12
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat belajar Menurut James O. Wittaker (1970: 15) dalam Wasty Soemanto (2003), belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. “Learning may be defined as the process by which behaviour originates or is altered through training or experience”. Dengan demikian perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan tidak termasuk sebagai belajar. Definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi di atas, dikemukakan oleh Cronbach dalam bukunya yang berjudul “Education Psychologhy” yang menyatakan sebagai berikut “Learning is shown by change in behaviour as a result of experience” Wasty Soemanto(2003). Dengan demikian belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat inderanya. Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas.Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Ciri-ciri belajar yaitu: (1) Pelaku belajar adalah siswa yang bertindak belajar atau pebelajar, (2) Tujuannya untuk memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup, (3) Proses terjadinya berada pada diri pebelajar, (4) Tempat berlangsungnya belajar berada di sembarang tempat, (5) Tidak ada waktu untuk tidak belajar yaitu sepanjang hayat manusia itu, (6) Syarat terjadinya belajar adalah adanya motivasi kuat, (7) Tingkat ukuran keberhasilan belajar seseorang dapat dapat dilihat dari bisa memecahkan masalah dan terjadinya perubahan positif, (8) Manfaat yang di memperoleh bagi pelajar atau mempertinggi martabat pribadi, (9) Hasil belajar sebagai dampak pengajaran dan pengiring. Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku suatu individu yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7624/2/T1_262011824_BAB II.pdfBerdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam

  • Upload
    vuthien

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7624/2/T1_262011824_BAB II.pdfBerdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam

5  

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat belajar

Menurut James O. Wittaker (1970: 15) dalam Wasty Soemanto (2003), belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. “Learning may be defined as the process by which behaviour originates or is

altered through training or experience”. Dengan demikian perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan tidak termasuk sebagai belajar.

Definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi di atas, dikemukakan oleh Cronbach dalam bukunya yang berjudul “Education Psychologhy” yang menyatakan sebagai berikut “Learning is shown by change in behaviour as a result of experience” Wasty Soemanto(2003). Dengan demikian belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat inderanya. Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas.Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Ciri-ciri belajar yaitu: (1) Pelaku belajar adalah siswa yang bertindak belajar atau pebelajar, (2) Tujuannya untuk memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup, (3) Proses terjadinya berada pada diri pebelajar, (4) Tempat berlangsungnya belajar berada di sembarang tempat, (5) Tidak ada waktu untuk tidak belajar yaitu sepanjang hayat manusia itu, (6) Syarat terjadinya belajar adalah adanya motivasi kuat, (7) Tingkat ukuran keberhasilan belajar seseorang dapat dapat dilihat dari bisa memecahkan masalah dan terjadinya perubahan positif, (8) Manfaat yang di memperoleh bagi pelajar atau mempertinggi martabat pribadi, (9) Hasil belajar sebagai dampak pengajaran dan pengiring.

Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku suatu individu yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan,

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7624/2/T1_262011824_BAB II.pdfBerdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam

6  

belajar merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan suatu perubahan pada diri individu sehingga diperoleh kemampuan baru yang bertahan dalam jangka waktu yang relatif lama.

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

Sedangkan menurut Oemar Hamalik berpendapat bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut: 1) Ranah kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi/penilaian.

2) Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3) Ranah Psikomotorik

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7624/2/T1_262011824_BAB II.pdfBerdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam

7  

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

Menurut Nana Sudjana (2004: 22) hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu, keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.

Pendapat dari Nana Sudjana ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang dan akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

2.1.3 Pengertian Matematika Banyak orang beranggapan bahwa matematika itu adalah aritmatika atau berhitung.

Padahal aritmatika hanya merupakan bagian dari matematika. Dengan kata lain matematika memiliki cakupan yang lebih luas daripada aritmatika. Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah dasar, matematika adalah bidang studi yang dianggap paling sulit oleh kebanyakan peserta didik. Untuk dapat memahami bagaimana hakikatnya matematika itu, kita dapat memperhatikan pengertian istilah matematika dan beberapa deskripsi yang diuraikan para ahli berikut.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7624/2/T1_262011824_BAB II.pdfBerdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam

8  

Matematika baerasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Romberg mengarahkan hasil penelaahannya tentang matematika kepada tiga sasaran utama. Pertama, para sosiolog, psikolog, pelaksana administrasi sekolah dan penyusun kurikulum memandang bahwa matematika merupakan ilmu statis dengan disipilin yang ketat. Kedua, selama kurun waktu dua dekade terakhir ini, matematika dipandang sebagai suatu usaha atau kajian ulang terhadap matematika itu sendiri. Kajian tersebut berkaitan dengan apa matematika itu? bagaimana cara kerja para matematikawan? dan bagaimana mempopulerkan matematika? Ketiga, matematika juga dipandang sebagai suatu bahasa, struktur logika, batang tubuh dari bilangan dan ruang, rangkaian metode untuk menarik kesimpulan, esensi ilmu terhadap dunia fisik, dan sebagai aktivitas intelektual.

Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2007: 1) matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang telah terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke detail. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi dalam Heruman (2007: 1), yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

Kitcher lebih memfokuskan perhatiannya kepada komponen dalam kegiatan matematika. Dia mengklaim bahwa matematika terdiri atas komponen-komponen: 1) bahasa (language) yang dijalankan oleh para matematikawan, 2) pernyataan (statements) yang digunakan oleh para matematikawan, 3) pertanyaan (questions) penting yang hingga saat ini belum terpecahkan, 4) alasan (reasonings) yang digunakan untuk menjelaskan pernyataan, dan 5) ide matematika itu sendiri. Bahkan secara lebih luas matematika dipandang sebagai the science of pattern.

Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan, dan ruang; tak lebih resmi, seorang mungkin mengatakan adalah penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika; pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika. (www.wikipedia.org) Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. (Hasan Alwi, 2002: 723)

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7624/2/T1_262011824_BAB II.pdfBerdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam

9  

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah bahasa simbolis yang memudahkan manusia berfikir dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan dalam kehidupan sehari-hari. 2.1.4 Teori Belajar Matematika

Adapun teori-teori belajar matematika meliputi: 1.Teori Belajar Bruner

Bruner menekankan bahwa setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa atau benda di dalam lingkungannya, menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa atau benda tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu Metode mental tentang peristiwa atau benda yang dialaminya atau dikenalnya. Hal-hal tersebut dapat dinyatakan sebagai proses belajar yang terbagi menjadi tiga tahapan yaitu: (a) Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Enactive), (b) Tahap Ikonic atau Tahap Gambar Bayangan (Iconic) (c)Tahap simbolik (Symbolic)

2.Teori Belajar Dienes Ada enam tahapan menurut Teori Belajar Dienes antara lain: (a). Tahap bermain

bebas (Free Play), (b). Permainan (Games), (c). Penelaahan Kesaman Sifat (Searching for

Comunities), (d). Representasi (Repretantion), (e). Simbolisasi (Symbolitation), (f). Formalisasi (Formalittion). 3.Teori Belajar Van Hiele

Van Hiele mengemukakan lima tahapan belajar geometri secara berurutan, yaitu: (a) Tahap pengenalan, (b) Tahap Analisis, (c) Pengurutan, (d) Deduksi, (e) Akurasi 4.Teori Belajar Brownell dan Engen

Menurut teori Brownell dan Van Engen menyatakan bahwa dalam situasi pembelajaran yang bermakna selalu terdapat tiga unsur, yaitu (1) adanya suatu kejadian, benda, atau tindakan, (2) adanya simbol yang mewakili unsur-unsur kejadian, benda, atau tindakan, (3) adanya individu yang menafsirkan simbol tersebut. 5. Teori Belajar Gagne

Menurut Teori Gagne menyatakan bahwa: (1) obyek belajar matematika ada dua yaitu obyek langsung (fakta, operasi, konsep, dan prinsip), dan obyek tidak langsung (kemampuan menyelidiki, memecahkan masalah, disiplin diri, bersikap positif, dan tahu bagaimana semestinya belajar), (2) tipe belajar berturut-turut ada 8, mulai dari sederhana

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7624/2/T1_262011824_BAB II.pdfBerdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam

10  

sampai dengan yang kompleks, yaitu belajar isyarat, belajar stimulus respon, rangkaian verbal, belajar membedakan, belajar konsep, belajar aturan, dan pemecahan masalah.

Erman Suherman (1993:134) mengemukakan bahwa matematika sekolah merupakan bagian matematika yang diberikan untuk dipelajari oleh siswa sekolah (formal), yaitu SD, SMP, dan SMA. Sedangkan Soedjadi (1995:1) menjelaskan bahwa matematika sekolah adalah bagian atau unsur dari matematika yang dipilih antara lain dengan pertimbangan atau berorentasi pada pendidikan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika sekolah adalah matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa. 2.1.4 Tujuan Mata Pelajaran Matematika di SD

Tujuan mata pelajaran matematika di SD menurut Kurikulum KTSP SD/MI 2007 adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan masalah, merancang Metode matematika, menyelesaikan Metode dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan masalah, (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Adapun ruang lingkup materi atau bahan kajian matematika di SD/MI mencakup: 1). bilangan, 2). geometri dan pengukuran, dan 3). pengolahan data. 2.1.5 Pengertian Perkalian

Pada hakikatnya, yang dimaksud dengan perkalian adalah penjumlahan bilangan yang sama sebanyak “n” kali. Perkalian juga dapat diartikan sebagai penjumlahan berulang. Operasi perkalian pada bilangan cacah berlaku sifat komutatif dan asosoatif, yaitu bilangan yang dikalikan saling ditukar tempatnya, hasilnya tetap sama.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7624/2/T1_262011824_BAB II.pdfBerdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam

11  

Perkalian adalah konsep matematika utama yang seharusnya dipelajari oleh anak-anak setelah mereka mempelajari operasi penambahan dan pengurangan. Bila operasi penambahan dan pengurangan ini sudah diperkenalkan pada kelas satu di sekolah dasar, maka biasanya operasi perkalian mulai diperkenalkan pada kelas dua di sekolah dasar. Perkalian adalah penjumlahan berulang Contoh: 3 x 4 = 4+4+4 = 12 4 x 2 = 2+2+2+2 = 8 Perkalian dua bilangan satu angka, contoh: 2 x 2 = 4 5 x 5 = 25 Pada perkalian berlaku sifat pertukaran, contoh: 3 x 5 = 5 x 3 = 15 6 x 8 = 8 x 6 = 48 Perkalian suatu bilangan dengan bilangan 1 hasilnya sama dengan bilangan itu sendiri, contoh: 3 x 1 = 3 6 x 1 = 6 Perkalian suatu bilangan dengan bilangan 0 hasilnya sama dengan 0. Contoh: 7 x 0 = 0 2 x 0 = 0 Perkalian tiga bilangan satu angka, contoh: 2 x 2 x 2 = (4)x2 = 8 5 x 5 x 5 = (25)x5 = 125 Sifat pertukaran pada perkalian 3 x 7 = 7 + 7 + 7 = 21 7 x 3 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 21 3 x 7 = 7 x 3 Jadi, 3 x 7 = 7 x 3

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7624/2/T1_262011824_BAB II.pdfBerdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam

12  

Dari uraian itu, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan perkalian adalah penjumlahan yang berulang sebanyak “n” kali dan berlaku sifat komutatif dan asosiatif. 2.1.6 Pengertian Metode Pembelajaran Explicit instruction Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah.Metode Direct Instruction merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.Pendekatan mengajar ini sering disebut Metode Pengajaran Langsung (Kardi dan Nur,2000a :2). Arends (2001: 264) juga mengatakan hal yang sama yaitu :”A teaching Metode that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes here, the Metode is labeled the direct instruction Metode”. Apabila guru menggunakan Metode pengajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung jawab untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan isi / materi atau keterampilan, menjelaskan kepada siswa, pemetodean / mendemonstrasikan yang dikombinasikan dengan latihan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik. Metode pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik,yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Hal yang sama dikemukakan oleh Arends (1997: 66) bahwa: ”The direct instruction Metode was spesifically designed to promote student learning of procedural knowledge that is well structured and can be taught in a step by step fashion”.

Lebih lanjut Arends (2001: 265) menyatakan bahwa; ”Direct instruction is a techer-centered Metode that has five steps: establishing set, explanation and / or demonstration, guided practice, feedback and extended practice direct instruction lesson requires careful orchestration by the techer and a learning enviroment that businesslike and task-oriented. ”Hal yang sama dikemukakan oleh Kardi dan Nur (2000a: 27), bahwa suatu pelajaran dengan Metode pengajaran langsungberjalan melalui lima fase: (1) penjelasan tentang tujuan dan mempersiapkan siswa, (2) pemahaman/presentasi materi ajar yang akan diajarkan atau

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7624/2/T1_262011824_BAB II.pdfBerdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam

13  

demonstrasi tentang keterampilan tertentu, (3) memberikan latihan terbimbing, (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, (5) memberikan latihan mandiri. 2.1.6 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Explicit instruction Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan, oleh karena itu di dalam pelaksanaan proses pembelajaran tidak mungkin seorang guru hanya menerapkan salah satu metode saja. Sehingga jika dalam pembelajaran, guru menerapkan berbagai metode pembelajaran, maka pembelajaran tersebut akan mempunyai banyak manfaat. Kelebihan dan kelemahan Metode Explisit Instruction sebagai berikut: Kelebihan: (1) Siswa benar-benar dapat menguasai pengetahuannya, (2) Semua siswa aktif / terlibat

dalam pembelajaran. Kekurangan: (1) Memerlukan waktu lama sehingga siswa yang tampil tidak begitu lama, (2) Hanya untuk mata pelajaran tertentu. 2.1.6 Langkah - Langkah Pembelajaran Explicit instruction Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-prosedural,langkah demi langkah bertahap. Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. Langkah-langkah: (1) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, (2) Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan, (3) Membimbing pelatihan, (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, (5) Memperbaiki kesempatan untuk latihan lanjutan.

Sintaknya adalah: (1) sajian informasi kompetensi, (2) mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan procedural, (3) membimbing pelatihan-penerapan, (4) mengecek pemahaman dan balikan, (5) penyimpulan dan evaluasi, (6) refleksi.

Salah satu indikator keberhasilan guru dalam pembelajaran adalah adanya perubahan hasil belajar (kognitif, afektif dan psikomotorik) yang lebih baik setelah siswa mengalami proses pembelajaran. Untuk mencapai indikator tersebut guru perlu menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif serta pembelajaran yang didalamnya melibatkan keaktifan siswa.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7624/2/T1_262011824_BAB II.pdfBerdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam

14  

Metode pembelajaran explicit instruction merupakan Metode pembelajaran secara langsung agar sisiwa dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktiv dalam suatu pembelajaran. Jika siswa berada dalam lingkungan pembelajaran yang kondusif serta suasana pembelajaran menyenangkan diharapkan siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan, sehingga hasil belajar kognitif siswa dapat optimal. 2.2 Penelitian Relevan

Isna Noor Izzati (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Pembelajaran Explisit instruction pada Siswa Kelas 4 SDN Banyuputih 04 Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara. Menjelaskan bahwa dengan menerapkan Metode pembelajaran Explisit instruction dapat meningkatkan hasil belajar siswa IPA pada siswa kelas 4 SDN Banyuputih. Yaitu pada kondisi awal (sebelum menerapkan Metode pembelajaran Explisit instruction) nilai rata-rata siswa adalah 5,5 dan siswa yang belajar tuntas (mencapai KKM) adalah 43,33%. Setelah menerapkan Metode pembelajaran Explisit instruction, nilai rata-rata siswa dan siswa yang belajar tuntas meningkat. Setelah dilaksanakan siklus I, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 6,47 dan siswa yang belajar tuntas menjadi 80%. Setelah dilaksanakan siklus II, nilai rata-rata siswa meningkat lagi menjadi 7,33 dan siswa yang belajar tuntas menjadi 96,67%.

Penelitian di atas terdapat kesamaan variabel penelitian. Kesamaan yang pertama adalah pada variabel bebasnya, yaitu penerapan Metode pembelajaran Explicit instruction. Dan kesamaan yang kedua adalah pada variabel terikat, yaitu peningkatan hasil belajar. Selain terdapat kesamaan, penelitian di atas juga terdapat perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan. Yaitu lokasi / tempat penelitian, mata pelajaran yang akan ditingkatkan hasil belajarnya, dan juga tingkatan / kelas siswa yang akan diteliti.

2.3 Kerangka Berfikir

Untuk meningkatkatkan hasil belajar siswa, maka diperlukan suatu Metode pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran yang inovatif dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Maka dipilihlah Metode pembelajaran Explicit instruction .

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7624/2/T1_262011824_BAB II.pdfBerdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam

15  

Hasil belajar siswa diduga meningkat apabila guru dalam menyampaikan materi pelajaran menggunakan Metode pembelajaran Explicit instruction. Dengan melihat prinsip dan karakteristik Metode pembelajaran Explicit instruction, pada pembelajaran matematika dimungkinkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi perkalian pada kelas 2 semester 2. Berdasarkan penjelasan di atas dapat divisualisasikan dalam gambar 2.1 sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Menurunnya kualitas pembelajaran Matematika tentang perkalian di kelas 2 SDN Sukoagung..

Guru kurang maksimal dalam mengondisikan kelas.

Hasil belajar Matematika siswa tentang perkalian terbukti kurang dari KKM(60)

Siswa kurang aktif dalam pembelajaran,KBM monoton, siswa bosan dan kelas ramai.

Penggunaan Metode Eplisit intruction dengan menngunakan

media sedotan

Kelebihan metode Metode Explisit Intruction

1.Siswa benar-benar dapat menguasai pengetahuannya, 2.Siswa terlibat aktif dalam proses belajar. 3. Dapat meningkatkan kreativitas, sportivitas, dan rasa percaya diri.

Pembelajaran menjadi menarik.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika tentang perkalian meningkat.

Hasil belajar Matematika tentang perkalian meningkat.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7624/2/T1_262011824_BAB II.pdfBerdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam

16  

2.4 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Penerapan Metode pembelajaran Explicit instruction dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi perkalian siswa kelas 2 SD Negeri Sukoagung Kecamatan Batangan Kabupaten Pati.”