Upload
lydieu
View
217
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Analysis on the Influence of Leadership, Motivation and Communication toward
Organizational Change in A Company
(Case Study in Gas Stations in Kebumen Region)
Ari Kurniadini
Management Major, Faculty of Economics, State University of Yogyakarta
Zip Code 55281
E-mail: [email protected]
Abstract
Organizational change is often related to the situation that becomes the background of the
establishment of organization itself. Within organization cannot be separated from leadership,
motivation, and communication factors. High-quality organization is an organization that is
able to make the organization itself developed. This research aims at finding out whether
there is significant influence of the leadership, motivation and communication toward the
change of organization in Gas Stations in Kebumen. The results of this research show that
leadership, motivation, and communication do not have significant correlations with the
change of organization. The next results of this research are the leadership mediates the
correlations between communication and the change of organization, an organization will be
off if the culture inside less supports, conversely the organization will be developed and
advanced if the culture inside supports this.
Key Words: leadership, motivation, communication, organizational change.
1. Introduction
Perubahan merupakan sebuah
fenomena yang cukup penting disadari
oleh para manajer pada era persaingan
yang kompetitif ini. Menurut Caplow
(1983) dalam Yousef (2000:514),
Perusahaan pada era ini mau tidak
mau harus tunduk pada lingkungan
yang selalu berubah-ubah sejalan
dengan perubahan lingkungan
tersebut. (Munandar, 2003), yang
mengatakanbahwa organisasi adalah t
empat berjalannya suatu proses yang
berkesinambungan dalam tujuannya
meningkatkan kemampuan diri dan
orang-orang yang terlibat didalamnya.
Sebuah organisasi sangat
membutuhkan seorang pimpinan yang
mampu memacu kinerja pegawainya
dengan gaya kepemimpinannya,
meningkatkan motivasi kerja dan
kualitas komunikasi yang baik,
sehingga tercapai produktifitas kerja
yang optimal. Pemimpin yang efektif
terlibat motivasi dan ketrampilan
komunikasi untuk mempengaruhi
perubahan yang positif (Drucker,1999;
Gilley, 2005; Howkins, 2001).
Pendiagnosaan organisasi sebagai
salah satu metode pembinaan
organisasi menekankan pada hal-hal
yang dianggap mempengaruhi
ketidakstabilan atau ketidakberhasilan
organisasi dalam mencapai tujuannya.
Weisbord memberikan model untuk
mendiagnosa organisasi yang sering
dikenal dengan model enam kotak
Weisbord yang terdiri dari : (1) tujuan;
(2) struktur; (3) sistem penghargaan;
(4) mekanisme tata kerja; (5) tata
hubungan dan (6) kepemimpinan,
Thoha (2000:98). Namun Dydiet
Hardjito (1997:65), mengemukakan
bahwa keberhasilan organisasi
mencapai tujuannya dipengaruhi oleh
komponen-komponen organisasi
meliputi : (1) Struktur; (2) Tujuan; (3)
Manusia; (4) Hukum; (5) Prosedur
pengoperasian yang berlaku (Standard
Operating Procedure); (6) Teknologi;
(7) Lingkungan; (8) Kompleksitas; (9)
Spesialisasi; (10) Kewenangan; (11)
Pembagian tugas. Oleh karena itu,
penetian ini bertujuan untuk
mengetahui pegaruh kepemimpinan,
motivasi dan komunikasi terhadap
perubahan organisasi dalam
perusahaan.
2. Literatue review
a. Perubahan organisasi
Perubahan dalam organisasi dapat
dilakukan dengan memperbaiki
organisasi itu sendiri secara konsep
“pengalaman organisasi”. Pengalaman
organisasi (Stoner 1995:170),
menggunakan simpul ganda (double
loop) dan simpul tunggal (single
loop). Pengalaman simpul ganda
adalah pengalaman yang mengoreksi
kesalahan dengan kembali kebelakang
untuk meninjau nilai-nilai yang
mendasari dan kebijakan organisasi
dalam proses pembuatan keputusan ;
disini dipertanyakan apakah norma
operasional dari organisasi sudah
memadai. Kebanyakan organisasi A.S.
menggunakan pengalaman “simpul
tunggal” (single loop), yang akan
mengoreksi kesalahan dengan
mengubah tingkah laku rutin.
Misalnya, manajemen menganalisis
sebuah masalah pekerjaan dengan
mengarahkan pekerja untuk
menggunakan pemecahan oleh
manajemen. Pengalaman simpul
ganda mungkin mengakui bahwa
pekerja lebih langsung terlibat dalam
pekerjaan yang sebenarnya dan
mempunyai penyelesaian yang lebih
baik daripada manajemen. Tipe
pengalaman ini dapat mendorong
kerja kelompok yang lebih banyak dan
organisasi yang lebih efektif.
Didalam buku (Stoner 1995:172),
pendekatan mutakhir yang paling
banyak dipublikasikan untuk
memperbaiki organisasi adalah
kebiasaan “rekayasa ulang
perusahaan” (reengineering the
corporation). Menurut Hammer,
“rekayasa ulang berarti memikirkan
ulang secara radikal dan mendesain
ulang proses yang kita gunakan untuk
menciptakan nilai dan pelaksanaan
pekerjaan”. Hammer dan Champy
mengamati bahwa organisasi dapat
cenderung mengalami stagnasi kalau
anggota organisasi - termasuk para
manajernya - memfokuskan pada
“tetangga” langsung mereka – seperti
pekerjaan dan departemen mereka-
bukan pada pola hubungan yang lebih
luas tempat mereka bekerja dan
mempengaruhi hidup orang lain.
b. Peran pemimpin
Menurut Robbins (2006),
kepemimpinan merupakan
kemampuan untuk mempengaruhi
suatu kelompok ke arah tercapainya
suatu tujuan. Definisi kepemimpinan
secara luas meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan
tujuan organisasi, memotivasi perilaku
pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki
kelompok dan budayanya. Para
pemimpin membangun tim,
menciptakan kesatuan, dan
menyelesaikan perselisihan di tingkat
kelompok. Para pemimpin seharusnya
membangun budaya dan menciptakan
perubahan di tingkat organisasi.
Azhar (2011), Peranan pemimpin di
PT. Jawa Pos Radar Madiun dapat
dikatakan baik, dimana pemimpin
telah dapat melaksanakan perannya
dalam berkomunikasi, mengarahkan
dan memberikan bimbingan,
pemberian pengawasan dan hukuman
serta pemberian penghargaan kepada
karyawan sehingga karyawan mau
bekerja dengan baik. Berdasarkan
analisa dan intepretasi data dapat
diketahui bahwa pimpinan telah
berperan dalam memotivasi karyawan
dalam setiap pelaksanaan tugasnya.
Dengan adanya motivasi, karyawan
akan memiliki dorongan untuk bekerja
lebih baik dan berusaha sekuat tenaga
untuk mencapai prestasi dalam
bidangnya.
Siagian (1997), berpendapat bahwa
peranan para pimpinan dalam
organisasi sangat sentral dalam
pencapaian tujuan dari berbagai
sasaran yang ditetapkan sebelumnya.
Kepemimpinan mempunyai fungsi
penentu arah dalam pencapaian
tujuan, wakil dan juru bicara
organisasi, komunikator, mediator dan
integritor. Menurut Siagian (1997),
perilaku kepemimpinan memiliki
kecenderungan pada dua hal yaitu
konsiderasi atau hubungan dengan
bawahan dan struktur inisiasi atau
hasil yang dicapai. Kecenderungan
kepemimpinan menggambarkan
hubungan yang akrab dengan bawahan
misalnya bersikap ramah, membantu
dan membela kepentingan bawahan,
bersedia menerima konsultasi
bawahan dan memberikan
kesejahteraan. Kecenderungan
seorang pemimpin memberikan
batasan antara peranan pemimpin dan
bawahan dalam mencapai tujuan,
memberikan instruksi pelaksanaan
tugas (kapan, bagaimana dan hasil apa
yang akan dicapai). Suatu gaya
pemimpin atau manajer dalam
organisasi merupakan penggambaran
langkah kerja bagi karyawan yang
berada dibawahnya.
H1: Diduga ada pengaruh yang positif
dan signifikan antara peran
kepemimpinan terhadap perubahan
organisasi.
c. Motivasi karyawan
Fuad Mas’ud (2004 : 39),
mendefinisikan motivasi sebagai
pendorong (penggerak) yang ada
dalam diri seseorang untuk bertindak.
Untuk dapat melaksanakan tugas dan
pekerjaan dengan baik membutuhkan
motivasi dari setiap karyawan.
Karyawan yang memiliki motivasi
tinggi akan dapat melaksanakan
pekerjaan dengan lebih baik. Dimensi
motivasi pegawai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut : (1) Motivasi
intrinsik, dan (2) Motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah keadaan
yang menciptakan suatu kondisi
dimana individu-individu yang
termotivasi secara intrinsik nampak
"menjadi bagian dari tugas" yang
dikerjakan (Krivonos, 2006).
Sedangkan Motivasi ekstrinsik adalah
gambaran kerja yang dilakukan
dengan tujuan untuk menyelesaikan
beberapa tujuan non tugas seperti
mengurangi perasaan bersalah,
menyenangkan teman, mendapatkan
suatu promosi (Krivonos, 2006).
(Griffin:266), Pada abad ke-21, suatu
survai yang baru-baru ini dilaksanakan
meminta para pekerja
mengidentifikasikan hal-hal yang
sangat mereka inginkan
dipekerjaannya. Diantara jawaban
yang diberikan adalah jam kerja yang
fleksibel (67%), baju yang santai
(56%), akses internet tanpa batas
(51%), kesempatan untuk melakukan
telecommuting (43%), waktu tidur
siang (28%), layanan pijat (25%),
fasilitas penitipan anak (24%), mesin
kopi espresso (23%), dan peluang
untuk membawa binatang peliharaan
ke tempat kerja (11%). Dalam study
lain yang berfokus pada figur ayah,
banyak pria juga mengatakan mereka
menginginkan waktu kerja yang
fleksibel agar dapat menghabiskan
lebih banyak waktu dengan keluarga
mereka. Dengan demikian, para
manajer harus menyadari fakta bahwa
pekerja saat ini memiliki serangkaian
kebutuhan yang kompleks dan harus
dimotivasi dengan cara-cara yang
semakin rumit.
H2: Diduga ada pengaruh yang positif
dan signifikan antara peran
kepemimpinan terhadap motivasi.
H3: Diduga ada pengaruh yang positif
dan signifikan antara pemberian
motivasi terhadap perubahan
organisasi
d. Komunikasi
(Berta Esti:2009), komunikasi adalah
proses penyampaian pesan dari
seorang komunikator kepada
komunikan dengan menggunakan
media tertentu dan membawa satu
effek "Who says what in which
channel to whom with what effect”.
Iklim komunikasi yang positif seperti
keterbukaan, mudah dihubungi,
bekerjasama dan penglibatan di
kalangan kakitangan organisasi turut
berperanan dalam komunikasi
organisasi. Iklim yang positif akan
meningkatkan kepuasan kerja,
mengurangkan cos akibat
ketidakhadiran (Weiss, 1985).
Penyelia yang dipercayai akan
mendapat lebih perhatian dan
sokongan di samping kurangnya
komunikasi yang berbentuk negatif.
Kepentingan iklim komunikasi yang
positif penting di Malaysia dan
dibuktikan mempunyai perkaitan
dengan keberkesanan organisasi.
Sejauh manakah aspek ini
dipraktikkan dalam amalan
komunikasi dalam mengurus
organisasi di Malaysia serta tahap
kepuasan kakitangan terhadap elemen
berkenaan merupakan antara
persoalan penting kajian ini (Weiss,
W. H: 1985).
Wursanto (2004 : 60), menyatakan
komunikasi dalam organisasi
mempunyai fungsi sebagai berikut:
menimbulkan rasa kesetiakawanan
dalam loyalitas, meningkatkan
kegairahan kerja para pegawai,
meningkatkan moral dan disiplin para
pegawai, semua jajaran pimpinan
dapat mengetahui keadaan bidang
yang menjadi tugasnya sehingga akan
berlangsung pengendalian operasional
yang efisien, semua pegawai dapat
mengetahui kebijaksanaan, peraturan-
peraturan, ketentuan-ketentuan, yang
telah ditetapkan pimpinan organisasi,
semua informasi, keterangan -
keterangan yang dibutuhkan oleh para
pegawai dapat dengan cepat dan tepat
diperoleh, menigkatkan rasa tanggung
jawab semua pegawai, Menimbulkan
saling pengertian diantara pegawai,
meningkatkan kerja sama (team work)
di antara para pegawai, meningkatkan
semangat korp atau esprit de corp di
kalangan para pegawai.
H4: Diduga adanya hubungan yang
positif dan signifikan antara peran
kepemimpinan terhadap komunikasi.
H5: Diduga adanya hubungan yang
positif dan signifikan antara
komunikasi terhadap perubahan
organisasi.
H6: diduga adanya hubungan yang
positif dan signifikan antara
perubahan organisasi dengan
kepemimpinan, motivasi dan
komunikasi.
3. Method
3.1. Sample and Participants
SPBU adalah tempat dimana manusia
biasa mengisi bahan bakar,
didalamnya terbentuk struktur
organisasi yang melatarbelakangi
keberlangsungan SPBU dalam
menjalankan usahanya. SPBU akan
berjalan dan berkembang karena
adanya organisasi yang mengatur
sesuai dengan strategi yang tepat
dengan memanfaatkan sumber daya
manusianya dan sesuai dengan tujuan
dari organisasi tersebut. Telah
ditetapkannya 6 SPBU di Kebumen
(44.543.03 ; 44.543.07 ; 44.543.09 ;
44.543.01 ; 44.541.07 ; 44.544.01)
sebagai tempat pengambilan sampel
dari karyawan-karyawannya.
Sebanyak 200 responden digunakan
sebagai responden, berdasarkan
klasifikasi pendidikan dan usia dalam
partisipasinya. Sebanyak 5 dari 200
responden telah salah dalam mengisi
variabel kontrol, membuat mereka
tidak masuk dalam perhitungan
analisis. Proses ini menghasilkan
sampel akhir 195 responden.
3.2. Measure
Setelah menganalisis tentang moral
pemimpin, motivasi kerja karyawan,
komunikasi, dan terakhir sikap
karyawan dalam menghadapi
perubahan organisasi. Responden
diminta untuk menunjukan
kesepakatan dan ketidaksepakatannya
melalui serangkaian pertanyaan yang
tercantum sesuai dengan variabel
kontrol berdasarkan skala.
Kuesioner moral kepemimpinan yang
dikembangkan oleh (Bor-shiuanchen
2004 ; Isaac Wanasika, Jon P Howell,
Romie Littrell dan Peter Dorfman
2011) diadaptasi dari penelitian ini,
dengan mencuplik 10 item tentang
moral kepemimpinan.
Motivasi kerja karyawan dengan 7
item pertanyaan yang diadaptasi dari
(Anthony C. Koh, Bashar S Garmoh,
dan Sam C. Okoroafo 2011 ;
Mohammed Abubakar Mawoli 2011).
Data diperoleh dengan menggunakan
kuesioner terstruktur yang berisi
pertanyaan untuk menyelidiki kualitas
para karyawan.
Komunikasi dengan 7 item pertanyaan
diambil dari penelitian Woraporn
Limpornpugdee, Brian. D Janz dan
Sandra M Richardson 2009.
Kuesioner dengan 15 item pertanyaan
mengadopsi dari Mahire Aslan, Kadir
Beycioglu dan Necdet 2008
menganalisis tentang sikap karyawan
dalam menghadapi perubahan
organisasi ditempat kerja.
4. Result
Dari tabel 1 dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan, motivasi dan
komunikasi tidak memiliki hubungan (
korelasi ) yang signifikan terhadap
perubahan organisasi, yang ditunjukan
dengan kepemimpinan= .081,
motivasi= -.058, komunikasi= .093.
Model fit cocok dilakukan untuk
menguji pengukuran. Nilai model fit
meliputi: Degrees of Freedom, Chi-
Square (χ2), ration of χ2/df, Root Mean
Square Error of Approximation
(RMSEA), Normed Fit Index (NFI),
Non-Normed Fit Index (NNFI),
Comparative Fit Index (CFI),
Incremental Fit Index (IFI), Relative
Fit Index (RFI), Root Mean Square
Residual (RMR), Goodness of Fit
Index (GFI) and Adjusted Goodness
of Fit Index (AGFI). Menurut
Marcoulides & Schumacker (1996)
standar pas, hasil CFA menunjukkan
cocok cukup memuaskan untuk model
pengukuran.
Model fit menunjukan bahwa:
Fit indices modified
model
Requirement
Degrees of Freedom 164
Chi-Square (P = 0.0) 340.61 ( Bollen, 1989 )
Chi-square/df 2.08 < 1.96 (Marsh & Hocevar 1985).
Root Mean Square Error of
Approximation (RMSEA)
0.075 <.06 (Hu & Bentler, 1999, Browne & Cudeck,
1992; Steiger, 1990).
Normed Fit Index (NFI) 0.73 > .90 (Marcoulides & Schumacker, 1996)
Non-Normed Fit Index (NNFI) 0.81 > .90 (Marcoulides & Schumacker, 1996)
Comparative Fit Index (CFI) 0.83 > .90 (Marcoulides & Schumacker, 1996)
Incremental Fit Index (IFI) 0.84 > .90 (Marcoulides & Schumacker, 1996)
Root Mean Square Residual
(RMR)
0.040 <.08 Browne & Cudeck, 1992; Steiger, 1990).
Goodness of Fit Index (GFI) 0.85 > .90 (Marcoulides & Schumacker, 1996)
Adjusted Goodness of Fit Index
(AGFI)
0.81 > .90 (Marcoulides & Schumacker, 1996)
Hal ini ditemukan bahwa motivasi
memiliki efek positif dan signifikan
terhadap moral kepemimpinan
(β=0.26), komunikasi memiliki efek
negatif signifikan terhadap moral
kepemimpinan (β=-0.07), perubahan
organisasi memiliki efek yang negatif
signifikan terhadap moral
kepemimpinan (β=-0.00), perubahan
organisasi memiliki efek positif
signifikan terhadap motivasi (β=0.12)
sedangkan sikap terhadap komunikasi
(β=0.16).
Media efek analisis (tabel regresi)
menunjukan bahwa nilai setiap
variabel bebas menjadi menurun
( sikap terhadap motivasi β = -.066, β
= -.090 ; sikap terhadap komunikasi β
= .123*, β = .132* ; sikap terhadap
kepemimpinan β= .119), dan Δr2
adalah peningkatan secara signifikan
(sikap terhadap motivasi Δr²= -.024 ;
sikap terhadap komunikasi Δr²= .9* ;
sikap terhdap kepemimpinan
Δr²= .119). hasilnya menunjukan
bahwa kepemimpinan memediasi
hubungan antara komunikasi dengan
perubahan organisasi maka hipotesis 4
dan 5 didukung.
5. Discussion and Conclusion
Kesimpulan penelitian ini
kepemimpinan mampu memediasi
hubungan antara komunikasi dengan
perubahan organisasi memperkuat
hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Isa Indrawa.M (2009)
Kompetensi Komunikasi dan Gaya
Kepemimpinan secara serempak
berpengaruh signifikan terhadap
kinerja menunjukkan salah satu gaya
kepemimpinan memberikan kontribusi
yang sempurna terhadap iklim
komunikasi.
Dari hasil analisis regresi Uji ΔR²
didapatkan variabel Kepemimpinan
mampu memediasi hubungan antara
komunikasi dengan perubahan
organisasi ΔR²= 0.013*, sisanya 0.087
dijelaskan variabel lain diluar model.
Tabel. Nilai rata-rata, standar deviasi, dan korelasiMean SD 1 2 3 4 5 6 7 8
1. Jenis Kelamin 1.36 .4822. Pendidikan 3.52 .858 .1023. Pengalaman 8.86 4.620 -.04
1-.211**
4. Usia 34.9 8.118 -.049
-.082 .778**
5. Kepemimpinan 3.89 .356 -.010
.097 -.044 -.045
6. Motivasi 4.09 .465 -.038
.117 -.039 -.089 .190**
7. Komunikasi 4.05 .370 -.027
.075 .008 .074 -.019
.261**
8. Perubahan Organisasi 3.38 .441 .038 -.165* -.003 .010 .081 -.058
.093
Kesimpulan kepemipinan, motivasi dan komunikasi tidak memiliki hubungan (korelasi) yang
signifikan dengan perubahan organisasi
Model of FitMKK= MotivationK= Communication
ML= Moral LeadershipPO= Employee Behavior trough Organizational Change
MKK10.15
MKK20.05
MKK30.65
K10.12
K20.09
K30.03
K40.08
K50.19
MKK
K
ML
PO
ML3 0.28
ML4 0.21
ML5 0.37
ML8 0.20
ML9 0.25
ML10 0.43
PO 2 0.42
PO 7 0.79
PO 9 0.63
PO 10 0.58
PO 11 0.38
PO 13 0.47
Chi-Square=340.61, df=164, P-value=0.00000, RMSEA=0.075
0.25
0.22
0.30
0.19
0.39
0.32
0.16
0.31
0.31
0.34
0.52
0.28
0.28
0.43
0.35
0.31
0.34
0.34
0.33
0.37
-0.00
0.26
-0.07
0.12
0.16
Degrees of Freedom = 164
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 340.61 (P = 0.00)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.075
Normed Fit Index (NFI) = 0.73
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.81
Comparative Fit Index (CFI) = 0.83
Incremental Fit Index (IFI) = 0.84
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.040
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.85
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.81
Table RegressionStep 1 Step 2 Step 3
Jenis Kelamin
.057 .057 .059
Pendidikan
-.185* -.185* -.194*
Pengalaman
.073 .042 .042
Usia -.096 -.076 -.073Motivasi
-.066 -.090
Komunikasi
.123* .132*
Kepemimpinan
.119
R2 .034 .049 .062R2 .015 .013*F 1.658 1.600 1.766Fchange 1.469 2.672
Kesimpulan Kepemimpinan memediasi hubungan antara komunikasi dengan perubahan
organisasi
6. Limitations and Suggestions for
Future Research
Penelitian ini memiliki keterbatasan
yaitu penelitian hanya terbatas pada
penjelasan
secara umum, tidak menjelaskan
secara spesifik. Hasil-hasil penelitian
ini dan keterbatasan-keterbatasan
yang ditemukan dalam penelitian
dapat dijadikan sumber ide bagi
pengembangan penelitan di masa
yang akan datang, oleh karena itu
dibutuhkan penelitian lebih lanjut
untuk perbaikan, memperkuat dan
bahkan menemukan temuan baru.
Penelitian ini mengangkat empat
variabel yang terdiri dari
kepemimpinan, motivasi,
komunikasi, dan perubahan
organisasi. Dimana dalam penelitian
melalui survai lapangan dengan
karyawan-karyawan SPBU yang ada
di Kebumen menggambarkan bahwa
kepemipinan, motivasi dan
komunikasi tidak memiliki
hubungan (korelasi) yang signifikan
dengan perubahan organisasi, Tetapi
kepemimpinan memediasi hubungan
antara komunikasi dengan perubahan
organisasi. Agar mendapatkan
kesimpulan yang lebih korelasi maka
temuan ini harus diuji dengan
variabel baru yang menggantikan
variabel motivasi. Merubah dan
mendayagunakan struktur organisasi
yang lebih organis, lebih fleksibel,
yang memberikan ruang lebih besar
untuk terjadinya interaksi.
References
1. Anthony C. Koh, Bashar S. Gammoh (Corresponding author), Sam C.
Okoroafo: 2011, University of Toledo, The Antecedents of Sales Force
Motivation: An Empirical Investigation in the Insurance Industry in
Singapore, International Journal of Marketing Studies Vol. 3, No. 3.
2. Azhar, Shandi Amri: 2011, Universitas Brawijaya, PERANAN PEMIMPIN
DALAM MEMOTIVASI KERJA KARYAWAN (Studi pada PT. Jawa Pos
Radar Madiun), Tesis.
3. Bollen, Kenneth (1989). Structural Equations with Latent Variables. New
York: John Wiley & Sons
4. Bor-Shiuan Chen: 2004, National Taiwan University, Paternalistic Leadership
and Subordinate responses: Establishing a Leadership Model in Chinese
Organizations, Asian journal of social psychology vol 7:89-117.
5. Browne, M. W. & Cudeck, R. (1992). Alternative ways of assessing model fit.
Sociological Methods and Research, 21 (2), 230-258.
6. Dydiet, Hardjito, 1995, Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian,
Penerbit Grafindo Persada, Jakarta
7. Drucker, P. (1999). Manajement challenger for the 21st century. New York:
HarperCollins.
8. Esti, Berta. A. P. 2009. "Pengaruh Bentuk Komunikasi Menggunakan SMS
dan Bertemu Langsung terhadap Tingkat Self-Disclosure pada Mahasiswa",
Jurnal Dinamika Sosial Ekonomi,5 (1) : 12-22.
9. Fuad Mas’ud, 2004, Survai Diagnosis Organisasional, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
10. Gilley, A. (2005). The manager as change leader. Westport, CT: Praeger.
11. Howkins, J. (2001). The creative economy. London: Penguin Books.
12. Hu, L., Bentler, P. M. & Kano, Y. (1992). Can test statistics incovariance
structure analysis be trusted? Psychological Bulletin, 112, 351-362.
13. Isa Indrawan. M: 2009, PENGARUH KOMPETENSI KOMUNIKASI DAN
GAYA KEPEMIMPINAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP
KINERJA SDM, Universitas Pembangunan Panca Budi, Jurnal Ilmiah Abdi
Ilmu Vol. 2 No.1 Mei 2009
14. Isaac Wanasika, Jon P. Howell, Romie Littrell, Peter Dorfman: 2011,
Auckland University of Technology, Auckland 1142, New Zealand,
Managerial Leadership and Culture in Sub-Saharan Africa, Journal of World
Business 46 (2011) 234–24
15. James A.F. Stoner, R. Edward Freeman, Daniel R. Gilbert. JR (Book)
Manajemen: 1995.
16. Krivonos, Paul D, (2006), The Relationship of Intrinsic-Extrinsic Motivation
and Communication Climate in Organizations, The Journal of Bussiness
Communication.
17. Mahire Aslan, Kadir Beycioglu & Necdet Kona: 2008, Principals’ Openness
to Change in Malatya, Turkey, journal for leadership.
18. Marcoulides, G. A., & Schumacker, R. E. (Eds.). (1996). Advanced structural
equation modeling: Issues and techniques. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum
Associates, Inc
19. Mohammed Abubakar Mawoli: 2011, Ibrahim Badamasi Babangida Universit,
AN EVALUATION OF STAFF MOTIVATION, DISSATISFACTION AND
JOB PERFORMANCE IN AN ACADEMIC SETTING, Australian Journal
of Business and Management Research Vol.1 No.9
20. Munandar, A.S. 2003. Learning Organization dan Penerapannya Dalam
Dunia Usaha Makalah Seminar Industri Kolokium di Makassar.
21. Ricky W.Griffin, Ronald J.Ebert, business, Badan Penerbit Erlangga, Jakarta.
22. Robbins, Stephen, 2001. Perilaku Organisasi (Organizational Behaviour), PT.
Prehalindo, Jakarta.
23. Ruth kanfer. Giland Chen robert D Pritchard (book) work motivation: Past,
Present, and Future, 2008.
24. Siagian, P.S: 1997, Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi,
Jakarta: Gunung Agung)
25. Steiger, J. H. (1990). Structural model evaluation and modification: An
interval estimation approach. Multivariate Behavioral Research, 25 (2), 173-
180.
26. Thoha, Miftah (2000). Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
27. Weiss, W. H: 1985, Communication: key to successful supervision. The Wall
Street Journal, 19, 237-245.)
28. WORAPORN LIMPORNPUGDEE, BRIAN D JANZ, SANDRA M
RICHARDSON: 2009, UNIVERSITY OF MEMPHIS, COMMUNICATION
COMPETENCE FACTORS AS MODERATORS TO THE RELATIONSHIP
BETWEEN USER PARTICIPATION AND INFORMATION QUALITY,
Journal of Information Technology Management Volume XX, Number 4,
2009.
29. Yousef, D.A, “Organizational Commitment as a Mediator of the relationship
between Islamic Work Ethic and Attitudes Toward Organizational Change”
Human relation, Vol.53 (4),2000.