20
Disusun oleh : Sistya Andhini 260110600 Fanni syawli 260110090001 Yokaniza 260110090004 Bintan imawhati 260110090005 Miski aghnia 260110090008 Nicky niken 260110090009 m. Irfan h 260110090010 Ratna ayu 260110090012 Diastry winanda 260110090013 Ismil imama 260110090014 Daniel haposan 260110090015 ASPEK KUANTITATIF FLUORESENSI

ASPEK KUANTITATIF FLUORESENSI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASPEK KUANTITATIF FLUORESENSI

Disusun oleh :Sistya Andhini 260110600

Fanni syawli 260110090001Yokaniza 260110090004Bintan imawhati 260110090005

Miski aghnia 260110090008Nicky niken 260110090009

m. Irfan h 260110090010Ratna ayu 260110090012Diastry winanda 260110090013

Ismil imama 260110090014Daniel haposan 260110090015

ASPEK KUANTITATIF FLUORESENSI

Page 2: ASPEK KUANTITATIF FLUORESENSI

Pendahuluan

R.A Day and Underwood, 1998

Page 3: ASPEK KUANTITATIF FLUORESENSI

...lanjutan

R.A Day and Underwood, 1998

Page 4: ASPEK KUANTITATIF FLUORESENSI

...lanjutan

R.A Day and Underwood, 1998

Page 5: ASPEK KUANTITATIF FLUORESENSI

Spektroskopi Fluoresensi

Page 6: ASPEK KUANTITATIF FLUORESENSI

...lanjutan

Emisi cahaya terjadi karena proses absorbsi cahaya oleh atom yang mengakibatkan keadaan atom tereksitasi. Keadaan atom yang tereksitasi akan kembali keadaan semula dengan melepaskan energi yang berupa cahaya (deeksitasi). Fluoresensi merupakan proses perpindahan tingkat energi dari keadaan atom tereksitasi (S1 atau S2) menuju ke keadaan stabil (ground states)

Page 7: ASPEK KUANTITATIF FLUORESENSI

..lanjutan

Terdiri dari sumber cahaya (biasanya xenon atau lampu merkuri), sebuah monokromator / atau filter untuk memilih panjang gelombang

eksitasi; tempat sampel; detektor, yang mengubah cahaya yang dipancarkan ke listrik sinyal, dan unit untuk pembacaan data dan

analisis.

Page 8: ASPEK KUANTITATIF FLUORESENSI

Prinsip Spektroskopi Fluoresensi

Menurut diagram Jablonski diatas, energi emisi lebih rendah dibandingkan dengan eksitasi. Ini berarti bahwa emisi fluoresensi

yang lebih tinggi terjadi pada panjang gelombang dari penyerapan (eksitasi). Perbedaan antara eksitasi dan panjang

gelombang emisi dikenal sebagai pergeseran Stoke.

Page 9: ASPEK KUANTITATIF FLUORESENSI

...lanjutan

Page 10: ASPEK KUANTITATIF FLUORESENSI

...lanjutan

Dalam molekul, masing-masing kondisi elektronik memiliki beberapa kondisi bagian getaran terkait. Dalam keadaan dasar, hampir semua molekul menempati tingkat vibrasi terendah. Eksitasi dengan sinar UV adalah mungkin untuk mempromosikan molekul yang tertarik ke salah satu tingkat getaran beberapa tingkat tereksitasi secara elektronik yang diberikan.

Page 11: ASPEK KUANTITATIF FLUORESENSI

…lanjutan

Ini berarti bahwa emisi fluoresensi tidak hanya terjadi pada satu panjang gelombang tunggal, melainkan melalui distribusi panjang gelombang yang sesuai untuk transisi vibrasi beberapa sebagai komponen dari transisi elektronik tunggal. Inilah sebabnya mengapa eksitasi dan spektrum emisi diperoleh untuk menggambarkan secara rinci karakteristik molekul fluoresensi.

Page 12: ASPEK KUANTITATIF FLUORESENSI

Penerapan Spektroskopi Fluoresensi

Beberapa vitamin dapat ditetapkan secara fluorometrik. Oksidasi lembut tiamina (vitamin B1) oleh Fe(CN)63-, misalnya akan menghasilkan suatu produk yang disebut tiokrom yang memperagakan fluoresens biru pada kondisi yang tepat. Jika pancaran pendaran itu diukur terhadap dua porsi sampel, satu diolah dengan ferisianida dan yang lain tidak, orang dapat mengurangi kontribusi pengganggu non-tiamina yang berpendar untuk meningkatkan selektivitas. Riboflavin (vitamin B1) dan piridoksin (B6) merupakan vitamin lain yang dapat ditetapkan oleh fluoresensi.

Page 13: ASPEK KUANTITATIF FLUORESENSI

Kelebihan dan Kekurangan Spektroskopi Fluoresensi

Page 14: ASPEK KUANTITATIF FLUORESENSI

Aspek kuantitatif Fluoresensi

Supaya suatu molekul berfluoresensi, maka molekul tersebut harus menyerap radiasi

Konsentrasi senyawa menyerap radiasi sinar akan diabsorpsi oleh lapisan pertama hanya sedikit radiasi yg diserap pada bagian lain fluoresensi sampel tidak seragam dan tidak akan proporsional dgn konsentrasi konsentrasi larutan harus dijaga dalam konsentrasi rendah

f (hasil kuantum fluoresensi)

f < 1

Page 15: ASPEK KUANTITATIF FLUORESENSI

If = f .Ia = f (I0 - It) It = I0 .10-cd

If = f .I0(1- 10-cd)

cd < 0,01 10-cd ln10.(1- cd)

If = 2,3.f.d.c = .c

Page 16: ASPEK KUANTITATIF FLUORESENSI

Intensitas fluoresensi ~ konsentrasiF ~ I0, sehingga sensitivitas yang meningkat

pada suatu sampel tertentu dapat diperoleh dengan meningkatkan intensitas radiasi eksitasi

Pada teknik fluorometri, digunakan lambda max

Page 17: ASPEK KUANTITATIF FLUORESENSI

Prosedur analisis Kuantitatif

1. Kurva baku yang menyatakan hubungan antara intensitas fluoresensi dgn konsentrasi baku tertentu vs larutan baku murni yang sudah diketahui konsentrasinya

* Besarnya konsentrasi dapat dihitung dgn memasukkan intensitas fluoresensi sampel ke dalam kurva baku.

Page 18: ASPEK KUANTITATIF FLUORESENSI

Cont.

2. Membandingkan secara langsung intensitas fluoresensi baku dgn intensitas fluoresensi sampel

*kondisi analisis untuk baku dan sampel harus sama (sumber eksitasi, pelarut, pH, dan suhu)

*beberapa senyawa asing dapat menurunkan nilai kuantum fluoresensi shg sensitifitas senyawa juga turun

Page 19: ASPEK KUANTITATIF FLUORESENSI

Daftar Pustaka

Gandjar, Ibnu dan Abdul Rohman. 2010. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

R.A Day, JR & A.L Underwood, 1998.Copyright 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Hak Terjemahan dalam Bahasa Indonesia, Penerbit Erlangga. Jakarta

Page 20: ASPEK KUANTITATIF FLUORESENSI