Upload
trinhhanh
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Balanced Scorecard
Menurut Kaplan dan Norton (1996) mendeskripsikan inovasi Balanced
Scorecard sebagai berikut, The balanced scorecard retains traditional financial
measures. But financial measures tell the story of past events, an adequate story for
industrial age companies for which investments in long-term capabilities and customer
relationships were not critical for success. These financial measures are inadequate,
however, for guiding and evaluating the journey that information age companies must
make to create future value through investment in customers, suppliers, employees,
processes, technology, and innovation.
(http : //www.balancedscorecard.org/basics/bsc1.html)
Menurut Gaspersz (2003,p9) Balanced Scorecard merupakan suatu konsep
manajemen yang membantu menterjemahkan strategi ke dalam tindakan. Balanced
Scorecard adalah lebih dari sekedar suatu sistem pengukuran operasional atau taktis.
Perusahaan-perusahaan inovatif menggunakannya sebagai suatu sistem manajemen
strategis yang mengelola strategi perusahaan sepanjang waktu.
Jadi kesimpulannya, Balanced Scorecard merupakan sekelompok tolak ukur
kinerja yang terintegrasi yang berasal dari strategi perusahaan dan mendukung strategi
perusahaan di seluruh organisasi. Balanced Scorecard menerjemahkan misi dan strategi
ke dalam berbagai tujuan dan ukuran, yang tersusun ke dalam empat perspektif finansial,
pelanggan proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.
7
Gambar 2.1 Kerangka Kerja Balanced Scorecard
( http://www.balancedscorecard.org/bscit/intranet/bsc1.html )
2.1.1 Perspektif Keuangan
Menurut Yuwono (2003,p31) pengukuran kinerja keuangan akan menunjukkan
apakah perencanaan dan pelaksanaan strategi memberikan perbaikan yang mendasar
bagi keuntungan perusahaan. Perbaikan- perbaikan ini tercermin dalam sasaran- sasaran
secara khusus berhubungan dengan keuntungan yang terukur, pertumbuhan usaha dan
nilai pemegang saham. Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya
tahapan dari siklus kehidupan bisnis yaitu : growth, sustain dan harvest. Tiap tahapan
memiliki sasaran yang berbeda sehingga penekanan pengukurannya pun berbeda pula.
8
a. Growth
Tahapan awal siklus kehidupan perusahaan di mana perusahaan memiliki produk
atau jasa yang secara signifikan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Di sini,
manajemen terikat dengan komitmen untuk mengembangkan suatu produk atau
jasa baru, membangun dan mengembangkan suatu produk atau jasa dan fasilitas
produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem, infrastruktur
dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global serta membina
dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan. Tolok ukur kinerja yang
cocok dalam tahap ini adalah seperti tingkat pertumbuhan pendapatan atau
penjualan dalam segmen pasar yang telah ditargetkan.
b. Sustain
Tahapan kedua di mana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi
dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Dengan tahap ini,
perusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang telah ada bahkan
mengembangkannya, jika mungkin. Investasi yang dilakukan umumnya
diarahkan mengembangkan kapasitas dan meningkatkan perbaikan operasional
secara konsisten. Sasaran keuangan pada tahap ini diarahkan pada besarnya
tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan. Tolok ukur yang biasanya
digunakan pada tahap ini misalnya ROI, ROCE dan EVA.
c. Harvest
Tahapan ketiga di mana perusahaan benar- benar memanen atau menuai hasil
investasi di tahap- tahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar, baik
ekspansi maupun pembangunan kemampuan yang baru kecuali pengeluaran
9
untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas. Sasaran keuangan adalah
memaksimumkan arus kas masuk dan pengurangan modal kerja.
2.1.2 Perspektif Pelanggan
Menurut Yuwono (2003, p32-35) filosofi manajemen terkini telah
menunjukkan peningkatan pengakuan atas pentingnya customer focus dan customer
satisfaction. Perspektif ini merupakan leading indicator. Jadi, jika pelanggan tidak puas,
mereka akan mencari produsen lain yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Kinerja yang
buruk dari perspektif ini akan menurunkan jumlah pelanggan di masa depan meskipun
saat ini kinerja keuangan terlihat baik. Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok
pengukuran yaitu :
a. Customer core measurement , terlihat pada Gambar 2.2.
Customer core measurement memiliki beberapa komponen pengukuran seperti
1) Market Share : Pengukuran ini mencerminkan bagian yang dikuasai
perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada, yang meliputi antara lain :
jumlah pelanggan, jumlah penjualan dan volume unit penjualan.
2) Customer Retention : Mengukur tingkat di mana perusahaan dapat
mempertahankan hubungan dengan konsumen.
3) Customer Acquisition : Mengukur tingkat di mana suatu unit bisnis
mampu menarik pelanggan baru atau memenangkan bisnis baru.
4) Customer Satisfaction : Menaksir tingkat kepuasan pelanggan terkait
dengan kriteria kinerja spesifik dalam value proposition.
10
5) Customer Profitability : Mengukur laba bersih dari seorang pelanggan
atau segmen setelah dikurangi biaya khusus diperlukan untuk mendukung
pelanggan tersebut.
Pangsa Pasar
ProfitabilitasPelangganAkuisisi Pelanggan Retensi Pelanggan
Kepuasan Pelanggan
Gambar 2.2 Perspektif Pelanggan : Tolok Ukur Utama (Yuwono, 2003,
p35)
b. Customer value proposition.
Customer value proposition merupakan pemicu kinerja yang terdapat pada
core value proposition yang didasarkan pada atribut sebagai berikut :
1) Product atau service attributes : Meliputi fungsi dari produk atau jasa,
harga dan kualitas. Pelanggan memiliki preferensi yang berbeda- beda
atas produk yang ditawarkan. Ada yang mengutamakan fungsi dari
produk, kualitas atau harga yang murah. Perusahaan harus
mengidentifiakasikan apa yang diinginkan pelanggan atas produk yang
11
ditawarkan. Selanjutnya, pengukuran kinerja ditetapkan berdasarkan hal
tersebut.
2) Customer Relationship : Menyangkut perasaan pelanggan terhadap proses
pembelian produk yang ditawarkan perusahaan. Perasaaan konsumen ini
sangat dipengaruhi oleh responsivitas dan komitmen perusahaan terhadap
pelanggan berkaitan dengan masalah waktu penyampaian. Waktu
merupakan komponen yang penting dalam persaingan perusahaan.
Konsumen biasanya menganggap penyelesaian order yang cepat dan
tepat waktu sebagai faktor yang penting bagi kepuasan mereka.
3) Image and reputation : Menggambarkan faktor- faktor intangible yang
menarik seorang konsumen untuk berhubungan dengan perusahaan.
Membangun image dan reputasi dapat dilakukan melalui iklan dan
menjaga kualitas seperti yang dijanjikan.
2.1.3 Perspektif Proses Bisnis Internal
Menurut Yuwono (2003, p36) analisis proses bisnis internal dilakukan dengan
menggunakan analisis value- chain. Di sini, manajemen mengidentifikasikan proses
bisnis internal bisnis yang kritis yang harus diunggulkan perusahaan. Scorecard dalam
perspektif ini memungkinkan manajer untuk mengetahui seberapa baik bisnis mereka
berjalan dan apakah produk dan atau jasa mereka sesuai dengan spesifikasi pelanggan.
Kaplan dan Norton membagi proses bisnis internal ke dalam 3 bagian yaitu : inovasi,
operasi dan layanan purna jual Lihat Gambar 2.3
12
1) Proses Inovasi
Dalam proses ini , unit bisnis menggali pemahaman tentang kebutuhan dari
pelanggan dan menciptakan produk dan jasa yang mereka butuhkan. Proses
inovasi dalam perusahaan biasanya dilakukan oleh bagian Research and
Development sehingga setiap keputusan pengeluaran suatu produk ke pasar
telah memenuhi syarat- syarat pemasaran dan dapat didasarkan pada kebutuhan
pasar. Aktivitas R & D ini merupakan aktivitas penting dalam menentukan
kesuksesan perusahaan terutama untuk jangka panjang.
2) Proses Operasi
Proses Operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk atau
jasaa. Aktivitas di dalam proses operasi terbagi ke dalam dua bagian : 1) proses
pembuatan produk dan 2) proses penyampaian produk kepada pelanggan.
Pengukuran kinerja yang terkait dalam proses operasi dikelompokkan pada
waktu, kualitas dan biaya.
3) Proses Pelayanan Purna Jual
Proses ini merupakan jasa pelayanan pada pelanggan setelah penjualan produk
atau jasa tersebut dilakukan. Aktivitas yang terjadi dalam tahapan ini misalnya,
penanganan garansi dan perbaikan penaganan atas barang rusak dan yang
dikembalikan serta pemrosesan pembayaran pelanggan. Perusahaan dapat
mengukur apakah upayanya dalam pelayanan purna jual ini telah memenuhi
harapan pelanggan dengan menggunakan tolok ukur yang bersifat kualitas,
biaya dan waktu seperti yang dilakukan dalam proses operasi. Untuk siklus
waktu, perusahaan dapat menggunakan pengukuran waktu dari saat keluhan
pelanggan diterima hingga keluhan tersebut diselesaikan.
13
CiptakanProduk/
jasa
KenaliPasar
LuncurkanProduk/
jasa
BangunProduk/
jasa
Kebutuhanpelanggan
diidentifikasiLayani
pelanggan
Proses Inovasi Proses Operasi
Proseslayanan purna
jual
Kebutuhanpelangganterpuaskan
The Internal Value Chain
Gambar 2.3 Perspektif Proses Bisnis Internal (Yuwono, 2003, p41)
2.1.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Menurut Yuwono (2003, p39) perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
bersumber dari faktor sumber daya manusia, sistem dan prosedur organisasi seperti
terlihat pada Gambar 2.4. Termasuk dalam perspektif ini adalah pelatihan pegawai dan
budaya perusahaan yang berhubungan dengan perbaikan individu dan organisasi. Dalam
organisasi knowledge- worker, manusia adalah sumber daya utama. Hasil dari
pengukuran ketiga perspektif sebelumnya biasanya akan menunjukkan kesenjangan
yang besar antara kemampuan orang, sistem dan prosedur yang ada saat ini dengan yang
dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang diinginkan. Itulah mengapa, perusahaan harus
melakukan investasi di ketiga faktor tersebut untuk mendorong perusahaan menjadi
sebuah organisasi pembelajar atau learning organization.
14
HASIL
Retensi Pekerja Produktivitas Kerja
Kepuasan Pekerja
Kompetensi Staf Iklim untukbertindak
InfrastrukturTeknologi
Gambar 2.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Yuwono, 2003, p40)
Dalam perspektif ini, perusahaan melihat tolok ukur ; employee capabilities,
informations systems capabilities dan motivation, empowerment and alligment.
a. Employee capabilities
Salah satu perubahan yang dramatis dalam pemikiran manajemen selama lima
belas tahun terakhir ini adalah peran para pegawai di organisasi. Faktanya,
tidak ada yang lebih baik bagi transformasi revolusioner dari pemikiran era
industrial ke era informasi ketimbang filosofi manajemen baru, yaitu
bagaimana para pegawai menyumbangkan segenap kemampuannya untuk
organisasi. Untuk itu, perencanaan dan upaya implementasi reskilling pegawai
yang menjamin kecerdasan dan kreativitasnya dapat dimobilisasi untuk
mencapai tujuan organisasi.
b. Informations systems capabilities
Bagaimanapun juga, meski motivasi dan keahlian pegawai telah mendukung
pencapaian tujuan- tujuan perusahaan, masih diperlukan informasi- informasi
15
yang terbaik. Dengan kemampuan sistem informasi yang memadai, kebutuhan
seluruh tingkatan manajemen dan pegawai atas informasi yang akurat dan tepat
waktu dapat dipenuhi dengan sebaik- baiknya.
c. Motivation, empowerment and alligment
Perspektif ini penting untuk menjamin adanya proses yang berkesinambungan
terhadap upaya pemberian motivasi dan inisiatif yang sebesar- besarnya bagi
pegawai. Paradigma manajemen terbaru menjelaskan bahwa proses
pembelajaran sangat penting bagi pegawai untuk melakukan trial and error
sehingga perubahan lingkungan sama- sama dicoba – kenali tidak saja oleh
jenjang strategis tetapi juga oleh segenap pegawai di dalam organisasi sesuai
dengan kompetensinya masing- masing. Tentu saja upaya itu memerlukan
dukungan motivasi yang besar dan pemberdayaan pegawai berupa delegasi
wewenang yang memadai untuk mengambil keputusan dan semuanya itu tetap
dibarengi dengan upaya penyesuaian yang terus- menerus sejalan dengan
tujuan organisasi.
2.2 Hubungan Sebab – Akibat
Mengacu pada pendapat Kaplan et al.(2000, p27), setiap ukuran yang dipilih
untuk disertakan dalam Balanced Scorecard harus merupakan unsur dalam sebuah rantai
hubungan sebab- akibat yang mengkomunikasikan arti strategi unit bisnis pada seluruh
perusahaan. Balanced Scorecard harus bisa mengidentifikasikan hubungan sebab- akibat
di antara berbagai ukuran hasil dan faktor pendorongnya. Rantai sebab akibat harus
meliputi keempat perspektif Balanced Scorecard. Gambar 2.5 menjelaskan peningkatan
ROI (Return On Investment) pada perspektif keuangan merupakan dampak dari loyalitas
16
pelanggan dari perspektif pelanggan. Loyalitas pelanggan ada dikarenakan penyerahan
produk yang tepat waktu. Untuk dapat mencapai penyerahan tepat waktu diperlukan
waktu siklus yang pendek dan proses operasi yang bermutu tinggi (Perspektif Proses
Bisnis Internal). Sedangkan cara untuk meningkatkan mutu dan mengurangi waktu
siklus proses internal perusahaan diperlukan keahlian dari para pekerja operasional
(Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan). Untuk lebih jelasnya, gambar di bawah ini
akan menjelaskan hubungan vertikal melalui keempat perspektif Balanced Scorecard.
ROI
LoyalitasPelanggan
PenyerahanTepat Waktu
Proses Mutu WaktuSiklus
KeahlianPekerja
Pelanggan
Proses BisnisInternal
Pembelajaran danPertumbuhan
Keuangan
Gambar 2.5 Hubungan sebab- akibat dari keempat perspektif Balanced Scorecard
(Kaplan et al, 2000,p28)
17
2.3 Pengertian Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2003, p10) sistem informasi merupakan sebuah sistem yang
dapat mengatur kombinasi dari orang-orang, perangkat keras, perangkat lunak, data dan
jaringan komunikasi untuk melakukan input, memproses, penyimpanan, menyajikan
output, mengontrol aktifitas yang mengubah sumber data menjadi informasi.
2.4 Analisis Porter
Menurut Porter (1993, p4), model Porter digunakan untuk memahami dan
mengevaluasi struktur lingkungan industri bisnis dan ancaman- ancaman persaingan
terhadap sebuah perusahaan. Model ini adalah alat analisis yang digunakan untuk
menjalankan bisnis atau fungsi utama untuk memperoleh posisi kompetitif.
Pembeli
Pendatang Baru
Pemasok
Persaingan di antaraperusahaan yang ada
Pesaing industri
Produk Substitusi
Daya Tawar-menawar pembeli
Daya Tawar-menawar pemasok
Ancaman Produkatau jasa substitusi
AncamanPendatang baru
Gambar 2.6 Model Five Competitive Forces (Porter, 1993, p5)
18
Pada Gambar 2.6 di atas, dapt dijelaskan bahwa menurut Porter (1993, p7-30),
ada 5 kekuatan yang perlu dianalisa di dalam lingkungan industri, yaitu :
1) Ancaman masuknya pendatang baru
Masuknya pendatang baru pada suatu industri, lebih- lebih perusahaan tersebut
melakukan diversifikasi melalui akuisisi merupakan ancaman yang serius bagi
perusahaan. Beberapa sumber utama rintangan masuk antara lain :
a. Diferensiasi produk.
Artinya perusahaan mempunyai identifikasi merek dan kesetiaan pelanggan
yang disebabkan oleh periklanan, pelayanan pelanggan, perbedaan produk di
masa yang lampau.
b. Kebutuhan modal.
Kebutuhan untuk menanamkan sumber daya keuangan yang besar agar dapat
bersaing menciptakan hambatan masuk khususnya jika modal tersebut
diperlukan untuk periklanan garis depan yang tidak dapat kembali atau untuk
kegiatan penelitian dan pengembangan yang penuh resiko. Modal mungkin
diperlukan bukan hanya untuk fasilitas produksi tetapi juga untuk hal- hal
seperti kredit pelanggan, persediaan atau untuk menutup kerugian di saat awal.
c. Biaya beralih pemasok (Switching Costs)
Hambatan masuk tercipta dengan adanya biaya beralih pemasok yaitu biaya
satu kali (one time costs) yang harus dikeluarkan pembeli bilamana berpindah
dari produk pemasok tertentu ke produk pemasok lainnya. Biaya peralihan ini
dapat meliputi biaya melatih karyawan kembali, biaya peralatan pelengkap
baru, biaya dan waktu menguji atau menerima sumber baru.
19
d. Akses ke saluran distribusi
Hambatan masuk dapat ditimbulkan dengan adanya kebutuhan dari pendarang
baru untuk mengamankan ditribusi produknya. Bilamana saluran distribusi
untuk produk tersebut telah ditangani oleh perusahaan yang sudah mapan,
perusahaan baru harus membujuk saluran tersebut agar menerima produknya
melalui cara- cara penurunan harga, kerjasama periklanan dan sebagainya.
e. Kebijakan pemerintah
Pemerintah dapat membatasi atau bahkan menutup kemungkinan masuk ke
dalam industri dengan peraturan- peraturan seperti persyaratan lisensi dan
membatasi akses ke bahan baku seperti tanah atau pegunungan yang
mengandung batu bara di atas mana didirikan lapangan bola.
2) Tingkat pesaing
Rivalitas (Rivalry) di kalangan pesaing yang ada berbentuk perlombaan untuk
mendapatkan posisi, dengan menggunakan taktik- taktik seperti persaingan harga,
perang iklan, perkenalaan produk dan meningkatkan pelayanan atau jaminan kepada
pelanggan. Beberapa bentuk persaingan, khususnya persaingan harga, sangat tidak stabil
dan mungkin membuat keadaan industri memburuk dari sudut pandang kemampuan
untuk menghasilkan laba. Perang iklan di pihak lain mungkin dapat memperluas
permintaan atau memperkuat tingkat diferensiasi produk dalam industri yang
menguntungkan semua perusahaan. Beberapa faktor yang berpengaruh antara lain :
a. Jumlah pesaing yang banyak atau seimbang
Bilamana jumlah pesaing besar, kemungkinan persaingan akan menjadi besar
dan beberapa perusahaan mungkin beranggapan bahwa mereka dapat bergerak
20
tanpa diketahui lawan. Bahkan bilamana hanya terdapat sedikit perusahaan,
jika mereka relatif seimbang dalam artian ukuran dan sumber daya maka akan
tercipta ketidakstabilan karena mereka mungkin cenderung saling bertarung
dan mempunyai sumber daya pertarungan yang lama dan keras.
b. Biaya penyimpanan yang tinggi
Biaya penyimpanan yang tinggi menciptakan tekanan yang berat terhadap
semua perusahaan untuk mengisi kapasitas yang sering kali membawa kepada
penurunan harga yang cepat bilamana terjadi kapasitas berlebih.
c. Ketiadaan diferensiasi atau biaya peralihan
Bilamana produk atau jasa dipandang sebagai komoditas maka pilihan oleh
pembeli banyak didasarkan atas harga dan pelayanan dan desakan untuk
persaingan harga dan pelayanan yang tajam dapat terjadi.
3) Tekanan dari produk pengganti
Mengenali produk- produk substitusi (pengganti) adalah persoalan mencari produk
lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk dalam industri. Produk
pengganti yang perlu mendapat perhatian besar adalah produk – produk yang (1)
mempunyai kecenderungan untuk memiliki harga atau prestasi yang lebih baik
ketimbang produk industri, atau (2) dihasilkan oleh industri yang berlaba tinggi.
4) Kekuatan tawar- menawar pembeli
Pembeli bersaing dengan industri dengan cara memaksa harga turun, tawar-
menawar untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik serta berperan
sebagai pesaing satu sama lain. Kekuatan dari tiap- tiap kelompok pembeli yang penting
21
dalam industri tergantung pada sejumlah karakteristik situasi pasarnya. Kelompok
pembeli disebut kuat jika situasi berikut terjadi antara lain :
a. Kelompok pembeli membeli dalam jumlah relatif besar terhadap penjualan
pihak penjual.
Jika sebagian besar hasil penjualan merupakan pembelian dari satu pembeli
tertentu maka ini akan mempertinggi pentingnya bisnis pembeli.
b. Produk yang dibeli dari industri merupakan bagian dari biaya atau pembelian
yang cukup besar dari pembeli.
Dalam hal ini pembeli cenderung untuk mencari harga yang menguntungkan
dan menggunakan dananya untuk melakukan pembelian secara selektif.
c. Produk yang dibeli dari industri adalah produk standar atau tidak
terdiferensiasi.
Pembeli yang yakin bahwa mereka selalu dapat menemukan pemasok
alternatif, dapat membandingkan pemasok satu dengan lainnya.
d. Produk industri tidak penting bagi mutu produk atau jasa pembeli.
Bilamana mutu produk pembeli sangat dipengaruhi oleh produk industri,
pembeli umumnya akan kurang peka terhadap harga.
e. Pembeli mempunyai informasi yang lengkap
Bila pembeli mempunyai informasi yang lengkap tentang permintaan, harga
pasar yang aktual dan bahkan biaya pemasok, biasanya posisi tawar- menawar
mereka lebih kuat daripada bilamana informasi yang mereka miliki tidak
lengkap. Dengan informasi lengkap, pembel berada dalam posisi yang lebih
baik untuk menjamin bahwa mereka mendapatkan harga yang paling
menguntungkan dibandingkan dengan yang lain.
22
5) Kekuatan tawar- menawar pemasok
Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar- menawar terhadap para peserta
industri dengan mengancam akan menaikkan harga atau menurunkan mutu produk
atau jasa yang dibeli. Pemasok yang kuat karenanya dapat menekan
kemampulabaan industri yang tidak mampu mengimbangi kenaikan harganya.
Kelompok pemasok yang dikatakan kuat jika terdapat hal- hal berikut :
a. Para pemasok didominasi oleh beberapa perusahaan dan lebih terkonsentrasi
ketimbang industri di mana mereka menjual.
Pemasok yang menjual kepada pembeli yang lebih terfragmentasi biasanya
akan dapat memaksakan pengaruh yang besar dalam hal harga, mutu dan
syarat- syarat penjualan.
b. Pemasok tidak menghadapi produk pengganti lain untuk dijual kepada industri.
Kekuatan dari pemasok yang besar sekalipun dapat berkurang jika mereka
bersaing dengan produk pengganti.
c. Industri tidak merupakan pelanggan yang penting bagi kelompok pemasok.
Bila pemasok menjual kepada beberapa industri dan industri tertentu tidak
memberikan bagian penjualan yang cukup berarti, lebih besar kecenderungan
pemasok untuk memaksakan kekuatannya. Jika industri merupakan pelanggan
penting, nasib pemasok sangat erat kaitannya dengan industri yang
bersangkutan dan mereka akan berusaha melindunginya melalui penetapan
harga yang wajar.
23
d. Produk pemasok merupakan input penting bagi bisnis pembeli.
Input seperti ini penting bagi keberhasilan proses pembuatan atau mutu produk
pembeli. Ini meningkatkan kekuatan pemasok.
2.5 Value Network
Menurut Ward, et al. (2002, p267), Value Network are business that provide
exchanges and mediation between buyers and sellers, enabling relationships to be
established. Dari pengertian tersebut dapat diterjemahkan menjadi, Value Vetwork
adalah bisnis yang memberikan perubahan hubungan antara pembeli dan penjual yang
memungkinkan untuk membangun suatu hubungan di antara keduanya.
Mengacu pada Stabell, et al. (1998, p429) terdapat dua aktivitas dari value
network yaitu :
1. Primary Activities :
a) Network promotion and contract management
Aktivitas- aktivitas yang berhubungan dengan mengundang customer potensial
untuk turut serta di dalam network, memilih pelanggan khusus yang dapat
diberikan keleluasaan sehingga perusahaan mendapatkan masukan berarti dari
pelanggan tersebut, aktifitas management, dan pemutusan kontrak yang
dianggap merugikan.
b) Service provisioning
Aktifitas ini berhubungan dengan memulai, memelihara hubungan dengan
customer.
24
c) Network infrastructure operation
Aktivitas yang berhubungan dengan memelihara serta menggunakan
infrastruktur fisik maupun informasi.
2. Support Activities :
a) Firm Infrastructure, memfasilitasi kegiatan operasional perusahaan dalam
rangka menciptakan hubungan dengan customer.
b) Human Resource Management
c) Technology Development, mengembangkan teknologi yang digunakan dalam
rangka menciptakan adanya network dengan customer.
d) Procurement
Firm infrastructureHuman Resource ManagementTechnology developmentProcurement
Network promotion and contract managementService provisioning
Infrastructure operation
Gambar 2.7 Diagram Value Network (Stabell, et al., 1998, p430)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Value Network merupakan proses bisnis
yang direpresentasikan sebagai jaringan yang dapat memberikan perubahan nilai yang
bertujuan untuk menciptakan suatu hubungan yang kuat di antara customer dengan
perusahaan.
25
2.6 Critical Success Factor (CSF)
Menurut Tunggal (2002, p11), Critical Success Factor (CSF) adalah tolok ukur
dan aspek- aspek kinerja perusahaan yang sangat penting terhadap keunggulan bersaing
(Competitive Advantage) dan sebab terhadap keberhasilannya.
Menurut Mcleod (1998, p148), CSF adalah salah satu kegiatan perusahaan
yang berpengaruh kuat kepada kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuannya,
biasanya dalam satu perusahaan mempunyai banyak CSF.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa CSF merupakan faktor kunci kritis yang paling
mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan dalam mengejar sasaran dan untuk
menyempurnakan tujuan strategis dari suatu organisasi.
2.7 SWOT Analysis
Pengukuran kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan serta mengenali
ancaman dan kesempatan yang ada, sering disebut juga SWOT Analysis. Menurut
Thomson, Arthur A. Jr, A. J Stickland, (2001, p117). SWOT Analysis memberikan
gambaran secara umum mengenai apakah posisi suatu perusahaan sehat atau tidak.
Dengan menggunakan SWOT Analysis, manajemen dapat mengenali lebih baik
kebutuhan dan kekurangan perusahaan baik dari sisi internal maupun sisi eksternalnya.
Dengan demikian manajemen dapat mengambil keputusan dan membuat strategi yang
cocok dengan kondisi perusahaan saat ini. SWOT Analysis menganalisa :
1. Kekuatan (Strengths)
Kekuatan perusahaan adalah kemampuan suatu perusahaan dalam melakukan
sesuatu atau karakteristik perusahaan yang memberikannya keuntungan kompetitif.
Contoh bentuk- bentuk kekuatan :
26
a) A skill or important expertise
Kemampuan memproduksi dengan biaya yang rendah, keahlian di bidang e-
commerce, menguasai teknologi tinggi, terkenal sebagai perusahaan yang
memproduksi produk bebas cacat, keahlian memberikan jasa atau pelayanan
yang baik dan konsisten atau pemasaran dan produksi yang unik.
b) Valuable physical assets
Mesin- mesin dan peralatan yang baik, lokasi gedung yang strategis, fasilitas
distribusi yang luas, memiliki tambang sumber daya alam yang berharga,
menggunakan sistem informasi dan jaringan komputer atau memiliki jumlah
kas dan saham yang besar.
c) Valuable human assets
Tenaga kerja yang ahli dan berpengalaman, pekerja yang berbakat di bidang
tertentu, karyawan yang bersemangat dan termotivasi, modal intelektual dan
pengetahuan yang luas, keahlian usaha dan manajemen yang baik atau
kebiasaan pembelajaran secara bersama- sama dalam organisasi.
d) Valuable organizational assets
Sistem pengendalian kualitas yang terbukti, teknologi yang diperlukan, hak
paten, hak atas barang mineral atau sumber daya, pelanggan- pelanggan yang
setia, intranet, sistem e- commerce untuk bertukar informasi dengan pemasok
dan pelanggan, sistem manufaktur dan design dengan bantuan komputer atau
daftar email address pelanggan.
e) Valuable intangible assets
Brand- name image, reputasi perusahaan atau tenaga kerja yang bersemangat
dan termotivasi.
27
f) Competitive capabilities
Jaringan daeler yang kuat, hubungan yang baik dengan pemasok kunci
(pemasok yang penting atau key suppliers), tim Research dan Design yang
mampu terus melakukan inovasi, respon organisasi yang cepat terhadap
perubahan pasar dan kesempatan yang timbul, pemberi pelayanan jasa kepada
pelanggan yang terlatih atau sistem untuk melakukan bisnis melalui internet.
g) An achivement or attribute that puts the company in a position of market
advantage
Biaya keseluruhan yang rendah, market share leaderships, produk yang
superior / unggul, pilihan produk yang banyak, brand name atau image yang
sudah terkenal, teknologi e-commerce atau customer service yang luar biasa.
h) Alliance or cooperative ventures
Hubungan kerja sama yang kuat dengan pemasok dan saluran pemasaran yang
akan meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan.
2. Kelemahan (Weakness) perusahaan
Kelemahan ialah sesuatu yang tidak dipunyai oleh perusahaan atau suatu
kondisi atau kemampuan perusahaan yang rendah dalam melakukan sesuatu ( jika
dibandingkan dengan perusahaan lain), kelemahan internal perusahaan dapat
merupakan:
a) Ketidakefisiensian dalam penggunaan modal atau pun dalam keahlian yang
diperlukan.
b) Kekurangan aktiva fisik (physical assets), aktiva organisasional
(organizational assets) atau aktiva yang tidak berwujud (intangible assets).
28
c) Kekurangan pada kapabilitas kompetitif (competitive capabilities) di area
kunci.
3. Peluang (Opportunities) perusahaan
Manajer tidak dapat membuat suatu strategi yang baik untuk perusahaan tanpa
mengidentifikasikan kesempatan yang ada dan memperkirakan efeknya terhadap laba
dan pertumbuhan perusahaan. Tidak setiap perusahaan mempunyai sumber daya yang
tepat untuk mendapatkan suatu kesempatan tertentu. Kesempatan yang paling cocok
untuk perusahaan adalah kesempatan yang menawarkan pendapatan yang paling penting
untuk pertumbuhan laba, kesempatan dalam perusahaan mempunyai keuntungan
kompetitif dan kesempatan yang cocok dengan kondisi keuangan serta sumber daya
perusahaan. Beberapa contoh kesempatan yang ada adalah:
a) Kesempatan untuk market share dari pesaingnya
b) Kesempatan untuk mempelajari teknologi baru
c) Kesempatan untuk mendapatkan pangsa pasar di wilayah lain
d) Kenaikan permintaan
e) Meluaskan pilihan produk perusahaan untuk lebih memuaskan kebutuhan
pelanggan yang berbeda- beda.
f) Aliansi atau kerja sama yang membuat wilayah pasar perusahaan semakin luas
dan sumber daya yang semakin kompetitif
29
4. Ancaman (Threats) terhadap perusahaan
Sering kali, faktor- faktor tertentu dari luar perusahaan mendatangkan ancaman
untuk menghasilkan laba dan keunggulan kompetitif. Ancaman- ancaman tersebut dapat
berupa :
a) Pengenalan produk baru yang lebih baru oleh pesaing
b) Masuknya pesaing baru yang mungkin mempunyai teknologi lebih tinggi atau
mampu memproduksi lebih murah
c) Munculnya teknologi- teknologi baru yang lebih canggih
d) Peraturan pemerintah baru yang lebih menyulitkan perusahaan dari pada
pesaing- pesaingnya
e) Perubahan kebutuhan dan selera pelanggan
f) Banyaknya barang substitusi yang timbul
g) Perubahan nilai kurs dan suku bunga yang merugikan.
SWOT Analysis memberikan gambaran bagi manajemen untuk menentukan
tindakan dan strategi apa yang diperlukan. Dengan mengevaluasi kekuatan, kelemahan,
kesempatan dan ancaman, manajemen dapat menentukan :
1. Bagaimana strategi perusahaan untuk memanfaatkan keunggulannya secara
optimal dan mengambil kesempatan yang ada.
2. Apa yang harus dilakukan perusahaan untuk mengatasi kelemahannya dan
bertahan dari ancaman- ancaman yang ada.
2.7.1 Cara Membuat Analisis SWOT
Menurut Rangkuti (2004, p19), penelitian menunjukkan bahwa kinerja
perusahaan dapat ditentukan oleh dua faktor, yaitu kondisi dari dalam perusahaan atau
30
faktor internal dan kondisi dari luar perusahaan atau faktor eksternal, kedua faktor
tersebut harus dipertimbangkan dengan analisis SWOT. SWOT itu sendiri merupakan
singkatan dari faktor internal Strength (kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan) serta
faktor eksternal Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman). Dalam penyusunan
faktor-faktor strategis perusahaan alat yang dapat dipakai adalah matrik SWOT. Matrik
ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman dari luar
perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan maupun kelemahan yang dimiliki dari
dalam. Melalui matrik ini dapat dihasilkan empat kemungkinan alternatif strategis.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Matrik SWOT (Rangkuti, 2004, p31)
IFAS
EFAS
STRENGTH (S)
Tentukan faktor-faktor
kekuatan internal
WEAKNESSES (W)
Tentukan faktor-faktor
kelemahan internal
OPPORTUNITIES (O)
Tentukan faktor –faktor
peluang eksternal
STRATEGI SO
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan
peluang
THREATS (T)
Tentukan faktor –faktor
ancaman eksternal
STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
dan mengatasi ancaman
31
Keterangan:
IFAS : Internal Strategic Factors Analysis Summary (Analisis faktor strategi
internal), yakni terdiri dari kekuatan dan kelemahan perusahaan.
EFAS : External Strategic Factors Analysis Summary (Analisis faktor strategi
eksternal), yakni terdiri dari peluang dan ancaman perusahaan.
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan
seluruh kekuatan perusahaan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-
besarnya.
b. Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman.
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi WT
Strategi ini berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dengan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
2.8 Analisis Rasio
Menurut Weston dan Brigham (1998, p295), analisis rasio perusahaan biasanya
merupakan langkah pertama dalam analisis keuangan. Rasio ini dirancang untuk
memperlihatkan hubungan di antara perkiraan- perkiraan laporan keuangan.
32
Mengacu pada Weston dan Brigham, terdapat rasio- rasio yang dapat
digunakan yaitu:
1. Rasio perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover ratio), adalah rasio yang
dihitung dengan membagi penjualan dengan total aktiva.
Rasio perputaran aktiva tetap = Penjualan / Aktiva tetap (bersih)
2. Rasio utang (debt ratio), adalah rasio total utang terhadap total aktiva.
Rasio utang = Total utang / Total aktiva
3. Tingkat pengembalian atas total aktiva ( return on total asset = ROA)
Adalah rasio laba bersih setelah pajak terhadap total aktiva
ROA = Laba bersih / Total aktiva
4. Tingkat pengembalian atas ekuitas saham biasa (return on total equity = ROE)
Adalah rasio laba bersih setelah pajak terhadap ekuitas saham biasa.
ROE = Laba bersih / Total ekuitas
Menurut Munarwir (2004, p99), Gross Margin Ratio adalah ratio atau
perimbangan antara gross profit (laba kotor) yang diperoleh perusahaan dengan tingkat
penjualan yang dicapai pada periode yang sama.
Gross Margin Ratio = ( Laba kotor / Penjualan ) X 100 %
2.9 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2002, p129), pengumpulan data dapat dilakukan dalam
berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya, data
dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan
metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi
33
dll. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara) dan kuesioner.
2.9.1 Wawancara Pribadi
Berdasarkan Cooper, et al.(1996, p289), wawancara pribadi (personal
interviewing ) adalah percakapan dua arah atas inisiatif pewawancara untuk
memperoleh informasi dari responden. Perbedaan peran dari pewawancara adan
responden adalah jelas. Mereka umumnya tidak saling kenal dan pewawancara
mengendalikan tema pembicaraan dan pola diskusi. Keuntungan yang nyata dalam
wawancara pribadi ialah jaminan kedalaman dan rincian informasi yang diperoleh jauh
melampaui informasi yang dijamin dari survey telepon dan surat.
Tiga kondisi yang harus dipenuhi agar wawancara pribadi dapat berhasil adalah
1. Ketersediaan informasi yang dibutuhkan dari responden,
2. Pemahaman responden akan peran yang sedang dijalankannya,
3. Motivasi yang tepat dari responden untuk bekerja sama.
2.9.2 Kuesioner (Questionnaires)
Menurut Indriantoro (2002, p154), pengumpulan data penelitian pada kondisi
tertentu kemungkinan tidak memerlukan kehadiran peneliti. Pertanyaan peneliti dan
jawaban responden dapat dikemukakan secara tertulis melalui suatu kuesioner. Teknik
ini memberikan tanggung jawab kepada responden untuk membaca dan menjawab
pertanyaan. Kuesioner dapat didistribusikan dengan berbagai cara salah satunya adalah
kuesioner secara personal. Jika lokasi antar responden relative berdekatan, misal dalam
suatu perusahaan atau tempat kerja, penggunaan teknik kuisioner yang disampaikan dan
34
dikumpulkan langsung peneliti merupakan cara yang sesuai. Peneliti dapat berhubungan
langsung dengan responden dan memberikan penjelasan seperlunya dan kuesioner dapat
langsung dikumpulkan setelah selesai dijawab oleh responden.
2.9.3 Skala Likert
Skala ini dirancang untuk mengetahui seberapa kuat responden setuju atau
tidak setuju terhadap pernyataan pada form pernyataan responden, seperti ditunjukkan
pada contoh:
Strongly Neither Agree Strongly
Disagree Disagree not Disagree Agree Agree
1 2 3 4 5
Menurut Cooper, et al. (1996, p194), dengan menggunakan Likert Scale seperti pada
contoh di atas, tunjukkan sejauh mana Anda setuju atau tidak setuju atas pernyataan
berikut ini :
Pekerjaan saya sangat menarik 1 2 3 4 5
Dengan skala ini responden diminta untuk memberi respon terhadap setiap pernyataan
dengan memilih salah satu dari antara lima pilihan setuju.
2.10 State Transition Diagram (STD)
Menurut Yourdon (1989, p259), State Transition Diagram merupakan suatu
modeling tool yang menekankan pada sifat ketergantungan waktu dari sistem yang
sedang dirancang atau pun sedang berjalan.
35
Ada dua cara kerja sistem, yaitu pasif dan aktif. Sistem yang pasif tidak
melakukan kontrol terhadap lingkungan tetapi cenderung memberikan aksi atau
menerima data saja. Sistem yang aktif melakukan kontrol terhadap lingkungan. Sistem
sanggup menerima sumber data eksternal dengan cepat dan dalam waktu singkat
memberikan jawaban terhadap lingkungannya.
Menurut Yourdon (1989, p260), komponen- komponen utama dalam state
transition diagram adalah state (status) dan arrow (panah) yang mewakili perubahan-
perubahan state.
1. Keadaan sistem (system state)
Digambarkan dengan sebuah kotak persegi panjang, merupakan kumpulan keadaan
atau atribut dari sebuah sistem yang mencirikan sesuatu pada waktu tertentu dan
keadaan tertentu. Keadaan dari sistem tersebut dapat berupa menunggu pemakai
memasukkan password, menunggu perintah selanjutnya dan lain- lain.
2. Perubahan keadaan (change of state)
Digambarkan dengan tanda panah yang menghubungkan dua state yang berkaitan,
notasinya dapat dilihat pada Gambar 2.8 berikut :
State 1
State 2
State 3
Gambar 2.8 Diagram perubahan state (Yourdon, 1989, p263)
36
3. Kondisi dan aksi (condition and action)
Komponen kondisi merupakan suatu perubahaan keadaan sedangkan aksi
merupakan suatu tanggapan yang dilakukan pada sistem pada saat terjadinya perubahan
sistem. Lihat Gambar 2.9
State 1
State 2
ConditionAction
Gambar 2.9 Kondisi dan Aksi (Yourdon, 1989, p265)