Bab4 Stres Stres Lingkungan Dan Coping Behavior

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/10/2018 Bab4 Stres Stres Lingkungan Dan Coping Behavior

    http:///reader/full/bab4-stres-stres-lingkungan-dan-coping-behavior-559e00556b

    S i r e s , S i r e s L i n g k u n g a nd a n C o p i n g B e h a v i o r

  • 5/10/2018 Bab4 Stres Stres Lingkungan Dan Coping Behavior

    http:///reader/full/bab4-stres-stres-lingkungan-dan-coping-behavior-559e00556b

    A. STRESIstilah stres dikemukakan oleh Hans Selye (dalam Sehnert, 1981) yang

    mendefinisikan stres sebagai respon yang tidak spesifik dari tubuh pada tiaptuntutan yang dikenakan padanya. Dengan kata lain istilah stres dapatdigunakan untuk menunjukkan suatu perubahan fisik yang luas yang disulutoleh berbagai faktor psikologis atau faktor fisik atau kombinasi kedua faktortersebut. Menurut Lazarus (1976) stres adalah suatu keadaan psikologisindividu yang disebabkan karena individu dihadapkan pada situasi internaldan eksternal. Menurut Korchin (1976) keadaan stres muncul apabila tuntutan-tuntutan yang luar biasa atau terlalu banyak mengancam kesejahteraan atauintegritas seseorang. Stres tidak saja kondisi yang menekan seseorangataupun keadaan fisik atau psikologis seseorang maupun reaksinya terhadaptekanan tadi, akan tetapi stres adalah keterkaitan antar ketiganya(Prawitasari, 1989). Karena banyaknya definisi mengenai stres, maka Sarafino(1994) mencoba rnengkonseptualisasikan ke dalam tiga pendekatan, yaitu:Stimulus, Respons, dan Proses.

    1 . StimulusKita dapat mengetahui hal ini dari pilihan seseorang terhadap sumber

    atau penyebab ketegangan berupa keadaan/situasi dan peristiwa tertentu.Keadaan/situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam ataumembahayakan yang menghasilkan perasaan tegang disebut sebagai stresor.Beberapa ahli yang menganut pendekatan ini mengkategorikan stresormenjadi tiga:a. peristiwa katastropik, misalnya angin tornado atau gempa bumib. peristiwa hidup yang penting, misalnya kehilangan pekerjaan atau orang

    yang dicintaic. keadaan kronis, misalnya hidup dalam kondisi sesak dan bising.

    2. ResponsRespon adalah reaksi seseorang terhadap stresor. Untuk itu dapat

    diketahui dari dua komponen yang saling berhubungan, yaitu: komponenpsikologis dan komponen fisiologis.a. komponen psikologis, seperti: perilaku, pola berpikir, dan emosi.b. komponen fisiologis, seperti: detak jantung, mulut yang mengering

    (sariawan), keringat, dan sakit perutKedua respon tersebut disebut dengan strain atau ketegangan.

    62

  • 5/10/2018 Bab4 Stres Stres Lingkungan Dan Coping Behavior

    http:///reader/full/bab4-stres-stres-lingkungan-dan-coping-behavior-559e00556b

    3. ProsesStres sebagai suatu proses terdiri dari stresor dan strain ditambah

    dengan satu dimensi penting yaitu hubungan antara manusia denganlingkungan. Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian diri yangkontinyu, yang disebut juga dengan istilah transaksi antara manusia denganlingkungan, yang di dalamnya termasuk perasaan yang dialami danbagaimana orang lain merasakannyaMode l S tr es . Cox (dalam Crider dkk, 1983) mengemukakan 3 model stres,yaitu: Response-based model, Stimulus-based model, dan Interactional model.a. Response -based model

    Stres model ini mengacu sebagai sekelompok gangguan kejiwaan danrespon-respon psikis yang timbul pada situasi sulit. Model ini mencobauntuk mengidentifikasikan pola-pola kejiwaan dan respon-responkejiwaan yang diukur pada lingkungan yang sulit. Suatu pola atausekelompok dari respon disebut sebaqai sebuah sindrom. Pusatperhatian dari model ini adalah bagaimana stresor yang berasal dariperistiwa lingkungan yang berbeda-beda dapat menghasilkan responstres yang sama.

    b. St imu lus -based mode lModel stres ini memusatkan perhatian pada sifat-sifat stimuli stres.Tiga karakteristik penting dari stimuli stres adalah sebagai berikut :(1 ) Overload

    Karakteristik ini diukur ketika sebuah stimulus datang secara intensdan individu tidak dapat mengadaptasi lebih lama lagi.

    (2) ConflictKonflik diukur ketika sebuah stimulus secara simultanmembangkitkan dua atau lebih respon-respon yang tidakberkesesuaian. Situasi-situasi konflik bersifat ambigu, dalam artistimulus tidak memperhitungkan kecenderungan respon yang wajar.

    (3) UncontrollabilityUncontrollability adalah peristiwa-peristiwa dari kehidupan yangbebas/tidak tergantung pada perilaku dimana pada situasi inimenunjukkan tingkat stres yang tinggi. Penelitian tentang tujuanini menunjukkan bahwa stres diproduksi oleh stimulus aversiveyang mungkin diolah melebihi kemampuan dan kontrol waktu sertajangka waktu dari stimuli ini daripada dengan kenyataan penderi-taan yang dialami. Dampak stres dari stimuli aversive dapatdiperkecil jika individu percaya dapat mengontrolnya.

    63

  • 5/10/2018 Bab4 Stres Stres Lingkungan Dan Coping Behavior

    http:///reader/full/bab4-stres-stres-lingkungan-dan-coping-behavior-559e00556b

    64

    c. Interactional modelModel ini merupakan perpaduan dari response-based model dan stimu-lus-based model. Ini mengingatkan bahwa dua model terdahulumembutuhkan tambahan informasi mengenai motif-motif individual dankemampuan mengcoping (mengatasi). Model ini memperkirakan bahwastres dapat diukur ketika dua kondisi bertemu, yaitu :(1) ketika individu menerima ancaman akan motif dan kebutuhan

    penting yang dimilikinya. Jika telah berpengalaman stressebelumnya, individu harus menerima bahwa lingkunganmempunyai ancaman pada motif-motif atau kebutuhan-kebutuhan penting pribadi.

    (2) ketika individu tidak mampu untuk mengcoping stresor.Pengertian coping lebih merujuk pada kesimpulan total dari metodepersonal, dapat digunakan untuk menguasai situasi yang penuhstres. Coping termasuk rangkaian dari kemampuan untuk bertindakpada lingkungan dan mengelola gangguan emosional, kognitif sertareaksi psikis.

    Pendekatan interaksional beranggapan bahwa keseluruhan pengalamanstres di dalam beberapa situasi akan tergantung pad a keseimbangan antarastresor, tuntutan clan kemampuan mengcoping. Stres dapat menjadi tinggiapabila ada ketidak seimbangan antara dua faktor, yaitu ketika tuntutanmelampaui kemampuan coping. Stres dapat menjadi rendah apabilakemampuan coping melebihi tuntutan.Jenis Stres. Holahan (1981) menyebutkan jenis stres yang dibedakan menjadidua bagian, yaitu systemic stres dan psychological stres. Systemic stresdidefinisikan oleh Selye (dalam Holahan, 1981) sebagai respon non spesifikdari tubuh terhadap beberapa tuntutan lingkungan. la menyebut kondisi-kondisi pada lingkungan yang menghasilkan stres, misalnya racun kimiaatau temperatur ekstrim, sebagai stresor. Selye mengidentifikasi tiga tahapdalam respon sistemik tubuh terhadap kondisi-kondisi penuh stres, yangdiistilahkan General Adaptation syndrome (GAS).

    Tahap pertama adalah alarm reaction dari sistem saraf otonom, termasukdi dalamnya peningkatan sekresi adrenalin, detak jantung, tekanan darahdan otot menegang. Tahap ini bisa diartikan sebagai pertahanan tubuh.

    Selanjutnya tahap ini diikuti oleh tahap resistance atau adaptasi, yangdi dalamnya termasuk berbagai macam respon coping secara fisiko

    Tahap ketiga, exhaustion atau kelelahan, akan terjadi kemudian apabilastresor datang secara intens dan dalam jangka waktu yang cukup lama, danjika usaha-usaha perlawanan gagal untuk menyelesaikan secara adekuat.

  • 5/10/2018 Bab4 Stres Stres Lingkungan Dan Coping Behavior

    http:///reader/full/bab4-stres-stres-lingkungan-dan-coping-behavior-559e00556b

    Psychological stress terjadi ketika individu menjumpai kondisi lingkunganyang penuh stres sebagai ancaman yang secara kuat menantang ataumelampaui kemampuan copingnya (Lazarus dalarn Holahan, 1981). Sebuahsituasi dapat terlihat sebagai suatu ancaman dan berbahaya secara potensialapabila melibatkan hal yang memalukan, kehilanqan harga diri, kehilanganpendapatan dan seterusnya (dalam Heimstra & McFarling, 1978).

    Hasil penelitian dari Levy dkk. (1984) diternukan bahwa stres dapattimbul dari kondisi-kondisi yang bermacam-macarn, seperti di tempat kerja,di lingkungan fisik dan kondisi sosial. Stres yang timbul dari kondisi sosialbisa dari lingkungan rumah, sekolah atau pun tempat kerja.Sumber Stres (Stressor). Lazarus dan Cohen (dalam Evans, 1982)mengemukakan bahwa terdapat tiga kelompok surnber stres, yang pertamaadalah fenomena catalismic, yaitu hal-hal atau kejadian-kejadian yang tiba-tiba, khas, dan kejadian yang menyangkut banyak orang seperti bencanaalam, perang, banjir, dan sebagainya. Kedua, kejadian-kejadian yangmemerlukan penyesuian atau coping seperti pada fenomena catalismicmeskipun berhubungan dengan orang yang lebih sedikit seperti responsesorang terhadap penyakit atau kematian. Yanp ketiga adalah daily has-sles, yaitu masalah yang sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hariyang menyangkut ketidakpuasan kerja, atau masalah-masalah lingkunganseperti kesesakan atau kebisingan karena polusi.

    Dalam konteks lingkungan binaan, maka stres dapat muncul jikalingkungan fisik dan rancangan secara langsung atau tidak langsungmenghambat tujuan penghuni, dan jika rancangan lingkungannya membatasistrategi untuk mengatasi hambatan tersebut, maka hal itu merupakan sumberstres (Zimring dalam Prawitasari, 1989).

    B. STRES LINGKUNGAN DAN COPING BEHAVIORDalam mengulas dampak lingkungan binaan terutama bangunan

    terhadap stres psikologis, Zimring (dalam Prawitasari, 1989) mengajukandua pengandaian. Yang pertama, stres dihasilkan oleh proses dinamik ketikaorang berusaha memperoleh kesesuaian antara kebutuhan-kebutuhan dantujuan dengan apa yang disajikan oleh lingkungan. Proses ini dinamik karenakebutuhan-kebutuhan individual sangat bervariasi sepanjang waktu danberbagai macam untuk masing-masing individu. Cara penyesuaian ataupengatasan masing-masing individu terhadap linqkunqannya juga berbagaimacam.

    65

  • 5/10/2018 Bab4 Stres Stres Lingkungan Dan Coping Behavior

    http:///reader/full/bab4-stres-stres-lingkungan-dan-coping-behavior-559e00556b

    66

    Pengandaian kedua adalah bahwa variabel transmisi harusdiperhitungkan bila mengkaji stres psikologis yang disebabkan oleh lingkunganbinaan. Misalnya perkantoran, status, anggapan tentang kontrol, pengaturanruang dan kualitas lain dapat menjadi variabel transmisi yang berpengaruhpada pan dang an individu terhadap situasi yang dapat dipakai untukmenentukan apakah situasi tersebut menimbulkan stres atau tidak.

    Menurut Iskandar (1990), proses terjadinya stres juga melibatkankomponen kognitif, sebagaimana diperjelas dalam gambar di bawah ini:

    Faktor PsikologiIndividual: Intelektual Pengalaman lalu Pengetahuan Motivasi

    Aspek Kognitiftentang Stimulus: PengontrolanPersepsi Oapat diduga Kesegeraan

    I Tahapan IKelelahan

    Penelitian Reaksi Tahapan gagalStimulus Kognitif alam bereaksiLingkunganr-- tentang t--- proses t--- Strategimengatasif------,lingkungan otonom stress berhasil

    I Adaptasi IGambar 1. 4. Skema Model Stres

    Sumber: Iskandar (1990), diadaptasi dari Selye dan Lazarus

    Stres yang diakibatkan oleh kepadatan dalam ruang dengan penilaiankognitif akan mengakibatkan denyut jantung bertambah tinggi dan tekanandarah menaik, sebagai reaksi stimulus yang tidak diinginkan. Dengan kondisitersebut, maka seseorang yang berusaha mengatasi situasi stres akanmemasuki tahapan kelelahan karena energinya telah banyak digunakan untukmengatasi situasi stres. Dalam berbagai kasus, stimulus yang tidakmenyenangkan tersebut muncul berkali-kali, sehingga reaksi terhadap stresmenjadi berkurang dan melemah.

    Proses ini secara psikologis dikatakan sebagai adaptasi. Hal ini terjadikarena sensitivitas neuropsikologis semakin melemah dan melalui penelitiankognitif situasi stres tersebut berkurang (lskandar,1990).

  • 5/10/2018 Bab4 Stres Stres Lingkungan Dan Coping Behavior

    http:///reader/full/bab4-stres-stres-lingkungan-dan-coping-behavior-559e00556b

    Bangunan yang tidak memperhatikan kebutuhan fisik, psikologis dansosial akan merupakan sumber stres bagi penghuninya. Apabila peru mahantidak memperhatikan kenyamanan penghuni, misalnya pengaturan udara yangtidak memadai, maka penghuni tidak dapat beristirahat dan tidur dengannyaman. Akibatnya, penghuni seringkali lelah dan tidak dapat bekerja secaraefektif dan ini akan mempengaruhi kesejahteraan fisik maupun mentalnya.Demikian pula apabila peru mahan tidak memperhatikan kebutuhan rasa amanwarga, maka hal ini akan berpengaruh negatif pula. Penghuni selalu waspadadan akan mengalami kelelahan fisik maupun mental. Hubungan antaramanusia sangat penting, untuk itu peru mahan juga sebaiknya memperhatikankebutuhan tersebut.

    Pembangunan perumahan yang tidak menyediakan tempat umumdimana para warga dapat berinteraksi satu sama lain akan membuat merekasulit berhubungan satu sama lain. Atau peru mahan yang tidak memperhatikanruang pribadi masing-masing anggotanya akan dapat merupakan sumberstres bagi penghuninya (Zimring dalam Prawitasari, 1989).

    Keberhasilan suatu bangunan peru mahan atau daerah pemukimandalam terminologi perilaku dapat digunakan penilaian berdasarkan tingkatkepuasan penghuni dan kebetahan penghuni di ternpat tinggalnya. Dalamhal ini dapat diperhatikan bag an model perilaku penghuni perumahan berikutini :

    Karakte ris tik Kond isi K epuasan p enghun iDemograf is & Pem uk im ran ; ten tang rum ah &Sos ia l Buday a Pemi l ikan daerah S ik lus keh idupan S truktu r & t ipe pe rumahannyakeluarga rumah W Adaptas i : P e n gh a sil an - K u a lit as & M eru ba h P e n did ik a n Pemb iayaan Kecenderungan bentuk P e ke rja a n perumaha rumah Ras R ua ng penyesuaian - M e ru ba hdir i S tr uk tu r k e lu a rg a letak d a n la in -la in K e hid up an b er - perabotant et a ngga an ta r P in da hpenghun i ba ru & r umahd e ng a n p e nd u du kse tempa tK e p ua s an p e ng h un ida lam keh idupanber tetangga

    Gambar 2.4. Skema Model Perilaku PenghuniSumber: Iskandar (1989).

    67

  • 5/10/2018 Bab4 Stres Stres Lingkungan Dan Coping Behavior

    http:///reader/full/bab4-stres-stres-lingkungan-dan-coping-behavior-559e00556b

    68

    Oi dalam membahas hubungan manusia dengan lingkungan binaan,maka pada lingkungan binaan tersebut diharapkan akan didapat ungkapan-ungkapan arsitektur berupa pola-pola yang mempengaruhi perkembangandan perubahan konsepsi bangunan. Perubahan-perubahan konsepsi padabangunan itu terjadi pada perilaku penghuni terhadap tata atur yang telahtercipta pada bangunan itu dahulunya. Akibat dari pergeseran perlakuanatau aktivitas dari penghuni mengakibatkan kerancuan visual dan tata aturbangunan tersebut.

    Sementara itu, dua ahli lain yaitu Lazarus dan Folkman (dalam Barondan Byrne, 1991) mengidentifikasikan stres lingkungan sebagai ancaman-ancaman yang datang dari dunia sekitar. Setiap individu selalu mencobauntuk coping dan beradaptasi dengan ketakutan, kecemasan dan kemarahanyang dimilikinya.

    Fontana (1~~89) menyebutkan bahwa stres lingkungan berasal darisumber yang berbeda-beda seperti tetangga yang ribut, jalan menujubangunan tempat kerja yang mengancam nilai atau kenikmatan salah satumiliklkekayaan, clan kecemasan finansial atas ketidakmampuan membayarpenqeluaran-penqeluaran rumah tangga.

    Baum, Singer dan Baum (dalam Evans, 1982) mengartikan streslingkungan dalam tiga faktor, yaitu :1. stresor fisik (misalnya: suara)2. penerimaan individu terhadap stresor yang dianggap sebagai

    ancaman (appraisal of the stressor)3. dampak stresor pada organisme (dampak fisiologis).

    Fontana (1989) menyebutkan bahwa sumber utama dari stres di dalamdan di sekitar rumah adalah sebagai berikut :a. stres karena teman kerja (partner)b. stres karena anak-anakc. stres karena pengaturan tempat tinggal setempat.d. tekanan-tekanan lingkunganCoping Behavior. Pada bagian-bagian sebelumnya telah banyak dibahasistilah coping. Berikut ini akan disajikan hal-hal yang berhubungan dengancoping behavior yaitu pengertian coping behavior, coping behavior dankepadatan, serta coping behavior dan kesesakan.Pengertian Coping Behavior. Ketika seseorang mempersepsikanlingkungannya terdapat dua kemungkinan yang akan terjadi. Pertama,rangsang-rangsang yang dipersepsikan teresebut akan berada pada dalam

  • 5/10/2018 Bab4 Stres Stres Lingkungan Dan Coping Behavior

    http:///reader/full/bab4-stres-stres-lingkungan-dan-coping-behavior-559e00556b

    batas-batas optimal sehingga akan timbul kondisi keseimbangan(homeostatis). Kedua, rangsang-rangsang tersebut berada di atas batasoptimal (overstimulation) atau di bawahnya (unaerstimutetiom. Akibat darikemungkinan kedua ini adalah stres, sehingga manusia harus melakukanperilaku penyesuaian diri (coping behavior). Oalam kaitan antara manusiadengan lingkungan fisiknya, maka terdapat dua jenis perilaku penyesuaiandiri (coping behavior) yaitu adaptasi dan adjustment. Adaptasi adalahmengubah tingkah laku agar sesuai dengan lingkungannya, sementara ad-justment adalah mengubah lingkungan agar menjadi sesuai denganperilakunya (Sarwono, 1992).

    Menurut Bell dkk. (1978) semakin sering atau konstan suatu stimulusmuncul, maka akan timbul proses pembiasaan berupa adaptasi dan adjust-ment, dalam bentuk respons yang menyebabkan kekuatan stimulus menjadisemakin melemah. Proses ini berhubungan dengan waktu, atau lama tinggalseseorang dalam suatu seting tertentu. Semakin lama tinggal akan semakinbesar pula potensi individu untuk dapat melakukan proses pembiasaanterhadap stimulus lingkungan yang tidak menyenangkan atau yang dapatmenimbulkan stres.Coping Behavior dan Kepadatan. Kepadatan tinggi merupakan stresorlingkungan yang dapat menimbulkan kesesakan bagi individu yang beradadi dalamnya (Holahan, 1982). Stresor lingkungan, menurut Stokols (dalamBrigham, 1991), merupakan salah satu aspek lingkungan yang dapatmenyebabkan stres, penyakit, atau akibat-akibat negatif pada perilakumasyarakat.

    Stokols (dalam Brigham, 1991) mengatakan bahwa apabila kesesakantidak dapat diatasi, maka akan menyebabkan stres pada individu. Stres yangdialami individu dapat memberikan dampak yang berbeda tergantung padakemampuan individu dalam menghadapi stres. Individu yang mengalami stresumumnya tidak mampu melakukan interaksi sosial dengan baik, sehinggadapat menurunkan perilaku untuk membantu orang lain.

    Pada fase pertama, menerangkan bahwa kepadatan yang tinggi kadang-kadang dapat menjadi faktor penyebab stres. Oi sini kepadatan tinggidipandang sebagai keadaan fisik yang membuat keadaan tidakmenyenangkan, seperti kehilangan kontrol, stimulus yang berlebihan,kehilangan kebebasan berperilaku. Hal ini mungkin dapat berdampak burukatau tidak pada seseorang. Keadaan ini tergantung pada: (1) perbedaanindividu, seperti jenis kelamin, kepribadian, umur; (2) keadaan/situasi, sepertiwaktu pada lokasi tertentu, kehadiran stresor lain; dan (3) kondisi sosial,seperti hubungan antara orang-orang yang berada di sana dan intensitasinteraksi. Jika aspek negatif dari kepadatan tinggi itu tidak rnenonjol, maka

    69

  • 5/10/2018 Bab4 Stres Stres Lingkungan Dan Coping Behavior

    http:///reader/full/bab4-stres-stres-lingkungan-dan-coping-behavior-559e00556b

    70

    lingkungan akan dipersepsikan ke dalam suatu keadaan yang optimal, danefek negatif tidak akan terjadi, tetapi bila ketidakleluasaan dari kepadatantinggi menonjol, maka kesesakan akan terjadi. Kesesakan ini merupakankeadaan psikologis yang dapat menyebabkan stres. Selanjutnya akan masukpada fase kedua, yaitu seseorang dalam keadaan stres akan mengadakancoping, bila coping berhasil dilakukan individu, maka individu akan dapatberadaptasi dan terbiasa dengan keadaan tersebut, sedangkan bila copingtidak berhasi di lakukan individu, maka individu akan kehilangan kemampuanuntuk melakukan adaptasi, sehingga akhirnya dapat menyebabkan gangguanfisik maupun mental, putus asa, tidak berdaya dan lain-lain.

    Sebagai gambaran akan kebutuhan ukuran ruang dalam satu keluarga,maka Iskandar (1990) merekomendasikan bahwa kebutuhan ruang padasatu rumah untuk 5 orang anggota keluarga diperlukan ruang yang optimalseluas kurang lebih 450 meter persegi, atau paling tidak minimal 183 meterpersegi.

    Salah satu akibat negatif yang terjadi sebagai respon individu terhadapstresor lingkungan seperti lingkungan padat yaitu menurunnya intensi prososialindividu. Penelitian-penelitian tentang hubungan kepadatan dan perilakuprososial di daerah perkotaan dan pedesaan telah banyak dilakukan. Hasilpenelitian yang dilakukan Milgram (1970) ditemukan bahwa orang yang tinggaldi kota sedikit dalam memberi bantuan dan informasi bagi orang yang tidakdikenal dari pada orang yang tinggal di daerah pedesaan. Begitu pula dalammengizinkan untuk menggunakan telepon bagi orang lain yang memerlukan(Fisher, 1984).

    Adapun proses tersebut dapat menunjukkan bahwa kepadatanmempunyai hubungan terhadap perilaku prososial seseorang. Hal ini dapatdi jelaskan oleh teori stimulus overload dari Milgram (dalam Wrightsman &Deaux, 1984). Dalam teori ini menjelaskan bahwa kondisi kota yang padatyang dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor seperti faktor perbedaanindividu, situasi dan kondisi sosial di kota mengakibatkan individu mengalamistimulus overload (stimulus yang berlebihan), sehingga individu harusmelakukan adaptasi dengan cara memilih stimulus-stimulus yang akanditerima, memberi sedikit perhatian terhadap stimulus yang masuk. Hal inidilakukan dengan menarik diri atau mengurangi kontak dengan orang lain,yang akhirnya dapat mempengaruhi perilaku menolong pada individu.

    Menurut Jain (1987) banyaknya unit rumah tinggal di kawasanpemukiman menyebabkan timbulnya pemukiman padat yang umumnyamenyebabkan perbandingan antara luas lantai yang didiami tidak sebandingdengan banyaknya penghuni. Jarak antar rumah tinggal dengan rumah tinggallain yang berdekatan bahkan hanya dipisahkan oleh dinding rumah atau

  • 5/10/2018 Bab4 Stres Stres Lingkungan Dan Coping Behavior

    http:///reader/full/bab4-stres-stres-lingkungan-dan-coping-behavior-559e00556b

    sekat dan tidak jarang mengakibatkan penghuni dapat mendengar danmengetahui kegiatan yang dilakukan penghuni rumah tinggal lain. Keadaaninilah yang dapat menyebabkan individu merasa sesak.

    Oi pemukiman padat, individu umumnya akan dihadapkan pada keadaanyang tidak menyenangkan. Oi samping keterbatasan ruang, individu jugamengalami kehidupan sosial yang lebih rumit. Keadaan padat inimemungkinkan individu tidak ingin mengetahui kebutuhan individu lain disekitarnya tetapi lebih memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengankepentingannya serta kurang memperhatikan isyarat-isyarat sosial yangmuncul.Coping Behavior dan Kesesakan. Pada bagian terdahulu Freedman (1975)memandang bahwa kesesakan adalah suatu keadaan yang dapat bersifatpositif maupun negatif tergantung dari situasinya. Jadi kesesakan dapatdirasakan sebagai suatu pengalaman yang kadang-kadang menyenangkandan kadang-kadang tidak menyenangkan. Bahkan dari banyak penelitiannyadiperoleh kesimpulan bahwa kesesakan sama sekali tidak berpengaruh negatifterhadap subjek penelitian.

    Proshansky dkk. (1976) dan Altman (1975) juga memiliki asumsi yangsama dengan Freedman. Kesesakan mempunyai konotasi positif maupunnegatif. Kadang-kadang situasi yang sesak justru dapat dinikmati, misalnyasaja dalam suatu pertandingan olah raga di stadion yang besar, jika penontonhanya sedikit, tentu suasana akan menjadi kurang meriah dan hal ini dapatmempengaruhi pemain. Oalam pesta, pameran, pertunjukan seni, dansejenisnya, orang lebih suka kalau suasananya ramai.

    Pendapat Altman itu didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan olehBharucha-Reid dan Kiyak (1982). Mereka rnelakukan penelitian tentangkepadatan dengan mengambil tiga variabel linqkunqan, yaitu: kebisingan,kepadatan sosial, dan kepadatan ruang, yang dikombinasikan dengankarakteristik kepribadian. Hasil penelitiannya kongruen dengan model teorikesesakan yang dikemukakan oleh Altman, yang rnenekankan bahwa keadaanyang sesak tidak selalu dipersepsi negatif dan tidak selalu menimbulkankeadaan stres karena perasaan sesak pada setiap orang tidak samatingkatnya, tergantung dari tingkat privasi yang dicapai masing-masing individutersebut.

    Konsekuensi negatif dari kesesakan juga clicoba diterangkan oleh Jain(dalam Awaldi, 1990) menjadi lima asumsi. Pertama, model stimulus berlebih.Oalam kondisi banyak orang, akan muncul stimulus-stimulus berlebih dariluar yang minta ditanggapi. Stimulus yang terlalu banyak itu akan tidak mampudirespon dengan baik, akhirnya muncul kondisi tidak berdaya dan tidak

    71

  • 5/10/2018 Bab4 Stres Stres Lingkungan Dan Coping Behavior

    http:///reader/full/bab4-stres-stres-lingkungan-dan-coping-behavior-559e00556b

    nyaman. Asumsi pertama ini sesuai dengan teori information overload. Kedua,model perilaku terbatas. Perilaku yang dapat dikerjakan seseorang di dalamsuasana dengan kepadatan tinggi dan penuh sesak cenderung terbatas.Pilihan-pilihan dan kebebasan bertindak menjadi berkurang. Ketiga, modelekologi. Dalam model ini dikatakan bahwa perilaku negatif yang munculakibat suasana sumpek dan padat hanya terjadi pada situasi dimana pilihan-pilihan dan sumber yang tersedia sedikit. Keempat model atribusi. Akibatnegatif dari kepadatan dan kesumpekan hanya terjadi di tempat dan situasitertentu. Kelima, model arousal. Model terakhir ini menerangkan bahwakepadatan dan kesumpekan akan menyebabkan terstimulinya perangkat-perangkat fisiologis, menaikkan tekanan darah, dan menimbulkan stres.

    LA TIHAN SOAL1. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi stres pada

    lingkungan perumahan?2. Upaya untuk mengatasi stres (coping behavior) dapat berupa adaptasi

    dan adjustment. Apa yang dimaksud dengan adaptasi dan adjustment?Berikan contoh masing-masing pada kasus rumah tinggal!

    3. Apa yang akan terjadi jikalau coping behavior gagal, misalnya padarumah tinggal?

    4. Mengapa semakin lama seseorang tinggal dalam suatu seting, akansemakin melemah kekuatan stimulus yang menyebabkan stres?

    5. Dalam situasi apa kesesakan barangkali justru menyenangkan dan tidakmenimbulkan stres?

    72