Bedside Teaching

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/23/2018 Bedside Teaching

    1/22

    6

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep Bedside Teaching2.1.1PengertianBedside Teaching

    Bedside teachingmerupakan metode mengajar kepada peserta didik, yang

    aktivitasnya dilakukan di samping tempat tidur klien dan meliputi kegiatan

    mempelajari kondisi klien dan asuhan keperawatan yang dibutuhkan klien

    (Nursalam, 2007).

    2.1.2ManfaatAgar pembimbing klinik dapat mengajarkan dan mendidik peserta didik

    untuk menguasai keterampilan prosedural, menumbuhkan sikap profesional,

    mempelajari perkembangan biologis/fisik, melakukan komunikasi dan

    pengamatan langsung (Nursalam, 2007). Bedside teaching juga memberikan

    kesempatan pembimbing klinik mengobservasi keterampilan klinik peserta didik

    dan memberikan umpan balik yang langsung dan segera kepada peserta didik.

    Selain itu dapat dilaksanakan pada hampir semua klien, baik yang menjalani rawat

    inap maupun rawat jalan (http://www.ucimc.netouch.com). Pembelajaran bedside

    teaching memungkinkan peserta didik belajar sambil melakukan sendiri, sehingga

    hal ini sesuai dengan pepatah: Apa yang saya dengar, saya lupa; Apa yang saya

    lihat, saya ingat; Apa yang saya lakukan, saya tahu.

    2.1.3Persiapan (Nursalam, 2007;http://www.ucimc.netouch.com)2.1.3.1Pembimbing1) Berkoordinasi dengan staf di klinik agar tidak mengganggu jalannya

    rutinitas perawatan klien.

    http://www.ucimc.netouch.com/http://www.ucimc.netouch.com/http://www.ucimc.netouch.com/http://www.ucimc.netouch.com/http://www.ucimc.netouch.com/http://www.ucimc.netouch.com/http://www.ucimc.netouch.com/http://www.ucimc.netouch.com/
  • 5/23/2018 Bedside Teaching

    2/22

    7

    2) Mempersiapkan diri menjadi model peran profesional bagi peserta didik.3) Diperlukan untuk menjadi pembimbing yang efektif dan efisien, serta

    memiliki keahlian dan keterampilan dalam melaksanakan tindakan dan

    prosedur keperawatan.

    4) Membuat tujuan tiap sesi pembelajaran, misalnya keterampilan klinik yangharus dicapai peserta didik.

    2.1.3.2Peserta Didik1) Peserta didik mampu menggunakan dirinya secara efektif, artinya dapat

    mengoptimalkan penggunaan kekuatannya dan meminimalkan pengaruh

    kelemahan yang ada pada dirinya.

    2) Peserta didik mempersiapkan diri untuk menghadapi kasus yang akandikelolanya.

    3) Peserta didik memahami persiapan teknikal yang harus dilalui:(1) Peserta didik mengikuti pembelajaran bedside teaching.(2) Peserta didik melakukan keterampilan teknik prosedural langsung di bawah

    supervisi pembimbing klinik.

    (3) Peserta didik melakukan keterampilan secara mandiri tanpa kehadiranpembimbing klinik.

    2.1.3.3Sarana dan Prasarana1) Melengkapi fasilitas/prasarana yang akan digunakan.2) Jika dibutuhkan persiapkan tempat konferensi khusus, atau ruangan yang

    disepakati untuk melakukanpredanpost conference.

    2.1.3.4Persiapan Klien1)

    Perkenalkan diri (pembimbing dan peserta didik) kepada klien.

  • 5/23/2018 Bedside Teaching

    3/22

    8

    2) Jelaskan tujuan pertemuan.3) Jelaskan pada klien bahwa klien boleh berpartisipasi dalam pelaksanaan

    kegiatan.

    2.1.4Prinsip Pelaksanaan (Nursalam, 2007):1) Jumlah peserta didik dibatasi (ideal 5-6 orang).2) Diskusi pada awal dan paska demonstrasi di depan klien dilakukan

    seminimal mungkin.

    3) Kaji pemahaman peserta didik sesegera mungkin terhadap apa yangdidapatnya saat itu.

    4) Kegiatan didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum pernah diperolehpeserta didik sebelumnya, atau apabila peserta didik menghadapi kesulitan

    menerapkan.

    2.1.5Fase-Fase Pelaksanaan (Nursalam, 2007;http://www.ucimc.netouch.com)2.1.5.1Pre-Conference/Briefing1) Menentukan kasus yang akan dihadapi, tujuan spesifik yang ingin dicapai

    oleh peserta didik dan kriteria evaluasi.

    2) Persiapkan peserta didik sebelum bertemu dengan klien, yang meliputi:menanyakan pengetahuan dan pengalaman peserta didik sebelumnya,

    menanyakan permasalahan peserta didik yang memerlukan bantuan

    pembimbing.

    3) Berikan peserta didik penjelasan tentang pedoman pelaksanan.4) Persiapkan klien dan jelaskan tujuan pertemuan.

    http://www.ucimc.netouch.com/http://www.ucimc.netouch.com/http://www.ucimc.netouch.com/http://www.ucimc.netouch.com/
  • 5/23/2018 Bedside Teaching

    4/22

    9

    2.1.5.2Implementasi/Demonstration and Inclusion of Microskills1) Memberikan kesempatan peserta didik untuk melihat bagaimana

    pembimbing berinteraksi dengan klien.

    2) Memberi kesempatan peserta didik melakukan keterampilan teknikprosedural dalam rangka memberikan asuhan keperawatan dengan

    supervisi.

    3) Memfasilitasi belajar aktif peserta didik dengan memberikan pertanyaanberkaitan dengan apa yang dilakukan peserta didik dan mengapa itu

    dilakukan.

    4) Mengobservasi kemampuan klinik peserta didik dan mengobservasiinteraksi peserta didik dengan klien.

    2.1.5.3Post-Conference/Debriefing1) Membahas hal-hal yang telah dilakukan pada saat implementasi.2) Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan masukan atau

    menyampaikan pertanyaan.

    3) Berikan umpan balik pada peserta didik baik yang positif maupun yangnegatif. Mulailah umpan baik yang positif dengan memberikan penguatan

    baik pujian dan dorongan untuk lebih baik lagi.

    4) Koreksi kesalahan peserta didik dengan menunjukkan atau menjelaskanbagaimana melakukan keterampilan klinik tersebut dan bagaimana

    meningkatkannya.

    5) Menemukan kendala yang dihadapi dan mencari cara untuk mengatasinya.6) Mengukur tingkat pencapaian tujuan praktik saat itu.

  • 5/23/2018 Bedside Teaching

    5/22

    10

    2.1.5.4Evaluasi1) Menilai kemampuan intelektual, teknikal dan interpersonal peserta didik.2) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menilai cara dan

    metode yang dilaksanakan pembimbing.

    3) Mencari cara yang lebih efektif yang digunakan untuk meningkatkanmetode pembelajaran.

    2.1.6Beberapa Faktor yang Mempengaruhi KeberhasilanBedside Teaching2.1.6.1Faktor Internal Peserta Didik (Herawani, 2001; Sunaryo, 2004)1) Faktor fisiologis(1) Kematangan fisik: fisik peserta didik yang sudah matang atau siap untuk

    belajar akan memudahkan dan memperlancar proses bedside teaching.

    (2) Keadaan indra: keadaan indra peserta didik yang sehat dan normal, terutamapenglihatan dan pendengaran akan memperlancar dan mendukung proses

    bedside teaching.

    (3) Keadaan kesehatan: kondisi badan peserta didik yang sehat dan tidak cacatakan memperlancar dan mendukung proses bedside teaching.

    2) Faktor psikologis(1) Motivasi dan kesiapan: motivasi adalah keinginan untuk belajar, sedangkan

    kesiapan mencerminkan keinginan dan kemampuan peserta didik untuk

    belajar. Belajar yang dilandasi motivasi yang kuat dan berasal dari dalam

    diri individu serta peserta didik merasa siap, akan memperlancar proses

    bedside teaching.

    (2) Emosi: emosi yang stabil, terkendali dan tidak emosional akan mendukungproses bedside teaching.

  • 5/23/2018 Bedside Teaching

    6/22

    11

    (3) Sikap: sikap peserta didik yang positif terhadap materi, fasilitator, kondisifisik dan dalam menerima pengajaran akan memperlancar proses bedside

    teaching.

    (4) Minat: materi pembelajaran yang menarik akan mempermudah peserta didikmempelajari materi pembelajaran dengan sebaik-baiknya.

    (5) Bakat: peserta didik yang berbakat pada bidang tertentu, bila mengikutimateri pembelajaran yang sesuai dengan bakatnya akan mempermudah

    proses pembelajaran.

    (6) Intelegensi: di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi bedsideteaching, faktor intelegensi sangat besar pengaruhnya dalam proses dan

    kemajuan pembelajaran peserta didik. Apabila peserta didik memiliki

    intelegensi tinggi akan mudah untuk memperoleh hasil pembelajaran yang

    baik.

    (7) Kreativitas: peserta didik yang mempunyai kreativitas, memiliki usahauntuk memperbaiki kegagalan, sehingga akan merasa aman bila menghadapi

    bedside teaching.

    2.1.6.2Faktor Eksternal/di Luar Peserta Didik (Herawani, 2001; Sunaryo, 2004)1) Faktor sosial:(1) Pembimbing/pendidik: pembimbing yang mampu mendidik dengan baik,

    mampu berkomunikasi dengan baik, penuh perhatian terhadap peserta didik,

    tahu kebutuhan dan kesulitan yang dihadapi peserta didik, dan mampu

    menciptakan hubungan baik dengan peserta didik, akan berpengaruh besar

    terhadap keberhasilan bedside teaching.

  • 5/23/2018 Bedside Teaching

    7/22

    12

    (2) Manusia yang hadir: manusia yang hadir pada saat peserta didik sedangbelajar dapat mengganggu proses bedside teaching, misalnya: suasana

    menjadi gaduh dan berisik. Selain itu dukungan klien terhadap interaksi

    selama bedside teaching akan mempengaruhi keberhasilan pembelajaran.

    2) Faktor non sosial:(1) Alat bantu serta sarana dan prasarana yang memadai akan membantu proses

    bedside teaching.

    (2) Lingkungan belajar yang optimal memfasilitasi pembelajaran denganmengurangi distraksi dan memberikan kenyamanan fisik dan psikologis.

    (3) Materi atau bahan pelajaran serta metode pembelajaran: dengan keterlibatanaktif, pemberian umpan balik, pengulangan dan pembelajaran dari

    sederhana ke kompleks. Keterlibatan aktif dan pengulangan membuat

    pembelajaran lebih cepat dan retensi materi akan lebih baik. Umpan balik

    membantu orang mempelajari keterampilan psikomotor dengan mengaitkan

    dengan tujuan yang diinginkan. Sedangkan pembelajaran dari sederhana ke

    kompleks mempermudah pemahaman informasi baru, mengasimilasikannya

    dengan pembelajaran sebelumnya dan membentuk pemahaman baru, karena

    materi terorganisasi sedara logis dan berurutan.

    2.2 Konsep Kemampuan2.2.1Pengertian

    Kemampuan adalah kesanggupan/kecakapan untuk melakukan sesuatu (Tim

    Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1990).

    Kemampuan dapat diartikan juga sebagai kapasitas individu untuk mengerjakan

  • 5/23/2018 Bedside Teaching

    8/22

    13

    berbagai tugas dalam suatu pekerjaan dan merupakan perilaku yang

    dihasilkan/terbentuk dari proses belajar (Notoatmodjo, 2003).

    2.2.2Komponen Utama KemampuanSesuai dengan taxonomi Bloom Theory, kemampuan seseorang dalam

    mengerjakan suatu pekerjaan atau kegiatan merupakan hasil dari proses belajar,

    baik yang sengaja dilakukan maupun terjadi secara kebetulan. Proses

    pembelajaran manusia tersebut mencakup 3 domain: cognitive domain, yaitu

    domain yang berkaitan dengan aspek intelektual atau berpikir/bernalar, yang dapat

    diukur dengan knowledge/pengetahuan; affective domain, yaitu domain yang

    berkaitan dengan aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan

    terhadap moral dan sebagainya, yang dapat diukur dengan attitude/sikap; dan

    psychomotor domain, yaitu domain yang berkaitan dengan aspek keterampilan

    yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuromuscular system) dan fungsi

    psikis, yang dapat diukur dari practice/keterampilan (BNSP, 2003; Notoatmodjo,

    2003; Sudrajat, 2008; Sunaryo, 2004). Kemampuan terbentuk diawali dari

    cognitive domain, yaitu individu terlebih dahulu tahu terhadap materi, sehingga

    menimbulkan pengetahuan pada individu, kemudian diikuti affective domain,

    yaitu respons batin dalam bentuk sikap dari individu dan diakhiri dengan

    psychomotor/tindakan individu. Hal itu terjadi karena kemampuan merupakan

    hasil dari belajar dan pengalaman (George, 1994). Kemampuan yang didasari

    pengetahuan umumnya bersifat langgeng (Notoatmodjo, 2003; Sunaryo, 2004).

    2.2.2.1Domain KognitifAdapun tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif, mencakup 6

    tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2003; Sudrajat, 2008):

  • 5/23/2018 Bedside Teaching

    9/22

    14

    1) Tahu (Know)Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

    sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengenal dan

    mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

    yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat

    pengetahuan yang paling rendah tetapi paling mendasar. Dilihat dari objek yang

    diketahui, isi pengetahuan dapat digolongkan sebagai berikut (Sudrajat, 2008):

    (1) Mengetahui sesuatu secara khusus:- Mengetahui terminologi, yaitu berhubungan dengan mengenal atau

    mengingat kembali istilah atau konsep tertentu yang dinyatakan dalam

    bentuk simbol, baik berbentuk verbal maupun non verbal.

    - Mengetahui fakta tertentu, yaitu mengenal atau mengingat kembalitanggal, peristiwa, orang, tempat, sumber informasi, kejadian masa lalu

    dan sebagainya.

    (2) Mengetahui tentang cara untuk memproses atau melakukan sesuatu:- Mengetahui kebiasaan atau cara mengetengahkan ide atau pengalaman.- Mengetahui urutan dan kecenderungan, yaitu proses, arah dan gerakan

    suatu gejala atau fenomena pada waktu yang berkaitan.

    - Mengetahui penggolongan atau pengkategorisasian. Mengetahui kelas,kelompok, perangkat atau susunan yang digunakan dalam bidang

    tertentu atau memproses sesuatu.

    - Mengetahui kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi fakta,prinsip, pendapat atau perlakuan.

  • 5/23/2018 Bedside Teaching

    10/22

    15

    - Mengetahui metodologi, yaitu seperangkat cara yang digunakan untukmencari, menemukan atau menyelesaikan masalah.

    - Mengetahui prinsip dan generalisasi.- Mengetahui teori dan struktur.- Mengetahui hal-hal yang universaldan abstrak dalam bidang tertentu,

    yaitu ide, bagan dan pola yang digunakan untuk mengorganisasi suatu

    fenomena atau pikiran.

    2) Memahami (Comprehension)Memahami atau disebut juga mengerti diartikan sebagai suatu kemampuan

    untuk mengorganisasikan materi yang diketahui, dengan menjelaskan dan

    mengintepretasikan dengan benar tentang materi tersebut. Orang yang telah

    paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

    menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajarinya.

    Adapun tingkatan dalam pemahaman meliputi (Sudrajat, 2008):

    (1) Translasi, yaitu mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpaperubahan makna.

    (2) Interpretasi, yaitu menjelaskan makna yang terdapat dalam simbol, baikdalam bentuk simbol verbal maupun nonverbal. Individu yang dikatakan

    dapat menginterpretasikan tentang konsep atau prinsip tertentu, jika

    dapatmembedakan, memperbandingkan atau mempertentangkan konsep

    satu dengan konsep yang lain.

    (3) Ekstrapolasi, yaitu melihat kecenderungan, arah atau kelanjutan dari suatutemuan tertentu.

  • 5/23/2018 Bedside Teaching

    11/22

    16

    3) Aplikasi (Application)Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

    telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini

    diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

    sebagainya ke dalam konteks atau situasi lain, untuk memecahkan masalah.

    4) Analisis (Analysis)Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

    objek ke dalam komponen/bagian lebih kecil, tetapi masih di dalam satu struktur

    organisasi yang masih terkait satu dengan yang lain. Ukuran kemampuan analisis

    adalah dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan,

    mengelompokkan, dan sebagainya. Menurut Bloom, yang dikutip Sudrajat (2008),

    kemampuan analisis terdiri atas:

    (1) Menganalisis unsur:- Kemampuan melihat asumsi-asumsi yang dinyatakan secara eksplisit

    pada suatu pernyataan.

    - Kemampuan untuk membedakan fakta dan hipotesa.- Kemampuan untuk membedakan pernyataan faktual dengan pernyataan

    normatif.

    - Kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai motif dan membedakanmekanisme perilaku antara individu dan kelompok.

    - Kemampuan untuk memisahkan kesimpulan dari berbagai pernyataanyang mendukungnya.

    (2) Menganalisis hubungan:- Kemampuan melihat secara komprehensif interrelasi antar ide-ide.

  • 5/23/2018 Bedside Teaching

    12/22

    17

    - Kemampuan untuk mengenal berbagai unsur khusus yangmembenarkan suatu pernyataan.

    - Kemampuan untuk mengenal fakta atau asumsi yang esensial yangmendasari suatu pendapat atau tesis atau argumen yang mendukungnya.

    - Kemampuan untuk memastikan konsistensinya hipotesis denganinformasi atau asumsi yang ada.

    - Kemampuan untuk menganalisis hubungan di antara pernyataan danargumen guna membedakan mana pernyataan yang relevan dan mana

    yang tidak.

    - Kemampuan untuk mendeteksi hal-hal yang tidak logis di dalam suatuargumen.

    - Kemampuan untuk mengenal hubungan kausal dan unsur-unsur yangpenting dan yang tidak penting di dalam perhitungan historis.

    (3) Menganalisis prinsip-prinsip organisasi:- Kemampuan untuk menguraikan antara alat dan bahan.- Kemampuan untuk mengenal bentuk dan pola dalam rangka memahami

    maknanya.

    - Kemampuan untuk mengetahui maksud, sudut pandang atau caraberpikir pengarang materi dan perasaan yang dapat diperoleh dalam

    materi tersebut.

    - Kemampuan untuk melihat teknik yang digunakan dalam menyusunsuatu materi yang bersifat persuatif.

    5) Sintesis (Synthesis)Sintesis yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di

    dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, atau kemampuan untuk menyusun

  • 5/23/2018 Bedside Teaching

    13/22

    18

    formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Kemampuan berfikir

    induktif dan konvergen merupakan ciri kemampuan ini. Ukuran kemampuan

    sintesis adalah dapat menyusun, meringkas, merencanakan, dan menyesuaikan

    suatu teori atau rumusan yang telah ada.

    6) Evaluasi (Evaluation)Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

    penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan

    pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria

    yang telah ada, baik yang kualitatif maupun kuantitatif.

    2.2.2.2Domain AfektifSikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

    terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan kesiapan/kecenderungan

    untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

    terhadap objek (Notoatmodjo, 2003; Sunaryo, 2004). Menurut Allport (1954),

    sikap mempunyai 3 komponen pokok, yang pertama kepercayaan/keyakinan, ide

    dan konsep terhadap objek, yang kedua, kehidupan emosional atau evaluasi

    terhada objek, dan yang terakhir kecenderungan untuk bertindak/tend to behave

    ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

    attitude). Penentuan sikap yang utuh ini sangat dipengaruhi oleh pengetahuan,

    pikiran, keyakinan dan emosi (Notoatmodjo, 2003). Menurut Soekidjo

    Notoatmodjo (2003), sikap memiliki berbagai tingkatan, yaitu:

    1) Menerima (Receiving)Menerima diartikan bahwa orang ingin dan mau serta memperhatikan materi

    (stimulus) yang diberikan. Tahapan penerimaan adalah (Sudrajat, 2008):

  • 5/23/2018 Bedside Teaching

    14/22

    19

    (1) Kesiapan untuk menerima (awareness), yaitu adanya kesiapan untukberinteraksi dengan stimulus (fenomena atau objek yang dipelajari), yang

    ditandai dengan kehadiran dan usaha untuk memberi perhatian pada

    stimulus yang bersangkutan.

    (2) Kemauan untuk menerima (willingness to receive), yaitu usaha untukmengalokasikan perhatian pada stimulus yang yang bersangkutan.

    (3) Mengkhususkan perhatian (controlled or selected attention). Mungkinperhatian itu hanya tertuju pada warna, suara atau kata-kata tertentu saja.

    2) Merespons (Responding)Pada tingkat ini, individu mengadakan aksi terhadap stimulus, individu

    dapat memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

    yang diberikan. Adanya usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan

    tugas yang diberikan berarti bahwa orang tersebut menerima ide tersebut. Adapun

    proses merespon meliputi (Sudrajat, 2008):

    (1) Kesiapan menanggapi (acquiescene of responding), misalnya mengajukanpertanyaan, mentaati peraturan dan lain-lain.

    (2) Kemauan menanggapi (willingness to respond), yaitu usaha untuk melihathal-hal khusus di dalam bagian yang diperhatikan.

    (3) Keputusan menanggapi (satisfaction in response), yaitu adanya aksi ataukegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk memuaskan keinginan

    mengetahui.

    3) Menghargai (Valuing)Pada tingkat ini sudah timbul proses internalisasi untuk memiliki dan

    menghayati nilai dari stimulus yang dihadapi, sikap individu mengajak orang lain

  • 5/23/2018 Bedside Teaching

    15/22

    20

    untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Adanya tindakan untuk

    mengerjakan atau mendiskusikan masalah tersebut, berarti individu mempunyai

    sikap yang positif. Menghargai terbagi atas empat tahap, sebagai berikut

    (Sudrajat, 2008):

    (1) Menerima nilai (acceptance of value), yaitu kelanjutan dari usahamemuaskan diri untuk menanggapi secara lebih intensif.

    (2) Menyeleksi nilai yang lebih disenangi (preference for a value) yangdinyatakan dalam usaha untuk mencari contoh yang dapat memuaskan

    perilaku menikmati.

    (3) Komitmen yaitu kesetujuan terhadap suatu nilai dengan berbagai alasantertentu yang muncul dari rangkaian pengalaman.

    (4) Komitmen ini dinyatakan dengan rasa senang, kagum, terpesona. Kagumatas keberanian seseorang, menunjukkan komitmen terhadap nilai

    keberanian yang dihargainya.

    4) Bertanggung jawab (Responsible)Hal ini berarti individu bertanggung jawab dan siap menanggung segala

    risiko atas segala sesuatu yang telah dipilihnya. Pada tahap ini, individu tidak

    hanya menginternalisasi satu nilai tertentu seperti pada tahap komitmen, tetapi

    mulai melihat beberapa nilai yang relevan untuk disusun menjadi satu sistem nilai,

    selain itu individu memiliki kemampuan untuk menghayati atau mempribadikan

    sistem nilai, sehingga sistem ini selalu konsisten (Sudrajat, 2008).

    2.2.2.3Domain Psikomotor/Practice/TindakanTindakan atau praktik adalah sesuatu yang dilakukan/dilaksanakan secara

    nyata sesuai dengan teori (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan

    Pengembangan Bahasa, 1990). Domain ini berkaitan dengan berbagai aspek

  • 5/23/2018 Bedside Teaching

    16/22

    21

    keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuromuscular

    system) serta fungsi psikis (Sudrajat, 2008). Faktor pendukung atau kondisi yang

    memungkinkan terlaksananya tindakan, antara lain fasilitas, dan dukungan dari

    pihak lain (support). Tindakan ini mempunyai beberapa tingkatan, yaitu

    (Notoatmodjo, 2003; Sudrajat, 2008; Sunaryo, 2004):

    1) Persepsi (Perception)Persepsi yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

    tindakan yang akan diambil/dilakukan, hal ini berhubungan dengan kesediaan diri

    melatih keterampilan tertentu.

    2) Respons Terpimpin (Guided Response)Respons terpimpin yaitu individu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan

    urutan yang benar dan sesuai dengan contoh yang diamatinya walaupun belum

    mengerti hakekat atau makna dari keterampilan itu.

    3) Mekanisme (Mechanism)Mekanisme, individu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

    otomatis tanpa harus melihat contoh, dengan kata lain keterampilan tersebut sudah

    menjadi kebiasaan individu tersebut.

    4) Adaptasi (Adaptation)Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan

    baik dan tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran

    tindakan tersebut untuk disesuaikan dengan kebutuhan atau situasi tempat di mana

    keterampilan itu dilaksanakan.

  • 5/23/2018 Bedside Teaching

    17/22

    22

    5) Menciptakan (Origination)Menciptakan, di mana individu sudah mampu menciptakan sendiri suatu

    karya. Menciptakan merupakan aktivitas motorik yang paling kompleks yang

    mencakup penciptaan pola gerakan baru.

    2.3 Standard Operating Procedur/SOP2.3.1Pengertian

    Standard operating procedur/SOP adalah seperangkat instruksi tertulis yang

    membuktikan kebenaran suatu aktivitas rutin atau berulang yang diikuti oleh suatu

    organisasi, yang menetapkan pelaksanaan suatu kegiatan agar dapat dilaksanakan

    dengan tepat. SOP dapat juga disebut sebagai protokol, prosedur tetap, instruksi,

    atau worksheets/kertas kerja. Tujuan SOP dibuat adalah untuk menjaga

    konsistensi kualitas tindakan, jaminan kualitas pelayanan dan memastikan

    pelayanan yang diberikan sesuai dengan regulasi pemerintah (US EPA, 2008).

    2.3.2SOP Memasang Infus2.3.2.1Tujuan:

    Umumnya cairan infus diberikan untuk mencapai tujuan spesifik, antara

    lain: untuk menyediakan air, elektrolit dan nutrien untuk memenuhi kebutuhan

    sehari-hari, menggantikan air, memperbaiki kekurangan elektrolit dan

    keseimbangan asam-basa pada klien yang tidak mungkin atau tidak bisa

    mengkonsumsi/mempertahankan masukan yang adekuat secara per oral, serta

    menyediakan suatu medium untuk pemberian obat secara intravena (Nurachmah,

    2000; Smeltzer, 2001).

  • 5/23/2018 Bedside Teaching

    18/22

    23

    2.3.2.2Pemilihan Tempat Pungsi VenaPemilihan tempat pungsi vena merupakan hal yang sangat penting artinya

    selain pemilihan jenis kanula yang paling sesuai dengan klien (usia dan ukuran

    vena). Berbagai faktor yang mempengaruhi pilihan ini termasuk jenis larutan yang

    diberikan, lamanya terapi intravena yang diharapkan, keadaan umum klien dan

    keadaan vena yang digunakan (Smeltzer, 2001). Kriteria pemilihan vena, antara

    lain: gunakan cabang vena distal yang cukup besar pada lengan nondominan, pilih

    vena yang dilatasi baik, pada klien dewasa, vena yang terdapat pada ekstremitas

    bawah hanya digunakan sebagai pilihan terakhir, dan adapun pilihan vena yang

    digunakan: vena metakarpal, vena basilika/sefalika (memudahkan pergerakan

    tangan), vena fossa antekubital, mediana basilika atau sefalika hanya untuk

    pemasangan infus yang singkat saja serta hindari vena yang melintasi persendian

    (Nurachmah, 2000; Perry, 2005).

    Selain pemilihan tempat pungsi vena, perlu juga untuk memilih kanul yang

    sesuai. Pedoman untuk pemilihan kanul antara lain:

    1) Panjang kanul 1,8 cm-3 cm.2) Kateter dengan diameter yang kecil (misalnya no. 22G dan 24G) hanya

    untuk memenuhi ruang minimal dalam vena, misalnya pada anak dan lansia.

    3) Ukuran 20G dan 22G untuk kebanyakan cairan infus; ukuran yang lebihbesar untuk larutan yang mengiritasi atau kental; ukuran 18G atau yang

    lebih besar untuk pemberian darah.

    2.3.2.3Persiapan KlienKlien harus dipersiapkan sebelum dipasang infus intravena, kecuali pada

    situasi darurat. Klien harus diinformasikan secara singkat tentang proses pungsi

  • 5/23/2018 Bedside Teaching

    19/22

    24

    vena, tentang lamanya infus yang diperkirakan dan pembatasan aktivitas tempat

    pungsi vena. Klien harus juga diberi kesempatan untuk mengungkapkan

    kekhawatirannya, setelah mengetahui ketakutan ini, perawat dapat memberikan

    tanggapan yang sesuai (Smeltzer, 2001).

    2.3.2.4Persiapan Peralatan:1) Pemilihan larutan intravena dan juga selang pemberian didasarkan pada

    situasi klinis.

    2)

    Kateter jarum, ukuran dan tipenya didasarkan pada situasi klinis.

    3) Torniquet.4) Sarung tangan.5) Swabalkohol 70% atau betadin 2%.6) Band aiddan balutan plastik yang transparan dan perekat.7) Kassa steril 4 x 4 inchi.8) Plester 1 inchi dan stiker kosong untuk menulis tanggal pemasangan infus.2.3.2.5Pelaksanaan Memasang Infus (Jastremski, 1996; Perry, 2005)1) Mencuci tangan.2) Menjelaskan prosedur dan tujuannya serta mintalah ijin tindakan (pada klien

    dan keluarga).

    3)

    Memberikan posisisemi fowleratau terlentang di atas tempat tidur dan atur

    pencahayaan.

    4) Perawat berdiri di dekat lengan yang akan digunakan/dipungsi.5) Gulung lengan baju klien dan pasang torniquetdi pertengahan lengan atas.6) Siapkan peralatan dan persiapkan agar peralatan itu dekat dengan perawat:(1) Selang intravena dikaitkan ke wadah larutan intravena serta isi sebagian

    tabung selang dengan larutan tersebut kemudian gantungkan dan alirkan

  • 5/23/2018 Bedside Teaching

    20/22

    25

    cairan dengan selang menghadap ke atas sehingga udara di dalamnya keluar

    tutup ujung selang (periksa label infus yang sesuai dengan program therapi

    cairan yang akan diberikan).

    (2) Band aiddan balutan plastik transparan dan perekat yang telah dibuka.(3) Beberapa lembar plester yang diperlukan.7) Pakailah sarung tangan.8) Pasang torniquetdan identifikasi vena yang sesuai.9) Pilih letak insersi.10) Pilih kanula/kateter IV yang sesuai.11) Bersihkan kulit sekitar tempat tusukan dengan swab alkohol atau betadin.

    Gerakkan dengan gerakan melingkar dari tempat tusukan kurang lebih 5 cm,

    biarkan agar kering dulu atau keringkan dengan kassa steril 4 x 4 inchi.

    12) Lepaskan tutup dari ujung dan pastikan kateter dapat dengan mudahmeluncur dari jarum.

    13) Lakukan palpasi 5 sampai 7,5 cm dari sistal vena yang dipilih menjaditempat tusukan dengan jari telunjuk/ibu jari tangan non dominan perawat,

    ini membantu mengarahkan vena.

    14) Peganglah unit kateter jarum IV dengan tangan anda yang dominansedemikian rupa sehingga hub kateter berada di antara ibu jari dan jari

    telunjuk serta ujung dari jarum diperkuat oleh jari ketiga dan jari keempat.

    15) Lakukan pungsi vena dengan memasukkan kateter IV, dengan bagian jarumyang miring menghadap ke atas, agak distal terhadap tempat pungsi vena

    paralel dengan vena dan dengan sudut 20osampai 30oterhadap kulit.

    16) Secara perlahan-lahan majukan kateter IV ke dalam vena sampai darahmengalir melalui ruang kateter, lalu turunkan jarum sampai rata dengan

  • 5/23/2018 Bedside Teaching

    21/22

    26

    kulit. Masukkan lagi kateter inchi ke dalam vena, kemudian kendurkan

    stilet dan majukan kateter secara keseluruhan dengan ibu jari dan telunjuk.

    17) Stabilisasi kateter dan jarum dengan satu tangan dan tangan lain melepaskantorniquet, dengan memberikan tekanan lembut tetapi kuat dengan jari

    telunjuk tangan non dominan 3 cm di atas tempat insersi. Lepaskan

    stilet/jarum kateter IV.

    18) Dengan cepat, sambungkan adapter dari set selang infus dengan hub kateter.Jangan menyentuh titik masuk adapter jarum. Pastikan larutan intravena

    dapat mengalir dengan lancar.

    19) Bersihkan semua darah yang ada dengan bantalan kassa 4 x 4 inchi.20) Fiksasi atau amankan kateter IV dan pasang balutan steril/band aiddi atas

    tempat insersi.

    21) Periksa ulang kecepatan tetesan infus untuk perhitungan tetesan per menit.22) Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan kateter IV pada balutan.23) Buang jarum atau benda tajam lain pada wadah yang tepat dan aman.

    Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

    2.3

  • 5/23/2018 Bedside Teaching

    22/22

    27

    2.4 Kerangka Konseptual

    Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian Pengaruh Bedside Teachingterhadap Kemampuan Mahasiswa dalam Melaksanakan SOP

    Keperawatan Medikal Bedah.

    Keterangan:

    : Diteliti : Tidak diteliti

    2.5 Hipotesis PenelitianHipotesis penelitian adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

    pertanyaan penelitian (Nursalam, 2003). Adapun hipotesis penelitian ini (hipotesis

    alternatif/H1), adalah: ada pengaruh positif bedside teachingterhadap kemampuan

    mahasiswa dalam melaksanakan melaksanakan SOP keperawatan medikal bedah

    (memasang infus).

    Faktor internal:

    1.Faktor fisiologis:Maturasi; keadaan indera;keadaan kesehatan.

    2.Faktor psikologis:Motivasi; kesiapan; emosi;sikap; minat; bakat;

    pengetahuan & intelegensi;

    kreativitas; percaya diri.

    Kemampuan SOP Keperawatan Medikal Bedah

    (prosedur pemasangan infus):

    - Persiapan alat.- Persiapan pasien.- Persiapan lingkungan.- Pelaksanaan.- Dokumentasi.

    Faktor eksternal:

    1.Tuntutan masyarakatmendapatkan asuhan yang

    bermutu.

    2.Pembimbing/pengajar.3.Dukungan orang lain

    (komunitas profesi, dll).

    4.Alat bantu dan saranaprasarana pembelajaran.

    5.Lingkungan belajar optimal6.Metode pembelajaran.Bedside teaching

    Peningkatan Keterampilan Mahasiswa

    Mahasiswa keperawatan

    Mutu asuhan keperawatan berkualitas