Click here to load reader
Upload
dinhnhi
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1, 2015 Asupan Makanan, Pertumbuhan Baduta
104
ASUPAN MAKANAN DAN PERTUMBUHAN BADUTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JUMPANDANG BARU
KOTA MAKASSAR
Sri Syatriani1, Muliati
2
1Dosen STIK MAKASSAR
2Peminatan Gizi STIK Makassar
Abstract
Background: Growth is the change in physical size from time to time. Physical size is the size of the human body in terms of dimensions, proportions and composition and is better know as antropometry. Data on short infant problems increased from 29,1 % in 2007 to 38,9 % in 2010. While skinny infant decreased from 13,7 % in 2007 to 12,0 % in 2010, (Riskesdas 2007 and 2010) . Objective: To determine the correlation of energy, protein, Vitamin A and iron intake with two years infant growth in the working area of Jumpandang Baru Primary Health Care Makassar. Methods: This research is an analytical research with Cross Sectional approach. The population and the sample is 35 teo years infants. The sample is using purposive sampling method by Statistical test with a significance of 0,05 (5 %) by using Chi-Square Test formula. Results: Energy intake, protein intake, Vitamin A intake and iron intake are correlated with two years infants growth. Parents should keep the intake of foods that contain balanced nutrition. Keywords : Fe (Iron). Baduta ( Under Two Years), Vitamin A
PENDAHULUAN
Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur sedangkan perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang berbeda, keduanya tidak dapat berdiri sendiri tetapi saling berkaitan satu sama lain sehingga hal tersebut tidak dapat dipisahkan. Diantara waktu yang paling cepat dalam fase pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi dalam tahun pertama kehidupan sehingga seyogyanya anak mulai diarahkan. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa bayi karena itu pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya (Alimul, 2007).
Hasil RISKESDAS 2010 di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa masalah gizi buruk meningkat dari 17,6% pada tahun 2007 menjadi 25,0% pada tahun 2010. Demikian juga halnya dengan balita pendek meningkat dari 29,1%, pada tahun 2007 menjadi 38,9% pada tahun 2010. Sedangkan balita kurus menurun dari 13,7% pada tahun 2007 menjadi 12,0% pada tahun 2010, (Riskesdas 2007 dan 2010).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asupan makanan pada pertumbuhan baduta di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar tahun 2013. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan “Cross Sectional”
Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1, 2015 Asupan Makanan, Pertumbuhan Baduta
105
pada waktu pengumpulan data variabel independen dan dependen dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Lokasi penelitian yang dipilah adalah Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar.
Populasi dalam penelitian ini adalah anak baduta ( bawah dua tahun ) yang aktif mengikuti posyandu dan diukur panjang badannya yang terdiri dari tiga kelurahan sebanyak 35 baduta. Sampel adalah baduta yang diambil secara posposive sampling yaitu sebanyak 35 sampel. Data yang dikumpulkan adalah data primer dengan menggunakan kuesioner. Adapun yang akan diteliti yaitu: 1) Asupan energi dengan pertumbuhan
baduta. 2) Asupan protein dengan pertumbuhan
baduta. 3) Asupan Vitamin A dengan pertumbuhan
baduta. 4) Asupan zat besi dengan pertumbuhan
baduta. Cara untuk mengetahui jenis dan jumlah
makanan yang dikonsumsi baduta yaitu dengan formulir recall 24 jam dan wawancara langsung kepada orang tuanya untuk menggali informasi tentang anaknya baik dari segi kesehatannya, kelengkapan imunisasinya serta jenis makanan yang biasa dikonsumsi.
HASIL PENELITIAN Karakteristik Variabel Penelitian
Tabel 1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru Makassar
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 13 37,1
Perempuan 22 62,9
Total 35 100
Tabel 1 menunjukkan bahwa baduta
yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sejumlah 13 (37,1%) sedangkan baduta yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 22 (62,9 %).
Tabel 2
Distribusi Sampel Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru
Makassar
Umur (bulan) n %
0-6 14 40,0
6,1-12 12 34,3
12,1-18 6 17,1
18,1-24 3 8,6
Total 35 100
Tabel 2 menunjukkan bahwa baduta yang berumur 0-6 bulan yaitu sebanyak 14 (40,0 %), yang berumur 6,1-12 bulan sebanyak 12 (34,3), dan yang berumur 12,1-18 bulan berjumlah 6 (17,1) sedangkan yang berumur 18,1-24 bulan 3 (8,6 %). Analisis Univariat Asupan Energi
Tabel 3 Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Energi
di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru Makassar
Asupan Energi n %
Cukup 23 65,7
Kurang 12 34,3
Total 35 100
Tabel 3 menunjukkan bahwa baduta
yang mengkonsumsi energi cukup yaitu berjumlah 23 (65,7 %) sedangkan yang mengkonsumsi energi kurang berjumlah 12 (34,3 %). Asupan Protein
Tabel 4 Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Protein
di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru Makassar
Asupan Protein n %
Cukup 19 54,3
Kurang 16 45,7
Total 35 100
Tabel 4 menunjukkan bahwa baduta
yang mengkonsumsi protein cukup yaitu berjumlah 19 (54,3 %) sedangkan yang mengkonsumsi protein kurang berjumlah 16 (45,7 %).
Asupan Vitamin A
Tabel 5 Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Vitamin A di Wilayah Kerja Puskesmas
Jumpandang Baru Makassar
Asupan Vit. A n %
Cukup 26 74,3
Kurang 9 25,7
Total 35 100
Tabel 5 menunjukkan bahwa baduta
yang mengkonsumsi Vitamin A cukup yaitu berjumlah 26 (74,3 %) sedangkan yang
Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1, 2015 Asupan Makanan, Pertumbuhan Baduta
106
mengkonsumsi Vitamin A kurang berjumlah 9 (25,7 %).
Asupan Zat Besi
Tabel 6 Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Zat
Besi di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru Makassar
Asupan Fe n %
Cukup 27 77,1
Kurang 8 22,9
Total 35 100
Tabel 6 menunjukkan bahwa baduta
yang mengkonsumsi zat besi cukup yaitu berjumlah 27 (77,1 %) sedangkan yang mengkonsumsi zat besi kurang berjumlah 8 (22,9 %).
Pertumbuhan Balita
Tabel 7 Distribusi Sampel Berdasarkan Pertumbuhan
di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru Makassar
Pertumbuhan n %
Normal 21 60
Terhambat 14 40
Total 35 100
Tabel 7 menunjukkan bahwa baduta yang pertumbuhannya normal yaitu sebanyak 21 (60 %) sedangkan baduta yang pertumbuhannya terhambat yaitu sebanyak 14 (40 %).
Hubungan antar variabel Hubungan antara Asupan Energi dengan Pertumbuhan
Tabel 8
Hubungan Antara Asupan Energi Dengan Pertumbuhan Baduta di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru Makassar
Asupan Energi
Pertumbuhan Jumlah
p (0,000)
Normal Terhambat n %
n % n %
Cukup 19 82,6 4 17,4 23 100,0
Kurang 2 16,7 10 83,3 12 100,0
Total 21 60,0 14 40,0 35 100,0
Hubungan antara asupan energi dengan
pertumbuhan normal yaitu dari 23 baduta yang asupan energinya cukup terdapat 82,6 % yang mengalami pertumbuhan normal, 17,4 % yang mengalami pertumbuhan terhambat. Dan dari 12 baduta yang asupan enrginya kurang terdapat 16,7 % yang tumbuh normal, dan 83,3
% yang pertumbuhannya terhambat. Hasil analisis statistik diperoleh X
2 (hitung = 14.287
dan nilai p = 0,000) sehingga dikatakan asupan energi berhubungan dengan pertumbuhan baduta.
Hubungan antara Asupan Protein dengan Pertumbuhan
Tabel 9 Hubungan Antara Asupan Protein Dengan Pertumbuhan Baduta di Wilayah Kerja
Puskesmas Jumpandang Baru Makassar
Asupan Protein
Pertumbuhan Jumlah
p (0,000)
Normal Terhambat n %
n % n %
Cukup 18 94,7 1 5,3 19 100,0
Kurang 3 18,8 13 81,2 16 100,0
Total 21 60,0 14 40,0 35 100,0
Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1, 2015 Asupan Makanan, Pertumbuhan Baduta
107
Hubungan antara asupan protein
dengan pertumbuhan yaitu dari 19 baduta yang asupan proteinnya cukup terdapat 94,7 % yang mengalami pertumbuhan normal, 5,3 % yang pertumbuhannya terhambat, dan dari 16 baduta yang asupan energinya kurang terdapat 18,8 % yang tumbuh normal dan 81,2
% yang mengalami pertumbuhan terhambat. Hasil analisis statistik diperoleh X
2 (hitung =
20,896 dan nilai p = 0,000) sehingga dikatakan asupan protein berhubungan dengan pertumbuhan baduta.
Hubungan antara Asupan Vitamin A dengan Pertumbuhan
Tabel 10
Hubungan Antara Asupan Vit. A Dengan Pertumbuhan Baduta di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru Makassar
Asupan Vit. A
Pertumbuhan Jumlah p
(0,001)
Normal Terhambat n %
n % n %
Cukup 20 76,9 6 23,1 26 100,0
Kurang 1 11,1 8 88,9 9 100,0
Total 21 60,0 14 40,0 35 100,0
Hubungan antara asupan Vitamin A
dengan pertumbuhan yaitu dari 26 baduta yang asupan Vitamin A cukup terdapat 76,9 % yang mengalami pertumbuhan normal, 23,1 % yang pertumbuhannya terhambat. Dan dari 9 baduta yang asupan Vitamin A kurang terdapat 11,1% yang pertumbuhannya normal dan 88,9
% yang pertumbuhannya terhambat. Hasil analisis statistik diperoleh X
2 (hitung = 12,066
dan nilai p = 0,001) sehingga dikatakan asupan Vitamin A berhubungan dengan pertumbuhan baduta.
Hubungan antara Asupan Zat Besi (Fe) dengan Pertumbuhan
Tabel 11 Hubungan Antara Asupan Fe Dengan Pertumbuhan Baduta di Wilayah Kerja
Puskesmas Jumpandang Baru Makassar
Asupan Fe
Pertumbuhan Jumlah
p (0,003)
Normal Terhambat n %
n % n %
Cukup 20 74,1 7 25,9 27 100,0
Kurang 1 12,5 7 87,5 8 100,0
Total 21 60,0 14 40,0 35 100,0
Hubungan antara asupan zat besi (Fe)
dengan pertumbuhan yaitu dari 27 baduta yang asupan zat besinya cukup terdapat 74,1 % yang mengalami pertumbuhan normal, 25,9 % yang pertumbuhannya terhambat. Dan dari 8 baduta yang asupan zat besinya kurang terdapat 12,5 % yang pertumbuhannya normal, dan 87,5 % yang pertumbuhannya terhambat. Hasil analisis statistik diperoleh X
2 (hitung =
9,749 dan nilai p = 0,003) sehingga dikatakan asupan zat besi berhubungan dengan pertumbuhan baduta.
Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1, 2015 Asupan Makanan, Pertumbuhan Baduta
108
PEMBAHASAN Hubungan antara asupan zat gizi makro (energi dan protein) dengan pertumbuhan Baduta
Menurut Dwi Sulistyo C, 2011 secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap pertumbuhan yaitu genetik dan lingkungan. Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses pertumbuhan anak. Faktor lingkungan termasuk asupan makanan, makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dimana kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan orang dewasa karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan.
Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami keseimbangan energi negatif, akibatnya berat badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal). Bila trjadi pada bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan dan pada orang dewasa akan penurunan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh. Gejala yang ditimbulkan adalah gelisah, lemah, cengeng, kurang bersemangat dan penurunan daya tahan terhadap penyakit infeksi, akibat berat pada bayi di namakan marasmus (Sunita A 2010).
Hasil penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru Makassar dengan melihat hubungan antara asupan energi dengan pertumbuhan yaitu dari 23 baduta yang asupan energinya cukup terdapat 82,6 % yang mengalami pertumbuhan normal, dan 17,4 % yang pertumbuhannya terhambat. Dan dari 12 baduta yang asupan energinya kurang terdapat 16,7 % yang pertumbuhannya normal dan 83,3 % yang pertumbuhannya terhambat.
Berdasarkan hasil analisis uji Chi Square dengan Fisher Exact diperoleh X
2 (hitung =
14,287 dan nilai p = 0,000) sehingga dikatakan asupan energi berhubungan dengan pertumbuhan baduta.
Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat ekonomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak-anak dibawah lima tahun. Kekurangan protein sering ditemukan secara bersamaan dengan kekurangan energi yang menyebabkan kondisi yang disebut marasmus.
Kwashiorkor lebih banyak terdapat pada usia dua hingga tiga tahun yang sering terjadi pada anak-anak yang yang terlambat menyapih sehingga komposisi gizi makanan
tidak seimbang terutama dalam hal protein, gejalanya adalah pertumbuhan terhambat, otot-otot berkurang dan melemah, edema, anak apatis, tidak ada nafsu makan, kulit kering, bersisik, pecah-pecah dan dermatitis, luka sukar sembuh, sering disertai anemia.
Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru Makassar dengan melihat hubungan antara asupan protein dengan pertumbuhan yaitu dari 19 baduta yang asupan proteinnya cukup terdapat 94,7 % yang mengalami pertumbuhan normal, 5,3 % yang pertumbuhannya terhambat. Dan dari 16 baduta yang asupan enrginya kurang terdapat 18,8 % yang tumbuh normal dan 81,2 % yang pertumbuhannya terhambat.
Berdasarkan hasil analisis uji Chi Square dengan Fisher Exact diperoleh X
2 (hitung =
20,896 dan nilai p = 0,000) sehingga dikatakan asupan energi berhubungan dengan pertumbuhan baduta. Hubungan Zat Gizi Mikro (Vitamin A dan zat besi) dengan Pertumbuhan Baduta
Menurut (Hanun Marimbi, 2010) Asupan memegang peran penting dalam pertumbuhan anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan orang dewasa, karena asupan bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh katahanan makanan keluarga. Asupan zat gizi mikro yang lengkap masih terus dibutuhkan anak selama proses pertumbuhan masih berlanjut. Zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil atau sedikit tapi harus ada dalam makanan.
Vitamin A esensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup. Di seluruh dunia (WHO, 1991), diantara anak-anak pra sekolah diperkirakan sebanyak 6-7 juta kasus baru tiap tahun, kurang lebih 10 % diantaranya kerusakan kornea, diantara kerusakan kornea 60 % meninggal.
Disamping itu kekurangan vitamin A meningkatkan resiko anak terhadap penyakit infeksi seperti penyakit saluran pernapasandan diare, meningkatkan angka kematian karena campak serta menyebabkan keterlambatan pertumbuhan (Sunita A, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru Makassar dengan melihat hubungan antara asupan Vitamin A dengan pertumbuhan yaitu dari 26 baduta yang asupan Vitamin A cukup terdapat 76,9 % yang mengalami pertumbuhan normal, 23,1 % yang pertumbuhannya terhambat. Dan dari 9 baduta yang asupan Vitamin A kurang
Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1, 2015 Asupan Makanan, Pertumbuhan Baduta
109
terdapat 11,1 % yang tumbuh normal dan 88,9 % yang pertumbuhannya terhambat.
Berdasarkan hasil analisis uji Chi Square dengan Fisher Exact diperoleh X
2 (hitung =
12,066 dan nilai p = 0,001) sehingga dikatakan asupan Vitamin A berhubungan dengan pertumbuhan baduta.
Kekurangan zat besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunyya kemampuan kerja, menurunnya kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan luka. Di samping itu kemampuan mengatur suhu tubuh menurun. Pada anak-anak kekurangan zat besi menimbulkan apatis, mudah tersinggung, menurunnya kemampuan berkonsentrasi serta mengakibatkan pertumbuhan terhambat (Sunita A, 2011).
Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru Makassar dengan melihat hubungan antara asupan Zat besi dengan pertumbuhan baduta yaitu dari 27 baduta yang asupan zat besinya cukup terdapat 74,1 % yang mengalami pertumbuhan normal, 25,9 % yang mengalami pertumbuhan terhambat. Dan dari 8 baduta yang asupan zat besinya kurang terdapat 12,5 % yang tumbuh normal dan 87,5 % yang pertumbuhannya terhambat.
Berdasarkan hasil analisis uji Chi Square dengan Fisher Exact diperoleh X
2 (hitung =
9,749 dan nilai p = 0,003) sehingga dikatakan asupan Zat besi berhubungan dengan pertumbuhan baduta. KESIMPULAN 1. Asupan energi memiliki hubungan yang
signifikan dengan pertumbuhan baduta. 2. Asupan protein memiliki hubungan yang
signifikan dengan pertumbuhan baduta. 3. Asupan Vitamin A memiliki hubungan yang
signifikan dengan pertumbuhan baduta. 4. Asupan zat besi memiliki hubungan yang
signifikan dengan pertumbuhan baduta. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang ada, maka peneliti menyarankan sebagai berikut: 1. Baduta yang mangalami gangguan
pertumbuhan supaya diperhatikan asupan makanan yang dikonsumsinya yaitu harus makan makanan yang mengandung gizi seimbang dan pola makan yang teratur yang tentunya diharapkan juga perhatian dari orang tua.
2. Orang tua diharapkan agar aktif berpartisipasi untuk membawa anaknya ke
posyandu setiap bulannya agar pertumbuhan anak dapat diketahui apakah normal atau ada gangguan pertumbuhan anaknya.
DAFTAR PUSTAKA Alimul Aziz. 2007. Status Pertumbuhan Dan
Perkembangan Anak Balita Pada Keluarga Nelayan Di Wilayah Pantai Kenjeran Surabaya. ebookbrowse.com/ju/jurnal-tumbuh-kembang-pdf. Diakses 10 Februari 2013
Almatsier Sunita, 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Cahyaningsih Dwi Sulistyo, 2011. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dan Remaja. Trans Info Media, Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1995/MENKES/SK/VII/2010. 2011. Direktorat Jendral Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu dan Anak. Direktorat Bina Gizi. Jakarta
Marimbi Hanum, 2010. Tumbuh Kembang Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada Balita. Weni Kristianasari. Nuha Medika, Yogyakarta
Muliati, Hubungan Asupan Makanan dengan Pertumbuhan Baduta di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar tahun 2013. Skripsi STIK Makassar.
Riset Kesehatan Dasar, 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Riset Kesehatan Dasar, 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.