22
112 BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Istilah model dapat diartikan sebagai suatu objek atau konsep berupa tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur dan sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat penjelasan berikut saran yang digunakan untuk mempresentasikan suatu hal. Menurut Bock dalam “Getting It Right : R&D Methods in Science and Engineering” dalam bukunya Nusa Putra menjelaskan pengertian pengembangan: “Development is a process that applies knowledge to create new device on effects”. Model pengembangan merupakan dasar yang digunakan untuk pengembangan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan yang efektif menuntut kesesuaian antara pendekatan yang digunakan dengan produk yang akan dihasilkan. Penelitian pengembangan menurut Van Den Akker (1999) berdasarkan pada dua tujuan, yakni (1) pengembangan untuk mendapatkan prototipe produk, (2) perumusan saran-saran metodologis untuk pendesainan dan evaluasi prototipe tersebut. Sedangkan tujuan dilaksanakannya penelitian ini ialah untuk mengembangkan model pembelajaran POE 2 WE. Pemikiran ini mendasari pemilihan model pengembangan yang akan memudahkan peserta didik dalam memahami mata pelajaran Fisika Konsep Gerak Lurus sehingga dihasilkan produk model pembelajaran berupa Prototype, LKS dan CD pembelajaran Fisika.

BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan · materi Fisika), peserta didik, dan guru yang di peroleh melalui konsultasi, diskusi, wawancara dan penilaian uji ahli, kelompok

Embed Size (px)

Citation preview

112

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Model Pengembangan

Istilah model dapat diartikan sebagai suatu objek atau konsep berupa

tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur dan sistematis, serta

mengandung pemikiran bersifat penjelasan berikut saran yang digunakan

untuk mempresentasikan suatu hal. Menurut Bock dalam “Getting It Right

: R&D Methods in Science and Engineering” dalam bukunya Nusa Putra

menjelaskan pengertian pengembangan: “Development is a process that

applies knowledge to create new device on effects”. Model pengembangan

merupakan dasar yang digunakan untuk pengembangan produk yang akan

dihasilkan. Model pengembangan yang efektif menuntut kesesuaian antara

pendekatan yang digunakan dengan produk yang akan dihasilkan.

Penelitian pengembangan menurut Van Den Akker (1999)

berdasarkan pada dua tujuan, yakni (1) pengembangan untuk

mendapatkan prototipe produk, (2) perumusan saran-saran metodologis

untuk pendesainan dan evaluasi prototipe tersebut. Sedangkan tujuan

dilaksanakannya penelitian ini ialah untuk mengembangkan model

pembelajaran POE2WE. Pemikiran ini mendasari pemilihan model

pengembangan yang akan memudahkan peserta didik dalam memahami

mata pelajaran Fisika Konsep Gerak Lurus sehingga dihasilkan produk

model pembelajaran berupa Prototype, LKS dan CD pembelajaran

Fisika.

113

Model pengembangan yang akan direncanakan dalam penelitian ini

mengikuti alur dari Sivasailam Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan

Melvyn I. Semmel (1974. ). Model pengembangan 4-D tahap utama yaitu

Define, Design, Develop, dan Disseminate atau diadaptasikan menjadi

model 4-P, yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan

penyebaran. Penerapan langkah utama dalam penelitian tidak hanya

merunut versi asli tetapi disesuaikan dengan karakteristik subjek dan

tempat asal examinee. Di samping itu model yang akan diikuti akan

disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan di lapangan.

Gambar 16.1 Alur model pengembangan 4D Thiagarajan

Define (Pendefinisian)

Design (Perancangan)

Develop (Pengembangan)

Disseminate (Penyebaran)

114

B. Prosedur Pengembangan

1. Studi Pendahuluan

Menurut Borg dan Gall (1983) prosedur yang ditempuh dalam

pengembangan di bidang pendidikan ini memiliki dua tujuan utama, yaitu:

(1) mengembangkan produk dan (2) menguji keefektifan produk. Fungsi

pertama merupakan pengembangan sedangkan fungsi kedua merupakan

validasi. Prosedur pengembangan model Thiagarajan terdiri dari empat

tahap, yaitu tahap define (pendefinisian), tahap design (perancangan),

tahap develop (pengembangan), dan tahap disseminate (penyebaran).

Prosedur dalam penelitian ini mengadaptasi pada pengembangan

model 4-D (four D model). Penelitian pengembangan menurut Trianto

(2010:93) meliputi 4 tahap yaitu tahap pendefinisian (define), tahap

perancangan (design), tahap pengembangan (develop), dan tahap

penyebaran (disseminate). Berikut penjelasan dari masing-masing tahapan:

1. Tahap pendefinisian (define)

Pendefinisian dalam hal ini diantaranya untuk menetapkan dan

mendefinisikan kebutuhan di dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini

peneliti melakukan studi pendahuluan dengan melakukan observasi

terhadap guru di SMA Kabupaten Ciamis melalui wawancara dan

penyebaran angket.

Peserta didik kelas X SMA dilibatkan sebagai informasi kunci

karena paling berkompeten mengungkap kondisi nyata dampak

115

pembelajaran Fisika. Di samping itu, mereka calon pengguna model

pembelajaran Fisika dengan model POE2WE secara langsung.

Guru Fisika di SMA dilibatkan sebagi tim partisipatif karena

menjadi calon pengguna model pembelajaran POE2WE secara langsung.

Dalam pengembangan model pembelajaran Fisika dengan model POE2WE

mereka tidak hanya sebagai informan, tetapi juga berperan sebagai

penelaah dan penilai produk. Di samping itu, guru Fisika dilibatkan

sebagai guru model yang mengimplementasikan pembelajaran Fisika

dengan model POE2WE di lelas X SMA

Ahli, dalam pengembangan produk pembelajaran Fisika, beragam

ahli dilibatkan sebagai anggota tim partisipatif. Mereka terdiri dari atas:

(1) ahli teknologi pembelajaran, (2) ahli pembelajaran Fisika, dan (3) ahli

isi bidang studi Fisika. Sesuai keahlian masing-masing, metreka bersedia

menelaah produk, lalu memberikan saran yang relevan dengan kebutuhan

pengembang. Ketika pengembang mengalami kesulitan, para ahli bersedia

memberikan layanan konsultasi. Dengan proses itu, produk terus

disempurnakan oleh pengembang hingga siap di nilai oleh para ahli,

bahkan uji coba. Dalam proses ini ahli berasal dari beragam perguruan

tinggi.

Pembimbing, sejak perencanaan hingga pelaksanaan penelitian,

pembimbing terus memantau dan memotivasi pengembang agar tetap aktif

menyelesaikan permasalahan pengembangan pembelajaran Fisika yang

tgerus bermunculan. Berkat motivasi pembimbing, pengembang terus

116

berusaha melaksanakan koordinasi, konsultasi, dan konfirmasi dengan

pembimbing Disertasi.

2. Tahap perancangan (design)

Tujuan dari tahap perancangan yaitu untuk merancang perangkat

pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan model pembelajaran

POE2WE yang dilaksanakan dalam pembelajaran. Dalam tahap ini mulai

disusun silabus, RPP, modul, LKS, dan instrumen evaluasi.

Lingkungan pengembangan di fokuskan pada aspek: mata

pelajaran yang dikembangkan, waktu yang diperlukan, sekolah yang

dipersiapkan, kelas dan guru model yang dilibatkan.

Berbekal kelengkapan alat dan kejelasan lingkungan

pengembang, perencanaan produk dilaksanakan. Ada empat tahap yang di

tempuh, yaitu: (1) perencanaan komponen produk, (2) pengorganisasian

darft dasar, (3) perumusan draft halus, dan (4) penetapan draft akhir.

Berdasarkan masukan yang beragam yang dinilai oleh ahli dan guru

Fisika, produk model pembelajaran Fisika segera dirancang kembali. Draft

dasar segera disempurnakan menjadi draft halus yang siap di sebar luaskan

(uji lapangan).

Pemilihan format dan media, produk penelitian pengembangan

berupa media cetak, produk pengembangan terdiri atas: silabus dan RPP,

bahan ajar dan modul Fisika, lembar kerja siswa dan instrumen penilaian

pada saat proses pembelajaran dan instrumen pretest dan posttest.

117

Struktur pembelajaran Fisika terdiri dari kegiatan awal,inti dan

penutup. Sehingga sintaks pembelajaran Fisika dengan model POE2WE

terdiri dari tiga tahap (kegiatan awal, inti dan penutup). (1) kegiatan awal

(pendahuluan): Prediction, (2) kegiatan inti: Observation,

Explanation,Elaboration dan (3) kegiatan penutup: Write dan evaluation.

Produk tambahan, sebagai pelengkap proses pembelajaran juga di

hasilkan tambahan berupa rubrik penilaian selama proses pembelajaran,

yaitu dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu instrumen

pretest dan posttest yang digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta

didik pada awal dan akhir pembelajaran.

Selama proses pengembangan, produk pengembangan dievaluasi

oleh ahli teknologi pembelajaran, pembelajaran Fisika, isi mata pelajaran

Fisika dan praktisi. Hasil penilaian para ahli digunakan sebagai pedoman

untuk memperbaiki produk.

3. Tahap pengembangan (develop)

Pada tahap ini produk yang sudah dirancang dikonsultasikan

kepada dosen pembimbing. Produk yang sudah dihasilkan dievaluasi,

apakah format yang dihasilkan sudah layak atau belum, dan bagaimana

kesesuaian isi materi penilaian pembelajaran. Jika produk belum layak,

maka produk direvisi kembali sehingga produk menjadi layak untuk diuji

cobakan. Sebelum uji coba, dilakukan validasi terhadap produk oleh 3 ahli

evaluasi. Dari hasil validasi tersebut produk diperbaiki sesuai dengan

masukan ahli evaluasi dan kemudian produk dinilai kualitasnya oleh ahli

118

evaluasi. Tahap penilaian kualitas produk melibatkan 3 ahli evaluasi.

Setelah produk dinilai kualitasnya oleh ahli evaluasi, kemudian produk di

uji cobakan siswa dengan uji coba terbatas. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui apakah produk sudah layak digunakan atau belum .

4. Tahap penyebaran (disseminate)

Pada tahap ini produk diujicobakan di kelas sesungguhnya pada

skala yang lebih besar atau disebut dengan uji coba lapangan.

Uji coba produk yang sesungguhnya dilaksanakan untuk

mengetahui efektivitas model POE2WE yang dikembangkan dengan

menggunakan produk berupa perangkat pembelajaran. Bagan alur

pengembangan perangkat pembelajaran 4D. Selengkapnya diilustrasikan

di bagan1:

119

Gambar 1. Bagan alur pengembangan perangkat pembelajaran 4D

Analisis kebutuhan

Kajian pustaka Observasi

Spesifikasi tujuan pembelajaran

Penyusunan tes, pemilihan media, rancangan awal

Validasi Ahli materi Ahli pengembangan

Analisis, Evaluasi, dan Revisi I

Ahli materi

Ahli pengembangan Guru

Analisis, Evaluasi, dan Revisi II

Masalah

Uji coba I

Analisis, Evaluasi, dan Revisi III

Uji coba II

Analisis, Evaluasi, dan Revisi IV

Produk Akhir

Pendefinisian

Perencanaan

Pengembangan

Penyebaran

120

C. Uji Coba Produk

Kegiatan uji coba terdiri dari tiga tahap, yaitu: (1) uji ahli, (2) Uji

Kelompok, (3) Uji lapangan. Uji ahli mencakup dua pihak, yaitu: (1) ahli

teknologi pembelajaran, dan (2) ahli isi bidang studi. Ahli isi bidang studi,

diharapkan dapat memberikan masukan tentang isi, kekinian dan organisasi isi

mata pelajaran.

Tujuan uji ahli adalah untuk mendapatkan masukan sekaligus

menghilangkan kesalahan model pembelajaran yang di kembangkan. Data

yang di kumpulkan dalam tahap ini, antara lain: (1) kejelasan, apakah pesan

bahan pembelajaran jelas (2) dampak, apakah dampak bahan pembelajaran

terhadap kemajuan unjuk kerja peserta didik dan sejauh manakah tujuan

pembelajaran tercapai, dan (3) kelayaakan, seberapakah layak bahan

pembelajaran yang dikembangkan sebagai sumber belajar.

Setelah produk di revisi, dilakukan uji kelompok dengan melibatkan

subjek uji coba sebanyak 20 orang peserta didik. Tujuan kegiatan ini juga

untuk mendapatkan informasi tentang: (1) apakah isi bidang studi lebih

menarik; (2) apakah kualitas tugas mampu membangun pengetahuan secara

lebih bermakna; (3) apakah kuantitas latihan-latihan mencukupi; dan (4)

seberapa tujuan pembelajaran tercapai.

Kegiatan berikutnya mengadakan uji lapangan, tujuan uji lapangan

adalah untuk mendapatkan informasi tentang proses dan hasil belajar dengan

menggunakan model pembelajaran POE2WE. Berdasarkan hasil uji lapangan,

121

selanjutnya dilakukan kajian revisi produk serta rekomendasi pengembangan

produk model pembelajaran lebih lanjut.

1. Desain Uji coba

Uji coba produk dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: uji ahli isi,

guru, dan ahli teknologi pembelajaran, uji kelompok dan uji lapangan.

Desain uji coba untuk uji ahli, kelompok, dan uji lapangan menggunakan

desain uji coba deskriptif. Produk model yang di uji di cobakan kepada ahli

isi dan guru berupa bahan pembelajaran.

Produk model yang di ujicobakan kepada teknologi pembelajaran

terdiri dari dua komponen, yaitu: (1) silabus pembelajaran, (2) rencana

pelaksanaan pembelajaran. Produk model yang di ujicobakan kepada ahli

isi adalah (1) bahan ajar dan (2) lembar kerja siswa (LKS).

Proses uji kelompok dilakukan oleh peneliti dengan menjelaskan

kepada peserta didik untuk memberikan penilaian terhadap produk model

dengan cara: (1) mengisi angket dan memberikan komentar atau masukan

dalam rangka perbaikan bahan ajar;(2) peneliti melakukan diskusi terbuka

tentang bahan ajar berdasarkan hasil angket yang telah di isi dan

komentar/masukan yang telah diberikan.

Prosedur uji lapangan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Peneliti dan guru pengampu mata pelajaran Fisika (yang selanjutnya

disebut fasilitator) menyampaikan tentang model dan metode

pembelajaran yang akan diterapkan dalam pemebalajaran Fisika

122

b. Fasilitator melakukan negosiasi dengan peserta didik untuk membentuk

tim belajar dengan jumlah anggota tim belajar 3-5 orang

c. Fasilitator membagikan alat dan bahan, LKS kepada masing-masing

kelompok untuk melakukan kegiatan eksperimen/ percobaan sesuai

dengan materi yang di sampaikan fasilitator.

d. Fasilitator memindahkan tanggung jawab belajar kepada tim belajar

dengan melakukan belajar secara berkelompok.

e. Fasilitator melakukan penilaian selama proses pembelajaran, yaitu

penialain kognitif, afektif dan psikomotor.

f. Peserta didik secara berkelompok melakukan eksperimen.

g. Tiap kelompok secara bersama-sama menjawab LKS

h. Tiap kelompok secara bergiliran di beri kesempatan mempresentasikan

hasil eksperimen.

i. Fasilitator mengakhiri pembelajaran dengan kegiatan melakukan

posttes.

2. Subjek Uji Coba

Subjek uji coba adalah: (1) peserta didik kelas X SMA Negeri 1

Ciamis dan SMA Negeri 2 Ciamis di Kabupaten Ciamis yang diambil

secara acak (random sampling), (2) validator terdiri dari dosen, instruktur

SMA dan guru Fisika SMA di Kabupaten Ciamis. Semuanya dilibatkan

untuk menilai produk perangakat pembelajaran

123

Tabel 4 Konfigurasi validator

No Nama Kompetensi Jabatan

1 Prof. Dr. Abdul Gafur D,

M.Sc

Rancangan

Pembelajaran

Guru Besar Ahli

Teknologi

Pembelajaran UNY

2 Prof. Dr. Suherli, M.Pd Rancangan

Pembelajaran

Ahli Ilmu Pendidikan

UNIGAL Ciamis

3 Prof. Dr. Widha Sunarno,

M.Pd

Isi materi Fisika Guru Besar Ahli

Pendidikan Fisika UNS

4 Sukarmin, S.Pd,M.Si,

Ph.D

Isi materi Fisika Ahli Pendidikan Fisika

UNS

5 Dr. Toto M.Pd Rancangan

Pembelajaran, Isi

materi Fisika dan

Desain

Ahli pendidikan Fisika

dan Ahli Desain Fisika

UNIGAL

6 Dr. Syaripudin Husni,

M.Pd

Isi materi Fisika

dan Desain

Instruktur Fisika Jawa

Barat

7 Dr Asep Rahmat S Isi Sampul dan

desain

Ahli Seni Rupa UNSAP

Bandung

8 Drs Undang Komar,

M.Pd

Isi materi Fisika Guru Fisika SMAN 1

Ciamis

9 Wenny Anggraeni, M.Pd Isi materi Fisika Guru Fisika SMAN 2

Ciamis

3. Jenis data

Ada dua jenis data yang di himpun dalam penelitian

pengembangan ini, yaitu: data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif

berupa keritikan dan saran para ahli (teknologi pembelajaran dan ahli isi

materi Fisika), peserta didik, dan guru yang di peroleh melalui konsultasi,

diskusi, wawancara dan penilaian uji ahli, kelompok kecil dan uji lapangan.

Data ini digunakan untuk menelaah , merevisi, menyempurnakan produk.

Data kualitatif digunakan untuk menelaah, merevisi, menyempurnakan

perangkat pembelajaran yang berupa: silabus, RPP, LKS dan bahan ajar.

124

Data kuantitatif diperoleh melalui kegiatan selama proses

pembelajaran berlangsung yang berupa: nilai kemampuan ketrampilan, dan

sikap peserta didik. Selain itu data kuantitatif diperoleh melalui tes awal

dan tes akhir pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Data tes

awal dan tes akhir digunakan untuk mengetahui keefektifan kemampuan

peserta didik yang mendapatkan perlakuan pembelajaran Fisika dengan

model POE2WE dan kelompok yang tidak mendapat model POE2WE.

4. Instrumen pengumpulan data

Instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data kelayakan

dan keefektifan produk penelitian pengembangan ini berupa angket

penilaian yang di isi oleh ahli teknologi pembelajaran, ahli isi Fisika,

kelompok kecil dan instrumen berupa soal tes awal dan tes akhir untuk

mengukur tingkat keefektifan pembelajaran dengan model POE2WE.

Angket kelayakan memuat pertanyaan atau pernyataan yang mengarah

kepada kelayakan sasaran produk yaitu: ketepatan, kejelasan, kemenarikan,

dan saran dari penilai apabila ditemukan struktur produktif yang belum

mencapai tingkat kelayakan.

Adapun soal tes awal dan tes akhir dikerjakan oleh peserta didik

yang dijadikan sebagi subjek penelitian dalam kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen. Instrumen pengumpul data dalam penelitian

pengembangan ini meliputi:

a. Kuesener dengan metode angket tanggapan /penilaian oleh ahli

teknologi pembelajaran. Angket ini ditujukan kepada teknolog

125

pembelajaran sebagai sarana untuk mendapatkan tanggapan/penilaian

serta saran mengenai silabus dan RPP.

b. Kuesener dengan metode angket tanggapan/penilaian ahli isi. Angket

ini ti tujukan kepada ahli isi/materi pembelajaran sebagai sarana untuk

mendapatkan tanggapan/penilaian serta saran mengenai isi/materi

bahan ajar Fisika, LKS pada materi gerak lurus kelas X semester 1.

c. Kuesener dengan metode angket tanggapan/penilaian guru. Angket ini

ditujukan kepada praktisi (guru) sebagai sarana untuk mendapatkan

tanggapan /penilaian serta saran mengenai silabus, RPP, bahan ajar dan

LKS yang telah di revisi berdasarkan masukan ahli teknologi

pembelajaran dan ahli isi.

d. Kuesener dengan metode angket tanggapan/penilaian subjek uji coba

kelompok. Angket ini ditujukan kepada subjek uji coba kelompok

sebagai sarana untuk mendapatkan penilaian serta saran terhadap isi

bahan ajar yang telah di revisi berdasarkan masukan para ahli isi.

e. Instrumen pengumpulan data untuk uji lapangan. Instrumen respon

peserta didik diadaptasi dari instrumen yang dikembangkan oleh Zainal

Arifin (2011), yaitu: (1) respon peserta didik terhadap proses

pembelajaran, respon peserta didik terhadap materi pembelajaran dan

LKS, respon peserta didik terhadap guru; (2) instrumen untuk

memperoleh nilai selama berlangsungnya proses pembelajaran pada

aspek kognitif, afektif dan psikomotor; (3) instrumen untuk

mendapatkan data tentang nilai kemampuan awal sebelum mempelajari

126

produk pembelajaran yang di kembangkan dan nilai kemampuan akhir

sesudah memperoleh produk pembelajaran yang di kembangkan.

5. Teknik analisis data

a. Analisis Data

Lembar uji kelayakan dan keterbacaan perangkat berupa skala likert

yakni meliputi uji kelayakan perangkat dengan rumus sebagai berikut:

%100xN

FP (Sunu Priyawan 2007:15)

Keterangan:

P = persentase penilaian

F = nilai yang diperoleh subjek penelitian

N = nilai ideal

Dengan intepretasi sebagai berikut:

0% - 20% : sangat tidak layak

21% - 40% : tidak layak

41% - 60% : cukup layak

61% - 80% : layak

81% - 100% : sangat layak

b. Analisis perangkat pembelajaran berupa tes:

1) Tingkat validitas soal

Suatu alat evaluasi yang di katakana valid jika alat tersebut

mampu mengevaluasi apa yang seharusnya di evaluasi. Sebuah item

memiliki validitas yang tinggi apabila jangka pada skor memiliki

kesejajaran dengan skor total. Menurut Arikunto (2010:72) kesejajaran ini

127

dapat diartikan dengan korelasi product moment sebagai berikut:

.

)(...)(.

.

2222 yynxxn

yxxynrxy

Dengan :

x = butir soal

y = skor total

rxy = koefisien korelasi antar skor butir soal dan skor total

n = banyak siswa

Berdasarkan Arikunto (2010:75) interpretasi yang dimungkinkan

dari data tersebut ada pada interval di bawah ini:

0,8 – 1,0 = sangat tinggi

0,6 – 0,8 = tinggi

0,4 – 0,6 = cukup

0,2 – 0,4 = rendah

0,0 – 0,2 = sangat rnudah

Penafsiran harga koefisien korelasi ada dua cara yaitu :

a) Dengan melihat harga r dan di interpretasikan misalnya korelasi tinggi,

cukup,rendah.

b) Dengan berkonsultasi ke tabel harga kritik product moment sehingga

dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. Jika harga r lebih

kecil dari harga kritik dalam tabel, maka korelasi tersebut tidak

signifikan.

Menurut Lia Yuliati (2005:3) validasi produk pembelajaran

adalah prosedur pengecekan produk yang mencakup pengecekan

128

ketepatan isi pesan (materi pembelajaran) oleh ahli materi, silabus dan

rancangan pembelajaran oleh ahli rancangan pembelajaran. Lia Yuliati

(2003:3) mempertegas bahwa validasi adalah proses menentukan apakah

suatu program pembelajaran dapat digunakan untuk mencapai tujuan

pembelajaran sesuai dengan yang di rencanakan.

Pendapat lain Sunu Priyawan (2007:99), tujuan diadakan

pengujian validitas terhadap produk pengembangan adalah untuk: (1)

mengetahui kualitas produk yang dibuat; (2) mengetahui apakah produk

tersebut dapat mencapai tujuan yang diharapkan; (3) merevisi produk

sebelum dipakai untuk umum atau diproduksi; dan (4) uji coba apakah

produk tersebut benar-benar layak dan cocok sebgai sarana pembelajaran.

Sesuai dengan tujuan di atas, data hasil penilaian para ahli dan

subjek uji coba akan dianalisis dengan menggunakan analisis validitas.

Sebelum dianalisis data hasil penilaian responden dipisahkan menurut

jenis data kualitatif dan data kuantitatif. Analisis data kualitatif dilakukan

dengan mengelompokkan data sesuai dengan jenis komponen pertanyaan

dalam angket. Analisis data kuantitatif dihitung dengan menggunakan

rumus persentase sebagai berikut:

%1004

)4()3()2()1(x

Nx

nxnxnxnxP

Dimana, P = Persentase jawaban

n = jumlah pilihan

N = jumlah jawaban

1,2,3,4 = bobot yang diberikan pada pilihan jawaban

(Sunu Priyawan, 2007:99)

129

Skor penilaian produk pengembangan

Skor Keterangan

4 Sangat tepat/sangat sesuai/sangat lengkap/sangat baik

3 Tepat/sesuai/lengkap/baik

2 Kurang tepat/kurang sesuai/kurang lengkap/kurang baik

1 Tidak tepat/tidak sesuai/tidak lengkap/tidak baik

Kriteria kelayakan dan revisi produk pengembangan

No Skala Penilaian Tingkat kelayakan Revisi produk

1 80% - 100% Sangat layak Tidak perlu revisi

2 66% - 79% Layak Tidak perlu revisi

3 56% - 65% Kurang layak Perlu revisi

4 0% - 55 % Sangat tidak layak Perlu revisi

2) Reliabilitas Instrumen

Suatu tes dikatakan mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi

apabila tes tersebut memberikan hasil yang tetap. Hasil pengukuran

relatif serupa jika pengukuranya dilakukan pada subyek yang sama

walaupun dilaksanakan pihak yang berbeda, waktu yang berbeda, dan

tempat yang berbeda. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:93) reliabilitas

pengujian instrumen adalah:

xy

xy

r

xrr

1

211

Penafsiran harga koefisien korelasi ada dua cara yaitu :

a) Dengan melihat harga r dan di interpretasikan misalnya korelasi

tinggi, cukup dan sebagainya.

b) Dengan berkonsultasi ke tabel harga kritik product moment sehingga

dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. Jika harga r

130

lebih kecil dari harga kritik dalam tabel, maka korelasi tersebut tidak

signifikan. Begitu juga arti sebaliknya.

3) Analisis tingkat ketuntasan hasil belajar siswa

Teknik yang digunakan yaitu dari penilaian hasil belajar siswa.

a) Analisis ketuntasan pre tes dan posttes

Untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam menjawab soal pre tes dan

pos tes digunakan rumus sebagai berikut:

%100xsoalseluruhJumlah

benaryangjawabanJumlahIndividualKetuntasan

b) Ketuntasan klasikal

Ketuntasan klasikal dihitung dengan rumus sebagai berikut:

%100xsiswaseluruhJumlah

tuntasyangsiswaJumlahKlaksikalKetuntasan

Jika ketuntasan klaksikal ≥ 70% maka secara klaksikal di anggap

tuntas.

4) Analisis efektivitas bahan ajar.

Teknik analisis statistika deskriptif juga digunakan untuk

mengolah data berupa hasil pretes dan posttes, sehingga diketahui tingkat

keefektifan produk pengembangan yang dihasilkan sebagai konsekuensi

untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa tentang materi.Analisis

satistik deskriptif adalah menggunakan uji t sebagai berikut:

(Budiyono, 2009:151)

131

Dengan keterangan:

= mean dari perbedaan pre tes dengan post tes

sd= standar deviasi

n = subjek dalam sampel.

c. Perencanaan Desain Produk

Uji coba lapangan, jumlah siswa yang menjadi sampel dalam uji

coba lapangan ini lebih besar dari jumlah yang berpartisipasi dalam

evaluasi kelompok kecil. Jumlah sekitar 15-30 orang siswa. Maksud uji

coba lapangan ini adalah untuk mengidentifikasi kekurangan produk

instruksional tersebut bila digunakan dalam kondisi pada saat produk

tersebut digunakan dalam dunia sebenarnya.Uji coba produk dilakukan

dengan desain uji coba dan dapat dilihat pada bagan berikut ini:

132

Gambar 17: Desain Uji Coba Produk Validasi Desain

Jenis data pengembangan ini berupa data kuantitaif dan kualitatif.

Data kuantitatif berupa informasi yang diperoleh dengan menggunakan

angket dan tes. Angket terdiri atas angket uji coba produk yang diisi dan

siswa dalam menilai produk pengembangan. Tes digunakan untuk mengukur

kemampuan awal siswa sebelum penerapan model POE2WE dan tes akhir

setelah menggunakannya pada uji coba kelas. Data kualitatif berupa masukan,

Langkah-langkah uji coba produk Instrumen

penelitian Subjek uji coba

Draft I

Analisis dan revisi draft I

Draft II

Analisis dan revisi draft II

Draft III

Analisis dan revisi draft III

Draft IV

Analisis dan revisi draft IV

PRODUK AKHIR

1. Angket ahli

perancang

pembelajaran

2. Angket ahli

materi bidang

studi

Angket uji coba

perorangan

5 orang

1. Ahli perancang

pembelajaran

2. Ahli materi

bidang studi

Angket uji coba

Kelompok kecil

Angket uji coba

Lapangan

30 siswa

20 siswa

Perangkat pembelajaran dan buku panduan

model POE2WE

133

tanggapan, dan saran perbaikan berdasarkan hasil penilaian diperoleh melalui

angket/konsultasi dengan ahli perancangan pembelajaran. Sedangkan data

kuantitatif berupa informasi yang diperoleh dari angket diubah dalam bentuk

prosentase dan dijelaskan secara diskriptif.