19
Hasil Pengukuran Daya Hantar Listrik Pada Sungai Sunter Bagian Hilir Cahyadi Setiawan E-mail: [email protected] ABSTRACT This research aimed to study (1) water quality of Sunter River based on predetermined quality standard. (2) impact of tide on sea water intrusion at Estuaries of Sunter River Body, and (3) association between distance and electric conductivity at Estuaries of Sunter River Body. This research was carried out in Estuaries of Sunter River at Tanjung Priok, North Jakarta from May to October 2009. Population is all water volume at Sunter Estuary. Sample was taken using systematic point sampling at five points in Estuaries of Sunter River. For river water quality reference, Class D river type standard was used. This research used salt level measurement within water using electrical conductivity meter. It used graphical and mathematical analysis. The sample shows that the situations of Sunter River are fairly full of waste, odor and tasted. The results indicated that the exceed quality standard are turbidity, color, odor, and taste. The data shows that the total hardness of the nearest sample from coastal and the Sulfat (SO 4 ) of the nearest sample from market, butcher, and waste patch area are exceed quality standard. In addition, bacteriologic substance indicated with coli form bacteria and fecal coli exceed far quality standard. There is significant influence of tide on sea water intrusion at at Estuaries of Sunter River Body. So the longer distance from coastal at Estuaries of Sunter River Body the more diminishing electric conductivity. Keywords : Water Quality, Estuaries of Sunter River Body I. Pendahuluan Pembangunan yang hanya berorientasi pada masing-masing kepentingan wilayah administrasi saja tidak cukup, perlu dilakukan upaya untuk mengintegrasikannya pada beberapa wilayah dalam batas fisik yang sama. Demikian halnya dengan fenomena yang terjadi di sepanjang DAS Sunter yang berbentuk memanjang terbentang dari Cibinong hingga

Artikel Ilmiah DHL (REV1)

Embed Size (px)

Citation preview

Hasil Pengukuran Daya Hantar Listrik Pada Sungai Sunter Bagian HilirCahyadi Setiawan

E-mail: [email protected]

ABSTRACT

This research aimed to study (1) water quality of Sunter River based on predetermined quality standard. (2) impact of tide on sea water intrusion at Estuaries of Sunter River Body, and (3) association between distance and electric conductivity at Estuaries of Sunter River Body.

This research was carried out in Estuaries of Sunter River at Tanjung Priok, North Jakarta from May to October 2009. Population is all water volume at Sunter Estuary. Sample was taken using systematic point sampling at five points in Estuaries of Sunter River. For river water quality reference, Class D river type standard was used. This research used salt level measurement within water using electrical conductivity meter. It used graphical and mathematical analysis.

The sample shows that the situations of Sunter River are fairly full of waste, odor and tasted. The results indicated that the exceed quality standard are turbidity, color, odor, and taste. The data shows that the total hardness of the nearest sample from coastal and the Sulfat (SO4) of the nearest sample from market, butcher, and waste patch area are exceed quality standard. In addition, bacteriologic substance indicated with coli form bacteria and fecal coli exceed far quality standard. There is significant influence of tide on sea water intrusion at at Estuaries of Sunter River Body. So the longer distance from coastal at Estuaries of Sunter River Body the more diminishing electric conductivity.

Keywords : Water Quality, Estuaries of Sunter River Body

I. Pendahuluan

Pembangunan yang hanya berorientasi pada masing-masing kepentingan wilayah

administrasi saja tidak cukup, perlu dilakukan upaya untuk mengintegrasikannya pada

beberapa wilayah dalam batas fisik yang sama. Demikian halnya dengan fenomena

yang terjadi di sepanjang DAS Sunter yang berbentuk memanjang terbentang dari

Cibinong hingga Jakarta Utara. Berdasarkan karakteristik DAS yang memanjang,

maka presipitasi yang terjadi akan menyebabkan fluktuasi debit air sungai yang tinggi

dengan waktu yang cepat untuk mencapai outlet. Bagian hulu berada di Cileungsi,

bagian tengah berada di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, sementara bagian Hilir

sungai berada di Jakarta Utara.

Ditinjau dari morfometri sungainya, maka wilayah Estuaria Sungai Sunter berada

di bagian hilir yang berbatasan langsung dengan Teluk Jakarta. Pada satu sisi

dipengaruhi oleh kondisi di atasnya, namun di sisi lain juga dipengaruhi oleh air laut

khususnya pada saat pasang surut terjadi. Ada beberapa hal yang perlu segera

ditangani di sungai-sungai di Jakarta khususnya Sungai Sunter bagian hilir yaitu : a)

banjir di musim penghujan, b) pencemaran, terutama yang disebabkan oleh limbah

industri dan domestik, dan c) intrusi air laut khususnya di musim kemarau.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Sriyamti (2007) menunjukkan bahwa

sampel air yang berada lebih dekat dengan sungai memiliki parameter fisik, kimia,

dan bakteriologis yang lebih buruk dibanding dengan yang jauh dari sungai. Intrusi air

laut pada wilayah estuaria melalui sungai menyebabkan adanya penurunan potensi

dan kondisi sumberdaya air sungai, secara tidak langsung akan menimbulkan masalah

sosial, ekonomi dan ekologis. Hal ini juga menyebabkan masalah kerusakan

lingkungan akibat tingginya kadar garam air sungai yang mempengaruhi kesuburan

tanah dan kualitas air sungai itu sendiri.

Hidrologi merupakan cabang Geografi Fisik yang mempelajari air yang terdapat

di bumi dan menekankan pada sifat-sifat, fenomena serta penyebarannya dan

hubungan timbal balik antara air dengan kehidupan di bumi (Todd, 1969). Masalah

yang sering timbul dalam usaha penyediaan air disebabkan oleh ketidak hati-hatian

manusia dalam menjaga kelestarian sumberdaya air, misalnya penebangan hutan

dengan semena-mena tanpa mengindahkan aturan-aturan yang ada. Hal ini

mengakibatkan terganggunya fungsi DAS yang merupakan salah satu sistem dalam

proses daur air di permukaan bumi, sehingga mengganggu keseimbangan siklus

hidrologi. Padahal untuk menjamin agar kebutuhan manusia akan air terpenuhi, siklus

ini harus dijaga agar tetap seimbang.

Kualitas air merupakan faktor penting di samping faktor kuantitasnya. Sugeng

Martopo (1989) menjelaskan bahwa kualitas air di suatu tempat ke tempat lain

berbeda-beda yang disebabkan oleh pengaruh faktor alami dan buatan manusia.

Faktor alami berupa geologi, tanah, vegetasi dan aklim, sedangkan faktor buatan

manusia adalah pupuk, penggunaan insektisida, limbah industri dan limbah rumah

tangga.

Patty (1983) menyebutkan bahwa kualitas air dapat dipandang sebagai sistem

dengan sub sistemnya adalah material (macam tanah, batuan) macam pengaliran

(transportasi) dan proses perubahannya. Macam tanah, batuan yang mengandung air

tanah atau yang dilewatinya tergantung pada pola ruang dan komposisi kimia. Macam

aliran air tanah, misalnya aliran laminar, trubulen, konvensi disperse dan difusi.

Proses perubahan yaitu sesuai dengan hukum fisika, kimia, biologi atau segala proses

yang melibatkan perubahan kualitas.

Walton (1970) menjelaskan untuk mengetahui kualitas kimia air dapat ditentukan

melalui kandungan ion-ion yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif

(anion). Ion-ion penyusun utama pada air tanah yang berupa kation adalah Kalsium

(Ca), Magnesium (Mg) dan Natrium (Na), sedangkan anionnya adalah Clorida (Cl),

Sulfur (C04) dan Bikarbonat (HCO3).

Selanjutnya Emil Salim (1990) menyatakan bahwa limbah domestik mengandung

bahan-bahan organic dan bakteri yang sangat potensial mencemari sumber-sumber

air. Jenis bahan pencemaran air yang terdapat dalam limbah penduduk mengandung

bahan pencemaran zat organic yang dinyatakan sebagai BOD, COD, Nitrogen, Fosfor,

bahan kimia deterjen, serta parameter coli tinja yang merupakan indikator kualitas air

yang berkaitan dengan kesehatan.

Atas dasar penggunaan air, berdasarkan PP no 20 tahun 1990 membagi air atas

beberapa golongan, yaitu :

a. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

b. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum dan keperluan

rumah tangga.

c. Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan

peternakan.

d. Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian dan

dapat dimanfaatkan untuk perkotaan, industri listrik tenaga air.

Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air untuk dipergunakan bagi

pemenuhan tertentu bagi kehidupan manusia, seperti untuk mengairi tanaman,

minuman ternak dan kebutuhan langsung untuk minum, mandi, cuci dan sebagainya

ditentukan oleh kandungan sedimen tersuspensi dan bahan kimia terlarut di dalam air

tersebut (Aryad, S., 1989).

II. Metodologi Penelitian

Penelitian ini berada di Sungai Sunter, Jakarta Utara pada Bulan Mei – Oktober

2009. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh volume air pada Sungai Sunter

bagian hilir. Sampel air diambil secara sampel titik sistematik (sistematic point

sampling) sebanyak 5 titik pada penampang basah Sungai Sunter. Sampel kemudian

dianalisis di Laboratorium PAM Jaya Jakarta. Hasil analisis dibandingan dengan

parameter standar yang telah ditetapkan melalui Keputusan Gubernur DKI Jakarta

No. 582 tahun 1995 tentang Baku mutu air sungai/badan air.

III. Pembahasan

DKI Jakarta memiliki 13 sistem aliran sungai yang semuanya bermuara di Teluk

Jakarta. Sungai Sunter merupakan salah satu sungai di DKI Jakarta berbentuk

memanjang terbentang dari Cibinong hingga Jakarta Utara dengan outlet yang

terhubung langsung dengan Teluk Jakarta. Presipitasi yang terjadi menyebabkan

fluktuasi debit air sungai yang tinggi dengan waktu yang lebih cepat untuk mencapai

outlet. Berdasarkan morfometrinya, maka Sungai Sunter dapat dibedakan menjadi

bagian hulu, tengah dan hilir.

Karakteristik dari kali bagian hilir adalah lembah kali yang berbentuk U, lereng

yang landai, aliran yang lambat hingga daerah estuaria yang terpengaruh oleh pasang

surut air laut. Bertolak belakang dengan peningkatan pembangunan dan aktivitas kota

Jakarta, maka akan kualitas air sungai di Jakarta justru mengalami penurunan.

Kebutuhan manusia akan air meningkat sementara dampak dari kegiatan

pembangunan menyebabkan penurunan kualitas air sungai.

Gambar 4.30. Distribusi Spasial Hasil Pengukuran Daya Hantar Listrik Pada Titik 1 Penampang Melintang Kali Sunter

Berdasarkan distribusi spasial pengukuran Daya Hantar Listrik pada titik 1

pada minggu 1 sampai 5 diketahui ada variasi hambatan dari minggu ke minggu, tali

arus berada di tengah sungai walaupun di kiri kanan kali terdapat sedimentasi material

material embu. Apabila ditinjau dari banyaknya sedimentasi bagian kanan kali dengan

sedimentasi yang lebih banyak mempunyai hambatan yang lebih besar, sementara

bagian kali yang memiliki arus yang lebih cepat memiliki hambatan yang lebih kecil.

Hal ini berarti pada tali arus dengan arus yang lebih cepat, maka konsentrasi

garamnya menjadi lebih kecil. Pada saat terjadi surut secara umum menunjukan

hambatan yang lebih besar yang banding pada saat pasang. Hal ini berarti konsentrasi

garam pada saat pasang lebih besar dari pada surut. Apabila dilihat dari permukaan

kali ke dasar, maka semakin ke dasar kali hambatannya semakin kecil, hal ini berarti

arah ke dasar kali hambatan semakin tinggi.

Apabila ditinjau dari bulan mati, bulan kecil, bulan purnama sampai kembali

lagi ke bulan mati lagi, diketahui bahwa ada pengaruh yang signifikan dari posisi

bulan terhadap pasang surut air laut yang implikasinya mengaruhi kadar garam pada

saat pengukuran, pada saat bulan mati perbedaan pasang surut tidak begitu besar,

seiring dengan bertambah besarnya bulan sampai mencapai bulan purnama yang

menyebabkan pasang perbedaan sehingga perbedaan pasang dan surut menjadi besar,

hal ini dipengaruhi oleh gaya gravitasi bulan purnama.

Gambar 4.31. Distribusi Spasial Hasil Pengukuran Daya Hantar Listrik Pada Titik 2 Penampang Melintang Kali Sunter

Menurut distribusi spasial pengukuran Daya Hantar Listrik pada titik 2 dari

minggu ke-1 sampai minggu ke-5 diketahui ada variasi hambatan dari minggu ke

minggu, tali arus berada di tengah sunggai walaupun di kiri kanan kali terdapat

sedimentasi material. Jika ditinjau dari banyaknya sedimentasi bagian kanan kali

dengan sedimentasi yang lebih banyak mempunyai hambatan yang lebih besar,

sementara bagian kali yang memiliki arus yang lebih cepat memiliki hambatan yang

lebih kecil.

Hal ini berarti pada tali arus dengan arus yang lebih cepat dengan bagian kali

lautnya pada penampung yang sama sehingga berbahan konstentasi garamnya melalui

tali arus itu. Pada saat terjadi surut secara umum menunjukan hambatan yang lebih

besar yang banding pada saat pasang. Hal ini berarti konsentrasi garam pada saat

pasang lebih besar dari pada surut. Apabila dilihat dari permukaan kali ke dasar, maka

semakin ke dasar kali hambatannya semakin kecil, hal ini berarti arah ke dasar kali

hambatan semakin tinggi.

Apabila ditinjau dari bulan mati, bulan kecil, bulan purnama sampai kembali

lagi ke bulan mati lagi, diketahui bahwa ada pengaruh yang signifikan dari posisi

bulan terhadap pasang surut air laut yang implikasinya yang mengaruhi kadar garam

pada saat pengukuran, pada saat bulan mati perbedaan pasang surut tidak begitu besar,

seiring dengan bertambah besarnya bulan sampai mencapai bulan purnama yang

menyebabkan pasang perbedaan sehingga perbedaan pasang dan surut menjadi besar,

hal ini dipengaruhi oleh gaya gravitasi bulan purnama.

Gambar 4.32. Distribusi Spasial Hasil Pengukuran Daya Hantar Listrik Pada Titik 3 Penampang Melintang Kali Sunter

Berdasarkan distribusi spasial pengukuran Daya Hantar Listrik pada titik 3

pada minggu 1 sampai 5 diketahui ada variasi hambatan dari minggu ke minggu, tali

arus berada di tengah sungai walaupun di kiri kanan kali terdapat sedimentasi.

Apabila ditinjau dari banyaknya sedimentasi bagian kanan kali dengan

sedimentasi yang lebih banyak mempunyai hambatan yang lebih besar, sementara

bagian kali yang memiliki arus yang lebih cepat memiliki hambatan yang lebih kecil.

Hal ini berarti pada tali arus dengan arus yang lebih cepat dengan bagian kali lautnya

pada penampung yang sama sehingga berbahan konstentasi garamnya melalui tali

arus itu. Pada saat terjadi surut secara umum menunjukan hambatan yang lebih besar

yang banding pada saat pasang. Hal ini berarti konsentrasi garam pada saat pasang

lebih besar dari pada surut. Apabila dilihat dari permukaan kali ke dasar, maka

semakin ke dasar kali hambatannya semakin kecil, hal ini berarti arah ke dasar kali

hambatan semakin tinggi.

Apabila ditinjau dari bulan mati, bulan kecil, bulan purnama sampai kembali

lagi ke bulan mati lagi, diketahui bahwa ada pengaruh yang signifikan dari posisi

bulan terhadap pasang surut air laut yang implikasinya yang mengaruhi kadar garam

pada saat pengukuran, pada saat bulan mati perbedaan pasang surut tidak begitu besar,

seiring dengan bertambah besarnya bulan sampai mencapai bulan purnama yang

menyebabkan pasang perbedaan sehingga perbedaan pasang dan surut menjadi besar,

hal ini dipengaruhi oleh gaya gravitasi bulan purnama.

Gambar 4.33. Distribusi Spasial Hasil Pengukuran Daya Hantar Listrik Pada Titik 4 Penampang Melintang Kali Sunter

Dari distribusi spasial pengukuran Daya Hantar Listrik pada titik 4 pada

minggu 1 sampai 5 terdapat variasi hambatan dari minggu ke minggu, tali arus berada

di tenggah kali walaupun di kiri kanan kali terdapat sedimentasi material seperti

lumpur dan sampah. Jika ditinjau dari banyaknya sedimentasi bagian kanan kali

dengan sedimentasi yang lebih banyak mempunyai hambatan yang lebih besar,

sementara bagian kali yang memiliki arus yang lebih cepat memiliki hambatan yang

lebih kecil. Hal ini berarti pada tali arus dengan arus yang lebih cepat dengan bagian

kali lautnya pada penampung yang sama sehingga berbahan konstentasi garamnya

melalui tali arus itu.

Saat terjadi surut secara umum menunjukan hambatan yang lebih besar yang

banding pada saat pasang. Hal ini berarti konsentrasi garam pada saat pasang lebih

besar dari pada surut. Apabila dilihat dari permukaan kali ke dasar, maka semakin ke

dasar kali hambatannya semakin kecil, hal ini berarti arah ke dasar kali hambatan

semakin tinggi.

Apabila dilihat dari kondisi bulan; bulan mati, bulan kecil, bulan purnama

sampai kembali ke bulan mati lagi, diketahui bahwa ada pengaruh yang signifikan

dari posisi bulan terhadap pasang surut air laut yang implikasinya yang mengaruhi

kadar garam pada saat pengukuran, pada saat bulan mati perbedaan pasang surut tidak

begitu besar, seiring dengan bertambah besarnya bulan sampai mencapai bulan

purnama yang menyebabkan pasang perbedaan sehingga perbedaan pasang dan surut

menjadi besar, hal ini dipengaruhi oleh gaya gravitasi bulan purnama.

Gambar 4.34. Distribusi Spasial Hasil Pengukuran Daya Hantar Listrik Pada Titik 5 Penampang Melintang Kali Sunter

Berdasarkan distribusi spasial pengukuran Daya Hantar Listrik pada titik 5

pada minggu 1 sampai 5 diketahui adanya variasi hambatan dari minggu ke minggu,

tali arus berada di tenggah kali walaupun di kiri kanan kali terdapat sedimentasi

material material embu.

Apabila ditinjau dari banyaknya sedimentasi bagian kiri kali dengan

sedimentasi yang lebih banyak mempunyai hambatan yang lebih besar, sementara

bagian kali yang memiliki arus yang lebih cepat memiliki hambatan yang lebih kecil.

Hal ini berarti pada tali arus dengan arus yang lebih cepat dengan bagian kali lautnya

pada penampung yang sama sehingga berbahan konstentasi garamnya melalui tali

arus itu.

Pada saat terjadi surut secara umum menunjukan hambatan yang lebih besar

yang banding pada saat pasang. Hal ini berarti konsentrasi garam pada saat pasang

lebih besar dari pada surut. Apabila dilihat dari permukaan kali ke dasar, maka

semakin ke dasar kali hambatannya semakin kecil, hal ini berarti arah ke dasar kali

hambatan semakin tinggi

Jika ditinjau dari keadaan bulan; bulan mati, bulan kecil, bulan purnama

sampai kembali lagi ke bulan mati lagi, diketahui bahwa ada pengaruh yang

signifikan dari posisi bulan terhadap pasang surut air laut yang implikasinya yang

mengaruhi kadar garam pada saat pengukuran, pada saat bulan mati perbedaan pasang

surut tidak begitu besar, seiring dengan bertambah besar nya bulan sampai mencapai

bulan purnama yang menyebabkan pasang perbedaan sehingga perbedaan pasang dan

surut menjadi besar, hal ini dipengaruhi oleh gaya gravitasi bulan purnama.

- Hasil pengukuran Daya hantar listrik

Gambar 4.10. Hasil pengukuran DHL pada penampang kali dari titik 1 sampai titik 5 pada pekan ke 2

Gambar 4.11. Hasil pengukuran DHL pada penampang kali dari titik 1 sampai titik 5 pada pekan ke 2

Pengukuran Pasang

Pengukuran Surut

Pengukuran

Pengukuran

Pengukuran

Gambar 4.12. Hasil pengukuran DHL pada penampang kali dari titik 1 sampai titik 5 pada pekan ke 3

Gambar 4.13. Hasil pengukuran DHL pada penampang kali dari titik 1 sampai titik 5 pada pekan ke 4

Pengukuran

Pengukuran

Pengukuran

Pengukuran

Pengukuran

Gambar 4.14. Hasil pengukuran DHL pada penampang kali dari titik 1 sampai titik 5 pada pekan ke 5

Kesimpulan

Dilihat dari distribusi spasialnya, data pada gambar-gambar diatas dapat diketahui

bahwa:

1. Berdasarkan jarak dari garis pantai ke arah hulu kali terjadi perbedaan daya

hantar listrik. Dari garis pantai kearah hulu daya hantar listrik semakin kecil.

2. Pengaruh pasang air laut menyebabkan peningkatan daya hantar listrik

semakin besar kearah hulu.

IV. Kesimpulan

Sungai Sunter termasuk sungai golongan D, banyak sampah dalam badan sungai,

air berbau tak sedap dan air lebih berasa. Berdasarkan pada parameter standar pada

sungai golongan D maka diperoleh hasil untuk setiap titik pengataman yang telah

melampuai standar yaitu kekeruhan, warna, dan Bakteri Kolli serta Bakteri Kolli tinja.

Pada kesadahan total yang melampaui standar hanya titik pengamatan yang berada di

muara, begitu juga dengan parameter Sulfat yang melampaui standar pada titik

pengamatan yang ada di sekitar pasar, tempat pemotongan hewan dan tempat

pembuangan sampah sementara. Ada pengaruh yang siqnifikan antara pasang surut

dengan intrusi air laut, saat pasang air laut akan menyusup ke badan sungai melalui

dasar sungai sebagai baji air asin. Ada hubungan antara jarak dengan DHL yaitu

semakin jauh jarak dari laut maka DHL semakin kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi Setiawan, Muzani, dan Parwata, 2009, Kajian Intrusi Air Laut Pada Estuaria Kali Sunter Jakarta Utara Sebagai Sebuah Upaya Konservasi Lahan Wilayah Pesisir, Penelitian Hibah Bersaing Tahun 1. Universitas Negeri Jakarta.

Chow, Ven Te, 1960, Handbook of Applied Hydrology. Mc Grow-Hill Book. New York.

Darmakusuma Darmanto, 1990, Diktat Pengelolaan Sumberdaya Air. Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta.

Kodoatie, R.J., 1995, Pengantar Hidrogeologi. Yogyakarta : Andi Offset.

Seyhan, E., 1977, Dasar-dasar Hidrologi. Terjemahan Sentot Subagyo, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Soemarto, CD., 1986. Hidrologi Teknik. Surabaya : Usaha Nasional.

Sriyamti Runtuni, Aris Munandar, dan Cahyadi Setiawan, 2007, Pemanfaatan Air tanah Sebagai Air Bersih (Studi di Sunter Muara Tanjung Priok Jakarta Utara). Penelitian DIPA PNBP. Universitas Negeri Jakarta.

Sudjarwadi, 1987, Teknik Sumberdaya Air, Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil, Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.

Sugiyono, 2005, Statistik Untuk Penelitian, Bandung : CV ALFABETA.

Suyono, 1995, Diktat Hidrologi Dasar Bagian I. Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta.

Todd, D.K., 1969, Ground Water Hydrology. New York.