13
Penyebab kematian 1. Penyakit. a. Keganasan (karsinoma hati, paru, mamae). b. CVD (cerebrovascular disaese). c. CRF (chronic renal failure (gagal ginjal) ). d. Diabetes melitus (gangguan endokrin). e. MCI (myocard infarct (gangguan kardiovaskuler) ). f. COPD (chronic obstruction pulmonary disaese) 2. Kecelakaan (hematoma epidural). 2.2.3 Ciri atau tanda klien lanjut usia menjelang kematian 1. Gerakan dan pengindraan menghilang secara berangsur – angsur. Biasanya dimulai pada anggota badan, khususnya kaki dan ujung kaki 2. Badan dingin dan lembab, terutama pada kaki, tangan dan ujung hidungnya 3. Kulit tampak pucat 4. Denyut nadi mulai tak teratur 5. Tekanan darah menurun 6. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun. 7. Pernafasan cepat dangkal dan tidak teratur. Tanda –tanda meninggal secara klinis. Secara tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui perubahan-perubahan nadi,

Bahan Ujian Pak Aziz

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bahan ujian pak aziz.docx

Citation preview

Page 1: Bahan Ujian Pak Aziz

Penyebab kematian

1.    Penyakit.

a.    Keganasan (karsinoma hati, paru, mamae).

b.    CVD (cerebrovascular disaese).

c.    CRF (chronic renal failure (gagal ginjal) ).

d.   Diabetes melitus (gangguan endokrin).

e.    MCI (myocard infarct (gangguan kardiovaskuler) ).

f.     COPD (chronic obstruction pulmonary disaese)

2.    Kecelakaan (hematoma epidural).

2.2.3   Ciri atau tanda klien lanjut usia menjelang kematian

1. Gerakan dan pengindraan menghilang secara berangsur – angsur. Biasanya

dimulai pada anggota badan, khususnya kaki dan ujung kaki

2. Badan dingin dan lembab, terutama pada kaki, tangan dan ujung

hidungnya

3. Kulit tampak pucat

4. Denyut nadi mulai tak teratur

5. Tekanan darah menurun

6. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.

7. Pernafasan cepat dangkal dan tidak teratur.

Tanda –tanda meninggal secara klinis.

Secara tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui

perubahan-perubahan nadi, respirasi dan tekanan darah. Pada tahun 1968,

World Medical Assembly, menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi

kematian, yaitu :

1.         Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total.

2.         Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.

3.         Tidak ada reflek.

4.         Gambaran mendatar pada EKG.

Page 2: Bahan Ujian Pak Aziz

2.2.4     Tahap Kematian

1.    Tahap Pertama ( Penolakan )

Tahap ini adalah tahap kejutan dan penolakan. Biasany, sikap itu

ditandai dengan komentar “saya?tidak, itu tidak mungkin”.

2.    Tahap kedua (marah)

tahap ini ditandai oleh rasa marah dan emosi tidak terkendali. Klien

lanjut usia itu berkata “mengapa saya? ” sering kali klien lanjut usia akan

selalu mencela setiap orang dalam segala hal.

3.    Tahap ketiga (tawar – menawar )

Pada tahap ini biasanya klien lanjut usia pada hakikatnya berkata , “ya,

benar aku, tapi...” kemarahan biasnya mereda dan klien lanjut usia

biasanya dapat menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang

sedang terjadi pada dirinya.

4.    Tahap keempat (sedih/ depresi )

Pada tahap ini biasanya klien lanjut usia pada hakikatnya berkata “ya,

benar aku” hal ini biasanya merupakan saat yang menyedihkan karena

lanjut usia sedang dalam suaana berkabung.

5.    Tahap kelima (menerima/ asertif)

Tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian.menjelang saat ini,

klien lanjut usia telah membereskan segala urusan ysng belum selesesai

dan mungkin tidak ingin berbicara lagi karena sudah menyatakan segala

sesuatunya.

2.2.5   Pengaruh Kematian

1.         Pengaruh kematian terhadap keluarga klien lanjut usia :

a.         Bersikap kritis terhadap cara perawatan.

b.        Keluarga dapat menerima kondisinya.

c.         Terputusnya komunikasi dengan orang yang menjelang maut.

d.        Penyesalan keluarga dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan

tidak dapat mengatasi rasa sedih.

e.         Pengalihan tanggung jawab dan beban ekonomi.

Page 3: Bahan Ujian Pak Aziz

f.         Keluarga menolak diagnosis. Penolakan tersebut dapat

memperbesar beban emosi keluarga.

g.        Mempersoalkan kemampuan tim kesehatan.

2.         Pengaruh kematian terhadap tetangga / teman :

a.         Simpati dan dukungan moril.

b.        Meremehkan / mencela kemampuan tim kesehatan

2.2.6   Pemenuhan kebutuhan klien menjelang kematian :

a.       Kebutuhan jasmaniah.

Kemampuan toleransi terhadap rasa sakit berbeda pada setiap orang.

Tindakan yang memungkinkan rasa nyaman bagi klien lanjut usia

( mis., sering mengubah posisi tidur, perawatan fisik, dan

sebagainya ).

b.      Kebutuhan fisisologis.

a)    Kebersihan Diri

Kebersihan dilibatkan untuk mampu melakukan kerbersihan diri

sebatas kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut,

badan dan sebagainya.

b)   Mengontrol Rasa Sakit

Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada klien

dengan sakit terminal, seperti morphin, heroin, dsbg. Pemberian

obat ini diberikan sesuai dengan tingkat toleransi nyeri yang

dirasakan klien.

c)    Membebaskan Jalan Nafas

Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik

dan pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan untuk

membebaskan jalan nafas, sedangkan bagi klien yang tida sadar,

posisi yang baik adalah posisi sim dengan dipasang drainase dari

mulut dan pemberian oksigen.

d)   Bergerak

Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk

bergerak, seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk

Page 4: Bahan Ujian Pak Aziz

mencegah decubitus dan dilakukan secara periodik, jika diperlukan

dapat digunakan alat untuk menyokong tubuh klien, karena tonus

otot sudah menurun.

e)    Nutrisi

Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan

peristaltik. Dapat diberikan annti ametik untuk mengurangi nausea

dan merangsang nafsu makan serta pemberian makanan tinggi

kalori dan protein serta vitamin. Karena terjadi tonus otot yang

berkurang, terjadi dysphagia, perawat perlu menguji reflek menelan

klien sebelum diberikan makanan, kalau perlu diberikan makanan

cair atau Intra Vena atau Invus.

f)    Eliminasi

Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi

konstipasi, inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan

untuk mencegah konstipasi. Klien dengan inkontinensia dapat

diberikan urinal, pispot secara teratur atau dipasang duk yang

diganjti setiap saat atau dilakukan kateterisasi. Harus dijaga

kebersihan pada daerah sekitar perineum, apabila terjadi lecet,

harus diberikan salep.

g)   Perubahan Sensori

Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya

menolak atau menghadapkan kepala kearah lampu atau tempat

terang. Klien masih dapat mendengar, tetapi tidak dapat atau

mampu merespon, perawat dan keluarga harus bicara dengan jelas

dan tidak berbisik-bisik.

c.       Kebutuhan emosi.

Untuk menggambarkan ungkapan sikap dan perasaan klien lanjut

usiadalam menghadapi kematian.

a)    Mungkin klien lanjut usia mengalami ketakutan yang hebat

( ketakutan yang timbul akibat menyadari bahwa dirinya tidak

mampu mencegah kematian ).

Page 5: Bahan Ujian Pak Aziz

b)   Mengkaji hal yang diinginkan penderita selama mendampinginya.

Misalnya, lanjut usia ingin memperbincangkan tentang kehidupan

di masa lalu dan kemudian hari. Bila pembicaraan tersebut

berkenaan, luangkan waktu sejenak.

c)    Mengkaji pengaruh kebudayaan atau agama terhadap klien.

d.      Kebutuhan sosial

Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi, dan untuk

memenuhi kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat melakukan:

a)    Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk

bertemu dengan klien dan didiskusikan dengan keluarganya,

misalnya: teman-teman dekat, atau anggota keluarga lain.

b)   Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan dengan sakitnya

dan perlu diisolasi.

c)    Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima kunjungan

kunjungan teman-teman terdekatnya, yaitu dengan memberikan

klien untuk membersihkan diri dan merapikan diri.

d)   Meminta saudara atau teman-temannya untuk sering mengunjungi

dan mengajak orang lain dan membawa buku-buku bacaan bagi

klien apabila klien mampu membacanya.

e.       Kebutuhan spiritual

a)    Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan

rencana-rencana klien selanjutnya menjelang kematian.

b)   Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka agama

dalam hal untuk memenuhi kebutuhan spiritual.

c)    Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan

spiritual sebatas kemampuannya.

2.1.1 Posyandu Lansia

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat

usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang

digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan

pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari

kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang

Page 6: Bahan Ujian Pak Aziz

penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan

peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi

sosial dalam penyelenggaraannya.

2.1.2 Tujuan Posyandu Lansia

Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :

a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,

sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan

kebutuhan lansia.

b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat

dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan

komunikasi antara masyarakat usia lanjut.

2.1.3 Sasaran Posyandu Lansia

1. Sasaran langsung:

- Pra usia lanjut (pra senilis) 45-59 tahun

- Usia lanjut 60-69 tahun

- Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 tahun atau usia lanjut

berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan

2. Sasaran tidak langsung:

- Keluarga dimana usia lanjut berada

- Masyarakat di lingkungan usia lanjut

- Organisasi sosial yg peduli

- Petugas kesehatan

- Masyarakat luas

2.1.4 Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja,

pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung

pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan disuatu wilayah

kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan

posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya

menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai

berikut :

a. Meja I : Pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat

badan dan atau tinggi badan.

Page 7: Bahan Ujian Pak Aziz

b. Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks

massa tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan

sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini.

c. Meja III : Melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini

juga bisa dilakukan pelayanan pojok gizi.

2.1.5 Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia

Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan

posyandu antara lain :

1. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu

Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh

dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan

menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan

penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala

keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka.

2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit

dijangkau

Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah

menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau

kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik

tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini

berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi

lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk

menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan

atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong

minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu.

Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari

terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia.

3. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun

mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu

Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat

atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia.

Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu

Page 8: Bahan Ujian Pak Aziz

menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke

posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan

berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama

lansia.

4. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu

Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas

merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk

mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut,

lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang

diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap

seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap

suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk

bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan

pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.

5. Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia

Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi

pemeriksaan Kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat

dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk

mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau

ancaman masalah kesehatan yang dihadapi.

Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut

di Posyandu Lansia seperti:

a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan

dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi,

berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan

sebagainya.

b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan

dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman

metode 2 (dua ) menit.

c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa

tubuh (IMT).

Page 9: Bahan Ujian Pak Aziz

d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan

stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.

e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau

cuprisulfat.

f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal

adanya penyakit gula (diabetes mellitus).