12
strategic program 1 water-neutral industries PROGRAM DESCRIPTION Program to promote high added-value sustainable industrial development through revitalization of existing industrial clusters and surrounding urban areas, water-neutral strategies and innovative technologies and services. This program acts as a necessary step towards stopping groundwater extraction and reducing land subsidence while simultaneously promoting sustainable and circular economic growth by creating incentives to optimize water supply and management systems based on rain water harvesting, storage, conveyance, reuse and recycle. RATIONALE Water access, security and demand management are key to stop groundwater abstractions and therefore land subsidence. Despite being the major contributor to groundwater abstractions, industries will only grow over the coming years. Improved and alternative water supply to the sector is urgent but due to water scarcity, supply should go hand in hand with water demand management. The construction of dams, along with extensive distribution, often comes with immense environmental, political and monetary costs. One of the near to medium term solutions is to optimize the water supply and demand through cluster-scale water storage and treatment infrastructure. However, this requires existing industrial clusters to upgrade or modernize their management structures, as well as raise capital to revitalize existing infrastructure. There is a need to synchronize investments for industrial development and improved logistics, with sustainable water infrastructure. KEY OBJECTIVES WATER 1 Reduce flooding (surface) and future associated costs 2 Reduce subsidence rate in Semarang and adjacent areas (Demak) 3 Stop groundwater extraction for industrial uses 4 Recharge aquifer in upland areas 5 Provide alternative sources for water supply ENVIRONMENTAL 6 Reduce environmental pollution and water contamination 7 Reduce energy costs from pumping SOCIAL 8 Create business incentives to reduce, recycle, reuse wastewater 9 Raise awareness amongst businesses regarding long term effects 1 0 Job security and better working environment for workers ECONOMIC 1 1 Create job opportunities based on new regional economies 1 2 Reduce utility costs for industries GOVERNANCE 1 3 Promote sustainable industrial development and management 1 4 Promote innovative land based tools for resilience planning 1 5 Promote the establishment of industrial water supply companies resilient semarang DESPO THOMA [email protected] / +16464349577 BARRY BEAGEN [email protected] / +62811828858 IQBAL REZA CINDY RISWANTYO

BARRY BEAGEN water-neutral industries · dengan optimalisasi permintaan-penawaran air melalui penyediaan infrastruktur penyimpanan dan pengolahan air skala kawasan. Untuk mewujudkan

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BARRY BEAGEN water-neutral industries · dengan optimalisasi permintaan-penawaran air melalui penyediaan infrastruktur penyimpanan dan pengolahan air skala kawasan. Untuk mewujudkan

strategic program 1water-neutral industries

PROGRAM DESCRIPTIONProgram to promote high added-value sustainable industrial development through revitalization of existing industrial clusters and surrounding urban areas, water-neutral strategies and innovative technologies and services. This program acts as a necessary step towards stopping groundwater extraction and reducing land subsidence while simultaneously promoting sustainable and circular economic growth by creating incentives to optimize water supply and management systems based on rain water harvesting, storage, conveyance, reuse and recycle.

RATIONALEWater access, security and demand management are key to stop groundwater abstractions and therefore land subsidence. Despite being the major contributor to groundwater abstractions, industries will only grow over the coming years. Improved and alternative water supply to the sector is urgent but due to water scarcity, supply should go hand in hand with water demand management. The construction of dams, along with extensive distribution, often comes with immense environmental, political and monetary costs. One of the near to medium term solutions is to optimize the water supply and demand through cluster-scale water storage and treatment infrastructure. However, this requires existing industrial clusters to upgrade or modernize their management structures, as well as raise capital to revitalize existing infrastructure. There is a need to synchronize investments for industrial development and improved logistics, with sustainable water infrastructure.

KEY OBJECTIVESWATER1 Reduce flooding (surface) and future associated costs2 Reduce subsidence rate in Semarang and adjacent areas (Demak)3 Stop groundwater extraction for industrial uses4 Recharge aquifer in upland areas5 Provide alternative sources for water supply

ENVIRONMENTAL6 Reduce environmental pollution and water contamination7 Reduce energy costs from pumping

SOCIAL8 Create business incentives to reduce, recycle, reuse wastewater9 Raise awareness amongst businesses regarding long term effects10 Job security and better working environment for workers

ECONOMIC11 Create job opportunities based on new regional economies12 Reduce utility costs for industries

GOVERNANCE13 Promote sustainable industrial development and management 14 Promote innovative land based tools for resilience planning15 Promote the establishment of industrial water supply companies

resilient semarang

DESPO [email protected] / +16464349577

BARRY BEAGEN [email protected] / +62811828858

IQBAL REZACINDY RISWANTYO

Page 2: BARRY BEAGEN water-neutral industries · dengan optimalisasi permintaan-penawaran air melalui penyediaan infrastruktur penyimpanan dan pengolahan air skala kawasan. Untuk mewujudkan

resilient semarang

DESPO [email protected] / +16464349577

BARRY BEAGEN [email protected] / +62811828858

IQBAL REZACINDY RISWANTYO

program strategis 1water-neutral industries

DESKRIPSI PROGRAM Program yang mendorong pengembangan industri berkelanjutan dengan nilai tambah yang tinggi melalui revitalisasi kawasan industri eksisting dan kawasan perkotaan di sekitarnya, penerapan strategi ramah air serta teknologi dan fasilitas yang inovatif. Program ini merupakan suatu terobosan penting untuk mengurangi pengambilan air tanah dan penurunan tanah sekaligus mempromosikan pengembangan ekonomi yang berkelanjutan melalui intensifikasi dan optimalisasi sistem penyediaan dan manajemen air melalui sistem pemanenan air hujan, penyimpanan, pengaliran, penggunaan kembali, dan daur ulang.

LATAR BELAKANGKetersediaan dan akses air bersih adalah kunci untuk mengurangi ekstraksi air tanah dan penurunan tanah. Sektor industri, yang saat ini menjadi penyumbang terbesar ekstraksi air tanah, akan terus tumbuh di Kota Semarang. Peningkatan pasokan air dari sumber alternatif merupakan kebutuhan yang sangat mendesak. Namun demikian, pembangunan bendungan dan jaringan distribusi air secara luas seringkali terhambat oleh faktor lingkungan, politik, dan pendanaan yang besar. Salah satu solusi untuk jangka pendek dan menengah yang dapat dilakukan yaitu dengan optimalisasi permintaan-penawaran air melalui penyediaan infrastruktur penyimpanan dan pengolahan air skala kawasan. Untuk mewujudkan hal ini, kawasan industri harus melakukan modernisasi manajemen industri dan peningkatan modal untuk revitalisasi infrastruktur, serta sinkronisasi investasi pengembangan kawasan industri dengan infrastruktur air yang berkelanjutan.

TUJUAN UTAMAAIR1 Mengurangi banjir (permukaan) dan kerugian di masa depan2 Mengurangi tingkat penurunan tanah (Semarang dan Demak)3 Menghentikan ekstraksi air tanah untuk penggunaan industri4 Pengisian akuifer (cadangan air tanah) di kawasan hulu5 Penyediaan alternatif sumber air bersih

LINGKUNGAN6 Mengurangi polusi lingkungan dan kontaminasi air7 Mengurangi biaya pemompaan air

SOSIAL8 Menciptakan intensif bisnis untuk mengurangi, mendaur ulang

dan menggunakan kembali air limbah9 Meningkatkan kesadaran bisnis terhadap dampak jangka panjang10 Keamanan dan lingkungan kerja yang lebih baik untuk pekerja

EKONOMI11 Menciptakan kesempatan kerja (potensi ekonomi regional baru)12 Mengurangi biaya utilitas untuk industri

TATA KELOLA PEMERINTAHAN13 Mendorong pengembangan industri yang berkelanjutan14 Mendorong penggunaan land-based tools 15 Mendorong pendirian perusahaan penyediaan air bersih untuk industri

Page 3: BARRY BEAGEN water-neutral industries · dengan optimalisasi permintaan-penawaran air melalui penyediaan infrastruktur penyimpanan dan pengolahan air skala kawasan. Untuk mewujudkan

SHORT TERM

[1] North East Semarang Industrial Revitalization (Genuk and Kaligawe)[1A] Industrial Cluster Redevelopment Pilot in GenukRedevelopment and retrofitting of Genuk area behind toll-road and dike, Kawasan Industri Terboyo (KIT) and Lapangan Industri Kaligawe (LIK), integrated with water harvesting and retention pond, and with wastewater treatment, reuse, and water supply to industries and urban areas.

[1B] Genuk Logistical Corridor UpgradeComprehensive infrastructure upgrade and water management along Genuk section of North Coastal Road (Jl Pantura).

In the short term, leveraging the incoming toll road construction will help bundle revitalization programs along with the potential land value capture mechanisms. Northeast Semarang will be a showcase demonstrative project with higher added value tenants in the industrial clusters along with better water infrastructure and cost efficient technologies. Regulatory framework to create the enabling environment is already in place.

Initial funding sourcesGrants (IDB, GCF, and others)PhilanthropyPrivate Investment / CSR from IndustriesEarmarking existing (local) taxes Introducing a special purpose tax

Scale of area development is too big and risky to be attractive for prospective investors. Government can provide regulatory environment (i.e. enforcement) as well as tax based incentives to make investments more viable and attractive. Can be done in phases.

Regulations to incentivize investment: Complete enforcement of moratorium with grace period - leveeing heavy groundwater tax or penalty for non-compliance that makes investing in sustainable water systems become viable.

GOVERNMENT 1. Improve enforcement capacity through ESDM and DLH integrating industrial operation permit with groundwater use. 2. Improve data collection and monitoring of water use in general. 3. Build capacity of local government in land and tax based instruments to produce outcomes required.

Leverage tax incentives to promote investment: Provide tax breaks to high added value industries with criteria of employment, sustainable water systems, skills training etc. such that it becomes viable for new industries to replace older ones.

INDUSTRIAL CLUSTERS1. Greater awareness of issues and long term thinking.2. Organizational capacity to negotiate and bargain in land consolidation/readjustment process.

Land instruments to accelerate revitalization: Government promises to upgrade existing infrastructure if tenants decide to go through land readjustment/land value capture process. Third party investor can be incentivized to participate in revitalization effort.

Cooperation between industrial operators in targeted clusters: Organized through raising awareness and engagement on long term issues at hand. Government could stimulate investments in industrial water demand by promoting PPP’s research and development and tax amnesty or grace periods. Groundwater taxing and promoting investments should go hand in hand.

Provide cost efficient and reliable alternatives to current water supply and treatment technologies: Alternatives combined with awareness raising to industries will motivate stakeholders to stop groundwater extraction.

CITIZENS (LABOR)1. Skills training to prepare for high added value industries.

LONG TERM

[3] Province and National Level ReplicationThe process of creating sustainable water management in industrial clusters and stopping groundwater extractions can be replicated in other existing or new industrial clusters across the province of Central Java and the country where there is excessive use of groundwater and shortage of water supply.

In the long term, with established regulations and secured capital, industries will become high efficiency and will invest in water infrastructure. Semarang’s industries will be 100% water–neutral and will have twice the amount of jobs and of operations. Best practices established in Semarang can be scaled to the province and beyond.

MEDIUM TERM

[2A] Sayung Eco-Industrial ZoneNew industrial area integrating aspects of ecological restoration and sustainable water management.

[2A] West Semarang Industrial Cluster RevitalizationExpanding on the methodologies developed in Northeast Semarang (regulations, land and tax based instruments, private public partnerships), the revitalization process can be replicated in other clusters in the West, namely, Candi, Gatot Subroto, and best practices can become regulatory guidelines for new industrial cluster north of Wijayakusuma.

In the medium term, the methodology can be replicated in West Semarang. Over time, industrial clusters will adjust to the new regulations by investing in water infrastructure, choosing water-neutral tenants, and adopting better management structures. Targeting inner city industrial clusters to become fully water neutral.

Financing mechanismsAttracting investment with government incentives.

Incentivize exiting businesses to upgrade with government regulations & incentives.

Existing labor capacity/human resources cannot fulfill the needs higher added value industries.

Existing Industrial Cluster tenants and landowners refuse to participate, possibly with backlash.

PROJECTS

ENABLING ENVIRONMENTInstitutional / Legal Framework

Governance

EXPECTED OUTCOMES

ACTORSNECESSARY STEPS

FUNDING / FINANCE

PROGRAM RISKS

resilient semarang

program proposal

Page 4: BARRY BEAGEN water-neutral industries · dengan optimalisasi permintaan-penawaran air melalui penyediaan infrastruktur penyimpanan dan pengolahan air skala kawasan. Untuk mewujudkan

JANGKA PENDEK

[1] Revitalisasi Kawasan Industri (Genuk dan Kaligawe)[1A] Pilot Pengembangan Kembali Kawasan Industri GenukRevitalisasi kawasan industri di Genuk: Kawasan Industri Terboyo (KIT) dan Lapangan Industri Kaligawe (LIK), terintegrasi dengan sistem pemanenan air dan kolam retensi, sistem pengolahan limbah, dan sistem penyediaan air bersih untuk kawasan industri dan sekitarnya.

[1B] Peningkatan Koridor Logistik Genuk Peningkatan infrastruktur yang komprehensif dan manajemen air di sepanjang Jalur Pantura, Genuk.

Dalam jangka pendek, rencana pembangunan jalan tol akan membantu rangkaian program revitalisasi melalui mekanisme land value capture. Kawasan Semarang Timur akan menjadi kawasan percontohan dengan profil penyewa yang memiliki nilai tambah tinggi, infrastruktur penyediaan air yang lebih baik dan teknologi yang efisien. Kerangka aturan untuk memperkuat lingkungan pendukung idealnya telah selesai disusun.

Sumber pendanaan awalHibah (IDB, GCF, dan lainnya)FilantropiInvestasi swasta / CSR dari industriEarmarking tax (untuk pajak lokal)Special purpose tax

Skala pengembangan area terlalu besar dan berisiko untuk menarik calon investor. Pemerintah dapat menyediakan dukungan aturan (seperti penegakan hukum) serta insentif berbasis pajak untuk membuat investasi lebih layak dan menarik. Dapat dilakukan secara bertahap.

Regulasi terkait insentif investasi: Penegakan moratorium dengan masa tenggang (pemungutan pajak / denda air tanah yang berat) yang menjadikan investasi sistem air yang berkelanjutan mungkin untuk diwujudkan.

PEMERINTAH 1. Meningkatkan kapasitas penegakan hukum melalui ESDM dan DLH dengan mengintegrasikan izin operasi industri dengan penggunaan air tanah.2. Meningkatkan mekanisme pengumpulan data dan pemantauan penggunaan air.3. Membangun kapasitas pemerintah daerah tentang pengelolaan lahan dan pajak untuk perbaikan sistem pengelolaan kawasan.

Insentif pajak untuk mempromosikan investasi: Memberikan keringanan pajak kepada industri bernilai tambah tinggi dengan kriteria pekerjaan, sistem air berkelanjutan, pelatihan keterampilan, dll yang memungkinkan masuknya industri baru untuk menggantikan industri lama.

KAWASAN INDUSTRI 1. Meningkatkan kesadaran terhadap permasalahan dan pola pikir jangka panjang.2. Kapasitas organisasi untuk melakukan negosiasi dalam proses konsolidasi lahan.

Instrumen tanah untuk mempercepat revitalisasi: Pemerintah meningkatkan infrastruktur yang ada jika penyewa memutuskan untuk melakukan penyesuaian kembali lahan / proses pengambilan nilai tanah. Pemerintah dapat pula memberikan insentif pada investor pihak ketiga untuk berpartisipasi dalam upaya revitalisasi.

Kerjasama antara operator industri pada kawasan industri: Peningkatan kesadaran dan pelibatan seluruh aktor untuk mengatasi masalah jangka panjang yang dihadapi bersama. Pemerintah dapat menstimulasi investasi pada penyediaan air untuk industri melalui pengembangan kerjasama pemerintah-swasta (PPP) dan amnesti pajak. Pengimplementasian pajak air tanah harus berjalan beriringan dengan promosi investasi.

Penyediaan teknologi alternatif yang efisien dan terpercaya dalam penyediaan dan pengolahan air: Alternatif yang dikombinasikan dengan peningkatan kesadaran untuk industri akan memotivasi pemangku kepentingan untuk menghentikan ekstraksi air tanah.

MASYARAKAT (PEKERJA INDUSTRI) 1. Pelatihan keterampilan untuk menyiapkan tenaga kerja untuk industri bernilai tambah tinggi.

JANGKA PANJANG

[3] Replikasi pada tingkat Provinsi dan Nasional Proses perumusan pengelolaan air yang berkelanjutan pada kawasan industri dan pembatasan penggunaan air tanah dapat direplikasi pada kawasan industri lain maupun kawasan industri baru di Provinsi Jawa Tengah dan daerah lain yang menggunakan air secara berlebihan ataupun daerah yang kekurangan air.

Dalam jangka panjang, dengan regulasi yang tegas dan modal yang kuat, industri akan memiliki efisiensi yang tinggi dan berinvestasi pada infrastruktur air. Industri di Semarang menjadi 100% ramah lingkungan dan memiliki skala operasional dan lapangan pekerjaan yang lebih besar dua kali lipat. Contoh praktik yang dilakukan di Semarang dapat ditingkatkan pada skala provinsi dan nasional.

JANGKA MENENGAH

[2A] Zona Eko-Industri Sayung Kawasan industri baru yang menginte-grasikan aspek restorasi lingkungan dan pengelolaan air yang berkelanjutan

[2A] Revitalisasi Klaster Industri Semarang Barat Memperluas metode yang telah dikembangkan di Semarang Timur (regulasi, instrumen lahan dan pajak, kemitraan pemerintah-swasta). Proses revitalisasi dapat diterapkan pada klaster lain di Semarang Barat seperti Candi, Gatot Subroto dan beberapa pembelajaran dapat menjadi acuan dalam pengembangan kawasan industri baru di utara Wijaya Kusuma.

Dalam jangka menengah, metode dapat diterapkan di kawasan Semarang Barat. Ke depannya, kawasan industri akan menyesuaikan dengan regulasi baru yang mewajibkan investasi untuk infrastruktur air, pemilihan penyewa yang ramah lingkungan, dan mengadopsi struktur pengelolaan yang lebih baik. Kawasan industri di pusat perkotaan ditargetkan untuk bertransformasi menjadi kawasan industri ramah lingkungan.

Mekanisme keuanganMenarik investasi dari insentif pemerintah.Memberikan insentif untuk bisnis yang ada untuk penyesuaian dengan peraturan & insentif pemerintah.

Kapasitas pekerja dan SDM saat ini tidak dapat memenuhi kebutuhan yang semakin tinggi untuk pengembangan industri.

Pemilik dan penyewa kawasan industri yang ada menolak untuk berpartisipasi dan bekerjasama.

PROYEK / AKTIVITAS

FAKTOR PENDUKUNGKerangka Institusional / Legal

Tata Kelola

HASIL YANG DIHARAPKAN

LANGKAH-LANGKAH YANG DIPERLUKAN

PENDANAAN / KEUANGAN

RISIKO PROGRAM

resilient semarang

proposal program

Page 5: BARRY BEAGEN water-neutral industries · dengan optimalisasi permintaan-penawaran air melalui penyediaan infrastruktur penyimpanan dan pengolahan air skala kawasan. Untuk mewujudkan

DESPO [email protected] / +16464349577

BARRY BEAGEN [email protected] / +62811828858

strategic program 2network of resilient kampungs

PROGRAM DESCRIPTIONProgram that incentivizes a decentralized approach to investments in green infrastructure for water, waste and energy in the kampungs through a government-led grant matching. The program will leverage existing community action planning and participatory budgeting process (musrenbang), integrating resilience and risk mitigation planning. It enables ecological citizenship, participatory water planning, stewardship of shared resources and most importantly accelerate infrastructure improvement for the city.

RATIONALECurrent programs at the neighborhood scale focus largely on capacity building and disaster preparedness. Most under-served areas often lack the much needed infrastructure for water security and flood management and have to wait for lengthy budgeting cycles. The program looks to prioritize the development of resilient infrastructure systems through a community driven process.

KEY OBJECTIVESThis program aims to address a range of current issues: Water-related issues include flooding, landslides, groundwater extraction, water access and wastewater treatment. Other issues include: drought, pollution, weak enforcement, lack of strong leadership, loss of cultural elements, rapid and unorganized urbanization, loss of agriculture, high cost of utilities and rapid transition in labor sectors.

WATER1 Provide alternative sources for water supply 2 Stop groundwater extraction for residential uses 3 Reduce flooding (riverine or surface)4 Reduce landslides5 Promote decentralize wastewater treatment

ENVIRONMENTAL6 Improve local climate conditions7 Reduce environmental pollution8 Improve public health9 Promote waste (garbage) separation

SOCIAL10 Promote local enforcement of regulations11 Strengthen local leadership12 Strengthen cultural elements13 Raise awareness around water and sustainability

ECONOMIC14 Promote sustainable communities15 Create job and training opportunities based on local economies and infrastructure innovation16 Reduce economic damages from flood events or dry season17 Reduce utility costs for households

resilient semarang

IQBAL REZACINDY RISWANTYO

Page 6: BARRY BEAGEN water-neutral industries · dengan optimalisasi permintaan-penawaran air melalui penyediaan infrastruktur penyimpanan dan pengolahan air skala kawasan. Untuk mewujudkan

DESPO [email protected] / +16464349577

BARRY BEAGEN [email protected] / +62811828858

resilient semarang

IQBAL REZACINDY RISWANTYO

program strategis 2jaringan kampung tangguh

AIR1 Penyediaan alternatif sumber air bersih 2 Menghentikan ekstraksi air tanah untuk penggunaan permukiman 3 Mengurangi banjir (sungai atau permukaan)4 Mengurangi longsor5 Mendorong desentralisasi pengolahan limbah domestik

LINGKUNGAN6 Meningkatkan kondisi iklim lokal 7 Mengurangi polusi lingkungan8 Meningkatkan kesehatan masyarakat9 Mendorong pemisahan sampah

SOSIAL10 Mendorong penegakan regulasi11 Memperkuat kepemimpinan lokal12 Memperkuat unsur budaya di masyarakat13 Meningkatkan kesadaran terkait air dan keberlanjutan

EKONOMI14 Mendorong terciptanya masyarakat yang tangguh15 Menciptakan kesempatan kerja dan pelatihan berdasarkan potensi ekonomi lokal dan inovasi infrastruktur16 Mengurangi kerugian ekonomi dari banjir dan kekeringan17 Mengurangi biaya tagihan utilias bagi rumah tangga

DESKRIPSI PROGRAMProgram yang mendorong pendekatan desentralisasi pengelolaan infrastruktur hijau meliputi air, limbah dan energi pada skala kampung melalui dana hibah pemerintah. Program ini memanfaatkan rencana aksi masyarakat dan proses perencanaan & penganggaran partisipatif (musrenbang), mengintegrasikan perencanaan ketangguhan dan mitigasi risiko bencana. Program ini mendorong kesadaran masyarakat terhadap isu lingkungan, perencanaan sektor air secara partisipatif, pengelolaan sumber daya bersama dan percepatan perbaikan infrastruktur untuk kota.

LATAR BELAKANGSaat ini, sebagian besar program yang ada pada skala kampung memiliki fokus pada pembangunan kapasitas dan kesiapsiagaan bencana. Masih banyak daerah di Kota Semarang yang belum memiliki infrastruktur dasar yang memadai untuk mencukupi kebutuhan air bersih dan pengelolaan banjir. Program ini memiliki fokus pada pengembangan sistem infrastruktur yang tangguh melalui proses berbasis masyarakat.

TUJUAN UTAMAProgram ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan terkait air: banjir, tanah longsor, penggunaan air tanah yang berlebihan, akses air bersih dan pengelolaan limbah dan permasalahan lain: kekeringan, lemahnya penegakan regulasi, kurangnya kepemimpinan yang tegas, urbanisasi yang cepat, melemahnya unsur budaya lokal, kerugian sektor pertanian, tingginya biaya utilitas dan transisi yang cepat di sektor tenaga kerja.

Page 7: BARRY BEAGEN water-neutral industries · dengan optimalisasi permintaan-penawaran air melalui penyediaan infrastruktur penyimpanan dan pengolahan air skala kawasan. Untuk mewujudkan

SHORT TERM

PROPOSAL

[1A] Resilient Kampung GuideStep-by-step guide for community groups, leaders and facilitators.

Area Development Strategy for kampungs with urgent water issues:

[1B] Coastal Kampungs Pilot ProjectSite: Terboyo/Trimulyo Project with special focus on coastal resilience, stormwater management, leadership, density accommodation and economic development.

In the short term, the program will help raise awareness around sustainable communities, bring to the forefront underserved communities at risk, and strengthen local leadership and community coalition, on order to prepare kampungs for the application process. A first pilot project will demonstrate the success of the program.

Regulation to integrate resilient kampung programs: Integrating the various different programs to strengthen community resilience at the kampung level under one framework for better resource allocation, lower costs and higher benefits.

1. Capacity building and institutional alignmentCapacity building at the kampung level stakeholders (facilitators, community groups and leaders) to increase their awareness and understanding on resilience issues as well as formation of water-committee to enable stewardship of the shared resources.

Leverage the modalities of current programs: Some government programs already form community groups and organizational structures which can be seen as a modalities to further strengthen the resilience at the community level.

Coordination between planning and implementing agencies: Coordination between Bappeda, PU, DLH and PDAM to review the participatory budgeting process and synchronize the green infrastructure mechanism (water, stormwater, wastewater infrastructure) at kampung level into this process.

2. Physical InterventionsDevelopment of site specific water infrastructure to provide a decentralized alternative water supply and address water-related risks, integrated with environmental, social, and economic improvement measures.

Embrace community leadership at the kampung level: Apart from current community groups that were formed as part of specific programs, Indonesia’s current community organization at the lowest level (RT, RW, PKK/women group, Karang Taruna/youth group) have an immense potential as the agents of change thand should be strengthened through series of capacity building efforts.

Weak leadership and community cohesion: Key risk factors for the implementation of the program. Actions of monitoring, evaluation, institutional support, follow-ups of activities after project implementation are fundamental for the success in the long term.

Lack of long term financial streams: Assuring financial streams in the long term depends on a multiple factors difficult to foresee (economic variations, political trends, etc). Institutional support for finance and improvement in job sectors are needed.

3. Targeted resource allocation and economic mechanismsGovernment grant matching of the funds allocated for water infrastructure through participatory budgeting processes. Co-development with the community of an economic mechanism to sustain the implementation and maintenance of the program in the future.

LONG TERM

[3] Scaling-up to other kampungsThe program helps other kampungs to form necessary leadership groups to apply for the program funding. Interventions, processes and tools are adjusted for application to other locations (upland, midland, lowland).

In the long term, with established regulations and secured capital, kampungs will become part of the program and will invest in decentralized water infrastructure. Semarang’s kampungs will not only mitigate risk, but also double their capacity for growth and economic development.

Financing mechanisms (City level)City-wide impact assessment to create an allocated trust fund for the Resilient Kampung Program.

MEDIUM TERM

Proactive Approach:[2A] Riverine KampungsSite: WonosariProject with special focus on riverine flooding and density accommodation.

[2B] Upland Rural KampungsSite: Nongkosawit Project to address urbanization trends in the rural areas of the city while preserving cultural elements around water and mitigating the risks of upland flooding, water access and landslides.

In the medium term, successful projects in Wonosari and Nongkosawit will demonstrate tangible outcomes of the program. Based on these, a comparison between risks, costs and benefits at the city scale can be created and support an economic argument for resource allocation and the scaling-up phase.

PROJECTS

ENABLING ENVIRONMENT

Institutional / Legal Framework

EXPECTED OUTCOMES

ACTORSNECESSARY STEPS

FUNDING / FINANCE

program proposal

PROGRAM RISKS

COMPONENTS

GOVERNMENT 1. Set up a resilient kampung fund and mechanism under the city budget predetermined for infrastructure, a matching fund to incentivize neighbourhoods to include and implement in their budget for green infrastructure.2. Review the participatory planning and budgeting process to insert the mechanism to access resilience kampung fund.3. Training for facilitators (who are already being deployed for Musrenbang) to embed knowledge of planning green infrastructure.

Initial funding sourcesRe-prioritizing City Budget APBDPhilanthropyPrivate Investment / CSR from IndustriesEarmarking existing (local) taxes

Financing mechanisms (Keluruhan level)Creative financing options with participatory budgeting process, Dana kelurahan (kelurahan budget), and/or Community Based Public Private Partnership (CBP3).

Page 8: BARRY BEAGEN water-neutral industries · dengan optimalisasi permintaan-penawaran air melalui penyediaan infrastruktur penyimpanan dan pengolahan air skala kawasan. Untuk mewujudkan

JANGKA PENDEK

PROPOSAL

[1A] Pedoman Kampung TangguhPedoman untuk kelompok masyarakat, pemimpin, dan fasilitator.

Strategi Pengembangan Kawasan untuk kampung dengan permasalahan air yang mendesak: [1B] Pilot Project Kampung PesisirLokasi: Terboyo/Trimulyo Proyek dengan fokus utama pada ketangguhan pesisir, pengelolaan air limpasan, pengembangan ekonomi dan pengelolaan kepadatan.

Dalam jangka pendek, program akan membantu meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai isu ketangguhan, mengutamakan masyarakat rentan yang belum terlayani layanan dasar, dan memperkuat kepemimpinan dan organisasi masyarakat lokal.

Regulasi untuk mengintegrasikan program kampung tangguh: Integrasi berbagai program untuk menguatkan ketangguhan masyarakat pada kampung di bawah satu platform untuk alokasi sumber yang lebih baik, biaya lebih rendah dan keuntungan lebih besar.

1. Peningkatan kapasitas dan penyelarasan kelembagaanPeningkatan kapasitas masyarakat pada skala kampung (fasilitator, kelompok masyarakat dan pemimpin) untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman terkait isu ketangguhan serta pembentukan komite air yang mampu untuk melakukan pengelolaan fasilitas bersama.

Memanfaatkan modalitas dari program yang sudah ada: Beberapa program pemerintah telah membentuk kelompok masyarakat dan struktur organisasi yang dapat dilihat sebagai modal untuk memperkuat ketangguhan masyarakat pada skala terkecil.

Koordinasi antar dinas (perencanaan dan teknis): Koordinasi antara Bappeda, PU, DLH, dan PDAM untuk mereview proses perencanaan dan penganggaran partisipatif (Musrenbang) dan mensinkronkan mekanisme infrastruktur hijau / kampung tangguh (meliputi penyediaan air bersih, manajemen air limpasan hujan dan limbah) pada proses ini.

2. Intervensi fisikPengembangan infrastruktur air untuk menyediakan alternatif penyediaan air bersih secara terdesentralisasi dan mengatasi permasalahan terkait air pada level kampung, yang terintegrasi dengan upaya peningkatan lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Merangkul kepemimpinan masyarakat pada tingkat kampung: Terlepas dari adanya kelompok masyarakat yang dibentuk dari program pemerintah, terdapat kelompok masyarakat pada struktur administratif terkecil (RT, RW, PKK, Karang Taruna, dsb) yang memiliki potensi yang besar sebagai agen perubahan, yang harus diperkuat melalui upaya pengembangan kapasitas masyarakat.

Lemahnya kepemimpinan dan kohesi sosial: Merupakan faktor risiko utama dalam pelaksanaan program. Monitoring, evaluasi, dukungan kelembagaan, tindak lanjut kegiatan setelah implementasi proyek merupakan hal mendasar untuk keberhasilan jangka panjang.

Kurangnya sumber pendanaan jangka panjang: Memastikan sumber pendanaan dalam jangka panjang merupakan suatu tantangan karena terdapat ketergantungan pada beberapa faktor yang sulit diprediksi (variasi ekonomi, tren politik, dll). Untuk itu diperlukan dukungan kelembagaan dan peningkatan di sektor pekerjaan masyarakat.

3. Alokasi sumberdaya dan mekanisme ekonomiPengalokasian dana hibah pemerintah untuk infrastruktur air melalui proses perencanaan dan penganggaran partisipatif (musrenbang) serta pengembangan mekanisme ekonomi secara partisipatif untuk menjamin keberlangsungan program di masa depan.

JANGKA PANJANG

[3] Replikasi ke kampung lainProgram dapat diimplementasikan di kampung-kampung lain dengan membentuk kelompok masyarakat yang kuat untuk dapat mengajukan pendanaan program. Intervensi, proses dan mekanisme dapat disesuaikan untuk diaplikasikan ke lokasi lain (kawasan hulu, perbukitan, pesisir).

Dalam jangka panjang, dengan regulasi yang tegas dan ketersediaan sumber daya, kampung akan menjadi bagian dari program dan akan berinvestasi pada infrastruktur air. Kampung yang ada di Semarang tidak hanya memitigasi risiko, namun meningkatkan kapasitasnya untuk pengembangan dan pertumbuhan ekonomi.

Mekanisme pendanaan (Kota)Penilaian dampak di seluruh kota membentuk trust fund yang dialokasikan khusus untuk Program Kampung Tangguh.

JANGKA MENENGAH

Pendekatan Proaktif[2A] Kampung di Bantaran SungaiLokasi: WonosariProyek dengan fokus utama pada manajemen banjir akibat limpasan air sungai. [2B] Kampung di Kawasan HuluLokasi: Nongkosawit Proyek untuk mengatasi tren urbanisasi di kawasan desa-kota dengan melestarikan unsur budaya terkait air dan mitigasi risiko banjir dari dataran tinggi, akses air bersih dan tanah longsor.

Dalam jangka menengah, implementasi percontohan di Wonosari dan Nongkosawit diharapkan dapat menunjukkan hasil yang baik. Dari pengalaman ini, dapat dilakukan perbandingan antara risiko, biaya, dan keuntungan pada skala kota dan membantu perhitungan keuntungan ekonomi untuk perbaikan implementasi program ke depannya.

PROYEK / KEGIATAN

FAKTOR PENDUKUNG

HASIL YANG DIHARAPKAN

LANGKAH-LANGKAH YANG DIPERLUKAN

PENDANAAN / KEUANGAN

program proposal

RISIKO PROGRAM

KOMPONEN

PEMERINTAH 1. Menyiapkan mekanisme dan pendanaan untuk ’kampung tangguh’ di bawah anggaran kota (re-alokasi anggaran infrastruktur) sebagai matching fund untuk memberikan insentif kepada kampung / kelurahan karena telah memasukkan infrastruktur hijau pada proses perencanaan & penganggaran partisipatif. 2. Mereview proses Musrenbang dan melihat peluang untuk memasukkan mekanisme untuk mengakses dana ‘kampung tangguh’.3. Pelatihan untuk fasilitator (Musrenbang) untuk meningkatkan pengetahuan tentang perencanaan infrastruktur hijau.

Sumber pendanaan awalRe-alokasi Anggaran APBDFilantropiInvestasi swasta / CSR dari industriEarmarking tax (untuk pajak lokal)

Mekanisme pendanaan (Kelurahan)Opsi pembiayaan kreatif pada proses penganggaran partisipatif, Dana kelurahan, dan / atau Community Based Public Private Partnership (CBP3).

Kerangka Institusional / Legal

Tata Kelola

Page 9: BARRY BEAGEN water-neutral industries · dengan optimalisasi permintaan-penawaran air melalui penyediaan infrastruktur penyimpanan dan pengolahan air skala kawasan. Untuk mewujudkan

strategic program 3integrated coastal zone

PROGRAM DESCRIPTIONProgram to create an integrated vision for a protective and productive coastal zone across Semarang, Kendal and Demak by improving long term industrial competitiveness, urban development and ecological restoration. The program will focus on metropolitan planning and collaboration through cost and profit sharing of urban development and coastal protection via ecological transfer mechanisms.

RATIONALEIn the last three decades the coastline has shifted dramatically due to the rising seas, erosion and land reclamation. The current mode of coastal protection is through the construction of dams and polders. However, such construction and unmanaged industrial activities (groundwater extraction) is accelerating coastal erosion and damages across municipal boundaries. To add to the complexity, the diverse coastal zone from Kendal to Demak is also rife with contested land ownership and land use - at odds with the protection of the coast and ecology. Uncoordinated competition across municipalities to develop industrial land may also result in a economic lose-lose consequence via oversupply. To achieve sustainable regional competitiveness of Central Java Province and protection of an eroding coastline, there is a need to balance industrial growth and ecological restoration. Moreover, there is a need to have a coordinated land use across the three municipalities, managing the supply of industrial land -synchronizing it with the development of the port. There is also a need to incentivize the region to develop more sustainable nature-

based protective systems that not only is more economically viable in the long run, but also contribute to the long term goals of the Government of Indonesia in carbon emissions reduction and restoration of ecology.

KEY OBJECTIVESWATER1 Minimize tidal flooding (rob)2 Reduce coastal storm flooding

ENVIRONMENTAL3 Restore shoreline4 Restore ecological greenbelt5 Increase sedimentation along the coast

SOCIAL6 Create a connected and accessible waterfront

ECONOMIC7 Protect livelihoods of coastal communities8 Promote sustainable industrial growth along the coast9 Promote sustainable communities and new developments 10 Protect critical economic infrastructure (port, rail, airport)

GOVERNANCE11 Integrated plan and vision for coastal zone at metropolitan level

resilient semarang

DESPO [email protected] / +16464349577

BARRY BEAGEN [email protected] / +62811828858

IQBAL REZACINDY RISWANTYO

Page 10: BARRY BEAGEN water-neutral industries · dengan optimalisasi permintaan-penawaran air melalui penyediaan infrastruktur penyimpanan dan pengolahan air skala kawasan. Untuk mewujudkan

resilient semarang

DESPO [email protected] / +16464349577

BARRY BEAGEN [email protected] / +62811828858

IQBAL REZACINDY RISWANTYO

program strategis 3zona pesisir terintegrasi

DESKRIPSI PROGRAMProgram ini ditujukan untuk menciptakan visi terpadu untuk zona pesisir yang terlindungi dan produktif di Semarang, Kendal dan Demak dengan meningkatkan daya saing industri pada jangka panjang, pembangunan perkotaan dan restorasi lingkungan. Program ini memiliki fokus pada perencanaan dan kolaborasi kawasan metropolitan melalui mekanisme pembagian biaya dan keuntungan dari proses pembangunan perkotaan dan perlindungan pesisir dengan mekanisme ecological transfer.

LATAR BELAKANGPada tiga dekade terakhir garis pantai telah berubah secara signifikan dikarenakan naiknya muka air laut, erosi dan reklamasi. Sistem perlindungan pesisir yang dikembangkan saat ini adalah melalui pembangunan sistem bendungan dan polder. Namun, pembangunan infrastruktur dan aktivitas industri yang tidak terkelola (ekstraksi air tanah yang berlebihan) mempercepat proses erosi pesisir dan menyebabkan kerusakan di sepanjang pesisir. Kawasan pesisir Kendal hingga Demak juga memiliki kompleksitas yang rumit terkait dengan kontestasi kepemilikan dan penggunaan lahan - yang bertentangan dengan perlindungan pantai dan ekologi. Persaingan yang tidak terkoordinasi lintas batas dalam pengembangan kawasan industri dapat berdampak pada kerugian ekonomi dikarenakan terlalu banyak supply. Untuk mencapai daya saing regional yang kompetitif dan berkelanjutan dan perlindungan garis pantai dari erosi, dibutuhkan keseimbangan pertumbuhan industri dan restorasi lingkungan. Selain itu, perlu adanya koordinasi penggunaan lahan di ketiga kota, pengelolaan ketersediaan lahan industri dan sinkronisasi dengan pengembangan pelabuhan.

Pemberian intensif kepada daerah yang melakukan pembangunan berkelanjutan dengan sistem perlindungan lingkungan yang baik juga dapat dilakukan. Hal ini tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi, namun juga berkontribusi pada pencapaian tujuan jangka panjang nasional dalam pengurangan emisi karbon dan restorasi lingkungan.

TUJUAN UTAMA AIR1 Meminimalisir banjir pasang (rob)2 Mengurangi banjir pesisir (coastal storm flooding)

LINGKUNGAN3 Merestorasi garis pantai4 Merestorasi sabuk hijau5 Meningkatkan sedimentasi di sepanjang pantai

SOSIAL6 Menciptakan kawasan tepi laut yang terbuka dan mudah diakses

EKONOMI7 Melindungi mata pencaharian masyarakat pesisir8 Mendorong pertumbuhan industri yang berkelanjutan di pesisir9 Mendorong pengembangan masyarakat yang berkelanjutan10 Melindungi objek vital nasional (pelabuhan, kereta api, bandara)

TATA KELOLA PEMERINTAHAN11 Integrasi rencana dan visi zona pesisir pada tingkat metropolitan

Page 11: BARRY BEAGEN water-neutral industries · dengan optimalisasi permintaan-penawaran air melalui penyediaan infrastruktur penyimpanan dan pengolahan air skala kawasan. Untuk mewujudkan

SHORT TERM

PROPOSAL

[1A] Ecological Value transfer mechanismDevelop an ecological value transfer mechanism (a land transfer bank to create land and ecological systems accounting for coastal zones.

[1B] Genuk/Sayung coastal Pilot Project that combines gray infrastructure with ecological preservation through the modification of the toll road scheme, coastal restoration, and the creation of sediment capture areas and eco-tourism.

In the short term, a coordinated and planning process across the municipalities will be established. Strategies regarding coastal protection, sediment supply, groundwater extraction and economic growth will be identified and will guide the creation of a preferred coastal vision.

Land Use Vision: Committed vision and land use coordination, especially for industrial development and reclamation, from the provincial government for Kendal, Semarang and Demak.

Ecological Value Determination: Commitment of a quantified ecological value along the coast in order to establish a transfer quota.

Land ownership: Cooperation of land owners and stakeholders along the coast via a committed and operational forum

Land acquisition costs become too high for local government. Use creative incentives such as Transfer of Development Rights.

Unwillingness of local government stakeholders to participate. Establish strong commitment at the Provincial and National level, along with rigorous analysis of value and coast haring across stakeholder municipalities.

LONG TERM

[3] Soft Shoreline Infrastructure in West Semarang and KendalCross-boundary project with combination of hard and soft coastal protection measures that links logistical and ecological efforts between West Semarang and Kendal.

In the long term, comprehensive ecological restorations in designated areas and sustainable protective systems of urban coastal areas will be implemented. There will be reduction in polder and dyke maintenance and up-keeping.

MEDIUM TERM

[2] Future-Ready PortTanjung Emas Port masterplan update with expansion of operations, breakwaters with sediment capture areas, facilities modernization, drainage strategies, greenbelt restoration, and flood protection strategies.

In the medium term, a successful project in Tanjung Emas Port will establish Semarang’s position as a leading economic center in Central Java and will attract investment for further coastal projects and restoration efforts.

PROJECTS

ENABLING ENVIRONMENT

Institutional / Legal Framework

EXPECTED OUTCOMES

ACTORSNECESSARY STEPS

FUNDING / FINANCE

GOVERNMENT 1. Establish a cross-municipal entity for the oversight of land use coordination and planning2. Develop a method for accounting of ecological value and industrial development-port capacity3. Develop incentives for compliance

program proposal

resilient semarang

PROGRAM RISKS

1. Ecological value transfer mechanismCreation of an land transfer mechanism between urban land and ecological restoration zones for nature-based protective systems along the coast.

2. Cost and profit sharing of coastal development and protectionCosts in infrastructure development for coastal protection and revenue generated from urban development along the coastal zone is shared between municipalities in order to commit to an integrated approach.

COMPONENTS

Initial funding sourcesGrants (IDB, GCF, and others)PhilanthropyPrivate Investment / CSR from IndustriesEarmarking existing (local) taxes Introducing a special purpose tax

Financing mechanismsEcological Value transfer mechanism

Incentivize exiting businesses to integrate green/grey measures with government regulations & incentives.

Page 12: BARRY BEAGEN water-neutral industries · dengan optimalisasi permintaan-penawaran air melalui penyediaan infrastruktur penyimpanan dan pengolahan air skala kawasan. Untuk mewujudkan

JANGKA PENDEK

PROPOSAL

[1A] Mekanisme transfer nilai ekologisMengembangkan mekanisme transfer nilai ekologis (bank transfer lahan) untuk membuat sistem perhitungan lahan dan sistem lingkungan untuk zona pesisir.

[1B] Proyek Percontohan Genuk/Sayung Proyek percontohan Genuk/Sayung yang menggabungkan gray infrastructure dengan pelestarian lingkungan melalui modifikasi skema jalan tol, restorasi pantai dan pembuatan daerah tangkapan sedimen dan ekowisata.

Dalam jangka pendek, proses koordinasi dan perencanaan lintas kota akan dibentuk. Strategi mengenai perlindungan pantai, pasokan sedimen, ekstraksi air tanah, dan pertumbuhan ekonomi akan diidentifikasi dan akan memandu perumusan visi kawasan pesisir yang terintegrasi.

Integrasi Visi Tata Guna Lahan: Integrasi visi dan koordinasi penggunaan lahan, khususnya untuk pengembangan dan reklamasi industri, dari pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk Kendal, Semarang dan Demak.

Penetapan Nilai Ekologis: Menetapkan nilai ekologis yang terukur di sepanjang pantai sebagai dasar kuota transfer.

Kepemilikan Lahan: Kerjasama pemilik tanah dan pemangku kepentingan di sepanjang pantai melalui forum resmi.

Biaya pembebasan lahan menjadi terlalu tinggi bagi pemerintah daerah. Dapat menggunakan insentif kreatif seperti Pengalihan Hak Pembangunan (Transfer of Development Rights).

Keengganan pemangku kepentingan pemerintah daerah untuk berpartisipasi. Membangun komitmen yang kuat di tingkat Provinsi dan Nasional, bersama dengan detail analisis mengenai nilai dan pesisir di seluruh wilayah.

JANGKA PANJANG

[3] Infrastruktur lunak pada Kawasan Pesisir Semarang Barat dan KendalProyek lintas batas dengan kombinasi perlindungan pesisir secara fisik dan non fisik yang menghubungkan upaya logistik dan lingkungan di sepanjang Semarang Barat dan Kendal.

Dalam jangka panjang, restorasi ekologis yang komprehensif di wilayah tertentu dan sistem perlindungan berkelanjutan di wilayah pesisir perkotaan akan dilaksanakan. Akan ada pengurangan dalam biaya pemeliharaan polder dan tanggul.

JANGKA MENEGAH

[2] Future-Ready PortPembaruan rencana induk Pelabuhan Tanjung Emas melalui perluasan operasional, pemecah ombak dengan daerah tangkapan sedimen, modernisasi fasilitas, strategi drainase, restorasi sabuk hijau, dan strategi perlindungan banjir

Dalam jangka menengah, proyek yang berhasil di Pelabuhan Tanjung Emas akan menetapkan posisi Semarang sebagai pusat ekonomi terkemuka di Jawa Tengah dan akan menarik investasi untuk proyek-proyek pesisir lebih lanjut dan upaya restorasi.

PROYEK / KEGIATAN

FAKTOR PENDUKUNG

Kerangka Institusional / Legal

HASIL YANG DIHARAPKAN

LANGKAH-LANGKAH YANG DIPERLUKAN

PENDANAAN / KEUANGAN

PEMERINTAH 1. Pembentukan / pengaktifan badan koordinasi lintas kota / daerah yang berfungsi untuk perencanaan, pengawasan dan koordinasi penggunaan lahan. 2. Pengembangan metode untuk perhitungan nilai ekologis dan pengembangan kapasitas pelabuhan dan industri. 3. Pengembangan mekanisme insentif untuk penyesuaian.

program proposal

RISIKO PROGRAM

1. Mekanisme transfer nilai ekologis (Ecological value transfer mechanism)Mekanisme transfer lahan antara lahan perkotaan dan zona restorasi ekologis untuk sistem perlindungan berbasis alam di sepanjang kawasan pesisir pantai.

2. Mekanisme pembagian biaya dan keuntungan (cost and profit sharing) dari pembangunan kota dan perlindungan pesisir:Biaya dalam pembangunan infrastruktur untuk perlindungan pesisir dan pendapatan yang dihasilkan dari pembangunan kota di sepanjang zona pesisir dibagi kepada daerah kerjasama dan dilihat sebagai suatu pendekatan terpadu.

KOMPONEN

Sumber pendanaan awal Hibah atau Pinjaman (IDB, GCF)FilantropiInvestasi swasta / CSR dari industriEarmarking tax (untuk pajak lokal)Special purpose tax

Mekanisme keuanganMekanisme transfer nilai ekologis

Memberikan insentif kepada bisnis untuk mengintegrasikan tindakan hijau / abu-abu dengan peraturan & insentif pemerintah.