28

Click here to load reader

Bab I - Social Research Learning | Berfikir dan bertindak ... · Web viewGambaran keterkaitan tersebut diuraikan dalam tabel 2. berikut: Tabel 2. Keterkaitan Materi Diklatpim Tingkat

  • Upload
    vuxuyen

  • View
    213

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab I - Social Research Learning | Berfikir dan bertindak ... · Web viewGambaran keterkaitan tersebut diuraikan dalam tabel 2. berikut: Tabel 2. Keterkaitan Materi Diklatpim Tingkat

Widyariset. Volume 8, Nomor I, Tahun 2005, hal. 282-303ANALISIS KETERKAITAN MATERI DIKLATPIM TINGKAT II DENGAN MODEL KOMPETENSI KEPEMIMPINAN PEJABAT ESELON II PEMERINTAH DAERAH Asropi

ANALISISKETERKAITAN MATERI DIKLATPIM TINGKAT II DENGAN MODEL

KOMPETENSI KEPEMIMPINAN PEJABAT ESELON II PEMERINTAH DAERAH

Asropi

Abstract

The dissimilarity of authority between echelon II in central government and local government makes an implication on the difference of their leadership competencies. But, there is no different treatment for them in the program “diklatpim tingkat II” activity, especially in its training and education contents. Biases of training and education result potentially occur, that’s why we put research focus on the echelon II of local government. This research leads to explore the relationship between the contents of the program and the leadership competencies that actually needed by local government. The research result shows that all of training and education contents have a link with local government’s leadership competencies. Furthermore, each of them can develop many kinds of local government’s leadership competencies.

Key words: leadership, competencies, training, education

Pendahuluan

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan

Pegawai Negeri Sipil disebutkan bahwa sasaran diklat adalah terwujudnya Pegawai Negeri

Sipil (PNS) yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan jabatan masing-

masing. Adapun kompetensi, dalam hal ini didefiniskan sebagai kemampuan yang harus

dimiliki oleh seorang PNS yang berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang

diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya. Dengan demikian, semua penyelenggaraan diklat

PNS diorientasikan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku PNS

agar sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam jabatan mereka, baik dalam jalur

struktural maupun fungsional.

Berbagai diklat bagi PNS kemudian diselenggarakan untuk dapat memenuhi tuntutan

kebutuhan kompetensi jabatan-jabatan tersebut. Adapun langkah awal dalam proses

pengembangan kompetensi PNS ini adalah melalui penyelenggaraan diklat prajabatan, yaitu

diklat yang diberikan pada mereka yang masih berstatus sebagai Calon PNS (CPNS).

Peneliti pada Pusat Kajian Manajemen Kebijakan LAN-RI

1

Page 2: Bab I - Social Research Learning | Berfikir dan bertindak ... · Web viewGambaran keterkaitan tersebut diuraikan dalam tabel 2. berikut: Tabel 2. Keterkaitan Materi Diklatpim Tingkat

Widyariset. Volume 8, Nomor I, Tahun 2005, hal. 282-303ANALISIS KETERKAITAN MATERI DIKLATPIM TINGKAT II DENGAN MODEL KOMPETENSI KEPEMIMPINAN PEJABAT ESELON II PEMERINTAH DAERAH Asropi

Selanjutnya, Diklat dalam jabatan diberikan pada pegawai setelah mereka resmi memiliki

status sebagai PNS. Dalam hal ini, mereka akan mendapatkan berbagi diklat, baik yang

berupa diklat kepemimpinan (diklatpim), diklat teknis, maupun diklat fungsional, tergantung

pada jabatan yang mereka pangku setelah resmi sebagai PNS. Bagi para pemangku jabatan

fungsional, kompetensi mereka akan dikembangkan melalui berbagai diklat fungsional dan

teknis sesuai dengan prasyarat kompetensi pada jabatan terebut. Sedangkan untuk pemangku

jabatan struktural, selain menerima diklat teknis mereka juga akan menerima diklatpim.

Salah satu program diklat yang dikembangkan bagi peningkatan kompetensi pemangku

jabatan structural adalah program diklat kepemimpinan (diklatpim) tingkat II. Sebagaimana

dinyatakan dalam PP No. 101 pasal 10, program ini dimaksudkan untuk meningkatkan

kompetensi kepemimpinan para pejabat struktural calon pemangku atau yang telah

memangku jabatan struktural eselon II baik di pusat maupun daerah. Realita yang demikian

ini menjadi sangat menarik jika didekati dari sisi struktur kelembagaan dalam sistem

pemerintahan yang terdesentralisasi. Karena Eselon II di daerah adalah top manager di

daerah mereka masing-masing, sehingga mereka memiliki kewenangan dan tanggung jawab

yang relatif lebih mirip dengan top manager di instansi pemerintah pusat, yaitu mereka yang

memangku jabatan eselon I. Sementara pejabat eselon II di pusat adalah midle manager

yang setara dengan Pejabat eselon III di daerah.

Perbedaan kewenangan antara pejabat eselon II pemerintah pusat dan pemerintah daerah

tersebut berimplikasi pada perbedaan kompetensi diantara keduanya. Oleh karena itu,

penyelenggaraan diklatpim dalam satu program untuk pejabat eselon II baik yang berasal dari

pusat maupun daerah dapat mengakibatkan bias pengembangan kompetensi kepemimpinan

baik untuk salah satau kelompok tersebut atau untuk kedua-duanya.

Berkaitan dengan fenomena tersebut, maka penelitian ini dilaksanakan dalam rangka melihat

kesesuai penyelenggaraan diklatpim, khususnya materi diklatpim tingkat II dengan kebutuhan

pengembangan kompetensi kepemimpinan pejabat eselon II. Namun demikian, penelitian

dibatasi hanya pada pejabat eselon II pemerintah daerah. Sehingga dalam penelitian ini, arah

penelitian adalah untuk menjawab pertanyaan: apakah materi diklat yang dikembangkan

dalam diklatpim tingkat II memiliki keterkaitan dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh

para pemangku jabatan eselon II di pemerintah daerah?

2

Page 3: Bab I - Social Research Learning | Berfikir dan bertindak ... · Web viewGambaran keterkaitan tersebut diuraikan dalam tabel 2. berikut: Tabel 2. Keterkaitan Materi Diklatpim Tingkat

Widyariset. Volume 8, Nomor I, Tahun 2005, hal. 282-303ANALISIS KETERKAITAN MATERI DIKLATPIM TINGKAT II DENGAN MODEL KOMPETENSI KEPEMIMPINAN PEJABAT ESELON II PEMERINTAH DAERAH Asropi

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penggalian data dan informasi dilakukan terhadap 100

orang pejabat eselon II pemerintah daerah peserta diklatpim tingkat II angkatan VII yang

diselenggarakan oleh Lembaga Administrasi Negara. Data dan informasi tersebut kemudian

dianalisis secara deskriptif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan

gambaran yang obyektif tentang keterkaitan materi diklat struktural dengan kebutuhan

pengembangan kompetensi kepemimpinan para pemangku jabatan eselon II pemerintah

daerah.

Selanjutnya, tulisan ini disajikan dalam beberapa bagian, meliputi pendahuluan yang memuat

latar belakang masalah, pokok permasalahan, dan tujuan penelitian; Bagian konsep dan

pengertian yang berisi sub bagian kompetensi kepemimpinan dan kompetensi kepemimpinan

pejabat eselon II pemerintah daerah; bagian data dan analsis yang meliputi sub bagian materi

diklatpim tingkat II dan sub bagian Keterkaitan Antara Materi Diklatpim Tingkat II dengan

Kompetensi Kepemimpinan Pejabat Eselon II Pemerintah Daerah; dan ditutup dengan

kesimpulan dan rekomendasi.

Konsep dan Pengertian

Kompetensi Kepemimpinan

Konsep kompetensi dalam penelitian ini mengacu pada konsep yang dikembangkan oleh

Spencer & Spencer (1993) dan Zwell (2000). Dalam hal ini, Spencer & Spencer (1993, p. 9)

mendefinisikan kompetensi sebagai:

…an underlying characteristic of an individual that is causally related to criterion referenced effective and/or superior performance in a job or situation.

Sedangkan Zwell (2000, p. 18) menyebutkan:

Competencies can be defined as the enduring traits and characteristics that determine performance. Examples of competencies are initiative, influence, teamwork, innovation, and strategic thinking.

Dari kedua definisi kompetensi tersebut, maka kompetensi dapat dinyatakan sebagai bagian

dari kepribadian individual yang bersifat permanen yang dapat menentukan atau memprediksi

kinerja seseorang. Adapun karakteristik dari kompetensi, selain berupa traits (Zwell, 2000, p.

8; Spencer & Spencer, 1993, p. 9), juga berupa motives, dan self concept (Spencer & Spencer,

3

Page 4: Bab I - Social Research Learning | Berfikir dan bertindak ... · Web viewGambaran keterkaitan tersebut diuraikan dalam tabel 2. berikut: Tabel 2. Keterkaitan Materi Diklatpim Tingkat

Widyariset. Volume 8, Nomor I, Tahun 2005, hal. 282-303ANALISIS KETERKAITAN MATERI DIKLATPIM TINGKAT II DENGAN MODEL KOMPETENSI KEPEMIMPINAN PEJABAT ESELON II PEMERINTAH DAERAH Asropi

1993, p. 9) serta knowledge dan skill (Spencer & Spencer, 1993, p. 9; Rothwell & Kazanas,

1993, p. 68).

Traits, merujuk pada ciri bawaan yang bersifat fisik (physical characteristics) dan

tanggapan yang konsisten terhadap berbagai situasi atau informasi.

Motives adalah sesuatu yang selalu dipikirkan atau diinginkan seseorang, yang dapat

mengarahkan, mendorong, atau menyebabkan orang melakukan suatu tindakan. Motivasi

ini mengarahkan seseorang untuk menentukan atau menetapkan tindakan-tindakan yang

memastikan dirinya mencapai tujuan yang diharapkan (Armstrong, 1990, h. 68).

Self concept, yakni sikap, nilai atau image yang dimiliki sesorang tentang dirinya sendiri.

Self concept ini akan memberikan keyakinan pada seseorang siapa dirinya. Apakah ia

seorang pemarah ataukah orang yang sabar dan mampu mengendalikan diri. Demikian

pula, apakah ia seorang yang cerdas ataukah yang selalu mengalami kesulitan dalam

memahami sesuatu.

Knowledge adalah informasi yang dimiliki seseorang dalam suatu bidang tertentu.

Skill merupakan kemampuan untuk melaksanakan tugas mental atau tugas fisik tertentu.

Berbeda dengan keempat karakteristik kompetensi lainnya yang bersifat “intent” dalam

diri individu, skill merupakan karakteristik kompetensi yang berupa “action”. Skill

mewujud sebagai perilaku yang didalamnya terdapat motives, traits, self concept dan

knowledge (Spencer & Spencer, 1993, p. 9).

Kompetensi yang dimiliki aparatur pemerintah menjadi sangat penting, karena peran yang

mereka miliki dalam proses pencapaian tujuan organisasi. Dengan peran yang berbeda antara

pegawai biasa (staff) dan para pimpinan, maka kompetensi yang diperlukan antara mereka

juga berbeda. Kompetensi untuk pegawai biasa akan selaras dengan fungsinya sebagai

pelaksana dari kebijakan-kebijakan yang ditetapkan para pimpinan. Sedangkan kompetensi

untuk para pimpinan akan sesuai dengan fungsinya dalam kedudukan sebagai pemimpin

dalam organisasi.

Fungsi kepemimpinan ini sangat beragam dan kompleks, yang dalam kondisi tertentu kadar

penerapannya dipengaruhi oleh jenjang dalam jabatan struktural, jenis pekerjaan, atau pun

wilayah kerja yang dibagi dalam “pusat” dan “daerah”. Akan tetapi secara umum, fungsi-

4

Page 5: Bab I - Social Research Learning | Berfikir dan bertindak ... · Web viewGambaran keterkaitan tersebut diuraikan dalam tabel 2. berikut: Tabel 2. Keterkaitan Materi Diklatpim Tingkat

Widyariset. Volume 8, Nomor I, Tahun 2005, hal. 282-303ANALISIS KETERKAITAN MATERI DIKLATPIM TINGKAT II DENGAN MODEL KOMPETENSI KEPEMIMPINAN PEJABAT ESELON II PEMERINTAH DAERAH Asropi

fungsi tersebut dilaksanakan oleh semua orang yang menempati posisi jabatan pimpinan

dalam organisasi. Berkaitan dengan fungsi kepemimpinan ini, Zwell (2000, p. 88)

menyebutkan bahwa sekurang-kurangnya ada 15 fungsi yang umum dilaksanakan oleh

pemimpin, meliputi: modeling the corporate culture, developing the corporate philosophy,

establishing and maintaining standards, understanding the business, determining strategic

direction, managing change, being a good follower: aligning with superior, inspiring and

motivating, establishing alignment, establishing focus, holding ultimate responsibility,

dealing with authority issues, determining successors, managing ambiguity, dan optimizing

organizational structure and process. Dengan fungsi-fungsi kepemimpinan tersebut,

pemimpin dalam posisi apapun -baik di tingkat pusat ataupun di tingkat daerah/lokal- dituntut

untuk memiliki kompetensi yang memungkinkan mereka dapat melaksankaan fungsinya

dengan baik.

Adapun jenis atau macam kompetensi yang diperlukan atau harus dimiliki oleh para

pimpinan, telah disebutkan oleh banyak pakar. Tiap dari mereka menguraikan kompetensi

yang relatif berbeda dari yang lain. Akan tetapi, secara substansial fokus mereka sama yakni

karakteristik individu yang penting dimiliki oleh para pemimpin dalam rangka mencapai

tujuan organisasi. Zwell (2000, p. 25-49) menyebutkan kompetensi pemimpin dapat

dikelompokkan kedalam lima katagori, yang meliputi:

1. Task achievement, yakni kompetensi-kompetensi yang berhubungan dengan

pelaksanaan kerja secara baik, tentang apa yang perlu dilakukan untuk mencapai suatu

tujuan, dengan cara apa, dan bagaimana melakukannya. Kompetensi-kompetensi ini

meliputi: result orientations, managing performance, influence, initiative, production

efficiency, flexibility, innovation, concern for quality, continuous improvement, dan

technical expertise.

2. Relationship. Katagori kompetensi ini berkaitan dengan komunikasi dan bekerja

secara baik dengan orang lain serta memuaskan kebutuhan mereka. Relationship meliputi:

team work, service orientation, interpersonal awareness, organizational savvy,

relationship building, conflict resolution, attention to communication, dan cross-cultural

sensitivity.

5

25

Page 6: Bab I - Social Research Learning | Berfikir dan bertindak ... · Web viewGambaran keterkaitan tersebut diuraikan dalam tabel 2. berikut: Tabel 2. Keterkaitan Materi Diklatpim Tingkat

Widyariset. Volume 8, Nomor I, Tahun 2005, hal. 282-303ANALISIS KETERKAITAN MATERI DIKLATPIM TINGKAT II DENGAN MODEL KOMPETENSI KEPEMIMPINAN PEJABAT ESELON II PEMERINTAH DAERAH Asropi

3. Personal attributes, yakni kompetensi-kompetensi yang secara intrinsik dimiliki

individu dan berhubungan dengan apa yang mereka percaya, bagaimana mereka berfikir,

merasa, belajar, dan membangun. Personal attributes meliputi kompetensi-kompetensi

sebagai berikut: integrity and truth, self-development, decisiveness, decision quality,

stress management, analytical thinking, dan conceptual thinking.

4. Managerial, yakni kompetensi yang secara khusus berhubungan dengan pengaturan,

pengawasan, dan pengembangan pegawai. Katagori kompetensi managerial meliputi:

attention to communication, influence, decisiveness, decision quality, integrity and truth,

building teamwork, motivating others, empowering others dan developing others.

5. Leadership, yakni kompetensi yang berkaitan dengan aktivitas memimpin organisasi

dan orang-orang yang ada di dalamnya untuk mencapai tujuan, visi, dan sasaran, yang

telah ditetapkan. Kompetensi kepemimpinan ini meliputi seluruh kompetensi yang

termasuk dalam managerial competencies, ditambah lagi dengan kompetensi-kompetensi

sebagai berilkut: visionary leadership, strategic thinking, entrepreneurial orientation,

change management, building organizational commitment, dan establishing focus,

purpose, principles and values.

Sedangkan Spencer & Spencer (1993, p. 25-78) dengan cara yang berbeda mengelompokkan

kompetensi kepemimpinan kedalam enam katagori yang disebutnya sebagai cluster. Cluster

tersebut meliputi:

1. Achievement and action. Cluster ini meliputi empat jenis kompetensi, yaitu: achievement

orientation, concerning for order, quality and accuracy, initiative, dan information

seeking.

2. Helping and human service, meliputi: interpersonal understanding dan customer service

orientation.

3. The impact and influence. Terdiri atas kompetensi impact and influence, organizational

awareness, dan relationship building.

4. Managerial competencies yang melputi developing others, directiveness, team work and

cooperation dan team leadership.

6

Page 7: Bab I - Social Research Learning | Berfikir dan bertindak ... · Web viewGambaran keterkaitan tersebut diuraikan dalam tabel 2. berikut: Tabel 2. Keterkaitan Materi Diklatpim Tingkat

Widyariset. Volume 8, Nomor I, Tahun 2005, hal. 282-303ANALISIS KETERKAITAN MATERI DIKLATPIM TINGKAT II DENGAN MODEL KOMPETENSI KEPEMIMPINAN PEJABAT ESELON II PEMERINTAH DAERAH Asropi

5. The cognitive competencies yang meliputi analytical thinking, conceptual thinking, dan

technical/personal/managerial expertise.

6. The personal effectiveness competencies yang terdiri dari empat kompetensi meliputi; self

control, self-confidence, flexibility, dan organizational commitment.

Selain kompetensi-kompetensi tersebut, Spencer & Spencer (1993, p. 343) juga

menambahkan beberapa kompetensi lain yang disebutnya sebagai kompetensi yang penting

bagi organisasi masa depan. Kompetensi-kompetesnsi dimaksud merupakan kompetensi

untuk eksekutif dan manager. Kompetensi eksekutif meliputi: strategic thinking, change

leadership dan relationship management. Sedangkan untuk manager meliputi: flexibility,

change implementation, entrepreneurial innovation, interpersonal understanding,

empowering, team facilitation, dan portability.

Kompetensi Kepemimpinan Pejabat Eselon II Pemerintah Daerah

Berkaitan dengan kompetensi kepemimpinan yang spesifik diperuntukkan bagi pejabat eselon

II pemerintah daerah, Asropi (2003) menguraikan sejumlah kompetensi yang minimal harus

dimiliki oleh pejabat eselon II pemerintah daerah. Kompetensi-kompetensi tersebut terdiri

dari 18 jenis dan membentuk suatu model kompetensi kepemimpinan pejabatan eselon II

pemerintah daerah. Adapun kompetensi dimaksud meliputi:

Entrepreneurial orientation

Dengan kompetensi ini, pemimpin memiliki motivasi yang kuat untuk menjadi pemenang

(champion) dalam produk baru, pelayanan, dan proses produksi. Lemah dalam kompetensi

ini, pemimpin organisasi akan sulit mengembangkan bahkan mempertahankan keberlanjutan

hidup organisasi, karena mereka akan kesulitan dalam menghadapi persaingan dengan

organisasi-organisasi sejenis yang lain. Dalam konteks birokrasi pemerintah, kompetensi ini

mendorong para pejabat untuk memberikan yang terbaik pada orang-orang yang dilayani dan

mendorong mereka untuk mengarahkan organisasinya pada pencapaian produk yang

berkualitas tinggi. Selain itu, orientasi kinerja juga diarahkan bukan hanya untuk mengejar

target anggaran yang harus dibelanjakan dalam periode waktu tertentu, tetapi terdapat

perhitungan efektivitas dan efisiensi.

Strategic thinking

7

Page 8: Bab I - Social Research Learning | Berfikir dan bertindak ... · Web viewGambaran keterkaitan tersebut diuraikan dalam tabel 2. berikut: Tabel 2. Keterkaitan Materi Diklatpim Tingkat

Widyariset. Volume 8, Nomor I, Tahun 2005, hal. 282-303ANALISIS KETERKAITAN MATERI DIKLATPIM TINGKAT II DENGAN MODEL KOMPETENSI KEPEMIMPINAN PEJABAT ESELON II PEMERINTAH DAERAH Asropi

Adalah kemampuan untuk memahami kecenderungan perubahan lingkungan organisasi yang

cepat, peluang pasar, ancaman kompetisi, dan kekuatan serta kelemahan organisasi itu

sendiri. Dengan kompetensi ini, pemimpin dapat menciptakan dan menjalankan strategi

organisasi. Kelemahan akan strategic thinking pada beberapa pemimpin dalam organisasi

mengakibatkan pandangan yang sempit (shortsighted perspective) yang pada gilirannya akan

menyulitkan organisasi dalam jangka pajang.

Flexibility

Adalah kemampuan untuk beradaptasi dan menanggapi perubahan lingkungan secara cepat

dan efektif. Dalam lingkungan organisasi pemerintah, flexibility sangat diperlukan untuk

merespon berbagai perubahan yang sangat kompleks dalam masyarakat, perkembangan

tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan ataupun tuntutan lain seperti demokratisasi,

transparansi dan partisipasi dalam proses pembangunan. Kompetensi ini juga diperlukan

untuk menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi di tingkat global yang secara langsung

atau pun tidak langsung dapat mempengaruhi atmosfir kehidupan bermasyarakat di tingkat

nasional dan lokal.

Relationship building

Adalah usaha untuk membangun atau menjaga pertalian (relationship) atau jejaring

(networks) hubungan dengan mereka yang mungkin suatu saat akan bermanfaat bagi

pencapaian tujuan-tujuan kerja (work-related goals). Kompetensi ini sangat penting, karena

sebagian besar pencapaian tujuan berbagai pekerjaan ditentukan oleh kemampuan bekerja

sama para pelaku yang terkait dengan pekerjaan tersebut.

Analytical thinking

Adalah memahami sesuatu melalui pemecahan atau pemilahan persoalan kedalam bagian-

bagian yang lebih kecil, atau mengenali implikasi dari sesuatu melalui tahap demi tahap dari

jalur sebab musabab (step by step causal way). Kompetensi ini melibatkan penggunaan

logika, pemikiran yang sistematik untuk memahami, menganalisis dan menyelesaikan

masalah. Mereka yang memiliki kompetensi ini mampu mengidentifikasi dan mengevaluasi

beberapa penyebab yang mungkin dari suatu masalah, dan selanjutnya membangun serta

melaksanakan rencana untuk mengatasi masalah.

8

Page 9: Bab I - Social Research Learning | Berfikir dan bertindak ... · Web viewGambaran keterkaitan tersebut diuraikan dalam tabel 2. berikut: Tabel 2. Keterkaitan Materi Diklatpim Tingkat

Widyariset. Volume 8, Nomor I, Tahun 2005, hal. 282-303ANALISIS KETERKAITAN MATERI DIKLATPIM TINGKAT II DENGAN MODEL KOMPETENSI KEPEMIMPINAN PEJABAT ESELON II PEMERINTAH DAERAH Asropi

Building organizational commitment

Kemampuan pemimpin untuk membangun loyalitas dan komitmen pekerja akan

mempengaruhi semua aspek kinerja organisasi yang berhubungan dengan moral, loyalitas

dan motivasi pekerja. Dengan demikian pemimpin harus mampu menciptakan kesearahan

akan tindakan dan tujuan pekerja terhadap aktivitas, tujuan, misi dan visi organisasi.

Team work

Adalah kemampuan untuk berfungsi secara efektif sebagai bagian dari kelompok orang-orang

yang melakukan kerja sama. Team work ini lebih dari sekedar aktivitas memainkan peran dan

mempertahankan tujuan masing-masing, tetapi juga sebagai upaya untuk meningkatkan

kinerja anggota lain dalam tim. Dalam hal ini, meskipun tim seringkali beranggotakan orang-

orang yang memiliki kontribusi berbeda-beda, namun demikian akan lebih baik jika tim

memiliki anggota dengan kemampuan-kemampuan yang baik untuk hal-hal penting dari

suatu proyek atau kegiatan.

Result orientation

Kompetensi ini meliputi kegiatan penetapan tujuan (goal setting), upaya keras untuk

mencapai tujuan yang menantang, pengukuran kinerja, perbaikan effisiensi atau efektivitas,

dan kalkulasi untung (benefit) dan rugi (cost) bagi bawahan mereka atau tim sebaik untuk

pribadi mereka sendiri. Result orientation oleh Spencer & Spencer (1993, p. 25) disebut juga

dengan achievement orientation.

Initiative

Yakni preferensi untuk melakukan suatu tindakan. Orang yang memiliki inisiatif tidak akan

tergantung pada perintah-perintah atau petunjuk dari atasan untuk melakukan suatu

pekerjaan. Oleh karenanya, kompetensi inisiatif ini sangat penting bagi keberhasilan suatu

organisasi.

Concern for quality

Concern for quality atau yang disebut juga dengan monitoring adalah kompetensi yang

diperlukan untuk menjamin bahwa output dari setiap kegiatan memiliki akurasi yang tinggi

dan dapat memenuhi kebutuhan banyak pihak baik internal customers maupun external

9

Page 10: Bab I - Social Research Learning | Berfikir dan bertindak ... · Web viewGambaran keterkaitan tersebut diuraikan dalam tabel 2. berikut: Tabel 2. Keterkaitan Materi Diklatpim Tingkat

Widyariset. Volume 8, Nomor I, Tahun 2005, hal. 282-303ANALISIS KETERKAITAN MATERI DIKLATPIM TINGKAT II DENGAN MODEL KOMPETENSI KEPEMIMPINAN PEJABAT ESELON II PEMERINTAH DAERAH Asropi

customers. Kompetensi ini merefleksikan arahan mendasar untuk mengurangi ketidakpastian

dalam lingkungan sekitar.

Conceptual thinking

Adalah memahami sesuatu atau masalah dengan cara meletakkan secara bersama bagian-

bagian yang terpisah (putting the pieces together) dan melihat gambaran secara utuh (seeing

the large picture). Kompetensi ini melibatkan penggunaan konsep-konsep dan abstraksi

untuk menemukan persamaan, dan untuk meletakkan gagasan-gagasan secara bersama dalam

upaya meningkatkan pemahaman, penyelesaian masalah, hasil dalam inovasi, dan

keuntungan lain. Bagi organisasi, orang dengan kompetensi conceptual thinking yang tinggi

dapat dengan cepat menangkap konsep-konsep kunci dan isu-isu sentral. Mereka kemudian

dapat memanfaatkan pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh dari situasi yang sama

untuk menciptakan pendekatan atau penyelesaian yang sama.

Empowering others

Melalui kompetensi ini pemimpin dapat membantu orang lain dalam membangun tanggung

jawab dan kompetensi mereka. Empowering others dapat dilakukan melalui sharing

informasi, menumbuhkembangkan berbagai gagasan dari para pekerja, mengembangkan

pekerja, pendelegasian wewenang, memberikan feed back atas hasil kerja pekerja,

menunjukkan harapan positif pada berbagai persoalan, dan penghargaan atas perbaikan

kinerja pekerja.

Service orientation

Service orientation merupakan kompetensi yang mendasari semua usaha (business) dari

organisasi. Pemuasan kebutuhan pelanggan (customer needs) adalah tujuan akhir dari seluruh

organisasi. Adapun komitmen untuk melayani dan memuaskan kebutuhan orang lain adalah

kunci dari kompetensi ini. Kompetensi ini berlaku untuk semua hubungan, bukan hanya

external customers. Pada tingkatan yang paling dasar, kompetensi ini melibatkan penyediaan

pelayanan baik yang secara eksplisit maupun implisit dikontrakkan dalam suatu hubungan

(relationship). Bentuk kontrak yang implisit adalah dalam hubungan antarsesama pekerja,

seperti adanya perlakuan saling menghormati dan adanya komitmen bahwa seseorang akan

melakukan apa yang telah diucapkannya. Pada tingkat yang lebih tinggi, meliputi perhatian

10

Page 11: Bab I - Social Research Learning | Berfikir dan bertindak ... · Web viewGambaran keterkaitan tersebut diuraikan dalam tabel 2. berikut: Tabel 2. Keterkaitan Materi Diklatpim Tingkat

Widyariset. Volume 8, Nomor I, Tahun 2005, hal. 282-303ANALISIS KETERKAITAN MATERI DIKLATPIM TINGKAT II DENGAN MODEL KOMPETENSI KEPEMIMPINAN PEJABAT ESELON II PEMERINTAH DAERAH Asropi

serius atas feed back dari pelanggan untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka dan

memonitor kepuasan mereka. Sedangkan pada tingkat yang paling tinggi, service orientation

meliputi komitmen pada kepentingan terbaik jangka panjang dari orang lain.

Interpersonal awareness

Adalah kemampuan untuk mendengarkan secara akurat dan memahami pemikiran yang tidak

terucapkan atau yang hanya merupakan bagian kecil yang diekspresikan, perasaan, dan

perhatian orang lain. Adapun komponen kunci dari kompetensi ini adalah kemampuan untuk

mendengarkan secara efektif dan memiliki empathy atas perasaan orang lain.

Developing others

Kompetensi ini penting untuk menciptakan organisasi pembelajar (learning organization)

yang mendorong pekerja untuk menjadi yang terbaik. Inti dari kompetensi ini adalah

developmental intent and effect daripada peran formal. Pengiriman orang pada program

pelatihan rutin untuk memenuhi tuntutan organisasi (corporate requirement), tidak

menunjukkan adanya intent untuk membangun orang lain. Karena itu, hal ini tidak termasuk

sebagai bagian dari kompetensi developing others. Developing others biasanya diekspresikan

dalam bentuk harapan positif pada orang lain, percaya bahwa orang lain ingin dan akan

belajar, memberi arahan atau petunjuk, identifikasi kebutuhan pelatihan atau pengembangan,

dan mendesain program untuk keperluan tersebut.

Cross-cultural sensitivity

Pada masa sekarang, hubungan antar individu dalam dunia usaha tidak lagi dapat dibatasi

oleh pilihan yang bersifat primordial, berdasarkan ikatan kesukuan atau keagamaan.

Mobilisasi manusia sudah sangat tinggi, sehingga orang-orang dengan latar belakang budaya

ataupun ras yang berbeda dapat saling berinteraksi dengan intensitas yang tinggi. Seorang

pemimpin kelompok dalam suatu kegiatan dapat memiliki anggota yang berasal dari suku

bangsa yang berbeda. Demikian pula halnya dalam hubungan antara customers yang dilayani

dengan mereka yang memberi pelayanan, kondisi yang terjadi menuntut orang-orang yang

melaksanakan fungsi pelayanan untuk memiliki kemampuan khusus dalam memahami orang

lain dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda. Memiliki sensitifitas dan pemahaman

yang baik akan budaya orang lain, memungkinkan orang dapat mengambil sikap dan

11

Page 12: Bab I - Social Research Learning | Berfikir dan bertindak ... · Web viewGambaran keterkaitan tersebut diuraikan dalam tabel 2. berikut: Tabel 2. Keterkaitan Materi Diklatpim Tingkat

Widyariset. Volume 8, Nomor I, Tahun 2005, hal. 282-303ANALISIS KETERKAITAN MATERI DIKLATPIM TINGKAT II DENGAN MODEL KOMPETENSI KEPEMIMPINAN PEJABAT ESELON II PEMERINTAH DAERAH Asropi

tindakan yang lebih tepat dalam menanggapi tindakan dari orang-orang yang memiliki nilai-

nilai dan budaya yang berbeda. Demikian pula mereka relatif akan lebih mudah untuk

dipindah-pindahkan lokasi atau daerah kerjanya, dari satu lokasi ke lokasi kerja lain untuk

kepentingan organisasi.

Influence

Merupakan kompetensi untuk memberikan pengaruh pada orang lain dalam rangka untuk

mendapatkan dukungan atau sekedar memberikan efek tertentu pada mereka. Bagi

perkembangan karir seseoranag, influence ini sangat penting. Hal ini karena influence akan

memberikan impact pada organisasi yang merupakan kunci dari promosi dan peningkatan

karir.

Technical expertise

Kompetensi ini meliputi dua hal sekaligus yakni penguasaan akan substansi pengetahuan

yang berhubungan dengan pekerjaan (a body of job-related knowledge) dan motivasi untuk

memperluas, menggunakan dan mendistribusikan pengetahuan yang berhubungan dengan

kerja (work-related knowledge) kepada orang lain.

Materi Diklatpim Tingkat II

Materi diklatpim tingkat II disusun oleh LAN sebagai institusi yang memiliki kewenangan

untuk menyusun materi diklat tersebut. Adapun struktur kurikulum diklatpim tingkat II

terdiri dari Kajian Paradigma, Kajian Manajemen Stratejik, Kajian Kebijakan Publik, dan

Aktualisasi. Tiap kurikulum terdiri dari sejumlah materi yang secara rinci ditunjukkan dalam

tabel 1.

Tabel 1. Materi Diklatpim Tingkat II

Kurikulum Materi

Kajian Paradigma Paradigma Pembangunan; Paradigma Belajar (Building Learning Commitment); Paradigma Organisasi Pembelajar (Learning Organization);

12

Page 13: Bab I - Social Research Learning | Berfikir dan bertindak ... · Web viewGambaran keterkaitan tersebut diuraikan dalam tabel 2. berikut: Tabel 2. Keterkaitan Materi Diklatpim Tingkat

Widyariset. Volume 8, Nomor I, Tahun 2005, hal. 282-303ANALISIS KETERKAITAN MATERI DIKLATPIM TINGKAT II DENGAN MODEL KOMPETENSI KEPEMIMPINAN PEJABAT ESELON II PEMERINTAH DAERAH Asropi

Kepemerintahan yang Baik (Good Governance); Paradigma Pembangunan Sumber daya Manusia; Paradigma Pemberdayaan Rakyat; dan Paradigma Peningkatan Daya Saing.

Kajian Manajemen Stratejik

Konsep dan Aplikasi Manajemen Stratejik; Perumusan Visi, Misi dan Nilai-nilai; Analisis Lingkungan Stratejik; Analisis Faktro-faktor Stratejik dan Kunci Keberhasilan; Rencana Stratejik (Tujuan, Sasaran, Kebijakan, Program dan

Kegiatan); Pengukuran Kinerja; Sistem Pelaksanaan, Pemantauan dan Pengawasan; dan Sistem Pertanggungjawaban.

Kajian Kebijakan Publik

Manajemen Kebijakan: Sistem, Proses dan Stratifikasi; Dinamika Proses Kebijakan Publik (Dimensi Sosial Politik); Formulasi Kebijakan; Pelaksanaan Kebijakan; Evaluasi Kinerja Kebijakan.

Aktualisasi Berisikan penerapan pelbagai materi yang sudah diperoleh dalam pelatihan terhadap: isu-isu aktual; studi kasus dalam rangka pendalaman meteri pelatihan; penyusunan Kertas Kerja Kelas dan Karya Tulis Prestasi Perorangan; dan Observasi Lapangan.

Sumber: Lembaga Administrasi Negara, 2001

Keterkaitan Materi Diklatpim Tingkat II dengan Model Kompetensi Kepemimpinan

Pejabat Eselon II Pemerintah Daerah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi kepemimpinan pejabat eselon II pemerintah

daerah dapat dipilahkan kedalam “memiliki keterkaitan” dan “tidak ada keterkaitan” dengan

materi diklat. Namun demikian, dari sisi materi diklat, semua materi memiliki keterkaitan

dengan kompetensi yang diperlukan oleh pejabat eselon II pemerintah daerah. Bahkan tiap

materi memiliki keterkaitan dengan beragam jenis kompetensi tersebut. Gambaran

keterkaitan tersebut diuraikan dalam tabel 2. berikut:

Tabel 2. Keterkaitan Materi Diklatpim Tingkat II dengan Jenis Kompetensi Kepemimpinan Pejabat Eselon II pemerintah Daerah

Materi Diklat Jenis KompetensiMemiliki Keterkaitan Tidak Ada Keterkaitan

Paradigma Pembangunan

flexibility, result orientation, initiative, service orientation, cross-cultural sensitivity, team work,

concern for quality, interpersonal awareness, relationship building, strategic thinking, dan developing

13

Page 14: Bab I - Social Research Learning | Berfikir dan bertindak ... · Web viewGambaran keterkaitan tersebut diuraikan dalam tabel 2. berikut: Tabel 2. Keterkaitan Materi Diklatpim Tingkat

Widyariset. Volume 8, Nomor I, Tahun 2005, hal. 282-303ANALISIS KETERKAITAN MATERI DIKLATPIM TINGKAT II DENGAN MODEL KOMPETENSI KEPEMIMPINAN PEJABAT ESELON II PEMERINTAH DAERAH Asropi

Materi Diklat Jenis KompetensiMemiliki Keterkaitan Tidak Ada Keterkaitan

influence, analytical thinking, conceptual thinking, entrepreneurial orientation, building organizational commitment, dan empowering others

others

Paradigma Belajar initiative, flexibility, cross-cultural sensitivity, analytical thinking,. result orientation, team work, influence, conceptual thinking, interpersonal awareness, strategic thinking, entrepreneurial orientation, dan empowering others.

concern for quality, service orientation, relationship building, building organizational commitment, dan developing others.

Paradigma Organisasi Pembelajar

cross-cultural sensitivity, flexibility, influence, team work, resulut orientation, initiative, empowering others, analytical thinking, service orientation, interpersonal awareness, relationship building, concern for quality, entrepreneurial orientation, developing others, dan conceptual thinking

strategic thinking dan building organizational commitment.

Kepemerintahan yang Baik

service orientation, result orientation, flexibility, initiative, team work, analytical thinking, conceptual thinking, entrepreneurial orientation, concern for quality, interpersonal awareness, relationship building, developing others, building organizational commitment, dan cross-cultural sensitivity.

strategic thinking dan empowering others

Paradigma Pembangunan Sumberdaya Manusia

Initiative, empowering others, influence, flexibility, resulut orientation, team work, relationship building, analytical thinking, strategic thinking, empowering others, entrepreneurial orientation,cross-cultural sensitivity, service orientation, developing others dan interpersonal awareness.

concern for quality dan building organizational commitment.

Paradigma Pemberdayaan Rakyat

developing others, flexibility, result orientation, influence, initiative, strategic thinking, service orientation, interpersonal awareness, conceptual thinking, team work, empowering others, relationship building, cross-cultural sensitivity, entrepreneurial orientation, building organizational commitment, dan concern for quality.

analytical thinking

14

Page 15: Bab I - Social Research Learning | Berfikir dan bertindak ... · Web viewGambaran keterkaitan tersebut diuraikan dalam tabel 2. berikut: Tabel 2. Keterkaitan Materi Diklatpim Tingkat

Widyariset. Volume 8, Nomor I, Tahun 2005, hal. 282-303ANALISIS KETERKAITAN MATERI DIKLATPIM TINGKAT II DENGAN MODEL KOMPETENSI KEPEMIMPINAN PEJABAT ESELON II PEMERINTAH DAERAH Asropi

Materi Diklat Jenis KompetensiMemiliki Keterkaitan Tidak Ada Keterkaitan

Paradigma Peningkatan Daya Saing

Flexibility, developing others, result orientation, influence, initiative, strategic thinking, interpersonal awareness, conceptual thinking, team work, relationship building, entrepreneurial orientation, building organizational commitment, dan analytical thinking

concern for quality, service orientation, cross-cultural sensitivity, dan empowering others

Konsep dan Aplikasi Manajemen Stratejik

result orientation, entrepreneurial orientation flexibility, developing others, influence, initiative, service orientation, conceptual thinking, team work, empowering others, relationship building, cross-cultural sensitivity, building organizational commitment, analytical thinking, dan concern for quality.

interpersonal awareness dan strategic thinking.

Perumusan Visi, Misi, dan Nilai-nilai

result orientation, conceptual thinking, flexibility, developing others, influence,initiative, service orientation, nterpersonal awareness, team work, empowering others, relationship building, cross-cultural sensitivity, entrepreneurial orientation, building organizational commitment, dananalytical thinking.

concern for quality dan strategic thinking

Analisis Lingkungan Stratejik

flexibility, entrepreneurial orientation, analytical thinking, developing others, result orientation, influence, initiative,strategic thinking, service orientation, interpersonal awareness, conceptual thinking, team work, empowering others, relationship building, cross-cultural sensitivity, entrepreneurial orientation, building organizational commitment, dan concern for quality

-

Analisis Faktor-faktor Stratejik dan Kunci Keberhasilan

entrepreneurial orientation, result orientation, initiative, building organizational commitment, analytical thinking, conceptual thinking, concern for quality, cross-cultural sensitivity, empowering

strategic thinking dan developing others

15

Page 16: Bab I - Social Research Learning | Berfikir dan bertindak ... · Web viewGambaran keterkaitan tersebut diuraikan dalam tabel 2. berikut: Tabel 2. Keterkaitan Materi Diklatpim Tingkat

Widyariset. Volume 8, Nomor I, Tahun 2005, hal. 282-303ANALISIS KETERKAITAN MATERI DIKLATPIM TINGKAT II DENGAN MODEL KOMPETENSI KEPEMIMPINAN PEJABAT ESELON II PEMERINTAH DAERAH Asropi

Materi Diklat Jenis KompetensiMemiliki Keterkaitan Tidak Ada Keterkaitan

others, flexibility,

influence, interpersonal awareness, relationship building,service orientation, dan team work.

Rencana Stratejik building organizational commitment, result orientation, entrepreneurial orientation, initiative, analytical thinking, conceptual thinking, concern for quality, flexibility, influence, relationship building, service orientation, strategic thinking, dan team work.

interpersonal awareness, cross-cultural sensitivity, empowering others, dan developing others

Pengukuran Kinerja result orientation, building organizational commitment, analytical thinking, concern for quality, cross-cultural sensitivity, developing others, entrepreneurial orientation, empowering others,flexibility, interpersonal awareness, relationship building,strategic thinking, team work, dan initiative.

influence, conceptual thinking, dan service orientation

Sistem Pelaksanaan, Pemantauan, dan Pengawasan

concern for quality, result orientation, analytical thinking, building organizational commitment, cross-cultural sensitivity, developing others, entrepreneurial orientation, flexibility, influence, initiative, relationship building, dan service orientation.

conceptual thinking, team work, interpersonal awareness, strategic thinking, dan empowering others

Sistem Pertanggungjawaban

result orientation, concern for quality, building organizational commitment, analytical thinking, conceptual thinking, cross-cultural sensitivity, developing others, entrepreneurial orientation, empowering others, flexibility, influence, initiative, interpersonal awareness, relationship building, dan service orientation.

team work dan strategic thinking

Manajemen Kebijakan flexibility, influence, initiative, analytical thinking, building organizational commitment, conceptual thinking, cross-cultural sensitivity, developing others,

concern for quality

16

Page 17: Bab I - Social Research Learning | Berfikir dan bertindak ... · Web viewGambaran keterkaitan tersebut diuraikan dalam tabel 2. berikut: Tabel 2. Keterkaitan Materi Diklatpim Tingkat

Widyariset. Volume 8, Nomor I, Tahun 2005, hal. 282-303ANALISIS KETERKAITAN MATERI DIKLATPIM TINGKAT II DENGAN MODEL KOMPETENSI KEPEMIMPINAN PEJABAT ESELON II PEMERINTAH DAERAH Asropi

Materi Diklat Jenis KompetensiMemiliki Keterkaitan Tidak Ada Keterkaitan

entrepreneurial orientation, empowering others, interpersonal awareness, relationship building,result orientation, service orientation, strategic thinking, dan team work,

Dinamika Proses Kebijakan Publik

flexibility, initiative, analytical thinking, building organizational commitment, conceptual thinking, concern for quality, cross-cultural sensitivity, developing others, entrepreneurial orientation, empowering others, influence, interpersonal awareness, relationship building, result orientation, service orientation, strategic thinking, dan team work.

-

Formulasi Kebijakan Initiative, analytical thinking, building organizational commitment, flexibility conceptual thinking, concern for quality, cross-cultural sensitivity, developing others, entrepreneurial orientation, empowering others, influence, relationship building, result orientation, service orientation, strategic thinking, danteam work.

interpersonal awareness

Pelaksanaan Kebijakan result orientation, Influence, analytical thinking, building organizational commitment, conceptual thinking, cross-cultural sensitivity, developing others, entrepreneurial orientation, empowering others, flexibility, initiative, interpersonal awareness, relationship building, service orientation, dan team work.

concern for quality dan strategic thinking

Evaluasi Kinerja Kebijakan

concern for quality, result orientation, analytical thinking, building organizational commitment, conceptual thinking,developing others, entrepreneurial orientation, empowering others, flexibility, influence, initiative, interpersonal awareness, relationship building, service orientation, strategic thinking, danteam work.

cross-cultural sensitivity

17

Page 18: Bab I - Social Research Learning | Berfikir dan bertindak ... · Web viewGambaran keterkaitan tersebut diuraikan dalam tabel 2. berikut: Tabel 2. Keterkaitan Materi Diklatpim Tingkat

Widyariset. Volume 8, Nomor I, Tahun 2005, hal. 282-303ANALISIS KETERKAITAN MATERI DIKLATPIM TINGKAT II DENGAN MODEL KOMPETENSI KEPEMIMPINAN PEJABAT ESELON II PEMERINTAH DAERAH Asropi

Sumber: diolah dari data penelitian

Dari penelitian juga diperoleh gambaran bahwa kompetensi-kompetensi yang dikembangkan

dalam diklat memiliki bobot yang berbeda-beda. Kompetensi yang secara nyata

dikembangkan dalam diklat, berdasarkan bobot dari yang terbesar adalah sebagai berikut:

result orientation, flexibility, initiative, building organizational commitment, entrepreneurial

orientation, analytical thinking, influence, concern for quality, service orientation,

developing others, cross-cultural sensitivity, conceptual thinking, team work, relationship

building, empowering others, strategic thinking, dan interpersonal awareness.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan dari penelitian adalah bahwa semua materi yang disampaikan dalam diklatpim

tingkat II dapat meningkatkan pelbagai kompetensi yang dibutuhkan oleh para pejabat eselon

II pemerintah daerah. Tiap-tiap materi tersebut memberikan peningkatan tidak hanya pada

satu jenis kompetensi, akan tetapi pada pelbagai jenis kompetensi. Dari kedua puluh materi

yang disampaikan dalam diklat tersebut, materi “Analisis Lingkungan Stratejik” dan materi

“Dinamika Proses Kebijakan Publik” merupakan materi-materi yang paling banyak

mengembangkan jumlah kompetensi yang diperlukan oleh para pemangku jabatan eselon II

di daerah. Kedua materi tersebut berkontribusi terhadap peningkatan kedelapan belas

kompetensi yang dibutuhkan oleh peserta diklatpim tingkat II. Sedangkan materi yang

memiliki keterkaitan relatif paling sedikit dengan jenis kompetensi yang dibutuhkan oleh

pejabat eselon II pemerintah daerah adalah materi “Paradigma Pembangunan” dan materi

“Sistem Pelaksanaan, Pemantauan, dan Pengawasan”. Kedua materi tersebut memiliki

keterkaitan dengan pengembangan tiga belas jenis kompetensi pejabat eselon II pemerintah

daerah.

Selain itu, dapat disimpulkan pula bahwa arah pengembangan kompetensi dalam

penyelenggaraan diklat, tidak sejalan dengan model kompetensi kepemimpinan pejabat

eselon II pemerintah daerah. Pada model kompetensi kepemimpinan pejabat eselon II

pemerintah daerah, kompetensi entrepreneurial orientation dan strategic thinking adalah

yang paling utama. Sedangkan pada penyelenggaraan diklat, kompetensi result orientation

18

Page 19: Bab I - Social Research Learning | Berfikir dan bertindak ... · Web viewGambaran keterkaitan tersebut diuraikan dalam tabel 2. berikut: Tabel 2. Keterkaitan Materi Diklatpim Tingkat

Widyariset. Volume 8, Nomor I, Tahun 2005, hal. 282-303ANALISIS KETERKAITAN MATERI DIKLATPIM TINGKAT II DENGAN MODEL KOMPETENSI KEPEMIMPINAN PEJABAT ESELON II PEMERINTAH DAERAH Asropi

dan flex sibility lebih dikembangkan dibandingkan jenis kompetensi kepemimpinan yang

lain.

Berkaitan dengan fenomena tersebut, maka dalam rangka peningkatan kualitas

penyelenggaraan diklatpim tingkat II adalah sangat penting bagi penyelenggara diklat untuk

lebih memfokuskan arah pengembangan kompetensi kepemimpinan dari masing-masing

materi diklat. Demikian pula, perlu diadakan pemilahan penyelenggaraan diklatpim untuk

peserta yang berasal dari pemerintah pusat dan daerah. Perbedaan kompetensi kepemimpinan

akan menuntut perbedaan materi yang diberikan terhadap peserta diklat baik yang berasal

dari pemangku jabatan eselon II pemerintah pusat maupun daerah.

19