.

History of illness, he has weak of stream and strain of urination since 6 months ago.

Discuss this case completely.

Obstructive acute since 6 months ago, including hesistancy (delay to start voiding), decrease force and kaliber of stream, sensation of incomplete bladder emptying, straining to urinate, post void dribbling (kencing terakhir menetes). Irritative symptoms: urgency, frequency (kencing sedikit-sedikit dan sering karena obstruksi prostat) and nocturia (terbangun untuk kencing selama jam tidur lebih dari 1)

Page 4: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

On physical examination IPSS since 6 months ago 28 BP 150/90, HR 105x/menit, temperature 37oC Head and neck : normal Chest : normal Abdominal,

Inspeksi : distended lower abdominalPalpasi : bladder palpable 2 cm below the umbillicus

DRF (digital rectal examination) should be done after insert the catheter into the urethra

Sphincter tone is normal, prostate enlarge, consistency rubbery, no induration

Lab findings: serum creatinine : 1,0; urine sediment: RBC 10/HPF, WBC:

0-2/HPF Imaging,

USG : bilateral mild hydronephrosis, bladder is full, prostate enlarge 6cmx5cmx5cm

Page 5: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

KLARIFIKASI ISTILAH

Voiding spontaneously Mengeluarkan urine secara spontanLower abdominal pain Nyeri pada perut bagian bawahStream and strain urination Aliran dan pancaran dari urine

Page 6: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

IDENTIFIKASI MASALAH1. Anamnesis

a. Mr. Brown (♂, 60 tahun), mempunyai keluhan utama yaitu tidak bisa berkemih secara spontan sejak 3 jam yang lalu dan nyeri perut bagian

bawah.b. Gejala obstruktif akut sejak 6 bulan yang lalu

- kelemahan pada aliran dan pancaran urine yang dikeluarkan- hesistancy- Penurunan tekanan dan kaliber dari aliran- Sensasi pengosongan VU yang tidak complete.- Berusaha keras untuk kencing (mengedan)- Kencing terakhir menetes.

c. Iritatif symptoms: urgency, frequency (kencing sedikit-sedikit dan sering karena obstruksi prostat) and nocturia (terbangun untuk kencing selama jam tidur > 1 kali)

d. IPSS since 6 months ago 28

2. Pemeriksaan fisik : hipertensi, distensi pada perut bagian bawah, bladder teraba 2 cm di bawah umbilikus, pada pemeriksaan colok dubur tonus sfingternya normal, prostat membesar, konsistensi prostat kenyal.

3. Pemeriksaan lab sedimen urine : RBC 10/HPF, WBC: 0-2/HPFUSG : hidronefrosis ringan pada kedua

ginjal, bladder terasa penuh, prostate membesar dengan ukuran 6cmx5cmx5cm

Page 7: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Analisis Permasalahan1. Anamnesis

a. Retensi urine- apa yang dimaksud denagn retensi urine ?- bagaimana patofisiologinya ?- apa yang dimaksud denagn gejala obstruktif dan iritatif ?- bagaimana mekanisme terjadinya gejala-gejala tersebut ?

Gejala obstruktif :- kelemahan pada aliran dan pancaran urine yang dikeluarkan- hesistancy- Penurunan tekanan dan kaliber dari aliran- Sensasi pengosongan VU yang tidak complete.- Berusaha keras untuk kencing (mengedan)- Kencing terakhir menetes.

Gejala iritatif :urgency, frequency (kencing sedikit-sedikit dan sering karena

obstruksi prostat) and nocturia (terbangun untuk kencing selama jam tidur lebih dari 1)

b. Bagaimana interpretasi dari IPSS MR Brown dan bagaimana nilai IPSS itu diperoleh ?

Page 8: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

2. Pemeriksaan fisika. Apa interpretasi dari pemeriksaan fisik pada Mr Brown ?b. Bagaimana mekanisme dari pemeriksaan fisik tersebut ?c. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik pada Mr. Brown ?

3. Apa sajakah diagnosis banding pada kasus Mr. Brown ?4. Pemeriksaan penunjang (lab dan imaging)

a. Apa interpratasi dari pemeriksaan penunjang ?b. Bagaimanakh mekanisme dari pemeriksaan lab dan imaging tersebut ?c. Bagaimanakah cara melakukan pemeriksaaan tersebut ?

5. Apa dan bagaimanakh diagnosis kerja dari kasus Mr. Browna. Definisib. Etiologic. Epidemiologid. Faktor resikoe. Manifestasi klinik

6. Bagaimankah penatalaksanaan yang mungkin dan yang terbaik yang bisa diberikan dalam kasus Mr. Brown ini ?

7. Seperti apakh prognosis dan komplikasi dari kondisi penyakit Mr. Brown ?

8. Sejauh manakah kompetensi seorang dokter umum dalam menangani kasus Mr. Brown ?

Page 9: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Hipotesis

Mr. Brown (60 tahun) mengalami retensi urine Akut, hidronefrosis, hematuria, dan hipertensi yang disebabkan oleh BPH (Benign Prostat Hiperplasia)

Page 10: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Pembahasan

Page 11: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Sistim urogenital laki-laki

Page 12: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Miksi / Berkemih / Voiding

Anatomi, fisiologi & hubungan saraf yang berperan:

Muskulus detrusor vesika urinaria> n. pelvikus (segment S.2 & S.3) sensorik : regangan dinding vesika urinaria motorik : otot detrusor

Sfingter eksterna (otot lurik, volunter)> n. pudendal

Sfingter interna (leher vesika urinaria/urethra posterior

Page 13: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Siklus&

Refleks Miksi

Vesika urinaria terisi

Peregangan dinding VU

Peningkatan impuls (relay)

Refleks miksi >> kontraksi awal

Stimulus pd reseptor regang sensorik (uretra

posterior)

n. Pelvikus >> S.2 & S.3

medula spinalis

Impuls motorik ke o. detrusor

Refleks miksi berulang

Kontraksi kuat m.detrusor

Relaksasi sfingter eksterna

MIKSI

Pengosongan VU

Diadaptasi dari,

Fisiologi Kedokteran edisi 9. Guyton & Hall

Page 14: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Masalah Urologis Umum pada Laki-laki Usia Lanjut(Common Urologic problems of Aging Men)

LUTS (Symptoms)

BPH (Hyperplasia)

BOO (Obstruction)

Page 15: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Retensi Urine

Adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengeluarkan urin yang terkumpul di dalam vesika urinaria hingga kapasitas maksimal vesika urinaria tidak terpenuhi.

Penyebab:

Obstructive:◦ Interruption Benign prostatic hyperplasia; meatal stenosis; paraphimosis; penile constricting bands;

phimosis; prostate cancer infectious and inflammatory

◦ Balanitis; prostatic abscess; prostatitis Pharmacologic

◦ antidepressants; Sympathomimetic Drugs; NSAIDs Neurologic

◦ Interruption along the pathways of a complex interaction between the brain, autonomic nervous system, and somatic nerves supplying the bladder and urethra

OtherPenile trauma, fracture, or laceration; Disruption of posterior urethra and bladder neck in pelvic trauma; postoperative complication; psychogenic

Page 16: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008
Page 17: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

PathophysiologyAcute Urinary Retention

Ada tiga mekanisme umum: Peningkatan resistensi urethral. Contohnya pada bladder

outlet obstruction (BOO) Rendahya Tekanan Vesica Urinary. Misalnya pada Gangguan

kontraktilitas otot-otot vesica urinaria. Interupsi pada inervasi sensorik maupun motorik pada

vesica urinaria.

Page 18: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Gejala obstruktif pada Mr. Brown

1. Hesitansi (sejak 3 jam lalu)awal keluarnya urin menjadi lama dan seringkali harus mengejan untuk berkemih. Sulit untuk memulai kencing serta harus berdiri atau duduk di toilet beberapa saat terlebih dahulu sebelum kencing.

2. Pancaran urin lemah (sejak 6 bulan lalu)

3. Decreased force of stream (Berkurangnya kekuatan aliran kencing)Perasaan subjektif kehilangan kekuatan saat kencing

4. Sensasi tidak puas/masih bersisa (sejak 6 bulan lalu)residu urin, pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna , Adanya rasa tidak puas setelah berkemih. Perasaan ada urin residu/sisa yang menetap tanpa memerhatikan frekuensi miksi

5. Post- voiding dribbling (sejak 6 bulan lalu)Saat akhir berkemih masih keluar tetesa-tetesan urin. Kehilangan sejumlah kecil urin karena aliran urin yang jelek

Page 19: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Mekanisme Gejala obstruktif

Adanya obstruksi infravesika

Menghambat aliran urin

Tekanan intravesikal ↑

Butuh tekanan yang lebih besar

untuk miksi

hesitansi

Urin yang dikeluarkan ↓

Pancaran urin lemah

Pemanjangan waktu miksi

Ada residual

urin

Sensasi tidak puas

Post-voiding dribbling

Retensi urin di VU

distensi

Nyeri suprapubik

Page 20: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Gejala Iritatif pada Mr. Brown1. Urinary frequency

Frekuensi berkemih yang lebih dari normal. produksi urine yang berlebihan > Penyakit-penyakit diabetes insipidus

> asupan cairan yang berlebihanmenurunnya kapasitas buli-buli > obstruksi infravesika

> menurunnya komplians buli-buli> buli-buli contracted, inflamasi/iritasi

2. Urinary urgency urgensi adalah rasa sangat ingin kencing sehingga terasa sakit.> hiperiritabilitas dan hiperaktivitas buli-buli karena inflamasi, > terdapat benda asing di dalam buli-buli> adanya obstruksi infravesika> karena kelainan buli-buli nerogen.

3. Nocturia Frekuensi berkemih yang lebih dari normal yang terjadi pada malam hari. > produksi urine yang berlebihan > kapasitas buli-buli yang menurun > pada pasien usia tua tidak jarang terjadi peningkatan produksi urine pada

malam hari karena kegagalan ginjal melakukan konsentrasi (pemekatan urine)

Page 21: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Mekanisme Gejala IritatifAdanya obstruksi

infravesika

Menghambat aliran urin

Tekanan intravesikal ↑

Butuh tekanan yang lebih besar

untuk miksi

hesitansi

Urin yang dikeluarkan ↓

Pancaran urin lemah

Pemanjangan waktu miksi

Ada residual urin

Sensasi tidak puas

Post-voiding dribbling

Retensi urin di VU

distensi

Nyeri suprapubik

kapasitas VU ↓

VU terisi pada volume yang

belum mencapai kapasitasnya

terjadi rangsangan miksi

Urinary frequency

kegagalan ginjal melakukan konsentrasi

(pemekatan urine)

peningkatan produksi urine pada malam hari

nocturia

hiperiritabilitas dan hiperaktivitas VU

urgency

Page 22: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Skor ipss Adalah suatu system scoring untuk menilai tingkat

keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah bawah. IPSS ini terdiri dari 7 pertanyaan yang berhungan dengan keluhan miksi (LUTS) dan 1 pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien.

Pada kasus Mr. Brown, nilai IPSS adalah 28, hal ini menunjukkan bahwa gejala saluran kemih bagian bawahnya berada pada tingkatan berat.

Page 23: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Skor ipss

Page 24: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Interpretasi Pem. FisikPemeriksaan fisik Normal Interpretasi

BP: 150/90 mmHg < 120/ <80 mmHg Hipertensi derajat I (140-159/90-99 mmHg)

HR 105 x/min 60-100 x/min Takikardia

T 37o C 36,5-37,2o C Normal

- Kepala- Leher- dada

Normal Normal

Abdomen :-Distensi abdomen bawah-Palpasi bladder teraba 2 cm dibawah umbilicus

(-)(-)

- ada nya tumor- adanya retensi urin (↑ tekanan intra abdomen bag.bawah)- adanya retensi urin di bladder

Edema (-) (-)

Bekas luka (-) (-)

Prostat enlarge,consistancy rubbery, no induration, spinchter tone normal

Curiga BPH

Page 25: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

KeterkaitanSymptoms

Mr Brown (60 tahun)

Hiperplasia prostat

Menyumbat uretra pars prostatika

Penyempitan lumen uretra

Menghambat aliran urin

Urin tertahan di VU (retensi urin)

Vol urin >>

Tekanan VU >>

Distensi abdomen bawah

VU membesar

Palpasi bladder 2cm dibawah umbilicus

↑ rasio stroma :epital (4:1)

↑ tonus otot polos prostat

Dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari

n.pudendus

Aktivitas simpatis ↑

takikardia

Otot-otot VU meregang

Stimulasi reseptor adrenergik α

Aktivitas simpatik ↑

Faktor usia lanjut

Elastisitas PD ↓

PD kaku

Susah untuk berdilatasi

Vasokonstriksi >>

↑ TD

Hipertensi derajat I

Page 26: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Diagnosis Banding

Benign Hiperplasia Prostat Prostatitis Urethral strictures Prostate or Bladder cancer.

Tumor ekstra Vesika Obstruksi leher vesika ( Fibrosis, Kontraktur ) Obstruksi urethra ( striktur, Batu ) Neurogenic Bladder = spinchter dyssinergia

(PD CASE TONUS OTOT NORMAL)

Page 27: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Evaluasi pada Patient yang tampak dengan LUTS / BPH

Page 28: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Diagnosis Algorithm

Page 29: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Interpretasi pemeriksaan laboratorium

No Hasil Pada kasus Normal Interpretasi

1 Serum creatinin 1,0 U/N </= 1 U/N Normal

2 Urin sediment RBC

10/HPF 2-3/ lpb Hematuria

3 WBC 0-2 / HPF < 5 / lpb Normal

Page 30: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Interpretasi pemeriksaan penunjang / USG

No Hasil Pada kasus

Normal Interpretasi

1 Bilateral mild hydronephros

(-) hydronefrosis BPH,Pyeloneftritis

2 Bladder is always full

Terjadi siklus pengosongan dan pemenuhan urine secara periodik.

BPH,batu saluran kemih,

3 Prostat enlarge 6cmX5cmX5cm 4cmX3cmX2,5cm BPH

Page 31: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Hematuria

Adalah adanya sustu keadaan dimana terdapat sel darahh merah di dalam urine.

Penderita mengejan

Venous return tidak lancar

Dilatasi vena

Tahanan intraperitoneal meningkat

hematuria

BPH

(+) hematuria & prostat membesar

Vena-vena membesar (submukosa tipis)

Page 32: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Anamnesiso Retensi urine & LUTS 3 bulano Gejala obstruktif  o hesistancy o Gejala Iritatif; urgency, frequency, nocturia

Physical Examination o Hipertensi o Takikardiao Distensi abdomeno Bladder terabao Pembesaran Prostat

Urinalysis & Labo Hematuria

Imaging evaluation o Hydronephrosiso Prostat enlarge

Page 33: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Test Diagnostik Tambahan dan dapat diperlukan

Uroflowmetry Post void residual urine

volume Pressure flow studies

urodynamic evaluation Prostate-specific antigen

(PSA)

Page 34: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Diagnosis Kerja - BPH

Page 35: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Prostate Lokasi,

Diantara Vesica Urinaria dan dinding dasar pelvis

Dimensi,3 x 4 x 2,5 cmBerat, 20g in size

Fungsi,Sekresi cairan encer seperti susu mengandung ion sitral, kalsium, ion fosfat, enzim pembeku dan profibrinolisin.

Cairan ini melengkapi volume semen dan sifatnya yang basa berperan dalam mengoptimalkan sifat cairan vasdeferens dan sekret vagina yang asam demi keberhasilan fertilisasi

Page 36: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Prostate

Prostate orang dewasa terdiri atas 2/3 bagian glandular dan 1/3 fibromuscular

Glandular portion terbagi dalam 3 Zona:> central (20% to 25% dari total volume)> transitional (5% to 10%)> peripheral (70% to 80%)Serta dua komponen utama: stroma (Otot Polos & jar.Ikat) dan epithelium, yang mengandung kelenjar> ratio normal stroma:epithelium adalah 2:1

Setelah mencapai ukuran dewasa. Prostat berukuran tetap dalam beberapa dekade. Kemudian pada usia paruh baya dan lebih, kelenjar prostat berkembang lagi pada kebanyakan laki-laki.

Page 37: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Benign prostate hyperplasia (BPH)

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau disebut tumor prostat jinak adalah pertumbuhan berlebihan dari sel-sel prostat yang tidak ganas.

Clinically evident 50% pada laki-laki usia 50 tahun, dan 80% pada usia 80 tahun.

Androgens play a permissive role Hyperplasia prostate mempersempit lumen urethra (static

component) Tonus otot polos Prostatic, dimediasi oleh alphaadrenergic

receptors, dan lebih lanjut dapat mengobstruksi bladder outlet (Dynamic component)

Baik pembesaran kelenjar maupun peningkatan tonus otot polos dapat menyebabkan lower urinary tract symptoms (LUTS)

Page 38: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Etiologi

Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia prostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging

Beberapa teori atau hipotesis mengenai penyebab BPH:1. Teori Hormonal2. Teori Growth Factor (faktor pertumbuhan)3. Teori Peningkatan Lama Hidup Sel-sel Prostat karena

Berkuramgnya Sel yang mati4. Teori Sel Stem (stem cell hypothesis) 5. Teori Dihydro Testosteron (DHT) 6. Teori Reawakening

Page 39: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Faktor Penyerta Etiologi BPH

Androgens– Testosterone, DHT play permissive role

Stromal-epithelial interactions– Paracrine growth factor signaling

> Cell proliferation> Apoptosis

Sel-sel radang pada prostate

Smooth muscle controlled by adrenergic nerves

Nervous supply has a permissive role and allows for maximal growth

Page 40: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Patologi

Perubahan paling awal pada BPH adalah di kelenjar periuretra sekitar verumontanum.

a. Perubahan hiperplasia pada stroma berupa nodul fibromuskuler, nodul asinar atau nodul campuran fibroadenomatosa.

b. Hiperplasia glandular terjadi berupa nodul asinar atau campuran dengan hiperplasia stroma. Kelenjar-kelenjar biasanya besar dan terdiri atas tall columnar cells. Inti

sel- sel kelenjar tidak menunjukkan proses keganasan.

Page 41: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Patthogenesis

Page 42: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008
Page 43: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Faktor Resiko Primer pada BPH / Pembesaran Prostate

Penuaan — Faktor resiko utama Herediter / Keturunan — Riwayat keluarga Status Pernikahan — Pria yang menikah memiliki

kecendrungan menderita BPH dibandingkan Pria Lajang (Single)

Nationality / Ras — BPH atau pembesaran prostat lebih sering diderita orang Amerika dan Eropa daripada laki-laki Asia

Page 44: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Symptoms BPH / Pembesaran Prostate

Page 45: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Symptoms BPH / Pembesaran Prostate

Page 46: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Penatalaksanaan

Tujuan:1. memperbaiki keluhan miksi2. meningkatkan kualitas hidup3. mengurangi obstruksi infravesika4. mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal5. mengurangi volume residu urine setelah miksi6. mencegah progesifitas penyakit

Page 47: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Treatment Algorithm

Page 48: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

kateterisasi

Pemasangan kateter pada pria :

1. setelah dilakukan disinfeksi pada penis dan daerah disekitarnya, daerah genitalia dipersempit dengan kain steril.

2. kateter yang telah diolesi dengan pelicin/ jelly dimasukkan kedalam orifisium uretra eksterna.

3. pelan-pelan kateter didorong masuk dan kira-kira pada daerah bulbomembranasea (yaitu daerah sfingter uretra eksterna) akan terasa tahanan dalam hal ini pasien diperintahkan untuk mengambil nafas dalam supaya sfingter uretra eksterna menjadi lebih relaks. Kateter terus didorong hingga masuk ke buli-buli yang ditandai dengan keluarnya urine dari lubang kateter.

4. sebaiknya kateter terus didorong masuk ke buli-buli lagi hingga percabangan kateter menyentuh meatus uretra eksterna.

5. Balon kateter dikembangkan dengan 5-10 mL air steril.6. jika diperlukan kateter menetap, kateter dihubungkan dengan pipa penampung

(urine bag).7. kateter difiksasi dengan plester di daerah inguinal atau paha bagian proksimal.

Fikasasi kateter yang tidak betul, 9yaitu yang mengarah ke kaudal) akan menyebabkan terjadinya penekanan pada uretra bagian penoskrotal sehingga terjadi nekrosis. Selanjutnya di tempat ini akan timbul striktura utetra atau fistel uretra.

Page 49: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Treatments (continue)

Watchful waiting

Teknik Minimal Invasive – TUMT

– TUNA – WIT

Terapi Medikamentosa– Phytotherapy– 5α-reductase inhibitors– α-blockers– Combination therapy

• Tindakan Bedah– TURP (gold standard)– TUIP– Open surgery– TUVP– ILC– VLAP– Prostatic stents

Page 50: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Pilihan treatment pada BPH

Page 51: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Watch and Wait

Watchful waiting dilakukan pada penderita dengan keluhan ringan (skor IPSS < 7 atau Madsen-Iversen < 9).

Tindakan yang dilakukan adalah observasi saja tanpa pengobatan.

Pasien diberi nasihat agar mengurangi minum setelah makan malam agar mengurangi nokturia, menghindari obat-obat parasimpatolitik (mis: dekongestan), mengurangi kopi, dan melarang minum minuman alkohol agar tidak terlalu sering buang air kecil.

Penderita dianjurkan untuk kontrol setiap tiga bulan untuk diperiksa: skoring, uroflowmetri, dan TRUS. Bila terjadi kemunduran, segera diambil tindakan.

Page 52: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

BPH: medical options

Alpha blockers: mengurangi tonus otot polos pada jaringan prostate dan leher vesica urinaria serta mengurangi resistensi aliran urine

Dinilai sebagai monotheraphy terbaik untuk meredakan symptom dalam waktu dekat.

5 alpha-reductase inhibitors: Didemontrasikan untuk dapat menghindari progresivitas BPH.

Kombinasi therapy ( alpha blocker + 5 alphareductase inhibitor) merupakan treatment paling efektif untuk symptomps dan progresi BPH pada moderate hingga severe symptomp.

Page 53: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Alpha Blocker

Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor α -1 yang banyak ditemukan pada otot polos ditrigonum, leher buli-buli, prostat, dan kapsul prostat. Dengan demikian, akan terjadi relaksasi di daerah prostat sehingga tekanan pada uretra pars prostatika menurun dan mengurangi derajat obstruksi.

Obat ini dapat memberikan perbaikan gejala obstruksi relatif cepat.

Efek samping dari obat ini adalah penurunan tekanan darah yang dapat menimbulkan keluhan pusing (dizziness), lelah, sumbatan hidung, dan rasa lemah (fatique).

Page 54: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Xatral*

Cardura*

Flomax*

Hytrin*

Proscar*

*Merek dagangSumber: Levy, Albert, MD et al.

Benign prostatic hyperplasia: When to ‘watch and wait,’ when and how to treat.

Cleveland Clinic Journal of Medicine

Page 55: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Pemilihan alpha-blocker

Page 56: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

α-adrenergic receptor distribution inthe lower urinary tract

Page 57: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Keuntungan Penggunaan alpha blockers

Perbaikan yang cepat pada urinary flow Mengurangi gejala LUTS Memiliki efikasi yang sama diantara berbagai agent

dikelasnya. Ber-efek moderate pada disfungsi sexual, kecuali

tamsulosin

Page 58: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

5α-Reductase Inhibitors

Obat ini bekerja dengan menghambat kerja enzim 5 α reduktase, sehingga testosteron tidak diubah menjadi dehidrotestosteron. Dengan demikian, konsentrasi DHT dalam jaringan prostat menurun, sehingga tidak akan terjadi sintesis protein. Obat ini baru akan memberikan perbaikan simptom setelah 6 bulan terapi. Salah satu efek samping obat ini adalah menurunnya libido dan kadar serum PSA2

Dilaporkan bahwa pemberian obat ini (finasterid) 5 mg sehari yang diberikan sekali setelah enam bulan mampu menyebabkan penurunan prostat hingga 28 %; hal ini memperbaiki keluhan miksi dan pancaran miksi.

Page 59: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Hypothesis DHT pada Stimulasi BPH dan Mekanisme Aksi 5α-Reductase Inhibitors

Page 60: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Fitoterapi

Fitoterapi ini kemungkinan bekerja sebagai anti-estrogen,anti- androgen, menurunkan kadar serum hormone binding globulin (SHBG), inhibisi basic fibroblast growth factor (bFGF) dan epidermal growth factor (EGF), mengacaukan metabolisme prostaglandin, efek anti inflamasi, menurunkan outflow resistance dan memperkecil volume prostat

Page 61: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Minimally invasive techniques (MIT)

Transurethral needle ablation (TUNA) Transurethral microwave therapy (TUMT) Laser resection or ablation Electrovaporization Transurethral incision of the prostate (TUIP) Water-Induced Thermotherapy* Ethanol Invection* Intraprostatic stents (very uncommon)

Page 62: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

TUMT TUNA

Green light Laser

Holmium light Laser

Page 63: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Indikasi Bedah

Tindakan bedah direkomendasikan pada pasien penderita BPH yang terindikasi:

Renal insufficiency Urinary retention Recurrent urinary tract infection Bladder calculi Hydronephrosis Post void residual volume >500 mL

(volume urine residu / sisa setelah miksi)

Sumber: Levy, Albert, MD et al. Benign prostatic hyperplasia: When to ‘watch and wait,’ when and how to treat. Cleveland Clinic Journal of Medicine

Page 64: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Open prostatectomy

Dianjurkan pada pembesaran prostate >100 g dan pada penderita bladder cancer

Kelebihan: Follow-up pembedahan tidak begitu dipentingkan

Kekurangan: > Insisi abdominal > longer convalescence vs. transurethral approaches> Berpotensi Hemorrhage

Page 65: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Transurethral resection of the prostate (TURP)

Kelebihan: 90% memperbaiki Symtomps Invasi lebih minimal

dibandingkan prostatectomy Hanya mebutuhkan anastesi

regional / lokal

Kekurangan: Potensi komplikasi:

– Infeksi– Pendarahan– Reoperation / operasi ulang– Impotensi dan Incontinence

(Jarang)

Page 66: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Outcomes Setelah Pembedahan

Perbaikan Subjektif dan Objektif dalam waktu singkat

Impotensi: 4 - 30% Urinary incontinence: 1-3% BPH reccurent dalam 5 tahun: 2-10%

Page 67: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Komplikasi Potensial pada BPH

Urinary retention Renal impairment Urinary tract infection Gross hematuria Bladder stones Bladder decompensation Overflow incontinency

Page 68: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Prognosis

Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu walaupun gejalanya cenderung meningkat.

Namun, BPH yang tidak segera ditindak memiliki prognosis yang buruk karena dapat berkembang menjadi kanker prostat.

Menurut penelitian, kanker prostat merupakan kanker pembunuh no 2 pada pria setelah kanker paru-paru.

BPH yang telah diterapi juga menunjukkan berbagai efek samping yang cukup merugikan bagi penderita.

Page 69: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Dietary Recommendations

Makanan rendah karbohidrat / tinggi protein nabati (sayuran) contoh: raw pumpkin seeds, cold water fish (salmon, halibut, etc.), soy protein products, fresh vegetables and fruits, and flax oil and meal.

Drink at least 3 quarts of fresh water daily. Choose organically grown foods when possible. Hindari

alcohol (especially beer), processed foods, fast foods, hydrogenated oils and margarine, refined sugar and flour/white flour, animal fats, caffeine, commercially raised and processed meats and dairy products.

Support Nutrisi: Flax seed oil: 1 tablespoon daily, Vitamin C: 500 mg three times a day, Zinc: 30 to 50 mg daily, Vitamin E: 400 IU daily.

Source: Special BPH Treatment, www.urolog.nl

Page 70: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Zat-zat gizi yang penting untuk menjaga kesehatan prostat sebagai pencegahan BHP

1. Vitamin A, E, dan C, antioksidan yang berperan penting dalam mencegah pertumbuhan sel kanker, karena menurut penelitian, 5-10% kasus BPH dapat berkembang menjadi kanker prostat.

2. Vitamin B1, B2, dan B6, yang dibutuhkan dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, sehingga kerja ginjal dan organ tubuh lain tidak terlalu berat.

3. Copper (gluconate) dan Parsley Leaf, yang dapat membantu melancarkan pengeluaran air seni dan mendukung fungsi ginjal.

4. L-Glysine, senyawa asam amino yang membantu sistem penghantaran rangsangan ke susunan syaraf pusat.

5. Zinc, mineral ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi dan kualitas sperma.

Page 71: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Kompetensi Dokter Umum dan Kapan Merujuk

Merujuk ke urologist bila:

hematuria ISK berulangVolume postvoid residu besar (>800ml)Batu BladderPeningkatan Level PSA (Prostate specific antigen)Tidak respon terhadap conservative treatment.

Page 72: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Penutup

“Pasien berhak mendapat informasi mengenai ‘benefit & harms’ dari treatment options dan lebih berhak lagi dalam menentukan treatment choice”,

example, “I prefer to get long with the less risky option even though doctor knows it is less effective”

Tapi, dalam situasi tertentu statement di atas tidak selamanya mutlak.

Page 73: Benign Prostatic Hyperplasia - Blok 11FK UNSRI, 2008

Referensi

Guyton et Hall. 2008. Fisiologi Kedokteran edisi 9. Jakarta:EGC

Lee, David I., MD. Benign Prostatic Hyperplasia. Penn Presbyterian Hospital - Univesity of Pennsylvania.

Levy, Albert, MD et al. Benign prostatic hyperplasia: When to ‘watch and wait,’ when and how to treat. Cleveland Clinic Journal of Medicine Volume 74. May 2007: S15-S20.

Nordling J et al. In: Chatelain C et al, eds. Benign Prostatic Hyperplasia. Plymouth, UK: Health Publication Ltd; 2001:107-166.

Reynard, John. Lower Urinary Tract Emergencies. http://www.springer.com/978-1-85233-811-4

Special BPH Treatment, www.urolog.nl

… Many more